penduduk yang memanfaatkan jamban
Post on 01-Dec-2015
85 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PLAN OF ACTION (POA)
PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN JAMBAN SEHAT
DI DUSUN KARANGWETAN DAN SUMBER DESA KALISALAK
KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Disusun Oleh:
Arie Patramanda
06711135
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2010
1
PLAN OF ACTION (POA)
PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN JAMBAN SEHAT
DI DUSUN KARANGWETAN DAN SUMBER DESA KALISALAK
KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Disusun Oleh:
Arie Patramanda
06711135
Disetujui oleh:
Kepala Puskesmas Salaman 1 Dokter Pembimbing Lapangan
ii
dr. Hartoyo, M.Kes dr. Siamsasi
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan laporan Plan of
Action (POA) program Penduduk yang memanfaatkan jamban. Laporan ini
disusun untuk memenuhi sebagian syarat kepanitraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dan
harapan penulis laporan ini dapat memberikan manfaat bagi puskesmas,
khususnya Puskesmas Salaman .
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Dr.Hartoyo, M.Kes, selaku kepala Puskesmas Salaman 1 dan juga sebagai
pembimbing selama menjalani kegiatan kepaniteraan klinik di Puskesmas
ini
2. Dr. Siamsasi Roharni, sebagai pembimbing di Puskesmas Salaman 1
3. Kepada bapak dan ibu petugas kesehatan serta staff Puskesmas Salaman 1
4. Seluruh teman-teman kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
5. Kepada keluarga yang telah memberikan doa dan mencurahkan kasih
sayangnya tanpa henti, sehingga penulis dapat menjalankan pendidikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini, masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun guna penyempurnaan
laporan ini.
Salaman, 17 September 2010
iii
Penulis
DAFTAR ISI
Judul laporan........................................................................................................... i
Halaman pengesahan...............................................................................................ii
Kata pengantar....................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................... iv
BAB I. Pendahuluan...............................................................................................1
1.1.Latar Belakang Masalah......................................................................1
1.2.Perumusan Masalah.............................................................................4
1.3 Tujuan .................................................................................................4
1.4 Metodologi Penelitian..........................................................................4
BAB II. Analisa Masalah........................................................................................5
2.1 Identifikasi Masalah..............................................................................5
2.2 Menentukan Penyebab Masalah............................................................7
2.3. Analisa Penyebab Masalah yang Paling Mungkin.............................13
BAB III. Pemecahan Masalah...............................................................................14
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................14
3.3 Prioritas Pemecahan Masalah..............................................................15
BAB IV. Simpulan dan Saran................................................................................17
5.1 Simpulan...............................................................................................17
5.2 Saran.....................................................................................................17
Daftar Pustaka
iv
v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan
gerakan pembangunan berwawasan kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat.
Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif
bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti
pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes, 2007).
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010,
dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata (Depkes,
2007). Untuk perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara
dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Untuk menjawab tantangan itu Departemen Kesehatan menetapkan visi “
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat ” dan misi “membuat rakyat sehat”
dengan strategi “ menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup
sehat “ melalui upaya fasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan dengan
mengembangkan kesiapsiagaan ditingkat desa yang disebut Desa Siaga.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat
(Depkes, 2008). Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut
telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Salah satu bentuk pembinaannya yaitu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan
sehat pada setiap tatanan dalam masyarakat.
1
Program PHBS dibagi dalam lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tatanan tempat-tempat umum.
Prioritas program PHBS dalam era otonomi daerah diserahkan kepada kebijakan
masing-masing pemerintah daerah sehingga tiap-tiap daerah dapat
mengadaptasikan program PHBS agar lebih sesuai dengan kondisi atau
perkembangan masyarakat setempat.
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta
adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit
akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan
sosial budaya cenderung akan semakin kompleks dan persebarannya cenderung
menjadi ancaman global seperti SARS, HIV-AIDS, dan Flu Burung. Sedangkan
penyakit lainnya yang akut dan berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
seperti Demam Berdarah, Polio, dan Diare serta Gizi Buruk pada balita.
Perbaikannya tidak tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan
kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor
keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku secara teoritis memiliki
andil 30-35% terhadap derajat kesehatan. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku
hidup bersih dan sehat yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan
(advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat ( Depkes, 2008).
Untuk mengetahui pelaksanaan PHBS sudah seperti yang diharapkan
diperlukan suatu alat ukur yaitu indikator PHBS yang dalam hal ini digunakan
indikator PHBS rumah tangga karena setiap anggota masyarakat sudah pasti
berada dalam rumah tangga, oleh karena itu program PHBS tatanan rumah tangga
akan langsung berkaitan dengan tatanan-tatanan yang lainnya. Dengan demikian,
2
penekanan pada program PHBS rumah tangga menjadi kunci keberhasilan bagi
program PHBS pada tatanan lainnya.
Indikator PHBS tatanan tumah tangga yang digunakan di Jawa Tengah ada
16 variabel yang terdiri dari 10 indikator nasional dan 6 indikator lokal Jawa
Tengah yaitu menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, menggunakan
jamban sehat untuk buang air besar (BAB), mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan sesudah BAB, menggosok gigi secara teratur minimal 2 kali
sehari, membuang sampah pada tempat yang disediakan, makan dengan gizi
seimbang, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, menimbang balita / batita
setiap bulan (minimal 8 kali setahun), tidak menyalahgunakan miras/napza,
anggota rumah tangga melakukan pemberantasan sarang nyamuk, memberikan
bayi ASI eklusif, melakukan aktivitas fisik setiap hari, menggunakan lantai rumah
yang kedap air, menghuni rumah dengan kepadatan yang memenuhi syarat
kesehatan, menjadi anggota JPK/dana sehat/asuransi kesehatan lainnya, dan bebas
asap rokok. Prioritas tersebut dipakai untuk upaya intervensi terhadap indikator
yang belum memenuhi syarat, dimana penggunaan jamban sehat merupakan
prioritas kedua dalam PHBS setelah penggunaan air bersih yang diwilayah kerja
Puskesmas Salaman 1 angka pencapaiannya masih rendah dari target sehingga
akan dilakukan intervensi lebih lanjut dan dibuat Plan of Action (POA).
Data yang diperoleh dari standar pelayanan minimal (SPM) Puskemas
Salaman 1 sampai dengan bulan juli didapatkan penduduk yang memanfaatkan
jamban cakupannya 36,58 % dengan pencapaian hanya 48,77 % dari target 75 %.
Jika dilihat SPM yang ditetapkan untuk provinsi jawa tengah target tahun 2005
sebelumnya sebesar 70 % masih belum tercapai, apalagi 88 % untuk tahun 2010.
Sehingga perlu dilakukan intervensi lebih lanjut apa saja faktor yang
menyebabkan pencapaian program penggunaan jamban sehat masih belum
tercapai dari tahun ketahun. Diharapkan nantinya dapat dijadikan masukan untuk
evaluasi program lebih lanjut dan semoga bisa mencapai target seperti yang
diharapkan.
3
Intervensi dilakukan dengan mengambil salah satu desa sebagai subjek
populasi yaitu Dusun Karangwetan dan Dusun Sumber Desa Kalisalak Kecamatan
Salaman Kabupaten Magelang, karena dusun ini direkomendasikan oleh pihak
puskesmas dan juga pencapaiannya untuk program penggunaan jamban sehat
masih cukup rendah sekitar 21 %.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang
masalah maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu sebagai berikut
bagaimana penggunaan jamban sehat di Dusun Karangwetan dan Dusun Sumber
Desa Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan dan pencapaian program serta perilaku
penggunaan jamban sehat oleh penduduk di Dusun Karangwetan dan
Dusun Sumber Desa Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi jumlah cakupan penggunaan jamban sehat di
Dusun Karangwetan dan Dusun Sumber
b. Menganalisis penyebab masalah penggunaan jamban sehat di
Dusun Karangwetan dan Dusun Sumber
c. Mencari alternatif pemecahan masalah mengenai penggunaan
jamban sehat dengan metode pendekatan sistem hingga penyusunan
Plan of Action (POA)
d. Memberikan masukan dan saran kepada Puskesmas Salaman untuk
mengatasi masalah cakupan penggunaan jamban sehat baik untuk
program jangka pendek maupun jangka panjang.
4
1.4 Metodologi Penelitian
Penyusunan POA ini menggunakan metodologi kualitatif dengan sumber
data berasal dari data primer dengan survey mawas diri masyarakat dan data
sekunder dari Standar Pelayanan minimal (SPM) Puskesmas Salaman 1 bulan
Januari sampai Juli 2010. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara
deskriptif dengan melihat fungsi manajemen secara menyeluruh. Permasalahan
tersebut dipecahkan sesuai dengan siklus pemecahan masalah. Kemudian
memprioritaskan alternatif pemecahan masalah dengan metode Hanlon kualitatif.
BAB II. ANALISA MASALAH
2.1 Identifikasi Masalah
Penduduk memanfaatkan jamban yang dimaksud adalah pemanfaatan
jamban oleh penduduk. Jamban yang dimaksud adalah pemanfaatan suatu
bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia/najis
bagi keluarga yang lazim disebut kakus/WC dengan tujuan agar mencegah
terjadinya penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia. (Dinkes
Jawa Tengah, 2005).
Jamban yang digunakan adalah jamban yang memenuhi syarat kesehatan
antara lain ;
- Tidak mencemari sumber air minum (jarak minimal 10 meter, jika tidak
memungkinkan perlu diberi konstruksi kedap air)
- Tidak berbau dan tinja tidak dijamah oleh serangga dan tikus
- Tidak mencemari tanah disekitarnya
- Mudah dibersihkan
- Aman digunakan
- Dilengkapi dinding dan atap pelindung
- Cukup penerangan dan ventilasi cukup baik
- Lantai kedap air
- Luas ruangan cukup
5
- Tersedia air, sabun dan alat pembersih
Perhitungan untuk penduduk yang memanfaatkan jamban menggunakan rumus :
Cakupan = Jumlah jamban yang dimanfaatkan memenuhi syarat
kesehatan Jumlah jamban yang diawasi
= 45 = 36,58 %
123
Dengan target Puskesmas Salaman 1 untuk tahun 2010 adalah 75% maka
pencapaian hanya 48,77% dari 100% sehingga ini menjadi permasalahan.
Masalah merupakan suatu kesenjangan antara harapan atau tujuan yang
ingin dicapai dengan kenyataan sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa
ketidakpuasan, sehingga perlu diupayakan pemecahannya dengan menggunakan
siklus pemecahan masalah :
Gambar 1. Siklus Pemecahan Masalah (Hartoyo, 2010)
6
Identifikasi masalah
Monitoring dan Evaluasi
Penyusunan Rencana
Penerapan
Penetapan pemecahan
masalah terpilih Menentukan Alternatif
Pemecahan Masalah
Penentuan Penyebab Masalah
Penentuan Prioritas Masalah
Memilih Penyebab yang Paling
Mungkin
Berdasarkan siklus pemecahan masalah, proses dan identifikasi masalah
dilakukan dengan mengevaluasi program Puskesmas Salaman 1 periode Januari-
Mei 2010. Penentuan prioritas masalah tidak dilakukan karena masalah yang akan
dibahas dalam hal ini hanya satu yaitu tentang penduduk yang memanfaatkan
jamban. Ini merupakan program Puskesmas yang menjadi masalah dengan
cakupan 36,58 % dari target 75 % sehingga pencapainnya hanya 48,77 %
sehingga untuk mengidentifikasi masalah secara menyeluruh dilakukan
pendekatan sistem yang meliputi input, proses, output, outcome, dampak, dan
lingkungan berdasarkan siklus pemecahan masalah di atas.
Gambar 2. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem
2.2 Menentukan Penyebab Masalah
Berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan sistem, maka analisa
penyebab masalah dibahas mulai dari penyebab masalah input, proses,
7
INPUT
Man
Money
Method
Material
Machine
OUTPUT
Cakupan
Program
PROSES
P1
P2
P3
LINGKUNGAN; Fisik, Kependudukan, Sosbud,
Ekonomi, Kebijakan
OUTCOME
lingkungan, dan output mengenai rendahnya pencapaian penduduk yang
memanfaatkan jamban.
Tabel 3. Analisis Input
Input Kelebihan Kekurangan
- Man • Adanya koordinator
program promosi kesehatan
yang ahli
• Tersedianya kader disetiap
dusun
- Money • Adanya dana transport bagi
petugas untuk kunjungan
ke rumah- rumah
• Belum ada anggaran untuk
membantu pembangunan
jamban masyarakat
- Method • Adanya indikator untuk
menilai jamban sehat yang
tercakup dalam PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat)
• Penyuluhan kepada
masyarakat tentang
penggunaan jamban sehat
• Kunjungan petugas
kesehatan lingkungan yang
secara aktif langsung ke
rumah warga
• Masih minimnya sosialisasi
dan penyuluhan tentang
penggunaan jamban sehat
• Kunjungan petugas kesehatan
lingkungan ke rumah
penduduk masih jarang
( setahun hanya 2 kali)
- Mechine • Tersedianya alat
transportasi untuk kegiatan
penyuluhan
8
- Material • Terdapatnya poster, leaflet,
brosur yang menjelaskan
tentang penggunaan
jamban sehat
• Terbatasnya poster, leaflet,
brosur mengenai jamban sehat
dan perilaku hidup bersih dan
sehat
Tabel 4. Analisa Proses
Proses Positif Negatif
P1 (Perencanaan) • Program kesehatan
lingkungan sudah
ada
• Tersedianya jadwal
pendataan jamban
sehat
• Jadwal pendataan
jamban sehat masih
belum teratur dan
belum mencakup
seluruh desa
P2 (Penggerak dan
Pelaksanaan)
• Kerjasama yang
baik antara petugas
kesehatan dengan
masyarakat dalam
pendataan jamban
sehat
• Tidak semua
masyarakat tergerak
untuk menggunakan
jamban sehat
• Kurang efektifnya
penyuluhan yang
ada
P3
(Pengawasan,Pengendalian,
Penilaian )
• Adanya pencatatan
dan pelaporan
mengenai jamban
sehat
• Kurangnya
pemantauan
kemajuan
pencapaian jamban
9
sehat dan tindak
lanjut hasil di
wilayah setiap
tahunnya
Tabel 5. Analisa Lingkungan
Lingkungan Positif Negatif
• Sebagian warga
sudah mengetahui
tentang jamban sehat
• Partisipasi
masyarakat yang
cukup baik bila ada
penyuluhan dan
kegiatan promosi
kesehatan
• Masih kurangnya
pengetahuan dan
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya jamban
• Masih kurangnya
kesadaran
masyarakat untuk
berperilaku hidup
bersih dan sehat
• Kondisi lingkungan
dusun yang masih
sulit di jangkau oleh
kendaraan sehingga
menyulitkan petugas
untuk melakukan
kunjungan
10
Tabel 6. Analisa Output
No Indikator Target Sasaran Hasil Cakupan Pencapaian1. Penduduk yang
memanfaatkan
jamban
75 % 123 45 36,58 % 48,77 %
Berdasar analisis sistem di atas, maka dapat diketahui kemungkinan penyebab
masalah, yaitu;
• Belum ada anggaran untuk membantu pembangunan jamban
masyarakat
• Masih minimnya sosialisasi dan penyuluhan tentang penggunaan
jamban sehat
• Kunjungan petugas kesehatan lingkungan ke rumah penduduk
masih jarang ( setahun hanya 2 kali)
• Terbatasnya poster, leaflet, brosur mengenai jamban sehat dan
perilaku hidup bersih dan sehat
• Jadwal pendataan jamban sehat masih belum teratur dan belum
mencakup seluruh desa
• Tidak semua masyarakat tergerak untuk menggunakan jamban
sehat
• Kurang efektifnya penyuluhan yang ada
• Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian jamban sehat dan
tindak lanjut hasil di wilayah setiap tahunnya
• Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya jamban sehat
• Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat
11
• Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di jangkau oleh
kendaraan sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan kunjungan\
12
Pendekatan sistem dengan menggunakan Diagram Fishbone
xiii
Method
• Masih minimnya sosialisasi dan penyuluhan tentang penggunaan jamban sehat
• Kunjungan petugas kesehatan lingkungan ke rumah penduduk masih jarang ( setahun hanya 2 kali)
Money
Belum ada anggaran untuk membantu pembangunan jamban masyarakat
Machine
Man
Material
Terbatasnya promkes Mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
P1
Jadwal pendataan rumah tangga sehat masih belum teratur
P 2
• Tidak semua masyarakat tergerak untuk menggunakan jamban sehat
• Kurang efektifnya penyuluhan yang ada
LINGKUNGANMasih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya jamban
Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di jangkau oleh kendaraan
INPUT
PENDUDUK YANG MEMANFAATKAN
JAMBAN
48,77 % dari target 100 %
xiv
P 3
Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian rumah tangga sehat dan tindak lanjut hasil di wilayah setiap tahunnya
Proses
2.3. Analisa Penyebab Masalah yang Paling Mungkin
Berdasarkan konfirmasi langsung dengan Penanggung jawab program
kesehatan lingkungan dan hasil musyawarah masyarakat desa (MMD)Puskesmas
Salaman 1, maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu ;
• Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya jamban sehat
• Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di jangkau oleh
kendaraan sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan kunjungan
• Belum ada anggaran untuk membantu pembangunan jamban
masyarakat
• Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian jamban sehat dan
tindak lanjut hasil di wilayah setiap tahunnya
15
BAB III. PEMECAHAN MASALAH
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah menemukan penyebab paling mungkin, maka langkah selanjutnya
ialah menyusun alternatif pemecahan penyebab paling mungkin masalah tersebut.
Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4. Alternatif Pemecahan Masalah
Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
16
Masih kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya jamban
sehat
Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di
jangkau untuk kunjungan
Pemberdayaan dan pembinaan kader kesehatan
pembangunan jamban percontohan
Melakukan monitoring dan intervensi setiap bulan dan
dilakukan musyawarah desa sesudahnya.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya jamban sehat
Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian jamban sehat dan tindak lanjut hasil di wilayah setiap tahunnya
Belum ada anggaran untuk membantu pembangunan
jamban kepada masyarakat
3.3 Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Hanlon kualitatif. Untuk mencari penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi
kriteria:
U = Urgency, mendesak tidaknya cara penyelesaian masalah untuk
dilaksanakan, jadi berhubungan dg faktor waktu. Diberi nilai 1-5, semakin
tinggi nilainya berarti semakin mendesak untuk dilaksanakan.
S = Seriousness, menunjuk pada keganasan / dampak cara penyelesaian
masalah tersebut , bila tidak ditangani. Diberi nilai 1-5, semakin tinggi
nilainya berarti semakin gawat jika tidak dilaksanakan.
G = Growth, berkembangnya/meluasnya cara penyelesaian masalah atau
banyaknya penduduk yang tercakup / mendapatkannya jika dilaksanakan.
Diberi nilai 1-5, semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak penduduk
yang tercakup / mendapatkannya.
P = Potension, Menilai masalah tsb dalam penanggulangannya tentang
keberadaan sumber daya (tenaga, alat, obat, biaya, fasilitas kes dll),
teknologi yg digunakan dan kemudahan menyelesaikan masalah. Diberi
nilai 1-5, semakin tinggi nilainya berarti semakin mudah untuk
dilaksanakan.
Setelah diberi nilai untuk masing-masing kriteria, maka dilakukan penjumlahan
untuk tiap pemecahan masalahnya. Pemecahan masalah yang mendapat nilai
tertinggi menjadi prioritas untuk dilaksanakan terlebih dahulu.
17
No.Alternatif Pemecahan
MasalahKriteria
Total PrioritasU S G P
1.Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya jamban sehat
4 1 4 5 14 I
2. Pemberdayaan dan pembinaan kader kesehatan
3 2 5 3 13 III
3.Pembangunan jamban percontohan 5 2 3 3
13 II
4.Melakukan monitoring dan intervensi setiap bulan dan dilakukan musyawarah desa sesudahnya.
2 3 4 312 IV
Setelah melakukan penentuan prioritas penyebab pemecahan masalah
dengan menggunakan metode Hanlom kualitatif maka didapatkan urutan
prioritas alternatif pemecahan penyebab kurangnya penduduk yang
menggunakan jamban sehat di Dusun Karangwetan dan Sumber Kecamatan
Salaman. Berdasarkan prioritas alternatif pemecahan masalah tersebut, maka
prioritas alternatif pemecahannya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya jamban
sehat
18
2. Pembangunan jamban percontohan
3. Pemberdayaan dan pembinaan kader kesehatan
4. Melakukan monitoring dan intervensi setiap bulan dan dilakukan
musyawarah desa sesudahnya.
BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dari data kuesioner, didapatkan cakupan masalah
rumah tangga sehat di Dusun Karangwetan dan Dusun Sumber Desa Kalisalak
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang baru mencapai 36,58 % dengan
pencapaiannya 48,77 %. Analisa penyebab masalah berdasarkan pendekatan
sistem dari hasil musyawarah masyarakat desa (MMD) dan konfirmasi dengan
koordinator Kesling adalah:
• Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya jamban sehat
• Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di jangkau oleh
kendaraan sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan kunjungan
• Belum ada anggaran untuk membantu pembangunan jamban
masyarakat
• Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian jamban sehat dan
tindak lanjut hasil di wilayah setiap tahunnya
Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan adalah:
1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
jamban sehat
2. Pembangunan jamban percontohan
3. Pemberdayaan dan pembinaan kader kesehatan
4. Melakukan monitoring dan intervensi setiap bulan dan dilakukan
musyawarah desa sesudahnya.
5.2 Saran
19
a. Untuk Puskesmas Salaman 1 agar melakukan monitoring rutin setiap
bulan program jamban sehat dan melakukan tindak lanjut jika ditemukan
masalah
b. Perlu adannya koordinasi lebih lanjut antara tokoh yang berpengaruh,
seperti camat, kepala desa, kepala dusun, tokoh masyarakat, bidan, kader,
dan masyarakat sendiri yang berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2008. Buku I Petunjuk Teknis Desa Siaga
Propinsi DIY.
Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2008. Buku II Pedoman Umum Desa Siaga
Propinsi DIY.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
Patramanda, A., 2010. Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
terhadap Desa Siaga di Desa Margomulyo, Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia.
20
top related