efek penambahan mix sari kunyit curcuma domestica val ...repository.ub.ac.id/5056/1/putera, bagus...
TRANSCRIPT
EFEK PENAMBAHAN MIX SARI KUNYIT
(Curcuma domestica Val.) DAN BAKTERI ASAM
LAKTAT (BAL) DALAM AIR MINUM
TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI
AYAM PEDAGING
SKRIPSI
Oleh :
Bagus Ardiani Khoirul Putera
NIM. 135050100111221
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
MINAT PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
EFEK PENAMBAHAN MIX SARI KUNYIT
(Curcuma domestica Val.) DAN BAKTERI ASAM
LAKTAT (BAL) DALAM AIR MINUM
TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI
AYAM PEDAGING
SKRIPSI
Oleh :
Bagus Ardiani Khoirul Putera
NIM. 135050100111221
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
MINAT PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Bagus Ardiani Khoirul
Putera, dilahirkan di Malang pada tanggal 26 Januari 1995
sebagai putra pertama Bapak Drs. H. Sumardi dan Ibu Hj.
Tri Andayani. Tahun 2007 penulis lulus SDI (Sekolah
Dasar Islam) Khairuddin Gondang Legi, Malang. Tahun
2010 lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama) Ar-Risalah
Lirboyo, Kediri dan tahun 2013 lulus SMA (Sekolah
Menengah Atas) Ar-Risalah Lirboyo Kota Kediri. Penulis
lolos ujian masuk perguruan tinggi melalui jalur SBMPTN
tahun 2013 dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
Penulis menjadi Kontingen PIMNAS 29 di Institut
Pertanian Bogor tahun 2016 melalui Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan dengan
perolehan medali perunggu pada kategori poster dan gelar
produk. Penulis bergabung dengan Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Kelompok Ilmiah Mahasiswa (KIM)
pada tahun 2013. Selain itu, penulis melaksanakan kegiatan
Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Satwa Utama Raya
Farm Bakalan, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan
pada tahun 2016 dibawah bimbingan Dr. Ir Purwadi, MS.
Penulis pernah membuat beberapa karya tulis ilmiah
sebelumnya dengan judul yaitu NEO-FIT “Bioactive
Supplement for Broiler”, NEO-HERBALIZE “Usaha
Suplemen Bioaktif Pengganti Antibiotik dan Antioksidan
untuk Peternakan Ayam Pedaging Bebas Residu Berbasis
Tanaman Herbal”, dan NEO-FEED RABB “Usaha
Pemanfaatan Limbah Pertanian dengan Tanaman Herbal
dan Probiotik sebagai Multifunctional Feed Peternakan
iv
Kelinci Menuju Ketahanan Pangan Indonesia”. Penulis
pernah mendapatakan Gold Medal dan Special Award dari
Iran dan Jepang dengan salah satu karya tersebut dalam
kompetisi Asian Young Inventors Exhibition, di Kuala
Lumpur, Malaysia.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang
Maha Kuasa atas rahmat, nikmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Strata satu (S-1) Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis juga mengcapkan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. H. Sumardi dan Ibu Hj. Tri
Andayani, selaku orang tua atas doa dan
dukungannya baik secara moril maupun
materiil.
2. Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc., selaku
Pembimbing Utama dan Prof. Dr.Agr.Sc. Ir.
Suyadi, MS., selaku Pembimbing Pendamping
atas saran dan bimbingannya.
3. Prof. Dr. Sc.Agr. Ir. Suyadi, MS., selaku
Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya.
4. Dr.Ir. Sri Minarti, MP., selaku Ketua Jurusan
dan Dr.Ir. Imam Thohari, MP., selaku
Sekretaris Jurusan Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
5. Dr. Agus Susilo, S.Pt, MP., selaku Ketua
Program Studi Fakultas Peternakan yang telah
banyak membina kelancaran proses studi.
6. Ir. Nur Cholis, M.Si, selaku ketua Minat
Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
vi
7. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, selaku pihak yang memberikan pendanaan
untuk penelitian.
8. Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang, sebagai
penyedia sarana penelitian.
9. Laboratorium Biokimia Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang, sebagai penyedia
sarana penelitian.
10. Bagus Ardiani K.P. dan Zaenal Abidin, selaku tim
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang telah
mampu menyelesaikan PKM bersama-sama dengan
lancar.
11. Saudara dan kawan-kawanku yang merelakan waktu
dalam membantu menyelesaikan laporan penelitian
ini, serta
12. Semua pihak yang turut membantu sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang konstruktif dari semua pihak dan penulis
berharap agar tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi
yang membacanya dalam konteks pengembangan ilmu
pengetahuan.
Malang, 22 Mei 2017
Penulis
vii
THE EFFECT OF ADDITION TURMERIC (Curcuma
domesticaVal.) CRUDE EXTRACT MIX AND
LACTIC ACID BACTERIA
IN DRINKING WATER
ON PRODUCTION PERFORMANCE OF BROILER
Bagus Ardiani K. P.1), Osfar Sjofjan2), and Suyadi3)
1)Student of Animal Production Department, Faculty of Animal
Husbandry, BrawijayaUniversity 2)Lecturer of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of Animal
Husbandry, Brawijaya University 3)Lecturer of Animal Production Department, Faculty of Animal
Husbandry, Brawijaya University
Email: [email protected]
ABSTRACT
A research to find the potential use of turmeric crude
extract mix with BAL on production performance of
broilers. The material was broilers aged 1 day (DOC)
unsexed many as 180 birds. The method using in vivo
experimental with a completely randomized design.
Broilers reared for 35 days with a basal feed and drinking
water were mixed treatment. The treatment is the addition
of the turmeric extract mix and BAL in drinking water
consists of P0 = Drinking Water without Mix crude extract
of turmeric and BAL, P1 = Water + 1% Mix crude extract
of turmeric and BAL, P2 = Water + 2% Mix crude extract
of turmeric and BAL and P3 = Water + 3% Mix turmeric
crude extract and BAL. The observed variable was feed
intake, weight gain, conversion of the feed, heavy and
carcass percentage. Data were analyzed using analysis of
variance and tested further by Duncan test. The results
showed the addition of 3% turmeric juice mixed and BAL
has highly significant results (P <0.01) againts feed
viii
consumption, weight gain, FCR, and has significant results
(P<0.05) againts carcass percentage. It was concluded that
with the addition of turmeric crude extract mix with BAL
can reduce the concentration of feed intake, protein intake,
feed conversion, mortality and improve weight gain,
carcass weight and precentage of broilers. Giving mix
crude extract of turmeric and BAL in water at the level of
3% can improve the appearance of broiler production.
Keyword: broiler, BAL, production, turmeric extract
ix
EFEK PENAMBAHAN MIX SARI KUNYIT (Curcuma
domestica Val.) DAN BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL)
DALAM AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN
PRODUKSI AYAM PEDAGING
Bagus Ardiani K. P.1), Osfar Sjofjan2), dan Suyadi3)
1)Mahasiswa Minat Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya 2) Dosen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya 3) Dosen Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya
Email: [email protected]
RINGKASAN
Pengendalian dan pemberatasan penyakit menjadi
masalah utama dalam usaha peternakan unggas. Masih
tingginya angka mortalitas serta banyaknya jenis penyakit
yang menyerang peternakan unggas menyebabkan peternak
selalu menggantungkan pada antibiotik sintetik yang dapat
meninggalkan residu kimia berbahaya. Tanaman obat asli
Indonesia berpotensi digunakan sebagai bahan pakan
tambahan (feed additive). Selain menggunakan tanaman
herbal, ditambahkan juga Bakteri Asam Laktat (BAL) yang
merupakan mikroorganisme non patogen yang bermanfaat
bagi saluran pencernaan dan tubuh ternak unggas.
Tujuan dari penelitian ini adalah umtuk mengetahui
perbedaan level pemberian mix sari kunyit dan BAL
terhadap konsumsi pakan, pertumbuhan bobot badan,
konversi pakan, mortalitas, berat karkas dan persentase
karkas ayam pedaging. Hasil penelitian diharapkan mampu
menjadi sumber informasi mengenai penggunaan mix sari
x
kunyit dan BAL dalam meningkatkan produktivitas ayam
pedaging secara efektif dan efisien dibandingkan dengan
aditif pakan sintetis.
Penelitian ini menggunakan180 ekor Day Old Chick
(DOC) ayam pedaging strain Lohmann yang tidak
dibedakan jenis kelaminnya dengan rataan bobot badan
45,76±3,16 g/ekor, koefisien keragaman 6,91% dan
dipelihara sampai umur 35 hari. Metode yang digunakkan
adalah penelitian lapang dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan lima
ulangan. Perlakuan tersebut adalah penambahan mix sari
kunyit dan BAL pada pakan basal dengan level pemberian
0%, 1%, 2%, dan 3%. Variabel yang diamati adalah
konsumsi pakan, pertumbuhan bobot badan, konversi
pakan, mortalitas, berat karkas dan persentase karkas.
Analisis data menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’S.
Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa penambahan
mix sari kunyit dan BAL pada air minum ayam pedaging
mampu memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
terhadap konsumsi pakan, pertumbuhan bobot badan,
konversi pakan, mortalitas, berat karkas dan memberikan
pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap persentase karkas.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penambahan mix sari kunyit dan BAL pada air minum
ayam pedaging dapat menurunkan konsumsi pakan,
konversi pakan, mortalitas dan meningkatkan pertambahan
berat badan, berat dan presentase karkas ayam pedaging.
Sehingga mampu meningkatkan efisiensi penggunaan
pakan dan performa produksi ayam pedaging.
xi
DAFTAR ISI
Isi Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................. i
RIWAYAT HIDUP ........................................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................... v
ABSTRACT .................................................................... vii
RINGKASAN ................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................. xix
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL ................... xxii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian .................................. 3
1.5. Kerangka Pikir Penelitian ....................... 3
1.6. Hipotesis ................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Pedaging (Broiler) ........................ 9
2.2. Kebutuhan Zat Makanan Broiler ............. 11
2.3. Aditif Pakan ............................................ 12
2.4. Fitobiotik ................................................ 13
2.5. Kunyit (Curcuma domestica Val.) ......... 14
2.6. Bakteri Asam Laktat (BAL) ................... 17
2.7. Konsumsi Pakan ..................................... 22
xii
2.8. Pertambahan Bobot Badan ..................... 23
2.9. Konversi Pakan ...................................... 24
2.10. Mortalitas ............................................. 25
2.11. Persentase Karkas ................................. 26
BAB III MATERI DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................. 29
3.2. Materi Penelitian ..................................... 29
3.2.1. Ayam Pedaging ............................ 29
3.2.2. Pakan dan Mix Sari Kunyit dengan
Bakteri Asam Laktat (BAL) ......... 29
3.2.3. Kandang Penelitian ...................... 30
3.3. Metode Penelitian ................................... 32
3.4. Variabel Penelitian .................................. 34
3.5. Analisis Statistik ..................................... 35
3.6. Analisis Data ........................................... 35
3.7. Batasan Istilah ......................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Efek Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan Ayam
Pedaging .............................................................. 37
4.2. Efek Perlakuan terhadap Pertumbuhan Bobot
Badan Ayam Pedaging ........................................ 44
4.3. Efek Perlakuan terhadap Konversi Pakan Ayam
Pedaging .............................................................. 47
4.4. Efek Perlakuan terhadap Mortalitas Pakan Ayam
Pedaging .............................................................. 49
4.5. Efek Perlakuan terhadap Berat dan Persentase
Ayam Pedaging ................................................... 51
xiii
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .......................................................... 55
5.2. Saran..................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 57
LAMPIRAN .................................................................... 69
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Ras Pedaging ........... 12
2. Komposisi Kimia Kunyit ............................................ 16
3. Konsumsi pakan ayam pedaging setiap minggu ......... 23
4. Pertambahan bobot badan ayam pedaging .................. 23
5. Kandungan Zat Pakan Ayam Pedaging Periode Starter
(1-21 hari) dan Finisher (22-35 hari) .......................... 32
6. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan, PBB,
Konversi Pakan, Mortalitas, Berat dan Persentase
Karkas Ayam Pedaging ............................................... 37
7. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Protein dan
Pakan Ayam Pedaging ................................................ 41
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................ 7
2. Anatomi Saluran Pencernaan Ayam Pedaging............. 9
3. Kunyit ......................................................................... 14
4. Diagram Alir Pembuatan Probiotik Saat Penelitian .... 31
5. Diagram Alir Pembuatan Mix sari kunyit dan BAL .... 31
6. Denah Pengacakan Kandang ...................................... 33
xviii
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Koefisien Keragaman Bobot Badan (g/ekor) Ayam
Pedaging dalam Penelitian ............................................ 69
2. Analisis Statistik Konsumsi Pakan Kumulatif Ayam
Pedaging (g/ekor) .......................................................... 71
3. Analisis Statistik Bobot Badan kumulatif Ayam
Pedaging (g/ekor) .......................................................... 74
4. Analisis Statistik Konversi Pakan Kumulatif Ayam
Pedaging ........................................................................ 76
5. Analisis Statistik Mortalitas Ayam Pedaging (%)......... 78
6. Analisis Statistik Berat Karkas Ayam Pedaging
(g/ekor) .......................................................................... 80
7. Analisis Statistik Persentase Karkas Ayam Pedaging
(%) ................................................................................. 83
8. Dokumentasi Kegiatan .................................................. 85
9. Bukti Pendaftaran Hak Patan ........................................ 87
10. Surat Perjanjian Kerjasama Mitra ................................. 89
11. Sertifikat Penghargaan Pekan Ilmiah Mahasiswa
Nasional (PIMNAS) ...................................................... 88
xx
xxi
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
oC = Derajat celcius
± = Kurang lebih
< = Kurang dari
> = Lebih dari
% = Perseratus
ANOVA = Analysis of Variance
AGP = Antibiotic Growth Promotor
BAL = Bakteri Asam Laktat
BB = Bobot Badan
BK = Bahan Kering
BSH = Bile Salt Hydrolase
cm = Sentimeter
cfu = Colony Forming Unit
db = Derajat bebas
dkk = Dan kawan-kawan
DOC = Day Old Chicken
EM = Energi Metabolisme
et al = et alia/ et alii
FAO = Food and Agriculture Organization
FK = Faktor Koreksi
g = Gram
HMG-CoA = 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl-
coenzyme A
JK = Jumlah Kuadrat
JND = Jarak Nyata Duncan
JNT = Jarak Nyata Terkecil
kg = Kilogram
KK = Koefisien Keragaman
Kkal = Kilo kalori
KT = Kuadrat Tengah
LK = Lemak Kasar
xxii
mg = Miligram
ml = Mililiter
ND IB = Newcastle Disease + Infectious
Bronchitis
PBB = Pertambahan Bobot Badan
P = Probability
PK = Protein Kasar
pH = Power of Hidrogen
RAL = Rancangan Acak Lengkap
SD = Standard Deviasi/ simpangan baku
SE = Standard Error/ Simpangan baku rata-
rata
SK = Sumber Keragaman
SK = Serat Kasar (Pakan)
t , P = Treatment (Perlakuan)
r , U = Replace (Ulangan)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan peternakan ayam pedaging dari tahun ke
tahun semakin meningkat, data statistik Dinas Peternakan
tahun 2012 menunjukkan populasi ayam pedaging di Jawa
Timur sejumlah 51.981.778 ekor. Broiler atau dikenal juga
dengan Ayam pedaging merupakan jenis ayam ras unggul
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki
daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi
daging ayam. Masalah yang dihadapi sampai saat ini adalah
banyak penyakit pada ayam, yang mampu menurunkan
sistem kekebalan tubuh, konsumsi pakan dan bobot badan.
Peternakan ayam pedaging saat ini memiliki kekurangan
mudah terjangkit penyakit sehingga menyebabkan tingginya
angka mortalitas dan berpengaruh terhadap pendapatan
peternak.
Pakan tambahan (feed additive) adalah suatu bahan yang
dicampurkan dalam pakan yang meningkatkan kesehatan,
produktivitas, maupun keadaan gizi ternak. Pemberian pakan
tambahan berupa antibiotik ini mulai memberikan masalah
yang serius yaitu ditemukannya residu antibiotik dalam
karkas ternak yang akhirnya meningkatkan prevalensi kasus
penyakit infeksi yang resistan terhadap antibiotik pada
manusia, sehingga bahan additive yang digunakan lebih
banyak diarahkan pada bahan-bahan herbal alami yang tidak
membahayakan kesehatan ternak dan manusia yang
mengkonsumsi hasil peternakan.
FAO (Food and Agriculture Organization) sudah mulai
melarang penggunnan antibiotic pada ternak dikarenakan
2
residu bahan kimia pada produk yang dihasilkan oleh ternak
ayam seperti telur dan daging ini akan membahayakan para
konsumen yang meangkonsumsi produk tersebut. Beberapa
negara di Eropa seperti Denmark bahkan sudah melarang
penggunaan feed additive sintetik sebagai imbuhan pakan
untuk ternak khususnya ternak unggas jenis ayam.
Permasalahan residu bahan kimia dari antibiotik sintetik ini
perlu kita temukan solusinya. Salah satu cara yang dapat kita
lakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah melalui
pemberian imbuhan pakan untuk ternak ayam yang memiliki
kemampuan seperti feed additive sintetik namun tidak
mengakibatkan residu bahan kimia berbahaya.
Menurut Hertrampe (2001) efisiensi penggunaan pakan
oleh ayam pedaging dapat ditingkatkan hingga 11% melalui
pemberian bioaktif atau senyawa aktif yang terdapat pada
tumbuhan. Tanaman obat tradisional golongan Zingiberaceae
yang mengandung zat aktif kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai kalagoga (dapat meningkatkan sekresi
cairan empedu). Selain minyak atsiri, kandungan lain yang
terdapat di dalam tanaman herbal adalah kurkuminoid yang
dapat meningkatkan nafsu makan yang akhirnya akan
meningkatkan bobot hidup ayam pedaging ( Ardi, 2013 ).
Potensi besar yang dimiliki suplemen dari tanaman herbal
ini membuka peluang untuk dapat dikombinasikan dan
dijadikan sebagai aditif pakan alami pengganti antibiotik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian potensi mix sari
kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat
(BAL) sebagai suplemen bioaktif yang diaplikasikan untuk
ayam pedaging sebagai aditif pakan..
3
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapat
permasalahan pokok yang dapat diidentifikasikan yaitu
bagaimana efektifitas penambahan mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dengan bakteri asam laktat (BAL) dalam air
minum terhadap penampilan produksi ayam pedaging.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penambahan
mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan bakteri
asam laktat (BAL) dalam air minum terhadap penampilan
produksi ayam pedaging.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
sebagai acuan penggunaan aditif pakan berupa fitobiotik
dengan memanfaatkan mix sari kunyit (Curcuma domestica
Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) untuk meningkatkan
performa produksi ayam pedaging.
1.5 Kerangka Pikir Penelitian
Peternak ayam pedaging masih banyak yang
menggunakan feed additive sintetis dalam meningkatkan
produksi ternak ayam pedagingnya. Disisi lain Food and
Agriculture Organization (FAO) juga melarang penggunaan
feed additive sintetis untuk diberikan pada ternak karena
dapat menimbulkan residu kimia pada daging ayam
pedaging. Berawal dari permasalahan tersebut maka mulai
diterapkan penggunaan feed additive alami atau yang biasa
disebut fitobiotik. Fitobiotik merupakan feed additive alami
4
yang berasal dari tanaman herbal yang dimanfaatkan
senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut.
Kunyit merupakan salah tanaman herbal asli Indonesia
yang mengandung zat aktif minyak atsiri dan kurkumin.
Kandungan kurkumin dari rimpang kunyit bervariasi antara
1,8-5,4% dan minyak atsiri pada rimpang kunyit sekitar 1-
3%. Senyawa aktif kurkumin dan minyak atsiri mempunyai
aktivitas kalagoga yang dapat meningkatkan produksi dan
sekresi cairan empedu dan pankreas. Pemberian tanaman
herbal pada ayam pedaging pada penelitian sebelumnya telah
terbukti mampu meningkatkan kualitas daging ayam
pedaging utamanya pada persentase karkas yang dihasilkan.
Bakrie, Andayani dan Zainuddin (2003) menjelaskan dalam
penelitiannya bahwa ayam buras yang diberi jamu herbal
dalam air minumnya menghasilkan presentase karkas
mencapai 68,1%, lebih besar jika dibandingkan perlakuan
kontrol yang hanya menghasilkan presentase karkas sebesar
64%.
Pemberian fitobiotik berupa kunyit tersebut juga mampu
menggantikan penggunaan feed additive sintetis kaitannya
dengan tingkat produksi ayam pedaging. Kandungan
kurkumin dalam kunyit mampu meningkatkan nafsu makan
ayam pedaging sehingga konsumsi pakan akan meningkat
dan pada akhirnya akan meningkatkan bobot akhir ayam
pedaging ketika akan dipanen. Selain itu Damayanti (2005)
juga menjelaskan bahwa minyak atsiri dan kurkumin dapat
meningkatkan relaksasi usus halus yang berarti mengurangi
gerakan peristaltik usus halus, dengan demikian ingesta akan
lebih lama tinggal di usus halus sehingga absorbsi zat-zat
makanan akan lebih sempurna. Tingkat efisiensi pakan yang
tinggi akan meningkatkan produksi dari ternak dan juga
5
dapat menguntungkan peternak secara ekonomis dalam segi
penggunaan pakan.
Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan salah satu bakteri
non patogen atau termasuk dalam kategori bakteri
menguntungkan, jika BAL tersebut ditambahkan pada pakan
atau air minum ternak ayam pedaging akan mampu
meningkatkan produktivitas ataupun kualitas dari daging
yang dihasilkan. Daud, Piliang dan Kompiang (2007)
melaporkan bahwa pemberian probiotik yang dikombinasikan
dengan prebiotik menghasilkan kadar kolesterol daging
sebesar 0,18 ± 0,02 mg/g pada pemberian 0,2% probiotik dan
0,5% prebiotik. Afriani dalam Kompiang (2009), melaporkan
kandungan kolesterol pada ayam pedaging yang diberi
probiotik Bacillus sp. (83,83 mg/100 ml plasma) atau
Sacharomices cereviceae (82,50 mg/100 ml plasma) lebih
rendah dibandingkan penggunaan Antibiotic Growth
Promothor (109,33 mg/100 ml plasma). Kombinasi tanaman
herbal dan probiotik dijelaskan dalam penelitian sebelumnya
oleh Alipin, Safitri dan Kartasudjana (2016) bahwa populasi
Salmonella sp pada usus ayam menunjukkan nilai terendah
(1,59/100 ml) pada pemberian probiotik yang ditambahkan
0,50/l ekstrak temulawak., terdapat penurunan sebesar 87,04%
dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan
suplementasi kombinasi probiotik dengan temulawak berperan
sebagai antibakteri dalam menurunkan populasi
mikroorganisme.
Pengaruh adanya antibakteri pada tanaman herbal
terhadap daya hambat BAL dijelaskan oleh Warnaini (2013)
bahwa antibakteri pada ekstrak kunyit memiliki zona hambat
dengan kategori lemah terhadap bakteri Bacillus sp.
dibandingkan dengan bakteri pathogen, hal ini disebabkan
6
karena bakteri gram positif memiliki struktur dinding sel yang
lebih tebal dan kandungan lipid lebih tinggi. Abidin (2016)
juga menjelaskan bahwa pemberian mix sari kunyit dan BAL
menghasilkan zona hambat terhadap BAL hanya sebesar 1,5
mm, sedangkan pada bakteri Escherichia coli sebesar 10,67
mm. Selain itu BAL mempunyai karakteristik mudah
beradaptasi pada subtrat baru, sehingga dalam waktu inkubasi
yang cukup lama dapat ditemukan kembali koloni bakteri
asam laktat pada zona bening selama pengujian daya hambat
bakteri.
Pemberian mix sari kunyit dan BAL kedalam air minum
diharapkan mampu meningkatkan penampilan produksi dari
ayam pedaging. Selain mampu menghasilkan daging ayam
yang bebas residu kimia dari feed additive sintetis, pemberian
mix sari kunyit dan BAL tersebut juga diharapkan mampu
meningkatkan penampilan produksi ayam pedaging ditinjau
dari segi konsumsi pakan, bobot akhir, konversi pakan,
mortalitas, berat karkas dan persentase karkas.
Skema kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
1.6. Hipotesis
Penambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.)
dan bakteri asam laktat (BAL) mampu memberikan pengaruh
terhadap penampilan produksi ayam pedaging ditinjau dari
segi konsumsi pakan, bobot akhir, konversi pakan, mortalitas,
berat karkas dan persentase karkas.
7
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Ayam pedaging (broiler)
Waktu pemeliharaan singkat dan menguntungkan (Yemima, 2014)
Berat dan
Persentase
Karkas
Mix Sari Kunyit (Curcuma
domestica Val.)
Alami Kimia
Aditif pakan akan memperbaiki performan pada
ayam pedaging (Julendra, dkk., 2010)
Konsumsi
pakan
Mampu meningkatkan efisiensi nutrisi
pakan dalam organ pencernaan ayam
pedaging.
Konversi
pakan
Pertambahan
bobot badan Mortalitas
1. Senyawa aktif minyak atsiri dan
kurkumin meningkatkan produksi
dan sekresi cairan empedu dan
pankreas.
2. Minyak atsiri mengandung
senyawa gugus hidroksil fenolat
dapat menjaga keseimbangan
populasi bakteri non pathogen dalam
Bakteri Asam Laktat (BAL)
8
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Pedaging (Broiler)
Ayam pedaging disebut juga broiler, merupakan jenis
ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang
memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging ayam. Ciri umum dari ayam pedaging
utamanya adalah badan besar, pertumbuhan cepat,
temperamen tenang, lamban dan sebagian cakar/kaki berbulu
(Achmanu dan Muharlien, 2011). Masyarakat Indonesia telah
mengenal ayam pedaging dengan berbagai kelebihannya.
Waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan,
hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen menyebabkan musiman
yang bermunculan di berbagai wilayah Indonesia.
Ayam pedaging termasuk hewan dengan sistem
pencernaan monogastrik atau hewan yang hanya mempunyai
satu lambung. Saluran pencernaan pada ayam pedaging terbagi
menjadi beberapa segmen yaitu : mulut (paruh), esophagus,
tembolok (crop), lambung kelenjar (proventiculus), lambung
keras (ventriculus/gizzard), usus halus (small intestine), sekum
(caecum), usus besar (large intestine) dan kloaka. Selain itu
ada pula pankreas dan hati yang merupakan organ yang
diperlukan dalam membantu proses pencernaan (Rizal, 2006).
Gambar 2. Anatomi Saluran Pencernaan Ayam Pedaging
8
Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung semua
zat makanan yang diperlukan oleh hewan dalam perbandingan
yang sesuai dengan kebutuhan. Namun, pakan yang sudah
lengkap kandungan zat makanannya belum dapat menjamin
penampilan broiler akan lebih baik. Efisiensi suatu bahan
makanan ditentukan oleh kemampuan ternak dalam mencerna
bahan makanan karena tidak semua zat makanan dapat dicerna
dan diserap oleh alat pencernaan. Oleh sebab itu, untuk
meningkatkan kecernaan pakan dan penyerapan zat makanan
biasanya dalam pakan diberikan feed additive. Selain melalui
pakan, penggunaan feed additive juga dapat dilakukan melalui
air minum (Tantalo, 2009).
Rizal (2006) juga menjelaskan beberapa hal yang
mendukung keunggulan ayam pedaging, diantaranya adalah
makanan, temperatur lingkungan dan manajemen
pemeliharaan. Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan
tampak bila tidak didukung dengan pakan yang mengandung
protein dan asam amino yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan ayam. Ayam membutuhkan sejumlah nutrisi yaitu
protein yang mengandung asam amino seimbang dan
berkualitas, energi yang berisikan karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi,.
Ayam pedaging dapat menyesuaikan konsumsi pakannya
untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan
maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar antara 2800-3400
kkal energi metabolisme per kg pakan. Daya cerna karbohidrat
yang berupa pati cukup tinggi, sekitar 95%.
Menurut Achmanu dan Muharlien (2011) pada kondisi
lingkungan panas konsumsi pakan akan menurun sehingga
apabila zat-zat makanan yang terkandung didalamnya kurang
mencukupi berakibat menurunnya tingkat produksi. Ayam
9
pedaging pada umur 5 minggu memiliki bobot badan 1,14 g
dengan kebutuhan pakan 83,5 g/ekor/hari.
Selain itu air minum juga merupakan hal sangat penting
bagi ayam. Fungsi air yaitu sebagai cairan tubuh, mengangkat
zat-zat makanan, membuang sisa-sisa metabolisme melalui
ekskreta serta pengaturan suhu tubuh ternak (Khumaini dkk,
2012). Air minum yang layak dikonsumsi harus memenuhi
kriteria seperti derajat keasaman (pH) antara 6,6-7,2 karena
pH air di bawah tersebut dapat menimbulkan mikroorganisme
patogen (Abidin, 2003)..
2.2. Kebutuhan Zat Makanan Broiler
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
suatu usaha peternakan. Penyediaan pakan yang murah,
tersedia dan baik kualitasnya serta tidak bersifat racun perlu
dilakukan untuk menekan biaya produksi, dimana 60 % - 70 %
dari komponen biaya produksi adalah biaya ransum.
(Mirwandhono dan Zulfikar, 2004).
Kebutuhan zat makanan unggas berbeda sesuai dengan
jenis unggas, bangsa, umur, fase produksi, dan jenis kelamin.
Kebutuhan zat makanan tersebut mencakup protein, asam
amino, energi, Ca, dan P serta kandang dicantumkan untuk
tingkat konsumsi pakan/ekor/hari. Kebutuhan zat makanan
ayam ras pedaging dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok umur yaitu: umur 0 – 3 minggu (starter), dan 3 – 6
minggu (finisher) (Keraten, 2010).
10
Tabel 1. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Ras Pedaging
Zat Makanan Starter (0 - 3 minggu) Finisher (3 - 6 minggu)
Kadar air (%) 10,00 (maks. 14,0) 10,00 (maks. 14,0)
Protein (%) 23 (min. 19,0) 20 (min 18,0)
Energi (Kkal EM/kg) 3200 (min. 2900) 3200 (min. 2900)
Lisin (%) 1,10 (min 1,10) 1,00 (min 0,90)
Metionin (%) 0,50 (min 0,40) 0,38 (min 0,30)
Metionin + sistin (%) 0,90 (min 0,60) 0,72 (min 0,50)
Ca (% 1,00 (0,90 - 1,20) 0,90 (0,90 -1,20)
P tersedia (%) 0,45 (min 0,40) 0,35 (min 0,40)
P total (perkiraan, %) (0,60 - 1,00) (0,60 - 1,00)
Sumber : NRC (1994); ( ) SNI (2008) dalam (Keraten, 2010).
2.3. Aditif Pakan
Pakan yang berkualitas umumnya menggunakan
tambahan bahan-bahan aditif (Patrick dan Schaible, 1980
dalam Julendra, dkk. 2010). Aditif pakan adalah bahan
tambahan yang diberikan kepada ternak dengan tujuan untuk
meningkatkan produktifitas maupun kualitas produksi
(Maulana, 2013).
Feed additive dalam unggas terdiri dari vitamin, mineral,
antibiotik, kontrabiotik, dan faktor lain seperti hormon
pertumbuhan yang digunakan untuk meningkatkan performans
unggas dan meningkatkan nutrisi bahan baku lokal yang
digunakan. Beberapa feed additive seperti hormon dan
antibiotik (antibiotic growth promotor atau AGP) telah
dilarang penggunaannya di negara maju termasuk Indonesia,
karena terkait dengan isu global peternakan unggas saat ini,
yaitu keamanan pangan hewani dari adanya cemaran dan
residu yang berbahaya bagi konsumen, resistensi bakteri
tertentu dan isu lingkungan (Akhadiarto, 2010).
Bintang dan Nataamijaya (2005) menjelaskan Indonesia
merupakan negara tropis yang sangat potensial bagi
11
perkembangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit sehingga menurunkan produksi. Untuk mencegah
atau mengatasi hal tersebut banyak peternak yang
menggunakan feed aditif antara lain antibiotik. Namun
penggunaannya mulai dikurangi karena menimbulkan efek
samping bagi konsumen bila mengkonsumsi produk tersebut
secara berlebihan. Menurut pendapat Natsir et al. (2013)
menyatakan bahwa upaya untuk meningkakan efisiensi pakan
untuk menekan biaya bisa dilakukan dengan penggunaan aditif
paka seperti fitobiotik, enzim, probiotik, acidifier, dll.
2.4. Fitobiotik
Salah satu kandidat yang potensial dipakai sebagai
alternatif pengganti antibiotik adalah produk herbal atau
fitobiotik. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa
produk fitobiotik mengandung senyawa bio-aktif (fitokimia
atau fitogenik) yang secara in-vitro mampu berfungsi sebagai
antibiotik (anti bakteri, anti virus, anti protozoa, dll) serta
diketahui mampu memperbaiki status kesehatan dan
rneningkatkan produksi temak unggas. (Dono, dkk. 2014)
Fitobiotik (phytobiotics) merupakan aditif pakan yang
murni berasal dari bahan tanaman (tumbuh-tumbuhan).
Fitiobiotik memberikan efek positif terhadap penampilan
ayam, seperti pertumbuhan yang ditunjukkan oleh
pertambahan bobot badan ayam, konsumsi pakan, serta
konversi pakan (Zuprizal, 2004 dalam Sari, dkk. 2009).
Penggunaan fitobiotik yang bersifat herbal pada ternak ayam
pedaging, akan mengarah pada terbentuknya produk daging
ayam organik. Peternakan ayam organik bertujuan untuk
menghapuskan atau mereduksi pemakaian obat-obatan
antibiotik yang bersifat kimiawi pada ternak ayam.
12
Penggunaan antibiotik tersebut dapat menyebabkan residu
pada daging ayam sehingga apabila dikonsumsi oleh manusia
secara terus menerus akan menimbulkan gangguan kesehatan
(Saba et al., 2007 dalam Sari, dkk. 2009). Hal ini juga
didukung oleh pendapat Grashorn (2010) bahwa senyawa
bioaktif dalam produk yang memiliki kandungan fitobiotik
dapat meningkatkan kondisi usus dan kekebalan tubuh
sehingga dapat meningkatkan produktifitas. Fitobiotik berasal
dari bahan alami yang dianggap aman untuk digunakan pada
unggas, sebagai alternatif pengganti antibiotik yang digunakan
sebagai growth promoters.
2.5. Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Tanaman kunyit merupakan salah satu tanaman herbal
atau rempah-rempah khas Indonesia. Tanaman ini mulai
diperkenalkan pada dunia ilmu pengetahuan dengan nama
Curcuma longa koen, selanjutnya pada tahun 1918 oleh
Valenton diusulkan nama baru, yaitu Curcuma domestica,
menggantikan nama sebelumnya karena nama tersebut telah
digunakan untuk jenis rempah lainnya (Winarto, 2003).
Gambar 3. Kunyit
Tanaman kunyit biasa digunakan sebagai tanaman obat
atau di daerah Jawa biasa dipakai untuk jamu. Manfaat utama
kunyit yaitu sebagai bahan anti inflamasi, antioksidan,
antimikroba, pencegah kanker, anti tumor dan menurunkan
13
kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih
darah (Khumaini, Mudawaroch dan Hanung, 2012). Kunyit
merupakan jenis temu-temuan yang mengandung zat aktif
seperti minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Akar kunyit
mengandung pati dan getah. Minyak atsiri juga memberi
aroma harum dan rasa khas pada bagian umbi. Kunyit
mengandung kurkumin (zat berwarna kuning), turmeron,
zingiberen, turmerol (minyak turmerin yang menyebabkan
aroma dan wangi kunyit), lemak, pati dan damar. Umbi akar
yang berumur lebih dari satu tahun dipakai sebagai obat (umbi
akar bersifat mendinginkan, membersihkan, mempengaruhi
bagian perut, merangsang, melepaskan lebihan gas di usus,
menghentikan pendarahan dan mencegah pengentalan darah)
selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan dalam masakan.
Kandungan kurkumin dari rimpang kunyit bervariasi
antara 1,8-5,4% dan minyak atsiri pada rimpang kunyit
sekitar 1-3%. Senyawa aktif kurkumin dan minyak atsiri
mempunyai aktivitas kalagoga yang dapat meningkatkan
produksi dan sekresi cairan empedu dan pankreas. Asam
kolat dan kenodeoksilat adalah asam empedu yang
terpenting. Kedua asam ini dibentuk dari pra zat yang sama
yaitu berasal dari kolesterol, sehingga asam empedu yang
merupakan hasil akhir dari pemecahan kolesterol mempunyai
fungsi penting dalam eliminasi kolesterol dari tubuh melalui
feses. Disamping itu asam empedu berperan penting dalam
pencernaan dan absorbsi lemak (Harper dalam Solichedi,
2001). Damayanti (2005) juga menjelaskan bahwa minyak
atsiri dan kurkumin dapat meningkatkan relaksasi usus halus
yang berarti mengurangi gerakan peristaltik usus halus,
dengan demikian ingesta akan lebih lama tinggal di usus
halus sehingga absorbsi zat-zat makanan akan lebih
14
sempurna. Tingkat efisiensi pakan yang tinggi akan
meningkatkan produksi dari ternak dan juga dapat
menguntungkan peternak secara ekonomis dalam segi
penggunaan pakan. Sedangkan menurut Muhamad (2007),
beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah
diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari
golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen meliputi
zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang
disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-
60%, monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin),
protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Kadar total
kurkuminoid dihitung sebagai persentase kurkumin, karena
kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen
kurkuminoid lain. Komposisi kimia dari tanaman kunyit dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Kunyit
Komponen Jumlah (%)
Kadar air 6.0
Protein 8.0
Karbohidrat 57.0
Serat kasar 7.0
Bahan Mineral 6.8
Minyak volatile 3.0
Kurkumin 3.2
Bahan non volatile 9.0
Sumber : Muhamad (2007)
Kunyit dapat diberikan pada ayam pedaging dalam
berbagai cara yaitu bentuk tepung kunyit, ekatraksi kunyit dan
sari kunyit. Pemberian dalam bentuk sari kunyit lebih mudah
diterapkan oleh para peternak dan kandungan kurkumin dalam
15
kunyit masih aktif. Kandungan utama rimpang kunyit adalah
minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksi-
kurkumin dan bidesmetoksikurkumin, dammar, gom, protein,
kalsium, fosfor dan besi. Kandungan kimia minyak atsiri
kunyit terdiri atas ar-tumeron, dan -tumeron, -atlanton, -
kariofilen, linalol dan 1,8 sineol (Anonim, 2006).
Nataamijaya, Jarmani, Kusnadi dan Praharani (2001) juga
menjelaskan bahwa minyak atsiri dan kurkumin mengandung
zat antibakteri yang terdapat pada gugus hidroksil fenolat,
yaitu suatu senyawa yang dapat menangkal bakteri yang
merugikan didalam tubuh sehingga dapat menjaga
keseimbangan populasi bakteri yang menguntungkan.
Natsir, Widodo dan Muharlien (2016) dalam
penelitiannya melaporkan bahwa kandungan minyak atsiri,
kurkumin dan oleosirin pada bentuk enkapsulasi berturut-turut
adalah 0,351, 3,112 dan 0,398%, sedangkan pada bentuk
tepung berturut-turut adalah 0,197, 2,356 dan 0,152%. Rerata
jumlah villi pada kelompok campuran kunyit dan jahe bentuk
tepung dan bentuk enkapsulasi masing-masing sebesar 182,44
dan 196,94. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan
campuran kunyit dan jahe terenkapsulasi mempunyai efek
meningkatnya jumlah villi didalam saluran pencernaan ayam
lebih banyak dibandingkan pemberian bentuk tepung.
2.6. Bakteri Asam Laktat (BAL)
Mikroorganisme yang saat ini banyak digunakan
sebagai probiotik adalah strain Lactobacillus, Bifidobacterium,
Bacillus sp., Streptococcus, yeast, dan Sacharomyces
cereviceae. Mikroorganisme tersebut harus non-patogen, gram
positif, strain yang spesifik, anti Escheria coli, tahan terhadap
16
cairan empedu, hidup, melekat pada mukosa usus dan minimal
mengandung 30 x 109 cfu/g (Haryati, 2011).
Soeharsono (2010) menyatakan bahwa bakteri asam
laktat dapat menurunkan kadar kolesterol, kemampuan ini
berasal dari zat antikolesterol yang dihasilkan oleh bakteri
yang menghambat kerja enzim pembentuk kolesterol,
pengurangan kolesterol juga terjadi karena selama
pertumbuhan bakteri menyerap sejumlah kolesterol ke dalam
selnya. Jika jumlah asam empedu dapat dikurangi maka
kolesterol yang ada dalam tubuh akan digunakan untuk
mensintesis kolesterol, hingga jumlahnya kembali seperti
sebelum direduksi. Semakin banyaknya bakteri yang mampu
menggunakan asam empedu maka akan semakin memberikan
manfaat yang besar dalam menurunkan kolesterol, karena
kolesterol akan digunakan untuk menjaga konsentrasi asam
empedu agar terdapat dalam jumlah yang konstan. Bakteri
asam laktat mampu mempengaruhi aktivitas enzim bile salt
hydrolase (BSH) yang dapat membantu menurunkan kadar
kolesterol (Collins, 1999).
Selain itu Lactobacillus memiliki kemampuan
bertahan terhadap garam empedu, kondisi asam, mampu
menghambat bakteri patogen, tahan terhadap antibiotik
dan dapat mengikat kolesterol dengan cara menempelkan
diri pada epitel dinding saluran pencernaan (Hood dan
Zottola, 1998). Jumlah kolesterol akan berkurang jika
asam empedu dapat dikurangi dari dalam tubuh yaitu
dengan memanfaatkan bakteri yang mampu
menggunakan asam empedu yang dilepaskan ke dalam
illeum. Sukarmiati (2007), melaporkan penambahan
17
probiotik dalam pakan menggunakan Lactobacillus sp
pada ayam petelur dapat meningkatkan jumlah eritrosit.
Probiotik akan mempengaruhi fungsi fisiologi usus secara
langsung maupun secara tidak langsung dengan cara
memodulasi mikroflora usus dan sistem imun mukosa
terutama mukosa saluran cerna. Probiotik mempunyai
beberapa pengaruh yang positif bagi kesehatan, diantaranya
hipokolesterolemik, yaitu menurunkan konsentrasi kolesterol
serum darah baik pada manusia maupun pada ternak (Astuti,
Busono dan Sjofjan, 2015). Hal ini didukung Akhadiarto
(2010) bahwa mikroba Bacillus sp. bekerja secara sinergis
yang berfungsi sebagai anti bakteri dalam air minum dan
dalam saluran pencernaan ayam. Probiotik tersebut
mengontrol pertumbuhan bakteri saluran pencernaan seperti
Salmonella, Campylobakter dan Escherichia coli dengan cara
menurunkan pH lambung menjadi 4,0. Bakteri saluran
pencernaan membutuhkan pH sekitar 5,0 untuk berkembang.
Produksi enzim pencernaan akan distimulasi lebih banyak
sehingga penyerapan dan pencernaan zat makanan menjadi
optimal dan lebih baik.
Meningkatnya aktivitas enzim-enzim pencernaan akan
menyebabkan semakin banyaknya nutrien yang dapat
diuraikan dan diserap untuk diubah menjadi produk karkas
dengan berat yang lebih besar. Soeharsono (2010)
menjelaskan bahwa dalam probiotik starbio terdapat mikroba
proteolitik, selulolitik, lignolitik, lipolitik dan nitrogen fiksasi
non simbiosis yang berfungsi untuk memecah karbohidrat
khususnya selulosa, hemiselulosa, lignin dan memecah protein
serta lemak menjadi lebih sederhana. Emma, Sjofjan, Widodo
dan Achmanu (2013) juga menjelaskan bahwa kondisi pH
saluran pencernaan yang cenderung turun dan meningkatnya
18
aktivitas enzim tersebut akan bereaksi dengan substrat
sehingga memungkinkan terjadi peningkatan laju difusi zat
pakan serta penyerapan oleh villi ileum karena tinggi dan
jumlah villi ileum meningkat.
Harimurti dan Rahayu (2009) melaporkan dalam hasil
penelitiannya bahwa probiotik dengan strain campuran
menghasilkan tinggi dan lebar villi jejunum yang lebih baik
dibandingkan perlakuan dengan strain tunggal yaitu 791,67
dan 1119,43 µm. Sjofjan dalam Kompiang (2009) pada
penelitiannya juga melaporkan bahwa secara makroskopis,
usus ayam menjadi lebih panjang, dan secara mikroskopis
probiotik mempengaruhi densitas dan panjang villi. Ayam
yang memperoleh Bacillus sp. mempunyai villi yang lebih
panjang (78,12 µm dibanding 46,14 µm) dan densitas lebih
padat (16,25 dibanding 12,00/10 cm2) daripada ayam yang
menggunakan AGP (Antibiotic Growth Promotor). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa luas permukaan usus untuk
menyerap nutrien lebih luas pada ayam yang memperoleh
probiotik Bacillus sp. dibandingkan dengan yang mendapat
AGP. Awad, Ghareeb, Nitch, Pateiner, Raheem dan Bohm
(2008) menambahkan bahwa peningkatan tinggi villi pada
jejunum ayam pedaging parallel dengan peningkatan fungsi
pencernaan dan fungsi absorpsi karena meluasnya area
absorpsi serta merupakan suatu ekspresi lancarnya sistem
transportasi nutrien ke seluruh tubuh.
Hasil penelitian yang berbeda didapatkan oleh Agustina,
Purwanti dan Zainuddin (2007), bahwa penggunaan probiotik
Lactobacillus sp. sebanyak 2,5 cc/l dan 5,0 cc/l air minum
sebagai tambahan pakan pada ayam pedaging tidak
memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan
ayam pedaging. Pertambahan bobot yang diperoleh adalah
19
552,2 dan 521,3 g/minggu, sedangkan pada perlakuan kontrol
adalah 545,1 g/minggu.
Kombinasi tanaman herbal dan probiotik dijelaskan dalam
penelitian sebelumnya oleh Alipin dkk (2016) bahwa populasi
Salmonella sp pada usus ayam menunjukkan nilai terendah
(1,59/100 ml) pada pemberian probiotik yang ditambahkan
0,50/l ekstrak temulawak, terdapat penurunan sebesar 87,04%
dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan
suplementasi kombinasi probiotik dengan temulawak berperan
sebagai antibakteri dalam menurunkan populasi
mikroorganisme. Selain itu kombinasi tersebut juga mampu
menurunkan kadar kolesterol darah ayam hingga sebesar 74,00
mg/dl, lebih rendah dibandingkan kontrol yaitu 94,25 mg/dl.
Nirmalasanti (2002) menyatakan bahwa probiotik tidak
akan bekerja dengan baik jika dosis probiotik yang diberikan
belum sesuai, komposisi mikroflora saat probiotik diberikan
tidak tepat, jenis bakteri dan cara pemberian probiotik yang
kurang tepat juga.
Pengaruh adanya antibakteri pada tanaman herbal terhadap
daya hambat BAL dijelaskan oleh Warnaini (2013) bahwa
antibakteri pada ekstrak kunyit memiliki zona hambat dengan
kategori lemah terhadap bakteri Bacillus sp. dibandingkan
dengan bakteri pathogen, hal ini disebabkan karena bakteri
gram positif memiliki struktur dinding sel yang lebih tebal dan
kandungan lipid lebih tinggi. Abidin (2016) juga menjelaskan
bahwa pemberian mix sari kunyit dan BAL menghasilkan zona
hambat terhadap BAL hanya sebesar 1,5 mm, sedangkan pada
bakteri Escherichia coli sebesar 10,67 mm. Selain itu BAL
mempunyai karakteristik mudah beradaptasi pada subtrat baru,
sehingga dalam waktu inkubasi yang cukup lama dapat
20
ditemukan kembali koloni bakteri asam laktat pada zona
bening selama pengujian daya hambat bakteri.
2.7. Konsumsi Pakan
Tingkat energi dalam pakan menentukan banyaknya pakan
yang dikonsumsi yaitu semakin tinggi energi pakan akan
menurunkan konsumsi. Pakan yang tinggi kandungan
energinya harus diimbangi dengan protein, vitamin dan
mineral yang cukup agar ayam tidak mengalami defisiensi
protein, vitamin dan mineral (Wahju, 2004). Apabila lemak
terdapat pada pakan broiler, penggunaan dari semua konsumsi
energi menjadi lebih baik dan efisien (Mulyantini, 2014).
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan
dalam jumlah waktu tertentu yang akan digunakan oleh ternak
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan zat makanan lain
(Wahju, 2004). Menurut Bell dan Weaver (2002), konsumsi
pakan tiap ekor ternak berbeda, hal ini dipengaruhi oleh bobot
badan, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktivitas ternak,
mortalitas, kandungan energi dalam pakan dan suhu
lingkungan. Konsumsi pakan ayam pedaging dapat disebut
juga sebagai kemampuan ayam pedaging dalam memakan
pakan yang diberikan. Jumlah pakan yang diperlukan untuk
memproduksi ayam pedaging digunakan untuk
membandingkan efisiensi produksi (Mulyantini, 2010).
Konsumsi pakan ayam pedaging dapat dilihat pada Tabel 3.
Pada tabel 3 diketahui bahwa konsumsi pakan ayam
pedaging terus meningkat seiring dengan pertambahan umur
ayam pedaging (Sholikin, 2011).
21
Tabel 3. Konsumsi pakan ayam pedaging setiap minggu
Umur (Minggu) Konsumsi Pakan (gram/hari)
Per-minggu Kumulatif
1 145 145
2 357 502
3 578 1080
4 890 1970
5 940 2910
6 640 3550
Sumber : Sholikin (2011).
2.8. Pertambahan Bobot Badan
Kelengkapan asam-asam amino yang mencukupi
kebutuhan ayam pedaging dan juga banyaknya pakan yang
dikonsumsi, sehingga menurut hasil penelitian Uzer, (2013)
bahwa pakan fungsional yang diberikan untuk ayam pedaging
sebanyak 5% mampu menunjukkan pertambahan bobot badan
ayam pedaging. Pertambahan bobot badan ayam pedaging
ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pertambahan bobot badan ayam pedaging
No. Umur
(Minggu)
Berat rata-rata
(g/ekor)
Pertambahan bobot
badan (g/ekor)
1. DOC 7 37
2. 1 156 119
3. 2 408 252
4. 3 770 362
5. 4 1300 530
6. 5 1750 450
7. 6 2100 350
Sumber: Sholikin (2011)
Tabel 4 menjelaskan mengenai standar pertambahan
bobot badan ayam pedaging menurut Sholikin (2011). Bobot
22
badan ayam pedaging paling minimal saat DOC yaitu 37g dan
terus bertambah seiring dengan bertambahnya umur
pemeliharaan. Pentingnya konsumsi pakan pertama kali sesaat
setelah pendistribusian DOC akan sangat mempengaruhi
pertambahan bobot badan setelahnya. Pemberian pakan
sesegera mungkin setelah proses chick in akan memicu laju
perkembangan sistem pencernaan anak ayam sehingga proses
penyerapan nutrisi akan berjalan lebih optimal dan akan
berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan di umur
pemeliharaan selanjutnya.
Pertambahan bobot badan (PBB) menjadi salah satu
kriteria untuk mengukur pertumbuhan ayam pedaging yang
dapat dihitung dengan cara menghitung bobot badan pada
waktu ke-1 dikurangi dengan bobot badan sebelumnya
(Situmorang, 2013). Yunilas (2005) menyatakan bahwa
pertambahan bobot badan merupakan manifestasi
daripertumbuhan yang dicapai selama penelitian.Pertambahan
bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai
oleh seekor ternak selama periode tertentu.Pertambahan bobot
badan dipengaruhi oleh laju metabolisme di dalam tubuh,
metabolisme yang baik akan membuat pakan yang dikonsumsi
menjadi lebih efisien meski konsumsi pakan kecil namun tetap
dapat menghasilkan bobot badan yang besar (Pratikno, 2010).
2.9. Konversi Pakan
Konversi pakan (FCR) merupakan salah satu standar
dalam berproduksi ternak ayam pedaging yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat efisien
penggunaaan pakan oleh ternak (Muharlien, 2011). Konversi
pakan dapat juga diartikan sebagai banyaknya pakan yang
dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan
23
bobot badan yang terjadi (Kartasudjana dan suprijatna, 2006).
Konversi pakan adalah metode yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan membandingkan penmapilan produksi
unggas dalam lingkup suatu peternakan atau perusahaan
(Mulyantini, 2010). Penampakan lemak dalam pakan dapat
memperlambat waktu transit pencernaan di dalam usus halus,
sehingga penggunaan zat pakan lebih efisien (Mulyantini,
2014).
Konversi pakan dapat dihitung dengan membagi jumlah
pakan yang telah dikonsumsi oleh ayam pedaging dengan
pertambahan bobot badan ayam pedaging yang terjadi selama
penelitian (Sinurat, 2002). Yuwanta (2004) menambahkan
bahwa efisiensi pakan berbanding terbalik dengan konversi
pakan, dengan kata lain maka semakin kecil nilai konversi
pakan yang didapatkan menunjukkan semakin besarnya
efisiensi pakan. Indeks konversi pakan hanya akan naik bila
hubungan antara jumlah energi dalam formula dan kadar
protein telah disesuaikan secara teknis. Perbandingan tersebut
bervariasi dalam hubungannya terhadap faktor, seperti umur
hewan, bangsa, derajat masak dini, daya produksi, dan suhu
(Zulfanita, 2011).
2.10. Mortalitas
Mortalitas merupakan tingkat kematian individu dalam
satu populasi. Angka kematian atau mortalitas merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pemeliharaan ayam pedaging. Data mortlitas didapatkan dari
jumlah ayam yang mati selama penelitian dan ayam yang
dilakukan pengafkiran (culled) dari penelitian dikarenakan
pertumbuhan yang tidak normal atau sangat lambat dan kerdil
(Sinurat, 2009).
24
Tingkat mortalitas ayam pedaging banyak dipengaruhi
karena ayam tidak memiliki cukup energi untuk
mempertahankan temperatur suhu tubuh yang berakibat pada
kepekaan perupakan temperatur yang menjadikan ayam stres
dan tidak memiliki cukup nutrisi untuk mempertahankan diri
dari invasi penyakit (Hasyim, 2007). Menurut Sugiarto (2008),
bahwa persentase mortalitas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah bobot badan, strain, tipe ayam,
iklim, kebersihan lingkungan dan penyakit. Suhu lingkungan
pada masa brooding juga sangat mempengaruhi persentase
mortalitas dalam suatu populasi. Tercapai atau tidaknya
tingkat performan ayam pedaging yang diinginkan pada fase
selanjutnya akan ditentukan oleh hasil pemeliharaan pada
masa brooding, karena kesalahan pemeliharaan pada masa
brooding akan sulit untuk dipulihkan dan berdampak negatif
terhadap performan ayam pedaging di fase berikutnya
(Aryanti, 2013).
2.11. Persentase Karkas Karkas ayam pedaging merupakan daging ayam yang
sudah dikurangi kepala, kaki (ceker), darah, bulu dan seluruh
isi rongga dada dan rongga perut. Sedangkan persentase
karkas didapatkan dari perbandingan antara bobot karkas
dengan bobot hidup saat sebelum ayam disembelih
(Akhadiarto, 2010). Resnawati (2004) juga menjelaskan
bahwa persentase bobot karkas merupakan perbandingan
bobot karkas dengan bobot hidup, sehingga bobot hidup yang
besar akan diikuti pula oleh bobot karkas yang besar atau
sebaliknya. Produksi karkas berhubungan erat dengan bobot
badan dan besarnya karkas ayam pedaging yang cukup
bervariasi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ukuran tubuh,
25
tingkat kegemukan dan tingkat perdagingan yang melekat
pada dada ayam pedaging (Andika, 2014). Selain itu,
berdasarkan Mide (2013) perbedaan persentase karkas juga
dapat disebabkan karena pengaruh komposisi ransum, jenis
bahan pakan dan lingkungan.
Wahju (2004) menyatakan bahwa tingginya bobot
karkas ditunjang oleh bobot hidup akhir sebagai akibat
pertambahan bobot hidup ternak. Shanin dan Azeem (2005)
menambahkan bahwa ayam yang diberi pakan dengan
kandungan tinggi serat, baik dengan kandungan protein tinggi
ataupun rendah memiliki proporsi bobot karkas dengan tulang
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang diberi
pakan dengan kandungan rendah serat, baik dengan
kandungan protein tinggi ataupun rendah.
Berdasarkan hasil penelitian dari Sinurat, Purwadaria,
Bintang, Ketaren, Bermawie, Raharjo dan Rizal (2009)
menunjukkan bahwa ayam pedaging dengan pemberian kunyit
level rendah, sedang dan tinggi berturut-turut menghasilkan
persentase karkas yaitu 69,60, 68,41 dan 68,71 %. Bakrie
(2003) juga menambahkan dengan hasil penelitiannya bahwa
ayam pedaging dengan pemberian jamu herbal dalam air
minum menghasilkan persentase karkas yang lebih tinggi yaitu
68,1 % dibandingkan dengan ayam pedaging dengan tanpa
pemberian jamu herbal yaitu 64 %.
Pemberian probiotik juga dapat meningkatkan bobot
karkas ayam pedaging, efisiensi penyerapan pakan pada
saluran pencernaan menyebabkan bobot dari saluran
pencernaan beserta isinya menjadi menurun sehingga dapat
meningkatkan persentase karkas ayam pedaging (Astuti,
2015). Daud (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
pemberian probiotik pada ayam pedaging dengan sebanyak
26
0,2% dapat menghasilkan persentase karkas ayam pedaging
sebesar 67,47%, lebih tinggi jika dibandingkan ayam pedaging
dengan pemberian antibiotik 0,01% yaitu sebesar 66,56%.
Hasil penelitian lain ditunjukkan oleh Pradana, Busono dan
Widodo (2015) dalam penelitiannya bahwa ayam pedaging
dengan penambahan Bakteri Asam Laktat (BAL) mampu
menghasilkan persentase karkas paling tinggi yaitu 68,8%.
Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor
sebelum dan setelah pemotongan, faktor sebelum pemotongan
yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain genetik,
spesies, bangsa, jenis kelamin, umur, ransum termasuk bahan
aditif pakan dan tingkat stres dari ternak (Nurhayati, 2008).
Rahmawati (2013) menambahkan bahwa kondisi tubuh ternak
yang sehat akan memberikan respon konsumsi pakan yang
meningkat sehingga mampu meningkatkan bobot badan ternak
yang berkorelasi pada peningkatan persentase karkas.
47
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium
Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya di Desa Semanding, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang. Analisis proksimat dan pengolahan bahan pakan
dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya,
Malang. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan.
3.2. Materi Penelitian
3.2.1. Ayam Pedaging
Penelitian ini menggunakan 180 ekor Day Old
Chick (DOC) ayam pedaging strain Lohman yang tidak
dibedakan jenis kelaminnya (straight run / unsexed) dan
dipelihara sampai umur 35 hari. Rataan bobot badan
45,76±3,16g/ekor dan koefisien keragaman
6,91% (Lampiran 1) .
3.2.2. Pakan dan Mix Sari Kunyit dengan Bakteri
Asam Laktat (BAL)
Pakan perlakuan disusun berdasarkan periode
pemeliharaan, yaitu periode starter (1-21 hari) dan
finisher (22-35 hari) dalam bentuk pakan basal. Pakan
basal yang akan digunakan terdiri dari jagung, bungkil
kedelai, bekatul, bungkil kelapa, tepung ikan, minyak
kelapa, DL-metionin, dan premix. Komposisi dan
kandungan zat makananpakan basal yang digunakan
dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5. Air minum
48
yang diberikan merupakan campuran dengan bahan
perlakuan yaitu mix sari kunyit dengan BAL. Jumlah
pemberian air minum ditentukan berdasarkan Nutrition
Research Council (1994), untuk ayam umur 1 minggu
(33 ml/ekor/hari), umur 2 minggu (70ml/ekor/hari),
umur 3 minggu (105 ml/ekor/hari), umur 4 minggu (145
ml/ekor/hari) dan umur 5 minggu (180 ml/ekor/hari).
Persiapan mix sari kunyit dengan bakteri asam
laktat (BAL) dilakukan melalui alur yang dapat dilihat
pada Gambar 4.
3.2.3. Kandang Penelitian
Kandang yang akan digunakan untuk
penelitian ini adalah kandang kelompok dengan
ukuran tiap petak 1x1x1 m. Kandang yang digunakan
berjumlah 20 plot. Setiap unit kandang ditempati 10 ekor
ayam pedaging. Tiap plot dilengkapi dengan tempat
pakan dan tempat minum serta lampu 40 watt sebagai
pemanas dan penerang. Peralatan yang digunakan
adalah timbangan digital 5 kg dengan ketelitian 0,1 gr
dan timbangan pakan 25 kg dengan ketelitian 0,1 kg.
49
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Probiotik Saat Penelitian
(Osfar S., 2014)
Gambar 5. Diagram Alir Pembuatan Mix sari kunyit dan BAL
Tanaman herbal kunyit
Dicuci hingga
bersih lalu ditiriskan
Dicincang menjadi
bagian kecil-kecil
Digiling hingga halus
kemudian disaring
Ditambahkan molases dengan
konsentrasi 12%
Ditambahkan mikroba asam laktat dengan konsentrasi
8% dan populasi sebanyak 2,86x109
cfu/ml
Diaduk dan difermentasikan selama 4-7 hari
kemudian dikemas dalam
botol
Siap diberikan pada ayam pedaging
Isolat
Mikroba
Probiotik Media Padat
Kurva Pertumbuhan
Optimalisasi Media Cair
Inkubasi (18 Jam)
Probiotik Bentuk Cair
50
Tabel 5. Kandungan Zat Pakan Ayam Pedaging Periode
Starter (1-21 hari) dan Finisher (22-35 hari)
Sumber : Laboratorium PT. Charoen Pokphand (2016)
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan lapang dengan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan,
setiap perlakuan diulang 5 kali. Faktor penambahan Mix Sari
Kunyit dengan Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah 4 taraf
penambahan, yaitu: 0%, 1,0%, 2,0% dan 3,0%.Perlakuan
penambahan kombinasi air minum dan Mix Sari Kunyit
dengan Bakteri Asam Laktat (BAL) yaitu:
P0= Air Minum
P1= Air Minum + 1% Mix Sari Kunyit Dengan
Bakteri Asam Laktat (BAL)
P2= Air Minum + 2% Mix Sari Kunyit Dengan
Bakteri Asam Laktat (BAL)
P3= Air Minum + 3% Mix Sari Kunyit Dengan
Bakteri Asam Laktat (BAL)
Zat Makanan Starter Finisher
Kadar Air (%) 13,0 13,0
Protein (%) 23-25 19-21
Lemak (%) 5,0 5,0
Serat (%) 5,0 5,0
Abu (%) 7,0 7,0
Kalsium (%) 0,9 0,9
Fosfor (%) 0,6 0,6
51
Ulangan Yang Dilakukan dalam penelitian ini yaitu U1,
U2, U3, U4, dan U5. Pengacakan kandang perlakuan dalam
penelitian pada setiap unit percobaan harus memliki peluang
yang sama untuk diberikan perlakuan secara obyektif dalam
peletakan dan penempatannya. Pengacakan dilakukan dengan
menulis angka urutan kandang unit di dalam tabel dan
memotong kecil-kecil dan dilakukan lotre untuk menentukan
urutan kandang unit, sistem ini dilakukan secara manual, arau
menggunakan komputer. Menurut (Suhaemi, 2011)
menyatakan system pengacakan dalam menentukan
penempatan kandang unit penelitian dapat dilakukan secara
manual sistem lotre atau dengan komputer. Denah pengacakan
kandang pada saat penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
Denah pengacakan kandang untuk penelitian yang sesuai
dengan perlakuan dan ulangan adalah sebagai berikut :
1
P1U5
2
P2U4
3
P3U3
4
P0U1
5
P1U1
6
P3U4
7
P2U3
8
P0U2
9
P2U1
10
P1U2
11
P3U5
12
P0U3
13
P3U2
14
P1U4
15
P2U2
16
P0U5
17
P1U3
18
P0U4
19
P2U5
20
P3U1
Gambar 5. Denah Pengacakan Kandang
52
3.4. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah
Penampilan produksi ayam pedaging yang meliputi (Daud,
Wiranda dan Kompiang, 2007) :
1. Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang diberikan
dikurangi dengan sisa pakan sisa dan dihitung tiap hari
selama penelitian.
Konsumsi pakan (g/ekor) = Pakan diberikan – Pakan sisa
2. Pertambahan berat badan (PBB) adalah berat badan ayam
saat dipanen dikurangi berat badan awal dibagi lamanya
pemeliharaan.
PBB (g/ekor)r= Berat badan akhir (g)–berat badan awal
(g)
3. Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan
yang dikonsumsi dengan bobot badan yang dihasilkan
selama penelitian. berikut :
Konversi Pakan=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 (𝑔/𝑒𝑘𝑜𝑟)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑔/𝑒𝑘𝑜𝑟)
4. Mortalitas (%) merupakan persentase perbandingan
antara banyaknya ayam yang mati dengan ayam yang
hidup.
5. Berat karkas. Berat karkas dapat dihitung dengan
menimbang tubuh ayam telah dipotong pada umur 35
dikurangi dengan darah, bulu, kepala dan organ dalam.
Berat karkas (g/ekor) = BB setelah di potong (g/ekor) –
(darah, bulu, kepala dan organ dalam)
6. Persentase Karkas. Persentase bobot karkas dihitung
dengan karkas ayam yang telah dihilangkan kepala,
bulu, organ dalam, darah dan kaki (ceker). Penentuan
persentase karkas ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
53
Persentase Karkas (%)=bobot karkas
bobot hidupx 100%
3.5. Analisis Statistik
Data yang diperoleh dari penelitian lapang dianalisis
statistik menggunakan ANOVA (analysis of variance).
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata, dilanjutkan
dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s pada taraf kepercayaan
0.05 untuk melihat pengaruh masing-masing perlakuan.
3.6. Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi
menggunakan aplikasi Microsoft Excel dan dilanjutkan
dengan analisis statistik menggunakan analisis ragam
(ANOVA) dari Rancangan Acak Lengkap pola tersarang
(Yitnosumartono, 1993). Apabila diperoleh hasil yang
berbeda antar perlakuan maka akan dilanjutkan dengan Uji
Jarak Berganda Duncan (UJBD) (Steel and Torrie, 1993).
Model matematika percobaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) adalah sebagai berikut:
Yij = u +μi +€ij
Keterangan :
Yij= Nilai pengamatan dan perlakuan ke-I ulangan ke-j.
U = Nilai tengah populasi.
μi = Pengaruh perlakuan ke-i.
€ij= Kesalahan (galat percobaan pada perlakuan ke-I ulangan
ke-j.
i = 1,2,3,4.
j = 1,2,3,4,5.
54
3.7. Batasan Istilah
1. Day Old Chick : Ayam umur 1 hari
2. Feed additive : Bahan tambahan yang
diberikan kepada ternak
dengan tujuan untuk
meningkatkan produktifitas
maupun kualitas produksi
3. Fitobiotik : Aditif pakan alami yang berasal
dari tanaman
4. Feeder tube : Tempat pakan berbentuk tabung
5. Litter : Alas
6. Karkas : Bagian tubuh ternak selain
kepala, jeroan, kaki dan bulu.
7. Ad libitum : Pemberian pakan atau air minum
yang selalu tersedia dan tidak
ada pembatasan jumlah pakan
atau air minum yang diberikan.
8. Kurkumin : Senyawa aktif yang ditemukan
pada kunyit berupa polifenol
9 Kurkuminoid : Senyawa turunan dari kurkumin.
10 Antibiotik : Zat yang dihasilkan oleh
mikroba terutama fungi dan
bakteri tanah, yang dapat
menghambat atau membasmi
mikroba jenis lain
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pengaruh dari pemberian mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan BAL melalui air minum
sebagai aditif pakan terhadap konsumsi pakan, pertambahan
berat badan (PBB), konversi pakan, mortalitas, berat karkas,
dan persentase karkas. Hasil penelitian dapat dilihat di Tabel
6.
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan, PBB,
Konversi Pakan, Mortalitas, Berat dan Persentase
Karkas Ayam Pedaging.
Perlakuan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Konsumsi Pakan (g) 3467,44±65,12c 3405,49±51,01b 3326,82±60,44ab 3281,31±50,73a
Pertambahan Berat
Badan (g)
1902,20±41,05a 1968,80±62,40ab 2007,40±27,27b 2052,20±32,48c
Konversi Pakan 1,82±0,04d 1,73±0,06c 1,66±0,02b 1,58±0,02a
Mortalitas (%) 10,00±5,59 5,00±6,85 2,50±5,59 2,50±5,59
Berat Karkas (g) 1146,20±24,96a 1191,60±33,44ab 1249,80±35,34b 1331,20±36,00c
Karkas (%) 60,28±1,90a 60,59±3,07a 62,27±2,10ab 64,87±1,54b
Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01) antar perlakuan.
4.1. Efek Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan Ayam
Pedaging
Rata-rata konsumsi pakan pada ayam pedaging yang
diberi mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) dengan konsentrasi yang
berbeda dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil penelitian
54
menunjukkan konsumsi pakan ayam pedaging pada
perlakuan P3 (penambahan mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) sebanyak
3% pada pakan) memiliki nilai konsumsi pakan terendah
diantara semua perlakuan yaitu sebesar 3281,31 ± 50,73
g; kemudian diikuti oleh perlakuan P2 (penambahan mix
sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam
laktat (BAL) sebanyak 2% pada pakan) sebesar
3326,82±60,44 g; P1 (penambahan mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat
(BAL) sebanyak 1% pada pakan) sebesar 3405,49±51,01
dan tertinggi pada perlakuan P0 (perlakuan kontrol)
sebesar 3467,44±65,12 g.
Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi mix sari
kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat
(BAL) yang ditambahkan pada pakan maka akan semakin
rendah konsumsi pakan pada ayam pedaging. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa penambahan mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
pada pakan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat
nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan ayam pedaging.
Penambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) 3% ini telah cukup untuk bekerja
dengan baik pada saluran pencernaan ayam sehingga konsumsi
pakannya menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan
meningkatnya konsentrasi mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) yang
ditambahkan. Semakin tinggi konsentrasi mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
yang diberikan maka semakin tinggi bakteri yang terkandung
55
di dalamnya maka ternak akan semakin efisien dalam
mengkonsumsi pakan. Hal ini karena terjadi penambahan
jumlah populasi mikroba yang menguntungkan bagi ternak,
mencegah berkembangnya mikroba yang merugikan dalam
saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan pencernaan
makanan, dengan demikian pemberian mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
dapat mengefisienkan konsumsi pakan. Menurut Bell dan
Weaver (2002), faktor utama yang memengaruhi konsumsi
pakan adalah kandungan energi pakan, temperatur, dan jumlah
pakan yang diberikan. Probiotik dapat memperbaiki saluran
pencernaan dan meningkatkan kecernaan pakan, yaitu dengan
cara menekan bakteri patogen dalam saluran pencernaan
sehingga mendukung perkembangan bakteri yang
menguntungkan yang membantu penyerapan zat-zat makanan
(Kompiang, 2009). Luas permukaan usus untuk menyerap
nutrien lebih luas pada ayam yang memperoleh probiotik
Bacillus sp. dibandingkan dengan yang tidak mendapat
probiotik (Sjofjan, 2003). Probiotik dapat mengubah
pergerakan mucin dan populasi mikroba didalam usus halus
ayam, sehingga keberadaannya dapat meningkatkan fungsi dan
kesehatan usus, memperbaiki komposisi mikroflora pada
sekum, serta meningkatkan penyerapan zat makanan
(Mountzouris et al., 2010).
Konsumsi pakan berpengaruh terhadap pertambahan berat
badan sehingga konsumsi pakan perlu diperhatikan karena
sangat berpengaruh terhadap penampilan ayam pedaging.
Tingkat palatabilitas ternak terhadap suatu pakan juga dapat
dilihat dari jumlah pakan yang dikonsumsi. Konsumsi pakan
setiap ekor ternak berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh berat
badan, galur, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktifitas
56
ternak, mortalitas, kandungan energi di dalam pakan dan suhu
lingkungan (North dan Bell, 1990). Pemberian mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan, karena dapat
meningkatkan perkembangan mikroorganisme yang
menguntungkan di dalam saluran pencernaan. Penurunan
konsumsi pakan ini disebabkan karena mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
yang diberikan mengandung mikroorganisme menguntungkan
Lactobaciluss sp yang diisolasi dari sistem pencernaan unggas.
Mikroba-mikroba tersebut bekerja secara sinergis yang
berfungsi sebagai anti bakteri dalam air minum dan dalam
saluran pencernaan ayam. Mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) tersebut
mengontrol pertumbuhan bakteri saluran pencernaan seperti
Salmonella, campylobakter dan Escherichia coli dengan cara
menurunkan pH lambung menjadi 4,0. Bakteri saluran
pencernaan membutuhkan pH sekitar 5,0 untuk berkembang.
Produksi enzim pencernaan akan distimulasi lebih banyak
sehingga penyerapan dan pencernaan zat makanan menjadi
optimal dan lebih baik.
Semakin tinggi konsentrasi mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) yang
ditambahkan maka konsumsi pakan pada ayam pedaging
semakin rendah. Hal ini berhubungan dengan tingkat
palatabilitas. Adanya kondisi yang kompleks dan dinamis dari
mikroflora saluran cerna dapat menjawab pertanyaan,
mengapa penggunaan probiotik yang mengandung satu atau
beberapa spesies mikroflora saluran cerna memberikan respon
yang konsisten (Unandar, 2003). Nirmalasanti (2002),
menyatakan bahwa probiotik tidak akan berkerja dengan baik
57
jika dosis probiotik yang diberikan belum sesuai, pemeliharan
kandang yang kurang benar dan komposisi mikroflora saat
probiotik diberikan tidak tepat.
Tabel 7. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Protein dan
Pakan Ayam Pedaging
Perlakuan Konsumsi Protein
(g/ekor/hari)
Konsumsi Pakan
(g/ekor)
P0 21,08±0,41c 3467,44±65,12c
P1 20,70±0,33bc 3405,49±51,01b
P2 20,22±0,31ab 3326,82±60,44ab
P3 19,95±0,39a 3281,31±50,73a
Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01) antar perlakuan
Protein yang dikonsumsi tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan oleh ayam pedaging untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok, pertumbuhan jaringan dan pertumbuhan bulu,
tetapi sebagian akan terbuang melalui ekskreta. Ekskreta,
selain mengandung protein yang berasal dari makanan yang
tidak dicerna juga mengandung N-Endogen yang berasal dari
sel-sel epitel yang rusak dan enzim (Crampton dan Harris,
1969).
Tabel 7 di atas memperlihatkan bahwa antar perlakuan
pakan satu dengan yang lain memberi pengaruh yang berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi protein. Hal ini
memberi arti bahwa penambahan mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) pada pakan
memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap
konsumsi protein. Konsumsi protein pada ayam P0 berbeda
sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibanding perlakuan P1, P2
58
dan P3. Hal ini disebabkan konsumsi pakan P0 juga lebih
tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Konsumsi pakan
yang tinggi pada P0 menyebabkan konsumsi protein menjadi
tinggi karena pakan dibuat iso-protein dan iso-energi. Wahju
(1997), menyatakan bahwa besarnya konsumsi pakan
mencerminkan besarnya protein yang dikonsumsi. Rasyaf
(2000), menyatakan jumlah pakan yang dikonsumsi ayam
tergantung pada spesies, umur, bobot badan, temperatur
lingkungan dan tingkat gizi dalam pakan. Dapat dilihat juga
bahwa konsumsi protein semakin menurun seiring dengan
bertambahnya konsentrasi mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) pada pakan.
Pemberian mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) diduga menyebabkan peningkatan
kecernaan pada pakan. Konsumsi pakan yang tinggi, maka
konsumsi protein juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya
jika konsumsi pakan rendah maka konsumsi protein juga
rendah. Konsumsi pakan akan menurun sesuai penurunan level
protein sehingga konsumsi protein juga menurun (Trisiwi et
al., 2004).
Menurut Scott et al. (1982) dan Wahju (1997), bahwa
pada ayam, rasa (taste) hampir tidak memberi pengaruh
terhadap konsumsi pakan, yang sangat besar pengaruhnya
terhadap konsumsi pakan adalah tingkat energi dalam pakan.
Suplementasi mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) sebanyak 3% dan 2% pada pakan,
sangat nyata (P<0,01) mengakibatkan pertambahan berat
badan ayam yang mengkonsumsinya lebih tinggi daripada
pemberian mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) pada tingkat 1%. Perbedaan
konsumsi protein ini disebabkan karena sintesis protein
59
jaringan sangat ditentukan oleh kelengkapan dan tingkat asam
amino yang datang atau ditransportasi ke dalam sel jaringan
tersebut. Hal ini berarti bahwa pakan P0 (tanpa penambahan
mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam
laktat (BAL)) mengakibatkan ayam yang memakannya akan
lebih rendah proses sintesis protein jaringannya, sedangkan
tingginya sintesis protein jaringan menunjukkan besarnya
jaringan yang dibentuk, atau lebih lanjut menunjukkan
peningkatan berat badan yang dihasilkan. Masalah inilah yang
menyebabkan pakan P1; P2 dan P3 (yang mengandung
menambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL)) menghasilkan pertambahan berat
badan yang lebih tinggi daripada pakan P0 (tanpa penambahan
mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam
laktat (BAL)).
Tingginya nilai konsumsi protein pada perlakuan pakan
penambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) karena adanya bakteri baik yang
ada dalam pakan tersebut. Hal ini disebabkan adanya peran
mikroorganisme dalam mix sari kunyit (Curcuma domestica
Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) yang mampu mengurai
protein pakan sehingga meningkatkan nilai kecernaan.
Peningkatan nilai kecernaan protein akibat penambahan mix
sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat
(BAL) merupakan pencerminan dari adanya penguraian
komponen protein kasar mudah dicerna (Sukaryana, 2007).
Menurut Pantaya et al. (2005), penambahan tepungan rumen
pada weat pollard dapat menurunkan kandungan serat kasar.
Tepungan rumen dari rumah potong hewan kaya akan
kandungan enzim pendegradasi serat. Menurut Suardi (2002),
menyatakan perlakuan tepungan rumen pada pakan ayam
60
pedaging berbahan baku gaplek dapat meningkatkan protein
dalam pakan karena adanya protein yang berasal dari
mikroorganisme dan akibat kerja enzim dalam tepungan
rumen terutama enzim pemecah protein.
4.2. Efek Perlakuan terhadap Pertumbuhan Bobot Badan
Ayam Pedaging
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pertambahan berat
badan pada ayam pedaging yang diberi perlakuan P3
(penambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) sebanyak 3% pada pakan) memiliki
nilai pertambahan berat badan tertinggi diantara semua
perlakuan yaitu sebesar 2052,20 ± 32,48 g. Hal ini
menunjukan bahwa level konsentrasi mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
yang ditambahkan pada pakan mempengaruhi pertambahan
berat badan karena pemberian mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) semakin
meningkatkan berat badan dihasilkan. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa penambahan mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) dalam pakan
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
pertambahan berat badan ayam pedaging. Pertambahan berat
badan menunjukan bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ayam
cukup efisien dan banyak digunakan untuk pertumbuhan. Jika
ayam mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang banyak namun
pertambahan berat badan tidak tinggi maka diduga penyerapan
makanan dalam saluran pencernaan ayam tersebut berlangsung
tidak sempurna. Selain itu bisa juga sebabkan karena ayam
sedang berada dalam kondisi sakit, faktor lainnya adalah jenis
kelamin, suhu dan kualitas makanan. Pertambahan berat badan
ini sejalan dengan konsumsi pakan yang menunjukkan
perbedaan pengaruh yang sangat nyata. Berdasarkan hasil
61
penelitian menunjukkan walaupun pakan yang dikonsumsi
menurun tetapi terjadi peningkatan berat badan pada ayam
pedaging. Menurut Jull (1979), laju pertumbuhan unggas
dipengaruhi oleh konsumsi pakan dan kandungan zat makanan
yang terdapat dalam pakan. Menurut Tillman, (1984), daya
cerna pakan yang tinggi menunjukkan zat makanan yang
dikonsumsi ternak banyak dimanfaatkan dalam tubuh sehingga
akan meningkatkan pertambahan berat badan ternak.
Penambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) pada pakan ternak dapat
meningkatkan berat badan ternak, meningkatkan efisiensi
penggunaan pakan dan penampilan ternak. Yeo and Kim
(1997) serta Jin et al., (1998), menyatakan bahwa penambahan
kultur probiotik pada pakan ayam mempunyai dampak positif
terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan.
Probiotik meningkatkan aktivitas enzim pencernaan sehingga
penguraian dan penyerapan makanan menjadi lebih sempurna
sehingga makanan yang diserap dengan baik tersebut dapat
dimanfaatkan oleh ayam untuk pertumbuhan jaringan dan
peningkatan berat badan.
Mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri
asam laktat (BAL) berperan dalam memperbaiki serapan
nutrisi pada ayam. Hal ini diduga karena kandungan
mikroorganismenya bekerja secara sempura didalam saluran
pencernaan sehingga berpengaruh pada semua perlakuan.
Selain itu kondisi dan dinamika populasi mikroflora dalam
saluran cerna hewan ternak sangatlah kompleks dan bervariasi
dari waktu ke waktu tergantung pada spesies, umur, kondisi
umum dan tipe ternak tersebut (Unandar, 2003). Pertambahan
berat badan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
penambahan konsentrasi mix sari kunyit (Curcuma domestica
Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) yang ditambahkan.
62
Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang diberi mix sari
kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat
(BAL) dengan konsentrasi tertinggi dapat meningkatkan daya
cerna pada ayam pedaging semakin tinggi pula dan akhirnya
dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam pedaging.
Gsiaturi (2002), menyatakan bahwa bakteri yang tedapat
dalam probiotik berperan meningkatkan produk metabolisme
yang bermanfaat bagi tubuh ternak. Produk metabolisme
tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
membentuk atau menambah ukuran jaringan baru. Hasil dari
pertumbuhan ataupun perkembangan jaringan baru tersebut
berpengaruh terhadap kenaikan berat badan ayam pedaging.
Jin , Ho, Abdullah, Ali and Jalaludin, (1996), menyatakan
bahwa pemberian biakan Bacillus sp dalam pakan memberikan
hasil positif terhadap pertumbuhan ayam pedaging.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemberian
mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam
laktat (BAL) dalam pakan dapat menggantikan peranan
antibiotika sebagai growth promotor. Kompiang (2000),
menyatakan bahwa pemberian Baciluss sp melalui pakan pada
ayam petelur dapat menggantikan fungsi antibiotika
virginiamycine sehingga penggunaan antibiotik sebagai
growth promotor dan kekhwatiran dari residual antibiotika
dapat dihindari. Penambahan probiotik kedalam pakan akan
membantu pencernaan zat-zat makanan di usus halus dan
menurunkan populasi bakteri pathogen (Diaz, 2008).
Penambahan probiotik tepung ke dalam pakan ayam dapat
meningkatkan produksi enzim B-glukanase di semua segmen
saluran pencernaan, menurunkan vikosikositas digesta dan
dapat meningkatkan pertambahan berat badan (Yu et al.
2008). Wahyono (2002), menyatakan bahwa penambahan
63
kultur bakteri yang berperan sebagai probiotik, dapat
menstimulasi sintetis enzim pencernaan sehingga
meningkatkan utilisasi nutrisi. Penggunaan probiotik Starbio
sebanyak 2,5 g/kg pakan memberikan performa yang lebih
baik dan efisien pada ayam pedaging (Tami, 2002).
Penggunaan dosis prebiotik yang berasal dari daun katuk
sebesar 0,5 % sebagai media, mampu menumbuhkan bakteri
Bacillus sp dua kali lipat dalam tiga jam (Kompiang, 2003).
Mangisah (2009), menyatakan bahwa pemakaian probiotik
(starbio), pada pakan itik berserat kasar tinggi (10 % dan 15
%) dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan
menurunkan konversi pakan.
4.3. Efek Perlakuan terhadap Konversi Pakan Ayam
Pedaging
Pada Tabel 6 menunjukan konversi pakan tertinggi
terdapat pada perlakuan P3 (penambahan mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
sebanyak 3% pada pakan) sebesar 1,58 ± 0,02 sedangkan
terendah di perlakuan P0 (perlakuan kontrol) sebesar 1,82 ±
0,04 hal ini menunjukan perbandingan antara jumlah pakan
yang dikonsumsi dengan bobot badan yang dihasilkan. Hasil
analisis ragam menunjukkan penambahan mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
pada pakan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
terhadap konversi pakan pada ayam pedaging. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Kompiang (2009), yang menjelaskan
probiotik meningkatkan aktivitas enzim pencernaan sehingga
penyerapan makanan menjadi lebih sempurna dengan makin
luasnya area absorpsi sebab probiotik dapat mempengaruhi
anatomi usus yaitu villi usus menjadi lebih panjang dan
64
densitasnya lebih padat. Jin et al. (1997), menyatakan bahwa
keberadaan probiotik dalam pakan dapat meningkatkan
aktivitas enzimatis dan meningkatkan aktivitas pencernaan.
Akibatnya, zat nutrisi seperti lemak, protein, dan karbohidrat
yang biasanya banyak terbuang dalam feses akan menjadi
berkurang. Novel dan Safitri (2009), menyatakan bahwa
bakteri probiotik mampu mereduksi pH di usus, melancarkan
pencernaan dengan memproduksi beberapa enzim pencernaan
dan vitamin, memproduksi substansi antibakteri, misalnya
asam organik, bacteriosin, H2O2 dan zat-zat lainnya.
Konversi pakan merupakan perbandingan antara
konsumsi pakan dengan pertambahan berat badan setiap
minggu dalam satu periode produksi. Konversi pakan
melibatkan pertumbuhan ayam dan konsumsi pakan.
Pertumbuhan yang cepat dengan jumlah konsumsi pakan yang
sedikit menunjukkan efisiensi penggunaan pakan yang tinggi.
Konversi pakan merupakan salah satu indikator keberhasilan
usaha bagi perternak. Perbandingan konsumsi pakan dan
pertambahan berat badan akan menghasilkan angka sebagai
dasar perhitungan ekonomis. Hasil ini sejalan dengan
berpengaruhnya pemberian mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) terhadap
konsumsi pakan dan pertambahan berat badan. Adanya
pengaruh ini disebabkan karena bekerjanya mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
secara efisien. Menurut Dilworth and Day (1978), bahwa
efisiensi penggunaan pakan berpengaruh nyata apabila
probiotik ditambahkan dalam pakan yang cukup seimbang
komposisi dan nutrisinya. Angka konversi berhubungan
dengan konsumsi pakan dan pertambahan berat badan. Rataan
konversi pakan penelitian masih lebih rendah jika
65
dibandingkan dengan hasil penelitian Sufiriyanto dan Indradji
(2001), bahwa pemberian air minum campuran enzim dan
probiotik pada ayam pedaging umur enam minggu memiliki
nilai konversi pakan sebesar 1,826. Pernyataan ini juga
dikuatkan oleh hasil penelitian Gunal et al. (2006), dimana
pemberian probiotik, antibiotik dan asam organik pada ayam
pedaging sampai umur enam minggu menghasilkan nilai
konversi pakan sebesar 1,83, 1,80 dan 1,81.
Hal ini memberikan indikasi bahwa pakan yang
ditambahkan dengan mix sari kunyit (Curcuma domestica
Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) sebesar 3% merupakan
pakan yang paling efisien untuk mencapai pertumbuhan yang
maksimal dan lebih menguntungkan apabila dibandingkan
dengan pakan kontrol (P0). Semakin tinggi nilai konversi
pakan menunjukkan semakin banyak pakan yang dibutuhkan
untuk meningkatkan berat badan per satuan berat. Demikian
juga sebaliknya semakin rendah nilai konversi pakan berarti
kualitas pakan semakin baik.
4.4. Efek Perlakuan terhadap Mortalitas Ayam Pedaging
Rata-rata tingkat mortalitas ayam pedaging yang diberi
penambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) pada pakan selama lima minggu
pemeliharaan disajikan pada Tabel 6. Rataan penelitian
menunjukan jumlah ayam pedaging yang mati selama
penelitian adalah sebanyak 4 ekor (10,00 %) pada perlakuan
P0 (perlakuan kontrol); 2 ekor (5,00 %) pada perlakuan P1
(penambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) sebanyak 1% pada pakan) dan 1
ekor (2,50 %) pada perlakuan P2 (penambahan mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
66
sebanyak 2% pada pakan) dan P3 (penambahan mix sari
kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat
(BAL) sebanyak 3% pada pakan). Hasil analisis ragam
menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian penambahan mix
sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat
(BAL) terhadap mortalitas pada setiap perlakuan.
Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang
menunjukkan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan.
Menurut Sugiarti et al. (1981), suhu lingkungan yang tinggi
menyebabkan cekaman panas dan bila berlangsung terus-
menerus, ayam akan mengalami kematian. Mortalitas yang
tinggi dalam suatu usaha peternakan akan merugikan peternak.
Tingkat keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan juga
dengan tingkat mortalitas yang rendah. Mortalitas ayam pada
perlakuan P2 dan P3 diduga erat hubungannya dengan
komposisi mikroba dalam usus ayam. Kemungkinan
meningkatnya jumlah bakteri Lactobacillus dalam usus ayam
pedaging, dimana dengan meningkatnya jumlah Lactobacillus
dalam usus akan meberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ayam. Bakteri Lactobacillus mempunyai
kemampuan merombak karbohidrat sederhana menjadi asam
laktat. Seiring dengan meningkatnya asam laktat, pH
lingkungan menjadi rendah menyebabkan mikroba lain tidak
tumbuh. Ketika terjadi kolonisasi di permukaan saluran
pencernaan, lactobacilli mencegah tumbuhnya jamur dan
menekan pertumbuhan Escherichia Coli dan bakteri patogen
di dalam usus halus. Bakteri Lactobacillus dapat menjaga
keseimbangan populasi bakteri lainnya dalam usus halus.
Santoso et al (2001), menyatakan bahwa penambahan ekstrak
daun katuk pada pakan ayam pedaging dapat meningkatkan
populasi bakteri asam laktat. Pemberian probiotik Bacillus sp
67
dan probiotik daun katuk masih lebih baik apabila
dibandingkan dengan penggunaan antibiotik Zinc bacitracin.
Hal ini berhubungan dengan probiotik Bacillus sp yang dapat
menghasilkan bakteriosin, peroksidase yang dapat mebunuh
bakteri patogen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi bahwa
penambahan mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
bakteri asam laktat (BAL) dalam pakan ayam pedaging dapat
menekan mortalitas ayam pedaging. Disini nampak bahwa
fungsi mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri
asam laktat (BAL) sama dengan antibiotik yaitu meningkatkan
kekebalan. Perbedaannya adalah antibiotika merupakan zat
kimia yang diserap didalam usus, yang dapat menimbulkan
residu dalam jaringan dan dapat menyebabkan adanya mutasi
mikroorganisme, sedangkan mix sari kunyit (Curcuma
domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL) merupakan
fitobiotik dan mikrorganisme hidup, tanpa menyebabkan
residu dan mutas, karena kerjanya hanya mendesak
mikroorganisme patogen keluar dari dalam tubuh. Jin et al
(1996), manyatakan bahwa penambahan probiotik dalam
pakan ayam pedaging mampu meningkatkan daya tahan tubuh
sehingga mortalitas rendah. Selanjutnya Gsiaturi (2002),
menyatakan bahwa probiotik (bakteri baik) mampu
menghasilkan antibiotika alami yang mampu membantu
keutuhan mukosa usus, proses metabolisme serta
meningkatkan kekebalan tubuh.
4.5. Efek Perlakuan terhadap Berat dan Persentase
Karkas Ayam Pedaging
Rata – rata pengaruh penambahan mix sari kunyit
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
68
dalam pakan terhadap berat karkas dan persentase karkas
ditampilkan pada Tabel 6. Nilai rata-rata bobot karkas ayam
yang dipotong pada penelitian ini berkisar antara 1146,20 -
1331,20 g dengan persentase karkas antara 60,28 – 64,87 %.
Hasil analisis statistik data penelitian persentase karkas dada
ayam pedaging (Lampiran 3.) menunjukkan bahwa efek
pemberian mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan
BAL dalam air minum ayam pedaging memberikan pengaruh
yang nyata (P<0,05) terhadap berat dan persentase karkas
ayam pedaging. Perbedaan berat dan persentase karkas ini
disebabkan karena perbedaan berat hidup ayam setiap
perlakuan sehingga berpengaruh terhadap berat dan persentase
karkas pada ayam pedaging. Semakin tinggi level pemberian
mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam
laktat (BAL) bobot hidupnya tidak cenderung semakin tinggi.
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat kita lihat persentase karkas
yang paling baik itu pada P3, karena menghasilkan bobot
karkas sekitar 1331,20 ± 36,00 g dan persentase karkas yang
didapatkan sekitar 64,87 %. Sedangkan persentase karkas yang
paling rendah adalah pada P1, karena menghasilkan bobot
karkas sebesar 1146,20 ± 24,96 g dan persentase karkas yang
dihasilkan sekitar 60,28 %.
Berat karkas adalah berat karkas setelah dikurangi
komponen non karkas, seperti kepala, kaki, darah, bulu dan
seluruh isi rongga dada dan rongga perut. Rataan persentase
berat karkas ayam pedaging umur lima minggu yang diperoleh
dalam penelitian berkisar antara 60,28 – 63,16%. Hasil analisis
ragam menunjukkan terdapat pebedaan pengaruh pemberian
mix sari kunyit (Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam
laktat (BAL) terhadap persentase berat karkas yang dihasilkan.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mix sari kunyit
69
(Curcuma domestica Val.) dan bakteri asam laktat (BAL)
dalam pakan mampu mengubah persentase berat karkas ayam
pedaging secara signifikan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ayam pedaging yang diberi mix sari kunyit dan BAL
melalui air minum pada P3 menghasilkan persentase karkas
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu
sebesar 64,87%. Hal ini disebabkan karena pada P3 dengan
penambahan mix sari kunyit dan BAL sebanyak 3% bekerja
secara optimal dalam meningkatkan absorbsi nutrisi pakan,
dengan demikian bobot akhir ayam pedaging ketika dipanen
juga meningkat. Tingginya bobot akhir ayam pedaging ketika
dipanen sejalan dengan persentase karkas ayam pedaging.
Hal ini dibuktikan dengan data hasil penelitian bahwa ayam
pedaging dengan pemberian mix sari kunyit dan BAL
sebanyak 3% (P3) juga menghasilkan bobot akhir ayam
pedaging paling besar yaitu 2052,2 g (Tabel 6), sehingga
dapat disimpulkan bahwa zat aktif dalam kunyit yaitu minyak
atsiri dan kurkumin yang dikombinasikan dengan BAL dapat
bekerja secara optimal pada pemberian sebanyak 3%
diberikan melalui air minum ayam pedaging. Rataan
konsumsi pakan dan bobot akhir ayam pedaging hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan data bobot akhir ayam pedaging tersebut
(Tabel 6) menunjukkan bahwa persentase karkas erat
kaitannya dengan bobot akhir ayam pedaging. Andika (2014)
dengan hasil penelitiannya menjelaskan bahwa produksi
karkas berhubungan erat dengan bobot badan dan besarnya
karkas ayam pedaging yang cukup bervariasi. Mide (2013)
menambahkan bahwa tingginya persentase karkas juga
disebabkan karena pengaruh komposisi ransum, jenis pakan
dan kondisi lingkungan.
70
Persentase karkas ayam pedaging yang dihasilkan dari
penelitian masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil
penelitian dari Raharjo dan Rizal (2009) yang menggunakan
tanaman kunyit dengan level rendah, sedang dan tinggi
berturut-turut menghasilkan persentase karkas yaitu 69,60%,
68,41% dan 68,71%. Hal tersebut dapat disebabkan karena
adanya perbedaan komposisi pakan yang diberikan serta
adanya faktor eksternal seperti lingkungan dan tingkat stres
dari ternak. Sesuai dengan penjelasan dari Nurhayati (2008)
bahwa kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor
sebelum dan setelah pemotongan, faktor sebelum pemotongan
yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain genetik,
spesies, bangsa, jenis kelamin, umur, ransum termasuk bahan
aditif pakan dan tingkat stres dari ternak. Hasil penelitian juga
lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian dari
Pradana dkk (2015) yang juga menggunakan BAL dalam
penelitiannya menghasilkan persentase karkas mencapai
68,8% namun tidak memberikan perbedaan yang nyata.
61
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan mix
sari kunyit dan BAL pada air minum ayam pedaging
dapat menurunkan konsumsi pakan, konsumsi protein, konversi
pakan, mortalitas dan meningkatkan pertambahan berat badan,
berat dan presentase karkas ayam pedaging. Penambahan mix
sari kunyit dan BAL pada air minum ayam pedaging
mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan
performa produksi ayam pedaging.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
penggunaan mix sari kunyit dengan BAL dalam bentuk
lain seperti tepung dalam level tertentu atau pemberian
secara simultan antara sari kunyit dan BAL, terkait
dengan efektivitasnya dalam meningatkan penampilan
produksi ayam pedaging jika dibandingkan dengan bentuk
cair.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
penambahan mix sari kunyit dengan BAL sebagai feed
additive pada air minum ayam pedaging, dengan
penambahan mix sari kunyit dengan BAL lebih dari 3%
(P3) dengan range yang diperbesar sebagai feed additive.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktifitas Ayam Ras
Pedaging. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Abidin, Z. 2016. Uji Efektivitas Sinbiotik Secara In Vitro
Terhadap Perkembangan Bakteri Non Patogen
dan Daya Hambat Bakteri Patogen. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya,
Malang.
Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. UB
Press : Malang.
Akhadiarto, S. 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik
Temban, Biovet dan Biolacta terhadap
Persentase Karkas, Bobot Lemak Abdomen dan
Organ dalam Broiler. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia. Vol 12 (1) : 53-59. http
hgate.net/publication/51781302. [24 maret 2017].
Alipin,K. R. Safitri dan R. Kartasudjana. 2016. Suplementasi
Probiotik dn Temulawak pada Ayam Pedaging
terhadap Populasi Salmonella sp dan Kolesterol
Darah. Jurnal Veteriner. Vol 17(4) : 582-586.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id. [27 Oktober
2016].
Andika. 2014. Persentase Bobot Karkas dan Lemak
Abdominal Ayam Pedaging yang Diberi Tepung
Kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam Ransum
Komersil. Skripsi. Fakultas Pertanian dan
Peternakan. Universitas Islam Negeri Syarif
Kasim Riau, Pekanbaru. https://ojs.unud.ac.id.
[22 Maret 2017].
64
Aryanti, F., M. B. Aji dan N. Budiono. 2013. Pengaruh
Pemberian Air Gula Merah terhadap Performan
Ayam Kampung Pedaging. Jurnal Sains Veteriner
31(2): 156-165. http://ejurnal.mercubuana-
yogya.ac.id. [22 maret 2017].
Astuti, F.K., W. Busono dan O. Sjofjan. 2015. Pengaruh
Pemberian Probiotik Cair dalam Pakan
Terhadap Penampilan Produksi pada Ayam
Pedaging. J-PAI. Vol 6 (2) : 99-104.
http://www.academicjournals.org/J-PAI. [10
November 2016].
Bakrie,B., D. Andayani, M. Yanis dan D. Zainuddin. 2003.
Pengaruh Penambahan Jamu Ke Dalam Air
Minum Terhadap Preferensi Konsumen Dan
Mutu Karkas Ayam Buras. Puslitbang
Peternakan. Bogor.
http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php.
[26 Januari 2017].
Bell, D.D and W. D. Weaver., 2002. Commercial Chicken
Meat and Egg Production.4th Ed. Kluver
Academic Publishers. USA.
http://en.aviagen.com/assets/Tech_Center/Ross_
Broiler/Ross-308-Broiler-PO-2014EN.pdf. [28
Oktober 2016].
Bintang, I. A. K dan A. G. Nataamijaya. 2005. Pengaruh
Penambahan Tepung Kunyit (Curcumadomestica
Val) Dalam Ransum Broiler. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
http://ditjennak.peternakan.go.id. [14 Januari
2017].
65
Collins, G.R. Gibson. 1999. Prebiotic, Probiotic, And
Synbiotic: Approaches For Modulating The
Microbialecology Of The Gut. American Journal
Clinical Nutrition. 69: 1052-1057. http://www.gaia-
movement.org/files/Gibson%2026p%20Nutrition.pdf.
[1 Mei 2017].
Damayanti, D. 2005. Pengaruh Penambahan Kunyit
(Curcuma domestica, Val.) Atau Temulawak
(Curcuma xanthorhiza, Roxb) dalam Pakan
Terhadap Persentase Karkas dan Potongan
Karkas Komersial Broiler. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
https://jurnal.ipb.ac.id/jbp/article/view/1360/pdf_
9. [22 Juni 2017].
Daud, M. W.G. Piliang dan I.P. Kompiang. 2007. Persentase
dan Kualitas Karkas Ayam Pedaging yang diberi
Probiotik dan Prebiotik dalam Ransum. JITV.
12(3) : 167-174.
http://www.academicjournals.org/JITV. [10
November 2016].
Dono, N. D, Kustantinah, Zuprizal, R. E. Indarto. 2014.
Efikasi Bawang Putih dan Jinten Hitam sebagai
Natural Antibiotics untuk Meningkatkan
Produktivitas Ternak dan Kualitas Daging
Unggas. Hibah Penelitian Fakultas Peternakan
UGM.
https://jurnal.ipb.ac.id/jbp/article/view/1360/pdf_
9. [22 Juni 2017].
66
Grashorn, M. A. 2010. Use of phytobiotics in broiler nutrition
– an alternative to infeed antibiotics?. Journal of
Animal and Feed Sciences. 19, 338–347.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4
379585/.[17 Mei 2017].
Gsianturi., 2002. Probiotik dan prebiotik untuk kesehatan.
http://www.gizi.net/arsip/arc0-2002.html. [25
September, 2016].
Gupta, R., Q.K. Beeg, P. Loranz, 2002. Bacterial alkaline
proteases: molecularapproaches and industrial
applications. Applied Microbiology
Biotechnology 59 (1):15-32.
http://en.aviagen.com/assets/Tech_Center/Ross_
Broiler/Ross-308-Broiler-PO-2014EN.pdf. [28
Oktober 2016].
Hasyim, M., M. Hamam dan S. Akil. 2007. Uniformity,
peranannya dalam performance produksi. Buletin
CP 8(94): 1-3.
Hood, S.K. and E.A. Zottola. 1998. Effect of Low pH on the
Ability of Lactobacillus Acidophilus to Survey
and Adherence to Human Intestinal Cells. Journal
of Food Science. 53: 1514-1516.
http://www.academicjournals.org. [27 Oktober
2016].
Jin, J.Z., Ho. Y.W., Abdullah, N., Ali M.A and Jalaludin, S.,
1998. Effect of adherent Lactobacillus cultures on
growth, weight of organs and intestinal
micloflora and volatile fatty acids in broiler.
Anim Feed Sci. Tech. 70(3):197-209.
67
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles. [22
Juni 2017].
Jin, L. Z., Y. W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin. 1998.
Growth Performance,Intestinal Microbial
Populations, and Serum Cholesterol of Broilers
Fed Diets Containing Lactobacillus Cultures.
Poultry Science. 77: 1259–1265.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles. [22
Juni 2017].
Julendra, H., Zuprizal dan Supadmo. 2010. Penggunaan
Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
sebagai aditif pakan terhadap Penampilan
Produksi Ayam Pedaging, Profil Darah, dan
Kecernaan Protein. Buletin Peternakan. 34(1):
21-29. http://ejournal.litbang.deptan.go.id. [27
Oktober 2016].
Ketaren, P. P. 2010. Kebutuhan Gizi Ternak Unggas di
Indonesia. Wartazoa. Vol. 20 No. 4.
http://wartazoa.com/ebook.pdf. [13 Januari 2017].
Khumaini,A., R.E. Mudawaroch, dan D.A. Hanung. 2012.
Pengaruh Penambahan Sari Kunyit (Curcuma
domestica Val.) dalam Air Minum Terhadap
Konsumsi Pakan dan Konsumsi Air Minum Ayam
Broiler. Surya Agritama Vol. 1 (2) : 85-93.
http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id. [22 maret
2017].
Kompiang, I.P. 2002. Pengaruh ragi: Saccharomyces
Cerevisiae dan ragi laut sebagai Pakan Imbuhan
Probiotik terhadap kinerja unggas. JITV 7(1):18-
21. http://www.academicjournals.org/JITV. [10
November 2016].
68
Kompiang, I.P. 2009 Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai
Probiotik untuk meningkatkan Produksi ternak
unggas di Indonesia. Pegembangan Inovasi
Peternakan. 2(3) : 177-191. https://ojs.unud.ac.id.
[22 Maret 2017].
Lestariningsih, Sjofjan O, dan Surisdiarto. 2012. Pengaruh
Penggunaan Fitobiotik Sebagai Aditif Pakan
Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Malang. http://jpal.ub.ac.id. [29 Oktober 2016].
Mide, M.Z. 2013. Penampilan Broiler yang Mendapatkan
Ransum Mengandung Tepung Daun Katuk,
Rimpang Kunyit dan Kombinasinya. Jurnal
Teknosains. Vol. 7(1) : 40-46.
http://download.portalgaruda.org. [24 Oktober
2016].
Mirwandhono, E dan Z. Siregar. 2004. Pemanfaatan
Hidrolisat Tepung Kepala Udang dan Limbah
Kelapa Sawit Yang Difermentasi dengan
Aspergillus Niger, Rizhopus Oligosporus dan
Thricoderma Viridae dalam Ransum Ayam
Pedaging. USU digital library. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
http://www.jurnal.fp.usu.ac.id/index.php/JHT/arti
cle/download/345/327. [22 Juni 2017].
Mountzouris. K., C. P. Tsitrsikos, I. Palamidi., A. Arvaniti.,
M. Mohnl., G. Schatzmayr and K. Fegeros. 2010.
Effects of probiotik inclusion levels in broiler
nutrion on growth performance, nutrient
digestibility, plasma immunoglobulins, and cecal
69
micrroflora compostion. Poult. Sci. 89:58-67.
https://www.nap.edu/read/2114/chapter/4#27. [30
Oktober 2016].
Muhamad, K.Y. 2007. Efek Pemberian Serbuk Kunyit,
Bawang Putih dan Zink Terhadap Performa
Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian IPB. Bogor. http://repository.ipb.ac.id.
[1 November 2016].
Mulyantini, N.G.A. 2014. Ilmu Manajemen Ternak Unggas.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Murthy, T.R.G.K., N. Dorairajan, G.A. Balasubramaniam,
A.M. Dinakaran and K. Saravanabava, 2008.
Pathogenic bacteria related to respiratory
diseases in poultry with reference to
Ornithobacterium rhinotracheale isolated in
India, Veterinarski Arhiv 2: 131-140.
http://www.doiserbia.nb.rs. [24 Maret 2017].
Natsir, Hartutik, O. Sjofjan dan E. Widodo. 2013. Effect of
Either Powder or Encapsulated Form of Garlic
and Phyllanthus niruri L. Mixture on Broiler
Performances, Intestinal Characteristics and
Intestinal Microflora. International Journal of
Poultry Science. 12 (11): 676-680.
http://www.scirp.org/journal/ajps. [3 Maret
2017].
Nirmalasanti, N. 2002. Pengaruh Pemberian Probiotik
Terhadap Gambaran Mikroskopis Usus Ayam.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
http://repository.ipb.ac.id. [1 November 2016].
70
North, M. O and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken
Production Manual. 4th Ed. Chapman and Hall.
New York
http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNAAW797.pdf.
[1 Januari 2017].
Nouri, M., F. Rahbarizadeh, D. Ahmadvand, F. Moosakhani,
E. Sadeqzadeh, S. Lavasani, and V.K. Vishteh,
2010. Inhibitory effects of Lactobacillus
salivarius and Lactobacillus crispatus isolated
from chicken gastrointestinal tract on Salmonella
enteritidis and Escherichia coli growth, Iranian
Journal of Biotechnology 8 (1): 32-37.
https://www.researchgate.net/publication/299616
089. [24 Oktober 2016].
Nurhayati. 2008. Pengaruh Tingkat Penggunaan Campuran
Bungkil Inti Sawit dan Onggok yang Difermentasi
dengan Aspergillus niger dalam Ransum
terhadap Bobot dan Bagian-bagian Karkas
Broiler. J. Animal Production. 10 (1).55-59.
http://www.scirp.org/journal/ajps. [3 Maret
2017].
Nutrition Research Council.1994. Nutrient Requirment of
Poultry. National Academy Press: Washington,
D.C.
https://www.nap.edu/read/2114/chapter/4#27. [30
Oktober 2016].
Pradana, P., W. Busono dan E. Widodo. 2015. Pengaruh
Penambahan Whey Dengan Bakteri Asam Laktat
(BAL) Pediococcus pentosaceus dalam Pakan
Terhadap Kualitas Karkas Ayam. Jurnal ilmu-
ilmu peternakan. 1-6. https://eprints.uns.ac.id. [8
Desember 2016].
71
Pratikno, H. 2010. Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma
domestica vahl) terhadap Bobot Badan Ayam
Broiler (Gallus sp.). Buletin Anatomi dan
Fisiologi 18(2): 39-46.
Rahmawati, N. 2013. Pengaruh Penggunaan Suplemen Herbal
terhadap Penampilan Produksi dan Sistem Imun
Itik Hibrida. Thesis. Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya. Malang.
Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Pertama.
Andalas University Press : Padang.
Sari, A. I, S. P. Syahlani dan F. T. Haryadi, dkk. 2009.
Karakteristik Kategori Adopter Dalam Adopsi
Inovasi Feed Additive Herbal Untuk Ayam
Pedaging. Jurnal Peternakan. Vol. 33(3): 196-
203. http://jurnal.unsyiah.ac.id. [27 Maret 2017].
Shanin, K. A. and F. Abd El Azeem. 2006. Effects of Breed,
Sex and Diet and Their Interactions on at
deposition and Partitioning among Depots of
Broiler Chickens. Arch.Tierz. Dummerstorf 49
(2) : 181 – 193.
http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNAAW797.pdf.
[1 Januari 2017].
Sholikin, H.W.S. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam
Broiler Di Peternakan UD. Hadi PS. Kecamatan
Nguter Kabupaten Kutoharjo. Tugas Akhir.
Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
https://eprints.uns.ac.id. [8 Desember 2016].
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P. Ketaren, N.
Bermawie, M. Raharjo dan M. Rizal. 2009.
Pemanfaatan Kunyit dan Temulawak sebagai
72
Imbuhan Pakan untuk Ayam Broiler. JITV. Vol
14 (2) : 90-96.
http://www.academicjournals.org/JITV. [10
November 2016].
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, M.H. Togatorop, T. Pasaribu,
I.A.K. Bintang, S. Sitompul dan J. Rosida. 2002.
Respon Ayam Pedaging Terhadap Penampakan
Bioaktif Tanaman Lidah Buaya dalam Ransum:
Pengaruh Berbagai Bentuk dan Dosis Bioaktif
Tanaman Lidah Buaya dalam Ransum Terhadap
Performan Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu Ternak
Dan Veteriner 7(2): 69-75.
https://www.scribd.com/doc/91955325/pakan-
ayam. [30 Oktober 2016].
Situmorang, N.A., L.D. Mahfudz dan U. Atmomarsono. 2013.
Pengaruh Pemberian Tepung Rumput Laut
(Gracilaria verrucosa) dalam Ransum Terhadap
Efisiensi Penggunaan Protein Ayam Broiler.
Animal Agricultural Journal 2(2): 49-56.
http://www.scirp.org/journal/ajps. [3 Maret
2017].
Sjofjan. O., 2003. Kajian probiotikAB (Aspergillus Niger dan
Bacilluus sp) sebagai imbuhan ransum dan
implikasi efeknya terhadap mikroflora usus serta
penampilan produksi ayam petelur. Disertasi.
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
Bandung. http://jurnal.unpad.ac.id. [16 Oktober
2017].
Soeharsono. 2010. Probiotik Basis Ilmiah, Aplikasi, dan Aspek
Praktis. Widya Padjadjaran: Bandung.
73
Solichedi, K. 2001. Pemanfaatan Kunyit (Curcuma domestica
Val.) dalam Ransum Broiler sebagai Upaya
Menurunkan Lemak Abdominal dan Kadar
Kolesterol. Tesis. Fakultas Peternakan.
Universitas Diponegoro. http://ejournal-
s1.undip.ac.id. [8 Desember 2016].
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur
Statistika (Pendekatan Biometrik) Penerjemah B.
Sumantri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiarto, B. 2008. Performa Broiler dengan Pakan Komersial
yang Mengandung Tepung Kemangi (Ocimum
basilicum). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Bogor: Bogor. http://repository.ipb.ac.id. [1
November 2016].
Tantalo, S. 2009. Perbandingan Performans Dua Strain
Broiler yang Mengonsumsi Air Kunyit. Jurnal
ilmu- ilmu peternakan. Vol. 7(3) : 146-152.
https://online-journal.unja.ac.id. [22 Oktober
2016].
Tillman, A.D. H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S.
Prawirokusumo dan S.Lebdosoekojo., 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Ctk 5. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta
Uzer, F., N. Iriyanti dan Roesdiyanto. 2013. Penggunaan
Pakan Fungsional dalam Ransum Terhadap
Konsumsi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan
Ayam Broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):
282-288. http://jurnalkampus.stipfarming.ac.id. [2
November 2016].
74
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Warnaini,C. 2013. Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Bacillus sp. dan Shigella dysentriae Secara In
Vitro. Pustaka Ilmiah Universitas Padjajaran,
Bandung. 1-12. http://jurnal.unpad.ac.id. [16
Oktober 2017].
Winarto W.P. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
http://biodiversitas.com/M/M0201/M020108.pdf.
[22 Juni 2017].
Yitnosumartono, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis
dan Interpretasinya. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Yunilas. 2005. Performan Ayam Broiler yang Diberi Berbagai
Tingkat Protein Hewani dalam Ransum. Jurnal
Agribisnis Peternakan 1(1).
http://www.academicjournals.org/JAP. [10
November 2016].
Zulfanita, R. Eny dan M.D.P. Utami. 2011. Pembatasan
Ransum Berpengaruh Terhadap Pertambahan Bobot
Badan Ayam Broiler pada Periode Pertumbuhan.
Mediagro 7(1): 59-67.
http://jurnalkampus.stipfarming.ac.id. [2 November
2016].