pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung pada siswa...
Post on 28-Jul-2015
4.559 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG
PADA SISWA KELAS X MAN KALIMUKTI PABEDILAN CIREBON TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012
SKRIPSI
diajukan untuk menempuh gelar sarjana pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
TOMY INDRA GUNAWAN 107050032
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI (UNSWAGATI) CIREBON
2011
ABSTRAK Tomy Indra Gunawan, Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan
Teknik Pengamatan Objek secara Langsung pada Siswa Kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pengajaran sastra di sekolah-sekolah, khususnya materi menulis puisi
lebih menekankan pada teori dibandingkan praktik. Dengan metode ceramah siswa diajak untuk mengenali bentuk puisi, ciri-ciri puisi dan contoh puisi karya sastrawan dan selalu seperti itu. Dengan sistem pembelajaran yang seperti ini, proses pembelajaran menulis puisi menjadi kurang efektif. Akhirnya, timbullah kejenuhan siswa pada pembelajaran menulis puisi yang berakibat kurang sukanya siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Sebenarnya, pembelajaran menulis puisi dengan memerhatikan kriteria puisi yang baik yakni ; bunyi (rima dan irama), kata atau pilihan kata (diksi), larik atau baris, bait, dan tipografi, tentu akan membuat sebuah puisi memiliki nilai estetik, apalagi didukung dengan pembelajaran menulis puisi yang tidak monoton dengan menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung, siswa tidak merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran ini lebih dipusatkan dengan melakukan pembelajaran di luar kelas yang tentu akan membuat imajinasi siswa menjadi lebih berkembang dibandingkan dengan di dalam kelas.
Penelitian ini beranjak dari pokok permasalahan yaitu Apakah pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung pada siswa kelas X MAN Kalimukti tahun pelajaran 2011 / 2012 efektif?
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan teknik pengamatan objek secara langsung dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X MAN Kalimukti tahun pelajaran 2011 / 2012.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Kalimukti tahun pelajaran 2011 / 2012 yang berjumlah 161 siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sample atau sampel bertujuan. Dengan demikian, sampel penelitian adalah siswa kelas X-4 yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X-3 yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol. Penggunaan metode penelitian yakni eksperimen semu atau kuasi. Kemudian, data yang digunakan yakni berupa tes, observasi, dan angket. Fungsi dari ketiga data tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap penulisan puisi.
Berdasarkan hasil penelitian, baik dari hasil perbandingan tes awal dan tes akhir kelas eksperimen, maupun perbandingan hasil tes awal dan tes akhir kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung dinyatakan efektif untuk dijadikan sebagai teknik pembelajaran dalam menulis puisi. Hal itu dapat dibuktikan berdasarkan hasil statistik uji t yaitu : nilai thitung = - 35,091 lebih besar dibandingkan dengan ttabel = 1,994.
i
Ku persembahkan skripsi ini untuk
Ayahanda tersayang (Alm) MAKSUM, S.Pd. yang telah
memberikan semangat baik moril, materil maupun spiritual
selama beliau masih hidup sampai dengan nafas
terakhirnya.
Ibunda tercinta HESTI RAHAYU yang tidak henti-hentinya
memberikan kasih sayang serta spirit dan bimbingan mental
yang menjadikan pacuan bagi penulis dalam menyelesaikan
karya terbaik ini.
Adinda Muhammad Maulana Rizki yang memberikan
warna dalam canda, cita dan cinta dalam sehari-hari.
Dan untuk keluarga besar mimih dan abah sebagai
pelabuhan kasih sayang penulis.
Serta keluarga kecil Yayu dan Toding yang menjadi benteng
pertahanan dan support mental yang tak henti-hentinya
kepada penulis.
iv
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
Pergunakanlah Pergunakanlah Pergunakanlah Pergunakanlah Masa Mudamu Sebaik MungkinMasa Mudamu Sebaik MungkinMasa Mudamu Sebaik MungkinMasa Mudamu Sebaik Mungkin
Karena Masa Tuamu Adalah…………Karena Masa Tuamu Adalah…………Karena Masa Tuamu Adalah…………Karena Masa Tuamu Adalah…………
Hasil dari Apa yang Kau Buat Pada Masa MudamuHasil dari Apa yang Kau Buat Pada Masa MudamuHasil dari Apa yang Kau Buat Pada Masa MudamuHasil dari Apa yang Kau Buat Pada Masa Mudamu
Dan Waktu Tidak Akan Mungkin Bisa Kembali LagiDan Waktu Tidak Akan Mungkin Bisa Kembali LagiDan Waktu Tidak Akan Mungkin Bisa Kembali LagiDan Waktu Tidak Akan Mungkin Bisa Kembali Lagi
MAN JADA WA JADDAMAN JADA WA JADDAMAN JADA WA JADDAMAN JADA WA JADDA
Barang Siapa Yang BersungguhBarang Siapa Yang BersungguhBarang Siapa Yang BersungguhBarang Siapa Yang Bersungguh----sungguh Maka Allah SWT. Akan sungguh Maka Allah SWT. Akan sungguh Maka Allah SWT. Akan sungguh Maka Allah SWT. Akan
Mengabulkannya.Mengabulkannya.Mengabulkannya.Mengabulkannya.
Hal Mudah Hal Mudah Hal Mudah Hal Mudah Akan Terasa Sulit Jika YAkan Terasa Sulit Jika YAkan Terasa Sulit Jika YAkan Terasa Sulit Jika Yanananang Pertama g Pertama g Pertama g Pertama
Diipikirkan Adalah Kata Sulit. Yakinlah Bahwa Diipikirkan Adalah Kata Sulit. Yakinlah Bahwa Diipikirkan Adalah Kata Sulit. Yakinlah Bahwa Diipikirkan Adalah Kata Sulit. Yakinlah Bahwa
Kita Memiliki Kemampuan Dan Kekuatan.Kita Memiliki Kemampuan Dan Kekuatan.Kita Memiliki Kemampuan Dan Kekuatan.Kita Memiliki Kemampuan Dan Kekuatan.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pembelajaran
Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Pengamatan Objek secara Langsung
pada Siswa Kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran
2011/2012 beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Cirebon, Desember 2011
Yang Membuat Pernyataan,
Tomy Indra Gunawan
NPM 107050032
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG
PADA SISWA KELAS X MAN KALIMUKTI PABEDILAN CIREBON TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
diajukan untuk menempuh gelar sarjana pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Tomy Indra Gunawan 107050032
Disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I,
Dr. Dede Endang Mascita, M.Pd NIP 19680514 199403 1 003
Pembimbing II,
Sobihah Rasyad, Dra
NIP 19581005 198503 2 001
Dekan FKIP
Unswagati Cirebon,
Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata, M.P
NIP 19590718 198503 1 004
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jaja, Drs., M.Hum
NIP 19660205 199203 1 003
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah swt, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita masih
diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan segala aktivitasnya.
Solawat serta salam semoga tetap tercurah untuk Nabi Muhammad saw, untuk
keluarganya, sahabat-sahabatnya, juga umatnya sampai akhir zaman. Amin.
Judul skripsi ini adalah Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Menggunakan Teknik Pengamatan Objek secara Langsung pada Siswa Kelas X
MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pendidikan pada
Universitas Swadaya Gunung Jati, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Terselesaikannya skripsi ini, tentunya, tidak lepas dari bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
dalam kesempatan ini dan dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada nama-nama sebagai berikut.
1. Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata M., M.P, selaku dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Unswagati Cirebon.
2. Jaja, Drs., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Unswagati.
3. Dr. Dede Endang Mascita, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan dalam penyusunan skripsi
ini.
ii
4. Dra. Sobihah Rasyad, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
masukan, arahan, dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. KH. Drs. Usamah Manshur, selaku Kepala MAN Kalimukti dan dewan guru
serta staf dan karyawan tata usaha.
6. Alm. ayahanda tersayang dan ibunda tercinta serta adinda yang telah
memberikan banyak bimbingan serta memberikan arti kehidupan.
7. Teman-teman dan semua pihak yang dengan penuh perhatian dan dorongan
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Semoga amal baik yang diberikan mendapat balasan yang setimpal
dari Allah swt. Amin. Dalam penulisan skripsi ini, tentu masih banyak
kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kebaikan penulisan selanjutnya. Harapan penulis semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa sebagai reverensi. Terima kasih.
Cirebon, Desember 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
UNTAIAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. iv
MOTTO ………………………………………………………………………. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 5
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 5
1.5 Anggapan Dasar ……………………………………………………… 6
1.6 Hipotesis ………………………………………………………………. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Menulis Puisi ……………………………………………. 8
2.1.1 Pembelajaran Menulis Puisi Berdasarkan Pendapat Para Ahli … 8
2.1.2 Kriteria Puisi yang Baik ……………………………………… 9
2.1.3 Pembelajaran Menulis Puisi Berdasarkan Kurikulum ………… 12
2.1.3.1 Tujuan Pembelajaran ……………………………………. 12
2.1.3.2 SK dan KD Pembelajaran Menulis Puisi ……………….. 13
2.2 Menulis Puisi …………………………………………………………… 14
2.2.1 Pengertian Menulis Puisi ……..……………………………… 14
2.2.2 Langkah-Langkah Menulis Puisi ……..………………………. 16
2.3 Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung …………………………… 19
2.3.1 Pengertian ………….………………………………………….. 19 vi
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Menulis Puisi Menggunakan Teknik
Pengamatan Objek Secara Langsung …………………………. 21
2.4 Desain Pembelajaran …………………………………………………… 22
2.4.1 Tujuan ………………………………………………………… 22
2.4.2 Materi Ajar ……………………………………………………. 23
2.4.3 Peran Siswa …………………………………………………… 24
2.4.4 Peran Guru …………………………………………………….. 24
2.4.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik
Pengamatan Objek secara Langsung ….………………………. 25
2.4.6 Penilaian ……………………………………………………… 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ……………………………………………………… 28
3.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………………..28
3.2.1 Populasi ………………………………………………………. 28
3.2.2 Sampel ………………………………………………………… 29
3.3 Desain Penelitian ………………………………………………………. 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………… 30
3.4.1 Tes ……………………………………………………………….. 31
3.4.2 Observasi ……………………………………………………….. 31
3.4.3 Angket …………………………………………………………… 31
3.5 Teknik Pengolahan Data ……………………………………………….. 32
3.5.1 Analisis Data Uji t-test ………………………………………….. 32
3.5.2 Analisis Data Angket Siswa …………………………………….. 32
3.6 Uji Hipotesis …………………………………………………………… 33
3.7 Instrumen Penelitian ……………………………………………………. 33
3.7.1 Instrumen ………………………………………………………. 34
3.7.1.1 Soal Tes ………………………………………………….. 34
3.7.1.2 Aspek dan Bobot Penilaian ………………………………. 34
3.7.2 Instrumen Observasi ……………………………………………. 35
3.7.3 Instrumen Angket ………………………………………………. 39
3.7.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………. 41
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA
4.1 Data …………………………………………………………………… 51
4.1.1 Data Proses Pembelajaran ……………………………… ………. 51
4.1.1.1 Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol …………………… 51
4.1.1.2 Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen ………………. 52
4.1.2 Data Hasil Observasi …………………………………………… 53
4.1.2.1 Hasil Observasi Siswa …………………………………… 53
4.1.2.2 Hasil Observasi Guru ……………………………….......... 57
4.2 Analisis Data Angket Motivasi Siswa …………………………………. 60
4.2.1 Hasil Respons Motivasi Siswa…………………………………… 61
4.2.2 Analisis Angket Motivasi Siswa ………………………………… 61
4.3 Data Hasil Tes ………………………………………………………….. 83
4.3.1 Pengolahan Hasil Tes …………………………………………… 84
4.4 Analisis Data ……………………………………………………………. 89
4.4.1 Analisis Proses Pembelajaran …………………………………… 90
4.4.2 Analisis Hasil Observasi Siswa dan Guru ………………………. 91
4.4.3 Analisis Hasil Angket Motivasi Siswa …………………………. 91
4.4.4 Analisis Hasil Tes ………………………………………………. 92
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………….. 93
4.6 Hubungan Antara Pembelajaran dan Hasil Belajar …………………….. 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ….………………………………………………………… 96
5.2 Saran …………………………………………………………………… 97
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Jumlah Siswa …………………………………………… 28
Tabel 3.2 Analisis Data ……………………………………………. 32
Tabel 3.3 Klasifikasi Penafsiran Data ……………………………. 33
Tabel 4.1 Hasil Observasi Menulis Puisi Baru di Kelas X3
(Kelas Kontrol) …………………………………………. 53
Table 4.2 Hasil Observasi Menulis Puisi Baru di Kelas X4
(Kelas Eksperimen) …………………………………….. 55
Tabel 4.3 Hasil Respons Motivasi Siswa …………………………. 61
Tabel 4.4 Data Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puisi
Menggunakan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung …
78
Tabel 4.5 Data Hasil Tes Awal dan Akhir Pembelajaran Menulis Puisi
pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen…………………..83
Tabel 4.6 Paired Samples Statistics…………………………………. 85
Tabel 4.7 Paired Samples Test ……………………………………. 86
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar siswa merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun
sebuah pemahaman. Untuk itu, peran guru sangat sentral sebagai pemacu
semangat (motivator) siswa, baik dalam pembelajaran maupun kegiatan non
pembelajaran. Guru juga berperan sebagai pemrakarsa dan fasilitator. Seperti
yang tertuang dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan atau yang lebih
dikenal dengan KTSP, bahwasannya guru tidak memberikan materi secara utuh
lagi, tetapi guru bertindak sebagai fasilitator.
Pembelajaran merupakan suatu proses. Proses yang baik akan tercipta
hasil yang baik pula. Proses pembelajaran yang baik hanya bisa diciptakan
dengan perencanaan yang baik dan tepat (Hakim, 2007 : 1). Untuk itu agar
terciptanya pembelajaran yang baik, sebagai pendidik perlu mematangkan
perencanaan pembelajaran yang baik dan benar. Isjoni (2010 : 11)
menambahkan bahwasannya pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya
pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Upaya-
upaya tersebut dikemas dalam perencanaan pembelajaran yang matang dan
kreatif serta imajinatif.
Proses keberhasilan sebuah pembelajaran bukan hanya dari proses
pembelajaran antara guru dan siswa saja, tetapi metode atau teknik juga menjadi
peran penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode atau teknik yang
1
menarik, kreatif, dan inovatif akan menjadi sebuah pembelajaran yang
menyenangkan dan mengena.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra ada empat aspek keterampilan
berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek
ini sifatnya saling terkait dan tentu erat hubungannya. Rahmanto (2004 : 16-17)
menambahkan bahwa mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum
berarti akan membantu peserta didik dalam keterampilan menyimak dengan
sedikit ditambah keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, yang masing-
masing erat hubungannya. Keterkaitan keempat aspek ini berpengaruh besar
dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Tanpa pengikutsertaan
keempat keterampilan itu pembelajaran bahasa dan sastra menjadi kurang
lengkap.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif
(Tarigan, 2008 : 3). Dengan menulis, berarti siswa belajar menyampaikan
gagasan yang berada dalam pikiran dirinya. Terlebih-lebih dalam pembelajaran
menulis kreatif yakni menulis puisi, tentu siswa bukan hanya menyampaikan
gagasan yang ada dalam pikirannya saja tetapi juga menyampaikan imaji-imaji
dan ide kreatif yang terkadang semua itu muncul dari pikiran dasar ataupun
pikiran bawah sadar mereka. Sebenarnya dalam kurikulum siswa terdapat
pembelajaran menulis, baik menulis kreatif maupun menulis nonkreatif,
semuanya diajarkan sejak sekolah dasar. Untuk itu seharusnya siswa sudah
pandai dalam menulis. Namun, pada hakikatnya siswa masih saja mengalami
kesulitan dalam menulis, khususnya menulis kreatif yaitu menulis puisi.
Pada kenyataannya menulis puisi itu sesuatu yang mudah. Rohmad
(2007 : 6) mengatakan bahwa menulis puisi itu tidak mesti memiliki jiwa seni
atau perlu memiliki daya sastra yang tinggi. Sebab pada kenyataannya orang
menangis, bersedih, tertawa dan gembira pun bisa menciptakan sebuah puisi
lewat perasaan yang sedang dialaminya. Tidak seperti yang dikatakan banyak
orang bahwa menulis puisi sama halnya dengan belajar ilmu eksak.
Pembelajaran menulis puisi memang menjadi sesuatu yang sulit bagi
siswa. Semua kesulitan itu terjadi karena siswa sulit untuk menemukan ide dan
gagasan yang akan menjadi awal dari penulisan puisi mereka. Ditambah kurang
kreatifnya guru terhadap penggunaan metode atau teknik pada pembelajaran
menulis puisi sehingga siswa menjadi jenuh dan bosan pada pembelajaran
menulis puisi. Oleh karena itu, guru dituntut kreatif dalam penggunaan metode
atau teknik pada pembelajaran menulis puisi. Dengan harapan pembelajaran
menulis puisi akan menjadi sesuatu yang menyenangkan dan memudahkan
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, pada kelas X
MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon dan wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, rata-rata kemampuan
anak dalam menulis puisi itu masih rendah. Hal itu dapat dibuktikan berdasarkan
rata-rata nilainya yang hanya mencapai 60 dari kriteria ketuntasan minimal
yakni 70. Faktor utama yang menyebabkan masih rendahnya kemampuan
menulis puisi pada siswa MAN Kalimukti adalah penggunaan metode yang
kurang tepat dalam pembelajaran. Pada pembelajaran menulis puisi di MAN
Kalimukti masih menggunakan metode ceramah dengan cara siswa diberikan
materi pengertian puisi dan salah satu contoh puisi. Padahal, penggunaan metode
ceramah menuntut konsentrasi yang terus menerus dan tentunya membatasi
siswa berpartisipasi dalam pembelajaran, yang tentunya bertolak belakang pada
peran guru dalam kurikulum KTSP yaitu sebagai fasilitator. Dengan metode
ceramah tersebut, siswa akan merasa jenuh dan bosan. Pada proses kegiatan ini,
siswa diberi tugas untuk membuat puisi, kemudian pada minggua selanjutnya
tugas dikumpulkan. Dengan rangkaian kegiatan yang seperti ini tentu siswa akan
merasa jenuh dan tertekan sehingga sulit dalam menemukan ide dikarenakan
tidak adanya bimbingan secara langsung oleh guru dan akhirnya siswa merasa
kesulitan dalam menulis puisi.
Dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan teknik
pengamatan objek secara langsung dalam pembelajaran menulis puisi ini dalam
penelitian yang berjudul “Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan
Teknik Pengamatan Objek secara Langsung pada Siswa Kelas X MAN
Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011/2012”.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah penggunaan teknik pengamatan objek secara langsung dalam
pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X MAN Kalimukti efektif?
2) Apakah teknik pengamatan objek secara langsung dalam pembelajaran
menulis puisi dapat memotivasi siswa dalam belajar menulis puisi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan
tujuan penelitian ini adalah
1) untuk mengetahui keefektivitasan pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung;
2) untuk mengetahui motivasi siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung dibuktikan melalui hasil
lembar angket.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan penulis.
1) Bagi Siswa
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa karena secara langsung atau tidak
langsung menghilangkan persepsi akan kejenuhan dan kebosanan siswa
terhadap pembelajaran menulis, khususnya menulis puisi. Selain itu,
menghilangkan anggapan bahwa menulis puisi itu sulit.
2) Bagi Guru
Penelitian ini memberikan inspirasi dan alternatif terhadap
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung.
3) Bagi Penulis
Dengan ini penulis dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman di
bidang penelitian, khususnya mengenai pembelajaran sastra.
1.5 Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Menulis puisi merupakan suatu kompetensi yang perlu diajarkan kepada siswa.
2) Menulis puisi merupakan sesuatu yang sulit bagi siswa dalam pembelajaran.
Kebanyakan dari siswa, belajar menulis puisi sama halnya dengan belajar ilmu
eksak.
3) Teknik pengamatan objek secara langsung merupakan salah satu teknik
pembelajaran yang bertolak pada apa yang siswa lihat (objek) untuk kemudian
diamati dan diekspresikan siswa melalui sebuah kata-kata yang bernilai estetik
dan puitis.
1.6 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
Ho : Pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung pada kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon
tidak efektif.
Hi : Pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung pada kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon
efektif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Menulis Puisi
2.1.1 Pembelajaran Menulis Puisi Berdasarkan Pendapat Para Ahli
Pembelajaran menulis puisi merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk dipelajari oleh siswa karena dengan menulis puisi banyak hal yang
dilakukan, dari menuangkan sebuah ide dan gagasan hingga menuliskan
imajinasi ke dalam bentuk kata-kata. Hutabarat (2010 : 4) menambahkan dengan
melaksanakan pembelajaran menulis puisi berarti siswa membuka perspektif
baru, menawarkan kenyataan yang unik daripada kenyataan keseharian yang
cenderung instan. Bukan hanya itu melakukan pembelajaran menulis puisi juga
membenahi sistem penalaran dan logika siswa saat melihat dan menganalisis
realitas.
Pembelajaran menulis puisi dilakukan secara bertahap sampai
menciptakan hasil yang memuaskan. Munandar dalam Sahriadi (2011)
menyimpulkan ada empat tahap dalam proses pemikiran kreatif untuk
pembelajaran menulis puisi, yaitu :
1) tahap persiapan dan usaha,
2) tahap inkubasi atau pengendapan,
3) tahap iluminasi,
4) tahap verifikasi.
8
Pada tahap persiapan dan usaha siswa akan mengumpulkan informasi
dan data yang dibutuhkan. Makin banyak pengalaman atau informasi yang
dimiliki siswa mengenai masalah atau tema yang akan dikembangkan, makin
memudahkan dan melancarkan pelibatan dirinya dalam proses tersebut.
Tahap inkubasi atau pengendapan, setelah semua informasi dan
pengalaman yang dibutuhkan serta berusaha dengan pelibatan sepenuhnya untuk
menimbulkan ide-ide sebanyak mungkin, maka biasanya diperlukan waktu untuk
mengendapkan semua gagasan tersebut, diinkubasi dalam alam prasadar.
Tahap iluminasi, siswa akan mencoba mengekspresikan masalah
tersebut dalam bentuk puisi.
Tahap selanjutnya adalah tahap verifikasi yaitu siswa melakukan
penilaian secara kritis terhadap karyanya sendiri. Verifikasi juga dapat dilakukan
dengan cara membahas atau mendiskusikannya dengan temannya untuk
mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut maupun karya
selanjutnya.
2.1.2 Kriteria Puisi yang Baik
Sebuah puisi akan lebih disebut puisi karena bentuk dan pembacaannya;
dan itu yang menjadikan letak perbedaan yang jelas dari karya sastra lain
(Djuanda&Iswara, 9 : 2006). Aminudin (136 : 2009) untuk mengatakan sebuah
puisi itu baik atau kurang baik, maka puisi tersebut harus memiliki unsur sebagai
berikut : 1) bunyi, 2) diksi, 3) larik atau baris, 4) bait, dan 5) tipografi.
1) Bunyi
Bila kita berbicara mengenai bunyi dalam puisi maka kita harus
memahami beberapa konsep berikut.
- Rima
Secara umum rima merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di
awal, tengah, maupun akhir baris puisi. Sedangkan Irama merupakan nada dari
sebuah puisi (Siswanto, 2008 : 122). Faktor kata-kata disusun sesuai dengan
rimanya adalah untuk mempermudah pengucapan, nyaman didengar, dan mudah
diingat (Rohmad, 2007 : 4).
- Irama
Irama merupakan paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas,
baik berupa alunan keras lunak, tinggi rendah, panjang pendek, dan kuat lemah
yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta
makna tertentu (Aminudin, 2009 : 137).
Bunyi itu memiliki peranan dalam sebuah puisi yakni sebagai pencipta
keindahan lewat unsur musikalitas atau kemerduan, untuk mengetahui makna
yang terkandung dari sebuah puisi yang diciptakan penyairnya, dan untuk
mengetahui perwujudan batin yang diciptakan penyair lewat sebuah puisi.
2) Diksi
Pemilihan kata untuk menyampaikan penggunanya itu disebut diksi.
Diksi juga berarti kemampuan untuk menemukaan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan sesuai pula dengan nilai rasa (Wiyanto, 2005 48-49). Diksi itu
merupakan pemilihan kata yang tepat agar terciptanya kata yang puitis dalam
sebuah puisi, sehingga kata-kata itu seakan-akan hidup. Peranan diksi dalam
puisi sangat penting karena kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi. Untuk
itu sebuah puisi harus memiliki kata-kata yang bersifat estetik (memiliki
keindahan). Dalam menciptakan kata yang estetik perlunya pemilihan kata yang
baik sehingga terciptanya kata-kata yang penuh dengan pengemasan baik.
3) Larik atau Baris
Sebenarnya istilah larik atau baris dalam puisi, pada dasarnya sama
dengan istilah kalimat dalam prosa. Namun meskipun sama tapi tidak seutuhnya
disamakan begitu saja. Hal itu karena bila di dalam prosa, kalimat akan diawali
dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda baca. Hal yang seperti itu tidak
selamanya dijumpai dalam sebuah puisi. Selain itu, struktur kalimat dalam
sebuah puisi sebagai suatu baris, tidak selamanya sama dengan struktur kalimat
dalam karya prosa. Seperti halnya kalimat, larik pada umumnya merupakan
satuan yang lebih besar dari pada kata sebagai suatu kelompok kata yang telah
mendukung satu makna tertentu (Aminudin, 2009 144). Maka dari itu sebagai
salah satu elemen dari puisi, larik meskipun pada umumnya merupakan satu
kesatuan yang lebih besar dari kata, pertalian makna antara larik yang satu
dengan yang lain sangat erat hubungannya.
4) Bait
Satuan yang lebih besar dari larik biasa disebut dengan bait. Bait adalah
kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu
kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya (Aminudin,
2009: 146). Keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak, karena
tidak banyak juga puisi-puisi yang tidak sesuai dengan ketentuan bait pada
umumnya. Peranan terpenting bait dalam puisi adalah sebagai pembentuk suatu
kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda
dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
5) Tipografi
Peranan tipografi dalam puisi yakni untuk menampilkan bentuk-bentuk
tertentu yang dapat diamati secara visual. Selain untuk menampilkan aspek
artistik visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Di
sisi lain, tipografi juga berperan dalam menunjukkan adanya loncatan gagasan
serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan
penyairnya.
2.1.3 Pembelajaran Puisi Berdasarkan Kurikulum
2.1.3.1 Tujuan Pembelajaran
Di dalam kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), bahwasannya bahasa dan sastra memiliki dua
sasaran, yakni kemampuan dalam bidang kebahasaan dan kemampuan dalam
bidang kesastraan siswa. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara.
2) Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam
tujuan, keperluan, dan keadaan.
3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial.
4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (menulis dan
berbicara)
5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra seperti cerpen,
puisi, dan prosa untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
2.1.3.2 SK dan KD Pembelajaran Menulis Puisi
Standar kompetensi merupakan dasar dalam setiap awal sebuah
pembelajaran. Begitu pula kompetensi dasar yang menjadi tolak ukur atau acuan
dalam pembelajaran setelah standar kompetensi. Untuk itu tanpa adanya kedua
penunjang ini, pembelajaran tidak akan berjalan sesuai dengan sistematika
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada hakikatnya, kedua komponen
ini bertolak pada kurikulum.
Dalam pembelajaran menulis puisi sebenarnya terdapat dua kompetensi
dasar yakni : 1) menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima;
2) menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. Pada
kesempatan ini peneliti akan menggunakan kompetensi dasar yang kedua.
2.2 Menulis Puisi
2.2.1 Pengertian Menulis Puisi
Sebenarnya menulis puisi termasuk jenis keterampilan karena menulis
puisi merupakan menulis kreatif. Seperti halnya keterampilan yang lain
pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih. Makin sering belajar dan
makin giat berlatih tentu makin cepat terampil dalam menulis sebuah puisi
(Wiyanto, 2005 : 48). Menulis puisi merupakan sesuatu yang sangat sulit
menurut anggapan banyak orang. Menurut mereka menulis puisi itu harus
memiliki jiwa seni dan memiliki daya sastra yang tinggi agar terciptanya puisi
yang memiliki nilai estetik. Namun anggapan semua itu bisa dibenarkan namun
juga bisa dikatakan kurang tepat.
Rohmad (2007 : 6) mengatakan bahwa menulis puisi itu tidak mesti
memiliki jiwa seni atau perlu memiliki daya sastra yang tinggi. Namun pada
kenyataannya orang menangis, bersedih, tertawa, dan gembira pun bisa
menciptakan sebuah puisi lewat perasaan yang sedang dialaminya. Jadi pada
dasarnya menulis puisi itu tidak memerlukan keahlian khusus. Hutabarat (2010 :
17) menambahkan bahwa menulis puisi itu hal mudah, ringan, dan
menyenangkan. Menulis puisi itu menyampaikan gagasan yang ada di dalam
pikiran ke dalam pikiran dan hati pembaca. Dengan demikian diharapkan tidak
ada anggapan lagi bahwa menulis puisi itu hal sulit seperti yang banyak orang
katakan.
Menulis puisi berarti memaparkan sebuah kisah yang menawarkan
suatu teologi, ideologi, dan sesuatu yang mencerahkan ataupun menghentakkan
hati. Di dalam penulisannya memuat unsur-unsur penting yaitu harus indah, baik
dalam kriteria umum alias puitik, bukan karangan ilmiah, dan merupakan bahasa
hati (Thoha, 2009 : 29). Menulis puisi bisa dianggap sama dengan berbicara,
karena sama-sama memberdayakan fungsi bahasa. Menulis puisi juga berarti
menumbuhkan ide-ide yang keluar dari dalam pikiran kita melalui imajinasi
(Aspahani, 2007 : 1).
Thoha (2009 : 43) berpendapat bahwa, terdapat tiga mainstream
paradigmatik dalam penulisan puisi, yakni naratif, simbolik, dan filosofis.
Masing-masing paradigma tersebut, memiliki kelebihan dan kekurangannya
tersendiri dan selain ketiga paradigma tersebut, biasanya ada pula karakteristik
puisi yang menggabungkan ketiga paradigma tersebut, yakni paradigma
integratif. Pada dasarnya kelebihan dan kekurangan atas penciptaan sebuah puisi
tergantung kepada daya imajinasi seorang penyair akan kebiasaannya
menciptakan sajak. Semakin sering penyair menciptakan sebuah sajak maka
semakin bermutulah hasil sajak-sajaknya itu. Begitu pula sebaliknya, semakin
jarang penyair menciptakan sajak maka semakin kurang bermutulah sajak-sajak
yang diciptakannya.
2.2.2 Langkah-langkah dalam Menulis Puisi
Pada dasarnya ketika kita akan menulis puisi, yang pertama dilakukan
adalah siap. Siap dalam artian kesiapan kita ketika hendak menulis sebuah puisi.
Apa jadinya kalau sebuah puisi dihasilkan dengan setengah hati maka akan
menjadi sebuah puisi yang kurang nilai estetik. Hal kedua yang dilakukan adalah
mencari ide. Proses penemuan ide puisi bisa datang dari mana saja, bisa dari
sebuah objek yang dilihat, peristiwa yang ada serta kejadian-kejadian di sekitar
kita. Hal ketiga yang dilakukan adalah memerhatikan keadaan sekitar
(peristiwa). Peristiwa atau kejadian yang terkadang sepintas kita temukan bisa
juga menjadi inspirasi awal dalam penulisan sebuah puisi. Meski puisi
merupakan laporan dari peristiwa dan kejadian yang kita lihat, tetapi puisi bukan
sebuah reportase. Setelah ketiga hal tersebut dilakukan, barulah kita memulai
menulis puisi yaitu bisa dengan memulai menulis judul terlebih dahulu,
kemudian menulis kata demi kata hingga tersusun dalam baris dan kemudian
menjadi bait demi bait. Ketika proses penciptaan puisi, jangan sampai lupa yaitu
menggunakan bahasa perumpamaan atau majas serta dalam penulisan puisi, kita
juga harus membayangkan apabila puisi kita dibaca oleh orang lain (Aspahani,
2007 : 39-43).
Wiyanto (2005 : 48) menyatakan bahwa dalam penulisan sebuah puisi
ada dua tahapan awal yang harus dilakukan. Pertama adalah menentukan sebuah
tema (mengungkapkan pokok persoalan yang akan kita kemukakan dalam
bentuk puisi).
Pada hakikatnya penciptaan sebuah puisi bisa dimulai dengan
menuliskan judul terlebih dahulu bisa juga dengan menentukan tema terlebih
dahulu. Hal ini tergantung pada kebutuhan puisi yang akan diciptakannya.
Tema itu lahir atau tercipta dari berbagai hal, apapun bisa menjadi tema karena
tema itu lahir dari apa yang kita lihat (objek) seperti lingkungan, peristiwa
ataupun kejadian. Hal kedua yang dilakukan adalah mengembangkan tema
tersebut menjadi pokok pembicaraan. Mengembangkan hal-hal apa yang akan
kita kemukakan. Dalam pengembangan itu, dicari melalui pengamatan atau
pemikiran.
Pengembangan itu meliputi beberapa hal sehingga terciptanya sebuah
puisi yang indah, antaranya sebagai berikut.
1. Diksi
Pemilihan kata untuk menyampaikan penggunanya itu disebut diksi.
Diksi juga berarti kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan sesuai pula dengan nilai rasa (Wiyanto, 2005 : 48-49). Diksi itu
merupakan pemilihan kata yang tepat agar terciptanya kata yang puitis dalam
sebuah puisi sehingga kata-kata itu seakan-akan hidup. Peranan diksi dalam
puisi sangat penting karena kata-kata sangat berperan dalam puisi.
Kata merupakan salah satu bahasa ungkap manusia dalam
kehidupannya, tanpa kata manusia akan menjadi bisu (Rohmad, 2007 : 7).
Karena pada hakikatnya dalam puisi imajis, kata-kata sebagai pendukung dan
penghubung pembaca dengan dunia intuisi seorang penyair (Sayuti, 2010 : 143).
Dengan diksi, kita akan mengetahui makna denotatif dan konotatif
dalam sebuah puisi yang kita temui atau kita tulis. Di sisi lain dengan adanya
diksi, kita juga dapat menemukan penyimpangan kalimat atau biasa dikatakan
penggunaan kalimat dengan pola menyimpang (Djuanda, Iswara, 2006 : 61).
Diksi merupakan pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk
mengetengahkan perasaan-perasaan yang bergejolak dalam diri seorang penyair
(Sayuti, 1985 : 62).
2. Majas
Sesuai dengan hakikat puisi sebagai pemusatan dan pemadatan
ekspresi, bahasa kias (figurative) dalam puisi berfungsi sebagai sarana
pengendapan sesuatu yang berdimensi jamak dalam bentuk yang sesingkat-
singkatnya. Di samping itu, sebagai akibat bentuknya yang singkat, bahasa kias
(figurative) juga berfungsi membangkitkan tanggapan pembaca (Sayuti, 2010:
195). Majas ini yang menjadi bagian dari kepuitisan sebuah puisi. Puitis
tidaknya sebuah puisi tergantung banyak tidaknya kita menggunakan kata-kata
yang bermajas.
Penggunaan majas bertujuan agar dalam karya sastra yang
diciptakannya memiliki nilai estetik, tidak biasa-biasa saja. Dengan majas pun
pengucapan sajak akan menjadi lebih indah, enak didengar dengan makna yang
tepat. Majas atau bahasa kias di dalam sebuah puisi itu selain sebagai penggugah
tanggapan pembaca, juga untuk mengetengahkan sesuatu yang berdimensi
banyak dalam bentuk yang sesingkat-singkatnya (Djuanda, Iswara, 2006 : 66).
3. Rima dan Irama
Secara umum rima merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di
awal, tengah, maupun akhir baris puisi. Sedangkan Irama merupakan nada dari
sebuah puisi (Siswanto, 2008 : 122). Faktor kata-kata disusun sesuai dengan
rimanya adalah untuk mempermudah pengucapan, nyaman didengar dan mudah
diingat (Rohmad, 2007 : 4).
Djuanda dalam kesusastraan Indonesia, irama merupakan turun naiknya
suara teratur sedangkan rima adalah persamaan bunyi. Irama dibangun salah
satunya dengan paralelisme sedangkan rima dibangun dari persamaan bunyi di
awal, tengah dan akhir baris.
2.3 Teknik Pengamatan Objek secara Langsung
2.3.1 Pengertian
Pada hakikatnya keberhasilan sebuah pembelajaran bertumpu pada
keberhasilan pencapaian dari sebuah metode yang terfokus pada tujuan
pembelajaran, dan penunjangnya adalah teknik dan taktik dalam
mengimplementasikan sebuah metode (Endah, dkk, 2009 : 2). Teknik
pembelajaran tidak akan berhasil apabila tidak ada metode yang benar-benar
cocok untuk pembelajaran tersebut. Untuk itu peneliti menggunakan teknik
pengamatan objek secara langsung.
Teknik pengamatan objek secara langsung merupakan sebuah metode
yang dilakukan dengan mengamati sebuah objek secara langsung. Proses
pengamatan objeknya itu bisa sebuah benda, peristiwa, atau kejadian secara
langsung. Dalam pengamatan, objeknya itu bervariasi sesuai dengan tema
pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun
kelompok (Suyatno, 2004 : 82).
Teknik pengamatan objek secara langsung ini dekat sekali dengan alam
lingkungan sekitar. Pada kenyataannya siswa menyukai alam sebagai tempat
dalam proses pembelajarannya. Realita serta apa yang dilihat akan jauh lebih
diingat oleh siswa, ketimbang sebuah gambaran abstrak yang diberikan guru
dalam proses pembelajaran yang hanya berkutat dengan berceramah. Untuk itu
siswa tentu akan jauh lebih peka terhadap apa yang dirasakan dan dilihatnya
secara langsung oleh dirinya ketimbang melalui lamunan-lamunannya.
Proses pembelajaran ini berlangsung tidak hanya berkutat di dalam
kelas saja, namun akan banyak menggunakan waktu di luar kelas. Dengan
melakukan pembelajaran di luar kelas tentu akan menambah hasil imaji siswa
terhadap objek-objek yang dilihat atau dirasakannya. Teknik ini sangat
bermanfaat dalam pembelajaran menulis puisi (Sudjana&Rivai, 2010 : 210).
Teknik pengamatan objek secara langsung ini dapat menggugah siswa
dalam berekspresi. Ekspresi itu dituangkan dalam sebuah puisi dengan cara
siswa mengamati sebuah objek alam, misalnya pohon, langit, atau peristiwa dan
kejadian.
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan
Objek secara Langsung
Banyak tujuan yang didapat dengan menggunakan teknik pengamatan
objek secara langsung ini. Namun, tujuan terpenting penggunaan teknik
pengamatan objek secara langsung ini yakni agar siswa dapat menulis puisi
dengan cepat dan tepat berdasarkan objek yang dilihatnya secara langsung.
Siswa menulis puisi berdasarkan objek langsung yang dilihatnya. Siswa diajak
ke luar kelas untuk melihat objek yang mereka senangi kemudian
menuliskannya ke dalam puisi. (Suyatno, 2004 : 146).
Banyak keuntungan yang diperoleh dari melakukan pembelajaran di
luar kelas. Misalnya, untuk menghilangkan tingkat kejenuhan siswa selama
proses belajar mengajar di kelas, kegiatan belajar akan lebih menarik, hakikat
belajar akan lebih bermakna dengan siswa dihadapkan pada objek-objek,
peristiwa, serta kejadian yang nyata (Sudjana&Rivai, 2010 : 208).
Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan yang imajinatif
berdasarkan objek yang dilihatnya. Objek-objek ini bervariasi sesuai dengan
tema yang akan diterapkan dalam pembelajaran tersebut. Dalam teknik ini
diharapkan sekali penentuan objek yang ditunjuk oleh guru sesuai dengan objek-
objek yang berada di sekitar sekolah karena pada hakikatnya apabila penentuan
tema sesuai dengan objek-objek yang ada dan eksplisit maka akan lebih
mempermudah siswa dalam membuat sebuah puisi (Suyatno, 2004 : 82).
2.4 Desain Pembelajaran
2.4.1 Tujuan
Keterampilan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa karena dengan
menulis puisi siswa dapat mengekspresikan pikiran, perasaaan, pengalaman, dan
imajinasinya melalui kegiatan menulis puisi secara kreatif. Hutabarat (2010 : 9)
menambahkan menulis puisi wajib karena bertujuan sebagai berikut.
1) Agar siswa dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan serta pengalaman
yang dimilikinya ke dalam bentuk sajak-sajak puisi.
2) Dengan menulis puisi berarti siswa menyalurkan imajinasi yang
dimilikinya ke dalam proses berpikir yang kreatif.
3) Proses pengimajian atau pengembangan pengalaman lahir dan batin
merupakan awal dari proses pendewasaan siswa dalam dirinya.
4) Proses berpikir kreatif tersebut kemudian dilanjutkan dengan
pengekspresian imajinasi ke dalam rangkaian kata-kata yang disebut
dengan istilah puisi.
5) Membenahi sistem penalaran atau logika siswa saat melihat dan
menganalisis realitas.
6) Siswa akan lebih jernih dan sistematis nalar bepikirnya kalau mereka
terbiasa menuliskan imajinasi dan impresi.
7) Dengan menulis puisi, maka akan terbukanya perspektif baru,
menawarkan kenyataan dari lapis yang lebih dalam, lebih tajam, dan lebih
unik daripada kenyataan keseharian yang cenderung instan dan binal.
8) Dengan menulis puisi, maka akan menyadarkan siswa bahwa kenyataan
hidup itu sedemikian luas dan dalam serta kenyataan yang ada pada diri
manusia juga begitu kompleks.
9) Dengan menulis puisi akan mengantarkan otak siswa pada batas paling
jauh dari imajinasinya dan;
10) Dengan puisi akan megajarkan siswa untuk lebih rendah hati melihat
dirinya sendiri.
Jadi, pada dasarnya tujuan pembelajaran menulis puisi itu sangat
banyak fungsinya bagi siswa di sekolah. Seperti yang telah dipaparkan oleh
Hutabarat (2010 : 9) bahwa dengan menulis puisi, siswa menjadi terbuka
imajinasinya, mengajarkan sifat rendah hati, mengajarkan arti luasnya sebuah
kehidupan dan masih banyak lagi yang didapat dari pembelajaran menulis puisi.
2.4.2 Materi Ajar
Materi ajar merupakan bahan utama sebagai informasi, alat, dan acuan
dalam sebuah perencanaan pembelajaran agar terciptanya pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan. Pada kesempatan ini materi ajar yang akan disampaikan
meliputi beberapa hal yakni, mengenai kriteria puisi yang baik dan contoh puisi
dengan memperhatikan bait, rima, dan irama, dan cara menulis puisi
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung.
2.4.3 Peran Siswa
Dalam proses pembelajaran, siswa merupakan subyek yang terlibat
dalam proses tersebut. Tindakan dan perilaku siswa adalah hakikat dari belajar.
Dimyati & Mudjiono (2006 : 7) menambahkan peran siswa adalah bertindak
belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan
menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring.
Dengan belajar, maka kemampuan mental kita akan semakin meningkat. Hal itu
sesuai dengan perkembangan siswa yang beremansipasi diri sehingga ia menjadi
utuh dan mandiri. Jadi, dengan belajar seseorang akan memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai.
2.4.4 Peran Guru
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, guru berperan memberikan
informasi mengenai pembelajaran menulis puisi serta penggunaan teknik
pengamatan obyek secara langsung. Ketika siswa telah mampu dan memahami
pembelajaran, kemudian siswa melaksanakan tugas yang diberikan. Di sini guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada akhirnya ketika siswa telah mampu mengerjakan dan
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa diberikan kesempatan
untuk melaporkan hasil kerjanya.
2.4.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik
Pengamatan Objek secara Langsung
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi ini
terbagi menjadi dua langkah yakni : a) Langkah persiapan dan; b) Langkah
pelaksanaan (Suyatno, 2004 : 146). Adapun secara menyeluruh dari dua langkah
di atas adalah sebagai berikut.
a. Langkah Persiapan
Ada beberapa hal yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini, yaitu
sebagai berikut.
1) Guru menentukan tujuan yang diharuskan dicapai para siswa.
2) Menentukan objek yang akan diamati. Dalam hal ini guru menentukan
objek yang sekiranya cocok untuk pembelajaran menulis puisi.
Diusahakan objek yang diamati adalah objek yang dekat dengan
lingkungan sekolah agar tidak membutuhkan waktu yang lama.
3) Menentukan cara belajar siswa dalam mengamati objek. Dengan itu
siswa dapat bekerja dengan baik dan dapat mengerjakan sesuai dengan
yang diharapkannya.
b. Langkah Pelaksanaan pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Pada langkah ini dilakukan kegiatan pembelajaran di tempat objek yang
telah dipilih.
1) Siswa mengamati objek secara langsung yang berada di halaman
sekolah (MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon). Objek yang diamati
oleh siswa, berupa objek nyata seperti pepohonan, bebatuan, pot
bunga, bunga, rumput ilalang, tiang bendera, langit, awan dll. Bisa
juga berupa objek kasat mata yang dirasakan siswa, seperti angin, dll.
2) Kemudian siswa mengungkapkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh
siswa pada saat melakukan pengamatan terhadap objeknya itu.
3) Pengungkapan perasaan atau objek yang dilihatnya dituangkan dalam
kata-kata serta bahasa yang puitis. Misalnya, seperti puisi Sutan Takdir
Alysahbana yang berjudul Pohon Beringin.
POHON BERINGIN
Tinggi melangit puncakmu bermegah,
Melengkung memayung daunmu bodi
Berebut akar mencecah tanah
Masuk membenam ke dalam bumi
Lemah mendesir daunmu bernyanyi
Gemulai berbuai dibelai angin
Nikmat lindap menyerap di kaki
Mengundang memanggil leka berangin
Puisi di atas menggambarkan keadaan luar dari pohon beringin.
Di sini penyair mengemasnya dengan bahasa yang penuh makna dan
nilai estetik serta puitik.
4) Setelah melakukan pengamatan objek dan mengerjakan yang
ditugaskan oleh guru yaitu siswa menulis puisi berdasarkan objek
secara langsung, siswa diharapkan untuk kembali ke kelas.
5) Dalam kelas tersebut, guru mencoba melihat hasil karya siswa dengan
melihat puisi yang telah dituliskan oleh siswa.
6) Agar seluruh siswa mengetahui karya yang telah ditulisnya, maka
guru menyuruh salah satu siswa untuk membacakan hasil puisinya itu.
Setelah itu siswa yang lainnya menilai atau mengoreksi pekerjaan
temannya.
2.4.6 Penilaian
Dalam setiap kegiatan pembelajaran tentu perlu adanya penilaian.
Fungsi dari penilaian tersebut untuk mengukur hasil dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan oleh guru. Penilaian yang dilakukan oleh peneliti pada
pembelajaran menulis puisi memiliki lima aspek yang dinilai, yakni : 1) Bunyi.
Dengan berbicara bunyi berarti kita menilai tentang rima dan irama. Rima
berarti menilai persamaan bunyi, sedangkan irama berarti menilai tinggi
rendahnya nada yang dihasilkan dari sebuah puisi. 2) Kata. Kata merupakan
bagian terpenting dalam sebuah puisi, tanpa kata maka tidak ada puisi.
Pemilihan-pemilihan kata yang tepat juga akan berpengaruh terhadap hasil dari
sebuah puisi yang diciptakan. 3) Larik atau baris. Sebuah puisi harus memiliki
baris. Semua itu untuk membedakan antara sebuah puisi dan prosa. Baris atau
larik sebuah puisi selalu memiliki makna. 4) Bait. Setelah baris tentu ada bait,
agar terciptanya puisi yang rapi. Bait berfungsi untuk membedakan makna
dalam setiap larik dalam puisi. 5) Tipografi. Peranan tipografi ini berfungsi
untuk menampilkan unsur visual serta untuk terciptanya makna dalam setiap
kata-katanya sehingga menjadikan sebuah puisi lebih memiliki nilai keindahan
atau biasa disebut dengan estetik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu. Metode penelitian ini dikatakan semu atau kuasi karena bukan merupakan
eksperimen murni, tetapi seperti murni, seolah-olah murni. Karena berkenaan
dengan pengontrolan variabel yang kemungkinan sukar dilakukan dalam
eksperimen murni. Eksperimen semu dapat mengontrol satu variabel saja
(Sukmadinata, 2010 : 207).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas X MAN
Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011 / 2012 yang berjumlah 161
siswa.
Tabel 3.1
Jumlah Siswa Kelas X
MAN Kalimukti Tahun Pelajaran 2011 / 2012
No Kelas Jumlah Siswa
1 X 1 40
2 X 2 41
3 X 3 40
4 X 4 40
Jumlah Siswa 161
28
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau
keadaan tertentu yang akan diteliti (Riduwan, 2010: 56). Dalam pengambilan
sampel, yang dilakukan oleh peneliti kali ini adalah dengan menggunakan
sampel bertujuan (purposive sample). Pengambilan sampel bertujuan (purposive
sample) ini dilakukan karena berdasarkan pertimbangan kelas-kelas yang
memiliki nilai cukup baik dan nilai kurang baik terhadap pembelajaran menulis
puisi. Semua itu diketahui berdasarkan nilai tes awal yang dilakukan sebelum
penelitian.
Setelah dilakukan pertimbangan, akhirnya terpilih kelas X3 sebagai
kelompok kontrol karena memiliki nilai yang cukup baik; dan kelas X4 sebagai
kelompok eksperimen yang memang memiliki nilai kurang baik dalam
pembelajaran menulis puisi. Jumlah siswa pada kelas X3 (kelompok kontrol)
adalah 40 siswa, dan jumlah siswa di kelas X4 (kelompok eksperimen) adalah 40
siswa.
3.3 Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah nonequivalent control group design
menurut Sugiyono (2009 : 116). Artinya, penelitian ini selain kelompok
eksperimen ada juga kelompok lain sebagai pembanding yang disebut kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran menulis
puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung, sedangkan
kelompok control yang tidak diberi perlakuan melakukan pembelajaran seperti
biasanya menggunakan metode ceramah.
Keterangan :
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok Kontrol
O1 : Hasil tes awal kelompok eksperimen
O2 : Hasil tes akhir kelompok eksperimen
O3 : Hasil tes awal kelompok kontrol
O4 : Hasil tes akhir kelompok kontrol
X : Perlakuan (treatment)
(Sugiyono, 2009 : 116)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada tiga jenis teknik pengumpulan data yang
digunakan yakni : a) tes, b) observasi, dan c) angket (kuisoner). Ketiga jenis data
ini digunakan karena peneliti ingin mengetahui kemampuan siswa terhadap
penulisan puisi yang dibuktikan lewat nilai yang dihasilkan siswa. Kemudian,
observasi digunakan untuk mengamati siswa dan guru dalam proses
pembelajaran serta angket untuk mengetahui motivasi siswa dalam menulis puisi
setelah diberi perlakuan.
Pola ∶
3.4.1 Tes
Digunakannya teknik pengumpulan data berupa tes dalam penelitian ini
berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap pembelajaran menulis
puisi, baik sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi perlakuan. Tes yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa uraian bebas yang berisi pertanyaan
yang jawabannya berupa puisi yang sesuai dengan objek yang diamati.
3.4.2 Observasi
Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi.
Lembar observasi ini berfungsi untuk mengamati secara langsung kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran. Dengan penggunaan
lembar observasi ini tentu proses pembelajaran menjadi lebih terorganisasi dan
terkontrol dengan baik.
3.4.3 Angket
Penggunaan angket di sini bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa
terhadap pembelajaran menulis puisi setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung, yang sebelumnya
memang pembelajaran menulis puisi ini kurang diminati oleh siswa. Untuk itu,
penggunaan angket sangat penting dalam penelitian ini serta penggunaan angket
ini sejalan dengan rumusan masalah yang peneliti ajukan.
Penggunaan angket ini juga berfungsi untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik
pengamatan objek secara langsung. Dengan adanya angket, penelitian menjadi
lebih mudah dan memperkuat data yang diperoleh dari lapangan melalui
instrumen penelitian.
3.5 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang akan dilakukan oleh peneliti meliputi
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.2
Analisis Data
No Instrumen Data Analisis
1 Tes Angka / Nilai Statistik
2 Observasi Lembar Observasi Deskripsi
3 Angket Lembar Angket Centang
3.5.1 Analisis Data Uji t-test
Data dari instrumen berupa tes yang terkumpul kemudian diolah dengan
uji statistik uji t (t-test) penghitungannya menggunakan SPSS 15.0 sebagai cara
untuk menguji kesignifikansian perbedaan mean antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
3.5.2 Analisis Data Angket Siswa
Untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut.
P = 100%
Keterangan :
P : Persentase alternatif jawaban
f : Alternatif jawaban
n : Jumlah sampel atau siswa
Tabel 3.3
Klasifikasi Penafsiran Data
Persentase (%) Penafsiran Data
0 Tidak ada
1 – 25 Sebagian kecil
26 – 49 Hampir setengahnya
50 Setengahnya
51 – 75 Lebih dari setengahnya
76 – 99 Sebagian besar
100 Seluruhnya
Sumber : Kuntjaraningrat (dalam Suherman, 2001 : 6)
3.6 Uji Hipotesis
Hasil dari pengolahan data dengan menggunakan rumus di atas
selanjutnya akan dijadikan dasar menguji hipotesis yang telah ditentukan yaitu.
1) Jika kelas eksperimen (KE) > kelas kontrol (KK) maka HO ditolak dan
metodenya dinyatakan efektif.
2) Jika kelas eksperimen (KE) < kelas knntrol (KK) maka HO diterima dan
metodenya dinyatakan tidak efektif.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini merupakan
bukti yang valid dalam sebuah penelitian. Hasil instrumen penelitian ini diolah
ke dalam pengumpulan data.
3.7.1 Instrumen Tes
3.7.1.1 Soal Tes
Kerjakan soal-soal di bawah ini. Setelah kamu memahami cara-cara menulis puisi, sekarang buatlah sebuah puisi berdasarkan objek yang kamu lihat, dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Tulislah puisimu itu berdasarkan bait, rima, dan irama!
2) Pergunakanlah diksi yang tepat dalam penulisan puisimu!
3) Agar puisimu terlihat lebih memiliki nilai estetik dan menarik, pergunakanlah
kata-kata bermajas dalam penulisan puisimu!
3.7.1.2 Aspek dan Bobot Penilaian
No Aspek Deskriptor Skor Skor Maksimum
1 Bunyi (adanya rima
dan irama)
Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai
5
3
0
5
2 Diksi (pemilihan
kata)
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
3 Penempatan larik
atau baris
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
4 Berbentuk bait
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
Keterangan :
a. Dikatakan sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan terdapat pengulangan bunyi baik di
awal, tengah, dan akhir. Pengulangannya itu baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Terciptanya larik yang baik dengan memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
b. Dikatakan kurang sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak semuanya mengalami
pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Serta pengulangan bunyinya hanya vokal ataupun bunyi konsonan saja. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis kurang mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut kurang memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya kurang tepat sehingga kurang menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Kurang terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian tidak semuanya larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya kurang mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
- c. Dikatakan tidak sesuai/tepat apabila :
- Rima dalam puisi yang dituliskan tidak mengalami pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Serta tidak terdapatnya pengulangan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulispun tidak mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut tidak memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanyapun tidak tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang tidak memiliki nilai estetik.
- Tidak terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya tidak saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya tidak mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
3.7.2 Instrumen Observasi
Lembar Observasi Siswa
Sekolah :
Tanggal :
Kelas :
No Jenis perilaku Fokus Observasi SB B C K
1 Keaktifan siswa
mendengarkan
penjelasan guru/
apersepsi
1. Siswa semangat dan sungguh-sungguh mengikuti penjelasan guru
2. Siswa serius dalam memperhatikan penjelasan/pertanyaan dari guru
3. Siswa aktif bertanya, berkomentar tentang materi yang diajarkan.
4. Siswa membuat catatan mengenai hal-hal yang penting.
2 Keaktifan siswa
selama proses
pembelajaran
menulis puisi
1. Siswa aktif bertanya dan bersungguh-sungguh mendengarkan penguatan dari guru
2. Siswa mengamati objek yang ada di dalam lingkungan sekolah (halaman sekolah MAN Kalimukti).
3. Siswa serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
4. Adanya saling interaksi antara siswa satu dan yang lainnya dalam mengerjakan tugas dari guru.
5. Siswa memperhatikan hasil puisinya dengan memperhatikan bait, rima dan irama.
Keterangan :
SB : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
T : Kurang
Lembar Observasi Guru
Mata Pelajaran :
Tanggal :
Kelas :
No Aspek yang Diamati Aspek Penilaian
Ket SB B C K
Pendahuluan
1 Menyiapkan sumber belajar yang
diperlukan secara lengkap
2 Mengawali pelajaran dengan ceria
3 Menunjukkan kegunaan kompetensi
dasar (KD) yang akan dibahas dalam
kehidupan sehari-hari atau hubungannya
dengan mata pelajaran yang lain.
4 Memberi permasalahan yang menantang
sehingga membangkitkan keinginan
siswa untuk memecahkannya
5
Mengajukan pertanyaan mengenai materi
pelajaran yang lalu yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas.
6 Menyampaikan baik lisan maupun
tertulis KD/Indikator yang harus dikuasai
siswa setelah selesai pembelajaran
7 Menyiapkan bahan ajar, baik berupa
buku teks, modul, kaset/CD
pembelajaran, dsb.
Kegiatan Pokok
8 Mantap, percaya diri, dan tidak raguragu
dalam menyajikan pembelajaran
9 Pertanyaan-pertanyaan siswa dijawab
dengan tepat
10 Kebenaran konsep-konsep yang
disampaikan
11 Kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi
dengan guru
12 Kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi
antarteman
13 Terdapat kemudahan bagi siswa; bahan
ajar, dan alat-alat pembelajaran (sumber
belajar)
14 Menggunakan waktu sesuai alokasi yang
disediakan
15 Waktu yang tersedia lebih banyak
digunakan untuk kegiatan siswa
dibandingkan dengan kegiatan guru
16 Menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa
17 Langkah-langkah pembelajaran
dilakukan secara tertib dan sistematis
18 Kegiatan pembelajaran menggunakan
metode yang bervariasi
19 Terampil, efektif, dan efisien dalam
menggunakan alat Bantu/ media
pembelajaran (sumber belajar) yang telah
disiapkan
20 Memberi kesempatan/ memfasilitasi
siswa untuk melakukan berbagai kegiatan
dalam upaya pencapaian
indikator/kompetensi dasar
21 Selalu siap membantu siswa
22 Mengajukan pertanyaan kepada semua
siswa
23 Memberi waktu tunggu bagi siswa untuk
berpikir
24 Dalam menanggapi pertanyaan/jawaban
siswa, sikap guru menunjukkan sabar
mendengarkan sampai selesai (tidak
memotong pertanyaan/jawaban siswa)
25 Tidak mencemooh siswa walaupun
pertanyaan/jawaban siswa kurang tepat,
dan tidak langsung menyalahkan
pendapat siswa
26 Memberi penghargaan pada pertanyaan
yang berbobot/ jawaban yang tepat
27 Menulis pokok-pokok penting saja
28 Teknik menulis tidak membelakangi
siswa
29 Hubungan guru dan siswa dalam
pembelajaran tampak akrab dan saling
menghormati
30 Hubungan antarsiswa dalam
pembelajaran tampak akrab dan saling
menghormati
31 Selurah siswa aktif melaksanakan
berbagai kegiatan pembelajaran
Penutup
32 Pertanyaan-pertanyaan guru yang
berhubungan dengan tujuan
pembelajaran/indikator/KD, baik yang
disampaikan selama pembelajaran
maupun di akhir pembelajaran, sebagian
besar (> 75%) dapat dijawab oleh siswa
dengan baik.
33 Siswa membuat dengan dibimbing oleh
guru
Keterangan :
SB : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
3.7.3 Instrumen Angket
ANGKET MOTIVASI SISWA
TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas : X
Hari/tanggal : Materi : Menulis Puisi
Nama siswa
Petunjuk
1. Pada angket ini terdapat 12 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.
2. Berilah lingkaran pada angka-angka yang sesuai dengan pernyataan yang kamu rasakan pada saat melakukan pembelajaran menulis puisi.
Keterangan Pilihan Jawaban
1 : sangat tidak setuju 2 : tidak setuju 3 : ragu-ragu 4 : setuju 5 : sangat setuju
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
1 2 3 4 5
1 Saya senang belajar menulis puisi menggunakan
teknik pengamatan objek secara langsung. 1 2 3 4 5
2 Pembelajaran menulis puisi menggunakan
teknik pengamatan objek secara langsung yang
saya ikuti menarik.
1 2 3 4 5
3 Belajar dengan menggunakan teknik
pengamatan objek secara langsung, memotivasi
saya untuk menulis puisi.
1 2 3 4 5
4 Saya merasa mudah dan terbantu dalam menulis
puisi menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung.
1 2 3 4 5
5 Pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung dapat membantu saya dalam
menuangkan ide dan gagasan.
1 2 3 4 5
6 Pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung dapat menumbuhkan kreasi dan
imajinasi saya.
1 2 3 4 5
7 Pembelajaran menulis puisi dengan
menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung memudahkan saya menuangkan kata-
kata yang ekspresif dan estetik.
1 2 3 4 5
8 Saya lebih senang pembelajaran seperti ini
daripada pembelajaran biasa. 1 2 3 4 5
9 Perubahan metode pembelajaran yang dilakukan
guru dalam pembelajaran menulis puisi
membuat kegiatan pembelajaran tidak
membosankan.
1 2 3 4 5
10 Penyajian materi yang disampaikan oleh guru
mudah untuk dipahami. 1 2 3 4 5
11 Saya merasa terbantu saat guru memberikan
bimbingan cara menulis puisi yang baik pada
saat proses menulis puisi berlangsung.
1 2 3 4 5
12 Penggunaan “objek lingkungan sekolah” 1 2 3 4 5
membantu saya dalam pembelajaran menulis
puisi sehingga tidak menjenuhkan.
3.7.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen
MATA PELAJARAN : Bahasa dan Sastra Indonesia
KELAS / SEMESTER : X (Sepuluh) / (Gasal)
PROGRAM : Umum
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 Menit (90 Menit)
TATAP MUKA : 1 x Tatap Muka
KKM : 70
STANDAR
KOMPETENSI
MENULIS
7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan
menulis puisi
KOMPETENSI
DASAR
7.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama,
dan rima
INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
(IPK)
Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan
rima
I TUJUAN PEMBELAJARAN
· Siswa dapat menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
II MATERI PEMBELAJARAN
Pembelajaran menulis puisi dilakukan secara bertahap-tahap sampai menciptakan hasil yang memuaskan. Munandar dalam Sahriadi (2011) menyimpulkan ada empat tahap dalam proses pemikiran kreatif untuk menulis puisi, yaitu sebagai berikut. 1. tahap persiapan dan usaha 2. tahap inkubasi atau pengendapan 3. tahap iluminasi 4. tahap verifikasi
Pada tahap persiapan dan usaha siswa akan mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan. Makin banyak pengalaman atau informasi yang dimiliki siswa mengenai masalah atau tema yang akan dikerjakannya, makin memudahkan dan melancarkan pelibatan dirinya dalam proses tersebut.
Tahap inkubasi atau pengendapan, setelah semua informasi dan pengalaman yang dibutuhkan serta berusaha dengan pelibatan sepenuhnya untuk menimbulkan ide-ide sebanyak mungkin, maka biasanya diperlukan waktu untuk mengendapkan semua gagasan tersebut, diinkubasi dalam alam prasadar.
Tahap iluminasi, siswa akan mencoba mengekspresikan masalah tersebut dalam bentuk puisi.
Tahap selanjutnya adalah tahap verifikasi yaitu siswa melakukan penilaian secara kritis terhadap karyanya sendiri. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan cara membahas atau mendiskusikannya dengan temannya untuk mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut maupun karya selanjutnya.
III METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Student Centered Approach (SCA)
2. Strategi : Pembelajaran Berbasis Simulasi
3. Metode : · Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung
· Penugasan
· Tanya Jawab
IV KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
1) Orientasi : Memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan
dipelajari dengan menuliskannya di papan tulis.
2) Apersepsi : Memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang
akan diajarkan dengan mengaitkan materi tersebut dengan
materi yang lampau.
3) Motivasi : Menuliskan KD di papan tulis dan menjabarkan tujuan
pembelajaran yang dihasilkan dalam pembelajaran
sekarang.
b. Kegiatan Inti : (70 Menit)
1) Eksplorasi
- Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bait, rima, dan irama; dan cara
menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek langsung.
- Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang proses pembelajaran
selama menciptakan puisi dengan teknik pengamatan objek secara langsung.
- Siswa diajak untuk keluar kelas
- Siswa diperintahkan untuk memperhatikan objek lingkungan sekitar
(peristiwa, kejadian atau objek langsung)
2) Elaborasi :
- Siswa melakukan pengamatan terhadap objek sesuai dengan tema yang
dipilihnya.
- Siswa membuat puisi berdasarkan teknik pengamatan objek secara langsung
dengan memperhatikan bait, rima, dan irama
- Siswa mengidentifikasi hasil puisinya berdasarkan bait, rima, dan irama
- Beberapa siswa melaporkan hasil kerjanya
3) Konfirmasi :
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
- Siswa dan guru melakukan refleksi
c. Kegiatan Penutup : (10 Menit)
- Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas
V SUMBER PEMBELAJARAN
a. Sumber Belajar
· Buku Ajar : Aktif dan Kreatif Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas X
SMA/MA karangan Adi Abdul Somad, Aminudin, Yudi Irawan. BSE (Buku
Standar Elektronik)
· Lingkungan Sekolah
b. Media Ajar :
· Lingkungan
c. Alat/Media Belajar
· Buku Pelajaran
VI PENILAIAN
a. Teknik Penilaian : Uraian
b. Bentuk lnstrumen : Uraian Bebas
c. Instrumen Penilaian :
No Aspek Deskriptor Skor Skor Maksimum
1 Bunyi (adanya rima
dan irama)
Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai
5
3
0
5
2 Diksi (pemilihan
kata)
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
3 Penempatan larik
atau baris
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
4 Berbentuk bait
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
Keterangan :
a. Dikatakan sesuai/tepat apabila :
- Rima dalam puisi yang dituliskan terdapat pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Pengulangannya itu baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Terciptanya larik yang baik dengan memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
b. Dikatakan kurang sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak semuanya mengalami
pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Serta pengulangan bunyinya hanya vokal ataupun bunyi konsonan saja. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis kurang mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut kurang memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya kurang tepat sehingga kurang menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Kurang terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian tidak semuanya larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya kurang mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
c. Dikatakan tidak sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak mengalami pengulangan bunyi
baik di awal, tengah, dan akhir. Serta tidak terdapatnya pengulangan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulispun tidak mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut tidak memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanyapun tidak tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang tidak memiliki nilai estetik.
- Tidak terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya tidak saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya tidak mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
Skor Maksimal 25
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :
Nilai Akhir =� � � � � � ℎ� � � � � �
� � � � � � � � � � � � (25) 100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas Kontrol
MATA PELAJARAN : Bahasa dan Sastra Indonesia
KELAS / SEMESTER : X (Sepuluh) / (Gasal)
PROGRAM : Umum
ALOKASI WAKTU : 2 x 45 Menit (1 x Pertemuan)
TATAP MUKA : 1 x Tatap Muka
KKM : 70
STANDAR
KOMPETENSI
MENULIS
7. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan
menulis puisi
KOMPETENSI
DASAR
7.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama,
dan rima
INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
(IPK)
Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan
rima
I TUJUAN PEMBELAJARAN
· Siswa dapat menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
II MATERI PEMBELAJARAN
Pembelajaran menulis puisi dilakukan secara bertahap-tahap sampai menciptakan hasil yang memuaskan. Munandar dalam Sahriadi (2011) menyimpulkan ada empat tahap dalam proses pemikiran kreatif untuk menulis puisi, yaitu sebagai berikut. 1. tahap persiapan dan usaha
2. tahap inkubasi atau pengendapan 3. tahap iluminasi 4. tahap verifikasi
Pada tahap persiapan dan usaha siswa akan mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan. Makin banyak pengalaman atau informasi yang dimiliki siswa mengenai masalah atau tema yang akan dikerjakannya, makin memudahkan dan melancarkan pelibatan dirinya dalam proses tersebut.
Tahap inkubasi atau pengendapan, setelah semua informasi dan pengalaman yang dibutuhkan serta berusaha dengan pelibatan sepenuhnya untuk menimbulkan ide-ide sebanyak mungkin, maka biasanya diperlukan waktu untuk mengendapkan semua gagasan tersebut, diinkubasi dalam alam prasadar.
Tahap iluminasi, siswa akan mencoba mengekspresikan masalah tersebut dalam bentuk puisi.
Tahap selanjutnya adalah tahap verifikasi yaitu siswa melakukan penilaian secara kritis terhadap karyanya sendiri. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan cara membahas atau mendiskusikannya dengan temannya untuk mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut maupun karya selanjutnya.
III METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Teacher Centered Approach (SCA)
2. Strategi : Pembelajaran Berbasis Berbagai Sumber
3. Metode : · Ceramah
· Penugasan
· Tanya Jawab
IV KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
1) Orientasi : Memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan
dipelajari dengan menuliskannya di papan tulis.
2) Apersepsi : Memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang
akan diajarkan dengan mengaitkan materi tersebut dengan
materi yang lampau.
3) Motivasi : Menuliskan KD di papan tulis dan menjabarkan tujuan
pembelajaran yang dihasilkan dalam pembelajaran
sekarang.
b. Kegiatan Inti : (70 Menit)
1) Eksplorasi
- Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bait, rima, dan irama
- Siswa diberikan contoh sebuah puisi modern karya sastrawan (Chairil
Anwar)
- Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang proses pembelajaran
selama menciptakan puisi dengan lamunan
- Siswa diperintahkan untuk memikirkan apa yang ada di dalam pikirannya
untuk dituangkan dalam sebuah puisi yang akan ditulisnya
2) Elaborasi :
- Siswa membayangkan sesuatu agar bisa menciptakan sebuah puisi
- Siswa membuat puisi berdasarkan apa yang ada di dalam pikirannya dengan
memperhatikan bait, rima, dan irama
- Siswa mengidentifikasi hasil puisinya berdasarkan bait, rima, dan irama
- Beberapa siswa melaporkan hasil kerjanya
3) Konfirmasi :
- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
- Siswa dan guru melakukan refleksi
c. Kegiatan Penutup : (10 Menit)
- Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas
V SUMBER PEMBELAJARAN
a. Sumber Belajar
· Buku Ajar : Aktif dan Kreatif Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas X
SMA/MA karangan Adi Abdul Somad, Aminudin, Yudi Irawan. BSE (Buku
Standar Elektronik)
· Kumpulan Puisi Sastrawan
b. Bahan Ajar :
· Contoh puisi karya Chairil Anwar Senja di Pelabuhan Kecil
c. Alat/Media Belajar
· Laptop
VI PENILAIAN
a. Teknik Penilaian : Uraian
b. Bentuk lnstrumen : Uraian Bebas
c. Instrumen Penilaian :
No Aspek Deskriptor Skor Skor Maksimum
1 Bunyi (adanya rima
dan irama)
Sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai
5
3
0
5
2 Diksi (pemilihan
kata)
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
3 Penempatan larik
atau baris
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
4 Berbentuk bait
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
5
3
0
5
Keterangan :
a. Dikatakan sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan terdapat pengulangan bunyi baik di
awal, tengah, dan akhir. Pengulangannya itu baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Terciptanya larik yang baik dengan memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
b. Dikatakan kurang sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak semuanya mengalami
pengulangan bunyi baik di awal, tengah, dan akhir. Serta pengulangan bunyinya hanya vokal ataupun bunyi konsonan saja. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulis kurang mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut kurang memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanya kurang tepat sehingga kurang menciptakan sebuah puisi yang memiliki nilai estetik.
- Kurang terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian tidak semuanya larik satu dengan lainnya saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya kurang mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
c. Dikatakan tidak sesuai/tepat apabila : - Rima dalam puisi yang dituliskan tidak mengalami pengulangan bunyi
baik di awal, tengah, dan akhir. Serta tidak terdapatnya pengulangan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Irama yang ada di dalam puisi yang ditulispun tidak mengandung unsur musikalitas sehingga puisi tersebut tidak memiliki intonasi nada yang baik.
- Pemilihan katanyapun tidak tepat sehingga menciptakan sebuah puisi yang tidak memiliki nilai estetik.
- Tidak terciptanya larik yang baik dengan tidak memiliki satuan lebih besar dari kata. Kemudian larik satu dengan lainnya tidak saling berkaitan makna.
- Setiap baitnya tidak mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang berbeda dengan satuan makna dalam kelompok larik lainnya.
Skor Maksimal 25
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :
Nilai Akhir =� � � � � � ℎ� � � � � �� � � � � � � � � � � � 100
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
4.1 Data
Pada bab ini penulis akan menguraikan data penelitian Pembelajaran
Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Pengamatan Objek secara
Langsung pada Siswa Kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun
Pelajaran 2011 / 2012. Rumusan masalah penelitian ini yakni : 1) Apakah
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung pada siswa kelas X MAN Kalimukti efektif? 2) Apakah
pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung dapat memotivasi siswa dalam belajar menulis puisi?
4.1.1 Data Proses Pembelajaran
4.1.1.1 Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol
Proses pembelajaran dilakukan pada siswa kelas X3 MAN Kalimukti
Pabedilan Cirebon sebagai kelas kontrol, dengan standar kompetensi
mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. Proses
pembelajaran dilakukan dalam satu kali pertemuan. Pada kegiatan awal guru
mengondisikan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, bersama dengan
siswa melakukan apersepsi, dan memberikan tes awal menulis puisi berdasarkan
pengamatan objek secara langsung. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi,
memberikan contoh puisi, kemudian siswa ditugasi guru untuk membuat puisi
54
berdasarkan lamunannya (objek). Di akhir pembelajaran guru dan siswa
melakukan refleksi pembelajaran dan mengambil kesimpulan dari pembelajaran.
4.1.1.2 Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen
Proses pembelajaran dilakukan pada siswa kelas X4 MAN Kalimukti
Pabedilan Cirebon sebagai kelas eksperimen dengan standar kompetensi
mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. Proses
pembelajaran dilakukan satu kali pertemuan. Tahap pertama dimulai dengan
kegiatan awal yaitu guru mengondisikan kelas, menyampaikan tujuan
pembelajaran, bersama dengan siswa melakukan apersepsi, dan memberikan tes
awal menulis puisi berdasarkan objek yang dilihat. Kegiatan inti dilakukan
dalam beberapa tahap. Sebelum masuk ke tahap-tahap pengamatan objek
langsung, terlebih dahulu guru menjelaskan tentang kriteria puisi yang baik
dengan memperhatikan rima, irama, dan bait serta menulis puisi menggunakan
teknik pengamatan objek secara langsung. Pada tahap selanjutnya, guru
mengajak semua siswa keluar kelas. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengamati objek-objek yang terdapat di halaman sekolah. Siswa
membuat puisi berdasarkan objek yang dilihat, dirasakan, atau peristiwa dan
kejadian. Pada kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah
dibahas.
4.1.2 Data Hasil Observasi
4.1.2.1 Hasil Observasi Siswa
Selama proses pembelajaran, peneliti tidak hanya melakukan tes, tetapi
juga melakukan nontes berupa observasi untuk mengetahui aktivitas siswa dan
guru selama proses pembelajaran menulis puisi baru. Peneliti melakukan
observasi dengan menggunakan tabel observasi yang telah dibuat dan disiapkan
sebelum melakukan proses belajar mengajar. Di bawah ini merupakan tabel data
hasil observasi yang diperoleh peneliti.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Observasi Menulis Puisi Baru
di Kelas X – 3 (Kelas Kontrol) MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011 / 2012
No Jenis perilaku Fokus Observasi Jumlah Persentase
1 Keaktifan siswa
mendengarkan
penjelasan guru/
apersepsi
5. Siswa semangat dan sungguh-sungguh mengikuti penjelasan guru
6. Siswa serius dalam memperhatikan penjelasan/pertanyaan dari guru
7. Siswa aktif bertanya, berkomentar tentang materi yang diajarkan.
8. Siswa membuat catatan mengenai hal-hal yang penting.
30
28
4
10
75%
70%
10%
25%
2 Keaktifan siswa
selama proses
pembelajaran
menulis puisi
6. Siswa aktif bertanya dan bersungguh-sungguh mendengarkan penguatan dari guru
7. Siswa mengamati objek yang ada di dalam kelas.
8. Siswa serius dalam mengerjakan tugas yang
10
20
25%
50%
diberikan guru. 9. Adanya saling interaksi
antara siswa satu dengan yang lainnya dalam mengerjakan tugas dari guru.
10. Siswa memperhatikan hasil puisinya dengan memperhatikan bait, rima dan irama.
25
5
15
62.5%
12.5%
37.5%
� � � � � � � � � � =Jumlah siswa aktif
� � � � � ℎ � � � � � � ℎ � � � � � (40) 100%
Melalui tabel di atas, dapat diketahui beberapa sikap siswa selama proses
pembelajaran. Pada kegiatan awal, jumlah siswa yang semangat mengikuti
penjelasan dari guru sebesar 75% yaitu 30 siswa dari jumlah siswa 40 siswa.
Jumlah siswa yang serius dalam memperhatikan dan penjelasan dari guru
sebesar 70% yaitu 28 siswa. Siswa yang aktif bertanya, berkomentar tentang
materi yang diajarkan sebesar 10% atau hanya 4 siswa adapun jumlah siswa
yang membuat catatan mengenai hal-hal yang penting sebesar 25% atau
sejumlah 10 siswa saja.
Pada kegiatan inti, jumlah siswa yang aktif bertanya dan bersungguh-
sungguh mendengarkan penguatan dari guru sebesar 25% atau berjumlah 10
siswa. Siswa yang mengamati objek yang ada di dalam kelas sejumlah
setengahnya sebesar 50% atau 20 siswa dari 40 siswa. Di sisi lain siswa yang
serius dalam mengerjakan tugas dari guru sebesar 62.5% atau 25 siswa. Siswa
yang berinteraksi antara siswa satu dengan yang lainnya sebesar 12.5% atau
sejumlah 5 siswa. Adapun siswa yang menulis puisi dengan memperhatikan
rima, irama dan bait sebesar 37.5% atau sejumlah 15 siswa dari 40 orang siswa.
Sesuai dengan hasil observasi itu, dapat diketahui bahwa selama proses
pembelajaran berlangsung di kelas kontrol, masih banyak siswa yang kurang
serius dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan kejenuhan pada penggunaan
metode yang monoton atau konvensional. Ketika menulis puisi baru, beberapa
siswa tidak memperhatikan bait, rima, dan irama pada penulisan puisinya.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Observasi Menulis Puisi Baru
di Kelas X – 4 (Kelas Eksperimen) MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon Tahun Pelajaran 2011 / 2012
No Jenis perilaku Fokus Observasi Jumlah Persentase
1 Keaktifan siswa
mendengarkan
penjelasan guru/
apersepsi
1. Siswa semangat dan sungguh-sungguh mengikuti penjelasan guru
2. Siswa serius dalam memperhatikan penjelasan/pertanyaan dari guru
3. Siswa aktif bertanya, berkomentar tentang materi yang diajarkan.
4. Siswa membuat catatan mengenai hal-hal yang penting.
38
35
15
20
95%
87.5%
37.5%
50%
2 Keaktifan siswa
selama proses
pembelajaran
menulis puisi
1. Siswa aktif bertanya dan bersungguh-sungguh mendengarkan penguatan dari guru
2. Siswa mengamati objek yang ada di halaman sekolah (MAN kalimukti).
3. Siswa serius dalam
22
33
55%
82.5%
mengerjakan tugas yang diberikan guru.
4. Adanya saling interaksi antara siswa satu dengan yang lainnya dalam mengerjakan tugas dari guru.
5. Siswa memperhatikan hasil puisinya dengan memperhatikan bait, rima, dan irama.
30
20
25
75%
50%
62.5%
� � � � � � � � � � =Jumlah siswa aktif
� � � � � ℎ � � � � � � ℎ � � � � � (40) 100%
Melalui tabel di atas, dapat diketahui beberapa sikap siswa selama proses
pembelajaran. Pada kegiatan awal, siswa yang semangat mengikuti penjelasan
dari guru sebesar 95% yaitu 38 siswa dari jumlah siswa 40 siswa. Jumlah siswa
yang serius dalam memperhatikan dan penjelasan dari guru sebesar 87.5% yaitu
35 siswa. Siswa yang aktif bertanya, berkomentar tentang materi yang diajarkan
sebesar 37.5% atau hanya 15 siswa. Adapun jumlah siswa yang membuat catatan
mengenai hal-hal yang penting sebesar 50% yaitu 20 siswa atau setengah dari
jumlah siswa yakni 40 siswa.
Pada kegiatan inti, jumlah siswa yang aktif bertanya dan bersungguh-
sungguh mendengarkan penguatan dari guru sebesar 55% atau berjumlah 22
siswa. Siswa yang mengamati objek yang ada di halaman sekolah (MAN
Kalimukti) sebesar 82.5% atau 33 siswa dari 40 siswa. Di sisi lain siswa yang
serius dalam mengerjakan tugas dari guru sebesar 75% atau sejumlah 30 siswa.
Siswa yang berinteraksi antara siswa satu dengan yang lainnya sebesar 50% atau
sejumlah 20 siswa setengah dari jumlah siswa. Adapun siswa yang menulis puisi
dengan memperhatikan rima, irama, dan bait sebesar 62.5% atau sejumlah 25
siswa dari 40 orang siswa.
Sesuai dengan hasil observasi pembelajaran di kelas eksperimen,
hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil observasi di kelas kontrol yaitu
banyak perilaku siswa yang baik selama pembelajaran menulis puisi baru di
kelas eksperimen. Hal itu disebabkan guru memberikan perlakuan kepada kelas
eksperimen berupa teknik pengamatan objek secara langsung. Adapun pada
kelas kontrol guru hanya menggunakan model konvensional dengan cara
berceramah, proses pembelajaran ini tidak menimbulkan adanya keaktifan siswa
atau dapat disimpulkan proses pembelajarannya hanya bergerak satu arah. Oleh
karena itu, siswa kurang berperan aktif selama proses pembelajaran sehingga
banyak siswa yang kurang serius dalam mengikuti pembelajaran.
4.1.2.2 Hasil Observasi Guru
No Aspek yang Diamati Aspek Penilaian
Ket SB B C K
Pendahuluan
1 Menyiapkan sumber belajar yang
diperlukan secara lengkap √
2 Mengawali pelajaran dengan ceria √
3 Menunjukkan kegunaan Kompetensi
Dasar (KD) yang akan dibahas dalam √
kehidupan sehari-hari atau hubungannya
dengan mata pelajaran yang lain.
4 Memberi permasalahan yang menantang
sehingga membangkitkan keinginan
siswa untuk memecahkannya
√
5 Mengajukan pertanyaan mengenai materi
pelajaran yang lalu yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas.
√
6 Menyampaikan baik lisan maupun
tertulis KD/Indikator yang harus dikuasai
siswa setelah selesai pembelajaran
√
7 Menyiapkan bahan ajar, baik berupa
buku teks, modul, kaset/CD
pembelajaran, dsb.
√
Kegiatan Pokok
8 Mantap, percaya diri, dan tidak raguragu
dalam menyajikan pembelajaran √
9 Pertanyaan-pertanyaan siswa dijawab
dengan tepat √
10 Kebenaran konsep-konsep yang
disampaikan √
11 Kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi
dengan guru √
12 Kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi
antarteman √
13 Kemudahan bagi siswa bahan ajar, dan
alat-alat pembelajaran (sumber belajar) √
14 Menggunakan waktu sesuai alokasi yang
disediakan √
15 Waktu yang tersedia lebih banyak
digunakan untuk kegiatan siswa
dibandingkan dengan kegiatan guru
√
16 Menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa √
17 Langkah-langkah pembelajaran
dilakukan secara tertib dan sistematis √
18 Kegiatan pembelajaran menggunakan
metode yang bervariasi √
19 Terampil, efektif, dan efisien dalam
menggunakan alat Bantu/ media
pembelajaran (sumber belajar) yang telah
disiapkan
√
20 Memberi kesempatan/ memfasilitasi
siswa untuk melakukan berbagai kegiatan
dalam upaya pencapaian
indikator/kompetensi dasar
√
21 Selalu siap membantu siswa. √
22 Mengajukan pertanyaan kepada semua
siswa √
23 memberi waktu tunggu bagi siswa untuk
berpikir √
24 Dalam menanggapi pertanyaan/jawaban
siswa, sikap guru menunjukkan sabar
mendengarkan sampai selesai (tidak
memotong pertanyaan/jawaban siswa)
√
25 Tidak mencemooh siswa walaupun
pertanyaan/jawaban siswa kurang tepat,
dan tidak langsung menyalahkan
pendapat siswa
√
26 Memberi penghargaan pada pertanyaan
yang berbobot/ jawaban yang tepat √
27 Menulis pokok-pokok penting saja √
28 Teknik menulis tidak membelakangi
siswa √
29 Hubungan guru dan siswa dalam √
pembelajaran tampak akrab dan saling
menghormati
30 Hubungan antar siswa dalam
pembelajaran tampak akrab dan saling
menghormati
√
31 Selurah siswa aktif melaksanakan
berbagai kegiatan pembelajaran √
Penutup
32 Pertanyaan-pertanyaan guru yang
berhubungan dengan tujuan
pembelajaran/indikator/KD, baik yang
disampaikan selama pembelajaran
maupun di akhir pembelajaran, sebagian
besar (> 75%) dapat dijawab oleh siswa
dengan baik.
√
33 Siswa membuat rangkuman dengan
dibimbing oleh guru √
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan kepada guru mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada saat penelitian dengan materi
pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung, kesiapan guru dalam mempersiapkan segala yang diperlukan dalam
proses pembelajaran sudah cukup baik. Proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dengan menggunakan dua metode yakni teknik pengamatan objek
secara langsung dan metode ceramah sudah dijalankan sesuai dengan baik.
Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam penyampaian materi.
Meski kesiapan dirasa sudah cukup namun pengajar masih memiliki
beberapa catatan, yakni : 1) penguasaan materi yang perlu ditingkatkan;
2) pengesetan waktu ke waktu pada sistematika selama proses pembelajaran
menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung. Semua
itu akan jauh lebih berhasil apabila guru lebih mempersiapkan lagi ketika akan
mengajar dengan pembelajaran ini.
Meski begitu, peneliti merasa proses pembelajaran yang dilaksanakan
sudah cukup maksimal itu dibuktikan dengan hasil yang baik pada kelas
eksperimen dengan nilai tes akhir yang cukup memuaskan. Sedikit yang perlu
dibenahi dan menjadi catatan bagi guru, yakni perlunya pengesetan waktu yang
baik dan penguasaan materi yang benar-benar sehingga menjadikan
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung ini menjadi pembelajaran yang baik untuk siswa.
4.2 Analisis Data Angket Motivasi Siswa
Angket yang dianalisis adalah angket yang mengungkap respons
motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik
pengamatan objek secara langsung sehingga akan tampak perbedan di antara
kedua metode tersebut.
Berikut ini akan disajikan secara deskriptif setiap pernyataan yang
dikategorikan dalam kesesuaian motivasi siswa.
4.2.1 Hasil Respons Motivasi Siswa
Di bawah ini merupakan hasil respons motivasi siswa pada pembelajaran
menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung pada
kelas eksperimen adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Respons Motivasi Siswa
No Skor
SS S R TS STS
1 14 24 2 0 0
2 16 22 2 0 0
3 9 28 3 0 0
4 18 20 2 0 0
5 16 22 2 0 0
6 19 20 1 0 0
7 8 29 3 0 0
8 16 23 1 0 0
9 21 17 2 0 0
10 16 23 1 0 0
11 19 20 1 0 0
12 16 21 3 0 0
Keterangan : SS : Sangat setuju S : Setuju R : Ragu-ragu TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju
4.2.2 Analisis Angket Motivasi Siswa
Berdasarkan pada rumus persentase = 100% didapat :
Contoh :
1. Pernyataan nomor 1
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 14
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 24
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 2
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1440
= 35%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2440
= 60%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=2
40
= 5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
2. Pernyataan nomor 2
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 16
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 22
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 2
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1640
= 40%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2240
= 55%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=2
40
= 5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
3. Pernyataan nomor 3
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 9
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 28
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 3
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=9
40
= 22.5%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2840
= 70%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=3
40
= 7.5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
4. Pernyataan nomor 4
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 18
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 20
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 2
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1840
= 45%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2040
= 50%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=2
40
= 5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
5. Pernyataan nomor 5
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 16
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 22
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 2
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1640
= 40%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2240
= 55%
c. Persentase jawaban R
=ㅢ
100%
=2
40
= 5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
6. Pernyataan nomor 6
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 19
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 20
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 1
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1940
= 47.5%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2040
= 50%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=1
40
= 2.5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
7. Pernyataan nomor 7
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 8
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 29
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 3
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=8
40
= 20%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2940
= 72.5%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=3
40
= 7.5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
8. Pernyataan nomor 8
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 16
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 23
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 1
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1640
= 40%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2340
= 57.5%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=1
40
= 2.5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
9. Pernyataan nomor 9
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 21
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 17
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 2
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=2140
= 52.5%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=1740
= 42.5%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=2
40
= 5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
10. Pernyataan nomor 10
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 16
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 23
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 1
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1640
= 40%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2340
= 57.5%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=1
40
= 2.5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
11. Pernyataan nomor 11
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 19
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 20
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 2
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1940
= 47.5%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2040
= 50%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=1
40
= 2.5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
12. Pernyataan nomor 12
Jumlah siswa yang memilih jawaban SS = 16
Jumlah siswa yang memilih jawaban S = 21
Jumlah siswa yang memilih jawaban R = 3
Jumlah siswa yang memilih jawaban TS = 0
Jumlah siswa yang memilih jawaban STS = 0
a. Persentase jawaban SS
= 100%
=1640
= 40%
b. Persentase jawaban S
= 100%
=2140
= 52.5%
c. Persentase jawaban R
= 100%
=3
40
= 7.5%
d. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
e. Persentase jawaban R
= 100%
=0
40
= 0%
Perhitungan data di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.4 Data Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puisi Menggunakan
Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung
NO PERNYATAAN
RESPONDEN SISWA
SS S R TS STS
f p f p f p f p f p
1
Saya senang belajar
menulis puisi menggunakan
teknik pengamatan objek
secara langsung.
14 35 24 60 2 5 0 0 0 0
2 Pembelajaran menulis puisi
menggunakan teknik 16 40 22 55 2 5 0 0 0 0
pengamatan objek secara
langsung yang saya ikuti
menarik.
3
Belajar dengan
menggunakan teknik
pengamatan objek secara
langsung, memotivasi saya
untuk menulis puisi.
9 22.5 28 70 3 7.5 0 0 0 0
4
Saya merasa mudah dan
terbantu dalam menulis
puisi menggunakan teknik
pengamatan objek secara
langsung.
18 45 20 50 2 5 0 0 0 0
5
Pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan
teknik pengamatan objek
secara langsung dapat
membantu saya dalam
menuangkan ide dan
gagasan.
16 40 22 55 2 5 0 0 0 0
6
Pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan
teknik pengamatan objek
secara langsung dapat
menumbuhkan kreasi dan
imajinasi saya.
19 47.5 20 50 1 2.5 0 0 0 0
7
Pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan
teknik pengamatan objek
secara langsung
memudahkan saya
menuangkan kata-kata yang
ekspresif dan estetik.
8 20 29 72.5 3 7.5 0 0 0 0
8
Saya lebih senang
pembelajaran seperti ini
daripada pembelajaran
biasa.
16 40 23 57.5 1 2.5 0 0 0 0
9
Perubahan metode
pembelajaran yang
dilakukan guru dalam
pembelajaran menulis puisi
membuat kegiatan
pembelajaran tidak
membosankan.
21 52.5 17 42.5 2 5 0 0 0 0
10
Penyajian materi yang
disampaikan oleh guru
mudah untuk dipahami.
16 40 23 57.5 1 2.5 0 0 0 0
11
Saya merasa terbantu saat
guru memberikan
bimbingan cara menulis
puisi yang baik pada saat
proses menulis puisi
berlangsung.
19 47.5 20 50 1 2.5 0 0 0 0
12
Penggunaan “objek
lingkungan sekolah”
membantu saya dalam
pembelajaran menulis puisi
sehingga tidak
menjenuhkan.
16 40 21 52.5 3 7.5 0 0 0 0
Dari tabel di atas terlihat respons motivasi siswa terhadap teknik
pengamatan objek secara langsung adalah sebagai berikut.
1. Saya senang belajar menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung, lebih dari setengahnya siswa menyatakan setuju (60%) dan hampir
setengahnya menyatakan sangat setuju (35%), meski terdapat pilihan yang
menyatakan ragu-ragu (5%), namun tidak terdapat adanya pilihan tidak setuju dan
sangat tidak setuju (0%).
2. Menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung yang
saya ikuti menarik, lebih dari setengahnya siswa menyatakan setuju (55%) dan
hampir setengahnya menyatakan sangat setuju (40%), meski terdapat pilihan yang
menyatakan ragu-ragu (5%), namun tidak terdapat adanya pilihan tidak setuju dan
sangat tidak setuju (0%).
3. Belajar dengan menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung,
memotivasi saya untuk menulis puisi, lebih dari setengahnya siswa menyatakan
setuju (70%) dan sepertiganya menyatakan sangat setuju (22.5%), meski terdapat
pilihan yang menyatakan ragu-ragu (7.5%), namun tidak terdapat adanya pilihan
tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%).
4. Saya merasa mudah dan terbantu dalam menulis puisi menggunakan teknik
pengamatan objek secara langsung, setengahnya siswa menyatakan setuju (50%)
dan hampir setengahnya menyatakan sangat setuju (45%), meski terdapat pilihan
yang menyatakan ragu-ragu (5%), namun tidak terdapat adanya pilihan tidak setuju
dan sangat tidak setuju (0%).
5. Pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung dapat membantu saya dalam menuangkan ide dan gagasan,
lebih dari setengahnya siswa menyatakan setuju (55%) dan hampir setengahnya
menyatakan sangat setuju (40%), meski terdapat pilihan yang menyatakan ragu-ragu
(5%), namun tidak terdapat adanya pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%).
6. Pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung dapat menumbuhkan kreasi dan imajinasi, setengahnya siswa
menyatakan setuju (50%) dan hampir setengahnya menyatakan sangat setuju
(47.5%), meski terdapat pilihan yang menyatakan ragu-ragu (2.5%), namun tidak
terdapat adanya pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%).
7. Pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung memudahkan saya menuangkan kata-kata yang ekspresif dan
estetik, tiga perempat siswa menyatakan setuju (72.5%) dan hampir setengahnya
menyatakan sangat setuju (20%), meski terdapat pilihan yang menyatakan ragu-ragu
(7.5%), namun tidak terdapat adanya pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju
(0%).
8. Saya lebih senang pembelajaran seperti ini daripada pembelajaran biasa, lebih
dari setengahnya siswa menyatakan setuju (57.5%) dan hampir setengahnya
menyatakan sangat setuju (40%), meski terdapat pilihan yang menyatakan ragu-ragu
(2.5%), namun tidak terdapat adanya pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju
(0%).
9. Perubahan metode yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis puisi
membuat kegiatan pembelajaran tidak membosankan, kurang dari setengahnya
siswa menyatakan setuju (42.5%) dan lebih dari setengahnya menyatakan sangat
setuju (52.5%), meski terdapat pilihan yang menyatakan ragu-ragu (5%), namun tidak
terdapat adanya pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%).
10. Penyajian materi yang disampaikan oleh guru mudah untuk dipahami, lebih dari
setengahnya siswa menyatakan setuju (57.5%) dan hampir setengahnya menyatakan
sangat setuju (40%), meski terdapat pilihan yang menyatakan ragu-ragu (2.5%),
namun tidak terdapat adanya pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%).
11. Saya merasa terbantu saat guru memberikan bimbingan cara menulis puisi
yang baik pada saat proses menulis puisi berlangsung, setengahnya siswa
menyatakan setuju (50%) dan hampir setengahnya menyatakan sangat setuju
(47.5%), meski terdapat pilihan yang menyatakan ragu-ragu (2.5%), namun tidak
terdapat adanya pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%).
12. Penggunaan “objek lingkungan sekolah” membantu saya dalam pembelajaran
menulis puisi sehingga tidak menjenuhkan, lebih dari setengahnya siswa
menyatakan setuju (52.5%) dan hampir setengahnya menyatakan sangat setuju
(40%), meski terdapat pilihan yang menyatakan ragu-ragu (7.5%), namun tidak
terdapat adanya pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa, motivasi siswa terhadap pembelajaran
menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung sangatlah
baik dan dapat mendorong siswa dalam melakukan pembelajaran. Dengan
adanya perubahan metode yang dilakukan guru terhadap sebuah pembelajaran,
tentu dapat mengubah gaya belajar siswa serta memotivasi siswa dalam proses
pembelajaran.
4.3 Data Hasil Tes
Data yang penulis peroleh dari siswa kelas X MAN Kalimukti Pabedilan
Cirebon berupa tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Data tersebut penulis analisis semua kriteria yang telah ditentukan.
Tabel 4.5 Data Hasil Tes Awal dan Akhir Pembelajaran Menulis Puisi pada Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen.
Kode Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir
S-1 60 80 60 65
S-2 50 80 55 60
S-3 60 90 55 60
S-4 50 80 65 70
S-5 55 85 60 70
S-6 55 95 60 65
S-7 50 85 60 65
S-8 40 75 60 65
S-9 60 90 60 65
S-10 60 80 60 70
S-11 60 85 50 60
S-12 55 80 60 70
S-13 60 80 60 65
S-14 50 80 60 65
S-15 40 75 50 60
S-16 55 80 50 60
S-17 50 80 60 65
S-18 60 90 60 75
S-19 50 80 60 65
S-20 55 80 60 65
S-21 55 75 50 60
S-22 50 75 60 70
S-23 55 80 60 65
S-24 55 80 55 70
S-25 55 80 60 65
S-26 60 85 60 65
S-27 60 80 60 70
S-28 50 85 65 70
S-29 50 75 55 60
S-30 55 80 60 70
S-31 60 90 50 60
S-32 55 85 60 70
S-33 60 80 50 60
S-34 50 75 60 60
S-35 50 80 60 75
S-36 50 80 60 65
S-37 55 80 60 70
S-38 60 90 60 65
S-39 60 90 60 70
S-40 60 80 60 65
Jumlah 2180 3275 2330 2630
Rata-rata 54.5 81.95 58.25 65.75
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tes awal kelas
eksperimen secara keseluruhan adalah 2180 dan nilai tes awal kelas kontrol
secara keseluruhan adalah 2330, sedangkan nilai tes akhir kelas eksperimen
secara keseluruhan adalah 3275 dan nilai tes akhir kelas kontrol secara
keseluruhan adalah 2630. Data tersebut diperoleh dari jumlah nilai keseluruhan
40 siswa kelas eksperimen dan 40 siswa kelas kontrol.
4.3.1 Pengolahan Hasil Tes
Data hasil tes pada tabel 4.5 kemudian diolah menggunakan program
penghitungan statistik SPSS 15.0. Uji statistik yang penulis terapkan untuk
mengolah data hasil tes siswa adalah Paired Sample T-test, yaitu uji t sampel
untuk dua populasi normal yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan apakah signifikan atau tidak (Zulaela, dkk, 2003 : 28)
Setelah data-data tersebut dimasukkan dan diolah menggunakan program
penghitungan statistik SPSS 15.0 diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.6 Paired Samples Statistics
Kelas Eksperimen
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 Tes_Awal 54,50 40 5,287 ,836 Tes_Akhir 81,88 40 5,024 ,794
Kelas Kontrol
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 Tes_Awal 58,25 40 4,011 ,634 Tes_Akhir 65,75 40 4,319 ,683
Dari tabel di atas, diketahui nilai rata-rata hasil tes awal kelas eksperimen
sebelum diberikan perlakuan teknik pengamatan objek secara langsung
sebesar 54,50 dengan standar deviasi sebesar 5,287 dan rata-rata standar
kesalahan sebesar 0,836 sedangkan nilai rata-rata tes akhir setelah diberikan
perlakuan teknik pengamatan objek secara langsung sebesar 81,88 dengan
standar deviasi sebesar 5,024 dan rata-rata standar kesalahan sebesar 0,794.
Nilai rata-rata hasil tes awal kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan metode
ceramah sebesar 58,25 dengan standar deviasi sebesar 4,011 dan rata-rata
standar kesalahan sebesar 0,634 sedangkan nilai rata-rata hasil tes akhir setelah
diberikan perlakuan metode ceramah sebesar 65,75 dengan standar deviasi
sebesar 0,4319 dan rata-rata kesalahan sebesar 0,683. Maka, dengan ini dapat
disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil tes kelas eksperimen mengalami
kenaikan setelah diberikan perlakuan teknik pengamatan objek secara langsung
dan nilai rata-rata hasil tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai rata-
rata kelas kontrol. Dengan perbedaan tindakan pada pembelajaran dalam kelas
eksperimen dan kelas kontrol, yaitu diberikan perlakuan pada kelas eksperimen
dan tidak diberi perlakuan pada kelas kontrol maka terdapat perbedaan hasil
kemampuan siswa.
Untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata hasil tes kedua
kelompok adalah dengan menggunakan uji t dua sampel berpasangan (Paired
Sample T-tes) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Paired Samples Test
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Paired Differences
t
Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper df Pair 1
Tes_Awal - Tes_Akhir -7,500 3,397 ,537 -8,586 -6,414 -13,964 39 0,000
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
pengaruh yang signifikan antara perlakuan di kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar -35,091 dengan derajat
kebebasan (df) = N1-1 = 39 dan nilai probabilitas (Sig.) sebesar 0,000.
Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh thitung sebesar -13,964 dengan derajat
kebebasan (df) = N1-1 = 39 dan nilai probabilitas (Sig.) sebesar 0.000.
Berdasarkan data di atas terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
Paired Differences
t
Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper df Pair 1
Tes_Awal - Tes_Akhir -27,375 4,934 ,780 -28,953 -25,797 -35,091 39 ,000
kemampuan siswa. Pembuktian perbedaan itu terdapat pada lebih besarnya nilai
thitung yakni (-35,091) dibandingkan dengan ttabel = 1,994. Semua itu dikarenakan
nilai rata-rata dari kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-
rata kelas kontrol yakni E 81,95 > K 65,75.
1) Perumusan Hipotesis
H0 : Nilai rata – rata tes awal sama dengan nilai rata – rata tes akhir
H1 : Nilai rata – rata tes akhir lebih besar dibandingkan nilai rata – rata tes
awal
2) Kriteria Pengujian
a) Jika nilai probabilitas (sig.) < 0,05, maka H0 ditolak
b) Jika nilai probabilitas (sig.) > 0,05, maka H0 diterima
3) Pengambilan Keputusan
Dengan mengambil taraf nyata α = 5 %, kelas eksperimen diperoleh nilai
probabilitas (Sig.) = 0,000. Oleh karena 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak atau
H1 diterima.
4) Kesimpulan
Mengacu pada tabel 5.7, diketahui nilai thitung sebesar -35,091 dan nilai p
(sig. (2-tailed)) sebesar 0,000. Karena nilai p (sig. (2-tailed)) lebih kecil dari
taraf kepercayaan 95 % (α = 5 %), 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir kelas eksperimen.
Artinya hasil belajar tes akhir kelas eksperimen lebih baik daripada tes awal.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan teknik pengamatan objek secara
langsung berpengaruh terhadap hasil belajar (tes akhir) siswa di kelas
eksperimen setelah perlakuan diberikan dibandingkan dengan hasil belajar
(tes awal) sebelum perlakuan diberikan.
Untuk menguji hipotesis penelitian ini diperlukan juga besaran nilai thitung
dan ttabel yang kemudian besaran – besaran tersebut dibandingkan. Pada tabel
hasil pengolahan data menggunakan SPSS 15.0, diketahui bahwa nilai thitung
sebesar -35,091. Setelah diketahui besaran nilai thitung, langkah berikutnya adalah
menentukan besaran ttabel, untuk mengetahui besaran ttabel diperlukan besaran
derajat bebas (df). Dari tabel 4.7, diketahui nilai derajat bebas (df) sebesar
39 + 39 = 78. Kemudian besaran derajat bebas (df) = 78 ini dicari pada tabel uji t
dengan taraf kepercayaan 95 % ( α/2 = 5 % / 2 = 0,025 ). Namun, besaran derajat
bebas (df) = 78 dengan taraf kepercayaan 95 % ( α/2 = 5 % / 2 = 0,025 ) terdapat
dalam tabel uji t. Namun, agar lebih jelas nilai taraf kepercayaan yang nantinya
disesuaikan dengan tabel uji t.
t60 = 2,000
t120 = 1,980
C1 – C0 = 1,980 – 2,000
= - 0,020
B1 – B0 = 120 – 60
= 60
Selisih = df – B0
= 78 – 60 = 18
ttabel = t60 + x selisih
= 2,000 + , � � � , � � �� �
x 18
= 2,000 + ( - 0,020 x 18)
= 2,000 + ( - 0,006)
= 1,994
Kemudian nilai ttabel tersebut dibandingkan dengan nilai thitung. Hasilnya
adalah:
ttabel = 1,994
thitung = - 35,091
Jadi, thitung > ttabel = - 35,091 > 1,994 atau diluar penerimaan H0, maka
diputuskan H0 ditolak. Hal ini berarti terjadi perbedaan yang signifikan antara
hasil tes awal dengan hasil tes akhir.
4.4 Analisis Data
Data penelitian ini diambil dari hasil tes awal dan tes akhir pembelajaran
menulis puisi baru pada kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon tahun
pelajaran 2011/2012. Kelas X-4 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X-3
sebagai kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 40 siswa.
thitung = - 35,091
Daerah
Penolakan H0
Daerah
Penerimaan
H0
Daerah
Penolakan H0
-1,994 1,994
4.4.1 Analisis Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran di kelas sangat baik karena di samping siswa dapat
mengikuti pelajaran secara maksimal, guru juga memiliki potensi dalam
mengajar. Di antaranya guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat
untuk diterapkan dalam materi pembelajaran menulis puisi baru pada kelas
eksperimen dan memilih metode ceramah untuk kelas kontrol. Di sisi lain guru
dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dengan pembelajaran yang nyata
tidak abstrak, terarah mendekati sifat-sifat yang nyata, tidak dengan penguatan-
penguatan yang bersifat materi saja tapi lebih kepada praktik dan kesistematisan
kegiatan pembelajaran yang membuat siswa merasa memiliki tahapan dalam
setiap kegiatan belajarnya. Sedikit kelemahan pada teknik pengamatan objek
secara langsung ini adalah singkatnya waktu pertemuan sehingga siswa tidak
bisa lebih intens lagi dalam mengamati objek-objek yang dilihat, dirasakan, dan
peristiwa atau kejadian yang mereka alami untuk mereka ciptakan dalam bentuk
kata-kata berupa puisi dengan hasil yang maksimal dan tidak setengah-setengah.
Namun semuanya tidaklah menjadi masalah yang sangat berarti karena dengan
hasil yang ada telah membuktikan bahwa adanya perubahan nilai dengan
menggunakan metode yang baru dibandingkan dengan metode yang lama.
4.4.2 Analisis Hasil Observasi Keaktifan Siswa dan Guru
Selama melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas, peneliti menilai kemampuan siswa dalam hal menyimak
pembelajaran sudah sangat baik, memperhatikan penjelasan guru, bertanya dan
berkomentar, dan semangat siswa selama mengerjakan tugas dari guru sudah
jauh lebih baik ketimbang sebelumnya. Hal ini merupakan cara belajar yang
berbeda dari biasanya, yaitu mereka diajarkan cara menulis puisi menggunakan
teknik pengamatan objek secara langsung dan proses pembelajarannya dilakukan
di luar kelas dengan suasana yang rindang, sejuk, dan tidak jenuh seperti di
dalam kelas yang pengap dan tidak banyak inspirasi. Mereka senang dan
termotivasi. Setelah mengamati sebuah objek, mereka merangkai kata-kata
melalui objek yang mereka lihat, rasakan, dan peristiwa atau kejadian yang
mereka alami.
4.4.3 Analisis Hasil Angket Motivasi Siswa
Proses pembelajaran yang berlangsung dengan metode yang berbeda dari
biasanya membuat siswa termotivasi dalam melakukan pembelajaran menulis
puisi. Hal itu dibuktikan melalui pemberian angket motivasi, lebih dari lima
puluh persen siswa sangat setuju pembelajaran ini dengan menggunakan teknik
yang baru, dan tiga perempat dari siswa setuju pembelajaran ini dilakukan di
luar kelas melalui proses pengamatan terlebih dahulu. Meski terdapat beberapa
siswa yang merasa ragu pada metode ini namun tidak adanya siswa yang tidak
setuju dan sangat tidak setuju terhadap metode ini berarti menghilangkan
persepsi ketidaksetujuan pembelajaran dengan menggunakan metode yang baru.
Dengan data yang ada, berarti terbukti siswa merasa termotivasi pada
pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung.
4.4.4 Analisis Hasil Tes
Uji coba yang penulis lakukan dengan model pembelajaran teknik
pengamatan objek secara langsung dalam pembelajaran menulis puisi, efektif.
Hal ini dikarenakan dalam menulis puisi siswa sudah baik, mampu
mengembangkan gagasan dengan baik, menggunakan kata-kata yang memiliki
nilai estetik, meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang mampu dalam
menciptakan puisi dengan kata-kata yang memiliki nilai estetis.
Berdasarkan hasil tes dapat dilihat perbedaan secara keseluruhan
kemampuan siswa kelas X antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai tes
awal siswa kelas eksperimen yang mendapatkan nilai 40 berjumlah 2 orang,
siswa yang mendapat nilai 50 berjumlah 12 orang, siswa yang mendapat nilai 55
berjumlah 12 orang, siswa yang mendapat nilai 60 beerjumlah 14 orang dan
tidak ada siswa yang mendapat nilai 70. Nilai tes akhir siswa kelas eksperimen
yang mendapatkan nilai 75 berjumlah 6 orang, siswa yang mendapat nilai 80
berjumlah 21 orang, siswa yang mendapat nilai 85 berjumlah 6 orang, siswa
yang mendapat nilai 90 berjumlah 6 orang, siswa yang mendapat nilai 95
berjumlah 1 orang, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 100.
Sedangkan nilai tes awal untuk kelas kontrol siswa yang mendapatkan
nilai 50 berjumlah 6 orang, siswa yang mendapat nilai 55 berjumlah 4 orang,
siswa yang mendapat nilai 60 berjumlah 28 orang, siswa yang mendapat nilai 65
berjumlah 2 orang, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 70. Nilai tes akhir
siswa kelas control yang mendapatkan nilai 60 berjumlah 10 orang, siswa yang
mendapat nilai 65 berjumlah 16 orang, siswa yang mendapat nilai 70 berjumlah
11 orang, siswa yang mendapat nilai 75 berjumlah 2 orang, dan tidak ada siswa
yang mendapat nilai 80. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi
menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung lebih dibandingkan
dengan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode ceramah.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan teknik pengamatan
objek secara langsung dalam pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas X
MAN Kalimukti tahun pelajaran 2011 / 2012.
Penilaian proses dilakukan untuk melihat aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran, dan penilaian hasil dilakukan untuk melihat keberhasilan atau
efektif tidaknya suatu kegiatan pembelajaran serta penilaian angket untuk
mengetahui motivasi siswa terhadap teknik yang digunakan dalam pembelajaran
menulis puisi. Berdasarkan hasil tes pembelajaran menulis puisi dapat dilihat
perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan siswa. Kemampuan siswa kelas
X-4 MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon dalam pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung memperoleh
rata-rata 81.95 lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai rata-rata
pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode ceramah yaitu 65.75.
Selain itu, hasil perhitungan uji t juga membuktikan bahwa thitung kelas
eksperimen (- 35,091) lebih besar dibandingkan dengan ttabel = 1,994. Keputusan
ini diambil berdasarkan daerah penerimaan dan penolakan H0.
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran teknik pengamatan objek secara langsung efektif untuk dijadikan
sebagai model pembelajaran menulis puisi.
4.6 Hubungan Antara Pembelajaran dan Hasil belajar
Berdasarkan hasil analisis data observasi dan analisis data hasil belajar
serta analisis data angket siswa diketahui bahwa terdapat perubahan yang sama
antara data hasil observasi dan data hasil belajar serta peningkatan motivasi
siswa terhadap pembelajaran. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
menentukan tingkat hasil belajar dan angket siswa mengetahui motivasi siswa
terhadap pembelajaran. Kesimpulan ini diambil berdasarkan data kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Proses pembelajaran dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung menghasilkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan proses
pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Hal ini dikarenakan dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan teknik pengamatan objek secara
langsung siswa diajak untuk keluar kelas dan mengamati sebuah objek sekitar
halaman sekolah dan dapat mencari tempat di mana pun mereka mau sehingga
hasil yang didapatkan mengalami perluasan-perluasan gagasan dan ide yang
kemudian memudahkan siswa dalam menulis kata-kata yang memiliki nilai
estetik dan menghasilkan puisi yang estetis. Pada pembelajaran dengan metode
ceramah siswa tidak dapat leluasa mengungkapkan gagasan dan idenya karena
siswa hanya berada di dalam kelas dengan segala keterbatasan keadaan kelas dan
sesuatu hal yang bias menumbuhkan ide dan gagasannya dan itu berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Hal inilah yang menjadikan perbedaan hasil belajar
antara kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran
teknik pengamatan objek secara langsung dan kelas kontrol yang mendapat
perlakuan metode ceramah.
Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar, diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan hasil
belajar kelompok kontrol. Simpulan ini diambil mengacu pada hasil analisis uji t
yang menunjukkan bahwa nilai thitung = - 35,091 lebih besar dibandingkan
dengan ttabel = 1,994.
Dengan demikian, hipotesis penelitian ini diterima, model pembelajaran
teknik pengamatan objek secara langsung dalam pembelajaran menulis puisi
pada siswa kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon tahun pelajaran
2011/2012 efektif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan akhirnya dapat
menjawab rumusan masalah yang ada dan dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1) Pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek
secara langsung dinyatakan efektif. Hal itu dibuktikan dari nilai rata-rata awal
kelas eksperimen sebesar 54.5 dan mengalami peningkatan yang signifikan
sebesar 81.95. Berbeda dengan nilai dari kelas kontrol, hasil awal rata-ratanya
sebesar 58.25 dan mengalami peningkatan yang kurang signifikan yakni sebesar
65.75. Dengan demikian peningkatan hasil rata-rata nilai kelas eksperimen jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
2) Dari hasil perbedaan rata-rata antara tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol ini berarti menjawab hipotesis yang ada, bahwa apabila kelas
eksperimen lebih besar dari kelas kontrol maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis kerja (Hi) diterima atau dengan kata lain metodenya dinyatakan efektif.
3) Melalui hasil dari lembar observasi yang peneliti peroleh, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan proses pembelajaran di kelas eksperimen lebih mendapatkan
respons yang positif dibandingkan dengan kegiatan proses pembelajaran di kelas
kontrol yang memiliki hasil kurang memuaskan. Adanya teknik baru yang
diterapkan oleh peneliti membuat siswa lebih bersemangat dalam melakukan
pembelajaran menulis puisi dan lebih aktif melakukan kegiatan selama proses
pembelajaran.
99
4) Dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan
objek secara langsung juga memotivasi siswa dalam belajar menulis puisi. Hal itu
diketahui melalui hasil lembar angket yang peneliti berikan kepada siswa.
Kebanyakan dari siswa termotivasi dalam menulis puisi dengan menggunakan
teknik pengamatan objek secara langsung, dibuktikan dengan rata-rata lebih
kurang 90% siswa memilih jawaban mengalami kemudahan dalam menulis puisi
menggunakan teknik ini.
Penggunaan teknik ini akan bermanfaat bagi siswa yang merasa
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah, khususnya menulis puisi
merupakan hal menjenuhkan. Dengan adanya teknik pengamatan objek secara
langsung dalam pembelajaran menulis puisi, mengubah model pembelajaran
menulis puisi seperti biasanya.
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, penulis hendak menyampaikan saran
bagi yang akan menerapkan teknik pengamatan objek secara langsung dalam
pembelajaran menulis puisi, khususnya pada guru mata pelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, hendaknya dalam penggunaan teknik pengamatan objek secara
langsung ini harus benar-benar dipersiapkan berbagai hal seperti pengesetan
waktunya sehingga tidak melebihi waktu pelajaran, penguasaan materi yang
benar-benar dipahami agar tidak kesulitan pada saat menjelaskan materi,
interaksi yang intens kepada siswa untuk terciptanya puisi yang baik dan
memiliki nilai estetik. Selain itu pengondisian tingkah laku siswa diperlukan
sehingga tidak adanya siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru
atau mengerjakan tugas dengan main-main yang berpengaruh pada hasil dari
penulisan puisinya. Diharapkan dengan adanya teknik ini, dapat menghilangkan
persepsi bahwa pembelajaran menulis puisi sangat menjenuhkan menjadi
pembelajaran menulis puisi sangat menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (2009). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar
Algesindo.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Aspahani, H. (2007). Menapak ke Puncak Sajak Jangan Menulis Puisi Sebelum
Baca Buku Ini. Depok : Koekoesan.
Balitbang Depdiknas. Pusat Kurikulum : Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : Depdiknas
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Djuanda, D & Prana D. I. (2006). Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung : UPI
Press.
Endah, dkk. (2009). Metodologi Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional.
Hakim, L. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.
Hutabarat, A.P. (2010). Menanam Benih Kata Tentang Menulis Puisi. Lampung :
Dewan Kesenian Lampung (DKL)
Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.
Rahmanto. (2004). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius.
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung : Alfabeta.
Rohmad, M.Y. (2007). Cara Cepat Menulis Puisi dengan Daftar Kata
Berdasarkan Rima. Jakarta : Studia Press.
Sahriadi, M. (2011). Menulis Puisi dengan Pengamatan Langsung. (online).
Http://smpn1banjang.blogspot.com/2011/01/menulis-puisi-dengan-
teknik-pengamatan.html. 11 Januari 2011.
Sayuti, S. A. (1985). Puisi dan Pengajarannya. Semarang : IKIP Semarang Press.
Sayuti, S. A. (2010). Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta : Gama Media.
Siswanto, W. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta : Grasindo.
Sudjana, N & Ahmad R. (2010). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Algesindo.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Suyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : SIC.
Tarigan, H.G. (2008). Menulis. Bandung : Angkasa
Thoha, Z.A. (2009). Aku Menulis Maka Aku Ada Panduan Praktis Menulis Puisi,
Cerpen, Novel, Esei Sastra, Opini, Kolom, dan Buku. Yogyakarta : CV
Kutub Wacana.
Wiyanto, A. (2005). Kesusastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa
Indonesia SMP dan SMA. Jakarta : PT Grasindo.
Zulaela, dkk. (2003). Modul Praktikum Metode Statistika. Yogyakarta :
Laboratorium Komputasi Fakultas MIPA UGM.
RIWAYAT HIDUP
Tomy Indra Gunawan lahir pada tanggal
22 November 1989 di Desa Barisan Kecamatan Losari
Kabupaten Cirebon. Sebuah desa yang kecil di
wilayah perbatasan provinsi antara Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Anak pertama dari dua bersaudara,
pasangan dari Bapak Maksum, S.Pd dan Ibu Hesti
Rahayu serta kakak dari Muhammad Maulana Rizky.
Riwayat pendidikan yang penulis tempuh yakni
bersekolah di TK Pertiwi Losari lulus tahun 1995.
Kemudian melanjutkan ke SD Negeri 1 Losari Kidul Cirebon lulus tahun 2001.
Lalu melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Losari Cirebon lulus pada tahun 2004 dan
dilanjutkan ke SMA Negeri 1 Losari Brebes dan lulus pada tahun 2007.
Kemudian dengan adanya keinginan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi dan dorongan yang kuat dari alm. ayahanda untuk menjadi
seorang guru akhirnya penulis melanjutkan kejenjang perguruan tinggi yakni di
UNSWAGATI dengan mengambil Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Dengan tekad yang kuat, akhirnya penulis telah menyelesaikan skripsi
berjudul “Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Pengamatan
Objek secara Langsung pada Siswa Kelas X MAN Kalimukti Pabedilan Cirebon
Tahun Pelajaran 2011/2012”. Karya terbaik yang penulis susun saat ini
dipersembahkan dengan istimewa untuk (Alm) ayahanda Maksum, S.Pd dan
ibunda Hesti Rahayu serta untuk adinda Muhammad Maulana Rizky.
top related