pengaruh etika profesi,skeptisisme …digilib.unila.ac.id/28548/3/skripsi tanpa bab...
Post on 01-Feb-2018
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH ETIKA PROFESI,SKEPTISISME PROFESIONAL, DANPENGALAMAN KERJA TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD
PADA AUDITOR INTERNAL PEMERINTAH
(SKRIPSI)
OlehANDIKA RACHMAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISJURUSAN AKUNTANSI
2017
i
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PROFESSIONAL ETHICS, PROFESSIONALSKEPTICISM, AND WORK EXPERIENCE TO FRAUD DETECTING
CAPABILITIES IN GOVERMENT INTERNAL AUDITOR
By
ANDIKA RACHMAN
This study aims to examine the influence of several variables to the frauddetecting capabilities of the Goverment Internal Auditor. Those variables areProfessional Ethics, Professional Skepticism, and Work Experience.
The number of samples examined as many as 109 auditors from IndonesianRepresentative Financial and Development Supervisory Agency. The datacollection is done by distributing questionnaires to the auditors. Data analysistechnique used is Multiple Linear Regression.
Based on the analysis, it is known that professional ethics and work experiencehave a positive influence to fraud detecting capabilities in goverment internalauditors. But on the other hand, professional skepticism have no influence to frauddetecting capabilities in goverment internal auditors. The lack of selfdetermination when an auditor conducts an audit may be the cause to no influenceof professional skepticism to fraud detecting capabilities in an auditors.
Keywords: fraud detecting, internal auditor, professional ethics, professionalskeptism, work experience.
ii
ABSTRAK
PENGARUH ETIKA PROFESI, SKEPTISISME PROFESIONAL, DANPENGALAMAN KERJA TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI
FRAUD PADA AUDITOR INTERNAL PEMERINTAH
Oleh
ANDIKA RACHMAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa variabelterhadap kemampuan mendeteksi fraud pada auditor internal pemerintah.Variabel-variabel yang akan diuji pengaruhnya tersebut antara lain Etika Profesi,Skeptisisme Profesional, dan Pengalaman Kerja.
Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 109 orang auditor dari BPKP (BadanPengawas Keuangan dan Pembangunan). Pengumpulan data dilakukan denganmenyebarkan kuesioner kepada auditor. Teknik analisis data yang digunakanadalah metode Regresi Linear Berganda.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa etika profesi dan pengalaman kerjamemiliki pengaruh positif, terhadap kemampuan mendeteksi fraud pada auditorinternal pemerintah. Sementara skeptisisme profesional tidak memiliki pengaruhterhadap kemampuan mendeteksi fraud pada auditor internal pemerintah.kurangnya keteguhan hati auditor selama pelaksanaan audit dapat menyebabkantidak berpengaruhnya skeptisisme profesional terhadap kemampuan mendeteksifraud pada diri auditor.
Kata kunci: auditor internal, deteksi fraud, etika profesi, pengalaman kerja,skeptisisme profesional,.
iii
PENGARUH ETIKA PROFESI, SKEPTISISME PROFESIONAL, DANPENGALAMAN KERJA TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI
FRAUD PADA AUDITOR INTERNAL PEMERINTAH
Oleh
Andika Rachman
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISJURUSAN AKUNTANSI
2017
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 28 Oktober 1986,sebagai anak pertama dari 2 bersaudara, dari Bapak AbdulRahman dan Ibu Anismar. Penulis menyelesaikan PendidikanTaman Kanak-Kanak di TK Kartika Chandra PesanggrahanJakarta Selatan pada tahun 1992, kemudian dilanjutkan denganPendidikan Dasar di SDN 03 Pagi Pesanggrahan JakartaSelatan pada tahun 1998. Selanjutnya penulis menyelesaikan
Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 177 Jakarta Selatan pada tahun2001, kemudian melanjutkan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 47Jakarta Selatan hingga lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulismelanjutkan Pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara(STAN) hingga lulus pada tahun 2008, dan berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipilpada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) hingga saat ini.Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Lampung pada tahun 2015 melalui program kerja sama Beasiswayang diselenggarakan oleh BPKP dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasLampung bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB).
viii
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Etika Profesi, Skeptisisme
Profesional, dan Pengalaman Kerja Terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud
Pada Auditor Internal Pemerintah”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt selaku Wakil Dekan Bidang
Keuangan, Umum dan Kepegawaian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung dan sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
arahan, nasihat, dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proses belajar.
3. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
4. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
ix
5. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Utama
atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan nasihat dalam
proses penyelesaian skripsi;
6. Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.Sc., Akt. sebagai Dosen Pembimbing Kedua atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan nasihat dalam proses
penyelesaian skripsi;
7. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. sebagai Dosen Penguji atas masukan
dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi;
8. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Akuntansi dan Dekanat FEB atas
semua pengajaran, pelayanan dan bantuan yang telah diberikan;
9. Kedua orang tua dan adikku, Abdul Rahman, Anismar, dan Nurmarani
Rachman atas dukungan dan doanya;
10. Teman-teman seperjuangan kost 34na: Mas Fariz, Kang Ucup, Mas Teguh,
Kang Abud, Mas Angga, Mas Aldo, dan Mas Awud;
11. Teman-teman seperjuangan STAR BPKP Unila;
12. Ibu Sally Salamah sebagai Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Lampung
beserta para pejabat struktural dan rekan-rekan pegawai atas dukungan dalam
penyelesaian skripsi;
13. Teman-teman Auditor di Kantor Pusat BPKP di Jakarta yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini;
14. Seluruh teman dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima
kasih dukungan dan doanya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga memerlukan kritik dan saran yang membangun agar menjadi lebih baik.
x
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung, September 2017
Penulis,
Andika Rachman
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ............................................................................................................ iABSTRAK ............................................................................................................ iiHALAMAN JUDUL ............................................................................................ iiiHALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ivHALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... vPERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................................................... viRIWAYAT HIDUP ............................................................................................ viiSANWACANA .................................................................................................. viiiDAFTAR ISI........................................................................................................ xiDAFTAR TABEL ............................................................................................. xiiiDAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .................................................................................... 11.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 61.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 71.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
II. KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................... 9
2.1.1 Due Profesional Care ........................................................... 92.1.2 Teori Disonansi Kognitif ..................................................... 102.1.3 Kecurangan (Fraud) ........................................................... 112.1.4 Etika Profesi ..................................................................... 142.1.5 Skeptisisme Profesional ...................................................... 162.1.6 Pengalaman Kerja .............................................................. 18
2.2 Tinjuan Penelitian Sebelumnya ......................................................... 192.3 Rerangka Pemikiran .......................................................................... 202.4 Pengembangan Hipotesis .................................................................. 21
2.4.1 Pengaruh Etika Profesi terhadap Kemampuan AuditorMendeteksi Fraud ................................................................ 21
2.4.2 Pengaruh Skeptisisme Profesional terhadap KemampuanAuditor Mendeteksi Fraud ................................................... 23
2.4.3 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap KemampuanAuditor Mendeteksi Fraud ................................................... 25
III.METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian .............................................................................. 27
3.1.1 Variabel Penelitian ............................................................. 273.1.2 Pengukuran Variabel .......................................................... 28
xii
3.1.3 Data Penelitian .................................................................. 303.2 Teknik Analisis Data ......................................................................... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Deskriptif Data Penelitian .................................................................. 36
4.1.1 Jenis Kelamin .................................................................... 374.1.2 Usia .................................................................................. 374.1.3 Jabatan Auditor ................................................................. 384.1.4 Pengalaman Kerja .............................................................. 39
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ............................................. 404.2.1 Statistik Deskriptif Variabel Etika Profesi .............................. 404.2.2 Statistik Deskriptif Variabel Skeptisisme Profesional ............. 424.2.3 Statistik Deskriptif Variabel Pengalaman Kerja ..................... 444.2.4 Statistik Deskriptif Variabel Pendeteksian Fraud ................... 46
4.3 Uji Kualitas Data ............................................................................... 474.3.1 Uji Validitas ...................................................................... 474.3.2 Uji Reliabilitas ................................................................... 524.3.3 Uji Normalitas ................................................................... 52
4.4 Pengujian Hipotesis............................................................................ 554.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda ........................................ 554.4.2 Uji Adjusted R2 ................................................................. 574.4.3 Uji Kelayakan Model Regresi ............................................. 574.4.4 Uji Statistik t ..................................................................... 58
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 604.5.1 Pengaruh Etika Profesi terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Fraud ................................................................ 604.5.2 Pengaruh Skeptisisme Profesional terhadap Kemampuan
Auditor Mendeteksi Fraud .................................................... 624.5.3 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kemampuan
Auditor Mendeteksi Fraud ................................................... 65
V. SIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 685.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 695.3 Saran ........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Pengukuran Variabel ................................................................................... 284.1 Rincian Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ................. 364.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................................... 374.3 Responden Berdasarkan Usia ..................................................................... 384.4 Responden Berdasarkan Jabatan Auditor .................................................... 384.5 Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ............................................... 394.6 Statistik Deskriptif Etika Profesi ................................................................ 404.7 Statistik Deskriptif Skeptisisme Profesional ................................................424.8 Statistik Deskriptif Pengalaman Kerja..........................................................454.9 Statistik Deskriptif Pendeteksian Fraud .......................................................464.10 Uji Validitas Variabel Etika Profesi .............................................................484.11 Uji Validitas Variabel Skeptisisme Profesional ...........................................484.12 Uji Validitas Variabel Pengalaman Kerja.....................................................504.13 Uji Validitas Variabel Pendeteksian Fraud ..................................................514.14 Hasil Uji Reliabilitas.....................................................................................524.15 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov ..................534.16 Hasil Perhitungan Analisis Linear Berganda................................................554.17 Hasil Uji Adjusted R2....................................................................................574.18 Hasil Uji Statistik-F ......................................................................................584.19 Hasil Uji Statistik t .......................................................................................584.20 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis...................................................................60
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Rerangka Pemikiran .................................................................................... 204.1 Hasil Histogram Olah Data ......................................................................... 544.2 Grafik P-Plot Olah Data .............................................................................. 54
xv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner Penelitian .................................................................................... L-12. Data Tabulasi Kuesioner ...............................................................................L-63. Statistik Deskriptif .......................................................................................L-214. Uji Validitas .................................................................................................L-235. Uji Reliabilitas .............................................................................................L-316. Uji Normalitas..............................................................................................L-327. Uji Hipotesis ................................................................................................L-338. Skor Riil ..................................................................................................... L-34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) diharapkan mampu
menjalankan tugasnya dengan baik. Pada akhir tahun 2014, Presiden Joko Widodo
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP yang
diposisikan berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden
dengan tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan
keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional.
Selain itu Presiden juga mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern
dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka
Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dengan menugaskan Kepala BPKP untuk
melakukan pengawasan dalam peningkatan penerimaan negara/daerah serta
efisiensi dan efektivitas anggaran pengeluaran negara/daerah.
2
Namun pada beberapa pemberitaan di media massa yang menyorot kinerja auditor
BPKP, kinerja yang ditunjukkan oleh para auditor BPKP tersebut dianggap
kurang memuaskan. Pada tanggal 29 Juli 2015 diberitakan bahwa hasil audit
BPKP dipertanyakan. Hal ini dipicu dari telah dilaksanakannya audit atas
penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh BPKP Perwakilan
Jawa Barat atas kasus penerbitan sertifikat oleh Badan Pertanahan Negara (BPN).
Dalam kasus ini auditor BPKP hanya menggunakan data dari penyidik dimana
data tersebut malah menyesatkan simpulan yang dihasilkan. Auditor tidak turun
ke lapangan untuk melihat secara komprehensif apa yang terjadi pada perkara
tersebut.
Berita yang paling hangat adalah pada tanggal 4 Desember 2016, diberitakan
bahwa hasil audit yang dilakukan oleh auditor BPKP dipermasalahkan. Kasus ini
bermula dari ditemukannya tindakan pemalsuan dokumen hasil audit, yang
dilakukan oleh auditor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, dalam
persidangan pada Pengadilan Tipikor Surabaya Juanda dengan terdakwa
komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jawa Timur.
Tindakan pemalsuan dokumen hasil audit tersebut dilaporkan kepada instansi
pusat BPKP serta pihak berwajib sebagai tindakan pelanggaran kode etik dan
tindak pidana. Pada kasus-kasus tersebut auditor BPKP dianggap gagal dalam
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam mengumpulkan bukti dalam
rangka mendeteksi kecurangan (fraud) yang terjadi.
Tergerak oleh pemberitaan-pemberitaan tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terkait kemampuan auditor internal pemerintah dalam
3
mendeteksi fraud. Penulis akan menggunakan tiga variabel independen dalam
penelitian yaitu etika profesi, skeptisisme profesional, dan pengalaman kerja
dengan kemampuan mendeteksi fraud sebagai variabel dependen.
Pertimbangan utama penulis terkait variabel penelitian yang akan digunakan
tersebut dikarenakan dari berbagai pemberitaan yang ada terkait kurangnya
kinerja auditor BPKP, terutama dalam pendeteksian fraud, terlihat kurangnya
sikap due professional care dalam menjalankan penugasan.
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan)
Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintahan (APIP) poin 2300 disebutkan bahwa auditor harus menggunakan
keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan
secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.
Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional dalam
mendeteksi kecurangan pada perkara yang sedang diaudit. Standar umum ketiga
di dalam Standar Profesional Akuntan Publik Pernyataan Standar Audit (PSA)
No. 04 (2011:230.1) berbunyi bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
Lebih lanjut di dalam Standar Profesional Akuntan Publik PSA No. 04
(2011:230.2) disebutkan bahwa due professional care adalah penggunaan
kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk
melaksanakan skeptisisme profesional.
4
Penggunaan kemahiran profesional auditor dengan cermat dan seksama
menghendaki diadakannya pemeriksaan secara kritis pada setiap tingkat
pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan dan terhadap pertimbangan
yang dibuat oleh siapa saja yang membantu proses audit. Di samping itu, standar
ini tidak hanya menghendaki auditor menggunakan prosedur audit yang
semestinya, tetapi juga bagaimana prosedur tersebut diterapkan dan
dikoordinasikan (Mulyadi: 2013).
Terkait etika profesi, Tuanakotta (2012) menyatakan, due professional care atau
due audit care adalah kehati-hatian dalam melaksanakan suatu audit ada
ukurannya, yakni kode etik dan standar audit. Dalam Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara (Permenpan) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008
tentang Kode Etik APIP serta Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia
yang diterbitkan oleh AAIPI (Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia)
tahun 2014 dikatakan bahwa maksud dari ditetapkannya kode etik bagi auditor
intern adalah tersedianya pedoman perilaku bagi auditor dalam menjalankan
profesinya serta sebagai sarana bagi atasan untuk mengatur dan mengevaluasi
perilaku bawahannya.
Selain itu, penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisisme profesional. Seorang auditor
dalam menjalankan penugasan audit dilapangan seharusnya tidak hanya mengikuti
prosedur audit yang tertera dalam program audit, tetapi juga harus disertai dengan
sikap skeptisisme profesional (Rahmayani:2014).
5
Terkait pengalaman kerja, menurut Ranupandojo (1984), pengalaman kerja adalah
ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh oleh seseorang
sehingga dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah dikerjakan
dengan baik. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Bonner (1990)
menunjukkan bahwa pengetahuan spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja
auditor berpengalaman serta bahwa pengalaman kerja telah dipandang sebagai
suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor.
Secara sekilas, sikap skeptisisme profesional sebenarnya tergambarkan didalam
kode etik profesi auditor internal pemerintah seperti kode etik yang diterbitkan
AAIPI tahun 2014. Di dalam kode etik terserbut, terdapat tuntutan adanya prinsip
kompetensi dimana adanya tuntuntan untuk terus menerus meningkatkan keahlian
yang menggambarkan perlunya seorang auditor memupuk pengalaman kerja
untuk memelihara keahliannya, selain itu terdapat prinsip perilaku perilaku
profesional dan tututan bersikap cermat dan teliti dalam pekerjaan yang sejalan
dengan tuntutan skeptisisme profesional auditor.
Namun di dalam kode etik tersebut, penulis tidak menemui adanya peraturan yang
lebih rinci dan jelas yang mengatur mengenai tuntutan sikap skeptisisme
profesional dan pengalaman kerja yang dimiliki serta kaitannya dengan perilaku
individu auditor itu sendiri. Oleh karena itu di dalam penelitian ini penulis,
mencoba memisahkan ketiga faktor tersebut sebagai tiga variabel terpisah untuk
diuji.
Melalui penelitian ini penulis akan mencoba menganalisa dan mengambil
kesimpulan terkait pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap kemampuan
6
seorang auditor dalam mendeteksi fraud sesuai teori serta peraturan yang ada
tentang sikap due professional care seorang auditor didukung dengan teori
disonansi kognitif.
Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan
tentang bagaimana seorang auditor dapat meningkatkan kemampuannya dalam
mendeteksi fraud dengan memberikan perhatian lebih etika profesi yang berlaku,
adanya tuntutan skeptisisme profesional, serta pengalaman kerja yang mencukupi.
Secara khusus penulis berharap dapat meneruskan hasil penelitian ini kepada
BPKP, sebagai masukan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas auditor BPKP
yang ada di seluruh kantor perwakilan BPKP.
Dengan demikian, berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk menyusun
judul skripsi dengan judul: "PENGARUH ETIKA PROFESI, SKEPTISISME
PROFESIONAL, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP
KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD PADA AUDITOR INTERNAL
PEMERINTAH".
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan pengujian terhadap pertanyaan-
pertanyaan berikut:
1. Apakah etika profesi memiliki pengaruh terhadap kemampuan auditor
mendeteksi fraud?
2. Apakah skeptisisme profesional memiliki pengaruh terhadap kemampuan
auditor mendeteksi fraud?
7
3. Apakah pengalaman kerja memiliki pengaruh terhadap kemampuan
auditor mendeteksi fraud?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi terhadap kemampuan auditor
mendeteksi fraud,
2. Untuk mengetahui pengaruh skeptisisme profesional terhadap kemampuan
auditor mendeteksi fraud,
3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap kemampuan
auditor mendeteksi fraud.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bertujuan sebagai acuan untuk menambah keyakinan
mengenai faktor-faktor apa saja yang mampu mempengaruhi kemampuan
auditor internal dalam mendeteksi fraud bagi para peneliti selanjutnya
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait topik tersebut.
2. Manfaat Praktis
Bagi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), penelitian
ini diharapkan akan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor
8
yang dapat mempengaruhi kinerja auditor BPKP dalam mendeteksi fraud
sehingga nantinya dapat dijadikan salah satu acuan dalam merancang
langkah-langkah perbaikan dalam rangka peningkatan kualitas SDM
BPKP.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Due Profesional Care
Due professional care memiliki arti kemahiran profesional dengan cermat dan
seksama. Standar umum ketiga dalam Standar Profesional Akuntan Publik PSA
No. 04 (2011:230.1) berbunyi bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
Kecermatan dan keseksamaan auditor yang jujur dituntut agar aktivitas audit dan
perilaku profesional tidak berdampak merugikan orang lain. Due professional
care menjadi hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar tercapai kualitas audit yang
memadai. Tuanakotta (2012) menyatakan due professional care berarti due
care dalam audit. Due audit care atau kehati- hatian dalam melaksanakan suatu
audit ada ukurannya, yakni kode etik dan standar audit.
10
Menurut Mulyadi (2013) due professional care atau kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama berarti penggunaan pertimbangan sehat dalam
penetapan lingkup, dalam pemilihan metodologi, dan dalam pemilihan
pengujian dan prosedur untuk mengaudit.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa due professional care
merupakan sikap cermat dan seksama dalam setiap penugasan. Kecermatan dan
keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap petugas audit yang bekerja pada
suatu kantor akuntan publik untuk mendalami standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan dengan semestinya.
Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya
review secara lebih kritis. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang
dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan yang telah dihasilkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemenuhan atas prinsip due
professional care inilah yang turut mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam
mendeteksi fraud yang terjadi dalam penugasan audit.
2.1.2 Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi kognitif merupakan teori psikologi sosial yang membahas tentang
pembentukan dan perubahan sikap. Festinger (1957) dalam Noviyanti (2008),
menjelaskan bahwa disonansi kognitif adalah diskrepansi atau kesenjangan yang
terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten, mencipatakan
ketidaknyamanan psikologis.
11
Teori disonansi kognitif menyatakan bahwa pada dasarnya manusia bersifat
konsisten dan cenderung mengambil sikap-sikap yang tidak bertentangan satu
sama lain, serta menghindari melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
sikapnya.
Dalam teori ini, unsur kognitif adalah setiap pengetahuan, opini, atau apa saja
yang dipercayai orang mengenai lingkungan, diri sendiri atau perilakunya. Teori
disonansi kognitif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh
interaksi antara skeptisisme profesional auditor dan etika profesi auditor serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap pendeteksian fraud.
Persyaratan profesional auditor memiliki sikap skeptisisme profesional serta
mengikuti atura etika profesi auditor, sehingga dapat mengumpulkan bukti audit
yang memadai dan tidak dengan mudah menerima keterangan dari auditan sebagai
dasar untuk mendeteksi kecurangan yang terjadi.
2.1.3 Kecurangan (Fraud)
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Sukirman &
Sari (2013), kecurangan (fraud) merupakan tindakan penipuan atau kekeliruan
yang dilakukan oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan
tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu
atau entitas atau pihak lain.
Merujuk pada definisi tersebut maka secara umum kecurangan merupakan suatu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan orang-orang baik dari dalam atau luar
12
organisasi yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau
kelompoknya yang dapat merugikan pihak lainnya.
Dalam buku Arens (2012), menjelaskan terdapat fraud triangle yang berisi tiga
kondisi penyebab terjadinya kecurangan, yaitu:
a. Tekanan (pressure)
Tekanan merupakan situasi dimana seseorang merasa atau memiliki
kebutuhan untuk melakukan kecurangan, pengaruh desakan dalam
pikiran dan keinginan inilah yang menjadi kekuatan moral.
b. Peluang (opportunity)
Peluang merupakan situasi dimana seseorang percaya adanya
kemungkinan untuk melakukan kecurangan dan percaya bahwa
kecurangan tersebut tidak terdeteksi.
c. Rasionalisasi (rationalizational)
Rasionalisasi merupakan kondisi dimana seseorang yang telah
melakukan kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya, namun
alasan tersebut tidak tepat.
Menurut Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (Pusdiklatwas BPKP) (2008) terdapat beberapa
tujuan dalam mendeteksi kecurangan, yaitu untuk mengetahui:
13
a. Bahwa kecurangan telah terjadi (ada),
b. Apakah perusahaan ataupun organisasi menjadi korban atau sebagai
pelaku kecurangan,
c. Adanya kelemahan dalam pengendalian internal serta moral pelaku yang
menjadi penyebab terjadinya kecurangan,
d. Adanya kondisi lingkungan perusahaan ataupun organisasi yang
menyebabkan terjadinya kecurangan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004), dengan
mengadaptasi Statement of Auditing Standards 99, American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA, 2002) diperoleh tiga dimensi konstruk dalam
pendeteksian fraud, yaitu:
a. Gejala fraud yang berhubungan dengan lingkungan organisasi
Dalam dimensi ini disebutkan bahwa indikator terjadinya fraud dapat
dilihat dari budaya organisasi yang ada seperti gaya kepemimpinan
pimpinan organisasi, dan interaksi yang terjadi dalam organisasi.
b. Gejala fraud yang berhubungan dengan diri si pelaku.
Pada dimensi ini disebutkan bahwa indikator-indikator terjadinya fraud
dapat dilihat dari tindakan-tindakan pribadi seseorang yang
menggambarkan adanya kesempatan untuk melakukan fraud.
14
c. Gejala fraud yang berhubungan dengan praktik pencatatan keuangan dan
akuntansi organisasi.
Dalam dimensi ini disebutkan indikator terjadinya fraud dalam dilihat
dari perlakuan akuntansi yang ada di organisasi terutama terkait
pencatatan penerimaan, beban, dan saldo laba.
2.1.4 Etika Profesi
Dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Permenpan) Nomor
PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik APIP, dikatakan bahwa maksud dari
ditetapkannya Kode Etik APIP adalah tersedianya pedoman perilaku bagi auditor
dalam menjalankan profesinya dan bagi atasan auditor APIP dalam mengevaluasi
perilaku auditor APIP.
Di dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa tujuan dari Kode Etik APIP antara
lain:
a. Mendorong sebuah budaya etis dalam profesi APIP,
b. Memastikan bahwa seorang profesional akan bertingkah laku pada
tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan PNS lainnya,
c. Mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-
prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit
sehingga dapat terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang
optimal dalam pelaksanaan audit.
15
Merujuk kepada Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia yang diterbitkan
oleh AAIPI tahun 2014 disebutkan bahwa seorang auditor intern pemerintah wajib
memenuhi prinsip-prinsip perilaku antara lain:
a. Integritas
Seorang auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur
jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun
kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang
andal.
b. Obyektivitas
Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi.
Auditor APIP membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang
relevan dan tidak dipengaruhi kepentingan sendiri atau orang lain dalam
mengambil keputusan.
c. Kerahasiaan
Seorang auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang
diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi
yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.
d. Kompetensi
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan
keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
16
e. Akuntabel
Seorang auditor harus mampu mempertanggungjawabkan atau menjawab
dan menerangkan kinerja kepada pihak yang memiliki berhak atau
berkewenangan.
f. Perilaku Profesional
Seorang auditor harus mampu bertindak dalam sikap konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menahan diri dari segala perilaku yang
mungkin menghilangkan kepercayaan terhadap profesi pengawasan
intern.
2.1.5 Skeptisisme Profesional
Skeptisisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam
melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka
skeptisisme profesional harus digunakan selama proses tersebut (Ikatan Akuntan
Indonesia. 2001, Standar Audit seksi 230; American Institute of Certified Public
Accountants, 2002, AU 230).
Skeptisisme profesional seorang auditor dibutuhkan dalam mengambil keputusan-
keputusan mengenai seberapa banyak jumlah serta tipe bukti audit yang harus
dikumpulkan (Arens, 2008). Menurut Albrecht (2011) Auditor diwajibkan untuk
menggunakan skeptisisme profesional saat melakukan audit dan juga harus
menggunakan penalaran strategis. Penalaran strategis sangat penting mengingat
17
pelaku kecurangan cerdas mengetahui prosedur audit umum dan dapat merancang
skema mereka untuk disembunyikan dari prosedur ini.
Hurtt, dkk (2003), membuat model teoritis mengenai skeptisisme profesional yang
berlandaskan kepada unsur filosofis dari skeptisisme serta literatur akuntansi
profesional, yang kemudian diadopsi dalam penelitian Fullerton dan Durtschi
(2004).
Dalam model teoritis tersebut skeptisisme profesional dibangun dengan konstruk
dari tiga dimensi, yaitu dimensi yang berkaitan dengan pemeriksaan bukti audit,
dimensi yang berkaitan dengan pemahaman bukti audit, dan dimensi yang
berkaitan dengan inisiatif seseorang untuk bersikap skeptis berdasarkan bukti
audit yang diperoleh.
Dari ketiga dimensi tersebut, diperoleh enam karakteristik utama yang dimiliki
oleh seseorang dalam menerapkan sifat skeptisisme profesional, yaitu:
a. Questioning Mind (pola pikir yang selalu bertanya-tanya)
Merupakan karakter skeptisme seseorang dalam mempertanyakan alasan,
penyesuaian, dan pembuktian akan suatu objek.
b. Suspension of Judgement (penundaan pengambilan keputusan)
Merupakan karakter skeptisme yang mengindikasikan seseorang untuk
membutuhkan waktu lebih lama dalam membuat keputusan yang matang
serta menambahkan informasi untuk mendukung pertimbangan tersebut.
18
c. Search for Knowledge (mencari pengetahuan)
Merupakan karakter skeptisme seseorang yang didasari oleh rasa ingin
tahu.
d. Interpersonal Understanding (pemahaman interpersonal)
Merupakan karakter skeptisme seseorang yang dibentuk dari pemahaman
tujuan, motivasi, serta integritas dari penyedia suatu informasi.
e. Self Confidence (percaya diri)
Merupakan karakter skeptisme seseorang untuk percaya diri secara
profesional dalam bertindak terhadap bukti yang sudah dikumpulkan.
f. Self Determination (keteguhan hati)
Merupakan karakter skeptisme seseorang dalam menyimpulkan secara
obyektif terhadap bukti yang sudah dikumpulkan.
2.1.6 Pengalaman Kerja
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa
auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang
ditekuninya, serta dituntut memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam
industri-industri yang mereka audit (Arens, 2008).
Menurut Ranupandojo (1984), pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama
waktu atau masa kerja yang telah ditempuh oleh seseorang sehingga dapat
memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah dikerjakan dengan baik. Bonner
19
(1990) menunjukkan bahwa pengetahuan spesifik tugas dapat meningkatkan
kinerja auditor berpengalaman serta bahwa pengalaman kerja telah dipandang
sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor.
Pengalaman kerja diukur melalui lamanya bekerja sebagai auditor serta
banyaknya tugas audit yang pernah dilaksanakan oleh auditor yang bersangkutan.
Semakin banyak Pengalaman kerja seorang auditor diharapkan dapat lebih
optimal memenuhi prosedur audit dan lebih mudah menemukan kejanggalan
dalam laporan auditan.
2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Everett dan Tremblay (2013) dijelaskan
bahwa penerapan suatu aturan etika mampu mempengaruhi kemampuan auditor
dalam mendeteksi fraud, lebih lanjut dikatakan bahwa saat ini pandangan akan
pentingnya etika dalam pelaksaan audit masih dianggap ringan atau tidak
dianggap penting dikarenakan masih banyaknya auditor yang lebih
mengedepankan aturan etika akuntansi dibanding etika perilaku saat pelaksanaan
tugas auditnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahman (2011), Wilasita, dkk
(2014), dan Futri P.S, dkk (2014) turut mengungkapkan bahwa penerapan kode
etik profesi pada auditor memiliki pengaruh positif terhadap proses pelaksanaan
audit yang dilakukan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carpenters dan Reimers (2013) dikatakan
bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap kemampuan auditor
dalam mendeteksi fraud. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti
(2008), Adnyani (2014), Anggriawan (2014), dan Supriyanto (2014)
20
menyimpulkan bahwa skeptisisme profesional memiliki pengaruh dalam
pendeteksian kecurangan. Adanya tuntutan untuk memiliki sikap skeptisisme
profesional dari seorang auditor dalam menjalankan proses audit akan mendukung
pendeteksian kecurangan berjalan dengan baik.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990), diketahui
bahwa pengalaman memiliki pengaruh positif terhadap kinerja auditor. Semakin
banyak pengalaman auditor, semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan
dalam menjelaskan temuan-temuan audit. Penelitian-penelitian yang dilakukan
Silalahi (2013), Futri (2014), dan Imansari (2016) menunjukkan bahwa
pengalaman kerja memiliki pengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan.
2.3 Rerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, penulis berharap dapat membuktikan apakah pada tiap
variabel independen yang dipilih (etika profesi, skeptisisme profesional, dan
pengalaman kerja) memiliki pengaruh terhadap variabel terikat yang dipilih
(kemampuan mendeteksi fraud), rerangka pemikiran penelitian ini secara ringkas
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Rerangka Pemikiran
H1
H2
H3
Etika Profesi
(X1)
SkeptisismeProfesional
(X2)
Pengalaman Kerja
(X3)
Kemampuan MendeteksiFraud
(Y)
21
Keterangan :
: Pengaruh Parsial
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Etika Profesi terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi
Fraud
Etika pada dasarnya berkaitan dengan moral yang merupakan kristalisasi dari
ajaran-ajaran, patokan-patokan, kumpulan aturan dan suatu ketetapan baik lisan
maupun tertulis. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Permenpan)
Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik APIP, menyebutkan bahwa
tujuan dari dibuatnya Kode Etik APIP adalah tersedianya pedoman perilaku bagi
auditor dalam menjalankan profesinya dan bagi atasan auditor APIP dalam
mengevaluasi perilaku auditor APIP.
Lebih lanjut di dalam Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia yang
diterbitkan oleh AAIPI tahun 2014, seorang auditor intern pemerintah wajib
memenuhi prinsip-prinsip perilaku antara lain: integritas, obyektivitas,
kompetensi, kerahasiaan, akuntabel, dan perilaku profesional.
Pengembangan kesadaran terhadap aturan etika memainkan peran kunci dalam
semua area profesi akuntan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Badjuri
(2010) menyatakan bahwa penerapan aturan etika profesi berpengaruh terhadap
pendeteksian fraud dalam audit.
22
Penelitian lain, seperti yang dilakukan oleh Everett dan Tremblay (2013)
menjelaskan bahwa adanya tuntutan sosial terhadap auditor internal untuk
menerapkan kode etik profesi sebagai panduan moral auditor dalam menjalankan
tugasnya yang nantinya akan berdampak pada hasil pemeriksaan yang
dilaksanakan, yang berarti bahwa penerapan suatu aturan etika mampu
mempengaruhi kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2011) menyimpulkan bahwa
keberhasilan serta kualitas hasil pekerjaan seorang auditor ditunjukkan salah
satunya dengan adanya perilaku yang sesuai dengan etika profesional (kode etik).
Wilasita (2014) dalam penelitannya menyebutkan bahwa kepatuhan auditor
terhadap kode etik tidak hanya akan menjamin kualitas hasil audit yang telah
dikerjakan namun juga untuk menjaga auditor dari konflik yang dapat
menghambat pekerjaan seorang auditor.
Hal ini sejalan dengan penelitian Futri (2014) yang mengungkapkan bahwa
semakin tinggi seorang auditor menjunjung penerapan etika profesi dalam
pekerjaannya maka persaingan yang ada antar pemeriksa selama pelaksanaan
pekerjaan akan berkurang dan laporan yang dihasilkan akan sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya terjadi.
Dari berbagai penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penerapan kode etik
profesi pada auditor memiliki positif terhadap proses pelaksaan audit yang
dilakukan. Dengan kata lain, semakin baik seorang auditor mampu menerapakan
aturan etika profesi yang ada maka akan lebih menjamin dan memberikan
23
assurance terhadap kemampuan auditor tersebut dalam mendeteksi fraud.
Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Etika Profesi berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor
mendeteksi fraud.
2.4.2 Pengaruh Skeptisisme Profesional terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Fraud
Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka
skeptisisme profesional harus digunakan selama proses audit, maka skeptisisme
profesional harus digunakan selama proses tersebut (Ikatan Akuntan Indonesia.
2001, Standar Audit seksi 230; American Institute of Certified Public
Accountants, 2002, AU 230).
Standar profesional akuntan publik menyatakan skeptisisme profesional sebagai
sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit, auditor yang skeptik tidak
akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan
pertanyaan untuk memperoleh alasan bukti dan konfirmasi mengenai objek yang
dipermasalahkan, tanpa menerapkan skeptisisme profesional auditor, hanya akan
menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan-kekeliruan saja dan sulit
untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena
kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya (Noviyanti, 2008).
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Carpenters dan Reimers (2013)
menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor akan mendorong auditor untuk
24
mengikuti standar dan prosedur audit yang telah ditetapkan sebelumnya dimana
hal ini kemudian akan berpengaruh meningkatkan kemampuan auditor dalam
proses pendeteksian fraud. Adnyani (2014), menyatakan bahwa sikap skeptisisme
profesional yang dimiliki auditor memberikan keyakinan yang memadai dalam
proses pendeteksian kecurangan dan kekeliruan yang materil dalam pelaksaan
audit fraud.
Anggriawan (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa auditor yang
mempunyai sikap skeptis tinggi maka lebih mungkin mendeteksi fraud dibanding
yang mempunya sikap skeptis rendah dikarenakan auditor yang mempunyai sikap
skeptis tinggi akan lebih berhati-hati dalam bertindak. Supriyanto (2014)
menyatakan bahwa sikap skeptisisme profesional akan mengarahkan auditor
untuk menanyakan setiap bukti audit dan isyarat terjadinya fraud yang dampaknya
akan meningkatkan kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud.
Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa skeptisisme profesional
memiliki pengaruh dalam pendeteksian kecurangan. Adanya tuntutan untuk
memiliki sikap skeptisisme profesional dari seorang auditor dalam menjalankan
proses audit akan mendukung pendeteksian kecurangan berjalan dengan baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:
H2 : Skeptisisme profesional berpengaruh positif terhadap kemampuan
auditor mendeteksi fraud.
25
2.4.3 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Fraud
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa
auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang
ditekuninya, serta dituntut memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam
industri-industri yang mereka audit (Arens, dkk., 2008).
Menurut Ranupandojo (1984), pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama
waktu atau masa kerja yang telah ditempuh oleh seseorang sehingga dapat
memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah dikerjakan dengan baik.
Semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor diharapkan dapat lebih
optimal memenuhi prosedur audit dan lebih mudah menemukan kejanggalan
dalam laporan auditan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990), diketahui
bahwa pengalaman memiliki pengaruh positif terhadap kinerja auditor. Semakin
banyak pengalaman auditor, semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan
dalam menjelaskan temuan-temuan audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Schelker (2012) menunjukkan bahwa auditor yang
memiliki keahlian dan pengalaman yang lebih banyak memberikan kredibilitas
yang lebih tinggi terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan.
Dalam penelitian yang dilakukan Imansari (2016) menemukan bahwa pengalaman
berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit. Dari penelitian-penelitian
tersebut diketahui bahwa pengalaman kerja yang dimiliki auditor memiliki
26
pengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut,
hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:
H3 : Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kemampuan
auditor mendeteksi fraud.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk menguji pengaruh antar
variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan data-data angka.
Penelitian akan dilakukan atas responden yaitu pada auditor yang ditempatkan
pada Perwakilan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan)
Provinsi Lampung dan Kantor BPKP Pusat yang diharapkan dapat digeneralisir
terhadap auditor pada Perwakilan BPKP seluruh Indonesia.
3.1.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, pengelompokkan variabel-variabel yang akan digunakan
dibagi menjadi dua variabel yaitu:
a. Variabel Bebas (Variable Independent)
Yang akan menjadi variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah:
X1 : Etika Profesi
X2 : Skeptisme Profesional
28
X3 : Pengalaman Kerja
b. Variabel Terikat (Variable Dependent)
Yang akan menjadi variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah
Kemampuan Mendeteksi Fraud (Kecurangan).
3.1.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran terhadap variabel-variabel dalam penelitian, baik variabel bebas
maupun terikat akan diukur menggunakan indikator-indikator antara lain:
Tabel 3.1Tabel Pengukuran Variabel
VariabelDimensi Indikator Kuesioner Skala
PenerapanAturan Etika
(X1)
(PermenpanNomorPER/04/M.PAN/03/2008),(Kode EtikAuditor InternPemerintahIndonesia-AAIPI 2014)
1. Prinsip-prinsipperilakuauditor
a. Kompetensi
b. Integritas
c. Obyektifitas
d. Akuntabel
e. Perilaku Profesional
f. Kerahasiaan
No.1
No.2
No.3
No.4
No.5
No.6
No.7
Interval
SkeptisismeProfesional
1. pemeriksaanbukti audit
a. Questioning mind No.8 Interval
29
(X2)
(Hurt, Eining,dan Plumlee2003),(Fullerton danDurtschi,2004)
2. pemahamanbukti audit
3. inisiatifuntukbersikapskeptis
b. Suspension ofjudgement
c. Search forknowledge
d. Interpersonalunderstanding
e. Self determination
No.9
No.10
No.11
No.12
No.13
No.14
No.15
No.16
No.17
No.18
No.19
No.20
No.21
No.22
No.23
No.24
No.25
PengalamanKerja
(X3)
(Arens, 2004)
(Sukriah,2009)
1. Pengalamanyangmencukupidalamprofesi audit
a. Lamanya bekerjasebagai auditor
b. Banyaknyapenugasan audit
No.26
No.27
No.28
No.29
No.30
Interval
30
yang dilakukanNo.31
No.32
No.33
PengungkapanFraud
(Y)
(AICPA,2002),(Fullerton danDurtschi,2003)
1. Gejala fraudterkaitlingkunganorganisasi
2. Gejala fraudterkaitpribadipelaku
3. Gejala fraudterkaitpencatatanakuntansidankeuangan
a. Budaya organisasiberisiko fraud tinggi
b. Kesempatan fraud
c. Gejala fraud padapribadi
d. Indikasi fraud padapencatatan laporankeuangan
No.34
No.35
No.36
No.37
No.38
No.39
No.40
No.41
No.42
No.43
No.44
Interval
3.1.3. Data Penelitian
a. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah auditor yang
bertugas pada Perwakilan BPKP Provinsi Lampung dan Kantor BPKP
Pusat. Kriteria auditor yang akan dijadikan sampel antara lain:
31
1) Auditor yang terlibat langsung dalam penugasan terutama dalam proses
pengumpulan dan pengujian bukti audit, yaitu auditor yang memiliki
peran sebagai ketua tim dan anggota tim;
2) Auditor yang memiliki pengalaman penugasan audit selama satu tahun
atau lebih.
b. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan kuesioner yang diukur
menggunakan skala Likert untuk pengumpulan data yang diperlukan.
3.2 Teknik Analisis Data
Teknik yang akan digunakan dalam melakukan analisis data akan dilakukan
secara bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tendensi sentral (mean,
median dan modus) dari sekumpulan data hasil kuesioner. Uji statistik
deskriptif akan dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 22.
2. Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner.
Pengujian yang akan dilakukan antara lain:
32
a) Uji Validitas
Menurut Ghozali, (2016), uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur kuesioner tersebut.
Kuesioner penelitian dikatakan valid jika nilai signifikansi > 0,05.
Apabila dari tampilan hasil analisis menunjukan bahwa korelasi antara
indikator terhadap total skor konstruk menujukan hasil yang signifikan
maka dapat disimpulkan bahwa indikator pertanyaan adalah valid. Uji
validitas ini akan dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 22.
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2016).
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk diinginkan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik.
Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban
dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Dalam menguji reliabilitas data pada penelitian akan
menggunakan formula Cronbach’s Alpha. Suatu variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha >0,70 (Ghozali,
2016). Uji reabilitas ini akan dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 22.
33
c) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
2016). Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi normal dari
data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas
pada dasarnya melakukan perbandingan antara data penelitian dengan
data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang
sama dengan data penelitian.
Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau
mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan
melalui uji statistik yaitu dilakukan dengan pendekatan Kolmogorov-
Smirnov. Suatu variabel dikatakan normal jika nilai Sig. atau
probabilitas pada uji Kolmogornov-Smirnov > 0,05. Selain itu uji
normalitas juga diuji dengan grafik Probability Plot. Dari grafik
tersebut apabila titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal yang artinya data dalam penelitian ini
terdistribusi secara normal (Ghozali, 2016)
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan digunakan ialah sebagai berikut:
a) Uji Persamaan Regresi Linear Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk
34
menguji hubungan pengaruh antara variabel satu dengan yang lain
(bebas dan terikat). Model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Dimana:
Y : Pendeteksian Fraud
a : Konstanta
b : Koefisien Regresi
X1 : Etika Profesi
X2 : Skeptisisme Profesional
X3 : Pengalaman Kerja
e : Standard Error
b) Uji Adjusted R2
Uji Adjusted R2atau Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel
dependen. Dalam pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi
dilihat dari besarnya nilai Adjusted R Square (Adjusted R2) untuk
mengetahui seberapa jauh variabel bebas mempengaruhi variabel
terikatnya. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 s.d. 1. Jika nilai R2
besar (mendekati 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir
35
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen, begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2016).
c) Uji Statistik t
Uji statistik-t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna
menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu
terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Kriteria pengambilan
keputusannya sebagai berikut :
a. H0 ditolak apabila nilai uji statistik-t < 0,05 atau nilai t hitung > t
tabel.
b. H0 diterima apabila nilai uji statistik-t > 0,05 atau nilai t hitung < t
tabel.
d) Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F)
Uji statistik-F digunakan untuk menguji hubungan regresi secara
simultan yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi layak
untuk dilanjutkan. Hipotesis dikatakan signifikan apabila nilai f hitung
> f tabel pada derajat kebebasan 5%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh, kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika profesi berpengaruh positif
terhadap pendeteksian fraud. Hal ini menunjukkan bahwa apabila seorang
auditor mengikuti etika profesi yang telah diatur maka akan menjamin
kualitas serta meningkatkan kemampuan mendeteksi fraud yang dimiliki
auditor tersebut.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif
terhadap pendeteksian fraud. Hal ini menandakan bahwa apabila seorang
auditor memiliki pengalaman kerja yang memadai maka kemampuan
mendeteksi fraud pada auditor tersebut akan lebih memadai dan memberikan
jaminan kualitas pekerjaan yang lebih baik.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skeptisisme profesional tidak
berpengaruh positif terhadap pendeteksian fraud. Dalam penelitian ini
69
diketahui bahwa variabel skeptisisme profesional tidak memiliki pengaruh
terhadap kemampuan mendeteksi fraud pada auditor, apabila salah satu
indikator pada variabel tersebut memiliki nilai lebih rendah dibanding
indikator lainnya, didalam penelitian ini indikator yang memiliki nilai lebih
rendah tersebut adalah indikator keteguhan hati (self determination).
5.2 Keterbatatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan untuk dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah,
meskipun demikian masih terdapat keterbatasan yaitu :
1. Responden dalam penelitian ini hanya meliputi auditor yang bekerja di
Perwakilan BPKP Provinsi Lampung dan Kantor BPKP Pusat, sehingga hasil
penelitian ini hanya mencerminkan kondisi auditor yang bekerja di
Perwakilan BPKP Provinsi Lampung dan Kantor BPKP Pusat.
2. Kesibukan auditor membuat waktu yang dibutuhkan dalam pengembalian
kuesioner penelitian kurang optimal.
3. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner yang membuat peneliti tidak
dapat mengawasi kebenaran dari jawaban atas pernyataan.
4. Penelitian ini hanya menguji beberapa sikap yang harus dimiliki auditor
dalam menjalankan tugasnya, terlebih saat mendeteksi adanya kecurangan
yang dapat terjadi saat proses audit.
70
5. Terdapat kemungkinan adanya dimensi variabel dan indikator variabel lain
yang dapat memberikan hasil yang lebih akurat dan lebih relevan namun tidak
digunakan oleh penulis dalam kuesioner sebagai alat pengukuran variabel.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka disarankan:
1. Bagi Kantor BPKP:
a. Mempertahankan dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara
berkala dan terus menerus terkait penerapan etika profesi audit dalam
setiap pelaksanaan penugasan audit untuk menjaga mutu pekerjaan yang
dilakukan.
b. Meningkatkan kesadaran seluruh auditor BPKP akan pentingnya menjaga
sikap skeptisisme profesional dalam setiap pelaksanaan tugas audit melalui
pelatihan atau workshop secara berkala untuk menjaga kualitas keputusan-
keputusan yang dibuat selama pelaksanaan audit.
c. Meningkatkan program pendidikan dan pelatihan agar auditor yang telah
ada agar dapat menambah pengalaman kerja yang dimiliki untuk
menunjang pelaksanaan penugasan audit di masa depan.
2. Bagi peneliti selanjutnya:
a. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan ruang lingkup responden
diperluas, tidak hanya yang berasal dari Perwakilan BPKP Provinsi
Lampung dan Kantor BPKP Pusat saja.
71
b. Penelitian selanjutnya harus memperhatikan waktu yang tepat dalam
penyebaran kuesioner.
c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah dan mengembangkan
metode penelitian lain seperti wawancara langsung kepada responden
untuk memperoleh data yang berkualitas.
d. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah dan meneliti variabel
penelitian lain yang dapat mempengaruhi kemampuan auditor dalam
pendeteksian fraud yang tidak ada dalam penelitian ini.
e. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu meningkatkan kecermatan dan
ketelitian dalam menghimpun dan memilih dimensi variabel dan indikator
variabel yang digunakan dalam kuesioner sehingga dapat menghasilkan
data yang lebih relevan dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, N., Atmadja, A.T., Herawati, N.T. and AK, S., 2014. Pengaruh SkeptismeProfesional Auditor, Independensi, Dan Pengalaman Auditor TerhadapTanggungjawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan Dan KekeliruanLaporan Keuangan (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik (Kap) WilayahBali). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi S1).
Anggriawan, Eko Ferry. 2014. Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisisme ProfesionalDan Tekanan Waktu Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Fraud(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DIY). Jurnal Nominal/Volume IIINomor 2/Tahun 2014. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Albrecht, W. S., Albrecht, C. O., Albrecht, C. C., & Zimbelman, M. F. 2011. Fraudexamination. Cengage Learning.
American Institute of Certified Public Accountants. 2002. SAS 99: Consideration ofFraud in a Financial Statement Audit. New York, NY: AICPA
American Institute of Certified Public Accountants. 2002. AU 230: Due ProfessionalCare in the Performance of Work. New York, NY: AICPA
Arens, Alvin A, Randal J.Elder dan Mark S. Beasley.2008. Auditing dan JasaAssurance: Pendekatan Terintegritas. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Arens, Elder., Beasley., Amir.2012. Jasa Audit dan Assurance:Pendekatan Terpadu(Adaptasi Indonesia). Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE). 2012. Report to the Nations onOccupational Fraud and Abuse.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI). 2014. Kode Etik Auditor InternPemerintah Indonesia.
Badjuri, Achmad. 2010. Peranan Etika Akuntan Terhadap Pelaksanaan FraudAudit.Jurnal Fokus Ekonomi (FE) Vol. 9 No. 3, Desember 2010. UniversitasStikubank. Semarang.
Benselin, C. Jennifer dan Ragsdell, Gillian. 2015. Information Overload: TheDifferences That Age Makes. Journal of Librarianship and Information Science.Volume 48. January 18, 2015.
Bonner, S. E. 1990. Experience Effect in Auditing: The Role of Task SpesificKnowledge. The Accounting Review. Januari.
Carpenter, Tina D. dan Reimers, Jane L. 2013. Influence and The Level of FraudIndicators on Auditor's Fraud Judgement and Actions. American AccountingAssociation.
Everett, Jeff dan Tremblay, Marie Soleil. 2013. Ethics and internal audit: Moral willand moral skill in a heteronomous field. Critical Perspective on AccountingJournal. YCPAC-1813.
73
Festinger, Leon. 1957. A Theory of Cognitive Dissonance. California. Accessed onDecember, 23, 2016, from Stanford University Press.
Fullerton, R. and Durtschi, C,. 2004. The effect of professional skepticism on the frauddetection skills of internal auditors. SSRN: https://ssrn.com/abstract=617062.
Futri, P.S. and Juliarsa, G., 2014. Pengaruh Independensi, Profesionalisme, TingkatPendidikan, Etika Profesi, Pengalaman, dan Kepuasan Kerja Auditor PadaKualitas Audit Kantor Akuntan Publik di Bali. E-Jurnal Akuntansi, 7(2).
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hurtt, R. K., M. Eining, and R. D. Plumlee. 2003. Professional skepticism: A modelwith implications for research, practice, and education. Working paper.University of Wisconsin.
Ikatan Akuntan Indonesia 2001. Standar Auditing Seksi 230 : “PenggunaanKemahiran Profesional dalam Pelaksanaan Pekerjaan Auditor”. StandarProfesional Akuntan Publik. IAI-KAP. Jakarta : Salemba – Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia 2001. Standar Auditing Seksi 316 : “Pertimbangan atasKecurangan dalam Audit Laporan Keuangan”. Standar Profesional AkuntanPublik. IAI-KAP. Jakarta : Salemba – Empat.
Imansari, Putri Fitrika, Abdul Halim, Retno Wulandari. 2016. Pengaruh Kompetensi,Independensi, Pengalaman Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (StudiEmpiris Pada Auditor Kantor Akuntan Publik Di Kota Malang). Journal RisetMahasiswa Akuntansi (JRMA).
Libby, R dan David M. Frederick. 1990. Experience and The Ability to Explain AuditFindings. Journal of Accounting Research Vol. 28 No. 2 (Autumn) p.348-367.
Komite SPAP Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.Jakarta : Salemba Empat.
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Peraturan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) Nomor PER/05/M.PAN/03/2008tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintahan (APIP).
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Peraturan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintahan (APIP).
Mulyadi. 2013. Auditing Buku 1 Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Noviyanti, S. 2008. Skeptisisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 5, No. 1 June 2008 p.102-125.
Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentangBPKP.
Presiden Republik Indonesia. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan
74
Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka MewujudkanKesejahteraan Rakyat.
Pusdiklatwas BPKP. 2008. Kode Etik dan Standar Audit. Edisi Kelima
Rahman, Fatahul. 2011. Peran Manajemen dan Tanggu Jawab Auditor DalamMendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal EKSIS. Vol.7 No.2.
Rahmayani, Laras. 2014. Pengaruh Kemampuan Auditor, Skeptisisme ProfesionalAuditor, Teknik Audit Dan Whistleblower Terhadap Efektivitas PelaksanaanAudit Investigasi Dalam Pengungkapan Kecurangan. Jurnal. Universitas Riau.Pekanbaru.
Ranupandojo, H. Dan Suad Husnan. 1984. Manajemen Personalia. Edisi Iii,Yogyakarta: BPFE.
Schelker, M. 2012. Auditor expertise: Evidence from the public sector. EconomicsLetters, 116(3), pp.432-435.
Silalahi, Sem Paulus. 2013. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan RisikoAudit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor. Jurnal Ekonomi Vol. 21 No 3.
Sukirman & Sari, Maylia Pramono. 2013.Model Deteksi Kecurangan Berbasis FraudTriangle. Jurnal Akuntansi & Auditing Vol. 9/No.2/Mei 2013. Universitas NegeriSemarang. Semarang.
Supriyanto. 2014. Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit, Tipe Kepribadian DanSkeptisisme Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Dalam MendeteksiKecurangan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Solo DanYogyakarta).Naskah Publikasi.Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Tuanakotta, M, Theodorus. 2012. Akuntansi Forensic Dan Audit Investigatif. Jakarta :Salemba Empat
Wilasita, I.A.P., Edy Sujana, S.E., Msi, A.K. and Musmini, L.S., 2014. PengaruhIndependensi, Due Professional Care, dan Kepatuhan Pada Kode Etik TerhadapKualitas Hasil Pemeriksaan Audit (Studi Empiris Pada KAP Denpasar). JIMAT(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi).
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/07/29/336280/hasil-audit-bpkp-dipertanyakan
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3362446/hasil-audit-bpkp-kasus-korupsi-bawaslu-jatim-dipalsukan-berbuntut-panjang?utm_source=News
top related