pengabdian starry
Post on 09-Aug-2015
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DAFTAR ISIA. RASIONALITAS............................................................................................................2
B. MASALAH...................................................................................................................7
C. TUJUAN DAN SASARAN..............................................................................................8
D. MANFAAT...................................................................................................................8
E. MATERI, METODE DAN TEKNIK YANG DIGUNAKAN...................................................8
F. EVALUASI....................................................................................................................9
G. WAKTU PELAKSANAAN..............................................................................................9
H. BIAYA PELAKSANAAN.................................................................................................9
I. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10
1
PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JUDUL : Pelatihan Pemasaran Hasil Pertanian Kepada Petani di desa
Lansot Timur Kecamatan Tareran
A. RASIONALITAS
Pemasaran didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan atau jasa yang
dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik
konsumen.
Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena menciptakan kegunaan
(utility) baik kegunaan bentuk, tempat, waktu maupun milik.
Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu kompleks sistem dalam
berbagai subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai
lingkungan pemasaran. Dengan demikian lima subsistem yaitu sektor produksi,
saluran pemasaran, sektor konsumsi, aliran (flow), dan fungsional berinteraksi
satu sama lain dalam subsistem keenam, yaitu lingkungan.
Pemasaran hasil pertanian dihadapkan pada permasalahan spesifik, antara lain
berkaitan dengan karakteristik hasil pertanian, jumlah produsen, karakteristik
konsumen, perbedaan tempat, dan efisiensi pemasaran.
Terdapat enam macam pendekatan yang biasa digunakan untuk
menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran hasil-hasil pertanian,
yaitu pendekatan komoditi (commodity approach), pendekatan kelembagaan
(institutional approach), pendekatan analitis atau efisiensi pemasaran (analytical
approach), pendekatan struktur tingkah laku dan penampilan pasar (SCP
approach), dan pendekatan manajemen pemasaran (marketing management
approach). Masing-masing pendekatan tersebut tidak dapat berdiri sendiri
sehingga memerlukan pendekatan lainnya agar dapat memberikan manfaat yang
lebih menyeluruh.
Fungsi pemasaran adalah kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk
menyelesaikan proses pemasaran. Secara umum, fungsi pemasaran
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan facilitating
2
function. Masing-masing fungsi ini masih dapat dirinci lagi menjadi fungsi-fungsi
yang lebih spesifik.
Beberapa fungsi penting dalam pemasaran hasil pertanian antara lain fungsi
penyimpanan, transportasi, grading dan standardisasi, serta periklanan.
Fungsi penyimpanan dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode panen dan
periode paceklik. Ada empat alasan pentingnya penyimpanan untuk produk-
produk pertanian, yaitu: a) produk bersifat musiman, b) adanya permintaan akan
produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun, c) perlunya waktu untuk
menyalurkan produk dari produsen ke konsumen, d) perlunya stok persediaan
untuk musim berikutnya.
Fungsi transportasi dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk berguna
dengan memindahkannya dari produsen ke konsumen. Biaya transportasi
ditentukan oleh: a) lokasi produksi, b) area pasar yang dilayani, c) bentuk produk
yang dipasarkan, d) ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.
Fungsi standardisasi dan grading dimaksudkan untuk menyeder-hanakan
dan mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditi melalui
saluran pemasaran. Grading adalah penyortiran produk-produk ke dalam satuan
atau unit tertentu. Standardisasi adalah justifikasi kualitas yang seragam antara
pembeli dan penjual, antar tempat dan antar waktu. Fungsi periklanan
dimaksudkan untuk menginformasikan ke konsumen apa yang tersedia untuk
dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu produk. Masalah yang timbul
dalam periklanan produk-produk pertanian terutama berkaitan dengan
karakteristik produk-produk pertanian itu sendiri.
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam
sistem pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan
jumlah yang diterima produsen atas produk pertanian yang diperjualbelikan.
Selain secara verbal, marjin pemasaran dapat dinyatakan secara matematis dan
secara grafis.
Produk referensi merupakan titik awal yang menunjukkan 1 kilogram dari
produk yang dijual kepada konsumen, misalnya petani perlu menyediakan 1,11
kilogram tomat untuk menyediakan 1 kilogram dari produk referensi karena 10
persen dari produk yang dijual telah hilang/rusak dalam proses pemasaran.
3
Ada tiga metode untuk menghitung marjin pemasaran yaitu dengan memilih dan
mengikuti saluran pemasaran dari komoditi spesifik, membandingkan harga pada
berbagai level pemasaran yang berbeda, dan mengumpulkan data penjualan dan
pembelian kotor tiap jenis pedagang. Masing-masing metode memiliki kelemahan
dan kelebihan.
Marjin pemasaran menurut jenisnya dibedakan menjadi marjin absolut,
persen marjin dan kombinasi antara marjin absolut dan persen marjin.
Persentase bagian marjin merupakan suatu pengelompokan yang digunakan secara
populer pada serangkaian angka yang menunjukkan marjin absolut dari berbagai
tipe pedagang atau berbagai fungsi pemasaran yang berbeda, dibagi dengan harga
eceran.
Komponen biaya pemasaran berdasarkan berbagai kegiatan pemasaran
yang umumnya dilakukan meliputi biaya persiapan dan pengepakan, biaya
handling, biaya processing, biaya modal, pungutan-pungutan, komisi dan
pembayaran tidak resmi.
KENDALA PEMASARAN PRODUK PERTANIAN
1. Kesinambungan produksi
Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil
pertanian berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian, yaitu pertama,
volume produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala usaha kecil (small
scale farming). Kedua, produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada
waktu-waktu tertentu. Ketiga, lokasi usaha tani yang terpencar-pencar sehingga
menyulitkan dalam proses pengumpulan produksi. Keempat, sifat produksi
pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan banyak tempat.
2. Kurang memadainya pasar
Hal iani berhubungan dengan cara penetapan harga dan pembayaran. Ada
tiga cara penetapan harga jual produk pertanian yaitu: sesuai dengan harga yang
berlaku, tawar-menawar, dan borongan. Pemasaran sesuai dengan harga yang
berlaku tergantung pada penawaran dan permintaan yang mengikuti mekanisme
4
pasar. Penetapan harga melalui tawar-menawar lebis bersifak kekeluargaan,
apabila tercapai kesepakatan anatara penjual dan pembeli maka
transakasiterlaksana. Praktik pemasaran dengan cara borongan terjadi karena
keadaan keuangan petani yang masih rendah.
3. Panjangnya saluran pemasaran
Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang
dikeluarkan, serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan pedangang.
Hal tersebut cenderung memperkecil bagian yang diterima petani dan
memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang pendeknya saluran
pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus dilalui dari
petani sampai ke konsumen.
4. Rendahnya kemampuan tawar-menawar
Kemampuan petani dalam penawaran produk yang dihasilkan masih
terbatas karena keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga ada kecenderungan
produk-produk yang dihasilakan dijual dengan harga yang rendah. Berdasarkan
keadaan tersebut, maka yang meraih keuntungan besar pada umumnya adalah
pihak pedagang.
5. Berfluktuasinya harga
Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi bergantung dari
perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga
dapa terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per minggu, bahkan perhari,
atau dapat terjadi dalam jangka panjang. Keadaan tersebut menyebabkan petani
sulit melakukan perencanaan produksi, pedagang juga sulit dalam memperkirakan
permintaan.
6. Kurangnya informasi pasar
Informasi pasar merupakan fakta yang menentukan apa yang diproduksi,
dimana, mengapa, bagaimana, dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan
terbaik. Kondisi tersebut menyebabkan usaha tani dilakukan tanpa melalui
5
perencanaan yang matang. Begitu pula pedagang tidak mengetahui kondisi pasar
dengan baik, terutama kondisi makro.
7. Rendahnya kualitas produksi
rendahnya kualitas produk yang diahasilkan karena penanganan yang
dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan kegiatan
mulai dari prapanen sampai panen yang belum dilakukan dengan baik. Masalah
mutu produk yang diahsilakan juga ditentukan pada kegiatan pascapanen, seperti
melalui standarisasi dan grading.
8. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia di pedesaan tidak pula didukung
oleh fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari
panen sampai pascapanen tidak dilakukan dengan baik. Disamping itu, pembinaan
petani selama ini lebih banyak kepada praktek budidaya dan belum mengarah
kepada praktek pemasaran.
Sesuai dengan hasil kunjungan ke sentra-sentra pertanian diketahui
beberapa masalah pertanian yang ada di desa Lansot Timur Kecamatan Tareran
adalah sebagai berikut.
Persediaan barang yang bersifat musiman. Selama ini para petani di
Desa Lansot masih mengandalkan teknologi sederhana dalam mengembangkan
produksinya. Hal ini tentu mempengaruhi komoditas panen yang dihasilkan,
sehingga persediaan barang juga bersifat musiman (belum stabil). Ketika panen
raya tiba, stok barang melimpah ruah dan harga jualnya bisa anjlok dengan nilai
yang sangat rendah. Sedangkan pada saat belum musim, ketersediaan barang
menjadi sangat terbatas sehingga harga jualnya bisa melambung tinggi.
Ketersediaan produk yang kurang stabil seperti ini menjadi salah satu kendala
besar bagi para pelaku usaha, sehingga mereka belum bisa memenuhi permintaan
pasar ekspor secara kontinyu.
Rantai pemasaran yang terlalu panjang. Terkadang panjangnya rantai
pemasaran di bidang agrobisnis hanya akan memperbesar biaya operasional dan
memotong margin atau keuntungan yang seharusnya diterima petani. Biasanya
6
semakin banyak jumlah perantara yang dilalui sebuah produk, maka semakin kecil
pula harga tawar produk tersebut. Sehingga wajar adanya bila harga beli yang
ditawarkan para tengkulak terkadang kurang menguntungkan bagi para pelaku
usaha, karena nilainya lebih rendah dari harga jual di pasaran (di kalangan
konsumen akhir).
Kurangnya informasi jaringan pasar. Sampai hari ini masih banyak
para petani di desa Lansot yang minim pengetahuan dan kemampuan dalam
menganalisa pasar. Bahkan sebagian dari mereka belum mendapatkan informasi
mengenai calon konsumen yang potensial. Sehingga tidak heran bila sekarang ini
banyak petani yang masih kebingungan untuk memasarkan produk hasil
panennya.
Minimnya perencanaan dalam menjalankan usaha agrobisnis dan
kurangnya ilmu pengetahuan maupun kemampuan yang dimiliki para petani,
menjadikan pemasaran sektor agrobisnis di Indonesia masih belum optimal dan
menemui beberapa hambatan. Karenanya, dibutuhkan kerjasama dari pihak
pemerintah maupun swasta agar kualitas produk agrobisnis Indonesia bisa
menunjukan peningkatan yang signifikan, dan bisa memenuhi kebutuhan pasar
yang masih terbuka lebar.
B. MASALAH
Masalah yang dihadapi oleh para pengrajin Gerabah di Desa Pulutan
adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan kurang stabil
2. Hasil Pertanian sering tidak bisa dijual pada waktu yang tepat
3. Waktu panen yang tidak tepat
4. Jalur pemasaran lambat
5. Pengetahuan ilmu pemasaran yang kurang
7
C. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan Pemasaran Hasil
Pertanian kepada petani di Desa Lansot Timur Kecamatan Tareran
2. Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah Para petani di Desa Lansot
Timur Kecamatan Tareran
D. MANFAAT
Pembinaan dan Pelatihan ini bermanfaat bagi para petani di Desa
Lansot Timur Kecamatan Tareran dalam menambah kemampuan
pemasaran hasil pertanian mereka.
E. MATERI, METODE DAN TEKNIK YANG DIGUNAKAN
Materi
Rencana materi yang akan diberikan mencakup :
Menjelaskan arti dan ruang linkup ,Kegunaan dan Proses Manajemen Pemasaran
Menjelaskan Analisis Manajemen Pemasaran.
Menjelaskan Proses Analisis Konsumen/Pelanggan
Menjelaskan tentang Bauran Pemasaran
Menjelaskan tentang Cara Menyusun Strategi Pemasaran
Menjelaskan tentang aplikasi Perencanan Pemasaran
Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah metode
ceramah, tanya jawab, studi kasus, dan praktek lapangan yang berkenaan
dengan pemasaran hasil Pertanian.
8
Teknik
Teknik yang digunakan dalam kegiatan ini adalah secara individual dan
kelompok.
F. EVALUASI
Evaluasi akan dilakukan baik pada setiap kegiatan pembinaan dan pelatihan
maupun pada saat kegiatan berakhir.
G. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan pelatihan direncanakan dilakukan selama 5 hari dimulai pada
pukul 10.00-15.00
H. BIAYA PELAKSANAAN
Biaya pelaksanaan sebesar Rp. 15.000.000 (Lima Belas Juta Rupiah),
dengan rincian sebagai berikut :
No. Komponen Biaya Jumlah (Rp.)
1. Persiapan
Proposal
Observasi Lapangan
500.000
1.000.000
2. Pelaksanaan
Konsumsi 20 x 3 x 5 x 20.000
Transportasi 5 x Rp. 200.000
Honor Instruktur 5 x 500.000
Materi 20 x 50.000
6.000.000
1.000.000
2.500.000
1.000.000
3. Pembuatan Laporan Kegiatan 3.000.000
JUMLAH TOTAL
(Lima Belas Juta Rupiah)
15.000.000
9
I. DAFTAR PUSTAKA
Anindita, Ratya (2003) Dasar-dasar Pemasaran Hasil Pertanian, Buku Diktat Ajar, Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Antony, G., Prestwidge, D., Sandell, G., Archer, A., Thorburn, P., and Higgins, A., (2004) ‘Towards farming-systems change from value-chain optimization in the Australian sugar industry’, AFBMNetwork Conference –Proceedings of Contributed Papers.
Arias, P., Dankers, C., Liu, P., and Pilkauskas, P., (2003), The World Banana Economy 1985-2002, Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang, Departemen Pertanian Indonesia.
Dimyati, A., (2007) ‘Modernisasi Sentra Produksi Jeruk Di Indonesia’, Laboratorium Data, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Tlekung-Batu, Jawa Timur
Departemen Pertanian, (2005) Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan (RPPK), www.deptan.go.id.
Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) Statistik Hortikultura Tahun 2005 (Angka Tetap), Departemen Pertanian.
Pujawan, I N. (2005). Supply Chain Management. Guna Widya.
Purwadaria, H.K., (2006) ‘Issues and solutions of fresh fruits export in Indonesia’, Department of Agricultural Engineering, Bogor Agricultural University, Indonesia.
Hofman, P.J., Ledger, S.N.,and Woods, E.J., (2004) ‘Analysis of the Constraints to Banana Industry Development in Indonesia Using the Supply chain Concept’, Agriproduct supply-chain management in developing countries, edited by G.I. Johnson and P.J. Hofman, ACIAR Proceedings, No. 119e, pp.59-68.
Tasrif, M., Avianto, T.W., (2005) Kursus Analisis Kebijakan DenganMenggunakan Model System Dynamics, Institut Teknologi Bandung; Pusat Penelitian Material dan Energi.
10
top related