pembahasan (bab 1-6)
Post on 07-Jul-2015
2.062 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 1/36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mencapai sasaran pembangunan milenium (millennium
development goals/MDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010,
sasaran MDGs ada indikatornya serta kapan harus dicapai. Sasaran
MDGs ini bisa dijadikan slogan ³Indonesia Sehat di tahun 2015´ sebagai
pengganti slogan sebelumnya. Dalam visi ini Indonesia mempunyai
delapan sasaran MDGs salah satunya yaitu mengurangi angka kematian
bayi dan ibu pada saat persalinan. Maksud dari visi tersebut yaitu
kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi
yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan
dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem
kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.
(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/03/visi-indonesia-
sehat-2015/)
WHO memperkirakan sekitar 15±20% kematian ibu disebabkan
oleh abortus. Angka kematian ibu karena abortus yang tidak aman
diperkirakan 100.000 wanita setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di
Negara±negara berkembang termasuk Indonesia.
1
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 2/36
2
(www.locals/temp on line diakses tanggal 27 April 2011).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyatakan
bahwa AKI di Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup,
sebagai angka tertinggi di ASEAN. Tingginya angka kematian ibu ini
disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks yaitu sosial, budaya,
ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender.
Dan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan,
infeksi, eklampsi, partus lama, dan komplikasi abortus. Hal ini
menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas
pemerintah (Depkes RI, 2000).
Di Indonesia, sampai kini diperkirakan jumlah kasus aborsi
mencapai 2 juta per tahun 750.000 diantaranya dilakukan kalangan
remaja. Kejadian abortus inkomplit diperkirakan terjadi
pada 10±15% kehamilan. (Depkes RI, 2007).
Saat ini angka kematian bayi dan angka kematian ibu di Indonesia
masih tinggi, dimana cakupan pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, ibu melahirkan dan pasca persalinan oleh tenaga kesehatan masih
rendah sehingga keterampilan tenaga kesehatan perlu selalu
ditingkatkan, karena pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan (Sy aifuddin AB,
2002).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 3/36
3
Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan pada tahun 2006 di
Sul-Sel sebesar 101,56 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada
tahun 2007 menurun menjadi 92,89 per 100.000 kelahiran hidup dan
didapatkan jumlah bayi pada tahun 2007 sebanyak 160.875 orang
(Dinas Provinsi S ul-S el 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dibagian rekam medik RSU
Sawerigading Palopo tahun 2010 ditemukan jumlah kejadian abortus
berkisar 348 kasus, dimana ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit
sebanyak 229 orang (65,80%), abortus komplit sebanyak 7 orang
(2,01%), abortus imminens 48 orang (13,79%), abortus insipiens
21 orang (6,03%), abortus habitualis sebanyak 4 orang (1,15%), missed
abortion sebanyak 15 orang (4,31%) dan abortus provokatus sebanyak
24 orang (6,90%).
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak
tidak dilaporkan. Kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian
abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan. Diperkirakan
frekuensi abortus spontan berkisar 10±15%, frekuensi dapat mencapai
angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat
haid beberapa hari sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia
sudah hamil (W iknjosastro H, 2005).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 4/36
4
Berdasarkan insiden diatas ternyata abortus merupakan masalah
dunia yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian serta
kelangsungan reproduksi wanita. Dimana fungsi reproduksi ini sering
merepotkan manusia, banyak pasangan ingin sekali mendapat anak
dengan berbagai cara namun ironisnya disisi lain ada pasangan yang
istrinya hamil tetapi kehamilan tersebut tidak diinginkan dan menempuh
segala cara untuk menggugurkan kandungannya. ( Bertens K, 2002).
Dengan melihat data diatas yang menggambarkan sejumlah kasus
abortus yang masih sangat tinggi, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang abortus inkomplit dengan judul ³Gambaran Angka
Kejadian Abortus Inkomplit di R SU S aw erigading Palopo Tahun 2010 ́.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :
³Bagaimana gambaran angka kejadian abortus inkomplit pada ibu
hamil di RSU Sawerigading Palopo tahun 2010´.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil di
RSU Sawerigading Palopo tahun 2010.
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 5/36
5
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil
berdasarkan umur ibu
b. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil
berdasarkan gravida
D. Manfaat Penelitian
1. Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah
bagi dunia pendidikan dan diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat umum serta memperkaya khasanah ilmu
pengatahuan dan juga dapat menjadi acuan bagi peniliti selanjutnya.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan acuan dalam rangka penentu kebijakan kejadian
abortus.
3. Bagi Penulis
Merupakan pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang faktor
yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit.
4. Bagi Masyarakat / Pasien
Kiranya menambah wawasan dan pengetahuan tentang abortus
khususnya abortus inkomplit.
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 6/36
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Abortus
1. Pengertian
a. Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup (C uningham G,2005).
b. Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan dimana
janin belum mampu hidup diluar rahim (belum viable), dengan
kriteria usia kehamilan <20 minggu atau berat janin <500 gram
( Achadiat C , 2004).
c . Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup
di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya (S astraw inata
S , 2004).
d . Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (W inkjosastro H, 2005)
e. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasan
digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram sedangkan menurut WHO batasan usia
kehamilan adalah sebelum 22 minggu ( Anonim, 2007).
6
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 7/36
7
2. Etiologi
Faktor±faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu :
a. Faktor Janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
gangguan pertumbuhan zigot, embrio janin atau plasenta.
Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester
pertama, yakni :
1) Kelainan telur, telur kosong (bliggted ovum), kerusakan
embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau
poliploid).
2) Embrio dengan kelainan lokal.
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblast).
b. Faktor maternal
1) Infeksi, infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin
yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester
pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab
kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi
terinfeksi atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya penyakit ± penyakit yang dapat menyebabkan
abortus :
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 8/36
8
a) Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes
simpleks, varicellazoster, vaccina, campak, hepatitis,
polio, dan ensefalomielitis.
b) Bakteri, misalnya salmonella typi.
c) Parasit, misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium.
2) Penyakit vaskuler, misalnya hipertensi vaskuler.
3) Penyakit endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila produksi
progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi
tiroid, defesiensi insulin.
4) Faktor imunologis, ketidakcocokan (inkompabilitas) system
HLA (Human Leukocyte Antigen).
5) Trauma, kasusnya jarang terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan :
a) Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum
graviditatum sebelum minggu ke-8
b) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus
pada saat hamil
6) Kelainan uterus, hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma
sub mukosa), serviks inkompeten atau retroflexi uteri gravidi
incarcerata.
7) Faktor psikomatik, pengaruh dari faktor ini masih
dipertanyakan, tetapi diduga penyebab abortus.
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 9/36
9
c. Faktor eksternal
1. Radiasi, dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu
pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat
menyebabkan keguguran.
2. Obat±obatan, antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-
lain. Sebaiknya tidak mengganggu obat±obatan sebelum
kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat
tersebut membahayakan janin atau untuk pengobatan penyakit
ibu yang parah.
3. Bahan±bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung
arsen atau benzene
(S astraw inata S , 2004).
3. Patofisiologi
Keguguran pada awalnya terjadi perdarahan dalam desidua
basalis yang diikuti oleh kematian jaringan disekitarnya (nekrosis).
Nekrosis jaringan sekitar desidua basalis menyebabkan terlepasnya
hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya, sehingga bagian yang
terlepasnya ini merupakan benda asing dalam uterus menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut
(W iknjosastro H, 2005).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 10/36
10
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara, yaitu :
a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,
meninggalkan sisa desidua.
b. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meningglkan
korion dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan
pendorongan janin keluar, tetapi mempertahankan sisa amnion
dan korion (hanya janin yang dikeluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara
utuh.
(S astraw inata S , 2004).
Kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korealis belum menembus
desidua basalis secara mendalam. Pada kehamilan 8±14 minggu
villi korealis menembus desidua lebih dalam. Sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, beberapa
waktu kemudian disusul plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepasnya dengan lengkap (W iknjosastro H,
2005).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 11/36
11
4. Klasifikasi
Keguguran atau abortus dapat dibagi menjadi, yaitu :
a. Berdasarkan golongan :
1) Abortus spontan
Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis atau mekanis
2) Abortus buatan (provokatus) adalah abortus yang disengaja,
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Abortus buatan menurut kaidah ilmu (abortus provokatus
articialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk
kepentingan ibu misalnya penyakit jantung, hipertensi
esensial, dan Karsinoma serviks.
b) Abortus buatan kriminal (abortus provokatus kriminalis)
adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang
sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh
hukum (S astraw inata S , 2005).
b. Berdasarkan gambaran klinis
1) Abortus imminens (keguguran mengancam)
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya pendarahan
dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosa dapat ditentukan bila wanita hamil terjadi perdarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 12/36
12
sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan,
serviks belum membuka dan tes kehamilan positif
(W iknjosastro H, 2005).
2) Abortus insipiens (keguguran berlangsung)
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih ada
dalam uterus. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang
berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau
komplit (S aifuddin AB, 2002).
3) Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap)
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri kadang±kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum (W iknjosastro H, 2005).
4) Abortus komplit (keguguran lengkap)
Abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan
muda dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan, ostium
uteri telah terbuka dan uterus sudah mengecil
(W iknjosastro H, 2005).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 13/36
13
5) Abortus habitualis (keguguran yang berulang 3 kali atau lebih)
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi 3 kali
berturut±turut atau lebih oleh sebab apapun ( Achadiat M, 2004).
6) Missed abortion (retensi janin mati)
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20
minggu tetapi tertahan didalam uterus selama 8 minggu atau
lebih (W iknjosastro H, 2005).
5. Dasar Diagnosis
Keguguran atau abortus dapat dipastikan dengan beberapa
kriteria, yaitu:
a. Adanya terlambat haid atau amenorhoe kurang dari 20 minggu
b. Perdarahan pervaginam
c. Rasa nyeri atau kram terutama di daerah supra simfisis
d. Pada pemeriksaan urine, plano test dapat memberi hasil masih
positif atau negatif.
e. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
( Achadiat C ,2004)
6. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan,
perforasi, infeksi dan syok.
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 14/36
14
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa±sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini
penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi. Perforasi uterus mungkin dapat terjadi apabila dikerjakan
oleh orang awam karena perlukaan uterus biasanya luas dan
mungkin juga terjadi pada perlukaan kandung kemih atau usus.
Dengan adanya dugaan/kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk
mengambil tindakan±tindakan seperlunya guna mengurangi
komplikasi
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap
abortus, tapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih
sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan
asepsis dan antisepsis pada abortus septik virulensi bakteri tinggi
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 15/36
15
dan infeksi menyebar ke miometrium tuba, parametrium dan
peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh
syok
d. Syok
Syok pada abortus terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik)
(W iknjosastro H, 2005).
B. Tinjauan Umum Tentang Abortus Inkomplit
1. Pengertian
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda
dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
melalui kanalis servikalis. (S aifuddin AB, 2002).
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebagian 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. (W iknjosastro H, 2005).
Diagnosis abortus inkomplit ditentukan apabila sebagian dari
hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina tetapi sebagian
tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus
berlangsung, banyak yang membahayakan ibu. Serviks tetap sering
terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap
sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 16/36
16
berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga
ibu merasakan nyeri (S astraw inata S , 2004)
2. Gejala Klinis
a. Amenorhe
b. Sakit perut dan mules±mules
c. Adanya perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak
d. Perdarahan biasanya berupa stolsel (darah beku)
e. Ada keluar fetus atau jaringan
f. Hasil pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru terjadi didapati
serviks terbuka, kadang±kadang dapat diraba sisa±sisa jaringan
dalam kanalis servikalis atau kavum uteri
g. Uterus berukuran kecil dari seharusnya
( Anonim, 2007)
3. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
1) Adanya amenorhoe pada masa reproduksi
2) Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi
3) Rasa sakit atau keram perut didaerah atas simpisis
b. Pemeriksaan Fisik
1) Abdomen biasanya lembek dan tidak ada nyeri tekan
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 17/36
17
2) Pada pemeriksaan pelvik, sisa hasil konsepsi ditemukan
didalam uterus, dapat juga menonjol keluar atau didapatkan
diliang vagina.
3) Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol
4) Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan
lunak.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin,
leukosit.
2) Pemeriksaan USG ditemukan kantong gestasi tidak utuh, ada
hasil konsepsi
( Anonim, 2007).
4. Penanganan Abortus Inkomplit
Penanganan abortus inkomplit dapat dilakukan dengan :
a. Perbaiki keadaan umum
b. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari
16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi melalui serviks.
Jika perdarahan berhenti, beri ergometrium 0,2 mg intramuskuler
atau misoprostal 400 mcg per oral.
c. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan:
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 18/36
18
1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
2) Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostan 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
d. Jika kehamilan lebih 16 minggu
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
2) Jika perlu berikan misoprostal 200 mcg pervaginam setiap 4
jam sampai terjadi pengeluaran hasil konsepsi (maksimal
800 mcg).
e. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(S aifuddin AB, 2002).
C. Tinjauan Umum Tentang Variabel yang Diteliti
1) Umur
Aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Diperkirakan di
seluruh dunia setiap tahun terjadi 40-70 aborsi per 100 wanita usia
produktif. Umur ibu merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
abortus, dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 19/36
19
dalam kehamilan, persalinan dan kelahiran yaitu 20-35 tahun
(W heeler L, 2004).
Remaja wanita merupakan populasi resiko tinggi terhadap
komplikasi kehamilan. Penyulit ini terjadi karena para remaja biasanya
tumbuh dan berkembang sehingga memiliki kebutuhan kalori yang
lebih besar dari wanita yang lebih tua. Sebagai akibatnya, mortalitas
perinatal dan morbiditas maternal sangat tinggi pada remaja wanita
hamil dibanding dengan wanita dalam usia 20-an ( Hamilton PM,
2000).
Kehamilan remaja sekitar 13% terjadi pada wanita berusia
antara 15-19 tahun. Sedangkan kehamilan setelah 35 tahun saat ini
sekitar 10%. Penelitian-penelitian awal mengisyaratkan bahwa wanita
yang berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami
penyulit obstetri serta morbiditas dan mortalitas perinatal karena
wanita yang berumur, resiko mengidap penyakit kronik dan kondisi
fisik yang kurang sehingga meningkatkan terjadinya abortus.
(http://gepe2306.wordpress.com/2009/02/27/hubungan-usia-ibu-
dengan-kejadian-abortus on line diakses tanggal 27 April 2011).
2) Gravida
Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami tanpa
melihat hasil kelahiran. Pada indeks kehamilan menunjukkan bahwa
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 20/36
20
gravid 1-3 termasuk resiko rendah dan gravid >3 termasuk resiko
tinggi ( Bobak Irene, 2005).
Ibu yang hamil dengan multigravida mempunyai resiko tinggi
terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang
menyebabkan rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang
berulang menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dinding
uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akan berkurang
dibanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat
menyebabkan kematian pada bayi (W iknjosastro H, 2005).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 21/36
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Bagan Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
Umur ibu
Gravida
Abortus
Inkomplit
Alkohol
Kafein
Nutrisi
Riwayat penyakit
21
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 22/36
22
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional
a. Abortus inkomplit.
Pengeluaran hasil konsepsi yang tidak utuh atau tidak
keseluruhan yang tercantum dalam status pasien di RSU
Sawerigading Palopo.
b. Umur
Umur penderita dihitung berdasarkan tahun kelahiran pada
lamanya hidup sejak lahir sampai mengalami abortus yang dibagi
atas 3 kelompok umur yaitu umur <20 tahun, 20-35 tahun dan >35
tahun yang tercantum dalam status pasien di RSU Sawerigading
Palopo
c. Gravida
Jumlah kehamilan yang pernah dialami tanpa melihat hasil
kelahiran yang diperoleh dari status pasien di RSU Sawerigading
Palopo
2. Kriteria Objektif
a. Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 23/36
23
Kriteria Objektif :
1) Ya :Jika pengeluaran hasil konsepsi hanya sebagian
2) Tidak: Jika pengeluaran hasil konsepsi tidak ada yang tersisa
b. Umur
Menurut Bambang M dalam kamus besar bahasa Indonesia
(tahun 1999). Umur adalah suatu keadaan dimana lamanya waktu
manusia hidup
Kriteria Objektif :
1) Ya : Jika umur ibu saat hamil < 20 tahun atau > 35 tahun
2) Tidak: Jika umur ibu saat hamil 20-35
c. Gravida
Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami tanpa
melihat hasil kelahiran. Pada indeks kehamilan menunjukkan
bahwa gravid 1-3 termasuk resiko rendah dan gravid >3 termasuk
resiko tinggi ( Bobak Irene, 2005).
Kriteria Objektif :
1) Ya : Jika jumlah kehamilan ibu > 3
2) Tidak : Jika jumlah kehamilan ibu < 3
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 24/36
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian diskriptif
yaitu masalah penelitian yang berhubungan dengan variabel yang ada
tanpa membuat suatu perbandingan atau menghubungkan dengan
variabel yang lain.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di RSU Sawerigading Palopo
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua pasien yang
mengalami abortus di RSU Sawerigading Palopo Tahun 2010.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien abortus
inkomplit yang dirawat di RSU Sawerigading Palopo tahun 2010.
D. Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara total
sampling.
24
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 25/36
25
E. Langkah-langkah Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
Data yang diambil berupa data sekunder yang diperoleh dari
Medical Record dengan diagnosis Abortus Inkomplit yang dirawat di
RSU Sawerigading Palopo tahun 2010.
2. Pengolahan dan Penyajian Data
Data diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan penjelasan hasil.
F. Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif RSU
Sawerigading Palopo dengan rumus :
F
P = x 100 %
N
Keterangan :
P : Persentase yang dicari
F : Frekuensi faktor variabel
N : Jumlah Populasi
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 26/36
26
G. Jadwal Penelitian
No Uraian KegiatanJuni 2011 Juli 2011 Agustus 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menyusun proposal
Penelitian
2. Seminar proposal
3. Perbaikan proposal
4. Pelaksanaan penelitian
5. Pengolahan dan analisi
data
6. Menyusun laporan hasil
penelitaian
7. Seminar hasil riset/ujian
sidang
8. Perbaikan hasil
penelitian
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 27/36
27
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dibagian rekam medik RSU
Sawerigading Palopo pada tanggal 21 Juni 2010, maka diperoleh jumlah
abortus pada tahun 2009 berkisar 289 kasus dimana ibu yang mengalami
abortus Inkomplit terdapat 145 orang (50,17%), abortus imminens
sebanyak 83 orang (28,73%), abortus komplit sebanyak 8 orang (2,76%),
abortus insipiens 26 orang (8,99%), abortus habitualis sebanyak 6 orang
(2,07%), missed abortion sebanyak 4 orang (1,38%) dan abortus
provokatus sebanyak 17 orang (5,88%).
Dalam laporan hasil penelitian ini, data diolah dan dianalisis sesuai
dengan tujuan penelitian. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel
distribusi, frekuensi, dan persentase yang dilengkapi dengan penjelasan
sebagai berikut:
29
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 28/36
28
Tabel V.1Distribusi Angka Kejadian Abortus Pada Ibu Hamil
Di RSU Sawerigading PalopoTahun 2009
Abortus Frekuensi Persentase (%)
Abortus Inkomplit
Abortus Komplit
Abortus Imminens
Abortus Insipiens
Abortus Habitualis
Abortus Provokatus
Missed Abortion
145
8
83
26
6
17
4
50,17
2,76
28,73
8,99
2,07
5,88
1,38
Jumlah 289 100
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel V.1 diatas menunjukkan bahwa dari 289
kejadian abortus di RSU Sawerigading Palopo dan terdapat sebanyak
145 kasus abortus inkomplit (50,17%), abortus imminens sebanyak 83
kasus (28,73%), abortus komplit sebanyak 8 orang (2,76%), abortus
insipiens 26 orang (8,99%), abortus habitualis sebanyak 6 orang (2,07%),
missed abortion sebanyak 4 orang (1,38%) dan abortus provokatus
sebanyak 17 orang (5,88%).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 29/36
29
Tabel V.2 Distribusi Angka Kejadian Abortus Inkomplit
Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur IbuDi RSU Sawerigading PalopoTahun 2009
Umur Ibu Frekuensi Persentase (%)
<20 Tahun dan >35 Tahun
20-35 Tahun
52
93
35,86%
64,14%
Jumlah 145 100
Sumber: Data Sekunder
Dari tabel V.2 diatas menunjukkan bahwa ibu yang mengalami
abortus inkomplit berdasarkan umur ibu yang termasuk kelompok umur
<20 tahun dan >35 tahun yaitu sebanyak 52 kasus (35,86%) dan umur
20-35 tahun yaitu sebanyak 93 kasus (64,14%).
Tabel V.3 Distribusi Angka Kejadian Abortus InkomplitPada Ibu Hamil Berdasarkan Gravida
Di RSU Sawerigading PalopoTahun 2009
Gravida Frekuensi Persentase (%)
Gravid 1-3
Gravid >3
64
81
44,14%
55,86%
Jumlah 145 100
Sumber: Data Sekunder
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 30/36
30
Berdasarkan tabel V.3 diatas menunjukkan bahwa ibu yang
mengalami abortus inkomplit berdasarkan gravida yang termasuk gravid
1-3 yaitu sebanyak 64 kasus (44,14%), dan gravid >3 sebanyak 81 kasus
(55,86%).
B. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian mengenai distribusi angka kejadian
abortus inkomplit pada ibu hamil di RSU Sawerigading Palopo tahun
2009, maka hasilnya dapat dibahas berdasarkan variabel yang diteliti:
1. Umur Ibu
Berdasarkan hasil penelitian mengenai distribusi angka kejadian
abortus inkomplit pada ibu hamil berdasarkan umur ibu yang termasuk
kelompok umur <20 tahun dan >35 tahun yaitu sebanyak 52 kasus
(35,86%), umur 20-35 tahun sebanyak 93 kasus (64,14%).
Dari penelitian di RSU Sawerigading Palopo didapatkan 93
kasus yang mengalami abortus inkomplit yang berumur 20-35 tahun
dari 145 sampel yang ada.
Dari hasil penelitian ada kesenjangan antara teori dan hasil
penelitian dimana teori mengatakan faktor resiko tinggi terjadinya
abortus inkomplit yaitu pada usia <20 tahun dan >35 tahun (Wheeler
L, 2004).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 31/36
31
Terjadinya kesenjangan tersebut disebabkan karena banyaknya
pasangan usia subur sehingga wanita yang mengalami abortus
inkomplit paling banyak ditemukan pada usia 20-35 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan di RSU dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 2004 dengan menggunakan metode deskriptif dengan
desain cross sectional yang diambil secara total sampling diperoleh
bahwa kejadian abortus paling banyak terdapat pada umur 25-29
tahun oleh Ema Wahyuningrum dkk.
Kehamilan remaja sekitar 13% terjadi pada wanita berusia
antara 15-19 tahun. Sedangkan kehamilan setelah 35 tahun saat ini
sekitar 10%. Penelitian-penelitian awal mengisyaratkan bahwa wanita
yang berusia >35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit
obstetri serta morbiditas dan mortalitas perinatal karena wanita yang
berumur, resiko mengidap penyakit kronik dan kondisi fisik yang
kurang sehingga meningkatkan terjadinya abortus (Cuningham G,
2005).
2. Gravida
Berdasarkan hasil penelitian mengenai distribusi angka kejadian
abortus inkomplit pada ibu hamil berdasarkan gravida yang termasuk
kelompok gravid 1-3 yaitu sebanyak 64 kasus (44,14%) dan gravid >3
sebanyak 81 kasus (55,86%).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 32/36
32
Dari penelitian di RSU Sawerigading Palopo tahun 2010
didapatkan 81 kasus abortus inkomplit yang terjadi pada gravid >3
dari 145 sampel yang diambil.
Dari hasil penelitian tersebut tidak ada kesenjangan antara teori
dan hasil penelitian dimana teori mengatakan faktor resiko tinggi
terjadinya abortus inkomplit yaitu pada ibu hamil dengan gravid >3.
Ibu yang hamil dengan multigravida mempunyai resiko tinggi
terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang
menyebabkan rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang
berulang menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dinding
uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akan berkurang
dibanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat
menyebabkan kematian pada bayi (Wiknjosastro H, 2005).
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 33/36
33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran Angka Kejadian
Abortus Inkomplit Pada Ibu Hamil di RSU Sawerigading Tahun 2009,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Angka Kejadian Abortus di RSU Sawerigading Palopo tahun 2009
paling banyak yang mengalami abortus inkomplit yaitu sebanyak 145
penderita (50,17%) dari 289 kasus abortus.
2. Angka Kejadian Abortus Inkomplit berdasarkan umur ibu paling
banyak terdapat pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 93
orang (64,14%).
3. Angka Kejadian Abortus Inkomplit berdasarkan gravida paling banyak
terdapat pada kelompok gravid >3 sebanyak 81 orang (55,86%)
B. Saran
1. Upaya untuk meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat
khususnya kelompok wanita yang dikategorikan sebagai usia subur
berupa pemahaman tentang abortus, resiko yang ditimbulkan dan
upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya abortus.
35
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 34/36
34
2. Upaya pemantapan pelayanan program keluarga berencana yang
bertujuan untuk menunda kehamilan, mengatur jarak dan jumlah
kehamilan.
3. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan sejak dini dalam upaya mmengantisipasi terjadinya
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.
4. Ppentingnya memberikan konseling pra nikah tentang kesiapan
menjadi orang tua serta memberitahu tentang kehamilan yang
berisiko sehingga dapat diantisipasi oleh ibu.
5. Pada penelitian selanjutnya supaya dapat diteliti tentang faktor-faktor
lain yang dapat menyebabkan abortus inkomplit.
5/8/2018 Pembahasan (BAB 1-6) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-bab-1-6 35/36
35
DAFTAR PUSTAKA
Moctar, Rustam, 1998, S inopsis Obstetri , Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, ilmu kebidanan Peny akit Kandungan &
Keluarga berencana U ntuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001, Kapita S elekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Pusdiknakes, 2003, Asuhan Kebidanan Post Partum, WHO , JHPIEGO,
Jakarta.
Saifuddin, AB, 2000, Buku Acuan Nasional Pelay anan Kesehatan Maternal
dan Neonatal , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
Soetjiningsih,1997, ASI, Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jilid 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa, 2000, Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 1. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
http://gepe2306.wordpress.com/2009/02/27/hubungan-usia-ibu-dengan-
kejadian-abortus diakses tanggal 27 April 2011
http://www.path.org/files/indonesian diaskses tanggal 21 April 2011
http://www.mediaindonesia.com.online, diakses tanggal 21 April 2011
27
top related