pemberian ekstrak etanol kunyit (curcuma longa
Post on 30-Dec-2016
264 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KUNYIT
(CURCUMA LONGA) MENCEGAH KENAIKAN
BERAT BADAN DAN LEMAK ABDOMINAL PADA
TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI MAKANAN
TINGGI KARBOHIDRAT TINGGI LEMAK
YULIANA SIAJADI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KUNYIT
(CURCUMA LONGA) MENCEGAH KENAIKAN
BERAT BADAN DAN LEMAK ABDOMINAL PADA
TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI MAKANAN
TINGGI KARBOHIDRAT TINGGI LEMAK
YULIANA SIAJADI
NIM 1290761014
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KUNYIT
MENCEGAH KENAIKAN BERAT BADAN DAN
BERAT LEMAK ABDOMINAL PADA TIKUS JANTAN
YANG DIBERI DIET TINGGI KARBOHIDRAT DAN
LEMAK
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik
Kekhususan Anti-Aging Medicine
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
YULIANA SIAJADI
NIM 1290761014
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 14 April 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK Dr .dr. Ida Sri Iswari, SpMK
NIP : 1945061919760021001 NIP : 196105051990022001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Direktur
Ilmu Biomedik Program Pasca Sarjana
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Universitas Udayana
Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,
SpAnd,FAACS SpS(K)
NIP : 194612131971071001 NIP :195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 14 April 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No : 933/UN14.4/HK/2014 Tanggal 10 April 2014
Ketua : Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK.
Anggota :
1. Dr .dr. Ida Sri Iswari, SpMK
2. Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp.And., FAACS.
3. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D
4. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul
“Pemberian Ekstrak Etanol Kunyit Mencegah Kenaikan Berat Badan dan Berat
Lemak Abdominal Pada Tikus Jantan yang Diberi Diet Tinggi Karbohidrat dan
Lemak” dapat diselesaikan.
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan
yang dijalani Penulis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister
Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine,
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor, Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana, dan
Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. dr Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua Program
Sudi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana dan penguji yang
telah memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
3. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK selaku pembimbing I yang dengan
penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan
masukan selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam
penyusunan tesis ini.
4. Dr .dr. Ida Sri Iswari, SpMK selaku pembimbing Akademik dan
pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan
kepada penulis sejak awal penyusunan tesis ini.
5. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D selaku penguji yang telah
memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini.
6. Dr.dr. Gede Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc selaku penguji yang telah
memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan dan masukan kepada
penulis selama penyusunan tesis ini.
7. Para dosen pengajar dan staff-staff di Universitas Udayana dr. Oka
Negara, Geg Wah, Geg Eni, Geg Yethi, Pak Edy, dan staff lainnya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan doa,
dorongan, semangat, dan bantuan.
8. Keluarga tercinta yaitu papi saya Johan Siajadi, mami Merry Kustanto,
papa Ramly Soekandy, mama Henny Khoe, suami yang terkasih
dr.Irwan Hasan, papa mertua Hengky Chandra, dan mama mertua
Fince Kongriana atas bantuan, dukungan, semangat, dan pengertiannya
selama penulis menempuh pendidikan.
9. Rekan-rekan sejawat yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu
memberikan dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti
program magister, khususnya dalam penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan peyelesaian tesis ini.
Tak lupa dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan
maaf jika terdapat kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini. Meski jauh dari
sempurna, penulis tetap berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi
penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik,
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, serta bagi pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat
dan rahmat-Nya kepada mereka semua, Amin.
Denpasar, 14 April 2014
Penulis
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KUNYIT (CURCUMA LONGA)
MENCEGAH KENAIKAN BERAT BADAN DAN BERAT LEMAK
ABDOMINAL PADA TIKUS JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI
KARBOHIDRAT DAN LEMAK
Saat ini, gaya hidup serta pola makan tidak sehat merupakan penyebab
utama terjadinya obesitas. Dengan mencegah obesitas diyakini penyakit komorbid
terkait obesitas pun dapat dicegah dan meningkatkan usia harapan hidup.
Curcumin dalam ekstrak kunyit adalah flavonoid polifenolik yang memiliki fungsi
biologis yang luas. Curcumin mencegah kenaikan berat badan dengan supresi
angiogenesis, mempengaruhi metabolisme lemak pada adiposit, dan menekan
diferensiasi preadiposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian ekstrak kunyit terhadap penurunan berat badan dan berat lemak
abdominal yang dilihat dari berat badan, berat lemak viseral, dan lemak subkutan
abdomen pada tikus jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat dan lemak.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan The posttest
only control group design, dilaksanakan di Laboratory Animal Unit bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Digunakan 36 ekor
hewan coba tikus jantan yang dibagi menjadi dua kelompok penelitian. Kelompok
kelompok kontrol (P0) diberi placebo berupa aquadest sebanyak 1 cc. Kelompok
perlakuan (P1) diberi ekstrak kunyit dengan dosis 70 mg/200 g BB. Pada kedua
kelompok diberikan diet tinggi karbohidrat dan lemak bersamaan dengan
pemberian placebo dan ekstrak kunyit. Pengukuran berat badan dan berat lemak
abdominal dilakukan pada akhir penelitian.
Uji perbandingan untuk rerata berat badan menggunakan Mann Whitney
menunjukkan hasil rerata berat badan kelompok hasil rerata berat badan kelompok
P0 adalah 198,112,92 gram dan rerata kelompok P1 adalah 160,786,25 gram.
Uji komparabilitas berat lemak abdominal dengan Independent T-Test
menunjukkan hasil untuk rerata berat lemak viseral kelompok P0 adalah
1,540,85 gram dan rerata kelompok P1 adalah 0,850,46 gram; rerata berat
lemak subkutan abdomen kelompok P0 adalah 1,670,56 gram, dan rerata
kelompok P1 adalah 0,840,49 gram. Hasil dari uji perbandingan tersebut
menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada perubahan berat badan dan berat
lemak abdominal antara kelompok P0 dan P1.
Hasil Penelitian menunjukkan ekstrak etanol kunyit dapat mencegah
kenaikan berat badan dan berat lemak abdominal pada tikus yang diberi diet tinggi
karbohidrat dan lemak (p < 0,05).
Kata kunci : ekstrak kunyit, diet tinggi karbohidrat dan lemak, berat badan, berat
lemak subkutan abdomen, berat lemak viseral, lemak abdominal, tikus jantan.
ABSTRACT
ETHANOL EXTRACT OF TURMERIC PREVENT BODY WEIGHT
GAIN AND ABDOMINAL FAT WEIGHT GAIN IN HIGH-
CARBOHYDRATE--HIGH-FAT DIET FED MALE RATS
Currently, lifestyle and unhealthy diet is a major cause of obesity. It is
believed that by preventing obesity, obesity-related comorbidity may be prevented
and life expectancy may be increased. Curcumin in turmeric extract is a
polyphenolic flavonoid that have broad biological functions. Curcumin prevents
weight gain by suppressing angiogenesis, affecting lipid metabolism in
adipocytes, and suppressing preadiposite differentiation. This study was aimed at
determining the effect of turmeric extracts on body weight and abdominal fat
weight by measuring body weight, visceral fat weight, and abdominal
subcutaneous fat in male rats fed a diet high in carbohydrates and fat.
This study was an experimental study with the posttest only control group
design, conducted in Laboratory Animal Unit - Pharmacology Department of
Udayana University - Faculty of Medicine. Thirty six male rats were divided into
two study groups. Control group (P0) was given a placebo in the form of 1 cc
distilled water. Treatment group (P1) was given 70 mg/200 g BW turmeric
extract. Both groups were given a diet high in carbohydrates and fats along with
placebo and turmeric extract. Measurement of body weight and abdominal fat
weight was done at the end of the study.
Body weight comparison test using the Mann Whitney showed the mean
body weight of P0 was 198.11 ±2.92 gram and P1 was 160.78±6.25 gram .
Comparison test for abdominal and subcutaneous fat was the Independent T-Test.
Mean visceral fat weight of group P0 was 1.54 ±0.85 gram and P1 was 0.85 ±0.46
gram; mean subcutaneous abdominal fat weight of group P0 was 1.67 ±0.56 gram,
and P1 was 0.84 ±0.49 gram. The results of the comparison test showed
significant differences in changes in body weight and abdominal fat weight
between group P0 and P1.
Research results indicated that ethanol extract of turmeric could prevent
weight gain and weight of abdominal fat in rat fed a diet high in carbohydrates
and fat (p <0.05).
Keywords : turmeric extract, high-carbohydrate-high-fat diet, body weight,
abdominal subcutaneous fat weight, visceral fat weight, abdominal fat, male rats
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .......................................................................................... i
PRASYARAT GELAR .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 9
2.1 Penuaan dan Teori Penuaan ............................................................... 9
2.2 Hubungan Obesitas dengan Penuan ................................................... 11
2.3 Diet Tinggi Karbohidrat dan Lemak Jenuh ....................................... 12
2.4 Obesitas ............................................................................................. 13
2.5 Lemak Abdominal pada Obesitas ...................................................... 14
2.6 Dampak Obesitas terhadap Kesehatan .............................................. 15
2.7 Ekstrak Kunyit ................................................................................... 18
2.8 Curcumin............................................................................................ 21
2.8.1 Manfaat Curcumin bagi Kesehatan ......................................... 22
2.8.2 Manfaat Curcumin terhadap Obesitas ..................................... 23
2.9 Minyak atsiri ...................................................................................... 26
2.10 Sesquiterpenes ................................................................................... 27
2.11 Perbedaan dan Keunggulan Ekstrak Kunyit Dibandingkan
dengan Curcumin Murni .................................................................... 27
2.11.1 Perbandingan Senyawa Aktif Ekstrak Kunyit dengan Curcumin ... 27
2.11.2 Kandungan Minyak Atsiri dalam Ekstrak Kunyit Meningkatkan
Bioavailabilitas Curcuminoid .................................................. 28
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN .................................................................................... 29
3.1 Kerangka berpikir ............................................................................. 29
3.2 Konsep ............................................................................................... 31
3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 31
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 33
4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 33
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 34
4.3 Populasi dan Sampel Penelirian ........................................................ 35
4.3.1 Populasi .................................................................................... 35
4.3.2 Kriteria Sampel ........................................................................ 35
4.3.2.1 Kriteria Penerimaan ..................................................... 35
4.3.2.2 Kriteria Drop Out ......................................................... 35
4.4 Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel............................... 36
4.4.1 Penentuan Besar Sampel Minimal ........................................... 36
4.4.2 Cara Pengambilan Sampel ...................................................... 36
4.4.3 Variabel Penelitian .................................................................. 37
4.4.3.1 Identifikasi Variabel ..................................................... 37
4.4.3.2 Klasifikasi Variabel ................................................... 37
4.4.4 Hubungan Antar Variabel ......................................................... 37
4.4.5 Definisi Operasional Variabel ................................................... 38
4.5 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................. 39
4.6 Prosedur dan Alur Penelitian ............................................................ 39
4.7 Analisis Data ...................................................................................... 43
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................... 44
5.1 Uji Normalitas Data ........................................................................... 44
5.2 Berat Badan ........................................................................................ 45
5.2.1 Analisis Efek Perlakuan ........................................................... 45
5.3 Berat Lemak Subkutan Abdomen ...................................................... 47
5.3.1 Analisis Efek Perlakuan ............................................................ 47
5.4 Berat Lemak Viseral .......................................................................... 48
5.4.1 Analisis Efek Perlakuan ........................................................... 48
5.5 Sisa Pakan Hewan Coba .................................................................... 50
5.5.1 Analisis Efek Perlakuan ........................................................... 50
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .......................................... 51
6.1 Subyek Penelitian ............................................................................... 51
6.2 Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian ...................................... 51
6.3 Pengaruh Ekstrak Kunyit terhadap Berat Badan dan Berat Lemak ... 52
6.4 Penelitian tentang Peranan Ekstrak Kunyit dalam Pengaturan Berat
Badan ................................................................................................. 56
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 58
7.1 Simpulan ............................................................................................ 58
7.2 Saran .................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59
LAMPIRAN .................................................................................................... 64
DAFTAR TABEL
2.6 Obesitas (IMT > 30 kg/m2) dan Perkiraan Relative Risk Beberapa
Penyakit ..................................................................................................... 16
2.7 Komposisi Ekstrak Etanol Kunyit yang Berasal dari Wonogiri ............... 20
5.1. Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan, Berat Lemak Viseral, Berat
Lemak Subkutan Abdominal dan Sisa Makanan Sesudah Perlakuan
pada Masing-masing Kelompok ............................................................. 45
5.2.1 Rerata Berat Badan antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan ...... 46
5.3.1 Rerata Berat Lemak Subkutan Kelompok Kontrol dan Perlakuan ......... 47
5.4.2 Rerata Berat Lemak Viseral antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan ................................................................................................. 49
5.5.1 Rerata Sisa Pakan antar Kelompok ........................................................ 50
DAFTAR GAMBAR
2.7 Tanaman Kunyit dan Struktur Molekul Curcumin ................................. 19
2.8.1 Efek Curcumin Terhadap Beberapa Macam Penyakit ............................ 23
3.2 Kerangka Konsep .................................................................................... 31
4.1 Rancangan Penelitian .............................................................................. 33
4.2 Hubungan antara Variabel Penelitan ....................................................... 37
4.6 Skema Prosedur Penelitian...................................................................... 42
5.2.2 Berat Badan setelah Pemberian Ekstrak Kunyit ..................................... 46
5.3.1 Lemak Subkutan setelah Pemberian Ekstrak Kunyit .............................. 48
5.4.2 Lemak Viseral seelah Pemberian Ekstrak Kunyit ................................... 49
DAFTAR SINGKATAN
AAM : Anti Aging Medicine
AMP : Adenosine Monophosphate
BMI : Body Mass Index
CRP : C-Reactive Protein
CYP7A1 : cytochrome P450 7A1
C57BL/6J : C57 black 6
C/EBP : CCAAT/enhancer-binding proteins
DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
DNA : Deoxyribonucleic Acid
GSK : Glycogen Synthase Kinase
HDL : High Density Lipoprotein
IL-1 : Interleukin-1
IL-6 : Interleukin-6
IMT : Indeks Massa Tubuh
PPAR-γ : Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Gamma
ROS : Reactive Oxygen Species
TNFα : Tumor Necrosis Factor α
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
VEGFR-2 : Vascular Endothelial Growth Factor Receptor – 2
WHO : World Health Organtization
Wnt : Wingless-related integration site
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Konversi Perhitungan Dosis ............................................. 64
Lampiran 2 Uji Normalitas Data .................................................................... 65
Lampiran 3 Uji Komparabilitas Berat Badan Post Intervensi ........................ 66
Lampiran 4 Uji Komparabilitas Berat Lemak Viseral dan Berat Lemak
Subkutan .................................................................................... 67
Lampiran 5 Uji Komparabilitas Sisa Pakan ................................................... 68
Lampiran 6 Foto-foto Penelitian .................................................................... 69
Lampiran 7 Etical Clearance ......................................................................... 70
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aging (penuaan) adalah perubahan yang terjadi pada organisme yang
mengakibatkan kelemahan, penyakit serta kematian. Terdapat berbagai faktor
yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang kemudian
menyebabkan sakit dan berakhir dengan kematian. Di antaranya adalah faktor
radikal bebas, hormon yang berkurang, polusi lingkungan, stres dan gaya hidup
tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat seperti diet tinggi karbohidrat dan lemak, serta
pola hidup sedentari di mana aktivitas fisik sehari-hari sangat minimal, akan
menyebabkan terjadinya kelebihan lemak tubuh, terutama timbunan lemak
abdomen. Penumpukan lemak abdomen, khususnya lemak viseral merupakan
salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
Kelebihan lemak tubuh atau obesitas saat ini merupakan sebuah epidemi
yang muncul di seluruh dunia, termasuk di negara-negara yang sedang
berkembang. Kelebihan dan ketidakseimbangan asupan gizi yang berhubungan
dengan pola hidup yang sedentary kini perlu diperhatikan karena meningkatnya
angka kelebihan berat badan dan obesitas (Atmarita, 2005).
Pada era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi banyak sekali berpengaruh terhadap lingkungan dan kehidupan
manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi menyebabkan aktivitas
manusia digantikan peranannya oleh sebuah mesin atau robot yang berakibat pada
1
menurunnya mobilitas gerak manusia. Selain itu juga banyaknya makanan atau
minuman cepat saji turut berkontribusi terhadap terjadinya obesitas. Kompleksnya
tingkat kepentingan dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas saat ini memaksa
setiap orang untuk selalu bekerja, makan makanan cepat saji, dan tidak memiliki
cukup waktu untuk berolahraga. Hal ini merupakan penyebab meningkatnya
angka kejadian obesitas serta morbiditas dan mortalitas terkait obesitas
(Nurcahyo, 2010).
Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau
kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan lemak. Berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: Obesitas I, Obesitas II
dan Obesitas III. Adapun berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi
dua kategori, yakni: obesitas sentral dan obesitas perifer. Berdasarkan klasifikasi
internasional, seseorang dikatakan pre-obese (overweight) apabila IMT 25-29,99
kg/m2 dan obese apabila IMT ≥30 kg/m
2 (Sugianti dkk., 2009; WHO, 2009).
Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak
perut (abdominal) atau lemak pusat. Lemak abdominal terdiri dari lemak subkutan
abdomen dan lemak intraabdomen, yang secara jelas nampak lewat MRI.
Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan
obesitas perifer. Penelitian-penelitian epidemiologis menunjukkan hubungan yang
kuat antara kelebihan jaringan adiposa abdomen dengan faktor risiko metabolik
untuk penyakit jantung koroner, termasuk resistensi insulin, toleransi glukosa
terganggu, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, dan meningkatnya penyakit
kardiovaskular dan serebrovaskular, serta diabetes mellitus. Lemak viseral
memiliki karakteristik pro-inflamasi yang lebih besar dibandingkan lemak
subkutan (Sugianti dkk., 2009).
Beberapa tatalaksana obesitas berupa perubahan gaya hidup, olahraga,
perubahan pola makan serta terapi farmakologis dengan obat-obatan maupun
herbal yang telah terbukti secara ilmiah dapat menurunkan berat badan. Beberapa
obat-obatan yang sering digunakan untuk terapi obesitas berupa golongan
noradrenergik yaitu phentermine, golongan serotonergik seperti fenfluramine,
golongan noradrenergik dan serotonergik sibutramine, inhibitor lipase yaitu
orlistat. Sedangkan herbal yang sering digunakan untuk mencegah atau
menurunkan berat badan antara lain teh hijau, kayu manis, curcumin, ginseng,
lada hitam (Purwono, 2011).
Pencegahan terhadap terjadinya obesitas juga sangatlah penting. Seperti
yang telah diketahui, banyak faktor yang berperan dalam terjadinya obesitas.
Selain aktifitas fisik yang berkurang, pola makan serta genetik juga berperan
penting terhadap terjadinya obesitas. Pola hidup saat ini seringkali tidak
memungkinkan manusia untuk makan makanan sehat serta berolahraga dengan
teratur. Genetik adalah faktor yang berperan penting terhadap terjadinya
kegemukan, hal inilah yang menyebabkan beberapa individu tertentu sangat
mudah menjadi gemuk serta sulit mempertahankan berat badan yang ideal.
Faktor-faktor tersebut di atas menyebabkan sangat dibutuhkannya sebuah prevensi
yang aman untuk mencegah pertambahan berat badan dan lemak abdominal
(Nadglowski, 2012).
Curcuma longa L (turmeric atau kunyit), merupakan tumbuhan dari family
Zingiberacae. Curcuminoid kunyit adalah suatu zat yang terdiri atas campuran
komponen senyawa curcumin dengan nama kimia 1,7-bis (4-hidroksi-3-
metoksifenil)-1,6-heptadiena 3,5-dion (curcumin I), desmetoksicurcumin
(curcumin II), serta bisdemetoksicurcumin (curcumin III). Minyak atsiri termasuk
d-α-phellandrene, D-sabinene, cinol, borneol, zingiberene, and sesquiterpenes.
Kunyit mengandung berbagai macam sesquiterpenes, termasuk germacrone,
turmerone, ar-(+)-, α- and β- termerones, β-bisabolene, a-curcumene,
zingiberenel, β-sesquiphellanderene, bisacurone, curcumenone, dehydrocurdione,
procurcumadiol, bis-acumol, curcumenol, isoprocurcumenol, epiprocurcumenol,
procurcumenol, zedoaronediol, dan curlone (Aggarwal, 2010).
Ekstrak etanol kunyit mengandung curcuminoid yang terdiri dari curcumin
I, curcumin II, dan Curcumin III serta minyak atsiri yang juga berperan penting
dalam menurunkan berat badan. Kurang lebih 25 senyawa minyak atsiri yang
telah ditemukan dalam ekstrak kunyit. Terdapat variasi kuantitatif dari masing-
masing komponen kimiawi minyak atsiri tergantung dari tempat ditumbuhkannya
tanaman kunyit (Jayaprakasha dkk., 2005).
Curcumin murni yang dapat diperoleh dari pabrik serta digunakan dalam
penelitian-penelitian terdahulu merupakan senyawa curcumin I (Liu, 2008).
Secara in vitro, curcumin dapat mempengaruhi angiogenesis,
adipogenesis, diferensiasi, apoptosis dan ekspresi gen lipid dan metabolismee
energi pada kultur sel lemak 3T3-L1. Supresi angiogenesis pada jaringan adiposa
dan pengaruh curcumin pada metabolismee lemak pada adiposit juga
menyebabkan berkurangnnya lemak tubuh termasuk lemak subkutan abdomen
serta viseral dan juga mencegah pertambahan berat badan (Bradford, 2013; Ejaz
dkk., 2009)
Curcumin dapat menekan diferensiasi preadiposit sehingga dapat
mengurangi jumlah adiposit dan kandungan lemak dalam jaringan adiposa dengan
cara menurunkan ekspresi gen spesifik adiposit (peroxisome proliferator-activated
receptor (PPAR), CCAAT enhancer binding protein α, Leptin, adiponectin, dan
resistin. Curcumin juga menghambat diferensiasi adiposit dengan cara
menghambat jalur signal Wnt (Bradford, 2013).
Dalam bentuk murni, curcumin memiliki daya larut air yang sangat
rendah, sehingga membatasi kegunaannya sebagai obat oral. Dalam sebuah
penelitian yang membandingkan efek antiangiogenik curcumin dalam bentuk
murni dengan curcumin dalam bentuk ekstrak kunyit, ditemukan bahwa curcumin
dalam bentuk ekstrak kunyit memiliki efek antiangiogenik lima kali lebih tinggi
daripada curcumin murni. Hal ini dikarenakan adanya komponen derivatif
curcumin lainnya serta komponen-komponen lainnya yang terkandung dalam
ekstrak kunyit. Sebagai kesimpulan dalam penelitian tersebut, ekstrak kunyit
dinyatakan lebih potensial secara farmakologis daripada curcumin murni (Liu,
2008).
Minyak atsiri dalam ekstrak kunyit dapat menurunkan lemak abdominal
melalui regulasi ekspresi beta oksidasi peroksisom di hati. Curcumin dan minyak
atsiri juga bekerja secara sinergis dalam regulasi gen-gen yang mengatur
metabolismee lemak (Honda, 2006).
Yue dkk. (2012), menyatakan dengan adanya komponen lipofilik (seperti
turmeron) dalam ekstrak kunyit dapat mempengaruhi absorpsi curcumin.
Turmeron meningkatkan transport curcumin ke dalam sel-sel intestin secara
signifikan sehingga absorpsi curcumin meningkat secara signifikan.
Pada penelitian ini dievaluasi dampak pemberian ekstrak etanol kunyit
terhadap kenaikan berat badan dan lemak abdominal tikus wistar jantan yang
diberi diet tinggi lemak tinggi karbohidrat. Tikus wistar betina tidak digunakan
karena memiliki hormon estrogen yang dapat mencegah terjadinya penyakit
metabolik seperti sindrom metabolik, obesitas, obesitas sentral, resistensi insulin,
diabetes, hipertensi dan hiperkolesterolemia (Anonym, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat di rumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah kenaikan berat badan
pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat tinggi lemak?
2. Apakah pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah kenaikan berat lemak
viseral pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat tinggi
lemak?
3. Apakah pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah kenaikan berat lemak
subkutan abdominal pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi
karbohidrat tinggi lemak?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian ekstrak
etanol kunyit mencegah kenaikan berat badan dan lemak abdominal pada tikus
wistar jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat tinggi lemak.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujan:
1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah kenaikan berat
badan pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat tinggi
lemak.
2. Untuk mengetahui pemberian pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah
kenaikan berat lemak viseral pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi
karbohidrat tinggi lemak.
3. Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah kenaikan berat
lemak subkutan abdominal pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi
karbohidrat tinggi lemak.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
manfaat pemberian ekstrak etanol kunyit dapat mencegah kenaikan berat badan
dan lemak abdominal pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat
tinggi lemak.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Ekstrak etanol kunyit dapat dipakai untuk mencegah kenaikan berat badan dan
lemak abdominal bila terbukti secara uji klinis.
2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi uji klinis mengenai
dampak pemberian ekstrak kunyit terhadap berat badan dan berat lemak
abdominal pada manusia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan dan Teori Penuaan
Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan. Penuaan dianggap sebagai sesuatu yang harus terjadi, namun, banyak
faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan, yang
kemudian menyebabkan sakit dan akhirnya membawa kepada kematian. Pada
dasarnya berbagai faktor itu dpat dikelompokkan menjadi faktor internal dan
faktor eksternal (Pangkahila, 2007).
Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormone yang berkurang,
proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, system kekebalan yang menurun, dan gen.
faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat,
kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress, dan kemiskinan (Pangkahila, 2007) .
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai proses penuaan, yaitu
(Goldman and Klatz, 2007) :
Teori Wear and Tear
Teori ini menjelaskan bahwa tubuh dan selnya mengalami kerusakan
karena penggunaan yang berlebihan dan di salah gunakan (overuse and abuse).
Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan lainnya, menurun karena
toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula,
kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stres fisik dan
9
emosional. Kerusakan ini terjadi pada organ dan di tingkat sel ( Pangkahila,
2007).
Teori neuro endokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.
Dengan bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi hormon
berkurang. Produksi hormon yang berkurang pada akhirnya akan mengganggu
berbagai sistem tubuh ( Pangkahila, 2007).
Teori kontrol genetik
Teori ini berfokus pada genetik, dimana kita dilahirkan dengan kode
genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik dan mental tertentu.
Penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat seseorang menjadi tua dan
berapa lama seseorang dapat hidup ( Pangkahila, 2007).
Teori radikal bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme dapat menjadi tua karena
terjadi kerusakan oleh radikal bebas. Radikal bebas ialah molekul yang
mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini
akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut,
sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, dan akhirnya
kematian sel. Molekul di dalam tubuh yang dapat dirusak oleh radikal bebas ialah
DNA, lemak, dan protein. Dengan bertambahnya usia, maka akumulasi kerusakan
sel akibat radikal bebas semakin bertambah, sehingga mengganggu metabolismee
sel, meransang mutasi sel, yang pada akhirnya menyebabkan kanker dan
kematian. Teori ini meyakinkan bahwa pemberian suplemen yang tepat dan
pengobatan yang tidak terlambat dapat mengembalikan proses penuaan.
Mekanismenya dengan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel ( Pangkahila, 2007).
2.2 Hubungan Obesitas dengan Penuaan
Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi
berbagai organ tubuh. Akibat penurunan fungsi itu, muncul berbagai tanda dan
gejala proses penuaan, yang pada dasarnya dibagi dua bagian, yaitu tanda fisik
dan tanda psikis. Tanda fisik seperti massa otot berkurang, lemak meningkat, kulit
berkerut, daya ingat berkurang, fungsi seksual terganggu, kemampuan kerja
menurun dan sakit tulang. Tanda psikis antara lain menurnnya girah hidup sulit
tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, dan merasa tidak berarti lagi
(Pangkahila, 2007).
Obesitas adalah sebuah kondisi dimana terjadi akumulasi lemak yang
abnormal yang menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan dan penurunan
harapan hidup. Bertambahnya berat badan dan akumulasi jaringan lemak
meningkatkan risiko penyakit-penyakit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes
mellitus tipe dua, penyakit muskuloskletal, penyakit paru-paru dan beberapa jenis
kanker. Ketidakseimbangan komposisi tubuh dan berat badan merupakan sebuah
keadaan meningkatnya stres oksidatif dan inflamasi dalam tubuh. Meningkatnya
stres oksidatif dan inflamasi mempengaruhi telomer. Telomer merupakan sebuah
protein DNA yang ditemukan pada ujung kromosom eukariot dan berfungsi
sebagai penanda penuaan biologis. Telomer juga berfungsi mempertahankan
integritas genom dan berperan dalam disfungsi metabolik akibat penuaan. Erosi
telomere berbahaya bagi sel yang sehat, dan dikenal sebagai mekanisme senses
atau penuaan sel dini dan berkurangnya harapan hidup. Hubungan antara telomere
dan stres oksidatif terbukti secara in vitro, dimana stres oksidatif meningkatkan
proses erosi pada setiap siklus replikasi. Telomer yang memendek dikaitkan
dengan meningkatnya indeks massa tubuh, meningkatnya adipositas, dan
meningkatnya waist to hip ratio serta akumulasi lemak viseral yang berlebih.
Gangguan metabolik yang diakibatkan oleh obesitas mengakibatkan disfungsi
organ yang menyerupai proses penuaan (Tzanetakou, 2012).
2.3 Diet Tinggi Karbohidrat dan Lemak Jenuh
Sesungguhnya makanan yang sehat dapat memenuhi kebutuhan tubuh agar
tetap dapat berfungsi normal. Pada dasarnya nutrisi sehat dan seimbang terdiri
dari komposisi sebagai berikut : 50% karbohidrat dengan glycemic index yang
rendah, 30% lemak dimana 60% berupa monounsaturated fatty acids dan 10%
polyunsaturated fatty acids dan 20% protein. Namun yang seringkali terjadi
adalah konsumsi makanan tidak seimbang, bahkan mengandung terlalu banyak
karbohidrat terutama dengan glycemic index yang tinggi seperti gula, roti,
makanan penutup, lemak hewani, dan terlalu sedikit makanan berserat dan buah
(Pangkahila, 2007).
Energi dikonsumsi dalam diet lewat masukan karbohidrat, protein dan
lemak. Jika terdapat kelebihan kalori, yakni antara lain dari asupan tinggi
karbohidrat dan lemak jenuh, yang melebihi takaran komposisi nutrisi yang sehat
dan seimbang, maka tubuh akan mengubah dan menyimpan nutrien energi ini
sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Seiring berjalannya waktu jika
kelebihan kalori ini tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai maka
kelebihan lemak tubuh akan disimpan dan dapat berkembang menjadi obesitas
(Wilborn dkk., 2005).
2.4 Obesitas
Obesitas merupakan krisis global dan telah menjadi perhatian akibat efek
nya berupa morbiditas, mortalitas, dan pengaruhnya terhadap perekonomian.
Obesitas merupakan merupakan faktor risiko beberapa penyakit kronik seperti
penyakit jantung dan stroke, diabetes mellitus, osteoartritis, hipertensi , dan lain-
lain. Obesitas merupakan inflamasi metabolik ringan yang kronik, dan dapat
dikendalikan dengan mengatur diferensiasi preadiposit. Sehingga, faktor diet
seperti curcumin yang memiliki efek anti inflamasi serta pengaruh terhadap
diferensiasi preadiposit, oksidasi selular, merupakan faktor yang penting dalam
penatalaksanaan obesitas (Bradford, 2013).
Kegemukan atau obesitas merupakan kelebihan akumulasi lemak dalam
jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas dibagi
menjadi tiga kategori, yakni: Obesitas I, Obesitas II dan Obesitas III. Adapun
berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yakni:
obesitas sentral dan obesitas perifer. Berdasarkan klasifikasi internasional,
seseorang dikatakan pre-obese (overweight) apabila IMT 25-29,99 kg/m2 dan
obese apabila IMT ≥30 kg/m2
(Sugianti dkk., 2009; WHO, 2009).
2.5 Lemak Abdominal pada Obesitas
Jaringan adiposa abdominal adalah organ yang kompleks dan terdiri dari
beberapa kompartemen dan subkompartemen, termasuk lemak subkutan dan
lemak intra-abdominal, yang dapat dibagi menjadi massa lemak mesenterik dan
omental. Lemak intraperitoneal juga dikenal sebagai jaringan adiposa viseral
(visceral adiposa tissue) dianggap sebagai penanda risiko metabolik (Klein,
2010). Lemak abdominal terdiri dari lemak subkutan abdomen dan lemak
intraabdomen, yang secara jelas nampak lewat CT Scan dan MRI. Jaringan
adiposa intraabdomen terdiri dari lemak viseral atau intraperitoneal yang terdiri
dari lemak omental dan mesenterik dan massa lemak retroperitoneal yang dibatasi
oleh batas dorsal dari intestin dan bagian ventral dari ginjal (Wajchenberg, 2000).
Penelitian-penelitian epidemiologis menunjukkan hubungan yang kuat
antara kelebihan jaringan adiposa abdomen dengan faktor risiko metabolik untuk
penyakit jantung koroner, termasuk resistensi insulin, toleransi glukosa
terganggu, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia, dan meningkatnya protein
inflamasi yang bersirkulasi dalam darah. Penelitian epidemiologis yang ada
melaporkan hubungan antara obesitas yang berat dengan mortalitas akibat
meningkatnya penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular serta diabetes
mellitus. Pada obesitas, distribusi regional nampaknya merupakan indikator yang
penting akan perubahan metabolik dan kardiovaskular ( Klein, 2010;
Wajchenberg, 2000).
Walaupun hubungan sebab-akibat belum dapat ditetapkan secara pasti,
bukti-bukti yang ada mengindikasikan bahwa lemak viseral merupakan salah satu
faktor risiko yang penting akan berbagai tampilan sindrom metabolik: intoleransi
glukosa, hipertensi, dislipidemia, resistensi insulin. Obesitas viseral sebaiknya
dianggap sebagai faktor yang memperparah kerentanan genetik individual
terhadap komponen sindrom metabolik (Wajchenberg, 2000).
Mekanisme yang menghubungkan lemak viseral dengan sindom metabolik
belum sepenuhnya dimengerti, namun diduga berhubungan dengan lokasi
anatomis yang menghasilkan efek portal dari pelepasan asam lemak bebas dan
gliserol. Jaringan adiposa merupakan organ endokrin yang aktif, yang mampu
mensekresi berbagai macam sitokin, yang sering disebut dengan adiponektin,
yang dapat menyebabkan inflamasi dan menggangu kerja insulin. Lemak viseral
memiliki karakteristik pro-inflamasi yang lebih besar dibandingkan lemak
subkutan (Huffman and Barzilai, 2009).
2.6 Dampak Obesitas terhadap Kesehatan
Obesitas merupakan risiko kesehatan yang utama. WHO memperkirakan
pada bulan Mei 2012, berat badan berlebih dan obesitas secara langsung
mengakibatkan kematian pada 2,8 juta orang dewasa per tahun. Dilakukan analisis
data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) pada tahun
2000 berkaitan dengan tingginya angka kematian akibat peningkatan Indeks
Massa Tubuh (IMT) pada penduduk Amerika Serikat. Obesitas menyebabkan
112.000 kematian pada penduduk Amerika serikat dengan pembagian 30.000
kematian akibat obesitas derajat I, lebih dari 82.000 kematian akibat obesitas
derajat II dan III. Berat badan lebih dan obesitas berhubungan dengan
meningkatnya risiko kematian akibat berbagai penyebabObesitas meningkatkan
faktor risiko beberapa penyakit kronik berupa penyakit kardiavaskular yaitu
penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus, gangguan muskuloskeletal terutama
osteoarthritis dan beberapa jenis kanker seperti kanker endometrium, payudara,
dan kolon (Bradford, 2013).
Tabel 2.6
Obesitas (IMT > 30 kg/m2) dan Perkiraan Relative Risk Beberapa Penyakit
(Bradford, 2013)
Obesitas meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular secara bermakna.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi, merokok,
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, tekanan darah sistolik tinggi, dan obesitas.
Dengan demikian, obesitas diakui sebagai salah satu faktor risiko dasar untuk
penyakit kardiovaskular pada semua orang, baik anak-anak dan orang dewasa.
(Bradford, 2013)
Jaringan adiposa pada penderita obesitas mengalami infiltrasi makrofag,
makrofag tersebut menguraikan sinyal inflamasi dalam jumlah besar dan
mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-6. TNF-α merangsang
terjadinya peradangan sistemik dan resistensi insulin. IL-6 merangsang hati untuk
memproduksi CRP sensitivitas tinggi dalam jumlah yang berlebihan (abdominal
obesity) (Bradford, 2013).
Obesitas juga merupakan faktor risiko yang signifikan untuk diabetes
mellitus . Dalam dekade terakhir , jumlah kasus klinis obesitas dan diabetes tipe 2
telah sejajar satu sama lain. Akumulasi kelebihan lemak perut dianggap sebagai
faktor risiko independen untuk berkembangnya diabetes dan memperburuk
resistensi insulin. Apabila kapasitas adiposit untuk menyimpan lemak telah
terlampaui, maka lipid dapat meluap ke jaringan lain , terutama hati dan otot. The
Insulin Resistance Atherosclerosis Study menyatakan bahwa lemak viseral dan
lemak subkutan yang tinggi secara independen terkait dengan resistensi insulin.
Berkurangnya peradangan jaringan obesitas dengan pemberian curcumin atau cara
lain memperbaiki resistensi insulin dan mengurangi gangguan metabolismee
secara keseluruhan pada pradiabetes dan diabetes tipe 2 (Bradford, 2013)
Obesitas juga berdampak terhadap timbulnya osteoarthritis (OA). Obesitas
merupakan faktor risiko untuk OA tidak hanya karena peningkatan menahan
beban pada sendi tetapi juga karena komponen inflamasi OA. Adiposit dalam
bantalan lemak infrapatellar pasien OA mengeluarkan sitokin inflamasi ,
interleukin, dan adipokin yang berpengaruh negatif terhadap tulang rawan dengan
meningkatkan produksi matriks metaloproteinase ( MMPs ) dan dengan
menghambat produksi protein matriks kartilago. Adipokines inflamasi leptin dan
resistin telah terbukti meningkat dalam cairan sinovial pasien dengan OA .
Dengan demikian , efek anti - inflamasi langsung dan tidak langsung dari
curcumin akan mengakibatkan perubahan sekresi adipokine dari adiposit ini .
Analisis in vitro dan in vivo menunjukkan curcumin merupakan pengobatan
komplementer yang bermanfaat bagi OA (Bradford, 2013).
2.7 Ekstrak Kunyit
Curcuma longa L (turmeric atau kunyit), merupakan tumbuhan dari family
Zingiberacae, merupakan sejenis tumbuhan rempah yang digunakan sebagai
pewarna dan perasa. Telah digunakan sebagai obat tradisional di beberapa negara
yang menunjukkan adanya dampak positif terhadap kesehatan. Lebih dari seratus
komponen telah ditemukan dalam kunyit. Komponen utama ekstrak kunyit adalah
minyak atsiri dan curcuminoid. Curcumin merupakan pigmen kuning yang
memberi warna pada kunyit dan merupakan sebuah diferuloylmethane.
Beberapa komponen ekstrak kunyit:
a. Curcumin
Curcuminoid kunyit adalah suatu zat yang terdiri atas campuran komponen
senyawa curcumin dengan nama kimia 1,7-bis (4-hidroksi-3-metoksifenil)-
1,6-heptadiena 3,5-dion (curcumin I), desmetoksicurcumin (curcumin II),
serta bisdemetoksicurcumin (curcumin III).
b. Minyak atsiri
Minyak atsiri termasuk d-α-phellandrene, D-sabinene, cinol, borneol, zingiberene,
dan sesquiterpenes.
c. Ses quiterpenes
Kunyit mengandung berbagai macam sesquiterpenes, termasuk germacrone,
turmerone, ar-(+)-, α- and β- termerones, β-bisabolene, a-curcumene, zingiberenel,
β-sesquiphellanderene, bisacurone, curcumenone, dehydrocurdione,
procurcumadiol, bis-acumol, curcumenol, isoprocurcumenol, epiprocurcumenol,
procurcumenol, zedoaronediol, dan curlone. Turmerone, arturmerone, and
zingiberene merupakan komponen yang memberi aroma khas pada kunyit.
(Aggarwal, 2010; Kusuma, 2012)
Gambar 2.7 Tanaman Kunyit dan struktur molekul curcumin
(Aggarwal,2013)
Urutan taksonomi kunyit adalah sebagai berikut:
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinids
Ordo : Zingiberates
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa (Bagschi, 2012)
Kusuma (2012) melakukan penelitian terhadap ekstrak etanol kunyit dari
Wonogiri yang berumur 9 – 10 bulan. Ekstraksi serbuk kunyit dilakukan dengan
cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dapat dilihat pada tabel
2.7 (Kusuma, 2012).
Tabel 2.7 Komposisi Ekstrak Etanol Kunyit yang Berasal dari Wonogiri
(Kusuma, 2012)
Nama Komponen Komposisi
Protein
Lemak
Serat
Kalsium
Fosfor
Curcuminoid
8,67%
8,08%
7,66%
0,075%
0,096%
74,57mg/gram
ARTurmeron
1-Phellandrene
1,8 Cineole
Bicyclo
Terpenes
α - humuleme
α - terpineol
β - selinene
α - selinene
Caryphyllene oxide
Humulene oxide
31%
9%
4,58%
17%
1 9 , 8 %
3 , 4 1 %
2 , 9 0 %
1 0 , 1 8 %
3 , 1 4 %
5 , 6 %
1 6 , 5 9 %
Ekstrak kunyit terbuat dari kunyit yang dikeringkan. Kemudian setiap
simplisia digiling dengan ukuran 100 mesh. Ekstraksi dilakukan dengan teknik
maserasi menggunakan pelarut etanol 70% degnan perbandingan simplisia dengan
pelarut 1:10. Sebanyak 1 kg simplisia dan 10 L etanol 70% dimasukkan ke dalam
maserator dan direndam selama enam jam sambil diaduk, kemudian sampel
didiamkan sampai 24 jam. Selanjutnya maserat dipisahkan dengan menyaring
filtrate dengan menggunakan kertas saring Whatman nomor 4. Semua maserat
dikumpulkan dan diuapkan dengan rotavapor penguap vakum pada suhu 500C
hingga diperoleh ekstrak kental (Kusuma, 2012).
.
2.8 Curcumin
Curcumin adalah komponen fitokimia yang ditemukan dalam kunyit. Oleh
karena warnanya, curcumin telah digunakan juga dalam industri pakaian dan
makanan. Juga telah digunakan sebagai pengawet dan tambahan dalam bahan
pangan. Curcumin juga digunakan sebagai obat dan ramuan tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit di beberapa negara. Kunyit tidak hanya
mengandung curcumin, namun juga mengandung analog curcumin yaitu
demetoxycurcumin, bisdemetoxycurcumin serta banyak zat aktif lainnya. Rasio
kandungan curcuminoid dalam kunyit adalah curcumin I 75%, curcumin II
(demetoxycurcumin ) 16%, dan Curcumin III (bisdemethoxycurcumin) 8%
(Kusuma, 2012).
2.8.1 Manfaat Curcumin bagi Kesehatan
Curcumin memiliki efek anti-inflamasi, anti-angiogenik, anti-proliferatif,
anti-oksidan, serta anti-infeksi. Sehingga digunakan sebagai terapi beberapa
penyakit seperti osteoarthritis, hepatitis, Alzheimer, dislipidemia, terapi luka,
diabetes, obesitas dan sindrom metabolik (Aggarwal, 2013).
Pemberian suplementasi curcumin selama delapan bulan kepada pasien
dengan osteoarthritis dapat ditolerir dengan baik dan tidak menimbulkan efek
samping yang bermakna (Belcaro, 2010).
Gambar 2.8.1 Efek Curcumin terhadap Beberapa Macam Penyakit
(Aggarwal, 2013)
2.8.2 Manfaat Curcumin terhadap Obesitas
Telah terbukti secara in vitro, curcumin dapat mempengaruhi
angiogenesis, adipogenesis, diferensiasi, apoptosis dan ekspresi gen lipid dan
metabolismee energi pada kultur sel lemak 3T3-L1. Curcumin dapat menekan
diferensiasi sel adiposa 3T3-L1, menyebabkan apoptosis, dan menghambat
angiogenesis sel endotel pada vena umbilikalis manusia (Ejaz dkk., 2009).
Curcumin oral pada mencit dapat mencegah kenaikan berat badan.
Kenaikan berat badan ini dicegah dengan menekan petumbuhan jaringan adiposa
melalui aktivitas antiangiogenik dan modulasi metabolismee adiposit. Pemberian
diet tinggi lemak beserta curcumin mengurangi kenaikan berat badan, adiposistas,
densitas vascular mikro pada jaringan adiposa, terlihat dari menurunnya ekspresi
endothelial growth faktor (VEGF) dan reseptor VEGFR-2. Curcumin
meningkatkan oksidasi dan menurunkan esterifikasi asam lemak dengan cara
meningkatkan fosforilasiAMP-activated protein kinase, mengurangi glycerol-3-
phosphate acyl transferase-1, dan meningkatkan ekspresi carnitine
palmitoyltransferase-1. Supresi angiogenesis pada jaringan adiposa dan pengaruh
curcumin pada metabolismee lemak pada adiposit ini yang menyebabkan
berkurangnnya lemak tubuh termasuk lemak subkutan abdomen serta viseral dan
juga mencegah pertambahan berat badan (Ejaz dkk., 2009).
Pertumbuhan dan perkembangan jaringan lemak, sama dengan
pertumbuhan pada jaringan tumor, membutuhkan pembentukan pembuluh darah
baru. Pada jaringan lemak, terbentuknya pembuluh darah melalui sekresi adipokin
yaitu leptin, adiponectin, resistin, visfatin, TNF-α, interleukin-6, interleukin-1,
VEGF.Oleh karena itu selain mengurangi asupan energi, curcumin juga
menghambatangiogenesis.Curcumin memiliki efek antiangiogenik dan penekanan
pertumbuhan tumor.Pada penelitian sebelumnya ditemukan adanya peningkatan
aktivitas katabolic pada hati tikus. Oleh karena itu disimpulkan bahwa curcumin
oral dapat menghambat pertumbuhan perkembangan jaringan adiposa melalui
inhibisi angiogenesis dan modulasi metebolisme lemak pada jaringan adiposa
(Ejaz dkk., 2009).
Menurut Bradford (2013), curcumin dapat menekan deferensiasi
preadiposit sehingga dapat mengurangi jumlah adiposit dan kandungan lemak
dalam jaringan adiposa. Dengan pemberian curcumin, terjadi hambatan
diferensiasi adiposity. Hal ini terlihat dari menurunnya ekspresi gen spesifik
adiposit (peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR), CCAAT enhancer
binding protein α, Leptin, adiponectin, dan resistin (Bradford, 2013).
Curcumin juga menghambat diferensiasi adiposit dengan cara
menghambat jalur signal Wnt. Ada tidaknya signal Wnt ini menentukan kerja sel
induk mesenkim dalam menghambat preadiposit dan diferensiasi tahap akhir
menjadi adiposit matur. Apabila signal Wnt tidak aktif maka terjadi diferensiasi
preadiposit dan onversi adiposit. Bila signal Wnt aktif maka difenrensiasi
preadiposit dihambat. Signal Wnt yang aktif menurunkan aktivitas Glycogen
Synthase Kinase 3(GSK 3) sehingga menyebabkan akumulasi cytosolic
underphosphorylated β-catenin dan melakukan translokasi ke dalam nucleus. Di
preadiposit, nuclear β- catenin merangsang transkripsi cyclin D1 dan C-Myc oleh
TCF/LEF-1 yang pada akhirnya menginaktivasi faktor transkrpisi yang berguna
untuk adipogenesis. Faktor transkripsi tersebut antara lain C/EBPα dan PPAR.
Sebaliknya penghambatan signal Wnt mengaktivasi fosforilasi GSK3 dan
bersihan β- catenin proteasom, menyebabkan diferensiasi preadiposit (Bradford,
2013).
Obesitas sangat dipengaruhi oleh epigenetik. Pengaruh epigenetik adalah
pengaruh paparan lingkungan secara langsung terhadap genom dan
mengakibatkan meningkatkan suseptibilitas individu terhadap obesitas dan
penyakit terkait seperti diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Curcumin
dapat mempengaruhi modulasi epigenetik. Pengaruh ini terutama terlihat dalam
gen – gen yang mengatur metabolisme lemak (Bradford, 2013).
Curcumin dapat mencegah obesitas melalui pengaruhnya terhadap
lipogenesis dalam hati. Pada tikus yang deberi diet tinggi lemak dan curcumin
terjadi pencegahan peningkatan berat badan dan lemak tubuh. Hal ini terjadi akiat
menurunnya ekspresi gen lipogenik di hepar (Shao dkk., 2012).
Menurut Ejaz dkk. (2009), pemberian curcumin 500mg/kg BB pada
mencit dapat mencegah pertambahan berat badan, menurunkan jumlah adiposit
dan pembuluh darah mikro dalam jaringan adiposit secara bermakna. Curcumin
dan diet tinggi lemak diberikan selama dua belas minggu. Setiap minggu
dilakukan pemantauan dampak pemberian curcumin. Dampak pemberian
curcumin terhadap pertambahan berat badan yang bermakna mulai terlihat pada
minggu ke empat dan seterusnya.
2.9 Minyak Atsiri
Minyak atsiri dapat menurunkan lemak abdominal melalui regulasi
ekspresi beta oksidasi peroksisom di hati. Curcumin dan minyak atsiri juga
bekerja secara sinergis dalam regulasi gen-gen yang mengatur metabolismee
lemak (Honda, 2006).
2.10 Sesquiterpenes
Turmerone yang terdapat dalam ekstrak kunyit meningkatkan transport
curcumin ke dalam sel-sel intestin secara signifikan sehingga absorpsi curcumin
meningkat secara signifikan. Turmerone bersifat lipofilik sehingga dapat
mempengaruhi absorpsi curcumin. (Yue dkk. 2012)
2.11 Perbedaan dan Keunggulan Ekstrak Kunyit Dibandingkan dengan
Curcumin Murni
2.11.1 Perbandingan Senyawa Aktif Ekstrak Kunyit dengan Curcumin
Curcumin dapat di ekstraksi dari rimpang kunyit dengan pelarut organik
seperti etanol atau aseton. Untuk mendapatkan senyawa curcumin murni,
curcumin harus dipisahkan dari kandungan lain ekstrak kunyit dengan cara
kromatografi. Curcumin murni dapat diperoleh dari pabrik serta digunakan dalam
penelitian merupakan senyawa curcumin I (Liu, 2008).
Ekstrak etanol kunyit mengandung curcuminoid yang terdiri dari curcumin
I, curcumin II, dan Curcumin III serta minyak atsiri yang juga berperan penting
dalam menurunkan berat badan. Kurang lebih 25 senyawa minyak atsiri yang
telah ditemukan dalam ekstrak kunyit. Terdapat variasi kuantitatif dari masing-
masing komponen kimiawi minyak atsiri tergantung dari tempat ditumbuhkannya
tanaman kunyit (Jayaprakasha dkk., 2005).
Dalam bentuk murni, curcumin memiliki daya larut air yang sangat
rendah, sehingga membatasi kegunaannya sebagai obat oral. Dalam sebuah
penelitian yang membandingkan efek antiangiogenik curcumin dalam bentuk
murni dengan curcumin dalam bentuk ekstrak, ditemukan bahwa curcumin dalam
bentuk ekstrak kunyit memiliki efek antiangiogenik lima kali lebih tinggi daripada
curcumin murni. Hal ini dikarenakan adanya komponen derivatif curcumin
lainnya serta komponen-komponen lainnya yang terkadung dalam ekstrak kunyit.
Sebagai kesimpulan dalam penelitian tersebut, ekstrak kunyit dinyatakan lebih
potensial secara farmakologis daripada curcumin murni (Liu, 2008).
2.11.2 Kandungan Minyak Atsiri dan sesquiterpenes dalam Ekstrak Kunyit
Meningkatkan Bioavailabilitas Curcuminoid
Rendahnya bioavailabilitas curcumin telah terbukti dalam studi klinis
maupun percobaan terhadap hewan. Yue dkk. (2012), menyatakan dengan adanya
komponen lipofilik (seperti turmeron) dalam ekstrak kunyit dapat mempengaruhi
absorpsi curcumin. Dalam penelitian in vitro ini dipelajari dampak turmeron
terhadap transport curcumin dalam sel epithelial intestin manusia. Turmeron
meningkatkan transport curcumin ke dalam sel-sel intestin secara signifikan
sehingga absorpsi curcumin meningkat secara signifikan. Sebagai kesimpulan
dalam penelitian ini, dinyatakan bahwa pemberian ekstrak kunyit yang
mengandung lebih efektif dalam mengobati penyakit daripada hanya curcumin
saja.
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Meskipun terdapat berbagai faktor seperti genetik, psikososial, hormonal
dan lingkungan yang saling berinteraksi dan berpengaruh terhadap terjadinya
obesitas, secara sederhana obesitas terjadi oleh karena terdapatnya
ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi. Meningkatnya
masukan makanan yang mengandung kadar tinggi karbohidrat dan lemak jenuh
serta berkurangnya aktivitas fisik akibat pola hidup yang sedentari dapat
menyebabkan tubuh mengalami kelebihan energi oleh karena dibutuhkan lebih
sedikit energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Jika kelebihan energi terus
menerus dikonsumsi tanpa ada peningkatan pengeluaran energi maka akan terjadi
kelebihan berat badan bahkan dapat berlanjut menjadi kelebihan lemak tubuh atau
obesitas.
Pertambahan berat badan, obesitas, lemak abdominal dapat dikurangi
dengan berbagai cara. Salah satunya dengan asupan suplemen antiinflamasi dan
antioksidan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya adalah
curcumin.
Curcumin dan minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak kunyit dapat
mencegah kenaikan berat badan serta mencegah penumpukan lemak tubuh dengan
menekan diferensiasi sel adiposa, menyebabkan apoptosis, dan menghambat
angiogenesis akibat adipokin sel endotel pada vena umbilikalis manusia. Supresi
29
angiogenesis pada jaringan adiposa dan pengaruh curcumin pada metabolisme
lemak pada adiposit ini yang menyebabkan berkurangnnya lemak tubuh termasuk
lemak subkutan abdomen serta viseral dan juga mencegah pertambahan berat
badan.
Pada penelitian ini akan dievaluasi dampak pemberian ekstrak etanol
kunyit pada kenaikan berat badan, lemak abdominal tikus wistar jantan yang
diberi diet tinggi lemak tinggi karbohidrat. Akan dilakukan penimbangan sisa
makanan untuk mengetahui jumlah makanan yang telah dikonsumsi oleh tikus
selama penelitian dilaksanakan serta untuk mengevaluasi ada tidaknya pengaruh
ekstrak kunyit terhadap nafsu makan.
3.2 Konsep Penelitian
Ket:
Tidak di teliti
Diteliti
3.3 Hipotesis Penelitian.
Berdasarkan kerangka konsep dan landasan teori di atas, dapat disusun
suatu hipótesis penelitian sebagai berikut:
1. Pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah kenaikan berat badan tikus jantan
yang diberi diet tinggi karbohidrat dan lemak.
Tikus Wistar Jantan
Diet tinggi karbohidrat
dan lemak
Faktor Eksternal
Kurangnya aktivitas
fisik
Lingkungan
Obat-obatan
Penyakit
Faktor Internal
Genetik
Hormonal
Jenis kelamin
Usia
Ekstrak Kunyit
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
-Berat badan
-Berat lemak viseral Berat lemak subkutan
abdomen
2. Pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah kenaikan berat lemak viseral
tikus jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat dan lemak.
3. Pemberian ekstrak etanol kunyit mencegah kenaikan berat lemak subkutan
abdomen tikus jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat dan lemak.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan
The Posttest Only Control Group Design (Marczyk dkk., 2005). Skema
rancangan penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Keterangan :
P = populasi
S = sampel
R = random
P0 = Perlakuan pada kelompok Kontrol yang diberikan diet tinggi karbohidrat
dan lemak serta plasebo (akuades) 1ml, 1x/hari melalui sonde.
33
P1 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi
karbohidrat dan lemak serta ekstrak kunyit 70 mg/ 200 g BB, dengan
volume 1 ml, 1x/hari melalui sonde.
O1 = Observasi berat badan, lemak abdominal (lemak viseral dan lemak
subkutan abdominal), dan sisa makanan pada kelompok kontrol
O2 = Observasi berat badan, lemak abdominal (lemak viseral dan lemak
subkutan abdominal), dan sisa makanan pada kelompok perlakuan
Dosis ekstrak kunyit yang diberikan berdasarkan penelitian terdahulu pada
mencit yaitu 500mg/kgBB atau dapat dikonversi menjadi 10 mg/20 gram BB
untuk mencit dengan berat badan 20 gram. Bila dikonversi ke tikus dengan berat
badan 200 gram didapat 7,0 x 10 mg= 70 mg/ 200 gram tikus (Ejaz dkk., 2009).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Pembuatan ekstrak kunyit dilakukan di Laboratorium Teknologi Pertanian
Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana.
Penelitian ini dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Pembedahan dilakukan di Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.
b. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai dengan Maret
2014. Tahap Percobaan dilaksanakan dalam waktu lima puluh hari:
1. Tujuh hari untuk adaptasi.
2. Empat puluh dua hari untuk perlakuan (Ejaz dkk, 2009).
3. Satu hari untuk penimbangan berat badan, berat lemak viseral dan
subkutan abdomen tikus.
Kemudian dilakukan analisis statistik data hasil penelitian dan
penyusunan laporan.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Tikus wistar jantan jenis Rattus norvegicus berumur 3 – 4 bulan, berat
160-200 gram, sehat
4.3.2 Kriteria Sampel :
4.3.2.1 Kriteria Penerimaan :
1 Tikus putih (Rattus norvegicus), galur wistar.
2 Jenis kelamin jantan dan sehat
3 Umur 3 – 4 bulan.
4 Berat tikus 160-200 gram.
4.3.2.2 Kriteria drop out sampel penelitian :
1. Tikus mati ketika sedang penelitian.
4.4 Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel
4.4.1 Penentuan Besar Sampel Minimal
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Federer (Federer,
2008).
(n-1) (t-1) ≥ 15
Keterangan :
t = jumlah kelompok
n = jumlah sampel tiap kelompok
Dengan menggunakan rumus di atas maka hasilnya adalah :
(n – 1) (2 – 1) ≥ 15
(n – 1) x 1 ≥ 15
n – 1 ≥ 15
n ≥ 16
Jumlah tikus pada tiap kelompok adalah 16 ekor.
Untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada sampel maka ditambahkan
10 % sehingga jumlah sampel minimal adalah 17,6 dan dibulatkan menjadi 18.
Besar sampel tiap kelompok adalah 18. Sehingga jumlah sampel seluruhnya
adalah 36 ekor.
.
4.4.2 Cara Pengambilan Sampel
Diambil 36 ekor tikus jantan Wistar yang berumur 3-4 bulan dengan berat
160-200 gram, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok secara acak.
4.4.3 Variabel Penelitian
4.4.3.1 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian yang diukur adalah variabel bebas, variabel tergantung,
variabel kendali.
4.4.3.2 Klasifikasi Variabel
a. Variabel bebas : Ekstrak etanol kunyit
b. Variabel tergantung : 1. Berat badan
2. Berat lemak abdominal tikus wistar jantan: Berat
lemak subkutan dan berat lemak viseral.
c. Variabel kendali : Jenis kelamin, usia, berat badan, diet tinggi karbohidrat
dan lemak.
4.4.4 Hubungan antar Variabel
Gambar 4.2 Hubungan antar Variabel Penelitian
4.4.5 Definisi Operasional Variabel
1. Ekstrak kunyit (Curcumae longa) adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang
kunyit yang berasal dari Wonogiri. Ekstrak kunyit diperoleh dengan ekstraksi
rimpang kunyit dengan pelarut etanol. Ekstrak kunyit mengandung
curcuminoid yang terdiri dari senyawa Curcumin I, Curcumin II, Curcumin
III, minyak atsiri berupa 1-phellandrene, cineole, bicyclo, humuleme,
terpineol, selinene, caryphyllene oxide, serta sesquiterpenes berupa
ARTurmeruon dan terpenes. Diberikan satu kali sehari dengan dosis 70
mg/200 gram BB dengan sonde selama empat puluh dua hari.
2. Berat badan, diukur dengan timbangan tikus merk Tanita.
3. Berat lemak abdomen adalah berat lemak viseral dan berat lemak subkutan
abdomen.
4. Berat lemak viseral adalah lemak yang terdapat di daerah intraperitoneal,
mencakup lemak omental dan mesenterik. Dilakukan pada hari ke-43 saat
dilakukan pembedahan dibawah pembiusan dengan injeksi ketamin dan
pentobarbital. Lemak viseral ditimbang dengan timbangan merk Sartorius
yang memiliki kepekaan sampai dengan 0,0001.
5. Berat lemak subkutan abdomen adalah lemak yang terdapat di lapisan
subkutan di daerah di antara ruas tulang punggung thoracalis dan ruas tulang
punggung coccygeal. Dilakukan pada hari ke-43 saat dilakukan pembedahan
dibawah pembiusan dengan injeksi ketamin dan pentobarbital. Lemak
subkutan abdomen ditimbang dengan timbangan merk Sartorius yang
memiliki kepekaan sampai dengan 0,0001.
6. Tikus wistar jantan adalah hewan percobaan, galur wistar, jenis kelamin
jantan, yang sehat, berusia 3-4 bulan dengan berat 160-200 gram.
7. Diet tinggi karbohidrat dan lemak adalah diet yang terdiri dari karbohidrat 55%,
lemak 35%, protein 10% yang didapat dari Laboratorium Farmakologi Universitas
Udayana, Denpasar, Bali. Diet diberikan secara ad libitum, 1x/hari, sebanyak 30
gram tiap tikus. Bentuk makanan yang diberikan berupa pakan ayam hyprovite 594
ditambahkan dengan lemak babi sebagai tambahan lemak dan jagung sebagai
tambahan karbohidrat.
4.5 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan Penelitian yang digunakan adalah:
1. Ekstrak kunyit
2. Aquadest
3. Diet tinggi karbohidrat dan lemak yang terdiri dari: karbohidrat 55%, lemak
35%, protein 10% yang didapatkan dari Laboratorium Farmakologi Universitas
Udayana, Denpasar, Bali.
4. Sonde
5. Timbangan tikus merk Tanita dan Timbangan merk Sartorius dengan kepekaan
sampai 0,0001
6. Kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm.
4.6 Prosedur dan Alur Penelitian
1. Prosedur pembuatan ekstrak kunyit
a. Rimpang kunyit yang digunakan dicuci bersih dan dikeringkan
b. Setiap simplisia yang telah dikeringkan digiling dengan ukuran 100 mesh.
c. Kemudian ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi menggunakan pelarut
etanol 70% dengan perbandingan simplisia dengan pelarut 1:10.
d. Sebanyak 1 kg simplisia dan 10 L etanol 70% dimasukkan ke dalam maserator
dan direndam selama enam jam, kemudian sampel didiamkan sampai 24 jam.
e. Selanjutnya maserat dipisahkan dengan menyaring filtrat dengan
menggunakan kertas saring Whatman nomor 4.
f. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan rotavapor penguap vakum
pada suhu 500C hingga diperoleh ekstrak kental (Kusuma, 2012).
g. Ekstrak kunyit 70 mg didapatkan dengan melarutkan 0,70 ml ekstrak kunyit
dengan akuades hingga volumen mencapai 1 ml.
2. Dipilih 36 ekor tikus putih wistar jantan yang berumur 3-4 bulan dengan berat
sekitar 160-200 gram.
3. Tikus diadaptasi selama 1 minggu di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Tikus diberikan makanan standar yang
berupa HBS pellet ayam petelur produksi comfeed secara ad libitum,
4. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm
yang terbuat dari stainless steel.
5. Setelah itu diberikan perlakuan :
a. P0 : Perlakuan pada kelompok kontrol yang diberi diet tinggi karbohidrat
dan lemak tanpa sonde dan plasebo yang berupa aquadest sebanyak
1 ml, 1x/hari dengan sonde yang terbuat dari karet selama 42 hari.
b. P1 : Perlakuan pada kelompok perlakuan I yang diberi diet tinggi
karbohidrat dan lemak tanpa sonde dan ekstrak kunyit dengan dosis
70 mg/200 g BB, 1x/hari melalui sonde selama 42 hari.
6. Pemberian diet tinggi karbohidrat dan lemak secara ad libitum, yaitu tiap
tikus diberikan makanan sebanyak 30 gram, 1x/hari. Sisa makanan ditimbang
keesokan harinya. Air minum diberikan secara ad libitum.
7. Setelah 42 hari kedua kelompok tikus ditimbang berat badannya, kemudian
dibedah dibawah pembiusan dengan injeksi ketamin dan pentobarbital. Prosedur
dilakukan di bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana oleh
drh. Ida Bagus Oka Winaya, M. Kes.
8. Prosedur pembedahan tikus:
Bagian eksterior tikus diperiksa, kemudian tikus diletakkan terlentang.Irisan dimulai
pada bagian abdomen dengan memotong kulit beserta muskulus abdominalis,
kemudian dilanjutkan padasisi kiri dan kanan, kemudian ke arah kranial dan
memotong costae hingga rongga dada terbuka. Kaki depan dan kaki belakang
dipreparasi dari tubuh (diiris sebagian) untuk mempermudah proses nekropsi.Irisan
dilanjutkan untuk melepaskan alat penggantung dinding dorsal rongga perut
sampai pelvis.Lemak subkutan abdomen diambil, kemudian lemak viseral,
kemudian masing-masing ditimbang sebagai data posttest.
36 ekor Tikus Jantan Wistar Sehat
Gambar 4.6
Skema Alur Penelitian
4.7 Analisis Data
Dalam penelitian ini semua data hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan program komputer. Analisis Deskriptif dilakukan sebagai dasar
Perlakuan
42 hari
Timbang berat badan
Timbang berat lemak viseral abdomen
Timbang berat lemak subkutan abdomen
Massa lemak ditimbang dengan timbangan analitik
Tikus dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 18 ekor
Adaptasi 7 hari
Analisis Data dan Laporan
Kelompok 1
Diet tinggi karbohidrat
dan lemak
+
Plasebo
Kelompok 2 Diet tinggi karbohidrat
dan lemak
+
Ekstrak kunyit
70 mg/200 g BB
Sisa Makanan Sisa Makanan Setiap hari
(42 hari)
Posttest
(Hari ke-43)
untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang
dimiliki. Analisis deskriptif dilakukan dengan program komputer.
1. Uji normalitas
Uji Normalitas data dilakukan dengan uji Shapiro-wilk
2. Uji komparabilitas
Data berat lemak subkutan dan viseral berdistribusi normal sehingga uji
komparabilitas dilakukan dengan independent t test. Data berat badan tidak
berdistribusi normal sehingga digunakan uji Mann-Whitney.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 36 ekor tikus jantan jenis Wistar
(rattus norvegicus) yang diberikan diet tinggi karbohidrat dan lemak, yang terbagi
menjadi dua kelompok masing-masing berjumlah 18 ekor tikus, yaitu kelompok
kontrol (P0) yang diberikan diet tinggi karbohidrat dan lemak dan plasebo, dan
kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan diet tinggi karbohidrat dan lemak dan
ekstrak kunyit dengan dosis 70 mg/200 gram tikus. Dalam pembahasan ini akan
diuraikan uji normalitas data, uji komparabilitas data, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data
Data berat badan sesudah perlakuan, data berat lemak subkutan abdomen
dan berat lemak viseral sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji
normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan
data berdistribusi normal (p>0,05) untuk data berat lemak subkutan dan berat
lemak viseral sesudah perlakuan, serta tidak berdistribusi normal untuk berat
badan sesudah perlakuan (p<0,05).
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan, Berat Lemak Viseral, Berat Lemak
Subkutan Abdominal dan Sisa Makanan Sesudah Perlakuan pada Masing-
masing Kelompok
44
Kelompok n P Keterangan
Berat badan kelompok kontrol
Berat badan kelompok perlakuan
18
18
0,000
0,005
Tidak normal
Tidak normal
Berat lemak subkutan kelompok kontrol
Berat lemak subkutan kelompok perlakuan
18
18
0,416
0,128
Normal
Normal
Berat lemak viseral kelompok kontrol
Berat lemak viseral kelompok perlakuan
18
18
0,674
0,405
Normal
Normal
Sisa makanan kelompok kontrol
Sisa makanan kelompok perlakuan
18
18
0,490
0,521
Normal
Normal
5.2 Berat Badan
5.2.1 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata berat badan antar
kelompok sesudah diberikan diet tinggi karbohidrat dan tinggi lemak dan ekstrak
kunyit. Hasil analisis kemaknaan dengan uji Mann whitney disajikan pada Tabel
5.2.1 berikut.
Tabel 5.2.1
Rerata Berat Badan antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok N
Rerata Berat
Badan SD P
(gram)
Kontrol 18
198.1111
2.92834 0.000
Perlakuan 18
160.7778
6.25493
Tabel 5.2.2 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat badan kelompok P0
adalah 198.112.92 gram, dan rerata kelompok P1 adalah 160.776.25 gram.
Analisis kemaknaan dengan uji Mann Whitney nilai p = 0,001. Hal ini berarti
bahwa rerata berat kelompok kontrol lebih tinggi dari pada berat badan pada
kelompok perlakuan (p<0,05).
Gambar 5.2.1
Berat Badan setelah Pemberian Ekstrak Kunyit
Gambar 5.2.1 di atas menggambarkan bahwa pemberian ekstrak kunyit
dengan dosis 70 mg/200 g BB dapat menurunkan berat badan dibandingkan
dengan plasebo.
5.3 Berat Lemak Subkutan Abdomen
5.3.1 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata berat lemak subkutan
antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan
uji Independent T Test disajikan pada Tabel 5.3.1 berikut.
Tabel 5.3.1
Rerata Berat Lemak Subkutan Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Kelompok N
Rerata Berat
Lemak Subkutan
(gram) SD P
Kontrol 18
1.6667
.56880 0.000
Perlakuan 18
0.8389
.49957
Tabel 5.3.1 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat lemak subkutan
abdomen kelompok P0 adalah 1,670,56 gram, dan rerata kelompok P1 adalah
0,840,49 gram. Analisis kemaknaan dengan Independent T-Test menunjukkan
bahwa nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa sesudah diberikan perlakuan rerata
berat lemak subkutan pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok
perlakuan (P < 0,05).
Gambar 5.3.1
Berat Lemak Subkutan setelah Pemberian Ekstrak Kunyit
5.4 Berat Lemak Viseral
5.4.1 Analisis Efek Perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata berat lemak viseral antar
kelompok sesudah pemberian perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan
Independent T-Test disajikan pada Tabel 5.4.2 berikut.
Tabel 5.4.2
Rerata Berat Lemak Viseral antar kelompok sesudah diberikan perlakuan
Kelompok N
Rerata Berat
Lemak Viseral
(gram) SD P
Kontrol 18
1.5389
.8500 0.000
Perlakuan 18
.8500
.45922
Tabel 5.4.2 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat lemak viseral
kelompok P0 adalah 1,540,85 gram dan rerata kelompok P1 adalah 0,850,46
gram. Analisis kemaknaan dengan Independent T-Test menunjukkan bahwa nilai
p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata tebal lemak viseral pada kelompok
perlakuan jauh lebih rendah dibandingkan dengan rerata tebal lemak viseral pada
kelompok kontrol.
Gambar 5.4.2
Berat Lemak Viseral setelah Pemberian Ekstrak Kunyit
Gambar 5.4.2 di atas menggambarkan bahwa pemberian ekstrak kunyit 70
mg/ 200 g BB mencegah kenaikan berat lemak subkutan dan berat lemak viseral
dibandingkan dengan plasebo.
5.5 Sisa Pakan Hewan Coba
5.5.1 Analisis Efek Perlakuan
Analisis rerata sisa pakan antar kelompok dengan Independent T-Test
disajikan pada Tabel 5.5.1 berikut.
Tabel 5.5.1
Rerata Sisa Pakan antar Kelompok
Kelompok
Rerata Sisa Pakan
(gram) SD P
Kontrol 2,1739 ,28053
0,163 Perlakuan 2,1811 ,32198
Tabel 5.5.1 di atas, menunjukkan bahwa rerata sisa pakan kelompok P0
adalah 2,172,28 gram dan rerata kelompok P1 adalah 2,180,32 gram. Analisis
kemaknaan dengan Independent T-Test menunjukkan bahwa nilai p = 0,163. Hal
ini berarti bahwa antara rerata pakan kontrol dan perlakuan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna (P>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemberian ekstrak kunyit tidak mempengaruhi jumlah makanan pada tikus.
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak etanol kunyit terhadap pencegahan
kenaikan berat badan dan berat lemak abdominal tikus wistar jantan, maka
dilakukan penelitian pada tikus wistar jantan sehat yang diberikan diet tinggi
karbohidrat dan lemak dan ekstrak etanol kunyit.
Sebagai hewan coba digunakan tikus wistar jantan sehat berumur 3-4
bulan, dengan berat badan 160 - 200 gram. Tikus yang dipergunakan dalam
penelitian ini bderjumlah 36 ekor, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
kontrol (P0) yang diberikan diet tinggi karbohidrat dan lemak dan plasebo, dan
kelompok perlakuan (P1) yang diberikan diet tinggi karbohidrat dan lemak dan
ekstrak etanol kunyit dengan dosis 70 mg/200 g BB. Penelitian ini dilakukan
selama 42 hari.
6.2. Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian berupa data berat badan dan berat lemak sebelum
dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Berdasarkan
hasil uji dengan Shapiro-wilk data berat lemak subkutan dan berat lemak viseral
sesudah perlakuan berdistribusi normal (p>0,05). Data berat badan sesudah
perlakuan tidak berdistribusi normal (p < 0,05).
51
6.3. Pengaruh Ekstrak Kunyit terhadap Berat Badan dan Berat Lemak
Uji perbandingan berat badan sesudah diberikan diet tinggi karbohidrat
dan lemak serta ekstrak kunyit antara kedua kelompok menggunakan Mann
Whitney. Rerata berat badan kelompok kontrol adalah 198.112.92, dan rerata
kelompok perlakuan adalah 160.776.25. Setelah intervensi ditemukan adanya
perbedaan rerata berat badan dimana rerata berat badan pada kelompok perlakuan
lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Analisis kemaknaan dengan uji
Mann Whitney nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata berat badan pada
kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
Uji efek perlakuan lemak subkutan sesudah diberikan diet tinggi
karbohidrat dan lemak serta ekstrak kunyit antara kedua kelompok menggunakan
Independent T-Test. Rerata berat lemak subkutan abdomen kelompok kontrol
adalah 1,670,56, dan rerata kelompok perlakuan adalah 0,840,49. Analisis
kemaknaan dengan Independent T-Test menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Hal
ini berarti bahwa terjadi perubahan berat lemak subkutan secara bermakna pada
kelompok perlakuan sesudah diberikan perlakuan selama 42 hari (P < 0,05).
Uji efek perlakuan lemak viseral sesudah diberikan diet tinggi karbohidrat
dan lemak serta ekstrak kunyit antara kedua kelompok menggunakan Independent
T-Test. Rerata berat lemak viseral kelompok P0 adalah 1,540,85 dan rerata
kelompok P1 adalah 0,850,46. Analisis kemaknaan dengan Independent T-Test
menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata tebal lemak
viseral pada kelompok perlakuan jauh lebih rendah dibandingkan dengan rerata
tebal lemak viseral pada kelompok kontrol.
Uji efek perlakuan sisa pakan pada saat diberikan diet tinggi karbohidrat
dan lemak serta ekstrak kunyit dengan menggunakan Independent T-Test. Rerata
sisa pakan kelompok P0 adalah 2,172,28 dan rerata kelompok P1 adalah
2,190,32. Analisis kemaknaan dengan Independent T-Test menunjukkan bahwa
nilai p = 0,163. Hal ini berarti bahwa antara rerata pakan kontrol dan perlakuan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna (P>0,05). Berdasarkan hasil tersebut
dapat diasumsikan bahwa pemberian ekstrak kunyit tidak mempengaruhi nafsu
makan pada tikus. Sehingga disimpulkan bahwa ekstrak kunyit bekerja hanya
melalui metabolismee lemak dan tidak mempengaruhi nafsu makan tikus.
Menurut Shao dkk. (2012), meskipun curcumin tidak mempengaruhi nafsu
makan pada tikus, curcumin dapat mencegah obesitas melalui pengaruhnya
terhadap lipogenesis dalam hati. Pada tikus yang diberi diet tinggi lemak dan
curcumin terjadi pencegahan peningkatan berat badan dan lemak tubuh. Hal ini
terjadi akibat menurunnya ekspresi gen lipogenik di hepar.
Hal yang sama dikemukakan oleh Ejaz dkk. (2009), pemberian curcumin
pada mencit tidak mempengaruhi nafsu makan. Namun curcumin dapat
menurunkan berat badan, adipositas, dan kepadatan mikrovaskular dalam jaringan
adiposa subkutan.
Terlihat dari hasil penelitian ini bahwa kelompok P1 yang diberi ekstrak
kunyit menunjukkan perubahan yang bermakna berat badan, berat lemak viseral
dan berat lemak subkutan abdomen. Hal ini disebabkan karena ekstrak etanol
kunyit mengandung curcumin yang dapat menekan pertumbuhan jaringan adiposa
melalui aktivitas antiangiogenik dan modulasi metabolismee adiposit. Curcumin
menurunkan ekspresi endothelial growt faktor, serta reseptor VEGFR-2 sehingga
terjadi pengurangan kenaikan berat badan, adipositas, densitas vaskular mikro
pada jaringan adiposa. Hal ini mungkin terjadi karena curcumin menghambat
angiogenesi. Dengan berkurangnya angiogenesis melalui berkurangnya sekresi
adipokin berupa leptin, adiponectin, resistin, visfatin, TNF-α, interleukin-6,
interleukin-1, dan VEGF, terjadi penghambatan pertumbuhan dan perkembagan
jaringan lemak (Ejaz dkk., 2009).
Ekstrak etanol kunyit mengandung curcumin yang bekerja dengan
meningkatkan oksidasi dan menurunkan esterifikasi asam lemak dengan cara
meningkatkan fosforilasi AMP-activated protein kinase, mengurangi glycerol-3-
phosphate acyl trasferase-1, dan meningkatkan ekspresi carnitin
palmitoyltransferase-1. Dengan meningkatnya oksidasi asam lemak terjadi
pembakaran lemak tubuh yang berlebihan (Ejaz dkk.,2009; Vijayakumar dkk.,
2012).
Curcumin mempengaruhi ekspresi gen spesifik adiposit peroxisome
proliferator-activated receptor (PPAR), CCAAT enhancer binding protein α,
leptin, adiponektin dan resistin. Melalui mekanisme ini terjadi penekanan
diferensiasi preadiposit sehingga dapat mengurangi jumlah adiposit dan
kandungan lemak dalam jaringan adiposa (Bradford, 2013).
Menurut Bradford (2013), curcumin dapat menghambat jalur signal Wnt
yang menginaktivasi faktor transkripsi yang berguna untuk adipogenesis. Faktor
transkripsi tersebut antara lain C/EBPα dan PPAR. Selain itu curcumin dapat
mempengaruhi modulasi epigenetik yang mempengaruhi gen target pada obesitas.
Melalui jalur ini, terjadi penurunan suseptibilitas individu terhadap obesitas dan
penyakit terkait seperti diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Hal ini sangat
penting mengingat meningkatnya suseptibilitas masyarakat terhadap
meningkatnya berat badan dan lemak tubuh akibat paparan lingkungan berupa
gaya hidup sedentari, pola makan makanan siap saji, dll.
Selain curcumin, ekstrak etanol kunyit juga mengandung sesquiterpenes
seperti ARTurmeron 1-Phellandrene, 1,8 cineole, humulene oxide serta komponen
derivatif curcumin lainnya. Terdapat kurang lebih 25 senyawa minyak atsiri
dalam ekstrak etanol kunyit. Komponen-komponen tersebut di atas memiliki efek
antiangiogenik yang bekerja sinergis dengan curcumin. Dampak antiangiogenik
yang sangat besar ini meningkatkan efektivitas ekstrak etanol kunyit dalam
menghambat pertumbuhan dan perkembangan jaringan lemak (Liu, 2008).
Minyak atsiri juga dapat menurunkan lemak abdominal melalui regulasi
ekspresi beta oksidasi peroksisom di hati. Curcumin dan minyak atsiri juga
bekerja secara sinergis dalam regulasi gen-gen yang mengatur metabolismee
lemak (Honda, 2006).
Menurut Yue dkk. (2012), komponen lipofilik seperti turmerone dalam
ekstrak kunyit meningkatkan bioavailabilitas curcumin. Turmeron meningkatkan
transport curcumin ke dalam sel-sel intestin sehingga meningkatkan absorpsi
curcumin secara signifikan.
6.4 Penelitian tentang Peranan Ekstrak Kunyit dalam Pengaturan Berat
Badan
Penggunaan ekstrak kunyit untuk pengaturan berat badan didukung oleh
berbagai penelitian in vitro, mencit, dan tikus. Penelitian in vitro menunjukkan
curcumin dapat mempengaruhi angiogenesis, adipogenesis, diferensiasi,
apoptosis, dan ekspresi gen lipid dan metabolismee energi pada kultur sel lemak
3T3-L1 (Ejaz dkk., 2009).
Sebuah penelitian in vitro telah membuktikan adanya pengaruh ekstrak
kunyit terhadap adipogenesis sel adiposit 3T3L1. Ekstrak etanol kunyit memiliki
dampak antiadipogenesis yang bermakna dan dapat digunakan sebagai obat yang
efektif dan aman untuk terapi obesitas dan komplikasi obesitas lainnya
(Prathapan, 2012).
Pada sebuah penelitian, diberikan isobutylmethulxantine , insulin dan
dexamethasone untuk merangsang diferensiasi preadiposit pada manusia. Dengan
pemberian curcumin, terjadi hambatan diferensiasi adiposit (Bradford, 2013).
Sebuah penelitian pada tikus C57BL/6J yang diberi makan tinggi lemak
dan suplemen curcumin. Pemberian curcumin oral memperlambat pertambahan
berat badan dan pembuangan glukosa seeluruh tubuh berkurang dengan cara
meningkatkan sensitivitas insulin dan menghambat glukoneogenesis hepatik.
Curcumin oral mengurangi dampak diet tinggi lemak dengan cara menghambat
infiltrasi makrofag dalam jaringan adiposa dan hati, dan mengurangi ekspresi NF-
kB dalam bantalan lemak epididimis (Bradford, 2013).
Pemberian curcumin dalam seminggu dapat mencegah kenaikan berat
badan dan pertambahan lemak epididimal secara bermakna pada mencit yang
diberi diet tinggi lemak (Shao dkk., 2011).
Menurut Ejaz dkk. (2009), pemberian curcumin 500 mg/kgBB pada
mencit dapat mencegah pertambahan berat badan, menurunkan jumlah adiposit
dan pembuluh darah mikro dalam jaringan adiposit secara bermakna. Curcumin
dan diet tinggi lemak diberikan selama dua belas minggu. Setiap minggu
dilakukan pemantauan dampak pemberian curcumin. Dampak pemberian
curcumin terhadap pertambahan berat badan yang bermakna mulai terlihat pada
minggu ke empat dan seterusnya.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak kunyit pada tikus wistar
jantan didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Konsumsi ekstrak kunyit mencegah kenaikan berat badan pada tikus
jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat dan lemak.
2. Konsumsi ekstrak kunyit mencegah kenaikan berat lemak subkutan
abdomen pada tikus jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat dan lemak.
3. Konsumsi ekstrak kunyit mencegah kenaikan berat lemak viseral pada
tikus jantan yang diberi diet tinggi karbohidrat dan lemak.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan uji klinis untuk mengetahui manfaat pemberian ekstrak
kunyit untuk pencegahan obesitas pada manusia.
58
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, B.B. 2010. Targeting Inflammation-Induced Obesity and Metabolik
Diseases by Curcumin and Other Nutraceuticals. Annu Rev Nutr. 21; 30:
173–199.
Aggarwal, B.B. Curcumin Derived From Turmeric (Curcuma longae): a Spice for
All Seasons. Available at:http://diyhpl.us/~bryan/ papers2 /longevity
/Curcumin_A_Spice_For_All_Seasons.pdf. Accessed: March, 2013
Anonim. 2013. Available at: http://www.protocol-online.org/biology-forums-
2/posts/23799.html. Accesed: October 1st, 2013
Atmarita. 2005. Nutrition Problems in Indonesia. The article for An Integrated
International Seminar and Workshop on Lifestyle – Related Diseases.
Gajah Mada University, 19 – 20 March, 2005. Available from:
http://www.gizi.net/download/nutrition%20problem%20in%20Indonesia.p
df. Accesed November 3rd
, 2010.
Bagschi, A. 2012. Extraction of Curcumin. IOSR J. of Environ. Scien, Toxycol.,
and F. Tech. ISSN: 2319-2404, ISBN:2319-2399, Volume 1, Issue 3
Bradford, P.G. 2013. Curcumin and Obesity. BioFaktors, 39(1):78-87.
Belcaro, G., Cesarone, M.R., Dugall, M., Pellegrini, L., Ledda, A., Grossi, M.G.,
Togni, S., Appendino, G. 2010. Efficacy and Safety of Meriva, a
Curcumin-phosphatidylcholine Complex, During Extended Administration
in Osteoarthritis Patients. Altern Med Rev. 15(4):337-44.
Cheitlin. 2003. Cardiovascular Physiology-Changes with Aging. Am J Geriatr
Cardiol. Jan-Feb;12(1):9-13. Available at: http://www.ncbi.nlm
.nih.gov/pubmed/12502909. Accessed: March, 2013.
Ejaz, A., Wu, D., Kwan, P., Meydani, M. 2009. Curcumin Inhibits Adipogenesis
in 3T3-L1 Adiposcytes and Angiogenesis and Obesity in C57/BL Mice. J.
Nutr. 139,5 : 919-925
Federer, W. 2008. Statistics and Society: Data Collection and Interpretation.
Second Edition. New York: Marcel Dekker.
Goldman, R., Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia:
Printmate Sdn. Bhd. p. 19-25. Honda, S., Aoki, F., Tanaka, H., Kishida, H., Nishiyama, T., Okada,
S., Matsumoto, I., Abe, K., Mae, T. 2006. Effects of ingested turmeric
59
oleoresin on glucose and lipid metabolismes in obese diabetic mice: a
DNA microarray study. J Agric F Chem. 2006 Nov 29;54(24):9055-62.
Jani, B., Rajkumar C. 2006. Ageing and Vascular Ageing. Postgrad Med J. v.82
(968). Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles
/PMC2563742/. Accessed : March, 2013
J a yap r ak ash a , G .K . , R a o , L . J . , S a k a r i a h , K . K . 2 0 0 5 .
C h e m i s t r y a n d b i o l o g i c a l a c t i v i t i e s of C . L o n g a . T
in F Scien & Tech. 16.533–548
Ki, S., Choi, M.S., Jung, U.J., Kim, H.J., Yeo, J., Jeon, S.M., Lee, M.K. 2008.
Effect of Curcumin Supplementation on Blood Glucose, Plasma Insulin,
and Glucose Homeostatsis Related Enzyme Activities in Diabetic db/db
Mice. Mol Nutr F Res. Sep;52(9):995-1004.
Kim, S., Ha, K., Choi, E., Jung, Su., Kim, M., Kwon, D. 2013.The effectiveness
of fermented turmeric powder in subjects with elevated alanine
transaminase levels: a randomised kontrolled study. BMC Complemen and
Alternat Med, 13:58 doi:10.1186/1472-6882-13-58
Klein, S. 2010. Is Visceral Fat Responsible for the Metabolik Abnormalities
Associated With Obesity? Implications of omentectomy. Diabetes Care
Vol. 33 No. 7:1693-1694. Available from: http://care
.diabetesjournals.org/content/33/7/1693.long. Accessed November 18th
,
2010.
Kusuma, R.W. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Antiinflamasi in vitro Serta
Kandungan Curcuminoid dari Temulawak dan Kunyit Asal Wonogiri.
Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Instititut Pertanian Bogor.
Levy, Y. 2010. It's not only the Overweight: It's the Visceral Fat. IMAJ Vol 12.
Available from : http://www.ima.org.il/imaj/ar10apr-10.pdf. Accesed
November 18th
, 2010.
Liu, D., Schwimer, J., Liu, Z., Eugene, A., Greenway, F.L. 2008. Antiangiogenic
Effect of Curcumin in Pure Versus in Extract Forms. Available at:
http://informahealthcare.com/doi/abs/10.1080/13880200802215826.
Accesed: October 12th, 2013.
Maki, K.C., Reeves, M.S., Farmer, M., Yasunaga, K., Matsuo, N., Katsuragi, Y.,
Komikado, M., Tokimitsu, I., Wilder, D., Jones, F., Blumberg, J.B.,
Cartwright, Y. 2009. Green Tea Catechin Consumption Enhances Exercise-
Induced Abdominal Fat Loss in Overweight and Obese Adults. Journal of
Nutri. Vol. 139, No. 2, 264-270.
Marczyk, G.,Matteo, D.,Festinger, D. 2005. Essential of Research Design and
Methodology. Vol.2. John Wiley & Sons.p.105.
Nadglowski, J. 2012. Prevention vs Treatment. Available
at:http://www.obesityaction. org/prevention-vs-treatment. Accesed:
December 10th, 2013.
Nishiyama, T., Mae, T., Kishida, H., Tsukagawa, M., Mimaki Y., Kuroda, M.,
Sashida, Y., Takahashi, K., Kawada, T., Nakagawa, K., Kitahara, M.
2005. Curcuminoids and Sesquiterpenoids in Turmeric (Curcuma
longa L.) Suppress an Increase in Blood Glucose Level in Type 2 Diabetic
KK-AyMice. J Agric F Chem. 23;53(4):959-63
Nurcahyo, F. 2004. Kegemukan Sebagai Salah Satu Penghambat Aktivitas
Jasmani bagi Anak. Available at: http://staff.uny.ac.id/sites/default
/files/penelitian/Fathan%20Nurcahyo,%20S.Pd.Jas,%20M.Or./Obesitas%2
0Jadi.pdf. Accesed: December 10th
, 2013.
Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku
Kompas. Hal : 8-17.
Pico, A., Salomonis, N., Hanspers, K., Kelder, T. 2010. Statin Pathway. Available
from: URL: http: //www.wikipathways.org/index.php/Pathway:WP430.
Pocock. 2008. Clinical Trial: A Practical Approach. Chichester : John Willey dan
Sons.p. 127-128.
Prathapan, A., Krishna, M.S., Lekshmi, P.C, Raghu, K.G, Menon, A.N. 2012.
Modulation of adipogenesis and glucose uptake by
Curcuma longa extract in 3T3L1 and L6 cell lines -
An in vitro study. APJTD S163-S165.
Purwanti, S., Mutia, R., Widhyari S.D., Winarsih, W. 2008. Kajian Efektifitas
Kunyit, Bawang Putih dan Mineral, Zink Terhadap Performa, Kolestrol
Karkas dan Status Kesehatan Broiler. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner Inovasi Teknologi Mendukung
Pengembangan Agribisnis Peternakan Ramah Lingkungan Bogor.
Tanggal 11-12 November 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Hal: 690-695.
Purwono, A. 2011. Penatalaksanaan Obesitas. Available at: http://www
.medicinesia. com/ kedokteran- klinis /obat /penatalaksanaanobesitas/.
Accesed : September 30th
, 2013
Quiles, J.L., Mesa, M.D., Ramirez-Tortosa, C.L., Aguilera, C.M., Battino, M.,
Ramirez-Tortosa, M.E., Gil, A. 2002. Curcuma Longa Extract
Supplementation Reduces Oxidative Stress and Attenuates Aortic Fatty
streak development in rabbits. Arterioscler. Thromb. Vasc. Biol. 22:1225–
31
Rao, D.S., Sekhara, C.N., Satyanarayana, M.N., Srinivasan, M. 2013. Effect of
Curcumin on Serum and Liver Cholesterol Levels in the Rat. . J. Nutr 100:
1307-1316.
Said. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. PT Sinar Widya Lestari, Jakarta.
Saito, I., Yonemasu, K., Inami, F. 2003. Association of Body Mass Index, Body
Fat, and Weight Gain With Inflammation Markers Among Rural Residents
in Japan. Circ J 67: 323 –329
Sandur, S.,K, Pandey, M. J., Sung, B. 2007. Curcumin, demethoxycurcumin,
bisdemethoxycurcumin, tetrahydrocurcumin and turmerones differentially
regulate anti-inflammatory and anti-proliferative responsesthrough a ROS-
independent mechanism. J.Carcinogenesis 1765–1773.
Shao, W., Yu, Z., Chiang, Y., Yang, Y., Chai, T., Foltz, W., Lu, H., Fantus, I.G.,
Jin, T. 2011. Curcumin Prevents High Fat Diet Induced Insulin Resistance
and Obesity via Attenuating Lipogenesis in Liver and Inflammatory
Pathway in Adipocytes. Available at: http://www. plosone.org /article /info
%3Adoi% 2F10.1371%2Fjournal.pone.0028784.
Sugianti, E., Hardiansyah, Afriansyah. 2007. Faktor Risiko Obesitas Sentral pada
Orang Dewasa di DKI Jakarta: Analisis Lanjut Data Riskesdas. Gizi Indon
32 (2): 105-116
Sukandar, E.Y., Nurdewi, Elfahmi. 2012. Antihypercholesterolemic effect of
combination of Guazuma ulmifolia lamk. leaves and Curcuma
xanthorrhiza Roxb. rhizomes extract in wistar rats. Int. J. Pharmacol., 8:
277-282.
Tzanetakou, I.P., Katsilambros, N.L, Benetos, A., Mikhailidis, D.P., Perrea, D.N.
2012. "Is Obesity Linked to Aging?": Adiposa Tissue and the Role of
Telomeres. Ageing Res Rev.11(2):220-9.
Wajchenberg, B.L. 2000. Subcutaneous and Visceral Adiposa Tissue: their
Relation to the Metabolik syndrome, Endocrine Reviews 21 (6):697-738.
Available from: http:/ edrv.endojournals.org/cgi/content/full/21/6/697.
Accesed: November 18th
,2010
Wang, Yixiao, Michele. 2012. Spice Up Your Lipids: The Effects of Curcumin on
Lipids in Humans. Available from : URL: http://www.escholarship.org
/uc/item /5cb0m7t4#page-1 .
Wongcharoen, W., Phrommintikul, A. 2009. The Protective Role of Curcumin in
Cardiovascular Diseases.Int J Cardiol. 133(2):145-51.
WHO. 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Report of
a WHO consultation. Geneva, Switzerland: WHO.
Wilborn, C., Beckham, J., Campbell, B., Harvey, T., Galbrath, M., La Bounty, P.,
Nassar, E., Wismann, J., Kreider, R. 2005. Obesity: Prevalence, Theories,
Medical Consequences, Management, and Research Directions. J of the
Internat. Socie. of Sports Nutrit. 2(2): 4–31
World Health Oganization. 2003. Obesity and Overweight. Available from :
http://www.who.int/dietphysicalactivity/media/en/gsfs_obesity.pdf.
Accesed October 11th
, 2010.
Yue, G.G., Cheng, S.W., Yu, H., Xu, Z.S., Lee, J.K., Hon, P.M., Lee,
M.Y., Kennelly, E.J., Deng, G., Yeung, S.K., Cassileth, B.R., Fung,
K.P.,Leung P.C., Lau, C.B. 2012. The role of turmerones on curcumin
transportation and P-glycoprotein activities in intestinal Caco-2 cells. J
Med Food. 15(3):242-52.
Zetterström, S. 2012. Isolation and synthesis of curcumin. Available at: http://www.aspbs.com/jbn.html. Accesed: October 12th, 2013.
LAMPIRAN I
KONVERSI PERHITUNGAN DOSIS UNTUK BEBERAPA JENIS HEWAN
DAN MANUSIA (GOSH, 1971)
12,25 12,25
LAMPIRAN II
Uji Normalitas Data
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
lemak_visceral kontrol .116 18 .200* .964 18 .674
perlakuan .115 18 .200* .949 18 .405
lemak_subkutan kontrol .112 18 .200* .949 18 .416
perlakuan .196 18 .066 .920 18 .128
berat_badan_postest kontrol .153 18 .200* .928 18 .000
perlakuan .145 18 .200* .968 18 .003
sisa_pakan kontrol
perlakuan
.117
.121
18
18
.200’
.200’
.972
.965
18
18
0.490
0.521
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
LAMPIRAN III
Uji Komparabilitas Berat Badan Post Intervensi
Uji Mann-Whitney untuk Berat Badan Post Intervensi
N Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
Berat Badan Post intervensi
18 198,1111 2,92834 ,69022
18 160,7778 6,25493 1,47430
Test Statisticsb
Berat Badan Post
intervensi
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
171,000
Z -5,134
Asymp. Sig. (2-tailed)
,000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.000a
LAMPIRAN IV
Uji Komparabilitas Berat Lemak Viseral dan Berat Lemak Subkutan
Independent T-Test
Group Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
Lemak Visceral
18 1,5389 ,8500 ,12502
18 ,8500 ,45922 ,10824
Lemak Subkutan
18 1,6667 ,56880 ,13407
18 ,8389 ,49957 ,11775
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference Lower Upper
Lemak Visceral
,250 ,620 4,166 34 ,000 ,68889 ,16537 ,35283 1,02495
4,166 33,317 ,000 ,68889 ,16537 ,35257 1,02521
Lemak Subkutan
,000 ,985 4,639 34 ,000 ,82778 ,17844 ,46515 1,19040
4,639 33,443 ,000 ,82778 ,17844 ,46493 1,19062
LAMPIRAN V
Uji Komparabilitas Sisa Pakan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
Rerata Pakan Sisa
Kontrol 18 2,1739 ,28053 ,06612
Perlakuan 18 2,1811 ,32198 ,07589
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
Rerata Pakan Sisa
Equal variances assumed
,019
,890 -6,13
2
34 ,163 -,61722 ,10065 -,82178 -,41267
Equal variances not assumed
-6,13
2
33,374
,163 -,61722 ,10065 -,82192 -,41253
LAMPIRAN VI
Foto-foto Penelitian
Lemak Subkutan (atas), Lemak Omentum (tengah), dan Lemak Mesenterik (bawah)
Kelompok Kontrol
Lemak Subkutan (atas), Lemak Omentum (tengah), dan Lemak Mesenterik (bawah)
Kelompok Perlakuan
LAMPIRAN VII
Ethical Clearance
top related