penerapan struktur naratif pada film
Post on 01-Nov-2021
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN STRUKTUR NARATIF PADA FILM
NEGERI 5 MENARA BERDASARKAN
PENDEKATAN KONFLIK TOKOH UTAMA
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD WILDAN AL-FIRDAUS
NIM. 16148110
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2021
PENERAPAN STRUKTUR NARATIF PADA FILM
NEGERI 5 MENARA BERDASARKAN
PENDEKATAN KONFLIK TOKOH UTAMA
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Strata -1 (S-1)
Proram Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam
Oleh :
MUHAMMAD WILDAN AL-FIRDAUS
NIM. 16148110
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2021
ii
iii
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Wildan Al-Firdaus
NIM : 16148110
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (Skripsi) berjudul :
Penerapan Struktur Naratif Pada Film Negeri 5 Menara Berdasarkan
Pendekatan Konflik Tokoh Utama adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan
atau plagiarisme dari karya orang lain. Apabila di kemudian hari, terbukti sebagai
hasil jiplakan atau plagiarisme, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Selain itu, saya menyetujui laporan Tugas Akhir ini dipublikasikan secara online
dan cetak oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan tetap memperhatikan
etika penulisan karya ilmiah untuk keperluan akademis.
Demikian, surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, 19 Agustus 2021
Yang menyatakan
Muhammad Wildan Al- Firdaus NIM. 16148110
iv
ABSTRAK
PENERAPAN STRUKTUR NARATIF PADA FILM NEGERI 5 MENARA BERDASARKAN PENDEKATAN KONFLIK TOKOH UTAMA (Muhammaad Wildan Al – Firdaus, 2021, hal 1 - 133) Tugas Akhir Skripsi Program Studi Film & Televisi Jurusan Seni Media Rekam Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konflik menjadi sebuah unsur yang membangun cerita pada film. Skripsi ini mengkaji mengenai konflik tokoh utama pada film Negeri 5 Menara. Penelitian ini menggunakan teori tangga dramatik dari buku Himawan Pratista. dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan observasi dan studi Pustaka, sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh utama dalam film ini mempunyai karakter tokoh dengan tujuan yang lemah, tidak di dasari dengan motivasi serta filosofi yang kuat pada segi alur cerita film. Tangga dramatic pada film ini ditunjukkan bahwa konflik sudah muncul sejak awal film sebagai pemantik penonton dengan cerita yang disuguhkan, hingga pada bagian perengahan berisi konflik utama dan resolusi penyelesaian masalah, sedangkan tahap penutupan berisi pencapaian atas konflik yang dialami sebelumnya.
Kata Kunci : Konflik, Struktur Naratif, Tokoh Utama, Film Negeri 5 Menara
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Allah SWT
Kedua Orang tua saya, Ayah dan Ibu, keluarga besar saya, serta teman-
teman seperjuangan. Terimakasih atas dukungan dan doa kalian selama ini,
utamanaya dalam proses pengerjaan skripsi ini.
vi
MOTTO
Karunia Allah yang paling lengkap adalah
kehidupan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan
-Ali bin Abi Thalib -
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan
hidahyah-Nya kepada penulis sehingga diberikan kemudahan dan kelancaran dalam
menyusun tugas skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak
akan berjalan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah
membantu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Sri Wastiwi Setiawati, S.Sn., M.Sn, selaku Dosen pembimbing tugas akhir
skripsi, yang telah memberikan banyak arahan dan saran selama proses
penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
2. Ttius Soepono Adji, S.Sn., M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang
memberikan perhatian dan arahan kepada penulis untuk segera
menyelesaikan studi sekaligus sebagai dosen penguji tugas akhir yang
memberikan masukan dan saran.
3. I Putu Suhada Agung, S.T., M.Eng. selaku ketua penguji pada ujian
pendadaran sekaligus memberikan arahan dan saran kepada penulis.
4. Seluruh dosen program studi film dan televisi, yang telah memberikan
ilmunya selama masa perkuliahan di Institut Seni Indonesia Surakarta.
5. Saiful Asrori dan Lailatul Nikmah, S.Pd., M.Pd. selaku kedua orang tua
penulis yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir skripsi.
viii
6. Rizky Hikmatul Maulidia yang selalu memberikan semangat dan dukungan
untuk segera menyelesaikan tugas akhir skripsi.
7. Ustadz Royali selaku pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul
Khoirot yang senantiasa memberi semangat dan membimbing penulis
selama menempuh studi di pondok.
8. Hizbul Wafi, Wifaqurrohman, Subhan Masruri, Aji Pangestu, Slamet
Ginanjar yang selalu mendengarkan keluh kesah, dan memberikan nasihat
dukungan, serta semangat kepada penulis selama proses pengerjaan tugas
akhir skripsi.
9. Rekan-rekan Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoirot yang
senantiasa memberi dukungan penuh kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan prodi film & televisi yang memberi inspirasi,
dukungan serta semangat kepada penulis selama proses pengerjaan tugas
akhir skripsi.
11. Semua pihak yang membantu dalam bentuk apapun yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Besar harapan penulis atas kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis, pembaca dan semua pihak.
Surakarta, 19 Agsustus 2021
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ................................................................................................. ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................. v
MOTTO ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ …vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Peneletian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 5
F. Kerangka Konseptual ....................................................................... 9
1. Struktur ................................................................................... 9
2. Pola Struktur ......................................................................... 10
G. Metode Penelitian .......................................................................... 15
1. Jenis Penelitian .................................................................... 15
2. Objek Peneliitian .................................................................. 15
3. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 16
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 17
x
BAB II FILM NEGERI 5 MENARA ............................................................ 22
A. Film Negri 5 Menara ..................................................................... 22
1. Identitas Film ........................................................................ 23
2. Sinopsis ................................................................................ 24
B. Bedah scene Film Negeri 5 Menara .............................................. 25
C. Identifikasi Tokoh Utama .............................................................. 65
BAB III PENERAPAN STRUKTUR NARATIF PADA FILM NEGERI 5
MENARA BERDASARKAN PENDEKATAN KONFLIK
TOKOH UTAMA ........................................................................... 75
A. Struktur Film .................................................................................. 75
1. Babak Permulaan .................................................................. 75
2. Babak Pertengahan ............................................................... 93
3. Babak Akhir ....................................................................... 127
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 130
A. KESIMPULAN ........................................................................... 130
B. SARAN ........................................................................................ 131
DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 132
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Poster Film Negeri 5 Menara ........................................................... 2
Gambar 2. Karakter tokoh Alif diperankan Gazza Zubiareta ............................. 66
Gambar 3. Karakter tokoh Raja dipernakan oleh Jiofani Lubis ......................... 67
Gambar 4. Karakter tokoh said dipernakan oleh Ernest Samudera .................... 68
Gambar 5. Karakter tokoh Dulmajid diperankan oleh Aris Putra ...................... 69
Gambar 6. Karakter tokoh Atang dipernakan oleh Rizki Ramdani .................... 70
Gambar 7. Karakter tokoh Baso diperankan olwh Bily Sandy ........................... 71
Gambar 8. Karakter tokoh Amak diperankan oleh Lulu Tobing ........................ 72
Gambar 9. Karakter tokoh Ayah diperankan oleh David Chalik ........................ 73
Gambar 10. Alif dan Randai berlarian di tepi danau Maninjau ........................... 76
Gambar 11. Alif mendengarkan pembicaraan Amak dan Ayah ......................... 78
Gambar 12. Ayah menjual kerbau peliharaanya untuk biaya Alif ..................... 82
Gambar 13. Alif bertanya kepada Ayah .............................................................. 83
Gambar 14. Kebimbangan Alif melihat dua brosur di hadapannya .................... 88
Gambar 15. Alif berkata kepada Amak ............................................................... 90
Gambar 16. Amak mengantar Alif dan Ayah ke terminal ................................... 91
Gambar 17. Amak memasang foto Alif dantara Moh. Hatta dan Buya Hamka .. 86
Gambar 18. Ustadz Iskandar menerangkan peraturan kamar .............................. 94
Gambar 19. Alif dan kawan-kawan dihukum oleh santri senior ......................... 98
Gambar 20. Baso sedang berlatih pidato bahasa Inggris ..................................... 100
Gambar 21. Alif mendapat surat dari Randai yang berada di Bandung .............. 101
Gambar 22. Alif mendaftar ke lembaga jurnalistik pondok ................................ 103
Gambar 23. Alif dan teman-teman menceritakan cita-cita mereka ..................... 105
Gambar 24. Shohibul Menara berhasil membetulkan genset rusak ..................... 108
Gambar 25. Dulmajid berinisiatif agar bisa menonton bulu tangkis di pondok .. 110
Gambat 26. Alif mendapat surat dari Amak ....................................................... 113
Gambar 27. Baso dijemput tetangganya dan meninggalkan Pondok Madani ..... 115
Gambar 28. Alif membuat sebuah tulisan di bukunya ........................................ 117
Gambar 29. Alif beradu argumen dengan teman-temanya .................................. 119
xii
Gambar 30. Said mendatangi Alif setelah kelas .................................................. 120
Gambar 31. Alif membaca surat permintaan maaf Amak ................................... 123
Gambar 32. Alif tidak jadi meninggalkan pondok ............................................. 124
Gambar 33. Baso mengurus neneknya yang sakit dan mengajari ...................... 126
Gambar 34. Alif mengikuti workshop jurnalis ................................................... 127
Gambar 35. Alif bertemu dengan Raja dan Atang .............................................. 128
Gambar 36. Baso mendapat telepon dari Alif ..................................................... 129
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Scene dan adegan dalam film Negeri 5 Menara ..................................... 64
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Skema pola struktur naratif menurut Himawan Pratista ........................ 10
Bagan 2. Skema penelitian struktur naratif film Negeri 5 Menara ...................... 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film sebagai salah satu media untuk menyampaikan sebuah gagasan dari
kreator film kepada penontonnya. Pembuat film dapat menjadikanya sebagai
media penyampai pesan dalam bentuk karya audio visual yang didalamnya
dapat dimasukkan nilai-nilai yang diinginkan. Seorang kreator
menyampaikan pesan kepada penonton melalui rangkaian cerita dengan
memainkan alur atau arah cerita dalam film tersebut agar tercipta film yang
menarik untuk dinikmati dengan unsur-unsur pembentuk film.
Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur
naratif dan sinematik. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah,
sementara sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya.1 Film Negeri 5
Menara yang diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya A. Fuadi,
seorang penulis yang menggabungkan konsep cerita novel “Ayat-Ayat Cinta
karya Habiburrahman El-Shirazy dengan setting/latar lingkungan religius,
serta mengusung konsep cerita novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata
dengan konsep mimpi besar khas anak daerah, yang jika digabungkan
menjadi sebuah novel berjudul “Negeri 5 Menara” dan kemudian diadaptasi
menjadi sebuah film yang di produksi oleh Milion Pictures dan Kompas
Gramedia Production dengan di sutradarai oleh Affandi Abdul Rachman.
1 Himawan Pratista. 2008. Memahami Film. Homerian Pustaka : Yogyakarta. hal 1
2
Sebuah hal yang menjadikan menarik pada film ini adalah cerita yang
menggambarkan pergolakan batin seorang Alif sebagai salah satu tokoh
utama dalam film ini dan kelima temannya untuk mewujudkan mimpinya
sesuai passionnya, untuk sukses dengan prinsip yang mereka pahami.
Namun, mimpi Alif terkendala dengan harus menuruti permintaan orang
tuanya sebagai tanda bakti atas nama anak terhadap orang tua. Salah satu
bukti bahwa Alif menunjukkan baktinya sebagai anak adalah dengan
mengikuti apa kata amaknya untuk masuk pesantren.
Konflik dapat diartikan sebagai penghalang yang dihadapi tokoh
protagonis untuk mencapai tujuanya. Banyak konflik secara lansgung dan
tak langsung yang dialami oleh tokoh, baik berupa kejadian-kejadian antara
tokoh dengan tokoh maupun konflik batin yang berasal dari diri sisi
psikologis tokoh. Pemilihan tokoh dalam sebuah film adalah suatu hal yang
sangat penting karena penonton akan memusatkan perhatianya kepada
tokoh yang akan membawa cerita pada film tersebut melalui peran tokoh
dan konflik yang dimunculkan. Karakter tokoh utama dalam film Negeri 5
Menara tidak hanya dibawakan oleh satu atau dua orang saja, melainkan
lima orang santri yang berasal dari berbagai daerah yang sama-sama
diwujudkan sebagai sosok yang semangat menggapai mimpinya, sebagai
anak daerah yang berkeinginan menunjukkan bahwa dirinya akan menjadi
sosok yang berhasil. Peran Alif sebagai salah satu tokoh sentral dalam film
ini dapat dilihat dari konflik-konflik yang dihadapi. walaupun dalam sebuah
cerita mungkin terdapat berbagai konflik, tapi didalamnya terdapat satu
3
konflik besar yang akhirnya menyimpan arti terpenting dari cerita itu
sebagai sebuah keseluruhan.
Film Negeri 5 Menara merupakan kisah perjuangan seorang anak daerah
yang bernama Alif Fikri Chaniago asal Bukittinggi, Sumatera Barat, beserta
lima temanya dari berbagai daerah, yang berusaha menggapai mimpi di balik
persahabatan dan persaudaraan di pondok madani, sebuah pondok pesantren
modern di Ponorogo, Jawa Timur. Film ini bercerita tentang Alif (Gazza
Zubizareta) yang setelah kelulusanya di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Maninjau, bersama sahabatnya Randai (Sakura Ginting), yang memiliki
keinginan untuk bersama sama melanjutkan ke sekolah umum, SMA
Bukittinggi, dan kemudian meneruskan kuliah di kampus yang menjadi
tujuanya di ITB (Institut Teknologi Bandung) karena terinspirasi dari seorang
tokoh nasional yang juga presiden B.J Habibie. Namun keinginan Alif
bertolak belakang dengan amaknya (Lulu Tobing) yang menginginkan Alif
masuk ke pondok pesantren untuk mendalami ilmu agama agar nanti dewasa
menjadi tokoh nasional yang bermanfaat bagi banyak orang, walaupun pada
awalnya Alif tidak mau, namun akhirnya memenuhi keinginan orang tuanya
meski dengan setengah hati.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penciptaan konflik
melalui pola struktur naratif diterapkan dalam film ini, alur yang mudah
dipahami membuat penonton merasa dekat dengan maksud dari film tersebut
melalui alur cerita yang disampaikan. penulis mengkaji pola struktur naratif
dalam film Negeri 5 Menara ini untuk melihat bagaimana penerapan pola
4
struktur naratif dalam menciptakan sebuah konflik sehingga menjadikan film
ini menarik untuk ditonton dan menimbulkan kesan menginspirasi dan
memotivasi setelah menontonnya. Penulis berharap dengan adanya penelitian
ini dapat memberi sedikit manfaat terhadap proses inspirasi penciptaan cerita
dalam sebuah film.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu bagaimana struktur naratif dalam film Negeri 5 Menara
diterapkan melalui konflik pada tokoh utama ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan
struktur naratif film Negeri 5 Menara melalui konflik pada tokoh utama
dalam film.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memahami
penerapan struktur naratif pada film Negeri 5 Menara melalui konflik pada
tokoh utama dalam film dan juga sebagai referensi model dalam penciptaan
struktur naratif melalui konflik tokoh utama.
5
E. Tinjauan Pustaka
Banyak buku dan skripsi terdahulu yang ditemukan sebagai rujukan
bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah diteliti oleh
peneliti lain, diantaranya :
Skripsi yang berjudul Karakter Tokoh Utama Film Di Timur Matahari
Melalui Metode Langsung (Telling) Karya Araya Dewi Anggraeni.
Mahasiswa Program Studi Televisi dan Film, Jurusan Seni Media Rekam,
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta tahun 2018.
Penelitian ini mengkaji tentang kehidupan sosial masyarakat Tiom yang
menceritakan bagaimana semangat anak-anak di pegunungan Papua untuk
mengenyam pendidikan dasar dengan berbagai keterbatasan. Metode telling
adalah dengan mengkarakteristikkan melalui tokoh utama, dengan
pemaparan cerita yang dilakukan oleh pengarang untuk menentukan
karakterisasi tokoh. Penelitian ini dilakukan dengan observasi dan
wawancara kepada sutradara, ditambah dengan studi pustaka menggunakan
buku penunjang maupun jurnal. Hasil Penelitian ini adalah memaparkan isu
sosial terkait pelestarian budaya yang kental menunjukkan realitas yang ada
di Papua, dengan dua tokoh yang menuturkan adanya permasalahan sosial di
Papua, yakni kemiskinan, kurangngnya lapangan pekerjaan, dan sering
terjadinya konflik semakin menunjukkan relitas yang ada di Papua.
Sedangkan pada penelitian Penerapan struktur naratif pada film Negeri 5
Menara berdasarkan pendekatan konflik tokoh utama membahas tentang
penerapan struktur naratif pada film dalam menciptakan konflik tokoh utama.
6
Skripsi yang berjudul Pembangunan Konflik Melalui Struktur Naratif
Dalam Film RUDHY HABIBIE yang ditulis oleh Winda Setya Maharani.
Mahasiswa Program Studi Televisi dan Film, Jurusan Seni Media Rekam,
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Suraarta, tahun 2019.
Penelitian ini membahas tentang bagaimana konflik dibangun melalui
struktur naratif pada film tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan memahami perilaku, persepsi, motivasi dan
tindakan yang disampaikan melalui dialog yang ada, menggunakan teknik
purposive sampling atau mengambil cuplikan scene-scene mengandung
konflik yang berpengaruh pada pelaku utama yaitu Rudy Habibie. Hasil
penelitian yang dilakukan pada film ini adalah konflik yang dihadirkan lebih
banyak mengenai konflik antar tokoh utama (Rudy Habibie) dengan tokoh
lainya, pola struktur naratif pada film Rudy Habibie menggunakan pola
struktur naratif tiga babak. Sedangkan pada penelitian Penerapan struktur
naratif pada film Negeri 5 Menara berdasarkan pendekatan konflik tokoh
utama lebih menekankan bagaimana konflik diciptakan melalui struktur
naratif.
Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Film
Negeri 5 Menara Perspektif Pendidikan Islam yang ditulis oleh M.Hadi
Saputro, Universitas Islam Negreri Sunan Ampel Surabaya, tahun 2019.
Penelitian ini membahas tentang nilai-nilai moral apa saja yang diterapkan
pada film Negeri 5 Menara, karena pada dasarnya moral sangat penting baik
kepada teman sesama, guru, orang tua, maupun masyarakat luas. Penelitian
7
ini menggunakan pendekatan semiotik sebagai metode penelitianya, dengan
mengambil nilai moral yang ada didalamnya, disertai observasi dengan
mengamati secara langsung terhadap objek penelitiannya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai moral dapat di kategorikan menjadi 2, yaitu moral
terhadap Tuhan, meliputi beriman, selalu ingat, dan taat terhadap Tuhan, dan
nilai moral kepada diri sendiri adalah jujur,disiplin, dan pantang menyerah.
Sedangkan pada penelitian Penerapan struktur naratif pada film Negeri 5
Menara berdasarkan pendekatan konflik tokoh utama lebih menekan kepada
konflik yang dalami tokoh utama sebagai pengantar cerita yang didalamnya
terdapat nilai-nilai moral.
Skripsi yang berjudul Analisis Struktur Naratif Dalam Membangun
Biografi Soekarno Pada Film Soekarno yang ditulis oleh Meria Agustina,
Universitas Jember, tahun 2016. Peneltian ini lebih menekankan struktur
naratif biografi tokoh Soekarno dalam Film Soekarno, sedangkan pada
penelitian Penerapan struktur naratif pada film Negeri 5 Menara
berdasarkan pendekatan konflik tokoh utama mengkaji tentang penerapan
struktur naratif dalam penciptaan sebuah konflik pada sebuah film melalui
tokoh utama.
Buku Memahami Film Karangan Himawan Pratista. Buku ini banyak
membahas tentang studi film hingga sampai dengan elemen-elemen yan
terkandung didalamnya. Pemahaman mengenai bedah karya film juga
disajikan dalam buku ini, buku ini merupakan golongan buku yang wajib
sebagai referensi dalam bidang perfilman.
8
Buku Memahami Penelitian Kualitatif Karangan Prof. Dr. Sugiyono.
Buku ini sebagai pengantar dalam menjalankan penelitian seperti apa yang
akan dilakukan. Buku ini menjabarkan tentang teori-teori penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif beserta teknik pengumpulan dan
analisisnya.
Buku Kunci Sukses Menulis Skenaruo Karangan Elizabeth Lutters.
Buku ini membahas mengenai tuntunan-tuntunan membuat skenario film,
mengkonsep mulai dari ide cerita hingga tata penulisan skenario film dan
juga membahas materi bumbu-bumbu yang biasa digunakan untuk
menjadikan film menarik di tonton.
Buku Cara Menilai Sebuah Film karya Asrul Sani, buku ini berisi
petunjuk lengkap bagaimana menyusun dan menganalisa kritik film secara
sistematis, dialog dan konflik film merupakan unsur-unsur yang dipakai
dalam penelitian ini.
9
F. Kerangka Konseptual
Bagian ini memaparkan konsep yang sesuai dengan tema penelitian,
tujuan dengan dipaparkannya konsep ini adalah agar diperoleh pemahaman
mendasar mengenai konsep tersebut. Konsep-konsep terkait diantaranya :
1. Struktur Naratif
Sebuah cerita tidak lepas dari namanya unsur naratif, naratif berguna
untuk membantu orang lain memahami hal apa yang akan disampaikan
dalam sebuah film. Unsur naratif pada sebuah film digunakan sebagai
bagian dalam pembentukan sebuah film.
Naratif adalah suatu rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama
lain dan terikat oleh logika sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam
suatu ruang dan waktu. Sebuah kejadian tidak bisa mengalir begitu saja
tanpa ada alasan yang jelas. Segala hal yang terjadi pasti disebabkan oleh
suatu dan terikat sartu sama lain dalam hubungan kausalitas.2
Pola struktur naratif dalam film secara umum dibagi menjadi tiga
tahapan, yakni : permulaan, pertengahan, serta penutupan. Tahap -tahap
inilah karakter, masalah, tujuan, aspek ruang dan waktu masing-masing
ditetapkan dan berkembang menjadi alur cerita secara keseluruhan.3
2 Himawan Pratista. hal 33 3 Himawan Pratista. hal 44
10
Berikut skema pola struktur naratif :
Permulaan Pertengahan Penutupan Aspek Ruang dan waktu Konflik Konfrontasi Akhir Para pelaku Konfrontasi Resolusi Masalah Pengembangan Masalah Tujuan
Bagan 1. Skema pola struktur naratif menurut Himawan Pratista
Diambil dalam buku berjudul “Memahami Film”
a. Tahap Permulaan
Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling kritis dalam
sebuah cerita film karena dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah
ditentukan aturan permainan cerita film. Tahap ini biasanya telah
ditetapkan pelaku utama dan pendukung, pihak protagonis dan antagonis,
masalah dan tujuan, serta aspek ruang dan waktu cerita (eksposisi). Jika
seorang pelaku cerita baik protagonis maupun antagonis membutuhkan
apapun, pada tahap inilah tuntutan tersebut biasanya dipenuhi. Kadang
pada tahap ini terdapat sekuen pendahulu atau prolog yang merupakan
latar belakang cerita film. Prolog bukan merupakan bagian dari alur cerita
utama namun adalah peristiwa yang terjadi sebelum cerita sebenarnya
terjadi.4
4 Himawan Pratista. hal 45
11
b. Tahap Pertengahan
Tahap pertengahan sebagian besar berisi usaha dari tokoh utama atau
protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah yang telah ditentukan
pada tahap permulaan. Tahap inilah alur cerita mulai berubah arah dan
biasanya disebabkan oleh aksi di luar perkiraan yang dilakukan oleh
karakter utama atau pendukung. Tindakan inilah yang nantinya memicu
munculnya konflik. Konflik sering kali berisi konfrontasi (fisik) antara
pihak protagonis dengan antagonis. Tahap ini juga umumnya karakter
utama tidak mampu begitu saja menyelesaikan masalahnya karena
terdapat elemen-elemen kejutan yang membuat masalah menjadi lebih
sulit atau kompleks dari sebelumnya. Tahap inilah tempo cerita semakin
meningkat hingga klimaks cerita. Akhir tahap ini hingga menjelang
klimaks, tokoh utama sering kali mengalami titik terendah (putus asa) baik
dari segi fisik maupun mental.5
c. Tahap Penutupan
Tahap penutupan adalah klimaks cerita, yakni puncak dari konflik atau
konfrontasi akhir. Titik inilah cerita film mencapai titik ketegangan
tertinggi. Setelah konflik berakhir maka tercapailah penyelesaian masalah,
kesimpulan cerita atau resolusi. Tokoh utama berhasil mencapai tujuannya
dan bisa pula tidak. Mulai titik inilah tempo cerita makin menurun hingga
5 Himawan Pratista. hal 45
12
cerita film berakhir.6
2. Konflik
Konflik adalah permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasillkan
pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan dramatik
yang menarik.7
Sebuah cerita pasti terdapat sebuah konflik yang memperngaruhi
jalan cerita. Penulis menggali lebih dalam konflik apa saja yang ada pada
film Negri 5 Menara, penelitian ini menggunakan dua rujukan mengenai
konflik, yaitu menurut Asrul Sani dalam bukunya Cara Menilai Sebuah
Film, yaitu :
a. Konflik Eksternal
Konflik eksternal bentuknya yang paling bersahaja. Sebuah
konflik eksternal bisa merupakan sebuah perkelahian pribadi dan
perorangan, atau antara tokoh utama dan tokoh lainya.
b. Konflik Internal.
Konflik internal ialah sebuah konflik yang berpusat pada
sebuah konflik internal, psikologis dari tokoh utama, sehingga
kekuatan yang saling berlawanan sebetulnya adalah aspek-aspek
lainya dari pribadi yang sama. 8
6 Himawan Pratista. hal 46 7 Elizabeth Lutters. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta : PT Grasindo. hal 100 8 Asrul Sani, 1992. Cara Menilai Sebuah Film, Jakarta : Yayasan Citra. hal 65
13
3. Tokoh Utama
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tokoh dalam karya sastra
adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut,
Karya sastra termasuk film juga membutuhkan aktor atau pemain (tokoh).
Pelaku yang menggambarkan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh.9
Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang
berbeda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita
disebut sebagai tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan
tidak penting karena pemunculanya hanya melengkapi, melayani,
mendukung tokoh utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu.10
G. Skema Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijabarkan, kemudian
penulis membuat skema penelitian untuk mempermudah dan juga
dijadikan sebagai fokus penelitian. Berikut skema penelitian yang akan
dibuat :
9 Aminuddin 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru. hal 79 10 Aminuddin, hal 80
14
Bagan 2. Skema penelitian struktur naratif film negeri 5 menara
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian dengan maksud memahami fenomena yang
dialami oleh subek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan
15
tindakan, secara holistik dan dengan cara dekripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada sutu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 12 Penelitian ini fokus pada
bagaimana penerapan struktur naratif yang digunakan pada film Negeri 5
Menara melalui pendekatan konflik tokoh utama.
Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data
yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya,
bukan yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna
di balik yang terlihat dan terucap tersebut.13
2. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah film berjudul Negeri 5 Menara yang
diproduksi oleh Milion Pictures dan Kompas Gramedia Production.
Sebuah film tentang perjuangan anak daerah untuk mencapai cita-citanya,
yang di sutradarai oleh Affandi Abdul Rachman, dengan naskah yang
ditulis oleh Salman Aristo, yang sebelumnya juga menulis skenario film
Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi dan juga Sang Penari. Lokasi
pengambilan gambar yang diambil dalam film ini berada di sebuah
Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Durasi film ini adalah 119 menit, film ini pertama kali dirilis pada 1 Maret
2012. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap film
Ngeri 5 Menara. Penulis juga menggunakan file film asli yang didapatkan
12 Lexy J. Moleong.2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. hal 6 13 Sugiyono. 2016. Memehami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. hal 2.
16
secara resmi dari Sinematek Indonesia, sebuah lembaga yang berfokus
pada penyimpanan dan perawatan film yang berada di Kuningan, Jakarta
Selatan, D.K.I Jakarta sebagai bahan penelitian.
3. Jenis dan Sumber data
a. Data Primer
Sumber data utama yang digunakan untuk penelitian ini
yaitu file video DVD original film Negeri 5 Menara
berformat (VOB) yang didapatkan langsung dari Sinematek
Indonesia. Peneliti melihat karakter tokoh, pola struktur
naratif, dan konflik yang ada pada film tersebut.
b. Data Sekunder
Data lain yang digunakan untuk melengkapi penelitian
ini yaitu buku-buku, jurnal, artikel, maupun situs internet
yang relevan dengan objek penelitian serupa. Memahami
Film,Cara Menulis Skenario, Kunci Sukses Menulis
Skenario, Memahami Penelitisn Kualitatif.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah metode penelitian kualitatif terdapat beberapa metode
dalam pengumpulan data. Untuk menunjang penelitian ini, diperlukan
teknik-teknik dalam pengumpulan data agar mendapatkan informasi yang
diperlukan. Berikut bebrapa teknik yang diperlukan pada penelitian ini :
17
a. Observasi
Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk menggali data dari
sumber data dengan mengamati video original film Negeri 5 Menara
untuk menganalisis penerapan struktur naratif film Negeri 5 Menara
berdasarkan pendekatan konflik tokoh utama. Peneliti melakukan
beberapa tahapan ketika melakukan teknik observasi, yaitu menonton
secara berkala setiap sekuen yang ada dalam film tersebut, setiap
sekuen peneliti mengamati objek penelitian tentang konflik apa saja
yang terjadi dalam film.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk melengkapi data dan informasi
yang dibutuhkan peneliti, baik dari jurnal, karya ilmiah atau buku-
buku yang berkaitan dengan penelitian film Negeri 5 Menara.
Dengan melakukan studi pustaka, peneliti dapat memanfaatkan
informasi yang diperlukan dari berbagai media tersebut. dengan studi
pustaka yang dilakukan, harapanya peneliti mendapatkan informasi
dari sumber yang tepat dan terpercaya sebagai penunjang teori yang
digunakan dalam penelitian.
c. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan tiga tahap dalam menganalisis data
yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimoulan dan
verifikasi.
18
1) Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari
tema dan polanya.14 Mereduksi data berarti pemilihan,
penyederhanaan, dan pemfokusan dari semua data yang
telah dikumpulkan dari berbagai sumber. Reduksi data
ddilakukan agar mempermudah menemukan data karena
tidak semua data digunakan dalam penelitian ini.
Analisis data ini dapat diperoleh dari mengamati film
Negeri 5 Menara.
Dari pengamatan seluruh scene dalam film Negeri 5
Menara, dipilih yang sesuai dengan tema bahasan pada
penelitian ini. Pemilihan beberapa scene yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah scene yang sering
memunculkan tokoh utama, konflik yang dalam film
yang berhubungan dengan tokoh utama, dan kesesuaian
karakter tokoh dengan pesan yang ingin disampaikan
dalam film Negri 5 Menara.
2) Penyajian data
Pada Penelitian ini, data disajikan secara deskriptif.
Setelah melalui tahap reduksi data, maka tahap
14 Prof. Dr. Sugiyono.2012.Memahami Penelitian Kulaitatif. Bandung : Alfabeta. hal 92
19
selanjutnya adalah menyajikan data. Pada penelitian ini,
pemilihan scene-scene terpilih dari sekuen yang
dilakukan sebelumnya selanjutnya dialihkan menjadi
adegan, kemudian mendeskripsikan dan selanjutnya
diubah menjadi narasi. Data yang diperlukan mencakup
karakterisasi tokoh, konflik, dan pesan yang ingin
disampaikan dalam film Negeri 5 Menara.
3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi menjadi puncak
dalam sebuah penelitian. Dalam tahap ini peneliti dapat
membuat kesimpulan-kesimpulan sementara. Hasil dari
kesimpulan sementara ini kemudian dapat di verifikasi
ulang dengan cara pencocokan data yang telah dilakukan
dan menonton film Negeri 5 Menara sebagai sumber
data utama.
Setelah data terkumpul melalui Teknik
pengumpulam data, maka analisis dapat dilakukan
dengan mereduksi data, yaitu mencatat sekuen fikm
Negeri 5 Menara yang berhubungan dengan struktur
naratif dan konflik tokoh utama. Setelah tahapan
sebelumnya selesai, selanjutnya yaitu penyajian data.
Data berupa uraian cerita film dibagi berdasarkan
20
struktur naratif dan konflik-konflik yang terjadi pada
film.
I. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab yang berisi uraian dan
penjelasan yang dibagi menjadi beberapa subbab. Sistematika penulisan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM FILM NEGERI 5 MENARA
Pada film ini dijelaskan deskripsi film Negeri 5 Menara, mulai dari sinopsis
film hingga identitas film tersebut. dalam bab ini sebagai pengantar juga
dijelaskan tentang rumah produksi yang memproduksi film Negeri 5
Menara.
BAB III PENERAPAN STRUKTUR NARATIF PADA FILM
NEGERI 5 MENARA BERDASARKAN PENDEKATAN TOKOH
UTAMA
Bab ini merupakan bagian inti dari penelitian ini, yang berisi tentang data-
21
data umum hasil dari analisis adegan untuk mengetahui pola struktur naratif
pada penciptaan konflik melalui karakter tokoh Alif sehingga menjadikan
film ini menarik dari segi cerita yang disampaikan. Bab ini berisi hasil
penelitian mengenai penciptaan konflik melalui karakter tokoh pada film
Negeri 5 Menara.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.
22
BAB II
FILM NEGERI 5 MENARA
A. Film Negeri 5 Menara
Film Negeri 5 Menara adalah sebuah film karya Affandi Abdul Rahman
yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karya A. Fuadi,
seorang penulis cerita yang dulunya juga pernah menuntut ilmu di pondok
yang dijadikan latar cerita dalam film ini. skenario pada film ini dibuat oleh
Salman Aristo yang juga sekaligus menjadi produsernya. Film ini rilis
pertama kali pada 1 Maret 2012 dan dengan genre drama.
Fim ini bercerita tentang Alif, seorang anak daerah yang mempunyai
cita-cita untuk kuliah di sebuah perguruan tinggi di Bandung (ITB) yang
terinspirasi dari tokoh nasional B.J Habibie, tetapi keinginan Alif tersebut
terhalang oleh keinginan amak/ibunya yang menginginkannya masuk ke
sebuah pondok pesantren dengan tujuan setelah lulus bisa menjadi panutan
bagi bangsa dan negara dengan ilmu agama yang dimilikinya.
Film ini dibintangi oleh Gazza Zubizareta, Sakurta Ginting, Lulu Tobing
dan beberapa artis senior seperti Ikang Fawzi, David Chalik dan Donny
Alamsah. Film ini juga menceritakan bagaimana menjalani hidup di sebuah
pondok pesantren dengan segala keterbatasanya, dengan demikian banyak
pelajaran kehidupan yang didapatkan didalamnya.
23
Gambar 1. Poster Film Negeri 5 Menara (Diunduh dari http://filmindonesia.or.id pukul 17.37)
1. Identitas Film
Judul film yang digunakan pada penelitian ini adalah film Negeri 5
Menara, sebuah film fiksi bergenre drama dengan durasi 119 menit. Tema
yang diambil dalam film ini tentang sekelompok pemuda yang menamakan
diri sebagai Shohibul Menara, karena titik kumpul mereka terletak di bawah
menara di sebelah masjid utama. Shohibul Menara yang berusaha meraih
impian atau cita-citanya, pada film ini cerita tidak hanya dibawakan oleh satu
orang saja, melainkan tokoh utama beserta keempat temanya sebagai sahabat
dengan tujuan yang sama sebagai inti cerita dalam film ini. Sasaran penonton
pada film ini ditujukan kepada usia 13 tahun keatas dengan alasan menjadi
inspirasi bagi pemuda-pemudi yang hendak melanjutkan pendidikanya di
24
pondok pesantren dan juga menjadi referensi untuk orang tua yang ingin
memasukkan putra-putrinya masuk ke pondok pesantren. Film ini diambil
berdasarkan kisah nyata Ahmad Fuadi, penulis ceriita film ini yang juga
menyandang status santri di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.
2. Sinopsis Film Negeri 5 Menara
Pertengahan tahun 1988 Alif akan lulus SMP. Bersama sahabatnya,
Randai, mereka berharap bisa masuk SMA terkenal di Bukit Tinggi, lalu
lanjut kuliah di ITB. Namun Amaknya menginginkan Alif untuk masuk ke
Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut kota Ponorogo, Jawa Timur. Alif
sempat menolak dengan keinginan amaknya, tetapi pada akhirnya memenuhi
keniginan orangtuanya tersebut meski dengan setengah hati.
Setibanya di Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Alif melihat tempat
itu kampungan dan mirip penjara karena peraturan yang ketat dan keharusan
mengikuti kelas adaptasi terlebih dahulu selama setahun. Alif sering
menyendiri di awal-awal masa adaptasinya, tetapi seiring berjalannya waktu,
Alif mulai bersahabat dengan teman-teman satu kamarnya, yaitu Baso dari
Gowa, Atang dari Bandung, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, dan
Dulmajid dari Madura. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid
dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara.
Suasana kian menghangat di kelas pertama, saat Alif disentak oleh
teriakan penuh semangat dari sang Ustadz: Man Jadda Wajada! Arti kata itu
adalah : Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. "Mantra" ini lah
yang menambah motivasi keenam anak itu bermimpi. Suatu sore, para
25
Sahibul menara menatap awan dan bercita-cita untuk keluar negeri. Alif
melihat benua Amerika di awan. Raja menatap Eropa, Atang menggambar
Afrika. Dulmajid dan Said melihat Indonesia. Sedang Baso, Asia.
B. Bedah Scene Film Negeri 5 Menara
Film Negeri 5 Menara memiliki durasi 1:51:41 dengan total 100 scene,
antara lain sebagai berikut :
Tabel 1. Scene dan adegan dalam film Negeri 5 Menara
Scene Setting Adegan Time Code
Established perahu dipinggir danau Maninjau
00.00.28 - 00.00.32
Established orang di pinggir sawah
00.00.34 – 00.00.39
26
1. Danau Maninjau
Randai dan Alif berlarian ke tepi danau maninjau sepulang sekolah, disana mereka berbicara mengenai rencana setelah lulus SMA
00.00.52 – 00.01.40
2. Rumah Alif
Orang tua Alif berdiskusi tentang kemungkinan Alif di sekolahkan ke pesantren
00.01.43 – 00.03.17
3. Rumah Alif
Alif pulang kerumah dan mendengar pembicaraan perihal rencana orang tuanya, seketika itu Alif marah dan langsung berlari keliuar rumah
00.03.37 – 00.04.20
27
4. Rumah Randai
Alif pergi ke rumah Randai dan menceritakan keinginan orang tuanya
00.04.25 – 00.05.19
5. Rumah Alif
Alif Kembali kerumah dan berpapasan dengan ayah di ruang tamu. Alif bergegas ke kamar dan menutup pintu dengan keadaan kesal karena mengetahui rencana orang tuanya yang hendak menyekolahkan ke pondok pesantren
00.05.19 – 00.06.19
6. Kamar Alif
Selesai sholat subuh, Ayah memanggil Alif dari luar untuk mengajak pergi ke pasar hewan
00.06.20 – 00.07.12
28
7. Kamar Alif
Ayah mengajak Alif pergi ke pasar hewan untuk menjual kerbau miliknya untuk biaya Alif sekolah ke Jawa
00.07.13 – 00.07.51
8. Danau Maninjau
Ayah dan Alif berbicara di pinggir danau Maninjau, berbicara perihal mengapa Alif harus melanjutkan ke sekolah agama, Ayah berusaha meyakinkan Alif agar ia mau menuruti apa keinginan orang tuanya
00.07.52 – 00.09.45
9. Kamar Alif
Alif melihat brosur ITB dan Pondok Madani, lalu amak menghampiri untuk mengajak Alif makan malam
00.09.46 - 00.11.09
29
10. Ruang Makan
Di tengah – tengah makan makan malam Alif berbicara bahwa ia setuju untuk sekolah di Pondok Madani
00.11.10 – 00.12.45
11. Kamar Alif
Alif mengemasi pakaian-pakaian yang akan ia bawa ke Pondok Madani, Randai datang menghampiri untuk berpamitan, ia mendoakan agar Alif bisa sukses nantinya di Pondok Madani
00.12.46 – 00.14.25
12. Terminal
Alif berpamitan kepada Amak sebelum berangkat ke Pondok Madani, Amak mendoakan agar ia menjadi anak yang sholeh dan berhasil menuntut ilmu disana
00.14.26 – 00.15.31
30
Established Bis
00.15.34 – 00.15.44
13. Ruang Tamu
Amak menempelkan foto Alif di dinding berhimpitan dengan foto 2 pahlawan, menandakan harapan besar Amak kepada Alif agar ia sukses seperti mereka
00.15.46 – 00.16.15
14. Bis
Alif mabuk perjalanan karena ia tidak terbiasa perjalanan jauh
00.16.17 – 00.17.16
31
Established Gapura Kota Ponorogo
00.17.23 – 00.17.54
Established Gapura Pondok Madani
00.17.56 – 00.18.02
15. Halaman Sekertariat
Alif dan Para calon santri mendapat pengaharahan tentang persiapan mengikuti ujian tes tulis keesokan harinya
00.18.08 – 00.18.12
32
16. Lobby Pendaftaran
Calon santri mendengarkan peraturan pondok pesamtren
00.18.22 – 00.19.03
17. Kamar Transit Peserta
Di tengah malam, Ayah membersihkan bolpoin warisan kakeknya
00.19.07 – 00.19.26
18. Depan Ruang Ujian
Ayah memberikan bolpoin warisan kakeknya sebagai modal untuk Alif menjalankan ujian dengan lancar
00.19.30 – 00.20.09
33
19. Ruang Ujian
Alif ujian tulis bersama ratusan calon santri lainya, di tengah-tengah ujian tiba-tiba bolpoin Alif rusak, akhirnya ia menggunakan bolpoin yang diberi ayahnya tersebut
00.20.11 – 00.21.37
20. Halaman Pesantren
Alif bertemu santri yang bernama Baso, ia sedang membaca al-qur’an, ia berkata bahwa seseorang harus mempunyai mimpi yang tinggi seperti menara
00.21.42 – 00.22.34
21. Kamar Transit
Alif dan Bapak berjamaah dan berdoa agar kebaikan hasil dari ujian
00.22.38 – 00.22.56
34
22. Papan Pengumuman
Bapak dan Alif melihat daftar nama-nama yang lolos dalam tes bersama yang dilakukan sebelumnya, dan pada papan nama tersebut Alif menjadi salah satu nama yang tertera atau artinya ia di terima masuk ke Pondok Madani
00.22.58 – 00.23.37
23. Halaman Depan Pondok
Bapak berpamitan dengan Alif untuk terakhir kalinya sebelum pulang, bapak berpesan agar ia sungguh-sungguh dalam belajar
00.23.41 – 00.24.37
24. Bilik Aula
Alif beserta teman-teman barunya mendapat sambutan selamat datang dari ustadz Iskandar dan mendapat pengarahan seputar adaptasi pondok pesantren, masing-masing santri baru berkenalan dengan teman barunya
00.24.36 – 00.26.16
35
25. Depan Kamar Santri
Santri baru mendapat pengarahan dari para pengasuh tentang peraturan pondok pesantren
00.26.19 – 00.26.51
26. Depan Kamar
Alif dan 6 orang teman sekamarnya meminum susu bersama sembari bercanda
00.26.54 – 00.27.40
Established lonceng dan santri berjalan
27. Ruang Kelas
Alif memasuki kelas pertamanya, duduk bersebelahan dengan Baso, tak lama ustadz Salman pun datang memperkenalkan dirinya, memberi materi pelajaran tentang “man jadda wa jadda/siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”
00.28.05 – 00.31.25
36
28. Gudang
Santri mengambil lemari di Gudang untuk dibawa ke kamar mereka masing-masing
00.31.28 – 00.32.12
29. Halaman Depan Masjid
Setelah dari Gudang Alif dan kawan-kawan berlari membawa lemari menuju kamar mereka, tetapi ditengah jalan dihadang oleh ustadz pengasuh yang menghukum mereka karena terlambat,
00.32.15 – 00.34.17
30. Majid
Kyai penyambutan santri dan tiba-tiba lampu mati
00.34.27 – 00.37.28
37
31. Tangga Depan Masjid
Seluruh santri kembali ke kamar untuk istirahat
00.37.29 – 00.37.37
32. Balkon Kamar
Shohibul Menara meminum susu di balkon depan kamar mereka dan tiab-tiba lampu di sekitarnya mati, penyebabnya adalah genset pondok yang rusak
00.37.41 – 00.38.34
33. Ruang Kelas
Alif, Baso dan Atang memperagakan obrolam dengan bahasa inggris, diantara mereka hanya baso yang tidak lancar, Baso merasa malu
00.38.37 – 00.39.25
34. Lapangan Santri-santri olahraga pagi
38
00.39.28 – 00.39.43
35. Tempat Mencuci
Raja membawa sebuah brosur perlombaan pidato bahasa inggris tingkat pondok pesantren dan menunjuk Baso sebagai perwakilan kamar
00.39.45 – 00.40.05
36. Tempat
Menjemur Baju
Baso berlatih pidato bahasa inggris didepan teman-temanya yang sedang menjemur baju
00.40.17 – 00.41.14
39
37. Halaman
Baso berlari menuju masjid karena terlambat dan diikuti
00.41.16 – 00.41.42
38. Di bawah Menara
Baso berlatih Di bawah menara
00.41.44 – 00.41.54
39. Aula
Baso lomba pidato bahasa inggris, ditengah-tengah pidatonya ia lupa, dan teman temanya memberi support dengan membawa boneka orang-orang sawah
00.41.57 – 00.43.03
40
40. Di bawah Menara
Shohibul Menara berbicara mengenai impian mereka masing-masing setelah lulus dari pondok madani
00.43.05 – 00.44.55
41. Balkon Kamar
Alif mendapat surat dari sahabatnya Randai dan memberitahu pengalamanya berada di Bandung
'
00.44.56 – 00.46.01
42. Kantor SYAMS
Alif mendaftar di SYAMS, sebuah lembaga jurnalis yang ada di pondok
00.46.03 – 00.48.36
41
43. Di bawah Menara
Shohibul Menara berbiacara mengenai mimpinya tentang daerah mana saja yang akan mereka tuju
00.48.48 – 00.51.28
44. Gudang Genseat
Atang dan Alif menghampiri teknisi genset dan bertanya tentang genset mereka
00.51.38 – 00.52.12
45. Lapangan Badminton
Atang dan ke 3 temanya melihat kyai Rais yang sedang bermain musik
00.52.14 – 00.52.53
46. Studio Musik
Shohibul Menara mencari keberadaaan Kyai Rais untuk menanyakan peihal genset, dan mereka menemukanya di studio musik
42
00.52.54 – 0053.28
47. Rumah Kyai
Shohibul Menara meghampiri rumah kyai Rais untuk menanyakan perihal headset
00.53.33 – 00.56.09
48. Kamar Tidur
Ustadz Salman berkeliling kamar santri, dan menemukan Alif yang belum tidur dan ada sebuah lilin di depanya
00.56.11 – 00.57.16
43
49. Kantor SYAMS
Alif mendatangi kantor SYAMS, ia menyerahkan essay tulisan sebagai syarat masuknya, tak lama Alif dinyatakan diterima di SYAMS
00.57.18 – 00.58.11
50. Toko Bangunan
Pak kyai membeli sparepart untuk membenahi genset yang rusak, ia membeli dengan menyerahkan jaminan sementara
00.58.14 – 00.59.53
51. Gudang Genset
Shohibul Menara membetulkan genset pondok yang rusak dan akhirnya mereka berhasil
00.59.54 – 01.01.21
44
52. Kamar Baso mengeroki Alif yang sedang masuk angin
01.01.23 – 01.02.05
53. Aula Badminton
Alif memotret kegiatan para santri, Dulmajid bermain badminton. Alif melihat keponakan dari pak kyai, ia pun sedikit terpesona
01.02.06 – 01.03.11
54. Ruang Tamu Pak Kyai
Seorang TNI protes kepada kyai rais bahwa bagaimana keponakanya tidak diterima masuk di Pondok Madani
01.03.13 – 01.04.10
45
55. Kantor SYAMS
Alif meminta ijin ke koordinator SYAMS untuk mewawancarai kyai Rais
01.04.14 – 01.05.32
56. Kamar
Alif sedang berkaca di kamar dan didatangi oleh kawan Shohibul Menara, pada hari itu Alif akan mewawancarai kyai Rais dan teman-temanya mengira tujuan wawancara kyai Rais hanyalah untuk bertemu keponakaanya
01.05.34 – 01.06.18
57. Aula Badminton
Shohibul Menara menggiring Alif ke aula badminton untuk melihat keponakaan kyai Rais
01.06.19 – 01.08.04
46
58. Rumah Kyai Rais
Alif wawancara dengan kyai Rais dan betemu dengan anak beserta keponakan kyai
01.08.09 – 01.10.16
59. Halaman Pesantren
Alif berjalan dengan anak dan keponakaan kyai Rais, mereka berfoto-foto di area pesntren
01.10.23 – 01.11.55
60. Kamar
Dulmajid sangat menyukai olahraga bulu tangkis, ia mempunyai keinginan untuk menonton Thomas Cup di TV, tetapi di pondok pesantren mereka tidak diperbolehkan melihat TV. Baso mempunyai ide agar mereka tetap bisa menonton, dengan cara merayu ustadz Thariq agar diijinkan
01.11.59 – 01.14.19
47
menonton Thomas Cup di pondok pesantren
61. Aula Badminton
Shohibul Menara dan ustadz Salman merayu ustadz Thariq agar diijinkan menonton TV di pondok dengan alasan sebagai bahan edukasi olahraga bulu tangkis
01.14.21 – 01.16.05
62. Aula Badminton
Santri-santri menonton Thomas Cup di TV
01.16.07 – 01.16.41
63. Depan Rumah Kyai
Keponakan kyai rais berpamitan usai selesai liburanya di pondok madani
01.16.42 – 01.17.10
48
64. Depan Ruang Kelas
Ustadz Salman berjalan menuju ruang kelas
01.17.12 – 01.17.23
65. Kamar
Alif mendapat surat dari amaknya dikampung yang berisi bahwa amaknya tidak bisa memberi uang kiriman untuknya, lalu Atang mengajak Shohibul Menara untuk liburan ke Bandung
01.17.29 – 01.19.36
66. Kota Bandung
Shohibul Menara berlibur di Bandung, mereka bersepeda keliling di jalan Asia – Afrika, Kota Bandung
01.19.37 – 01.20.33
49
67. Kos Randai
Alif bertemu Randai di tempat tinggalnya dan bercerita banyak hal tentang ITB
01.20.34 – 01.21.10
68. ITB Randai mengajak Alif masuk ke ITB
01.21.11 – 01.22.10
69. Bis
Shohibul Menara dalam perjalanan kembali ke Pondok Madani
01.22.12 – 01.22.39
50
Established Gedung Sate, Bandung
01.22.42 – 01.22.46
70. Ruang Kelas
Alif melihat ustadz baru masuk kelas yang menggantikan ustadz Salman, ia bingung kenapa ustadz Salman digantikan
01.22.48 – 01.23.12
71. Kantor Pondok
Kyai Rais meminta kepada ustadz Salman untuk mulai mengurusi kepentingan pribadinya, karena menurutnya, ustadz Salman sudah terlalu banyak mengabdi untuk pondok dan melupakaan kepentingan pribadinya
01.23.14 – 01.24.19
51
72. Halaman
Di tengah prosesi wawancara untuk SYAMS, Alif melihat ustadz Salman yang meninggalkan pondok
01.24.22 – 01.25.01
Established Suasana Santri di pondok
01.25.04 – 01.25.09
73. Di bawah Menara
Shohibul Menara berinisiatif mengikuti pentas akbar tahunan di pondok
01.25.11 – 01.26.27
52
74. Ruang Kelas
Baso memimpin tim Shohibul Menara dan beberapa santri yang terlibat memepersiapkan pentas seni, mulai dari naskah hingga properti yang akan digunakan
01.26.28 – 01.27.46
75. Kantor
Baso menemui panggilan tetangganya yang menejemput Baso untuk pulang kampung karena neneknya sakit
01.27.47 – 01.27.54
76. Kamar
Baso meminta ijin kepada teman-teman untuk tidak bisa memimpin pentas karena ia harus pergi dari pondok dan menjaga neneknya di kampung
01.27.56 – 01.30.05
Established Awan Sore
01.30.06 – 01.30.12
53
77. Kantor SYAMS
Alif lembur menulis sebuah surat tentag keputusan kelanjutanya di pesantren
01.30.15 – 01.32.06
78. Dubawah Menra
Raja tidak terima dengan pernyataan bahwa Alif juga akan meninggalkan pondok
01.32.08 – 01.32.38
Establish Masjid Pondok
01.32.40 – 01.32.44
54
79. Tetaer Arena
Raja marah kepada Atang yang telat datang di waktu latihan pentas
01.32.46 – 01.33.03
80. Established Lonceng
01.33.04 – 01.33.05
81. Ruang Kelas
Said mendatangi Alif selesai kelas dan ia bertanya tentang keputusan Alif yang akan pindah ke bandung
01.33.07 – 01.34.07
55
Established Masjid Pondok
01.34.39 – 01.34.50
82. Kamar Alif mengemasi baran-barangnya di lemari
01.34.54 – 01.34.56
83. Serambi Masjid
Alif membaca surat dari amak yang isinya mengizinkan Alif jika ia pindah ke Bandung
01.34.57 – 01.35.20
56
84. Kamar
Tengah malam Alif menangis mengingat pesan amak
01.35.20 – 01.35.51
Montase Suasa pondok
01.35.55 – 01.35.59
85. Kamar
Alif berkata kepada teman-temanya bahwa ia memutuskan untuk tidak jadi meninggalkan pondok
01.36.04 – 01.37.04
57
86. Kamar Alif memandangi sarungnya
01.37.08 – 01.37.34
87. Teater Arena
Atang dan Alif memimpin latihan pentas seni
01.37.34 – 01.37.58
88. Tetae Arena Para pemain latihan senam
01.38.00 – 01.38.50
58
89. Kantor
Shohibul Menara meminta izin kepada pengurus pondok untuk membeli beberapa properti
01.38.53 – 01.39.18
90. Toko Properti
Shohibul Menara menaiki sebuah angkot, dengan tergesa-gesa mereka masuk ke sebuah toko dan membeli properti
01.39.20 – 01.39.44
91. Toko Properti
Shohibul Menara mengangkuti properti dan bergegas kembali menuju pondok
01.39.48 - 01.39.55
92. Jalan
Di tengah jalan, mobil yang mereka naiki terbakar
59
01.39.54 – 01.40.38
93. Persawahan
Akhirnya mereka menyewa becak sebagai gantinya
01.40.39 – 01.48.49
94. Dapur
Alif dan said mencoba membuat gas buatan untuk kebutuhan pentas
01.40.51 – 01.41.10
95. Teater Arena
Shohibul Menara dan kawan-kawan pentas seni didepan dewan pengurus besar Pondok Madani
01.41.11 – 01.41.27
60
96. Rumah Baso Baso merawat neneknya yang sedang sakit
01.43.10 – 01.43.52
97. Rumah Baso Baso mengajari anak-anak kecil mengaji
01.45.02 – 01.45.10
Establish Inggris
01.48.29 – 01.48.38
61
98. Inggris - Ruang
Seminar
Alif mengikuti workshop jurnalis dan menerima telepon amaknya dikampung
01.48.47 – 01.49.27
99. Inggris - Taman
Alif bertemu dengan Raja dan Atang di Inggris
01.49.35 – 01.50.27
100.
Jakarta -Pertemuan
Santri Nasional
Baso mendapat telepon dari Alif dan mereka juga memanggil Dulmajid dan said, mereka pun telepon bersama
01.50.29 – 01.51.14 Ending
62
C. Identifikasi Tokoh Utama
Film Negeri 5 Menara terdapat banyak tokoh yang menjadi pengantar
cerita, tetapi dari semua tokoh yang ada, terdapat 6 tokoh utama sebagai inti
cerita dan 1 tokoh sentral bernama Alif. Berikut tokoh utama sebagai
pengantar cerita dalam film ini :
1. Alif Fikri
Tokoh Alif pada film Negeri 5 Menara diperankan oleh Gazza
Zubizareta, seorang anak berusia 15 tahun yang berasal dari Medan. Gazza
sendiri baru pertama kali bermain film layer lebar, melalui tawaran salah
satu kru ia di coba untuk casting menjadi pemeran. Gazza sendiri tidak
mengalami kesulitan berarti dalam belajar aksen minang pada dialog yang
ada.
Karakter tokoh Alif sendiri di visualkan sebagai seorang yang bercita -
cita tinggi. Seperti yang digambarkan pada scene- scene awal bahwa ingin
menempuh pendidikan teknik karena mengidolai B.J Habibie. Konflik
karakter tokoh Alif diuji ketika dihadapkan dengan dua pilihan yang mana
harus memilih antara mengejar ambisinya masuk ke ITB atau patuh dengan
orang tuanya.
63
Gambar 2. Karakter Tokoh Alif Diperankan Gazza Zubiareta (Sumber : Film Negeri 5 Menara )
Sebagai konflik puncak ditunjukkan dengan keraguan hatinya kembali
ketika amaknya mengirim surat dengan isi bahwa amaknya merasa bersalah
karena terlalu memkasakkan kehendaknya agar Alif masuk ke pondok
pesantren. Alif dengan kebimbangan hatinya pada akhirnya menetapakan
keputusan untuk bertahan di pondok pesantren dan melanjutkan
keseriusanya di bidang jurnalis yang ia awali ketika masuk ke Syams sebuah
organisasi yang ada di Pondok Madani.
64
2. Raja Lubis
Gambar 3. Karakter tokoh Raja dipernakan oleh Jiofani Lubis (Sumber : Film Negeri 5 Menara)
Raja Lubis memiliki watak yang percaya diri, keras dan tegas. Tokoh
Raja diperankan oleh Jiofani Lubis. Raja dikenal sebagi sosok karakter yang
tegas dan disiplin, dengan karakternya yang keras diperlihatkan pada
beberapa scene, contohnya ketika ia mengetahui wacana Alif akan
meninggalkan pondok demi masuk ke ITB.
65
3. Said Jufri
Gambar 4. Karakter tokoh said dipernakan oleh Ernest Samudera
(Sumber : Film Negeri 5 Menara)
Tokoh Said Jufri diperankan oleh Ernest Samudera. Film Negeri 5
Menara menjadi film pertamanya dalam dunia perfilman, melalui casting
yang diikuti akhirnya sutradara memilih Ernest untuk memerankan tokoh
Said. Ernest sendiri tidak merasa kesulitan untuk memerankan tokoh said
yang mempunyai latar belakang seorang santri yang berasal dari jawa timur
dengan logat khas Jawa, dengan perwatakan berpikiran dewasa, dan sabar.
Said divisualkan menjadi karakter yang kalem dan tidak banyak tingkah,
mempunyai pikiran yang dewasa, contohnya ketika menasehati dan
meyakinkan Alif bahwa tidak perlu melulu mengejar ambisinya untuk
masuk ke ITB.
66
4. Dulmajid
Gambar 5. Karakter tokoh Dulmajid diperankan oleh Aris Putra (Sumber : Film Negeri 5 Menara)
Tokoh Dulmajid diperankan oleh Aris Putra. Tokoh dengan perwatakan
tegas, Dulmajid mewakili karakter madura pada film Negeri 5 Menara.
Dulmajid memiliki cita-cita menjadi pemain bulu tangkis professional,
ditunjukkan ketika di pondok pesantren tidak boleh menonton tv, Dulmajid
menjadi yang paling semangat agar mengusahakan bisa menonton
pertandingan Thomas Cup di Pondok Pesantren.
67
5. Atang
Gambar 6. Karakter tokoh Atang dipernakan oleh Rizki Ramdani (Sumber : Film Negeri 5 Menara)
Tokoh Atang dalam film ini diperankan oleh Rizki Ramdani. Atang
dalam film ini digambarkan sebagai seseorang inisiator, scene yang
menunjukkan bahwa Atang adalah seorang yang mempunyai inisiatif, yaitu
ketika di pondok sering terjadi lampu mati setelah isya’, Atang mempunyai
inisiatif untuk mencari tau sebabnya, dan ketika tau bahwa genset
mengalami kerusakan, lalu Atang mengajak teman-temanya untuk
menghadap ke kyai Rais dan meminta solusi. Atang dipercaya oleh kyai
Rais menjadi teknisi untuk memperbaiki genset pondok yang sering mati
dan terbukti berhasil membetulkan genset yang rusak tersebut.
68
6. Baso
Gambar 7. Karakter Tokoh Baso Diperankan oleh Bily Sandy (Sumber : Film Negeri 5 Menara )
Tokoh Baso pada Film Negeri 5 Menara diperankan oleh Billy Sandy,
seorang aktor yang telah banyak membintangi judul sinetron di layar kaca
televisi Indonesia. Karakter Baso sendiri pada film Negeri 5 Menara
diwujudkan sebagai anak daerah yang jauh dari Sulawesi ke Jawa untuk
menempuh pendidikan agama sekaligus menjadi penghafal Al Qur’an, pada
beberapa bagian tokoh Baso ditampilkan sebagai seseorang yang minder,
seperti yang awalnya tidak mengerti berbahasa inggris yang benar sampai
teman-temanya mendorong untuk mengikuti lomba pidato bahasa inggris
tingkat pondok pesantren.
69
Tokoh Baso mencapai konflik puncak ketika ia dengan terpaksa harus
dijemput oleh tetangganya untuk pulang ke Gowa mengurus neneknya yang
sudah tua karena berkata bahwa sudah tidak memiliki orang tua lagi atau
yatim piatu.
7. Amak
Gambar 8. Karakter tokoh amak diperankan oleh Lulu Tobing (Sumber : Film Negeri 5 Menara)
Amak memiliki watak yang disiplin, ramah, keras hati, perhatian.
Amak dalam film Negeri 5 Menara diperankan oleh Lulu Tobing seorang
aktris senior di dunia perfilman Indonesia. Tokoh Amak dalam film ini
digambarkan sebagai pemeran antagonis karena melarang Alif untuk masuk
SMA yang menyebabkan konflik tokoh Alif dan menyarankannya masuk
70
madrasah agar kelak lahir ulama-ulama pintar yang mendakwahkan agama
kepada umat. Amak tidak ingin Alif menjadi seorang yang tidak tahu akan
ilmu agama, karena berkaca kepada anak tetangga yang bandel.
8. Ayah
Gambar 9. Karakter tokoh ayah diperankan oleh David Chalik (Sumber : kapanlagi.com/diakses Selasa 25 Mei 2021 pukul 22:09)
Ayah dalam film ini diperankan oleh seorang aktor senior David
Chalik. Aktor senior yang sudah membintangi banyak judul film ini pada
film Negeri 5 Menara mendapatkan peran sebagai ayah Alif.Tokoh Ayah
dalam film ini diwujudkan sebagai sosok panutan dalam keluarga dan rela
berkorban demi anaknya, terbukti ayah rela menjual kerbaunya untuk Alif
sekolah ke Jawa dan masuk ke Pondok Madani. Ayah juga memberi sebuah
71
bolpoin peninggalan kakeknya yang diberikan untuk Alif sebelum
mengikuti ujian tes masuk.
72
BAB III
PENERAPAN STRUKTUR NARATIF PADA FILM NEGERI 5 MENARA
BERDASARKAN PENDEKATAN KONFLIK TOKOH UTAMA
A. Struktur Film
Penulis memaparkan analisis dalam bentuk pembabakan yang bertujuan
untuk mengetahui secara jelas alur cerita yang dibangun, dalam film Negeri 5
Menara ini terbagi menjadi tiga babak,. Struktur tiga babak sendiri sering
digunakan dalam berbagai pembuatan naskah film untuk merancang alur cerita.
Adapun penjelasan alur cerita pada film Negeri 5 Menara, sebagai berikut :
1. Babak Permulaan
Babak pertama ini diceritakan tokoh Alif bersama sahabatnya Randai
yang baru saja lulus SMA dan mempunyai rencana hendak melanjutkan
ke pendidikan selanjutnya, mereka bercerita keinginan maisng-masing
mengenai langkah mereka selanjutnya, mereka berenang sepulang
sekolah di danau Maninjau seperti biasa.
Potongan gambar adegan pertama ditunjukkan Alif dan Randai
sepulang sekolah berlarian di pinggir danau Maninjau, mereka
bersahabat sejak kecil, disana mereka bercerita cita-cita masing-masing
setelah lulus SMA. Potongan gambar dalam scene satu ini sebagai awal
mula pengantar cerita dimana dua tokoh dalam film yaitu Alif pada time
code ke 00.00.52 – 00.01.40 membicarakan rencana masing-masing
setelah lulus SMA, dimana Randai akan meneruksan ke ITB, begitu juga
73
dengan Alif yang mempunyai cita-cita serupa, karena mengikuti jejak
idolanya, B.J Habibie. Pada scene ini tidak ada konflik yang terjadi,
hanya saja pada scene ini dijelaskan bahwa Alif dan Randai sebagai
tokoh pelaku cerita dan terdapat potongan adegan yang akan menjadi
permasalahan pada scene selanjutnya, yaitu keinginan Alif yang ingin
melanjutkan ke ITB.
Gambar 10. Alif dan Randai Berlarian di tepi danau Maninjau (Time Code 00.00.52 – 00.01.40)
Potongan dialog yang menunjukkan ketika Alif dan Randai ditanyai
oleh seorang nelayan hendak kemana mereka akan melanjutkan sekolah
setelah lulus SMA, dan mereka menjawab ITB. berikut potongan dialog
tersebut :
EXT. TEPI DANAU Maninjau. DAY Cast : Alif, Randai Sepulang sekolah Alif dan Randai berlarian di pinggir danau Maninjau dan membivarakan masa depan mereka setelah lulus sekolah
Alif,Randai (Berteriak)
Ooooiiii…..
74
Nelayan (Memanggil dari kejauhan)
Ooi Randai …. Orang – Orang sudah
memekakkan telinga,Jadi lulus tidak ?
Randai
Jadi lulus lah
Nelayan
Jangan seperti temanku inilah, SD saja tidak lulus
Nelayan 2
Jangan sembarangan lah
Nelayan 1
Kan memang benar kau tidak lulus
Nelayan 2
Enak saja…
Randai
Makanya seperti saya, masuk SMA di Bandung Lalu terus ke ITB (sambal berteriak)
Alif
Iya.. seperti Habibi (Presiden RI Ke-3)
75
Gambar 11. Alif mendengarkan pembicaraan Amak dan Ayah tentang rencana memasukkan ke pondok pesantren.
(Time Code 00.01.43 – 00.03.17)
Potongan gambar adegan ke dua, memeprlihatkan kedua orang tua
Alif sedang membicarakan kemungkinan memasukkan Alif ke pondok
pesantren, karena keresahan orang tuanya yang mana semakin hari
banyak anak muda yang jauh dari agama, mereka menginginkan Alif
untuk masuk ke sekolah agama agar ia bisa menjadi panutan orang
banyak.
Alif dengan tidak sengaja mendengar percakapan antara Ayah dan
Amaknya, seketika ia langsung kembali meninggalkan rumah dengan
ekspresi marah karena mengetahui rencana orang tuanya tersebut, Scene
ini ditunjukkan konflik terjadi ketika Alif sepulang sekolah. Konflik
dalam film ini langsung ditunjukkan pada awal cerita dengan munculnya
masalah secara langsung yang membuat penonton penasaran dengan
kelanjutan dari konflik Alif yang menolak mentah-mentah jika
dimasukkan ke pondok pesantren.
76
Gambaran konflik yang terjadi dapat dilihat pada potongan dialog di
bawah ini dimana Ayah dan Amak mengungkapkan bahwa anggapan
sekolah agama hanya menjadi tempat pembuangan anak-anak nakal.
INT. RUMAH-RUANG TAMU. DAY Cast : Amak, Alif, Ayah
Amak
Yah, sedih saya melihat nasib sekolah agama, Cuma jadi tempat pembuangan anak-anak nakal saja
Ayah
Iya tapi kan nggak semua seperti itu
Amak
Sudah hamper seperti itu, kalau seperti itu Mau apa jadinya ? bodohlah islam
bisa tidak ada lagi orang seperti Hamka
Ayah
Iya setuju, seperti anaknya Buyung Edo, Anaknya bandel, bikin ulah dipasar dan juga
sekolah Pantas tidak naik kelas, nah supaya lepas dari
tanggung jawab makanya anaknya dimasukkan pesantren, seperti itu kan ?
Amak
Boleh seperti itu, Tetapi kalau niatnya seperti itu semua, tapi kalua niat dan bibitnya seperti itu semua, yang tumbuh
pasti lebih payah lagi, Ayah bisa merasakan sendiri, kan Ayah juga mengajar
Alif pulang kerumah menggunakan sepeda dan masuk rumah
Amak
77
Alif tu anak pandai, pasti dia mengerti, niat saya baik
Alif
Assalamualaikum
(Amak dan Ayah menengok kebelakang)
Amak
Walaikumsalam
Ayah
Waalaikumsalam
Alif
Ada apa ini bu ? Ayah ?
Alif (Berlari keluar rumah)
Alif ndak mau masuk pesantren
Amak (mengejar Alif)
Alif …
Penulis menganalisa dari dialog yang disampaikan tokoh Amak pada
scene ini berasumsi bahwa sekolah agama atau pondok pesantren bisa
dikatakan sebagai tempat pembuangan anak nakal, seperti dialog yang
disampaikanya. Amak berkata bahwa ada anak tetangganya yang nakal
dan bandel kemudian di masukkan ke pondok pesantren supaya tidak
nakal lagi, tetapi di sisi lain jika dilihat hal tersebut tidak lepas dari
pengaruh orang tua yang juga keliru dalam mendidik, orang tua seakan
menjadikan pondok sebagai solusi anak yang nakal dan bandel tersebut
78
dengan tujuan agar tidak menanggung jawabi anak tersebut. Padahal jika
dilihat, pada umumnya orang yang memasukkan anak-anaknya ke
pondok pesantren dengan tujuan utama supaya anaknya pandai dalam
urusan Agama. Tokoh Amak pada Scene ini juga menekankan jika hal
tersebut dampak dari kapasitas orang tua yang tidak berkualitas dalam
hal mendidik anak sehingga mengakibatkan anak yang tidak berkualitas
juga.
Gambar 12. Ayah menjual kerbau peliharaanya (Time Code 00.07.13 – 00.07.51)
Potongan adegan pada gambar ke tiga, Ayah menjual kerbau
peliharaanya untuk biaya Alif melanjutkan pendidikan di pondok
pesantren Madani yang berada di Ponorogo, Jawa Timur. Salah satu
budaya masyarakat Minang adalah transaksi dengan memasukkaan
masing-masing penjual dan pembeli di dalam sarung, tradisi ini di sebut
Marosok.
79
Scene ini menunjukkan upaya Ayah untuk memperjuangkan Alif
agar masuk ke pondok pesantren sesuai dengan harapanya, yang
merupakan sebuah pengorbanan. Scene ini juga menunjukkan tokoh
Ayah sebagai salah satu pemeran tokoh pembantu, dan scene ini juga
sebagai penguat konflik Alif yang awalnya ia menolak untuk masuk ke
pondok madani, respon yang ditunjukan tokoh Alif adalah dengan
melihat keseriusan sang ayah untuk memperjuangkan pendidikanya
membuat ia berpikir ulang akan masa depan pendidikanya.
Di bawah ini terdapat potongan dialog yang menunjukkan alasan
Ayah menjual kerbau peliharaanya untuk biaya sekolah Alif di pondok
pesantren ke jawa timur, karena dilihat dari sisi sosiologis diceritakan
bahwa keluarga Alif kategori ekonomi menengah ke bawah.
EXT. PASAR HEWAN. PAGI Cast : Ayah, Alif, Pembeli Kerbau Pagi buta Ayah dan Alif sudah sampai di pasar hewan dengan membawa kerbau dan menemui pembeli kerbaunya
Pembeli
Jadi, kerbau ini dijual pak ?
Ayah
Iya betul, untuk biaya Alif sekolah ke Jawa
Pembeli
Jadi, berapa harga kerbau ini ?
Ayah dan Pembeli saling memasukkan tanganya kedalam sarung untuk tawar-menawar harga kerbau
80
Pembeli
Segini ya ?
Ayah
Tambahin lagi
Pembeli
Kalau segitu segini
Ayah
Iya Alif terheran dengan transaksi yang dilakukan di luar dan di dalam sarung
Gambar 13. Alif bertanya kepada Ayah (Time Code 00.07.52 – 00.09.45)
Potongan gambar ke empat adalah Alif bertanya kepada Ayahnya
mengapa ia harus masuk ke pondok pesantren. Alif mempunyai asumsi
dirinya tidak akan kerasan dengan lingkungan pesantren yang ia tidak
tahu sama sekali sebelumnya
81
Pada scene ini ditunjukkan bahwa Ayah sebagai tokoh karakter
bapak yang rela berkorban dan mengayomi anaknya atas kebingungan
yang dialami dengan menjual kerbau satu-satunya yang digunakan untuk
membajak sawah. Respon yang ditunjukkan tokoh Alif setelah melihat
keseriusan Ayahnya tersebut ialah masih ragu-ragu dengan keputusan
orang tuanya yang menginginkanya masuk ke pondok pesantren, tetapi
Ayah meyakinkan agar mencoba dulu dan tidak boleh memutuskan
sesuatu sebelum merasakanya secara langsung. Karakter Ayah di film ini
berperan sebagai solusi konflik batin Alif.
Potongan dialog yang menunjukkan Ayah sebagai solusi singkat atas
permasalahan yang dialami Alif dalam memutuskan masa depan
pendidikanya ditunjukkan sebagai berikut.
EXT. PINGGIR DANAU MANINJAU. PAGI Cast : Ayah, Alif Alif penasaran mengapa Ayah menjual kerbaunya untuk Alif yang akan melanjutkan sekolah ke Pondok Madani
Alif
Itu kerbau satu-satunya, bagaimana Ayah menggarap sawah nanti ?
Ayah
Jangan kau pikirkan hal itu, kalua ada rezeki nanti kita beli lagi
Alif
Tapi mau Alif bukan ke sekolah agama
Ayah
Tapi apakah kau pernah berpikir
82
mana yang paling bagus ?
Alif
Maksud Ayah sekolah agama lebih bagus bergitu ?
Ayah
Belum tentu juga, Alif tadi ihatkan ketika Ayah menjual kerbau,Ayah bertransaksi dalam sarung, Ayah mau tau berapa harga yang dia kasih untuk
kerbau kita. Hidup itu seperti itu nak, saat kita benar-benar menjalankanya, kita jabat dulu, kita jalani, baru tau mana yang paling baik untuk hidup kita, tapi singkatnya, niat ibumu luar biasa. Ibumu itu memikirkan ummat, dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Apa pernah selalma
ini ibumu memaksakan sesuatu padamu ?
Alif
Tidak, Yah!
Ayah Makanya jalani dulu,
jangan Cuma melihatnya dari luar sarung, apa yang paling baik buat Alif
Gambar 14. Kebimbangan Alif melihat dua brosur didepanya (Time code 00.09.46 - 00.11.09)
83
Potongan adegan gambar kelima, ketika Alif dihadapkan dengan dua
brosur sekolah lanjutan, yaitu brosur Pondok Madani yang diharapkan
oleh orang tuanya dan brosur Institut Teknologi Bandung (ITB) sesuai
keingininanya.
Konflik batin dalam scene ini ditunjukkan ketika Alif merasa
bimbang dan masih terbayang akan meneruskan pendidikanya di ITB
sesuai cita-cita yang diinginkan, tetapi brosur bertuliskan Pondok
Madani mulai dilihat dan ditunjukkan bahwa ia adalah anak yang
berbakti terhadap kedua orang tuanya dengan cara menuruti keinginan
yang diharapkan kepadanya. scene ini menjadi puncak rangkaian konflik
pada babak pertama ini. Potongan adegan yang menggambarkan
kebingungan Alif ketika dihadapkan dengan pilihan untuk menentukan
pendidikan dan masa depanya di gambarkan sebagai berikut.
INT. KAMAR ALIF. DAY Cast : Alif Dihadapan Alif yang sedang minum di ats=as indomaret
Alif
(Alif memandangi dua brosur sekolah yang ada di depanya)
Amak datang menghampiri Alif yang sedang melamun, dan melihat ada 2 brosur yang ada di atas mejanya
Amak
(mengambil brosur yang ada didepan Alif) Makan dulu, nanti perutmu sakit lagi
84
Gambar 15. Alif berkata kepada Amak (Time Code 00.12.46 – 00.14.25)
Potongan adegan ke enam yaitu Alif berkata kepada Amaknya jika
dirinya setuju untuk masuk ke pondok pesantren memenuhi keinginan
kedua orang tuanya. Setelah mempertimbangkan kepiutusanya, Alif
akhirnya setuju untuk melanjutkan ke Pondok Madani. Amak
menyambut keputusan Alif dengan senang hati dan segera menyuruhnya
mengemasi barang-barangnya karena keesokan harinya harus berangkat
ke Pondok Madani, di Ponorogo, Jawa Timur.
Scene ini menunjukkan upaya tokoh Alif menurunkan egonya untuk
mengejar cita-cita sesuai dengan keinginanya, dan menunjukkan bahwa
ia menjadi anak yang taat dengan cara menuruti keinginan orang tuanya.
hal ini menjadi bagian akhir dari konflik internal yang berasal dari dalam
dirinya dengan kebimbangan sebelumnya. Scene ini sekaligus menjadi
konfrontasi akhir dan jawaban dari rangkaian scene sebelumnya dengan
setujunya tokoh Alif dengan keinginan orang tuanya.
85
Potongan dialog antara Alif dan Amak yang menunjukkan bahwa
Amak menyuruh Alif segera mengemasi barang-barangnya karena
keesokanya akan berangkat ke Pondok Madani, berikut potongan dialog
antara Alif dan Amak tersebut :
INT KAMAR ALIF. DAY Cast : Alif, Amak
Amak
Sudah semua ya barang-barangmu
Gambar 16. Amak mengatar Alif dan Ayah ke terminal bus sebelum berangkat ke
Pondok Madani, Ponorogo, Jawa Timur (Time Code 00.14.26 – 00.15.31)
Potongan adegan gambar ke tujuh adalah ketika Amak mengantar
Alif dan Ayah ke terminal untuk mengantarnya ke Pondok Madani di
kota Ponorogo, Jawa Timur. Pada scene ini konflik batin terjadi antara
Amak dengan Alif, karena tahu bahwa anaknya akan meninggalkanya
untuk sementara waktu demi mengejar pendidikan agama sesuai dengan
86
keinginanya. Bagian ini sekaligus menjadi akhir dari konflik pada babak
pertam ini Gambaran dialog tercantum di bawah ini :
EXT. TERMINAL BUS. DAY Cast : Amak,Ayah,Alif, dan kedua adiknya Alif berpamitan dengan Amak dan adik-adiknya untuk berangkat ke Pondok Madani
Gambar 17. Amak memasang foto Alif dantara Moh. Hatta dan Buya Hamka
Time Code : 00.15.46 – 00.16.15
Potongan gambar ke delapan adalah ketika Amak memasang fotto
Alif diantara dua tokoh nasioanal, Moh Hatta dan Buya Hamka. Amak
memasang foto Alif tersebut dengan tujuan agar Alif menjadi sosok
yang hebat seperti kedua tokoh tersebut.
INT. Ruang Tamu. Day Cast : Amak Amak menempelkan foto Alif diantara Moh Hatta dan Buya Hamka
87
Babak pertama ini berisi pengenalan tokoh dan gambaran dimana
latar belakang tokoh Alif yang telah lulus SMA dan mempunyai
keinginan selanjutnya akan meneruskan ke pendidikan tinggi. Alif dan
sahabatnya Randai mempunyai keinginan masuk ITB karena
termotivasi menjadi seperti B.J Habibie. Bacharudin Jusuf Habibie atau
dikenal sebagai B.J Habibie adalah mantan presiden Indonesia ke tiga
setelah Soeharto. Dikenal sebagai sosok yang cerdas, B.J Habibie
memang pernah menjadi pelajar di Institut Teknologi Bandung (ITB)
fakultas teknik jurusan teknik mesin, tetapi hanya enam bulan saja,
karena setelah itu melanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Thnische
Hochscule di Jerman.
Tokoh Alif dan Randai jika dilihat dalam film ini terinspirasi akan
seorang tokoh Habibie yang sukses menjadi tokoh nasional dan
berpengaruh sehingga dijadikan motivasi, tetapi pandangan lain
disampaikan tokoh Amak yang berpandangan bahwa Alif harus
melanjutkan ke sekolah Agama agar terhindar dari lingkungan yang
tidak baik dan juga menjadi seperti tokoh nasional Buya Hamka,
seorang ulama dan sastrawan yang juga berasal dari tanah Maninjau,
Sumatera Barat. Amak berharap Alif mencontoh Buya Hamka yang
tekun dan rajin dalam bidang agama agar setelah lulus nanti menjadi
panutan banyak umat. Konflik terjadi dengan ditunjukkanya Alif marah
ketika mendengar Amak dan Ayahnya membicarakan keinginanya
memasukkan ke Pondok Madani, namun pada akhirnya menyetujui
88
permintaan orang tuanya tersebut dengan ditunjukkan Alif bersama
Ayahnya berangkat ke Ponorogo, Jawa Timur untuk ujian seleksi
masuk ke Pondok Madani.
2. Babak Pertengahan
Babak pertengahan ini berisi tentang awal perjalanan Alif di
Pondok Madani, hingga bertemu dengan rekan sekmarnya yang ia sebut
sebagai Shohibul Menara. Konflik cerita dan lika-liku kehidupan di
pesantren terdapat di bagian ini, di bagian ini juga Alif mengalami
kebimbangan ketika dihadapkan dengan keputusan antara pindah ke
Bandung atau tetap melanjutkan di Pondok Madani, mendengar
rencana kepergian Alif, teman-temanya merespon dengan tidak baik
dan menentang keputusanya, hingga Alif memikirkan ulang dan
mengurungkan keputusanya tersebut.
Gambar 18. Ustadz Iskandar menerangkan peraturan kamar (Time Code : 00.24.36 – 00.26.16)
89
Potongan gambar ke sembilan adalah ketika Iskandar sebagai
santri senior menjelaskan kepada Alif dan kawan-kawan tentang
peraturan kamar yang harus ditaati oleh seluruh santri. Pada scene ini
ditunjukkan awal perkenalan masing-masing pemeran tokoh utama
yang menjadi pelaku cerita dari awal hingga akhir cerita dalam film.
Para pelaku cerita baru dimunculkan pada awal babak pertengahan ini,
dimana ada lima orang tambahan tokoh utama sebagai pelaku dan
pengembang cerita dimana juga terdapat konflik nantinya.
Potongan dialog yang menjelaskan bahwa Alif dan masing-masing
temanya berkenalan satu sama lain ketika pertama kali di pertemukan
dalam satu ruangan yang sama ada di bawah ini :
INT. Ruang Pembagian. Day Cast : Ustadz
Iskandar,Alif,Atang,Baso,Raja,Dulmajid,Said
Ustadz Iskandar menyambut santri baru diruangan pembagian dan berkenalan dengan masing-masing santri baru
Ustadz Iskandar
Kaifa Khaluk ? Artinya bagaimana kabar kalian ? Bagaimana kabar kalian ?
Santri
Alhamdulillah
Ustadz Iskandar
Jangan malu-malu disini ya, saya Iskandar kepala asrama Indonesia 1, kalian sudah saling kenal ?
90
Santri
(Menatap satu sama lain dan menggelengkan kepala)
Ustadz Iskandar
Tunggu apalagi ? ah masih malu rupanya, saya
kasih tau ya, orang – orang yang ada di sebelah kamu, itu akan menjadi orang-orang terdekat bagi
kamu, bukan lagi keluarga, jadi saran saya mulailah berkenalan dengan keluarga baru kamu
Baso
Seperti Rasulullah bilang tetangga itu pintu surga
Ustadz Iskandar
Nah betul juga, ini kecil-kecil suaranya besar,
kamu siapa ?
Baso
Saya baso, asli dari Gowa, Sulawesi Selatan
Ustadz Iskandar
Yang lain ?
Said (Mengangkat tangan)
Said, daru Surabaya
Raja
(mengamgkat tangan)
Raja Lubis, asli dari medan
Ustadz Iskandar
Jauh, kau pasti capek ya kesini ya
Atang (mengangkat tangan)
Saya Atang dari Bandung
91
Dulmajid
Saya Dulmajid, asli Madura
Alif
Namaku Alif
Ustadz iskabndar
Alif, dari Padang ? Sekarang sudah saatnya saya membacakan peraturan pondok,peraturan ini hanya akan dibacakan satu kali pada santru baru, dan akan ditirukan sama-
sama….
Para santri selanjutnya berpindah kedepan kamar dan membaca peraturan kamar bersama-sama dengan mengikuti Ustadz Iskandar
Gambar 19. Alif dan kawan-kawan dihukum oleh santri senior (Time Code : 00.32.15 – 00.34.17)
Potongan gambar ke sepuluh yaitu Alif, Atang, Baso, Raja, Said,
Dulmajid atau yang biasa disebut Shohibul Menara dihukum untuk
menjewer telinga satu sama lain karena terlambat untuk sholat
berjamaah bersama santri-santri lainya.
92
Konflik singkat pada scene ini terjadi secara langsung antara mereka
ber enam dengan santri senior. Scene ini menjelaskan bahwa dalam
pondok pesantren diajarkan untuk menjadi pribadi yang selalu
menghormati waktu. Terdapat transkip dialog yang menjadi gambaran
ketika mereka dihukum karena terlambat mengikuti kegiatan sebagai
berikut :
EXT.LAPANGAN.DAY CAST: Alif,Baso,Raja,Atang,Dulmajid,Said Alif,Baso,Raja,Atang,Dulmajid belari membawa lemari yang akan bawa ke kamar, tetapi di tengah jalan, mereka di hadang oleh senior karena dianggap telat untuk mengikuti jamaah, sebagai hukuman mereka menjewer telinga masing-masing temannya
Senior
(Menyetandarkan sepeda) Letakkan lemarinya (dengan nada tegas)
Berjalan menuju Alif,Baso,Said,Raja,Atang,Dulmajid
Senior
Semuanya baris, buat satu shaf, kalian suda =h pasti datang ke masjid, tidak dengar bunyi jaros
(lonceng) berkali-kali, jewer telinga kawan sebelah, cepat !!!
Menjewer telinga Alif
Senior
Jewer sekeras saya menjewer kamu
Alif
Mari membuat lingkaran Baso kau jewer telingaku
93
Membuat lingkaran Senior
Lebih keras!!!
Gambar 20. Baso sedang berlatih untuk pidato bahasa Inggris (Time Code : 00.40.17 – 00.43.03)
Baso mendapat tawaran untuk mengikuti lomba pidato berbahasa
inggris, akan tetapi ia mempunyai masalah dengan kepercayaan dirinya
ketika berbicara dihadapan orang banyak, hingga teman-temanya
memberi saran untuk berlatih di tempat yang ramai dengan di sela-sela
temanya menjemur baju, ia berlatih pidato bahasa Inggris.
Scene ini menjadi salah satu dimana tokoh utama medapat konflik
yang berasal dari dalam diri tokoh Baso dengan mencoba mengatasi
rasa gugupnya dengan berlatih dihadapan teman-temanya ketika sedang
mencuci bersama hingga akhirnya Baso tampil dihadapan para
penonton dan disaksikan oleh pengasuh Pondok Madani, di tengah-
tengah pidatonya ia lupa dengan isi pidatonya,
Konflik tersebut diatasi oleh teman-teman yang membantu dengan
membawa boneka orang-orangan yang sama untuk menyemangati Baso
94
seperti waktu latihan sehingga memunculkan Kembali kepercayaan
dirinya hingga mendapat apresiasi dari para audience yang hadir.
Gambar 21. Alif mendapat surat dari Randai yang berada di Bandung (Time Code : 00.44.56 – 00.46.01)
Alif mendapat sebuhah surat dari Randai yang sedang kuliah di
ITB, isi surat tersebut berupa ajakan untuk mencoba kuliah di
Bandung, dengan alasan kuat bahwa Alif sudah menunjukkan bahwa
ia berbakti kepada orang tuanya karena telah mencoba kehidupan
yang ada di pesantren. Selanjutnya menurut Randai, Alif harus
mencoba untuk mewujudkan mimpinya dengan kuliah di ITB.
Scene ini ditunjukkan bahwa tokoh Alif mengalami konflik batin
berupa ambisinya masuk ITB yang dulunya hilang, setelah mendapat
undangan dari Randai yang sekolah di Bandung menjadi muncul
kembali dan menjadi kebimbangan hati pada tokoh utama. Alif pada
scene ini menghiraukan sementara surat yang telah dibaca tersebut
95
hingga konflik puncak terjadi pada scene setelahnya. Di bawah ini
gambaran tokoh Alif ketika membaca surat dari Randai
EXT. Teras Pondok. Day Cast : Alif Alif mendapat surat dari Randai yang sedang kuliah di ITB
V.O Randai
Intinya, SMA di tandah sunda ini luar biasa sekali lif, belum lagi makhluk-makhluk manisnya, wah tuti pujaan kau waktu madrasah itu, kalah telat disini, sebenarnya akum au bicara ini sebelum kau berangkat, aku punya usulan untuk situasi kau sekarang ini, bagaimana kalu biar adil, kau coba dulu selama setahun, menghormati kemauan orang tua, tapi kalua memang tak cocok, kau minta dengan amat sangat serius pada amakmu,
kalua kau minta dengan mmemohon, dia pasti dengar, asalk kau setahun ini jadi anak yang
berbakti
Alif (merenung sambal melihat foto SMA)
Gambar 22. Alif mendaftar ke SYAMS (Time code : 00.46.03 – 00.48.36)
96
Alif mendaftar ke sebuah lembaga jurnalis pondok yang bernama
SYAMS, ia tertarik untuk masuk ke SYAMS karena ingin
mewujudkan keinginan Amaknya menjadi tokoh berpengaruh seperti
Buya Hamka. Buya Hamka juga merupakan seorang penulis buku dan
juga jurnalis, seperti karya-karyanya berjudul Di Bawah Lindungan ,
Ka’bah, Adat Minangkabau dan Islam, dan juga Pembela Islam.
Alif pada tahap ini ditunjukkan sebagi tokoh utama yang
dihadapkan dengan suasana atau babak lain dalam film ini, dan mulai
melupakan keraguan awal konfliknya ketika masuk pondok pesantren
pada bagian awal. Penggambaran tokoh Alif ini memiliki karakter
yang bimbang dalam segala keputusan yang dibuatnya, contohnya di
awal film dijelaskan bahwa Alif berambisi menjadi seperti B.J
Habibie yang identik tentang teknik, tetapi pada tahap ini ia memulai
babak baru dengan memasuki sebuah lembaga jurnalistik dan
cenderung mengarahkan idolanya kepada Buya Hamka. Pada
dasarnya Alif bisa disimpulkan bahwa ia tidak cukup memiliki prinsip
yang kuat.
Potongan dialog yang menunjukkan keraguan Alif saat sebelum
bergabung dengan SYAMS. Di bawah ini terdapat gambaran tokoh
Alif mendatangi kantor SYAMS untuk mendaftarkan dirinya.
97
INT. KANTOR SYAMS. DAY Cast : Alif,Kak Fahmi
Fahmi
Siapa namamu
Alif
Alif Fikri
Fahmi
Sudah yakin ? kalua belum yakin ndakpapa, kamu coba aja dulu, semonggu, kkalu kamu nggak suka
boleh pilih kegiatan yang lain, gimana
Alif (melihat kertas formular)
Fahmi
Kamu tau apa hebatnya orang bikin berita ? Jadi jurnalis ?
Alif
(menggelengkan kepala) nggak tau kak
Fahmi
Qoddarta ‘ala tahfiri dunnya, bil kalimah (kamu bisa merubah dunia dengan kata-kata)
98
Gambar 23. Alif dan teman-teman menceritakan cita – cita mereka (Time Code : 00.48.48 – 00.51.28)
Alif, Raja, Baso, Dulmajid, Said, dan Atang menceritakan cita-
cita mereka masing- masing ketika mereka telah lulus dari Pondok
Madani. Scene ini menjadi petunjuk bagi penonton tentang cerita
selanjutnya dari tokoh utama dalam mewujudkan cita-citanya. Di
bawah ini terdapat potongan dialog yang menunjukkan cita-cita dari
para tokoh utama tersebut.
EXT.Di bawah Menara Masjid. Day Cast : Alif,Raja,Baso,Dulmajid,Said, Atang
Baso
(Melihat keatas) Wah aku melihat peta dunia, heh kalian ingat
kisah ibnu batutah
Atang
Ya inget atuh so, kan diulang-ulang terus sama kamu tiap malem
99
Baso
Itu karena aku ingin merantau, menuntut ilmu di berbagai belahan dunia, seperti ibnu batutah to, apa kalian tidak ingin melihat tanah selain tanah
yang kalian injak ini
Alif (melihat kearah Baso)
Baso
Sekarang coba mi kau lihat awan-awan itu, aku melihat benua asia, aku harus menjengkalinya
Raja
(menunjuk kearah awan) Ah, kau tengok itu, akum au ke Inggris, kasih
salam sama kerajaan disana
Atang
(menunjuk kearah atas) Kalau saya mah mau kesana tuh, Afrika, Mesir, Al-
Azhar
Said
Kalau aku cinta Indonesia, jadi aku lihatnya Indonesia
(meninjuk kearah atas) Tanah Irian Jaya
Dulmajid
Iya id, sama dengan aku, aku cinta Indonesia
Raja
Eh ini bicara dunia
100
Gambar 24. Shohibul Menara berhasil membetulkan genset rusak (Time Code : 00.59.54 – 01.01.21)
Alif, Raja, Baso, Dulmajid, Said, dan Atang berhasil
membetulkan genset pondok yang rusak, Atang sebagai koordinator
berhasil memimpin rekan-rekannya untuk membetulkan bagian-
bagian yang rusak. Pada scene ini ditunjukkan bahwa para tokoh
utama berhasil menghadapi konflik yang dialami dan menemukan
solusi yang tepat, konflik ditunjukkan pada scene sebelumnya dimana
genset yang sering mati. Di bawah ini terdapat potongan dialog yang
menunjukkan konflik :
INT. Rumah Kyai rais. Day Cast : Atang,Alif,Baso,Dulmajid,Raja,said
Atang
Saya sempat ke ruang generator kemarin, dan ternyata generatornya masih sering mati kyai
Kyai Rais
Tapia da masalh lain nggak, selain masalah
generator ?
Atang
101
Untuk sementara itu dulu
Kyai Rais
Yakin ya…
Menganggukkan kepala bersama
Kyai Rais
Jadi begini.. kita analogikan sebuah pemerintahan say aini sebagai penguasa disini
atau sebagai otoritas tugas saya adalah Memberikan fasilitas untuk kalian, nah perkara Masalah dinamisasi, pergerakan atau pertumbuhan itu ya datangnya harus dari kalian sendiri, itu yang Namanya pemerintahan yang butten up, dari
bawah keatas, yang diatas ini kewajibanya memberi semua kebutuhan yang dirasakan oleh yang Di bawah, ya… lho kok melongo, masih belum paham
apa, ya ginilah yang yang protes itu siapa
Atang
Saya
Kyai Rais
Yang protes itu biasane seng ngerti to ? Yang ngerti itu tau dong solusinya, itu baru
bener Namanya, ga asal protes aja, gini ya kalua kalian siap untuk dipimpin kalian juga harus
siap untuk memimpin paham ya
Atang,Alif,Baso,Dulmajid,Raja,said
Paham
102
Gambar 25. Dulmajid berinisiatif agar bisa menonton bulu tangkis di pondok
(Time Code : 01.11.59 - 01.16.41)
Dulmajid adalah seorang santri yang memiliki antusiasme tinggi
terhadap dunia bulu tangkis, pada scene ini diceritakan bahwa para
santri pondok pesantren madani ingin menonton kompetisi Thomas
Cup di televisi tetapi peraturan menghalangi itu semua, kemudian
mereka mempunyai ide dengan cara negosiasi kepada ustadz Thoriq
agar bisa menonton bulu tangkis bersama-sama. Pada scene ini
konflik terjadi antara keinginan santri yang terbentur dengan
peraturan yang ada. Di bawah ini terdapat potongan dialog yang
menjelaskan scene diatas.
INT. Kamar. Day Cast : Alif,Baso,Raja,Dulmajid,Atang,Said
Dulmajid (berteriak)
Said
103
Oposih jid, malem-malem kok Dulmajid
Tiga hari lagi Piala Thomas, aku ini ndak pernah
ndak nonton
Said
Pasti ramet tuh jid
Dulmajid
Ini tuh musuh bebuyutan yang tanding, Indonesia Vs Malaysia
Said
Wah bener juga tuh jid, dikampungku selalu nonton bareng setiap piala Thomas
Baso
Nah kita bikin nih nonton piala Thomas untuk pondok, aku bisa bayangkan pasti ramai orang yang datang itu, paling tidak orang yang suka bulu
tangkis macam Dulmajid ini pasti datang,
Dulmajid
hebat juga sih so, idemu itu jenius, tapi gimana caranya, sampean-sampean-sampean kan tahu.
Dilarang menonton TV
104
Gambat 26. Alif mendapat surat dari Amak (Time Code : 01.17.29 – 01.19.36)
Salah satu modal untuk mencari ilmu seperti bersekolah atau
mondok adalah biaya penunjang kegiatan. Ketika pergantian semester
tiba Alif mendapatkan surat dari amaknya di kampung, surat itu berisi
pemberitahuan bahwa amaknya tidak bisa mengirimkan uang untuk
Alif sementara waktu karena panen sedang sulit di kampung. Scene
ini menjadi salah satu konflik batin Alif ketika ingin berlibur tetapi
terkendala oleh biaya, tetapi penyelesaian tiba ketika Atang
mengajaknya berlibur ke Bandung serta menanggung biaya
operasionalnya selama liburan. Gambaran mengenai konflik batin
Alif pada scene ini terdapat pada dialog di bawah ini :
INT. Kamar. Day Cast : Alif,Baso,Said,Atang,Dulmajid,Raja Alif mendapat surat dari amak dikampung, ia membacanya didalam hati
V.O Amak
105
Amak minta maaf, liburan ini tidak bisa mengirimkan uang untuk kau pulang, panen sedang sulit, amak berharap kau betah
dipondok dulu
Meihat Alif serius membaca sebuah surat, kemudain said mendekat
Said
Kamu gimana lif ? mau ikut atau pulang kampung?
Alif
Enggak kayanya id, aku disini sajo,
indakdo uang
Atang
Taka jak lif, kita liburan sama-sama ke Bandung
Said
Kamu mau jadi penjaga pondok apa ?
Alif
Indak repot tang ?
Atang
Nggaklah, siduruh malah sama mamah saya, hayuk
106
Gambar 27. Baso dijemput tetangganya dan meminta izin kepada teman – teman untuk meninggalkan Pondok Madani
(Time Code : 01.27.47 - 01.30.05)
Pondok pesantren madani mempunyai agenda rutin berupa pentas
di setiap akhir semester, perwakilan kelas masing-masing
mengirimkan kelompok untuk menampilkan sebuah pertunjukan, tak
terkecuali Alif dan kawan-kawan yang juga akan mementaskan
sebuah pertunjukan. Baso pada event tersebut ditunjuk sebagai kepala
pementasan kelas. Di tengah-tengah persiapan latihan, Baso mendapat
sebuah panggilan tiba-tiba dari tetangganya di kampungnya di Gowa,
Sulawesi Selatan. Baso melalui panggilan tersebut mengetahui jika
neneknya satu-satunya di kampung sedang sakit dan membutuhkan
dirinya untuk pulang kampung dan merawat neneknya, kemudian
Baso kembali ke teman-temanya dan berkata jika harus keluar dari
Pondok Madani, menanggapi hal tersebut teman-temanya terharu dan
mengikhlaskan Baso untuk kembal ke kampung halamanya. Scene ini
menjadi konflik eksternal antara Baso, teman-temanya dengan kondisi
yang ada yang membuat dirinya harus pulang. Baso akhirnya benar-
107
benar pulang dan kemudian kepala pementasan kelas digantikan oleh
Atang. Gambaran konflik tersebut dapat dilihat pada potongan adegan
di bawah ini :
INT. Kamar Santri. Day Cast : Baso,Alif,Atang,Dulmajid,Raja,Said
Baso
Aku mengerti kekecewaan kalian, kalian pernah bertanya padaku, kenapa aku tidak pernah menerima surat, atau ada keluarga yang
mengunjungiku kan ?
Mengambil sebuah foto didalam lemari didekatnya
Baso
(menunjukkan sebuah foto) Ini satu satunya, yang mengingatkanku bahwa aku
pernah punya orang tua, dan ini juga yang membuat aku berjuang untuk menghafalkan Al-Qur’an, supaya aku bisa memberikan jubah
kemuliaan untuk orang tuaku di akhirat nanti, sekarang aku Cuma punya nenekku, beliau buta
huruf, dan tidak kuat lagi naik kapal dari Gowa ke jawa, sekarang sakit beliau semakin parah, tidak bisa lagi bangkit dari tempat tidurnya,
sudah pasti aku harus pulang kawan
Raja Di luar itu bukanya pamanmu, biar saja dia yang
urus, ngapain kau maesti pulang
Baso
Dia bukan pamanku, tetanggaku, bayangkan dia berhari hari naik kapal dari Gowa ke jawa, sudah pasti aku harus pulang, jangan takut, aku akan jadi orang besar di 107ea rah107ti, pegang itu
janjiku
108
Gambar 28. Alif membuat sebuah tulisan di bukunya (Time Code : 01.30.15 – 01.32.06)
Alif melihat kearah luar jendela dan meneteskan air mata,
keinginanya sudah bulat untuk meninggalkan Pondok Madani. Scene
ini menjadi titik puncak konflik batin seorang Alif yang berusaha
mewujudkan cita-citanya untuk kuliah di ITB. Di bawah ini terdapat
potongan scene yang menggambarkan puncak konflik batin Alif.
INT. Kantor Syams. Night Cast : Alif, Fahmi Fahmi keluar dari kantor syams, menutup pintu dari luar dan bertanya kepada Alif lewat jendela
Fahmi
Alif kamu ndak balik ke asrama ?
Alif
(Menggelengkan kepala)
Fahmi
Tidur disini ? Yowis aku duluan yo
109
Gambar 29. Alif beradu argument dengan teman-temanya (Time Code : 01.32.08 – 01.32.38)
Alif mendatangi teman-temanya dan berkata akan meninggalkan
Pondok Madani, Raja merespon pernyataan tersebut sangat emosional
memarahi Alif karena mengira meninggalkan pondok imbas dari
keluarnya Baso. Alif menjelaskan bahwa memang tidak mau masuk
pondok sejak awal. Scene ini ditunjukkan konflik antara Alif dengan
Raja dan teman-temanya. Di bawah ini gambaran tokoh Alif berselisih
dengan teman-temanya.
EXT. Bawah Menara. Day Cast : Alif,Atang,Dulmajid,Raja,Said
Raja (menggedor pintu)
Kau piker shohibul Menara Cuma baso ? sama -sama
kami disini setahun saja terlalu lama ha ?
Alif
110
Indak ado hubunganya dengan itu
Alif
Aku memang dari awal ndak mau disini
Atang,Dulmajid,Raja,Said
Sabar-Sabar
Gambar 30. Said mendatangi Alif setelah kelas (Time code :1.33.42 – 1.34.45)
Said mendatangi Alif setelah selesai kelas dan menanyakan sejauh
mana keinginanya untuk meninggalkan Pondok Madani. Alif
bersikeras akan meninggalkan pondok dengan mengikuti prinsip Man
Jadda Wa Jadda, Said mengingatkan Alif untuk tidak menyalah arti
dan menyalah gunakan kalimat tersebut. Scene inilah konflik yang
menjadikan titik balik Alif yang pada akhirnya mengurungkan niatnya
untuk meninggalkan pondok. Di bawah ini terdapat potongan scene
yang menggambarkan konflik said dengan Alif.
111
INT. Ruang kelas. Day Cast : Said, Alif Said memasuki kelas mendatangi Alif
Alif
Gimana lif kabarnya ? jadi ke Bandung ?
Alif (menganggukkan kepala)
Said
Gimana caranya ?
Alif
Aku bisa masuk sebagai murid pindahan, pondok bisa mengurus itu, tinggal menunggu surat dari
amakku
Said
Kalua amakmu ndak setuju gimana ?
Alif
Aku akan tetap pergi pasti ad acara, MAN JADDA WA JADDA
Said
(Menggelengkan kepala)
Alif,lif liat aku, jangan pernah menyalah artikan MAN JADDA WA JADDA
Pergi keluar kelas meninggalkan Alif
Said Oiya, kalua kamu tetap mau pergi, sakkarepmu,
hidup-hidupmu kok
112
Gambar 31. Alif membaca surat permintaan maaf Amak (Time Code : 01.34.57 – 01.35.20)
Alif duduk di tangga teras usai sholat, membaca sebuah surat dari
amaknya di kampung dan surat itu berisi permintaan maaf amak
kepada Alif karena memaksanya untuk masuk ke pondok pesantren
sedangkan dirinya memiliki keinginan kuat masuk ke ITB, amak baru
menyadari bahwa memaksakan kehendak seorang anak tidaklah baik
bagi si anak itu sendiri. Scene ini menunjukkan resolusi konflik dari
amak dan Alif karena amak sudah menyadari egonya memasukkan
Alif ke pondok pesantren yang tidak sesuai dengan keinginan Alif. Di
bawah ini terdapat potongan scene gambaran kondisi kesedihan Alif
dan surat dari Amak.
Ext. Tangga Serambi Masjid. Day Cast: Alif
V.O Amak
Amak dan Ayah bisa mengerti, mungkin salahku terlalu memaksakan kehendak dulu, amak tidak
melarang sudah kukirim surat kepindahanmu menuju
113
pondok, satu saja pinta amak, entah itu di Bandung atau dimanapun kau mau belajar,
lakukanlah dengan kesungguhan, amak juga baru menyadari tempat belajar memang penting, tapi
kesungguhan hati lebih penting lagi
Gambar 32. Shohibul Menara berpelukan karena Alif tidak jadi meninggalkan pondok
(Time Code : 01.36.04 – 01.37.04)
Alif memasukkan barang-barangnya ke dalam lemarinya yang
sebelumnya di kemasi. Ia menyatakan bahwa dirinya tidak jadi
meninggalkan Pondok Madani dan bertekad meneruskan
pendidikanya di Pondok Madani. Scene ini menjadi resolusi dari
semua konflik yang dialami oleh Alif dalam film ini, gambaran
mengenai keputusan Alif yang tidak jadi meninggalkan Pondok
Madani digambarkan pada potongan scene Di bawah ini
114
INT. Kamar Santri. Day Cast : Alif,Said,Atang,Raja,Dulmajid Alif memasukkan barang-barangnya kedalam lemari
Dulmajid
(mendekati Alif) Ngapain sampean lif ?
Alif
Ambo ndak jadi pulang
Raja
Bukan waktunya bercanda ini
Atang
Jangan main-main lif
Alif
Ambo yakin
Gambar 33. Baso mengurus neneknya yang sakit dan mengajari (Time Code : 01.43.10 – 01.45.10)
Baso setelah memutuskan untuk pulang kekampung halamanya ia
merawat neneknya dirumah serta mengajari ngaji anak-anak kecil
115
yang ada di sekitar rumahnya. Baso pada scene ini dijelaskan bahwa
mengamalkan ajaran yang telah didapatkan ketika berada di pondok
pesantren. Di bawah ini gambaran adegan Baso mengajari anak-anak
kecil di sekitar rumahnya.
INT. Ruang Tengah. Night Cast : Baso dan anak-anak Baso mengajari ngaji anak-anak kecil di sekitar rumahnya
Baso Ayo kita mulai pengajian ini
3. Babak Penutupan
Tahap penutupan dalam film ini digambarkan bahwa Shohibul
Menara sudah sukses dengan cita-citanya masing-masing, Alif dengan
cita-citanya sebagai jurnalis di Inggris, juga Raja dan Atang yang
sama-sama berada di Inggris, sedangkan Baso berada di Jakarta
bersama Dulmajid. Pada tahap ini tidak terdapat konflik yang terjadi,
tetapi menunjukkan bahwa cita-cita atau tujuan yang telah dicapai
oleh masing-masing konflik.
116
Gambar 34. Alif mengikuti workshop jurnalis
(Time Code : 01.48.47 – 01.49.27)
Alif sedang mengikuti seminar jurnalistik, di tengah-tengah
workshop berlangsung Amak menelfon dan bertanya tentang
kabarnya di Inggris. Scene ini di tunjukkan bahwa Alif telah sukses
mengejar mimpinya sebagai jurnalis yang hebat di luar negeri.
Gambar 35. Alif bertemu dengan Raja dan Atang
(Time Code : 01.49.35 – 01.50.27)
Alif, Atang, dan Raja bertemu di Inggris, mereka bertanya kabar
masing-masing, dan menelpon Baso yang berada di Jakarta, pada
117
scene ini ditunjukkan bahwa mereka sukses megejar cita-citanya
masing-masing untuk pergi ke salah satu menara yang ada di luar
negeri.
Gambar 36. Baso mendapat telepon dari Alif yang berada di Inggis (Time Code : 01.50.29 -01.51.14)
Di saat yang sama Baso mendapat telepon dari Alif, Atang, dan
Raja yang berada di Inggris, mereka saling bertukar kabar. Scene ini
ditunjukkan bahwa anggota Sohibul Menara yang berada di Indonesia
juga sukses sesuai dengan cita-citanya.
Babak penutupan dalam film ini ditunjukkan masing-masing dari
Shohibul Menara telah sukses dengan tujuanya masing. Alif menjadi
tokoh yang paling disorot dan dijadikan point of view sepanjang film
ini. Alif sukses mengejar cita-citanya sebagai jurnalis di Inggris, tetapi
hal lain yang dapat ditangkap dari penyajian penceritaan tokoh Alif
adalah bahwa ia yang awalnya memiliki keinginan kuat untuk masuk
118
ke ITB karena termotivasi menjadi seperti B.J Habibie yang ahli
dalam bidang teknik sesuai keinginanya, kemudian beralih kepada
Buya Hamka yang ahli pada bidang jurnalistik dan tasawuf sesuai
keinginan orang tua.
119
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhir penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan struktur naratif
pada film Negeri 5 Menara berdasarkan karakter utama dibentuk oleh
struktur tiga babak dengan karakter utama terikat konflik pada setiap
babaknya. Babak pertama menceritakan latar belakang Alif sebelum masuk
pondok pesantren, dimana berawal ketika Alif telah lulus SMA dan akan
melanjutkan di perguruan tinggi negeri Institut Teknologi Bandung (ITB)
karena ingin menjadi seperti idolanya B.J Habibe, pada babak ini konflik
disebabkan ketika orang tuanya memasukkan ke pondok pesantren.
Babak ke dua berisi kehidupan Alif dan lima temannya yang disebut
shohibul menara selama di pondok pesantren mendapat berbagai konflik
yang menyebabkan struktur cerita di film ini menjadi menarik dan mudah
dipahami. Babak ke tiga merupakan bagian akhir dari film ini, tentang
kehidupan Alif dan kelima temanya ketika setelah selesai dari pondok
pesantren dan berhasil mewujudkan masing-masing cita-citanya. Babak ini
tidak terdapat konflik, melainkan hanya berisi tujuan akhir yang tercapai dari
tokoh utama.
Analisis penerapan struktur naratif pada film Negeri 5 Menara
berdasarkan konflik tokoh utama ini dapat disimpulkan bahwa tokoh utama
mempunyai peranan penting sebagai pengembang cerita dengan konflik yang
120
dialami. Tokoh utama pada film ini terletak pada tokoh Alif yang menjadi
tokoh sentral dimana ia dihadapkan dengan dua pilihan berat antara
mengikuti ambisinya atau patuh terhadap orang tuanya, baik Alif maupun
orang tuanya memiliki bayangan masing-masing tentang masa depan, dimana
Alif mengidolakan seorang B.J Habibie yang ahli pada bidang teknik
sedangkan Amaknya mengidolakan Buya Hamka yang ahli pada bidang
dakwah dan tasawuf. Karakter tokoh Alif sendiri divisualisasikan sebagai
tokoh yang kurang memiliki prinsip kuat untuk mengejar cita-citanya karena
tidak ada pengantar cerita yang kuat penyebab keinginanya masuk ke ITB,
hanya saja diawal film diceritakan bahwa Alif dan sahabatnya Randai sama-
sama menginginkan masuk ke ITB, dan di bagian tengah film divisualkan
justru hanya Randai yang sukses masuk ITB, jadi dapat disimpulkan bahwa
tokoh Alif pada film ini hanya sekedar mengikuti sahabatnya Randai karena
tidak memiliki motivlain yang mennasi khusus yang mendorong dirinya
masuk ke ITB.
Alif ditunjukkan sebagai karakter yang taat terhadap orang tuanya yaitu
ketika Alif mengikuti keinginanya masuk ke pondok pesantren. Alif
mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik yang identik dengan menulis dan
merangkai sebuah informasi yang didapatkan, hal tersebut sesuai dengan
tokoh idola Amaknya yaitu Buya Hamka.
121
B. Saran
Penelitian ini turut memberikan saran, bahwa sebuah film drama dengan
tokoh utama sebagai pelaku cerita dengan konflik yang dialami harus
memiliki motivasi yang kuat dan logika penceritaan yang dapat dipahami
sehingga memudahkan pentonton menerima cerita yang disajikan dan dapat
di pertanggungjawabakan secara logis. Hal lain yang dapat dirasakan pada
film ini adalah sebuah pesan tersirat tentang adab seorang anak terhadap
orang tua, meskipun seorang anak mempunyai idelaisme diri dengan apa yang
menurutnya baik, tetapi orang tua memiliki pandangan dan harapan lebih
terhadap masa depan anaknya kelak. Harapan dengan hadirnya film ini
diharapkan dijadikan contoh munculnya film drama inspirasi anak muda
lainya. Karena di zaman ini film yang mendidik sangat dibutuhkan di tengah
munculnya konten digital yang banyak tidak mendidik dan berimbas terhadap
generasi penerus bangsa khususnya anak muda.
122
DAFTAR ACUAN
Buku
Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru.
Araya Dewi Anggraeni. 2018. Karakter Tokoh Utama Film Di Timur
Matahari Melalui Metode Langsung (Telling). Karya Tugas
Akhir Institut Seni Indonesia Surakarta.
Asrul Sani, 1992. Cara Menilai Sebuah Film, Jakarta : Yayasan Citra.
Elizabeth Lutters, 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta : PT
Grasindo.
Himawan Pratista, 2008. Memahami Film. Homerian Pustaka : Yogyakarta.
Imam Gunawan, 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik :
Bumi Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia,2000. Departemen Pendidikan Nasional,
(Balai Pustaka).
Lexy J. Moleong, 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja.
M.Hadi Saputro. 2019. Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Film Negeri 5
Menara Perspektif Pendidikan Islam. Karya Tugas Akhir
Institut Seni Indonesia Surakarta.
Prof. Dr. Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kulaitatif. Bandung.
Alfabeta. Rosdakarya
Sugiyono, 2016. Memehami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Winda Setya Maharani. 2019. Pembangunan Konflik Melalui Struktur
Naratif Dalam Film RUDHY HABIBIE. Karya Tugas Akhir
Institut Seni Indonesia Surakarta.
123
Internet
Poster film Negeri 5 Menara (http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-n013-12-793847_negeri-5-menara#.YSDT2i8RoWo diunduh pada 21 Agustus 2021 pukul 17.37) Skripsi
Anggraeni, Dewi. 2018. Karakter Tokoh Utama Film Di Timur Matahari Melalui Metode Langsung (Telling). Tidak diterbitkan. Institut Seni Indonesia Surakarta : Surakarta.
Maharani, Windi Setya. 2019. Pembangunan Konflik Melalui Struktur Naratif Dalam Film RUDHY HABIBIE. Tidak diterbitkan. Institut Seni Indonesia Surakarta : Surakarta.
Saputro, M.Hadi. 2019. Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Film Negeri 5 Menara Perspektif Pendidikan Islam. Tidak diterbitkan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya : Surabaya.
Agustina, Meria. 2016. Analisis Struktur Naratif Dalam Membangun Biografi Soekarno Pada Film Soekarno. Tidak diterbitkan. Universitas Jember : Jember.
top related