penerapan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture
Post on 05-Dec-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
148
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture
untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini di Kelompok Bermain
R. Tutupary Prodi Pendidikan Luar Sekolah FKIP-Universitas Pattimura
E-mail : tutuparyros@gmail.com
Artikel diterima: 30 April 2017; direvisi 22 Mei 2017; disetujui 25 Juni 2017
ABSTRACT
The world of children is a world of play, and learning is done with or while
playing that involves all the senses of the child. Paud teachers and parents need
to look at the aspects of personality that exist in the development of children,
including aspects of cognitive aspects, aspects of moral values, aspects of
intelligence, motor aspects, social aspects of emotional. These five aspects may
affect the thinking aspect of the child, and this is highly dependent on the
ability of each individual. Therefore, children need to get good and proper
stimulation to optimize aspects of its development. This study aims to
determine the application of cooperative learning picture and picture type in
improving early childhood cognitive development in KB Mawar FKIP Unpatti
Ambon. This research is a Classroom Action Research. The subjects of this
study were students aged 4-5 years KB Roses FKIP Unpatti Ambon which
amounted to 10 people. Data collection techniques are observation and
interview. This classroom action research procedure is carried out in two
cycles, namely cycle I and cycle II. To know the result of student learning by
using learning strategy with song on cognitive aspect conducted evaluation in
the form of observation to cognitive aspect. Where indicators are performed by
holding observations after completion of learning in each cycle at the end of
the second meeting. The results showed that in the first cycle, there are still
students who do not meet the criteria of the indicators conducted by the tutor,
so it can be said as a weakness encountered in the implementation of the first
cycle action, while in cycle II students are very active hear the teacher
explanation. Very active in question is that students can follow the teacher's
explanation well so that what is assigned can be done well. Thus it can be
concluded that by using cooperative learning picture and picture type can
develop early childhood cognitive in KB Mawar FKIP Unpatti Ambon.
Keywords: early childhood; cognitive development; model picture and picture
learning
This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
149
PENDAHULUAN
Pendidikan hendaknya diberikan sejak usia dini, sebab usia dini merupakan periode emas
(Golden Age) untuk mulai diberikannya stimulasi lewat pendidikan dan masa yang menjadi
landasan bagi kehidupan selanjutnya. Usia ini merupakan masa peka bagi anak, dimana anak
mulai sensitive untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Hal ini
mengisyaratkan bahwa semua pihak perlu memahami akan pentingnya masa usia dini untuk
optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan dengan memberikan stimulasi yang tepat bagi
mereka. Maka pendidikan sejak dini tepat diselenggarakan sebagai upaya untuk meletakan dasar-
dasar pengembangan kemampuan fisik, aspek kognitif, social-emosial, konsep diri, seni moral,
dan nilai-nilai agama (Yasmin dan Sanan, 2010: 2-5). Sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir
14 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasianal, menyebutkan bahwa
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upayah yang ditujukan kepada anak sejak lahir
hingga enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk
memiliki jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
Terkait dengan uraian di atas, Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) menjelaskan bahwa
“bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan, bermain adalah aktivitas
yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian”. Melalui
bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, bermain bagi
anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek. Bermain adalah medium,
dimana anak menyatakan jati dirinya, bukan saja dalam fantasinya, tetapi juga benar nyata secara
aktif. Selain itu, bermain merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan belajar anak, dengan
menerapkan metode, strategi, sarana, dan media belajar yang merangsang anak untuk melakukan
eksplorasi, menemukan dan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya. Permainan juga
merupakan alat bagi anak untuk menjelajah dunianya, dari yang tidak dikenali, sampai pada yang
ia ketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya hingga mampu melakukannya. Secara tegas
dapat dikatakan bahwa belajar sambil bermain bagi anak usia dini merupakan prasyarat penting
bila orang tua menginginkan anaknya sehat mental. Akan tetapi sebagian kelompok bermain
belum bisa menerapkan model pembelajaran yang lebih mengedepankan pola bermain sambil
belajar.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
150
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan
belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen-komponen
yang ada dalam kegiatan belajar yang ada dalam kegiatan belajar di antaranya adalah guru dan
siswa. Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang professional
dalam membelajarkan siswa-siswanya. Perkembangan sains saat ini telah melaju dengan pesat
dan erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memberikan
wahana yang memungkinkan sains berkembang dengan pesat. Hal ini menggungah para
pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada
penguasaan konsep sains, yang dapat bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari di masyarakat.
Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains, kreatifitas sumberdaya manusia merupakan
syarat untuk ditingkatkan. Jalur yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan sumberdaya manusia
adalah melalui jalur pendidikan (Dimyati & Mudjiono, 2002).
Guru sebagai pendidik atau pengajar memegang peran yang amat sangat penting dalam
keberhasilan suatu proses pembelajaran. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai
pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai dengan criteria sumber daya
manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini
menunjukkan betapa signifikan (Berarti penting) posisi guru dalam pendidikan (Muhibin,
1999:223) namun semua itu kembali kepada tugas utama dari seorang guru yaitu, mengelola
proses belajar yang melibatkan peran aktif siswa dan mengarah, sehingga menimbulkan ada
interaksi. Yang memungkinkan guru dapat mentransfer pengetahuan yang diajarkan kepada para
siswanya. Dan diiringi oleh kreatifitas dari guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
Peningkatan kognitif anak didik melalui penggunaan APE pada Taman Kanak-kanak dengan
cara menerapkan proses belajar sambil bermain. Anak usia dini dapat saja diberikan materi
pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan dapat saja diajari pengetahuan
tentang materi IPS dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan
kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya, kuncinya
adalah pada bermain (Supriadi, 2002: 40). Bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia
dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah
dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra
anak. Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting
dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
151
sebagian besar diperoleh dari bermain. Sayangnya, menurut Samples bermain sebagai gagasan
yang dikaitkan dengan pembelajaran kurang mendapatkan apresiasi dalam berbagai lingkungan
budaya (Supriadi, 2002: 40).
Berdasarkan alasan-alasan yang telah di paparkan, maka guru Paud dan orang tua perlu
mencermati aspek-aspek kepribadian yang ada dalam perkembangan anak, diantaranya aspek
aspek kognitif, aspek nilai moral, aspek kecerdasan, aspek motorik, aspek sosial emosional
(Kamtini&Tanjung,2005). Kelima aspek tersaebut dapat mempengaruhi aspek pemikiran anak,
dan ini sangat bergantung pada kemampuan setiap individu. Oleh karena itu, anak perlu
mendapatkan stimulasi yang baik dan tepat untuk mengoptimalkan aspek-aspek
perkembangannya. Salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi otak anak dengan baik adalah
bernyanyi Bernyanyi bukan sekedar bisa mengucapkan apa yang dinyanyikan, tetapi juga perlu
diperhatikan apakah anak bisa mengerti apa yang dinyanyikan lewat syair lagu. Dalam dunia
anak lebih banyak bernyanyi bahkan hampir sebagian besar proses pembelajaran disekolah pada
pendidikan anak usia dini diawali dengan bernyanyi.
Melihat dari fenomena yang terjadi maka di KB Mawar FKIP Unpatti Ambon, jika dalam
meningkatkan perkembangan kognitif menggunakan strategi membaca langsung, anak kurang
variatif dan menyenangkan sehingga anak terlihat kurang merespon. Kondisi seperti ini
dirasakan kurang menyenangkan, karena anak pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon pada
umumnya senang bernyanyi dan bermain dengan alat-alat permainan. Berdasarkan paparan di
atas, maka peniliti tertarik melakukan penelitian mengenai strategi pembelajaran dalam
pengembangan aspek kognitif bagi anak usia dini melalui penerapan pembelajaran kooperatif
tipe picture and picture.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk dapat mengetahui penerapan pembelajaran
kooperatif tipe picture and picture dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak usia dini
pada Kelompok Bermain Mawar FKIP Unpatti Ambon. Dalam penelitian ini penulis memakai
beberapa teori pendukung yang dapat memperkuat penulisan ini diantaranya adalah : Hakikat
Anak Usia Dini, Hakikat Perkembangan Kognitif, hakikat model pembelajaran kooperatif serta
Hakikat Model Pembelajaran Picture And Picture. Hakikat Anak Usia Dini yang di dalamnya
memuat tentang dasar pendidikan anak usia dini yang diatur dalam Undang-undang Sistim
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 yaitu “pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
152
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut”
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan
usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani
Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang
bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Yang dimaksud dengan anak usia dini atau anak prasekolah adalah
mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah
atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti program tempat
penitipan anak dan kelompok bermain (play group). Dari pengertian tersebut tergambar bahwa
anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Hal ini sejalan dengan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 28
ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang Pendidikan Dasar.
Hakikat Perkembangan Kognitif yang di dalamnya memuat tentang Makna Perkembangan
Kognitif Bagi Kehidupan Anak, Pentingnya Perkembangan Kognitif, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Kogntif, Teori kognitf dalam bermain dan Standar
Perkembangan Kognitif (Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
137 Tahun 2014 Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak).
Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya
tentang apa yang dilihat, dengar, rasa, raba, ataupun di cium melalui pancaindra yang
dimilikinya (Julliani Sujono: 2008). Di kelompok bermain atau lembaga sejenisnya,
pengembangan kognitif dikenal juga dengan istilah pengembangan daya pikir. Apabila dilihat
dari definisi dan peristilahan yang sering ditukar-pakaikan maka pada dasarnya isilah intelektual
adalah sama pengertianya dengan istilah kognitif. Kognitif berhubungan dengan intelejensi.
Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya
dan potensi tersebut yang berupa perilaku atau aktifitas.
Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi (pembuahan), namun terwujud atau tidaknya
potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan. Potensi kognitif
yang dibawa sejak lahir atau merupakan faktor keturunan yang menentukan batas perkembangan
tingkat intelejensi (batas maksimal). Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan
individu untuk menghubungkan, memilih, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
153
Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecedasan yang mencirikan seseorang dengan
berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Menurut Terman kognitif
adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri diri dengan lingkungan. Selanjutnya Colvin
mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan meyesuiakn diri dengan
lingkungan dan Henman mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan
pengetahuan. Selain itu Hunt mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses
informasi yang disediakan oleh indra. Dengan demikian kognitif adalah teknik memproses
informasi yang disediakan oleh indra yang menghasilkan kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
Gardner dalam Munandar (2000), mengemukakan bahwa pegertian intelejensi sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam
suatu kebudayaan atau lebih. Sedangkan Pamela Minet mendefinisikan bahwa perkembangan
intelektual adalah sama dengan perkembangan mental, sedangkan perkembangan kognitif adalah
perkembangan berpikir. Pikiran adalah bagian dari berpikir dari otak. Individu berpikir
menggunakan pikiran. Kemampuan ini yang menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan
tidaknya suatu masalah yang sedang dihadapi. Melalui kemampuan intelejensi yang dimiliki
oleh seorang anak maka kita dapat mengatakan apakah seorang anak pandai atau bodoh, pandai
sekali atau bodoh sekali. Pada hakikatnya intelejensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir,
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan
eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui pancaindranya sehingga dengan pengetahuan yang
didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manuusia yang utuh
sesuai dengan kodratnya sebagai makluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada
didunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,
melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi
fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dan
fungsi-fungsi. Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan
material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu disebabkan oleh karena
perubahan tingkah laku hasil belajar.
Adapun aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan siswa adalah : a) Aliran Nativisme. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
154
Schopenhauer (1788-1860). Menurut aliran ini, perkembangan manusia itu ditentukan oleh
pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa; b) Aliran
Empirisme. Tokoh utama aliran ini adalah John Locke (1632-1704). Dengan konsep “tabula
rasa”, menurut aliran ini perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan
dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak
mempunyai pengaruh apapun; c) Aliran Konvergensi. Tokoh utamanya adalah Louis William
Stern (1871-1938). Menurut aliran ini, faktor pembawaan maupun faktor lingkungan memiliki
andil yang sama besar dalam perkembangan manusia.
Dari uraian di atas diketahui bahwa faktor pembawaan dan lingkungan memiliki andil yang
sama dalam perkembangan. Akan tetapi, hasil proses perkembangan seseorang tak dapat
dijelaskan hanya dengan menyebut pembawaan dan lingkungan. Artinya, keberhasilan seseorang
bukan karena pembawaan dan lingkungan saja, karena seseorang tidak hanya dikembangkan oleh
pembawaan dan lingkungannya saja tetapi juga oleh dirinya sendiri. Setiap orang memiliki
potensi self direction dan self dicpline yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara
mengikuti atau menolak sesuatu (aturan atau stimulus) lingkungan yang hendak
mengembangkan dirinya.
Mengacu pada penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan seseorang pada dasarnya terdiri dari
dua macam, yaitu: 1) Faktor interen, yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang yang meliputi
pembawaan, potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya dan 2) Faktor
ekstern, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri seseorang yang meliputi lingkungan
(khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi orang tersebut dengan lingkungannya.
Jean Piaget megemukakan bahwa anak menjalani tahapan perkembangan kognitif sampai
akhirnya proses berpikir menyamai proses berpikir orang dewasa, dalam perkembangan kognitif
memerlukan proses belajar yang bersifat adaptasi. Didalam adaptasi ada dua keseimbangan yang
perlu menunjang didalam pelaksanaan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses
penggabungan informasi yang baru diterima dalam realisasi dengan stuktur kognitif seseorang.
Sedangkan akomodasi adalah mengubah stuktur kognitif seseorang disesuaikan, diselaraskan
dengan atau menurut apa yang diamati dan realisasi.
Piaget mengemukakan bahwa saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi
mereka belajar mempraktekkan dan mengkonsolisdasi ketrampilan yang baru diperoleh.
Perkembangan bermain berhubungan dengan perkembangan kecerdasan seseorang, maka taraf
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
155
kecerdasan seorang anak akan mempengaruhi kegiatan bermainnya. Selain itu Lev Vigotsy yang
adalah seorang psikologi perkembangan Rusia yang meyakini bahwa mempunyai peran
langsung terhadap perkembangan seseorang, bermain adalah self helf toll. Sering kali
keterlibatan anak dalam kegiatan bermain dengan sendirinya mensosial dan emosi anak
mengalami kemajuan dan perkembangannya, bukan hanya perkembangan kognitif yang
diperlihatkan dalam bermain tetapi juga peran penting dalam perkembangan.
Standar Perkembangan Kognitif (Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak) dapat terlihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Standar Perkembangan Kognitif (Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak)
Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian
A. Belajar dan Pemecahan
Masalah
1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil
untuk menulis
2. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai
mobil
3. Mengenal konsep sederhanan dalam kehidupan sehari-hari (gerimis,
hujan, gelap, terang, temaran dsb
4. Mengetahui Konsep Banyak dan sedikit
5. Mengkreasikan sesuatu dengan idenya sendiri yang terkait dengan
berbagai pemecahan masalah
6. Mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu
7. Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu
8. Memahami posisi/kedudukan dalam keluarga, ruang, lingkungan sosial
(misal: sebagai peserta didik /anak/teman
B. Berpikir Logis 1. Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi, bentuk atau warna atau
ukuran
2. Mengenal gejala sebab akibat yang terkait dengan dirinya
3. Mengklasifikasi benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok
yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
4. Mengenal pola (misal. AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya
5. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna
C. Berpikir Simbolik 1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh
2. Mengenal konsep bilangan
3. Mengenal lambang bilangan
4. Mengenal lambang huruf
(Sumber : Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak)
Agar hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan penulisan maka penulis menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dalam meningkatkan perkembangan
kognitif Anak Usia Dini di KB Mawa FKIP Unpatti Ambon. Pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.
Prinsip dasar pembejaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
156
mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif peserta
didik pandai mengajar peserta didik yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. peserta didik
kurang pandai dapat belajar dala suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang
membantu dan memotivasinya. peserta didik yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah
menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi seara aktif agar bisa diterima
oleh anggota kelompoknya.
Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik pembelajaran, diharapkan
adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir
(thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery
learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke
learner centered atau terkonstruksinya pengetahuan peserta didik. Menurut Nur (2000), semua
model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur
penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran
kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model
pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif,
peserta didik didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik peserta didik meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.
Selain itu Menurut Slavin dalam (Yasa, 2008: 2). Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, peserta didik dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang
difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai
wadah peserta didik bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan
teman sebayanya. Salah satu model pembelajaran yang digunakan oleh penulis adalah model
pembelajaran Picture and Picture yang berarti suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri
aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajarannya penggunaan media gambar dapat
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
157
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif, kreatif dan menemukan sendiri
dengan bantuan guru materi yang dipelajari.
Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1) membantu peserta didik belajar
berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan peserta
didik dalam praktik berpikir, (2) membantu peserta didik mengevaluasi logika dan bukti-bukti
bagi posisi dirinya atau posisi yang lain, (3) memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
memformulasikan penerapan suatu prinsip, (4) membantu peserta didik mengenali adanya suatu
masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan
atau ceramah, (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan (6)
mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
Pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture
Kelebihan Kelemahan
1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-
masing peserta didik.
2) Melatih berpikir logis dan sistematis.
3) Membantu peserta didik belajar berpikir kritis
berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberikan kebebasan peserta didik
dalam praktik berpikir,
4) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang
lebih baik.
5) Peserta didik dilibatkan daiam perencanaan dan
pengelolaan kelas.
6) Peserta didik mengetahui aplikasi dari materi
berupa contoh gambar.
7) Peserta didik diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya
1) Memakan banyak waktu.
2) Banyak peserta didik yang pasif.
3) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan
dikelas.
4) Banyak peserta didik tidak senang apabila
disuruh bekerja sama dengan yang lain.
5) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya
yang cukup memadai. (Habisyafitri, 2012)
Langkah-langkah pembelajaran dengan model Picture and Picture adalah sebagai berikut:
Fase 1: Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Langkah pertama ini sangat
penting disampaikan kepada peserta didik agar mereka dapat mengukur sejauh mana
materi yang harusdikuasainya. Di samping itu guru juga harus menyampaikan
indikator-indikator ketercapaian kompetensi dasar, dengan tujuan agar peserta didik
dapat mencapai kriteria ketuntasan mninimal yang ditetapkan.
Fase 2: Guru menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran Penyajian materi sebagai
pengantar merupakan hal yang sangat penting diberikan oleh guru dengan tujuan
mengarahkan peserta didik agar mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam
penyampaiannya, guru haruslah kreatif mencari cara dan teknik yang baik agar
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
158
peserta didik termotivasi untuk belajar lebih dalam tentang materi yang akan
dipelajari.
Fase 3: Guru menunjukkan gambar atau memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan
materi. Dalam langkah ini, guru memperlihatkan beberapa gambar yang yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan dan menanyakan kepada peserta
didik tentang nama, ciri-ciri benda yang ditunjukkan
Fase 4: Guru memberikan kumpulan gambar kepada peserta didik dalam kelompok. Dalam
langkah ini guru haruslah dapat melakukan inovasi agar gambar yang menjadi media
untuk model pembelajaran ini dapat menarik dan memotivasi peserta didik untuk
memahami suatu konsep yang diajarkan
Fase 5: Peserta didik mengamati gambar- gambar dan mengklasifikasi ciri-ciri. Pada langkah
ini, peserta didik dalam kelompok mengamati gambar-gambar yang diberikan guru.
peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk menentukan nama, ciri-ciri benda
yang diamati. Hasil diskusi kelompok dicatat dalam catatan khusus, dipandu dengan
lembaran kerja peserta didik yang dibuat guru
Fase 6: Siswa mengemukan pendapat/mempresentasikan alasan pemikiran. Siswa dilatih
untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang hasil diskusi
kelompoknya dengan cara melaporkan hasilnya di depan kelas. Dalam lngkah ini
peran guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan motivator adar peserta didik
bernai mengemukan pendaptnya. Biasanya siswa pada kelas rendah tidak berani untuk
berbicara kecuali dituntun dan dimotivasi oleh gurunya.
Fase 7: Guru bersama sama dengan peserta didik melakukan diskusi kelas tentang hasil
pemikiran dari tiap kelompok. Guru dapat memtivasi dan mengajak peserta didik
untuk berdiskusi, bertanya kepada teman yang melaporkan pekerjaannya di depan
kelas. Pekerjaan ini sangat sulit dilakukan, sehingga guru harus berinovasi agar
peserta didik mau bertanya dan menjawab pertanyaan gdari temannya maupun dari
guru. Guru bisa membantu dengan memberikan kalimat yang belum lengkap sehingga
peserta didik bisa melanjutkan apa yang akan disampaikan
Fase 8: Penarikan kesimpulan pembelajaran bersama-sama. Langkah terakhir pada
pembelajaran dengan model Picture And Pictureadalah guru mengajak peserta didik
untuk dapat bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari dengan kata-kjata
dan bahasasendiri. Pada langkah ini, guru harus sering melakukan penekanan-
penekanan pada hal yang ingin dicapai dengan meminta peserta didik lain
mengulangi, dan menuliskan kembali konsep-konsep yang ingin dicapaisesuai dengan
indikator yang harapkan (Hanafiah & Suhana, 2009:42).
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
159
Selain itu juga ada peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian yang berhubungan
dengan perkembangan kognitif anak menggunakan model pembelajaran Picture and Picture
diantaranya adalah : (Ni Nyoman Parwati , Desak Putu Parmiti, I Nyoman Jampel) yang meneliti
tentang “Penerapan Pembelajaran Picture And Picture Berbantuan Media Kartu Angka
Bergambar Dapat Meningkatkan Perkembangan Kognitif” Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui, peningkatan kemampuan kognitif anak didik setelah penerapan model
pembelajaran picture and picture berbantuan media kartu angka bergambar kelompok B
semester II tahun pelajaran 2012/2013 TK Widya Brata Mengwi. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 20
orang Anak TK ada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Data penelitian
tentang perkembangan kognitif dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen
berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode
analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik kuantitatif. Hasil analisis
menunjukan rata-rata persentase perkembangan kognitif anak kelompok B semester II di TK
Widya Brata Mengwi pada siklus I sebesar 53,00% berada pada kategori sangat rendah dan
rata-rata persentase perkembangan kognitif anak kelompok B semester II di TK Widya Brata
Mengwi pada siklus II 93,00% berada pada kategori sangat tinggi ini menunjukan adanya
peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar
40% dan berada pada kategori aktif.
METODE
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian tindakan kelas.
Arikanto dkk (2006:3) memberikan kesimpulan penelitian tindakan kelas adalah suatu
pengamatan terhadap aktivitas belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dilakukan
didalam kelas. Penelitian ini berlangsung di KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. Subjek penelitian
ini adalah siswa usia 4-5 tahun KB Mawar FKIP Unpatti Ambon yang berjumlah 10 orang.
Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu : 1) Variabel bebas: Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Picture and Picture dan 2) Variabel terikat: Perkembangan Kognitif. Untuk
memperoleh data dari sumber data, maka instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Pedoman observasi, berupa format pengamatan yang harus diisi oleh observer; dan 2)
Pedoman wawancara, berupa format wawancara yang digunakan peneliti untuk mengajukan
pertanyaan kepada para siswa. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui : 1)
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
160
Observasi yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi dan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and
Picture; dan 2) Wawancara yang dalam penelitian ini dilaksanakan secara langsung yaitu
percakapan atau Tanya jawab dengan para siswa tanpa perantara.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus, yaitu : 1) Siklus I
selama dua kali pertemuan; dan 2) Siklus II selama dua kali pertemuan. Kriteria keberhasilan
pembelajaran pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon yaitu:
Tebel 3. Kriteria keberhasilan pembelajaran pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon
Tingkat Penguasaan (X) Keterangan
X ≥ Cukup Tuntas
X ≤ Cukup Tidak Tuntas
(Sumber : KB Mawar FKIP Unpatti Ambon)
Selanjutnya untuk menghitung keberhasilan secara klasikal digunakan rumus:
Ketuntasan Klasikal (%) = Jumlah siswa yang berhasil
x 100% Jumlah seluruh siswa
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Bermain Mawar FKIP Unpatti Ambon.
penelitian ini dilaksanakan 2 bulan dari bulan April sampai bulan Mei
2017. Data
perkembangan kognitif pada penelitian siklus 1 disajikan dalam bentuk
tabel hasil
perkembangan kognitif dan grafik hasil perkembangan kognitif. Dari hasil observasi yang
dilaksanakan pada saat penerapan metode picture-picture dalam meningkatkan perkembangan
kognitif anak dengan menggunakan 5 indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan
diberi bobot, yakni 3 (sangat baik), bobot 2 (cukup baik), bobot 1 (kurang baik). Skor
total yang diperoleh masing-masing siswa dibagi dengan bobot maksimal dikali 100.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
161
Tabel 4. Hasil Perkembangan Kognitif Siklus I
No. Indikator Hasil Perkembangan Kognitif Total
B % C % K % %
1
Mengenal perbedaan berdasarkan
fungsi, bentuk atau warna, ukuran 2 20 3 30 5 50 100
2 Mengenal gejala sebab-akibat yang
terkait dengan dirinya 1 10 3 30 6 60 100
3
Mengklasifikasikan benda ke dalam
kelompok yang sama atau kelompok
yang sejenis atau kelompok yang
berpasangan dengan 2 variasi
2 20 2 20 6 60 100
4 Mengenal pola (misal, AB-AB dan
ABC-ABC) dan mengulanginya 3 30 3 30 4 40 100
5 Mengurutkan benda berdasarkan 5
seriasi ukuran atau warna 2 20 3 30 5 50 100
Berdasarkan informasi tabel, dapat diketahui untuk indikator mengenal perbedaan
berdasarkan fungsi, bentuk atau warna dan ukuran: yang memiliki nilai baik sebanyak 2 orang
siswa (20%), 3 orang siswa (30%) memperoleh nilai cukup dan 5 orang siswa (50%)
memperoleh nilai kurang,untuk indikator ke 2 yaitu mengenal gejala sebab-akibat yang terkait
dengan dirinya, yaitu untuk nilai Baik sebanyak 1 orang (10%), untuk nilai Cukup 3 orang siswa
(30%) dan nilai Kurang yaitu 6 orang siswa (60%), Untuk indikator Mengklasifikasikan benda
ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan
dengan 2 variasi adalah yang memiliki nilai baik sebanyak 2 orang siswa (20%), 2 orang siswa
(20%) memperoleh nilai cukup dan 6 orang siswa (60%) memperoleh nilai kurang, kemampuan
mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya nilai Baik sebanyak 3 orang
(30%), untuk nilai Cukup 3 orang siswa (30%) dan nilai Kurang yaitu 4 orang siswa (40%),
kemampuan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna adalah: yang memiliki
nilai baik sebanyak 2 orang siswa (20%), 3 orang siswa (30%) memperoleh nilai cukup dan 5
orang siswa (50%) memperoleh nilai kurang. Dalam hal ini tutor megulang kembali apa yang
terjadi pada saat proses pembelajaran. Anak didik kurang aktif mendengar apa yang dijelaskan
guru. Kuranga aktif yang dimaksud adalah anak didik belum dapat mengikuti penjelasan guru
dengan baik sehingga apa yang ditugaskan belum dapat dilakukan dengan baik.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
162
Gambar 1. Hasil Perkembangan Kognitif Siklus I
Kolaborasi yang dilakukan peneliti dengan observer untuk menganalisa hasil penelitian pada
siklus I berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan tentang model pembelajaran kooperatif tipe
picture and picture terhadap perkembangan kognitif anak didik dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif anak didik KB Mawar FKIP Unpatti Ambon kurang baik. Hal ini
didasarkan pada capaian nilai yang diperoleh anak didik dalam lembar observasi aktivitas
belajar, dimana jika nilai seluruh anak didik dirata-ratakan maka diketahui bahwa nilai
ketrampilan yang dicapai dengan menggunakan kriteria terhadap lima aspek indikator mencapai
kategori cukup baik. Anak didik sesuai dengan indikator keberhasilan yang dicapai. Berdasarkan
hasil perolehan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar pada KB
Mawar FKIP Unpatti Ambon pada siklus I belum berhasil meningkatkan kognitif anak. Indikator
keberhasilan diukur melalui rendahnya aktivitas dan keaktifan anak didik saat proses belajar
mengajar berlangsung baik. Anak didik juga mampu menngucapkan menghitung maupun
mengurutkan secara cepat dan tepat. Masih terdapatnya anak didik yang tidak memenuhi kriteria
indikator yang dilakukan tutor dapat dikatakan sebagai kelemahan yang ditemui dalam
pelaksanaan tindakan sehingga perlu dilaksanakan pembelajaran perbaikan pada siklus ke II.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi siklus I.
berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I diketahui bahwa kognitif anak didik masih belum
cukup baik, sehingga diperlukan tindakan lanjutan untuk lebih meningkatkan kognitif anak didik
tersebut.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
163
Tabel 5. Hasil Perkembangan Kognitif Siklus II
No. Indikator Hasil Perkembangan Kognitif Total
B % C % K % %
1 Mengenal perbedaan berdasarkan
fungsi, bentuk atau warna, ukuran 6 60 4 40 100
2 Mengenal gejala sebab-akibat yang
terkait dengan dirinya 5 50 5 50 100
3
Mengklasifikasikan benda ke dalam
kelompok yang sama atau kelompok
yang sejenis atau kelompok yang
berpasangan dengan 2 variasi
7 70 3 30 100
4 Mengenal pola (misal, AB-AB dan
ABC-ABC) dan mengulanginya 6 60 4 40 100
5 Mengurutkan benda berdasarkan 5
seriasi ukuran atau warna 8 80 2 20 100
Berdasarkan informasi tabel, dapat diketahui bahwa untuk indikator mengenal perbedaan
berdasarkan fungsi, bentuk atau warna dan ukuran: yang memiliki nilai baik sebanyak 6 orang
siswa (60%), 4 orang siswa (40%) memperoleh nilai cukup dan tidak ada siswa yang
memperoleh nilai kurang, untuk indikator ke 2 yaitu mengenal gejala sebab-akibat yang terkait
dengan dirinya, yaitu untuk nilai Baik sebanyak 5 orang (50%), untuk nilai Cukup 5 orang siswa
(50%), Untuk indikator mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok
yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi adalah yang memiliki nilai baik
sebanyak 7 orang siswa (70%), 3 orang siswa (30%) memperoleh nilai cukup, kemampuan
mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya untuk nilai Baik sebanyak 6
orang (60%), untuk nilai Cukup 4 orang siswa (40%) dan kemampuan mengurutkan benda
berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna adalah: yang memiliki nilai baik sebanyak 8 orang siswa
(80%), 2 orang siswa (20%) memperoleh nilai cukup. Dalam hal ini tutor telah melakukan
pembelajaran dengan baik sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Anak didik sangat aktif mendengar penjelasan guru. Sangat aktif yang dimaksud
adalah anak didik sudah dapat mengikuti penjelasan guru dengan baik sehingga apa yang
ditugaskan sudah dapat dilakukan dengan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan telah mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak pada
siklus II ini.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
164
Gambar 2. Hasil Perkembangan Kognitif Siklus II
Tingginya aktivitas dan keaktifan anak didik saat proses belajar mengajar berlangsung baik.
Anak didik juga mampu melafalkan dan menghafal syair serta membuat gerakan secara cepat
dan tepat, bahkan dalam lingkup perkembangan yang dinilai dapat berhasil dalam proses
pembelajaran. Hal ini didasarkan pada capaian nilai yang diperoleh anak didik dalam lembar
observasi aktivitas belajar, dimana jika nilai seluruh anak didik dirata-ratakan maka diketahui
bahwa nilai kemampuan yang dicapai anak didik sesuai dengan indikator keberhasilan yang
dicapai lebih tinggi dari (siklus I), menjadi meningkat di siklus II.
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data hasil penelitian yang telah dikemukakan pada tindakan siklus I dan
II sebagai upaya untuk meningkatkan kognitif anak didik pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon.
Dengan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengamati gambar dan
mengklasifikasikannya sendiri, maka anak akan percaya diri sehingga perkembangan kognitif
belajar anak didik dapat meningkat. Asumsi ini sesuai dengan yang dikemukakan Rahim (2005:
22) yaitu: tutor sebaiknya memberikan latihan yang sesuai dengan kemampuan anak didik ketika
kegiatan belajar mengajar berlangsung, sehingga anak didik dapat berperan aktif untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Peneliti selaku tutor pelajaran melaksanakan proses belajar
mengajar secara interaktif dengan anak didik sehingga anak didik baik pada saat menyimak
materi pelajaran, mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan mampu dilakukan anak.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
165
Selama proses penyajian materi pelajaran, gambar sebagai media pembelajaran yang
digunakan disajikan oleh tutor dengan mudah dimengerti anak, dengan demikian anak didik
mampu menjawab soal evaluasi yang diberikan. Jawaban yang diberikan anak didik pada
umumnya adalah sama hal ini karena adanya saling kerjasama antara anak didik dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Berdasarkan hasil analisis tindakan diketahui bahwa hasil penelitian pada siklus I berdasarkan
hasil pelaksanaan tindakan tentang model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture
terhadap perkembangan kognitif anak didik dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif
anak didik KB Mawar FKIP Unpatti Ambon kurang baik. Hal ini didasarkan pada capaian nilai
yang diperoleh anak didik dalam lembar observasi aktivitas belajar, dimana jika nilai seluruh
anak didik dirata-ratakan maka diketahui bahwa nilai ketrampilan yang dicapai dengan
menggunakan kriteria terhadap lima aspek indikator mencapai kategori cukup baik. Anak didik
sesuai dengan indikator keberhasilan yang dicapai. Berdasarkan hasil perolehan data di atas
maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar pada KB Mawar FKIP Unpatti Ambon
pada siklus I belum berhasil meningkatkan kognitif anak. Indikator keberhasilan diukur melalui
rendahnya aktivitas dan keaktifan anak didik saat proses belajar mengajar berlangsung baik
.Anak didik juga mampu menngucapkan menghitung maupun mengurutkan secara cepat dan
tepat. Masih terdapatnya anak didik yang tidak memenuhi kriteria indikator yang dilakukan tutor
dapat dikatakan sebagai kelemahan yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan sehingga perlu
dilaksanakan pembelajaran perbaikan pada siklus ke II. Dalam hal ini tutor megulang kembali
apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Anak didik kurang aktif mendengar apa yang
diceritakan guru. Kuranga aktif yang dimaksud adalah anak didik belum dapat mengikuti
penjelasan guru dengan baik sehingga apa yang ditugaskan belum dapat dilakukan dengan baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan belum mampu
meningkatkan perkembangan kognitif anak pada siklus I. Untuk proses dan hasil pembelajaran
pada siklus II Tingginya aktivitas dan keaktifan anak didik saat proses belajar mengajar
berlangsung baik. Anak didik juga mampu melafalkan dan menghafal syair serta membuat
gerakan secara cepat dan tepat, bahkan dalam lingkup perkembangan yang dinilai dapat berhasil
dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada capaian nilai yang diperoleh anak didik
dalam lembar observasi aktivitas belajar, dimana jika nilai seluruh anak didik dirata-ratakan
maka diketahui bahwa nilai keterampilan yang dicapai anak didik sesuai dengan indikator
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
166
keberhasilan yang dicapai lebih tinggi dari (siklus I) menjadi semua siswa mendapat nilai baik
dan cukup.
Dalam hal ini tutor telah melakukan pembelajaran dengan baik sehingga dapat memotivasi
siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Anak didik sangat aktif mendengar apa yang
diceritakan guru. Sangat aktif yang dimaksud adalah anak didik sudah dapat mengikuti
penjelasan guru dengan baik sehingga apa yang ditugaskan sudah dapat dilakukan dengan baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah mampu
meningkatkan perkembangan kognitif anak pada siklus II. Berdasarkan uraian di atas, maka
kecenderungan anak didik untuk memenuhi kriteria indikator semakin baik. Dengan demikian
perkembangan kognitif anak didik KB Mawar FKIP Unpatti Ambon semakin meningkat.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat mengembangkan kognitif
anak usia dini di KB Mawar FKIP Unpatti Ambon. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
dan observasi pada siklus I dapat meningkat pada siklus II, yang secara klasikal peningkatan
perkembangan kognitif anak didik sesuai dengan kriteria ketuntasan yaitu 70%.
Dari hasil kesimpulan diatas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1) Tutor di KB
Mawar FKIP Unpatti Ambon perlu lebih mengoptimalkan penerapan pembelajaran kooperatif
tipe picture and picture yang telah berhasil mengembangkan kognitif anak sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan; 2) Dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tipe picture and
picture, hal terpenting yang harus dilakukan tutor adalah ketepatan penggunaan media
pembelajaran dan perencanaan yang matang sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta
Baharuddin. 2009, Psikologi Pendidikan. Jogyakarta.
Basyaruddin, Yosi, dan Abdillah Obid. 2004. Manhaj pendidikan Anak Muslim. Jakarta Selatan:
Mustaqim.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
167
Depdikbud. 1991. Kamus Umum Kognitif Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas, 2002. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Dini (Menu
Pembelajaran Generik). Jakarta: Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda,
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
Depdiknas, 2007. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Dirjen
pendidikan luar sekolah dan pemuda, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
Depdikas RI, Buletin PADU (Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini Edisi 03 Desember 2002), Jakarta,
2004
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Gunarso, D. Singgih, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000
Hapidin, Model-Model Pendidikian untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Ghiyats Alfiani Press, 2006
Hurlock, Elizabeth B. (1978) Perkembangan anak. Jakarta Erlangga
Ismail, Andang . 2007. Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan
Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.
Jalal, Fasli. 2002. Meningkatkan Kesadaran Akan Pentingnya PADU. Buletin Pada Jurnal
Ilmiah Anak Dini Usia.
Martuti, A.2008. Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Musbikin, Imam. 2006. mendidik anak kreatif ala einstein. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Purwanto, Ngalim, M. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 1995. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Gapindo.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjono, Anas. 1984. Pengukuran Statistik Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Yulianai Nurani Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif. Penerbit universitas terbuka.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 01 Number 02 2017 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
168
Undang-undang no 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional Aneka Ilmu
Semarang
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama
top related