pemeriksaan susunan saraf2
Post on 10-Sep-2015
259 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PEMERIKSAAN SISTEM SARAF(Pemeriksaan Fisik Neurologi)Dr. Darwin Amir, Sp.S (K)Bagian ilmu Penyakit SarafFK-Unand Padang
-
NeurologiSuatu cabang kedokteran klinis, dgn ciri ciri - gejala dan tanda fisik didasari oleh adanya lesi (kelainan anatomi). - riwayat perjalanan penyakit menggambarkan proses patologi. - kelainan (motorik, sensorik dan sistem lain) menunjukkan tempat lesi terjadi.
-
Pemeriksaan neurologi (susunan saraf)
- Mencakup anamnesa dan pemeriksaan fisik yang cermat.
- Diagnosis yang tepat harus didukung oleh;* disfungsi susunan saraf. * lokasi dan luasnya lesi.* proses patologi (etiologi).
-
Keluhan Sistim Saraf
Nyeri kepala
Mual dan muntah
Sinkop
Pusing
Nyeri
Ggn sensasi (parastesi, disestesi atau anastesi)
Ggn motorik (berjalan, atropi, ataksia, kaku, gerakan involuntir, bradikinesia)
Ggn visual (diplopia, pandangan kabur, skotoma)
-
Ggn pendengaran (hilang pendengaran, tinitus)
Ggn menelan (disfagia)
Ggn bicara dan bahasa (disartria, disfasia, disfonia, disnomia, kesulitan memahami)
Keadaan mental (ggn memori, disorientasi, terbelakang mental , ggn tingkah laku, in- atensi dan ggn konsentrasi, letargi, ansietas, depresi, halusinasi, waham)
Disfungsi otonom)
-
Strategi Membuat DiagnosisMembentuk hubungan Dokter Pasien.Anamnesis sebagai langkah dasar utama.Proses berfikir dari Symptom dan Sign -- > menuju Diagnosis. Reliabilitas Data sangat penting.
-
ANAMNESA Keluhan utamaBahasa pasienKeterangan singkat
-
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) Menerangkan rincian keluhan utama Bgn yang penting dalam proses Diagnosa Pemeriksaan mengolah dlm rangkaian anamnesa yang logis Pemeriksaan tidak mesti menerima istilah pasien Merupakan keterampilan (skill) dgn latar belakang pengetahuan penyakit
-
Kristalisasi RPSOnset keluhanLokasiKronologisSeveritasKualitasFaktor yang berhubunganFaktor yang memberatkan dan meringankan
-
Riwayat Penyakit DahuluHipertensiSakit jantungStrokeDiabetesPenyakit endokrinGgn neurologis lainKankerTraumaKeracunanRiwayat pengobatan sebelumnyaSuicide
-
Riwayat Penyakit KeluargaHipertensiSakit jantungStrokeDiabetesSuicide
-
Riwayat Pribadi dan SosialRiwayat pendidikan dan pekerjaanAlkoholisme, narkoba dan kebiasaan lain (merokok, minum kopi)Gaya dan kebiasaan hidupLingkungan tempat tinggal dan pekerjaanLingkungan pergaulan
-
PEMERIKSAAN FISIK Meliputi semua Sistem fungsi saraf (fs. luhur, fs. kesadaran, fs. refleks, fs. motorik, fs. sensorik)
Dipandu oleh data dari anamnesa
Didapatkan kesan fokal, multifokal dan diagnosa yang logis
Dimungkinkan diferensial diagnosa
-
Rangkaian Pemeriksaan (Sekuensuial)Observasi tingkah laku Perhatikan kebersihan, tanda depresi, ansietasi, konfusi, atensi, konsentrasi dan keanehan sikap
Bahasa dan komunikasi- Gaya bicara dan Berbahasa. - Memori - Menggambar. - Isi pikiran dan berfikir abstrak (interpretasi bahasa, kerjasama, perhitungan)
-
3. Tingkat kesadaran - Alert - Letargi - Obtundasi - Stupor - Koma
-
4. Arteri Karotis.
- Palpasi. kenali dan raba denyut arteri karotis bandingkan dengan denyut nadi atau jantung
- Auskultasi pastikan ada atau tidak adanya bising bila ada harus di-identifikasi & hati hati bisa juga dilakukan pada bola mata untuk mengenal bising intra-kranial
-
Pemeriksaan Nervus KranialisNervus I (Olfaktorius): - Special Visceral Afferent. - Anosmia
-
Nervus II (Optikus) Special Somatic Afferent (SSA) Anopia dan Amaurosis
-
Nervus III: GSE -- > Diplopia & PtosisGVE -- > Midriasis & loss of accomodationNervus IV: GSE -- > Diplopia.Nervus VI: GSE -- > DiplopiaNervi III, IV dan VI = Nervi Okulares
-
Nervus V (Trigeminus): - GSA --- > Numbness of face. - SVE --- > Weakness, wasting
-
Nervus VII (Fasialis) SVA --- > loss of taste ant. 2/3 toungue GVA --- > GSA --- > GVE --- > dry mouth & loss of lacrimation SVE --- > paralysis of UMN & LMN.
-
Nervus VIII (Oktavus) SSA --- > hearing impairment, tinnitus. vertigo, nystagmus & dysequilibrium
-
Nervus IX(Glossofaringeus): - SVA --- > loss taste post 1/3 toungue - GVA --- > anasthesia of pharynx. Nervus X (Vagus): - SVE --- > dysphagia, hoarsness & palatal paralysis
-
Nervus XI (Asesorius): - SVE --- > Hoarsness - GSE --- > Weakness, wasting
-
Nervus XII (Hipoglosus): GSE ---- > Weakness, wasting
-
Rangsangan Meningeal. - Kaku kuduk.- Brudzinski I- Brudzinski II- Kernigs sign.
-
Rangsangan Meningeal
-
Rangsangan Meningeal
-
Pemeriksaan Sistem
1. Sistem Refleks.
2. Sistem Motorik
3. Sistem Sensorik.
4. Sistem Otonom.
-
Pemeriksaan Sistim Refleks. Refleks Masseter Refleks Regang Otot. Refleks Biseps. Refleks Patella. Refleks Achilles. Refleks Superfisial. Refleks Patologis
-
2. Pemeriksaan Motorik
Gaya berjalan (kelemahan dan koordinasi)
Keseimbangan (sistim proprioseptive, serebelum, ggl basalis dan sistim vestibular)
Gerakan involunter (lengan, bahu dan kaki dalam keadaan istirahat, dan menulis) seperti tremor, athetoid, mioklonus, distonia, hemibalismus dan fasikulasi)
-
Tonus ektremitas (fleksi, ekstensi lengan secara pasif, spastisitas, clasp knife phenomenon, berkurangnya tonus)
Kekuatan dengan melakukan gerakan sendiri dan provokasi (test spesifik). Tanda kelemahan umum dan fokal, sentral dan perifer
Konsistensi otot (atrofi, hipertrofi)
Koordinasi yang baik (keutuhan sistem piramidalis, serebelum, ggl basal dan sistem proprioseptif
-
Koordinasi yang baik (keutuhan sistem piramidalis, serebelum, ggl basal dan sistem proprioseptif Tulang Punggung. - Perhatikan skoliosis. - Periksa nyeri radikuler.
-
Pemeriksaan Tonus Otot
-
3. Pemeriksaan Sistem Sensorik.
- Harus kooperatif.
- Pahami konsep dermatom.
- Kuasai sistem Evaluasi. - Cara memeriksa sensasi.
-
Evaluasi Otonom.
Kelainan Viseral Lesi nervus III parasimpatis, menyebabkan;- dilatasi pupil (midriasis) Kelainan Pembuluh Darah. Lesi aferen dan eferen menyebabkan;- Hipotensi postural. - Bradikardi.
Lesi pre dan post ganglionik simpatis pada kulit menyebabkan - suhu meningkat. - keringat.
-
NEURO-DIAGNOSTIK dan IMAJINGDr. Darwin Amir, Sp.SBagian Neurologi FK-UnandRS. DR. M. Djamil Padang
-
NEURODIAGNOSTIK dan IMAJINGSasaran BelajarSetelah selesai pembelanjaran, mahasiswa harus mampu :Menerangkan definisi, maksud, tujuan serta jenis pemeriksaan yang digunakan dalam bidang penyakit saraf, dalam rangka menegakkan diagnosa penyakit.Membedakan jenis pemeriksaan yang invasive dan non invasive, serta pertimbangan penggunaannya ditinjau dari segi kepentingan penderita sebagai konsumen jasa.
-
c.Menceritakan indikasi, kontra indikasi, alat yang digunakan, prosedur kerja, hasil normal dan abnormal dari masing-masing jenis pemeriksaan serta akibat yang timbul setelah pemeriksaan
d.Menunjukkan minat, kecermatan dan kesungguhan kerja serta mampu bekerja, dan membina komunikasi yang baik dgn dosen pembimbing dan anggota kelompok belajar
-
2. Karakteristik Mahasiswa :Mahasiswa sekurang-kurangnya telah lulus mata pelajaran Biologi, Fisika, Kimia, Anatomi, Fisiologi, Bio-kimia, Patologi Klinik, Patologi Anatomi serta mengetahui dasar dasar penyakit.
Pembelanjaran diberikan pada semester VII pada FK-Unand
-
3. Isi dan Urutan :
Pengantar kuliah;
Prinsip Neurodiagnostik dan Imajing
Jenis-jenis pemeriksaan dibidang penyakit saraf
Uraian tentang dasar, indikasi, kontra indikasi, prosedur, serta hasil yang di harapkan pd setiap jenis pemeriksaan
-
Pemeriksaan Neurologi Khusus sering diperlukan.Kegunaannya untuk : DIAGNOSIS dan KONFIRMASIPemeriksaan, ada yang berbahaya, karena INTERVENSIONAL
Karena itu keputusan pemeriksaan, harus :Berdasarkan diagnosa klinik yang tegasPenuh apresiasi
-
Beberapa jenis pemeriksaan neurologi : Pungsi lumbal Mielografi EEG Angiografi EMG Foto polos CT Scan MRIMasing-masing alat dengan segala kelebihan dan kekurangannya.Penggunaan alat itu harus dengan perencanaan dan latar belakang pengetahuan yang memadaiOver investigasi menunjukkan tidak memadainya kemampuan klinik
-
Macam Pemeriksaan NeurologiPungsi LumbalTindakan untuk mendapatkan CSSHarus memiliki pengetahuan dasar tentang CSSTahu indikasi dan kontra indikasiMenguasai tekhnik pungsi lumbalMampu berkomunikasi dengan pasien
-
Tekhnik Pungsi LumbalProsedur harus sterilPersiapan alat dan penderitaPelaksanaan dengan memperlihatkan posisi penderita
Indikasi :Penyakit saraf periferKecurigaan infeksi SSPKecurigaan perdarahan intra-kranialMultiple sclerosis
-
Kontra Indikasi :
a. Multak :aa. Sepsis lokalab. Peninggian tekanan intra kranialac. Kecurigaan kompresi MS
b. Relativeba. Kesadaran menurunbb. Nyeri kepalabc. Kaku kuduk
-
2. MIELOGRAFIPrinsip sama dengan pungksi lumbalMemasukkan kontras (lipiodol, pantopaque dan iopendilat) ke dalam ruang sub-arachnoidTujuan untuk melihat MS, ruang subarachnoid sampai di sisternaDilakukan pemeriksaa foto dengan bantuan monitorIndikasi : adanya blok parsial / totalKontra indikasi : - seperti pada LP - alergi kontras
-
3. ARTERIOGRAFI SEREBRAL
Pertama kali dilakukan 1927 (Egas Moniz, Portugis)
Dikembangkan oleh K.Sano dan dipopulerkan oleh Krayenbuhl (1940) dan diteruskan oleh Mahmud Yasargihl
Bermanfaat dalam bidang bedah saraf
Dibedakan : - Angiografi Karotis - Angiografi Vertebralis
-
Tekhnik dan Persiapan
Tentukan letak arteri karotis/femoralis
Anastesi lokal, dan tusukkan Abbocath
Hubungkan jarum dengan konektor
Aspirasi dgn cairan fisiologis
Letakkan film foto dan masukkan kontras
Lakukan pemotretan
-
Indikasi :
Penyakit serebro-vaskuler
Trauma kranio-serebral
Diagnosa tumor
Kontra Indikasi :
Relative
Hipersensitive kontras perlu dipertimbangkan
-
4. ELEKTRO-ENSEFALOGRAFI (EEG)Rekaman aktivitas sel otak melalui tengkorak yang utuh, getarannya dipantau pada rekaman
Diperkenalkan oleh Hans Berger (1928)
Rekaman dipengaruhi oleh usia, kondisi mental dan keadaan umum
Tidak invasif, murah, aman dan dapat diulangi
Kelamahan : Hasil temuan non spesifik Sensivitas tinggi
-
Indikasi Pemeriksaan Trauma kapitisInfeksi SSPPenyakit serebro-vaskulerTumor otakHidrosefalusKoma dan mati otak
TekhnikDuduk / tidur tenangPasang electrodeLakukan pemeriksaan rekamanTest provokasi
-
Interpretasi :Gambaran EEG abnormal perlu studi khusus
Batasan normal, dijumpai gelombang alfa, beta, theta dan delta
Gelombang patologi runcing, tajam, paku ombak, disritmia paroksismal
-
5. FOTO POLOS KRANIUM
Normal 3 posisi (2 aksial, 1 lateral)
Untuk foto skrining cukup dilakukan foto lateral saja, seperti pada demensia, nyeri kepala dan epilepsy
Dapat dilakukan bentuk, ketebalan, sutura, convolutinal dan vascular marking, struktur dasar tengkorak dan rongga kranium
-
Proyeksi lain yang mungkin diperlukan adalah :
Postero anterior (PA), untuk melihat bgn frontal, planum sphenoid dan orbita.
Antero-posterior (AP), disebut juga dgn Towne View (half axial view)
Oksipita-mental atau Basal view. Untuk melihat struktur tulang, sinus paranasalis dan udara dinaso dan orofaring
-
Informasi dari hasil foto :
Bukti peninggian tekanan intra cranial. (penipisan dorsum sella, erosi prosesus klinoideus, pelebaran sutura pada anak, digital marking dan pelebaran fosa hipofise)
Klasifikasi intra-kranial
Klasifikasi meningkat pada dewasa. 60% pada penderita usia > 20 thn dapat dikenal dengan foto lateral
-
Klasifikasi non patologis :Klasifikasi korpus pineal, duramater, habenulare dan pleksus khoroideus
Klasifikasi patologis non tumor :Klasifikasi kista (serkosis, tokso plasmosis, tuberous sclerosis, hiperparatiroid) dan klasifikasi pembuluh darah (sifon karotis, aneurisma dan korteks serebri)
Klasifikasi patologis pada tumor :Kraniofaringioma, oligodendrogliaoma, ependimoma dan meningioma
-
c. Perubahan densitas tulangBerkurangnya densitasAbnormal pada single scalopped defect dan multiple punched out areaBertambahnya densitas tulangPada hiperostosis, fibrosa displasia dan paget`s diseased. Pembesaran rongga kranium, foramen dan kanalisTerjadi pada SDH khronik pada anak yang disertai pembesaran hipofise. Pembesaran kanalis optikum dan meatus akustikus internus pada tumor
-
6. FOTO LEHER
Normal diambil dalam 2 posisi (AP Lateral)
Bila perlu dapat diambil posisi Oblique
Dapat dilihat :Struktur kolumna vertebrae servikalisAda tidaknya fraktur, displacementKlasifikasiPenyempitanKelainan jaringan pariartikuler
-
Indikasi :
Nyeri tengkuk (diatas usia 45 tahun)
Kelumpuhan lengan keran lesi radiks
Atrofi otot tenar dan hipotenar
Trauma leher
-
7. FOTO LUMBOSAKRAL Posisi pengambilan foto adalah :
Posisi AP (harus mencakup semua segmen lumbal dan sendi sakro-iliaka)
Posisi lateral (mencakup lumbal bawah dan sendi sakro-iliaka)
Posisi oblique
Tomografi
-
Posisi 2 terakhir dilakukan 2 posisi diatas terutama untuk melihat :SpondilolisisFraktur yang tak jelas/keganasan
Indikasi :Nyeri pinggang hebat karena traumaNyeri pinggang khronikNyeri pinggang pada usia > 50 tahunKecurigaan deformitas spinalisKelainan radiksCuriga spondilitis ankilosis
-
CT. SCAN (Computed Tomography Scaning) (= Neuro-Imaging )Prinsip :Menghasilkan gambar digitalGambar t.d.matrix (1 unit matrix = pixel)Pixel diabsorbsi oleh jaringanPixel = sinar x yang menembus jaringanTingkat absorbsi = kepadatan elektron yang dibandingkan dengan parenkhime normalHIPODENSEISODENSE dibanding dgn parenkhime normalHYPERDENSE
-
Tekhnik Pemeriksaan :
Neurokranium difoto dalam servikal transversal
Potongan sejajar dgn orbito-meataline dengan ketebalan 13mm
Didapatkan 6-8 potongan (slices)
Kadang-kadang diperlukan potongan tambahan:Intermediate slicesPemeriksaan ulangan dgn kontras IV, Angiografin 1ml/kg BB
-
Untuk melihat fossa intrakranial posterior, digunakan teknik tertentu.Posisi sectional plane, kepala ditekuk kedepan sectional plane terletak 15 derajat terhadap garis orbito-meatal Neurokranium difoto dalam servikal transversalTebal potongan sekitar 8 mmKualitas gambar dipengaruhi oleh gerakan kepala selama pemeriksaan Karena itu perlu premedikasi sebelum pemeriksaan
-
Anatomi Otak pada CT-Scan :Tiap slices (6-8) buah mempunyai karakteristik tertentu, namun terdapat variabel fisiologis tiap individu7 gambaran utama pada neurokranium :Tulang kraniumKlasifikasi intra cranialSubstansia griseaSubstansia albaCairan serebro spinal (CSS)LemakUdara Dengan memperlihatkan densitas berbeda
-
Penggunaan Media Kontras :Intra vena :
Otak normal dan proses patologis intra cranial memperlihatkan absorbsi yang berbeda
Tiap lesi akan memperlihatkan afinitas yang tinggi terhadap kontras
Medium kontras diserap dengan baik pada :Pembuluh darah normalTumor dengan hipervaskulerRuang interstisiel dan kapiler
-
Intra - tekal
Kontras media pada intratekal mem-visualisasikan ruang eksternal CSS dengan jelas. Metode ini disebut Computed Assisted Cisternography
Digunakan injeksi intra lumbal 10ml Metrizamide isotonic
Pasien dengan posisi Trendelenburg
-
Artefak :
Akibat gangguan proses scanning atau proses data sekuensial
Pada CT akan terlihat zona streaky dan patchy
-
Gambaran normal
7 Perbedaan desnitas jaringan :Tulang dan klasifikasiSubst GriseaSubst AlbaCSSDarah dan Pembuluh DarahLemakUdara
top related