pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis ... · pendekatan konstruktivisme dalam...
Post on 06-Dec-2020
52 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
BERBASIS PROYEK GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MAHASISWA PADA KELAS DASAR-DASAR PEMROGRAMAN
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh :
Kartika Putri (702010075)
Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.
George J L Nikijuluw, S.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Januari 2015
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR MAHASISWA KELAS DASAR-DASAR
PEMROGRAMAN
1Kartika Putri
2Adriyanto J. Gundo, S.Si.,M.Pd.
3George J L.
Nikijuluw, S.Pd.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)
702010170@student.uksw.edu2)
adriyanto.gundo@staff.uksw.edu 3)george.nikijuluw@staff.uksw.edu
Abstract
Learning motivation and learning outcomes of students FTI SWCU programming basics class low because of instructional media and teaching methods are still used with conventional methods. Concentration student can not centered on asdos that explains the material in front. In this study using Edmodo companion media and constructivism
learning methods, the type of study is a factorial design. The results showed that the learning process that uses media companion mengajara Edmodo and constructivism learning methods motivation is higher than the class that uses the conventional teaching methods.
Keywords: Learning motivation, learning outcomes, methods of constructivism, media
Edmodo, factorial design.
Abstrak
Motivasi belajar dan hasil belajar mahasiswa FTI UKSW kelas Dasar-
dasar pemrograman rendah dikarenakan media pembelajaran dan metode
pembelajaran yang masih digunakan dengan metode konvensional. Konsentrasi
mahasiswa tidak dapat berpusat pada asdos yang menerangkan materi didepan.
Pada penelitian ini menggunakan media pendamping edmodo dan metode
pembelajaran kontruktivisme, jenis penelitian yang digunakan adalah Desain
Factorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses belajar mengajara yang
menggunakan media pendamping edmodo dan metode pembelajaran
kontruktivisme motivasinya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universita Kristen Satya Wacana Salatiga 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Kata kunci : motivasi belajar, hasil belajar, metode kontruktivisme, media
edmodo, desai factorial
1. Pendahuluan
Pandangan kontruktivisme sebagai filosofi pendidikan masa kini
menganggap semua peserta didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai
dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang
lingkungan dan peristiwa/gejala lingkungan disekitarnya, meskipun
gagasan/pengetahuan ini seringkali naïf dan miskonsepsi [1]. Kelas dasar-
dasar pemrograman angkatan 2014 yang berada di FTI UKSW Salatiga ini
motivasi dan hasil belajar mahasiswa tidak berkembang dengan baik,
dikarenakan asisten dosen yang mengajar tidak bisa memanfaatkan metode
dan media pembelajaran dengan baik. Dari hasil wawancara dengan teman
mahasiswa, dari beberapa mahasiswa banyak yang belum dapat memahami
atau mengerti tentang bahasa pemrograman itu. Dari hal tersebut diperlukan
metode pembelajaran yang tepat dan proses pembelajaran dalam
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan inovasi mengajar bagi dosen
maupun asisten dosen. Beberapa mahasiswa masih merasa kesulitan dalam
memahami mata kuliah pemrograman itu sendiri. Ada beberapa yang memang
benar-benar belum mengetahui bahasa pemrograman itu apa, itulah sebabnya
dari beberapa mahasiswa itu mendapatkan nilai jelek untuk mata kuliah
pemrograman ini. Mahasiswa masih kesulitan dalam memahami mata kuliah
dasar-dasar pemrograman.
Dalam pembelajaran dikelas, mahasiswa sulit memahami materi yang
disampaikan dikelas, itu disebabkan karena pembelajaran berpusat pada
asisten dosen. Sehingga pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
disampaikan tidak maksimal yang diterima oleh mahasiswa. Melalui
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), tujuan pembelajaran
dirancang untuk melibatkan mahasiswa dalam pola pemecahan masalah.
Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya
secara langsung dalam mengidentifikasi penggalan program yang diberikan.
Media yang digunakan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh asisten dosen.
Asisten dosen hanya memanfaatkan LCD Proyektor untuk menampilkan slide-
slide materi yang sudah dibuat dan hanya menerangkan didepan kelas saja.Hal
ini dapat membuat mahasiswa yang duduk paling belakang mengalihkan
perhatian mereka dan tidak fokus terhadap penjelasan asisten dosen. Cara
asisten dosen yang hanya menguasai media pembelajaran dan model
pembelajaran yang biasa ini bisa mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa
terhadap mata kuliah dasar-dasar pemrograman. Saat diberikan tespun
mahasiswa masih menggunakan cara lama yang harus menyiapkan kertas dan
membuat jawaban dikertas, hal ini dapat membuat mahasiswa merasa malas.
Asisten dosen hanya menggunakan metode dan media pembelajaran yang
biasa membuat mahasiswa merasa malas dalam mencari pengetahuan tentang
materi dasar-dasar pemrograman. Penggunaan media pembelajaran Edmodo,
mahasiswa dapat belajar mandiri dalam mengerjakan soal-soal tes yang
diberikan. Metode pembelajaran kontruktivisme sangatlah dibutuhkan untuk
membentuk kemandirian mahasiswa dengan mengkaitkan antara point-point
kontruktivisme yang satu dengan yang lainnya.Selain itu, metode
pembelajaran kontruktivisme juga dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar mahasiswa terhadap mata kuliah dasar-dasar pemrograman. Metode
dan media pembelajaran yang digunakan, pendampingan diluar kelas juga
dibutuhkan untuk mendukung metode pembelajaran kontruktivisme itu
sendiri.
2. Kajian Pustaka
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yajid dengan judul Pengembangan
Bahan Ajar Berbantuan Camtasia pada Pokok Bahasan Lingkaran Melalui
Edmodo Untuk Siswa MTS. Menyimpulkan dengan pembelajaran berbantuan
media edmodo seluruh siswa dapat menggunakan bahan ajar tersebut dengan
mudah.Bahan ajar tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja selama
ada fasilitas pendukung dan layanan internet [13]. Selain itu hasil peelitian
yang dilakukan oleh Jefri dengan judul Studi Penggunaan Jejaring Sosial
Edmodo Sebagai Media E-Learning oleh Dosen Senior yang Tidak Terbiasa
Bekerja Dengan Komputer menyimpulkan dengan pemanfaatan media
edmodo ini dosen mempunyai persepsi yang positif untuk pembelajaran
dimana dosen menyatakan bahwa aspek teknis dan fitur dari edmodo mudah
untuk dipahami.
Penelitian yang dilakukan oleh Widiyatmoko dkk dengan judul
Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengembangkan Alat Peraga IPA
Dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai menyimpulkan bahwa dengan
metode pembelajaran berbasis proyek dapat mengembangkan dan
menghasilkan alat peraga IPA dalam proses pembelajaran dirasa penting
karena peserta didik dalam menerima pengalaman belajar atau mendalami
materi-materi pembelajaran masih perlu benda-benda, kejadian-kejadian yang
sifatnya konkret sehingga pengalaman-pengalaman tersebut akan lebih
berkesan dan daya ingatnya lebih tahan lama. Berdasarkan penjelasan dari
paragraf sebelumnya penelitian-penelitian yang telah dilakukan, maka akan
dilakukan penelitian lebih jauh yang mengkaji tentang pemanfaatan
penggunaan media sosial edmodo melalui pembelajaran konstruktivisme
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa FTI mata kuliah
DDP. Penerapan metode konstruktivisme dengan didampingi media edmodo
diharapkan dapat menjadi inovasi pembelajaran yang menarik dan
interaktif.Dalam hal ini juga diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
meningkatkan semangat belajar mereka.Perbedaan dengan penelitian
sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan metode pembelajaran
konstruktivisme dengan media edmodo saat pembelajaran berlangsung di
dalam kelas dan luar kelas.Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa FTI kelas
DDP.
Motivasi Belajar yang baik adalah siswa dalam pembelajaran harus
didasari oleh semangat dan motivasi belajar.Serangkaian usaha–usaha yang
dilakukan seseorang apapun yang di senangi dan bila tidak ada yang di
senangi harus berusaha mencapainya dengan meneysuaikan kondisi yang ada
[4].Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku.Motivasi belajar adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya [6].
Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang baru sama sekali atau
boleh juga penyempurnaan dari suatu kemmpuan yang telah dimiliki [10].
Hasil belajar dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1) Factor dari dalam. 2)
Factor dari luar. 3) Factor instrumen [17].
Metode kontruktivisme Pendekatan kontruktivisme memiliki beberapa
karakteristik yang dapat dilihat dalam proses pembelajaran. Karakteristik
kontruktivisme menurut Hanafiah dan Suhana yang dikutip oleh Sigit adalah:
1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik. 2. Proses pembelajaran
merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang
dimiliki peserta didik. 3. Pandangan yang berbeda diantar peserta didik
dihargai sebagai tradisi dalam proses pembelajaran. 4. Proses pembelajaran
berbasis masalah dalam proses pencarian (inquiri) yang alami. 5. Proses
pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif dikalangan
peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan [2]. Pandangan
kontruktivisme menurut Kukla yang dikutip oleh Sigit memberikan pandangan
konturktivismenya dengan menyatakan “ all our concept are constructed”.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa semua konsep yang didapat oleh setiap
organisme merupakan suatu hasil dari proses konstruksi. Kukla beranggapan
konsep yang dibangun berhubungan dengan suatu realitas [2].
Pembelajaran berbasis masalah dirancang dalam suatu prosedur yang
diawali dengan sebuah masalah dan menggunakan instruktus sebagai pelatih.
Prosedur Problem Based Learning awalnya adalah penyajian masalah. Proses
pembelajaran dimulai setelah mahasiswa dijelaskan tentang masalah dan
struktuk masalah, sehingga mahasiswa mengetahui mengapa mereka harus
mempelajari materi ajar tersebut. Enam tahapan yang terdapat pada
pembelajaran berbasis masalah yaitu 1) Mulai dengan penyajian masalah, 2)
masalah berkaitan dengan dunia siswa, 3) Organisasi pembelajaran sesuai
dengan masalah, 4) Memberi siswa tanggung jawab utama dalam membentuk
dan mengarahkan pembelajarannya sendiri, 5) Menggunakan kelompok-
kelompok kecil dalam proses pembelajaran, 6) Menuntut siswa menampilkan
apa yang telah mereka pelajari [5].
Ciri penting dalam Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu (1) Tujuan
pembelajaran diransang untuk dapat merangsang dan melibatkan peserta didik
dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan dapat mengembangkan
keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi
maasalah. (2) sifat masalah yang disajikan dalam proses pembelajaran dalah
berlanjut. Dalam hal ini ada dua hal yang harus terpenuhi, pertama masalah
harus dapat memunculkan konsep-konsep yang relevan dengan content
domain yang dibahas, kedua permasalahan hendaknya bersifat real sehingga
menimbulkan kesamaan pandang antar siswa. (3) adanya presentasi
permasalahan, para siswa diajak untuk mempresentasikan masalah, sehingga
mereka merasa memiliki masalah tersebut. (4) guru berperan sebagai tutor
atau fasilitator adalah mengembangkan kreativitas berfikir siswa dalam bentuk
keahlian dalam pemecahan masalah dan membantu siswa menjadi mandiri [3].
Edmodo adalah Witherspoon menyimpulkan bahwa edmodo dapat dilihat
sebagai Learning Management System (LMS) yang dapat memfasilitasi dosen
untuk membuat dan mengatur kelas online mereka secara mudah. Situs ini
menyediakan cara yang sederhana untuk dosen dan mahasiswa agar dapat
terhubung dan kerjasama secara virtual. Menurut Nurita dengan judul Cara
Membuat Media Pembelajaran On-Line Menggunakan Edmodo.Edmodo
adalah platform pembelajaran yang aman bagi guru, siswa dan sekolah
berbasis sosial media. Edmodo menyediakan cara yang aman dan mudah bagu
kelas untuk terhubung dan berkolaborasi antara siswa dengan guru untuk
berbagi konten pendidikan, mengelola proyek dan tugas dan menangani
pemberitahuan setiap aktivitas [15].
3. MetodologiPenelitian
Desain faktorial merupakan modifikasi dari desain true experimental, yaitu
dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang
mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil(variabel
dependen). Paradigma faktorial digambarkan sebagai berikut [8]:
Tabel 1.DesainPenelitian [8].
Grup Pretes Variabel
terikat
moderator Postes
R Eksperimen 1 O1 X Y O2
R Eksperimen 2 O3 X Y O4
R Kontrol O5 - Y O6
Dari desain yang telah dijelaskan bisa dibuat langkah-langkah sebagai
berikut : Treatment atau perlakuan diberikan kepada kelompo keksperimen
pertama yang telah diberi pretes (O1) dan kelompok eksperimen kedua yang
telah diberi pretes (O4). Pengaruh perlakuan (X) terhadap kelas eksperimen
pertama dan kedua = (O2-O1) – (O4-O3).
Perbedaan pada kelas eksperimen 1 dan 2 adalah pada media yang
digunakan. Kelas eksperiemen 2 menggunakan media pendamping edmodo
untuk posttest, sedangkan kelas eksperimen 1 tidak menggunakan media
pendamping. Kelas eksperimen 1 dan 2 sama-sama menggunakan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis proyek, sedangkan kelas
control menggunakan pembelajaran seperti biasa.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
matakuliah dasar-dasar pemrograman angkatan 2014 FTI UKSW Salatiga.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga kelas yaitu mahasiswa
kelas dasar-dasar pemrograman kelas C, D dan E.
Gambar 1.Tahappenelitian
Tahap pertama adalah persiapan, dalam tahap persiapan ini yang dilakukan
adalah mengidentifikasi masalah. Tahap mengidentifikasi masalah dilakukan
tahap observasi dan wawancara. Tahap observasi dilakukan untuk melihat
perilaku dan pemahaman mahasiswa mengenai materi yang diajarkan, media
dan model yang digunakan oleh asisten dosen, dari hasil observasi tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah. Selain observasi juga
dilakukan wawancara terhadap dosen dan asisten dosen. Wawancara ini
menanyakan tentang bagaimana menggunakan media dan model
pembelajaran, motivasi mahasiswa dan cara belajar mahasiswa. Hasil
wawancara juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah dengan memberikan pretest. Hasil dari pretest yang telah
diberikan maka untuk kelas eksperimen diberikan pada kelas D dan E, dan
untuk kelas kontrol diberikan pada kelas C. Masing-masing kelas eksperimen
dan kelas control berjumlah 20 mahasiswa.
Penulisan laporan
Pengolahan data dan analisa
Pelaksanaan
Penentuan materi, pembuatan media, instrumen
dan perencanaa
Persiapan
Tahap kedua adalah penentuan materi yang diberikan oleh asisten dosen.
Pembuatan media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media edmodo.
Media edmodo digunakan untuk pemberian soal posttest untuk kelas
eksperimen. Instrumen penelitian ini adalah pretest-posttest dan
angket/kuisoner yang disusun berdasarkan para ahli. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : MetodeTes (Pretest dan
Posttest) bertujuan untuk mengukur pencapain materi yang telah diberikan.
Metode lain yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah teknik
angket/kuisoner. Metode angket yaitu sebuah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh data dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket/kuisoner diberikan kepada
kelas control dan eksperimen yang diberikan pada akhir treatment setelah
mahasiswa mengerjakan soal posttest yang diberikan. Tujuan diberikan
angket/kuisoner ini adalah untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa,
baik dikelas eksperimen maupun dikelas kontrol. Indikator dari angket yang
diberikan terdiri dari a) Orientasi keberhasilan yang terdiri dari dua indicator
yaitu keinginan untuk berprestasi dalam belajar dan kebiasaan mengikuti
pembelajaran dalam pencapaian prestasi, b) Antisipasi kegagalan terdiri dari
usaha dalam menghadapi kesulitan dan sikap terhadap kesulitan, c) Inovasi
terdiri dari satu ndikator yaitu menemukan cara yang lebih mudah dan d)
Tanggung Jawab terdiri dari penyelesaian tugas, menggunakan kesempatan
diluar jam pelajaran dan percaya diri dalam pembuatan tugas [9]. Perhitungan
angket motivasi ini menggunakan skala Linkert yaitu dengan criteria jawaban
sangatsetuju (SS) mempunyai nilai 4, setuju (S) mempunyai nilai 3, tidak
setuju (TS) mempunyai nilai 2 dan sangat tidak setuju (STS) mempunyai nilai
1 [10]. Tabel indicator dapat dilihat pada tabel 2.
No Indikator
1. Orientasi keberhasilan :keinginan untuk
berprestasi dalam belajar dan kebiasaan
mengikuti pembelajaran dalam pencapaian
prestasi.
2. Antisipasi kegagalan : usaha dalam
menghadapi kesulitan dan sikap terhadap
kesulitan.
3. Inovasi : menemukan cara yang lebih mudah.
4. Tanggung jawab : penyelesaian tugas,
menggunakan kesempatan diluar jam
pelajaran dan percayadiri dalam pembuatan
tugas.
Tabel 2. Indikator Angket [9].
Pada tabel 2 menjelaskan tentang pertanyaan-pertanyaan yang terdapat
pada angket motivasi yang telah diberikan kepada kelas penelitian. Tujan
diberikan angket motivasi ini untuk mengetahui perbandingan motivasi antara
kelas control dan kelas eksperimen. Hasil dari angket kelas control dan
eksperimen kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus : skor total : skor
total maksimal x 100%. Tabel 2 terdapat beberapa indikator, indicator
tersebut dalam angket terdapat pada beberapa soal. Indikator Orientasi
keberhasilan yang mempunyai dua indicator yaitu keinginan untuk berprestasi
dan kebiasaan mengikuti pembelajaran dalam pencapaian prestasi terdapat
pada soal nomor 1,2,3,4,5,6. Antisipasi kegagalan yang mempunyai dua
indicator juga yaitu usaha dalam menghadapi kesulitan dan sikap terhadap
kesulitan terdapat pada nomor 7,8,9,10,11,12 dan indicator inovasi
menemukanc ara yang lebih mudah terdapat pada nomor 13,14,15. Tanggung
jawab merupakan indicator terakhir yang mempunyai tiga indicator yaitu
penyelesaian tugas, menggunakan kesempatan diluar jam pelajaran dan
percayadiri dalam pembuatan tugas terdapat pada nomor
16,17,18,19,20,21,22,23,24.
Tahap ketiga adalah tahap pelaksanaan tindakan, sebelum dilakukan
treatment pada kelas control dan kelas eksperimen diberikan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal mahasiswa sebelum dilakukan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan dengan RPP yang
sudah dirancang. Kelas eksperimen proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran berbasis
proyek, sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran seperti biasa.
Setelah proses pembelajaran selesai diberikan posttest untuk mengetahui
kemampuan akhir dari masing-masing kelas, apakah ada peningkatan pada
kelas control maupun kelas eksperimen atau kemampuan masih sama pada
awal sebelum diberikan materi. Setelah diberikan posttest kemudian kelas
control dan kelas eksperimen diberikan angket motivasi belajar untuk
mengetahui motivasi belajar mahasiswa.
Tahap keempat adalah pengolahan dan analisa data. Pada tahap ini
dilakukan pengolahan data tes dan data angket. Hasil dari tes dibandingkan
dengan hasil sebelum dilakukan treatment dengan hasil setelah dilakukan
treatment. Apakah ada peningkatan setelah dilakukan perlakuan terhadap
kelas eksperimen kemudian dibandingkan dengan kelas kontrol. Setelah
menghitung data tes kemudian dilakukan perhitungan data angket. Data
angket yang dihasilkan setelah dilakukan perlakuan. Perhitungan data angket
untuk mengetahui jumlah skor adalah dengan cara menghitung semua
indicator yang sudah dijawab dan dikalikan dengan nilai dari masing-masing
indikator. Setelah menghitung angket kemudian dihitung presentasenya.
Setelah semua telah dilakukan pengolahan dan analisa data, kemudian
dilakukan penarikan kesimpulan dan penulisan laporan.
4. Hasil dan Pembahasan
Tahap pertama sebelum melakukan penilitian dilakukan observasi dan
wawancara terhadap dosen, asdos dan mahasiswa yang dilakukan di FTI
UKSW Salatiga.Hasil wawancara yang dilakukan pada dosen, asdos dan
mahasiswa pembelajaran masih menggunakan pembelajaran biasa,
pembelajaran tersebut menyebabkan motivasi belajar mahasiswa menurun.
Proses pembelajaran pertama diawali dengan pemberian pretest untuk
menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan hasil dari
pretest yang diberikan ditemukan kelas kontrol dengan nilai rata-rata pretest
39 nilai pretest dari kelas D, nilai pretest 36,5 adalah nilai dari kelas C yang
menjadi kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dengan nilai rata-rata 36
pada kelas E. masing-masing kelas kontrol dan eksperimen 1 dan 2 memiliki
jumlah mahasiswa 20 orang. Setelah dilakukan tes untuk menentukan kelas
control dan eksperimen selanjutnya dilakukan pembelajaran dengan
menerapkan penggunaan media pendamping edmodo dan metode
kontruktivisme pada kelas eksperimen E dan metode kontruktivisme pada
kelas eksperimen C, selanjutnya pada kelas control dilakukan metode
pembelajaran seperti biasa.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembelajaran.Langkah pertama adalah dilakukan pengenalan terhadap
pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran berbasis proyek, pengenalan
ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui metode pembelajaran yan lebih
variatif. Pada kelas eksperimen 2 tidak hanya dikenalkan dengan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis proyek saja, akan tetapi pada
kelas eksperimen 2 ini juga dikenalkan media pendamping edmodo untuk
posttest mereka.
Selanjutnya langkah kedua guru memberikan pertanyaan kepada
mahasiswa tentang materi yang akan diajarakan. Sebelum guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa, dilakukan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal mahasiswa.Guru memancing pemikiran
mahasiswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan lagi. Setelah mahasiswa
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan kemudian guru
menerangkan materi yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang
tadi dilontarkan terhadap mahasiswa.Pada fase pertama ini dinamakan dengan
fase orientasi mahasiswa terhadap masalah.Selanjutnya masuk pada tahap
kedua yaitu mengorganisasikan mahasiswa. Guru memberikan penggalan
program kepada mahasiswa untuk dipahami. Setelah mahasiswa memahami
penggalan program yang telah diberikan, mahasiswa berdiskusi dengan teman
untuk menyelesaikan penggalan program yang telah diberikan.Fase ketiga
yaitu membimbing penyelidikan individu. Guru mendukung informasi-
informasi yang diperoleh mahasiswa dalam menyelesaikan penggalan program
yang telah diberikan. Selain mendukung informasi yang telah diberkan, guru
juga mendorong mahasiswa untuk mencari lebih banyak lagi informasi guna
menyelesaikan penggalan program yang diberikan.Guru juga meminta
mahasiswa untuk mengamati sebuah program yang sudah jadi, kemudian
mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan penggalan program yang telah
diberikan.
Fase empat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya.Dalam fase
ini mahasiswa harus mempersiapkan penggalan program yang telah
diselesaikan. Sementara mahasiswa menyiapkan semuanya, guru berkeliling
untuk mengamati mahasiswa lain dalam mempersiapkan penggalan program
mereka. Setelah semua mahasiswa selesai mempersiapkan, guru meminta
salah satu mahasiswa untuk menjelaskan alur dari penggalan program yang
telah diselesaikannya. Fase terakhir atau fase lima ini adalah menganalisa dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Saat salah satu mahasiswa
menjelaskan tentang alur jalannya program, semua mahasiswa diminta untuk
memperhatikannya. Jika penjelasan dari mahasiswa sebelum dirasa masih
kurang, maka guru akan meminta mahasiswa yang lainnya untuk menambahi
penjelasan dari alur program yang telah diselesaikan. Setelah penjelasan yang
dilakukan oleh mahasiswa selesai, guru mengumpulkan penggalan program
yang telah diselesaikan oleh mahasiswa, kemudia mengarahkan mahasiswa
dengan tanya jawab untuk mengevaluasi dari penggalan program yang telah
diberikan.
Setelah treatment pembelajaran berbasis proyek dilakukan kemudian
dilakukan pendekatan konstruktivisme.Pendekatan konstruktivisme dilakukan
guna membangun pengetahuan mahasiswa tentang materi yang telah diajarkan
agar nantinya tidak mudah dilupakan. Pendekatan konstruktivisme ini
memiliki beberapa karakteristik yaitu 1) proses pembelajaran berpusat pada
peserta didik, 2) proses pembelajaran merupakan proses integerasi
pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik, 3)
pandangan yang berbeda pada peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam
proses pembelajaran, 4) proses pembelajaran berbasis masalah dalam proses
pencarian (inquiry) yang alami, 5) proses pembelajaran mendorong terjadinya
kooperatif dan kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kreatif,
inovatif dan menyenangkan.Setelah dilakukan treatment, dilakukan posttest
untuk mengetahui kemampuan mahasiswa setelah diberikan perlakuan. Kelas
eksperimen satu diberikan posttest dengan menggunkan kertas seperti biasa,
akan tetapi kelas eksperimen dua diberikan posttest pada media pendamping
edmodo. Setelah mahasiswa menyelesaikan posttest yang diberikan kemudian
diberikan angket motivasi belajar.
Setelah dilakukan pertemuan pada jam pelajaran dikelas, masing-masing
kelas dibagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok
berjumlah 10 mahasiswa. Masing-masing kelompok melakukan pertemuan
diluar kelas untuk membahas ulang materi yang telah diberikan pada jam
pelajaran dikelas. Pertemuan diluar kelas ini dilakukan pendampingan
terhadap mahasiswa untuk bertanya jawab tentang materi yang belum
dimengerti.Pada pertemuan diluar kelas ini suasana pembelajaran lebih santai.
Pertemuan pertama pada kelas kontrol dilakukan seperti biasa tanpa
perlakuan. Dikelas kontrol ini akan diberikan pretest-posttest seperti pada
kelas eksperimen, akan tetapi pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan.
Perlakuan yang dimaksudkan adalah pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran berbasis proyek.Kelas kontrol juga diberikan angket motivasi
belajar untuk mengetahui motivasi belajar pada kelas kontrol.
Berdasarkan penjelasan mengenai langkah-langkah dalam penelitian yang
dilakukan, bahwa pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis
proyek membuat mahasiswa dapat lebih memperhatikan asisten dosen dalam
melakukan penjelasan dan pembelajaran berbasis proyek dapat membuat
mahasiswa menjadi lebih paham dalam menyelesaikan penggalan-penggalan
program.Dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis
proyek ini maka kebiasaan-kebiasaan mahasiswa yang suka tidak
memperhatikan dikelas tidak lagi terjadi karena adanya pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis proyek.Pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis proyek ini memberikan sedikit
sentuhan yang berbeda, sehingga diharapkan dapat membuat mahasiswa
tertarik dan memperhatikan dalam penjelasan asisten dosen dan dapat
memotivasi mahasiswa dalam belajar. Motivasi belajar siswa dalam penelitian
ini dihitung ,menggunakan skala linkert dengan bantuan pengolahan data.
Perhitungan presentase dalam angket motivasi ini dengan cara : jumlah skor
perindikatordibagi dengan jumlah skor maksimal perindikator dikalikan
dengan 100%. Hasil perhitungan presentase motivasi belajar dapat dilihat pada
tabel 3
Tabel 3. Skor perindikator motivasi belajar mahasiswa
N
o Indikator
Kelas kontrol Kelas eksperimen 1 Kelas eksperimen 2
Awal Perlakuan
1
Perlakuan
2 Awal
Perlakuan
1
Perlakuan
2 Awal
Perlakuan
1
Perlakuan
2
1 Orientasi
keberhasilan
85,41% 87,29% 85,62% 81,4% 83,75% 85,83% 82,5% 85,20% 88,95%
2 Antisipasi
kegagalan
73,54% 72,5% 73,75% 69,58% 71,66% 72,29% 69,79% 74,16% 75,83%
3 Inovasi 74,58% 75% 79,58% 72,5% 79,58% 80,83% 76,66% 85,83% 87,08%
4 Tanggung jawab
73,75% 74,58% 76,25% 71,80% 76,80% 79,77% 68,19% 75,55% 79,58%
Berdasarkan tabel 3 presentase yang dimiliki oleh perindikator dalam kelas
kontrol maupun kelas eksperimen, pembagian dan pengisian angket motivasi
ini diberikan pada sebelum dilakukan perlakuan dan sesudah dilakukan
perlakuan. Presentase nilai perindikator dihitung berdasarkan kelas kontrol
dan kelas eksperimen cara perhitungannya yaitu dengan membagikan nilai
perindikator, kemudian dicari nilai skor total perindikator dengan cara
menjumlahkan semua item yang ada untuk mengetahui skor total. Untuk
mengetahui skor maksimal setiap indikator perhitungannya dengan cara total
item indikator dikalikan dengan skor tertinggi indikator, sedangkan untuk
mencari presentase perindikator dengan cara total skor dibagi skor maksimal
dikalikan 100%.
Tabel 3 menjelaskan tentang presentase yang diperoleh pada setiap
indikator.Dan berikut merupakan penjelasan dari perolehan presentase
perindikator. Pada sub variabel a) orientasi keberhasilan dibagi menjadi dua
indikator yaitu keinginan untuk berprestasi dalam belajar dan kebiasaan
mengikuti pembelajaran dalam pencapaian prestasi. Dalam dua indikator
orientasi keberhasilan dibagi menjadi enam soal yang masing-masing
indikator berjumlah tiga soal. Presentase motivasi akhir yang didapatkan pada
orientasi keberhasilan untuk kelas eksperimen 1 adalah sebesar 85,83%
mengalami kenaikan 4,43% dari presentase awal. Sedangkan kelas eksperimen
2 mendapatkan presentase 88,95% mengalami kenaikan 6,45% dari presentase
motivasi awal. Sub variabel b) antisipasi kegagalan juga mempunyai dua
indikator yaitu usaha dalam menghadapi kesulitan dan sikap terhadap
kesulitan. Indikator antisipasi kegagalan juga dibagi menjadi enam soal yang
masing-masing indikator berjumlah tiga soal. Presentase akhir indicator
antisipasi kegagalan pada kelas eksperimen 1 adalah 72,29% dengan
peningkatan 2,71%, sedangkan untuk kelas eksperimen 2 adalah 75,83%
mengalami peningkatan 6,04% dari angket motivasi awal. Indikator dari c)
inovasi mempunyai tiga soal dan presentase akhir dari kelas eksperimen
adalah 80,83% mengalami kenaikan 8,33% dari sebelum diberikan perlakuan,
sedangkan kelas eksperimen 2 mendapatkan presentase sebesar 87,08%
mengalami peningkatan sebesar 10,42% dari angket sebelum dilakukan
perlakuan. Pada sub variabel terakhir yaitu d) tanggung jawab mempunyai tiga
indikator yaitu penyelesaian tugas, menggunakan kesempatan diluar jam
pelajaran dan percaya diri dalam pembuatan tugas. Dalam indikator tanggung
jawab ini terdapat Sembilan soal yang msing-masing indikator terdapat tiga
soal. Presentase akhir pada indikator ini untuk kelas eksperimen 1 adalah
79,77% mengalami kenaikan sebesar 7,97% dan kelas eksperimen 2
mendapatkan presentase 79,58% dan mengalami kenaikan sebesar 11,39%
dari angket awal.
Perbedaaan presentase itu menandakan bahwa pendekatan konstruktivisme
dalam pembelajaran berbasis proyek motivasi belajar mahasiswa lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran biasa. Hal ini berarti
selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran berbasi proyek mahasiswa merasa tertarik dan pemahaman
materi menjadi meningkat. Dilihat dari angket motivasi belajar mahasiswa
sudah meningkat, tetapi dalam penelitian ini juga dilakukan pretest dan
posttest untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam penyerapan materi
yang diajarkan.Pretest dan posttest ini merupakan data tambahan untuk
membuktikan bahwa angket motivasi belajar mahasiswa meningkat, yaitu
dengan menghitung hasil belajar dari mahasiswa yang telah dilakukan untuk
mengetahui kemampuan mahasiswa yang dimiliki. Hasil perhitungan pretest
dan posttest dapat melihat hasil perbandingan nilai rata-rata kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Nilai hasil belajar mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4 :
Tabel 4.Rata-rata nilai pretest dan posttest.
Nilai Kelas kontrol Kelas eksperimen 1 Kelas ekperimen 2
Mean 1 Mean 2 Mean 3 Mean 1 Mean 2 Mean 3 Mean 1 Mean 2 Mean 3
Pretest 39 39,85 41,85 36,5 38,3 40,5 36 37,1 39,5 posttest 57,5 60,05 57,5 60,5 61 63 67,5 69,5 70,5
Berdasarkan pada tabel 4nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol.Hal itu disebabkan dengan
perlakuan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis proyek
pada kelas eksperimen dapat meningkatkan hsil belajar mahasiswa. Sedangkan
untuk kelas kontrol hanya menggunakan metode belajar biasa atau
pembelajaran seperti biasa. Hasil dari pretest dan posttest juga dipengaruhi
dengan motivasi belajar mahasiswa.Dari hasil angket motivasi belajar
mahasiswa mengalami kenaikan dri sebelum dilakukan treatment sampai
setelah dilakukan treatment.Jika hasil dri angket motivasi tidak meningkat
maka hasil belajar mahasiswapun juga tidak meningkat. Selain menggunakan
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis proyek,
pendampingan diluar kelas juga berpengaruh akan hasil belajar mahasiswa.
Pendampingan diluar kelas dilakukan agar mahasiswa tidak malas dalam
mengulang materi yang telah diberikan.
Dapat disimpulkan bahwa dengan emnggunkaan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa kelas eksperimen, dibandingkan dengan mahasiswa
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran seperti biasa. Keberhasilan
proses belajar mengajar dapat dilihat pada hasil akhir dri posttest, jika hasil
dari posttest meningkat maka proses pembelajaran dikatakan berhasil. Akan
tetapi jika hasil belajar posttest turun, maka proses pembelajaran dikatakan
tidak berhasil.Jika dibandingkan dengan motivasi belajar mahasiswa, jika
motivasi belajar mahasiswa tinggi maka dapat mempengaruhi hasil belajar
mahasiswa.Berdasarkan penelitian yang dilakukan, proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis
proyek pada kelas eksperimen dan pembelajaran biasa pada kelas kontrol,
memperlihatkan bahwa kedua kelas mengalami perbedaan pada hasil belajar.
Dapat dilihat dari hasil rata-rata kelas eksperimen 1 mengalami kenaikan hasil
belajar dari 40,5 menjadi 63 dan kelas eksperimen 2 dari 39,5 menjadi 70,5.
Sedangkan kelas kontrol dari 41,85 naik menjadi 57,5.
Berdasarkan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa
menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran berbasis
proyek dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dari proses pembelajaran
biasa, hasil angket motivasi belajar mahasiswa juga berpengaruh terhadap
hasil belajar.Dengan demikian penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
mahasiswa.
Selain itu bukti yang mendukung juga dilakukan wawancara kepada
mahasiswa.Dengan penggunaan metode pembelajaran kontruktivisme
mahasiswa merasa terbantu dengan materi-materi dasar-dasar pemrograman
yang sulit. Media yang digunakan juga membantu mahasiswa agar lebih
mandiri dalam mnegrjakan soal-sola test. Metode belajar kontruktivisme juga
membantu dalam pemahaman tentang materi-materi yang disampaikan,
sehingga motivasi belajar mahasiswa menjadi meningkat.Dalam
pendampingan diluar kelas mahasiswa juga merasakan kenyaman dalam
bertanya tentang materi-materi yang belum dipahami.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan kepada
mahasiswa kelas dasar-dasar pemrograman angkatan 2014. Dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kontruktivisme tipe project
based learning meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.
Penggunaan media pendamping edmodo sebagai media posttest membuat
mahasiswa tertarik dalam menggunakan media pembelajaran, ini dikarenakan
mahasiswa tidak perlu lagi menyediakan kertas jawaban untuk menjawab soal-
soal posttest yang diberikan. Hasil belajar mahasiswa pada rata-rata terakhir
mendapatkan nilai sebesar 63 dan 70,5 untuk kelas eksperimen 1 dan 2.
Berdasarkan simpulan, beberapa saran yang dapat dipergunakan yaitu
:Diharapkan metode kontruktivisme dengan pendampingan diluar kelas dapat
dilanjutkan sebagai wadah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
mahasiswa. Sesuaikan media pendamping dengan yang disenangi oleh
mahasiswa agar mahasiswa tidak merasa jenuh dan menggunakan media yang
lebih baru.
6. Daftar Pustaka
[1] Dasim Budimansyah. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian
Portofolio.Bandung : Ganesindo.
[2] Sigit Mangun Wardoyo. (2013). Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
[3] Brooks J.G. & Martin G.B. (1993). In Search of Understanding; The Case
for Constructivist Classroom. Alexandria Virginia.
[4] Sadirman, AM. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
[5] Savoie J.M. & Andrew S.H. (1994). Problem Based Learning as
Classroom Solotion. Educational Leadership.
[6]Hamzah B. Uno.(2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta:Bumi
Aksara.
[7]Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan
Nontes.Yogjakarta : Mitra Cendika Press.
[8]Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
[9]Widoyoko.(2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
[10]Riduwan.(2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung:
Alfabeta.
[11]Susriyati Mahanal dkk.Pengeruh pembelajaran Project Based Learning
pada Materi Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMA N 2
MALANG.
[12]Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina (2011).Pengaruh Motivas Belajar
Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian
Pendidikan Vol. 12 No.1 hal (1-6)
[13]Jefri Marzal (2014). Studi Penggunan Jejaring Sosial Edmodo Sebagai
Media E-Learning Oleh Dosen Senior Yang Tidak Terbiasa Bekerja Dengan
Komputer.Jurnal Edumatika Vol. 04 No. 01 hal (1-7).
[14]Yajid Latif (2013). Pengembangan Bahan Jara Berbantuan Camtasia pada
Pokok Bahasan Lingkaran melalui Edmodo untuk Siswa MTS. Jurnal Kreano
Vol. 04 No. 02 hal (1-10).
[15]Nurita Putranti (2013). Cara Membuat Media Pembelajaran Online
Menggunakan Edmodo.Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol. 2, No.
2, hal (1-9).
[16]Widiyatmoko dkk (2012).Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk
Mengembangkan Alat Peraga IPA Dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia No. 1 Tahun 2012, hal (51-56).
[17]Keke T. Aritonang. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, No. 10 Tahun ke-7.
top related