pasta gigi
Post on 09-Jul-2016
11 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Berdasarkan hasil uji statistic One-way ANOVA, diperoleh nilai p: 0.048
(p<0.05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan luas zona daya
hambat Streptococcus mutans yang signifikan antara pasta gigi herbal I
(Ciptadent®), non-herbal I (Ciptadent®), herbal II (Pepsodent®), dan pasta gigi
non-herbal II (Pepsodent®). Penelitian ini menggunakan uji parametrik, One-Way
ANOVA, karena syarat uji parametrik, yakni distribusi data normal, terpenuhi
dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji normalitas data, Shapiro-
Wilk, yang menunjukkan nilai p<0.05 pada seluruh kelompok data. Dengan
demikian, distribusi data dalam penelitian ini merupakan distribusi data normal
dan uji paramterik dapat digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasta gigi Non-herbal II (P) memiliki
luas zona hambat terbesar terhadap bakteri Streptococcus mutans yaitu sebesar
28.20mm. Hal ini diduga dikarenakan terdapat kandungan flouride dalam pasta
gigi non-herbal.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Strassler (2009), fluoride merupakan
komponen pasta gigi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam
rongga mulut. Fluorida memiliki antikariogenik dan dapat mencegah inisiasi
perkembangan karies dengan membentuk kompleks. (Nigam, A. G., Jaiswal, J.
N., Murthy, R. C., Pandey, R. K. (2009). ‘Estimation of Fluoride Release
from Various Dental Materials in Different Media an In Vitro Study’,
International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, January-April
2009:2(1):1-8)
Fluoride juga memiliki efek penghambatan langsung pada aktivitas
metabolik bakteri kariogenik. Glikolisis adalah jalur metabolik pusat dengan cara
membantu mikroorganisme kariogenik berkembang. Penghambatan glikolisis
oleh fluoride merupakan konsep utama yang mendukung efek anti-mikroba
fluoride terhadap pencegahan karies. Penelitian Hamilton (1990) telah
menunjukkan bahwa fluoride yang diberikan dengan tujuan penghambatan
melalui uptake dan degradasi polisakarida dari sel bakteri, dan juga dengan
mengurangi kemampuan sel untuk mempertahankan pH homeostasis fluoride
intraseluler yang bekerja terutama pada dua sistem enzim, yakni sistem enolase
dan transport aktif proton ATP-ase yang penting untuk aktivitas metabolik
mikroorganisme saccharolytic. Fluoride mengganggu pemecahan glukosa
menjadi asam piruvat dengan menghambat enolase, atau enzim perantara. Hal ini
menyebabkan penurunan sintesis piruvat dan ATP. Penurunan sintesis piruvat
tidak hanya menghasilkan pengurangan sintesis asam laktat, tetapi juga
mengganggu transportasi gula melalui system phosphoenolpyruvate
phosphotransferase. Membangun dari senyawa antara dari jalur glikolisis juga
mengganggu impor lanjut glukosa. Proses ini menghasilkan penurunan yang
signifikan dalam aktivitas metabolik mikroorganisme saccharolytic. Interaksi
fluoride dengan transportasi proton aktif ATP-ase menghasilkan akumulasi ion
proton intraseluler serta pengurangan impor glukosa. Sebagai hasil dari
akumulasi ion proton intraseluler dan reduksi substrat intraseluler, aktivitas
metabolik sel menurun secara signifikan. Hamilton IR. Growth, Metabolism and
Acid Production by Streptococcus mutans. In: Molecular Microbiology and
Immunobiology of Streptococcus mutans, S. Hamada, SM. 15.Michalek, H.
Kiyono, L. Menaker, and JR. McGhee (Ed’s), Amsterdam: Elsevier Science
Publishers, pp. 145-155, 1986.
Fluor (fluorine) sendiri merupakan golongan halogen VIIA yang
merupakan unsur paling reaktif, oksidator paling kuat serta memiliki
elektronegativitas paling tinggi. Bereaksi keras dengan zat yang paling
mudah teroksidasi pada suhu kamar. Fluor mudah membentuk senyawa
dengan hampir semua unsur lainnya, bahkan dengan gas mulia seperti kripton,
xenon dan radon. Saking reaktifnya, kaca, logam bahkan air serta zat lain akan
terbakar dan menyala terang saat direaksikan dengan gas fluor. Dalam
larutan, fluor biasanya terbentuk sebagai ion fluorida (F-). Fluorida terbentuk
dari interaksi antara ion fluorida dengan unsur lain yang bermuatan positif.
RSCP Publishing. (2013). The Merck Index of Encyclopedia of
Chemicals, Drug and Biological. Fifteenth edition. The Royal Society
of Chemistry, pp 1559
Diduga karena kandungan Fluoride pada pasta gigi non-herbal lebih tinggi
daripada pasta gigi herbal, sehingga menyebabkan zona hambat pada bakteri S.
aureus yang diberikan pasta gigi non-herbal lebih besar daripada zona hambat
pada bakteri yang diberikan pasta gigi herbal.
sesuai dengan tabel diatas, pepsoden non-herbal (pasta gigi flouride)
memiliki kadar flouride lebih efektif menghambat pertum mikroba.
Dibandingkan dengan pasta gigi herbal memiliki kandungan flouride yang
rendah bahkan tidak ada.
Tingkat Fluoride yang sangat tinggi, mendekati 0,16-0,3 mol / L (3040-5700
ppm) yang diperlukan untuk membunuh bakteri. Streptococcus mutans adalah
mikroorganisme yang sangat sensitif terhadap fluoride karena efek
penghambatan langsung fluoride pada sistem transport proton ATP-ase. Namun,
pada konsentrasi fluoride yang lebih rendah, bakteri ini bermutasi menjadi strain
resisten fluoride. Strain resisten fluoride tersebut telah mengalami penurunan
aktivitas metabolik, dan sebagai hasilnya, menunjukkan penurunan potensi
kariogenik pada bakteri yang signifikan. Dalam studi vitro juga menunjukkan
bahwa Streptococcus mutans yang telah resisten terhadap fluoride menurunkan
potensi kariogenik pada tikus.
Bowden HW. Effects of fluoride on the microbial ecology of dental
plaque. J Dent Res; 69(Spec Iss): 653-659, February, 1990.
Marquis RE. Dimished acid tolerance of plaque bacteria caused by
fluoride. J Dent Res; 69(Spec Iss): 672-675, February, 1990.
March PD, Bradshaw DJ. The effect of fluoride on the stability of oral
bacteria communities in vitro. J Dent Res; 69(Spec Iss): 668-671, February,
1990.
Van Loveren C. The antimicrobial action of fluoride and its role in caries
inhibition. J Dent Res; 69(Spec Iss): 676-681, February, 1990.
Penelitian klinis lain oleh March dan Bradshaw (1990) telah menunjukkan
bahwa konsentrasi fluoride yang rendah bahkan dapat menurunkan potensi
kariogenik mikroorganisme saccharolytic. Telah terbukti bahwa konsentrasi
profilaksis fluoride (19 ppm) yang dikombinasikan dengan pH moderat (~ 5)
mempengaruhi kapasitas metabolisme sel-sel bakteri dan mengakibatkan
penurunan yang signifikan dalam produksi asam oleh bakteri kariogenik.
March PD, Bradshaw DJ. The effect of fluoride on the stability of oral
bacteria communities in vitro. J Dent Res; 69(Spec Iss): 668-671, February,
1990.. Arweiler NB, Henning G, Reich E, Netuschil L. Effect of amine-fluoride-
triclosan mouthrinse on plaque regrowth and biofilm vitality. J Clin Periodontol,
29(4):358-63, 2002.
Singkatnya, difusi pasif dari fluoride yang melintasi membran sel dalam
bentuk hidrogen fluorida, interferensi dengan uptake substrat dan pemecahan di
dalam sel, serta efeknya dalam menghambat mekanisme seluler yang terlibat
dalam ekspulsi proton dari zona intraseluler, ketiga hal ini menghasilkan
penurunan yang signifikan dalam aktivitas metabolik dari mikro-organisme
kariogenik. Bakteri yang tidak memiliki kemampuan untuk melawan gangguan
terhadap lingkungannya akan mengalami penurunan aktivitas metabolisme tetapi
dapat bertahan hidup, atau tersingkir dari plak. Efek antibakteri Fluoride diduga
memiliki peran yang signifikan baik dalam mencegah lesi karies awal dan dalam
meningkatkan pemulihan umur panjang. March PD, Bradshaw DJ. The effect of
fluoride on the stability of oral bacteria communities in vitro. J Dent Res; 69
(Spec Iss): 668-671, February, 1990.
Hasil yang saya dapatakan berbeda dengan penelitian yang dilakukan Jamilah
(2010) tentang efek hambat pasta gigi sirih dan fluorida terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans dengan metode disc diffusion, pasta gigi yang
mengandung ekstrak daun sirih memiliki efektifitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasta gigi yang mengandung fluorida dalam menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans. Hingga saat ini belum diketahui efek
hambat berbagai pasta gigi dengan. kandungan berbeda-beda terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Komposisi fluoride pada sample pasta gigi yang digunakan tidak
diketahui secara pasti, harus dilakukan penelitian lebih lanjut utuk
meneliti hal tersebut.
2. Tekhnik penetesan pasta gigi tidak merata pada sumuran medium
replikasi.
Ref : M Jamilah.Perbandingan Efektifitas Pasta Gigi yang
Mengandung Ekstrak Daun Siri dan Fluor Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro). 2010.
Berdasarkan hasil penlelitian yang dilakukan didapatkan luas zona daya
hambat S.mutans yang paling besar ditemukan pada pasta giginon-herbal II, yakni
mencapai 28.20 mm. Adapun, luas zona daya hambat yang paling kecil ditemukan
pada pasta gigi herbal II, yakni hanya sebesar 22.19 mm. Pasta gigi herbal I
menempati urutan kedua terbesar dengan luas zona daya hambat mencapai 27.40
mm. Adapun, yang terakhir adalah pasta giginon-herbal I dengan luas zona
sebesar 24.30 mm. yang artinya hipotesi tidak diterima (ditolak) disebkan oleh
pemaparan diatas.
PEBAHASAN TABEL 2.
Berdasarkan hasil uji statistic One-way ANOVA, diperoleh nilai p:
0.037 (p<0.05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan luas zona
daya hambat staphylococcus aureus yang signifikan antara pasta gigi herbal I
(Ciptadent®), non-herbal I (Ciptadent®), herbal II (Pepsodent®), dan pasta gigi
non-herbal II (Pepsodent®). Penelitian ini menggunakan uji parametrik, One-Way
ANOVA, karena syarat uji parametrik, yakni distribusi data normal, terpenuhi
dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji normalitas data, Shapiro-
Wilk, yang menunjukkan nilai p<0.05 pada seluruh kelompok data. Dengan
demikian, distribusi data dalam penelitian ini merupakan distribusi data normal
dan uji paramterik dapat digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasta gigi non-herbal I (Ciptadent®)
menghasilkan luas zona daya hambat Staphylococcus aureus yang paling besar
diantara kelompok lainnya, yakni mencapai 25.70 mm. Sebaliknya, luas zona
daya hambat yang paling kecil ditemukan pada pasta gigi herbal II (Pepsodent®),
yakni hanya 21.34 mm. Terlihat pula pada table dan diagram pada urutan kedua
adalah pasta gigi non-herbal II (Pepsodent®) menghasilkan luas zona daya hambat
sebesar 24.20 mm dan pasta gigi herbal I (Ciptadent®) menunjukkan luas zona
daya hambat sebesar 22.31 mm. Berdasarkan hasil uji statistik, Anova one-way,
diperoleh nilai p:0.037 (p<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan luas zona
daya hambat bakteri Staphylococcus aureus yang signifikan antara pasta gigi
herbal I (Ciptadent®), herbal II (Pepsodent®), non-herbal I (Ciptadent®) dan non-
herbal II ((Pepsodent®).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Pasta gigi herbal yang
mengandung daun sirih, pada bakteri staphylococcus aureus memiliki efek daya
hambat yang yang tidak terlalu besar, pada buji bakteri staphylococcus aureus
pasta gigi herbal berada pada urutak ke tiga dan keempat dilihat dari uji daya
hambat yang dihasilkan oleh pasta gigi tersebut terhadap bakteri staphylococcus
aureus.
Namun hasil yang didapatkan bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan endah (2004) dengan judul perbandingan efektifitas pasta gigi herbal
dan pasta gigi non herbal dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus,
b-hemoliticu dan candida albicans in vitro, yang menyatakan bahwa pasta gigi herballebih
efektif dari pasta gigi non-herbal dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus, dan candida albicans. Ref : T, endah.dkk (2004) dengan judul perbandingan
efektifitas pasta gigi herbal dan pasta gigi non herbal dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus, b-hemoliticu dan candida albicans in vitro.
Fakultas kedokteran universitas Kristen maranatha.
Minyak atsiri daun sirih dan jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri
terhadap streptococcus mutans lebih besar dari fluor. Minyak atsiri mempunyai
fungsi sebagai antibakteri terhadap beberapa bakteri yaitu Staphylococcus. Daya
antibakteri minyak atsiri disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya
yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. (Edward S. Oroh, dkk.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PASTA GIGI HERBAL DENGAN PASTA
GIGI NON HERBAL TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK GIGI.
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015. 1Kandidat Skripsi
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Namun pada penelitian ini pasta gigi non-herbal lebih efektif
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan pasta
gigi herbal yang berada diurutak ketiga dan keempat, yang berarti hipotesis
ditolak. Hal ini mungkin disebakan oleh berbagai factor :
1. Komposisi fluoride pada sample pasta gigi yang digunakan tidak diketahui
secara pasti, harus dilakukan penelitian lebih lanjut utuk meneliti hal
tersebut.
2. Tekhnik penetesan pasta gigi tidak merata pada sumuran medium replikasi.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasta gigi Non-herbal I (C) memiliki luas
zona hambat terbesar terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu sebesar
25.70mm. Hal ini diduga dikarenakan terdapat kandungan flouride dalam pasta
gigi non-herbal.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Strassler (2009), fluoride merupakan
komponen pasta gigi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam
rongga mulut. Fluorida memiliki antikariogenik dan dapat mencegah inisiasi
perkembangan karies dengan membentuk kompleks. (Nigam, A. G., Jaiswal, J.
N., Murthy, R. C., Pandey, R. K. (2009). ‘Estimation of Fluoride Release
from Various Dental Materials in Different Media an In Vitro Study’,
International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, January-April
2009:2(1):1-8)
top related