penang an an
Post on 11-Apr-2016
38 Views
Preview:
TRANSCRIPT
CASE 2
Seorang anak berumur 3,5 tahun sedang makan buah anggur sambil main
kejar-kejaran bersama kakaknya di dalam rumah. Anak tersebut tampak
berlari sambil tertawa. Tiba-tiba anak tersebut terdiam sambil memegangi
lehernya dan berusaha batuk dan tampak tegang.
1. Apa yang terjadi pada anak tersebut? Sebutkan tanda dan gejalanya?
2. Tindakan apa yang harus dilakukan terhadap anak tersebut?
3. Bagaiman teknik pengelolaan jalan nafas pada anak tersebut? Dan
bagaimana penanganannya jika kasus ini terjadi pada orang dewasa?
Jawab..!
1. Kemungkinan yang terjadi pada anak tersebut adalah tersedak. Sehingga
menimbulkan obstruksi jalan nafas akut, yang disebabkan oleh partikel
makanan (dalam kasus ini adalah anggur), muntahan, bekuan darah, atau
partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakhea.
Tanda dan gejala yang akan muncul :
a. Sesak nafas (nafas tersengal-sengal)
b. Anak tidak mampu berbicara
c. Anak batuk-batuk hingga muntah (pada tersedak kategori ringan)
d. Batuk-batuk pada anak menjadi berkurang hingga tidak batuk sama sekali
(pada kategori berat)
e. Pembuluh darah pada wajah dan leher menonjol
f. Wajah anak memerah, kemudian kebiruan dan pucat
g. Anak memegangi leher sambil berusaha bernafas
h. Lama kelamaan kulitnya menjadi keunguan/abu-abu dan pucat
i. Mengeluarkan suara-suara aneh dengan usaha keras.
j. Hingga akhirnya anak tak sadarkan diri
Untuk itu perlu tindakan efektif untuk menyelamatkan
2. Tindakan yang harus dilakukan :
Pertama-tama, perintahkan anak untuk membatukkan benda yang
menyebabkan tersedak. Batuk yang cukup kuat diperlukan untuk
1
mengeluarkan benda penyebab tersedak. Bila anak masih bisa bicara, Anda
bisa lebih tenang karena umumnya mereka bisa mengeluarkan benda hanya
dengan membatukkannya. Jika dengan batuk, benda penyebab tersedak tidak
juga bisa keluar. Mintalah ia batuk sambil membungkuk atau posisi kepala
lebih rendah agar gaya gravitasi membantu ia mengeluarkan benda
tersebut.Bila tidak berhasil, berikut ini beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk membebaskan sumbatan jalan nafas pada anak (Jika anak
responsif (sadar), tetapi tidak bisa bicara, bernafas, atau batuk) :
1. Lakukan penekanan perut (Manuver Heimlich)
- Berdiri dibelakang anak tersedak
- Lingkarkan tangan anda di pinggangnya. Sedikit bungkukkan dia.
- Tempatkan kepalan tangan pada perut anak, tepat di atas pusat.
- Pegang kepalan tangan anda dengan tangan lain dan tekan perut anak
dengan gerakan yang cepat ke arah dalam dan atas dengan cepat seolah
mengangkat dari lantai.
- Lanjutkan penekanan sampai benda dikeluarkan atau anak menjadi
responsif (sadar).
2. Jika anak menjadi tidak responsif
- Minta seseorang untuk memanggil bantuan medis darurat.
- Nilai keadaan anak dan mulailah RJP bila perlu.
Berdasarkan CPR dan ECC Guidelines 2005
Lokasi pemeriksaan nadi : karotis atau femoralis
Kecepatan : 100x per menit
Rasio : 30:2 (satu penyelamat), 15:2 (dua penyelamat)
Kedalaman 1/3 sampai ½ kedalaman dada
Penempatan tangan : letakkan tumit salah satu atau kedua tangan,
diantara putting
Bantu pernapasan : 12-20 kali per menit (1 napas setiap 3-5 detik)
3. Setiap kali anda membuka jalan nafas untuk memberi bantuan nafas,
lihatlah keberadaan benda di dalan tenggorok, jika ada, keluarkan.
2
Heimlich Manuver
.
3.Teknik pengelolaan jalan nafas pada anak dan penanganan kasus pada
orang dewasa
Airway Manajement ialah memastikan jalan napas terbuka. Menurut The
Commite on Trauma: American College of Surgeon (Yayasan Essentia Medica,
1983: 20; Hendrotomo, 1986: 497) tindakan paling penting untuk keberhasilan
resusitasi adalah segera melapangkang saluran pernapasan, yaitu dengan cara:
1) Tripel airway maneuver
2) Maneuver heimlich.
I. Triple Airway Manuever
Pada Triple Airway Manuever terdapat tiga perlakuan yaitu:
Kepala ditengadahkan dengan satu tangan berada di bawah leher, sedangkan
tangan yang lain pada dahi. Leher diangkat dengan satu tangan dan kepala
ditengadahkan ke belakang oleh tangan yang lain
Menarik rahang bawah ke depan, atau keduanya, akan mencegah obtruksi
hipofaring oleh dasar lidah. Kedua gerakan ini meregangkan jaringan antara
laring dan rahang bawah.
Menarik/mengangkat dasar lidah dari dinding faring posterior.
II. Manuever Heimlich
Manuever Heimlich (The Committee on Trauma: American College of
Surgeon (Yayasan Essentia Medica, 1983: 22) ini merupakan metode yang
3
paling efektif untuk mengatasi obstruksi saluran pernapasan atas akibat
makanan atau benda asing yang terperangkap dalam faring posterior atau
glotis.
Korban menjadi pucat yang diikuti dengan bertambahnya sianosis, anoksia
dan kematian. Pada kondisi tersebut di atas, maneuver dapat dilaksanakan
dengan posisi penolong berdiri atau berbaring.
a. Korban dalam keadaan sadar.
Penolong berdiri di belakang korban dan memeluk pinggang korban
dengan kedua belah tangan, kepalan salah satu tangan digenggam oleh
tangan yang lain. Sisi ibu jari kepalan penolong menghadap abdomen
korban diantara umbilikus dan thorak. Kepalan tersebut ditekankan
dengan sentakan ke atas yang cepat pada abdomen korban. Penekanan
tersebut tidak boleh memantul, dan pada waktu di puncak tekanan perlu
diberi waktu untuk menahan 0.5 - 1 detik dan setelah itu tekanan dilepas,
perbuatan ini harus diulang-ulang beberapa kali. Naiknya diafragma
secara mendadak menekan paru-paru yang dibatasi oleh dinding rongga
dada, meningkatkan tekanan intrathoracal dan memaksa udara serta
benda asing keluar dari dalam saluran pernapasan.
b. Korban dalam keadaan tidak sadar.
Korban berbaring terlentang dan penolong berlutut melangkahi panggul
korban. Penolong menumpukan kedua belah tanggannya dan meletakkan
pangkal salah satu telapak tangan pada abdomen korban, kemudian
melaksanakan prosedur yang sama pada posisi berdiri.
Airway Management merupakan tahapan awal PPGD. Untuk menilai
airway, terdapat 3 tahapan, yaitu:
Look (lihat sumbatan pada jalan napas, daerah bibir, dan
pengembangan dada)
Listen (dengar suara napas)
Feel (rasakan hembusan napas)
4
1. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat
Pengertian: tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas
dengan tetap memperhatikan kontrol servikal
Tujuan: membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara
ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh
Pengkajian Jalan Napas :
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela
iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi
penolong
Gambar: Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara
simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas
dan pernafasan.
Tindakan
1. Membuka jalan nafas dengan proteksi servikal
a. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
b. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
c. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
5
Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya
dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah
gerakan leher.
Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan
teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu
adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas
(apneu)
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada
sumbatan pada jalan nafas dan
dilakukan Maneuver Heimlich.
Gambar: Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan
teknik cross finger
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan):
Mendengkur (snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara
mengatasi: chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring,
pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab: ada cairan di daerah hipofaring. Cara
mengatasi: finger sweep, pengisapan/suction.
6
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasinya dengan
cricotirotomi dan trakeostomi.
2. Membersihkan jalan nafas
Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada
rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan,
benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher)
kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot
rahang lemas (maneuver emaresi)
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan
gerakan menyapu.
Gambar: Tehnik finger sweep
3. Mengatasi sumbatan nafas parsial
Dapat digunakan teknik manual thrust:
Abdominal thrust
7
Chest thrust
Back blow
Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
Gelisah oleh karena hipoksia
Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
Gerak dada dan perut paradoksal
Sianosis
Kelelahan dan meninggal
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS
BEBAS!
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan,
posisi leher netral
Nilai, apakah ada suara nafas tambahan.
8
Gambar: Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan
nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas
Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas.
Tempatkan korban pada tempat yang datar. Kepala dan leher korban
jangan terganjal.
Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang
dagu pasien kemudian angkat.
Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien. Tidak boleh
dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke
bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang
dan lidahpun terangkat ke depan.
Gambar: Tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat), dan tangan kiri
melakukan Head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
9
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga
barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
Gambar: Manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih mengatasi
sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan
dari benda padat.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.
Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah
subdiafragma – abdomen).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau
duduk
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari
pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan
satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban,
sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat
kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut
dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah
dan gerakan yang jelas.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak
(tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka
ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu
tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh
di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan
10
pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat
ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi
terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung
melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan
sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di
atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu
dengan kuat, beri tekanan ke atas kearah diafragma dengan gerakan
yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan
tindakan dengan menekan perut pada tepi
meja atau belakang kursi
Gambar: Abdominal Thrust dalam posisi berdiri
Back Blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak
efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada
punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang
punggung/vertebrae)
11
Gambar: Back blow pada bayi
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada
dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis
imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar,
tidurkan terlentang, lakukanchest thrust, tarik lidah apakah ada benda
asing, beri nafas buatan.
2. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) dengan Alat
Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil
dengan sempurna dan fasilitas tersedia.
Peralatan dapat berupa :
a. Pemasangan Pipa (tube)
Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring
(mayo), pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.
Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan
nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke
belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama bagi penderita tidak
sadar
Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka,
menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan
b. Pengisapan benda cair (suctioning)
Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan
dengan alat bantu pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)
12
Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras
untuk mencegah suction masuk ke dasar tengkorak
Gambar : Suctioning
c. Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas
Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah
hipofaring maka tidak mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan
alat Bantu berupa : laringoskop, alat pengisap, alat penjepit.
d. Membuka jalan nafas
Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi
Cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal
tidak mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum.
Untuk petugas medis yang terlatih, dapat melakukan krikotirotomi
dengan pisau atau trakeostomi.
e. Proteksi servikal
Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan control
servikal terutama pada multiple trauma atau tersangka cedera tulang
leher.
Dipasang dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak.
Posisi kepala harus “in line” (segaris dengan sumbu vertikal tubuh).
13
14
top related