pasal 5 kekuasaan pemerintahan negara
Post on 05-Dec-2014
151 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
Pasal 5 KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-undang dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 20 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
(1) Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 30 KESEJAHTERAAN SOSIAL
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
2. Hama dan penyakit Hewan Karantina
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1959 Tanggal 29 Oktober 1959 tentang
PENYAKIT KARANTINA
Pes (Sampar) = Plague.
Kolera = Cholera.
Demam Kuning = Yellow Fever.
Cacar = Smallpox.
Typhus Bercak Wabahi = Typhus Fever Louse borne. Typhus
Exanthematicus. Epidemictis.
Demam Balik-Balik = Relapsing Fever.
Penyakit infeksi yang angka kejadiannya meningkat secara bermakna dalam 20 tahun
terakhir dan atau mengancam kesehatan masyarakat di masa depan dikenal dengan istilah
emerging infectious disease / eid. EID dibedakan antara :
a) Reemerging diseases
Adanya Polio di Sukabumi pada pertengahan tahun 2005 menandai munculnya kembali
penyakit-penyakit (reemerging diseases) yang sudah hilang dari bumi Indonesia.
perkembangan berbagai penyakit reemerging diseases dan new emerging diseases KEMBALI
mergancam derajat kesehatan masyarakat. Penyakit menular tergolong reemerging diseases
yang menjadi perhatian saat ini :
Poliomyelitis, Tuberkulosis, Dengue Demam Berdarah, HIV-AIDS, Demam Typhoid &
Salmonellosis, Leptospirosis, Anthrax, Rabies, Pes, Filariasis, Kolera & penyakit diare
lainnya, Pneumococcal pneumonia & penyakit ISPA lainnya, Diptheria, Lepra, Infeksi
Helicobacter, Ricketsiosis, Pertussis, Gonorrhea & penyakit infeksi menular seksual lainnya,
Viral hepatitis, Campak, Varicella/Cacar Air, Chikungunya, Herpes, Japanese encephalitis,
Infectious Mononucleosis, infeksi HPV, Influenza, Malaria dll.
b) New emerging diseases.
Sedangkan kemunculan penyakit new emerging disease diantaranya ditandai dengan
merebaknya Avian flu mulai bulan Juni 2005 yang lalu, hingga tanggal 18 Maret 2007 telah
mendekati ribuan Kasus dan sebanyak 86 orang diantaranya Positif Avian flu serta meninggal
65 orang. Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian kasus Avian flu pada manusia di
Indonesia kini adalah 75,6 persen.
Penyakit infeksi yang baru muncul (New Emerging Diseases) dan mengancam saat ini
sebagian besar adalah penyakit bersumber binatang. Misalnya : SARS, Avian flu, Hanta-virus
Pulmonary Syndrome, Hanta-virus infection with renal involvement, Japanese Encephalitis,
Nipah diseases, West Nile Fever, E. coli O157:H7, BSE/vCJD dll
Sebagian besar hama penyakit tumbuhan berbahaya bagi kelangsungan pertanin
Indonesia terutama untuk ancaman tanaman pangan dan hortikultura:
Lalat Buah , kumbang kapra dan lain lain
Sebagian besar Penyakit Hewan bisa berbahaya bagi manusia (zoonosis)
Diantaranya adalah :
Rabies yang disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan melalu gigitan hewan
sebangsa anjing dan hewan pengerat, Sapi Gila (Mad Cow), Penyakit Mulut dan
Kuku, Anthrax , Flu Burung (Avian Influenza) dan yang sekarang sedang merebak
yaitu Flu Babi (Swine Influenza).
http://wrks.itb.ac.id/app/images/files_produk_hukum/uud_45.pdf
http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_53_1959.pdf
http://sejarahkkp.blogspot.com/
. Daftar Nama – nama Instalasi Karantina Hewan (IKH), Instalasi Karantina Hewan
Sementara (IKHS) dan Tempat Pemeriksaan Karantina Hewan (TPKH) Di Wilayah Kerja
Balai
Karantina Pertanian Kelas I Semarang
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi karantina yaitu mencegah masuk, keluar
dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina (HPHK), maka petugas karantina harus
melakukan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina Hewan (IKH).
Penyediaan instalasi pada prinsipnya merupakan tanggungjawab pemerintah, namun dalam
kondisi keuangan kondisi Negara yang kurang memungkinkan, maka pihak lain dapat
menyediakan fasilitas yang kurang tersebut.
A. Daftar Nama – nama Instalasi Karantina Hewan (IKH):
NO NAMA PEMILIK LOKASI KOMODITI KEPERLUAN
NOMOR
REGISTRASI
KAPASITAS
1 Balai Karantina Pertanian
Kelas I Semarang
Jl. Karangroto – Genuk
Semarang
Ruminansia Besar Ekspor, Impor
dan Antar Area
- 100 Ekor
B. Daftar Nama – nama Instalasi Karantina Hewan Sementara (IKHS) :
NO NAMA PEMILIK LOKASI KOMODITI KEPERLUAN
NOMOR REGISTRASI &
TANGGAL PENETAPAN
KAPASITAS
BATAS AKHIR
MASA BERLAKU
1 PT. KAPO Jl. Industri Raya Timur II
A 40, LIK Kaligawe
Semarang 50111,
Provinsi Jawa Tengah
Poultry By Product Meal
dan Meat And Bone
Meal
Impor 273/Kpts/KH.040/L/09/2009,
tanggal 14 September 2009
1.925 Ton 14 September 2010
2 PT. Multipala Agrinusa
(Japfa)
Jl. Raya Duyungan Km.
4,5 Duyungan –
Sidoharjo, Sragen Jawa
Tengah
MBM, Hydrolized
Feather Meah, Poultry
By Product Meal
Impor 122/Kpts/KH/040/L/11/2009,
tanggal 2 Maret 2008
10.000 Ton 2 Maret 2009
3 PT. Charoen Pokphand
Indonesia
Jl. Raya Semarang
Demak Km. 8, Demak –
Jateng
Meat Bone Meal,
Poultry By Product
Meal, Blood Meal,
Feather Meal, Chicken
Feather Meal
Impor 591/Kpts/KH.040/L/12/2009,
Tanggal 30 Desember 2009
1.200 Ton 30 Desember 2010
4 PT. Cargill Indonesia Jl. Raya Walisongo No.
395 Km. 9.6 Kel.
Tugurejo, Kec. Tugu
Semarang – Jateng
Meat Bone Meal,
Poultry By Product
Meal, Feather Meal
Impor 581/Kpts/KH.040/L/12/2009,
tanggal 28 Desember 2009
1.000 Ton 28 Desember 2010
5 CV. Bakti Nusantara Jl. Desa Kaligading
RT.06/RW.01, Desa
Kaligading Kec. Boja Kab.
Kendal, Prov. Jawa
Tengah
Kelinci Ekspor 111/Kpts/KH.040/L/02/2009,
Tanggal 16 Februari 2010
500 Ekor 16 Februari 2011
6 PT. Jaklin Komoditindo Jl. Raya Semarang
Purwodadi Km. 37, Desa
Manggarmas, Kec.
Poultry By Product
Meal, Meat Bone Meal,
Feather Meal, Blood
Impor 99/Kpts/KH.040/L/02/2010,
Tanggal 8 Februari 2010
500 Ton 8 Februari 2011Godong, Kab. Grobogan,
Purwodadi Prov. Jawa
Tengah
Meal
7 PT. BIOADI SASANA Jl. Industri XX No. BS 55
LIK Bugangan Baru
Semarang Provinsi Jawa
Tengah
Poultry By Product
Meal, Meat Bone Meal
Impor 424/Kpts/KH.040/L/05/2010,
24 Mei 2010
1000 Ton 24 Mei 2011
8 PT. Christy Sejahtera Jl. Raya Semarang
Purwodadi Km. 37, Desa
Manggarmas, Kec.
Godong, Kab. Grobogan,
Prov. Jawa Tengah
Meat Bone Meal,
Poultry By Product
Meal, Feather Meal,
Blood Meal
Impor 414/Kpts/KH.040/L/05/2010,
Tanggal 20 Mei 2010
400 Ton 20 Mei 2011
9 PT. Agung Jaya Jl. Bali No. 9
RT.003/RW.002,
Kelurahan Setabelan
Kecamatan Banjarsari
Kota Surakarta Provinsi
Jawa Tengah
Meat Bone Meal Impor Dalam Proses 70 Ton
10 CV. Sinar Mandiri Jl. Dorowati Timur No. 42
Watugel, Mulyorejo,
Lawang Kab. Malang
Provinsi Jawa Timur
Kulit Mentah Garaman,
Pickled dan Crusting
Impor Dalam Proses 750 Ton
11 PT. SAYUNG ADHIMUKTI Jl. Raya Semarang –
Demak Km. 9, No. 2,
Purwosari, Sayung,
Demak 59563 Prov. Jawa
Tengah
Wet Blue dan Pickle Impor 213/Kpts/KH.040/L/7/2009,
tanggal 24 Juli 2009
4.800.000 sf 24 Juli 2010
12 PT. CENTRAL PROTEINA
PRIMA, Tbk
Jl. Raya Semarang
Demak Km. 8, Genuk,
Semarang – Jawa
Tengah
Bahan Baku Pakan
Ternak
Impor 29/Kpts/PD.670.210/L/01/2007,
tanggal 24 Januari 2007
- 24 Januari 2008
C. Daftar Nama – nama Tempat Pemeriksaan Karantina Hewan (TPKH) :
NO NAMA PEMILIK LOKASI KOMODITI KEPERLUAN NOMOR REGISTRASI
KAPASITAS
BATAS AKHIR
MASA LAKU
1 PT. KIEVIT INDONESIA Jl. Merpati No. 1
Mangunsari Sidomukti
Salatiga Prov. Jawa
Tengah
Bahan baku Susu Impor 1545/KH.350/L.12.B/08.09,
Tanggal 19 Agustus 2009
2.700 Ton 19 Agustus 2010
2 PT. Life Utama Industries
and Trading
Desa Ngimbun
RT.04/RW.03 Kel.
Karangjati, Kec. Bergas,
Kab. Semarang
Industri Sarung Tangan
Golf
Ekspor 1052/KH.210/L.12.B/06.09,
tanggal 17 Juni 2009
- 17 Juni 20103 PT. Sari Husada Jl. Raya Yogya – Solo
Km. 19 Kemudo
Prambanan Klaten Prov.
Jawa Tengah
Bahan Baku Susu Impor 1051/KH.350/L.12.B/06.09,
tanggal 17 Juni 2009
500 Ton 17 Juni 2010
(Dalam Proses)
4 PT. Sinar Utama Sejahtera Tlogo Lor, Tlogo,
Prambanan Klaten Prov.
Jawa Tengah
Finish Leather/Kulit Jadi
(Industri Sarung Tangah
Golf)
Ekspor 1459/KH.350/L.12.B/07.09,
tanggal 6 Agustus 2009
100.000 Sf 6 Agustus 2010
5 PT. KAPO Jl. Industri Raya Timur II
A 40, LIK Kaligawe
Semarang 50111 Provinsi
Jawa Tengah
Premix (Feed
Suplement)
Impor 1419/KH.350/L.12.B/08.09,
Tanggal 3 Agustus 2009
2000 MT 3 Agustus 2010
6 PT. Chia Jiann Indonesia
Furniture
Jl. Raya Bangsri Kelet,
RT.002/RW.009, Wedelan
Bangsri Jepara Prov.
Jateng
Kulit Jadi Impor 2026/KH.350/L.12.B/10.09,
tanggal 29 Oktober 2009
90.000 Sgf 29 Oktober 2010
7 PT. DKSH INDONESIA Jl. Industri IV No. 4
Kawasan LIK, Bugangan
Semarang Prov. Jateng
Barang Kimia dan
Farmasi/Bahan Baku
Pakan Ternak
Impor 2216.a/KH.350/L.12.B/10.09,
tanggal 15 Oktober 2009
360 Ton 15 Oktober 2010
8 PT. Charoen Pokphand
Indonesia
Jl. Raya Semarang
Demak Km. 8, Demak –
Jateng
Premix Feed Suplement Impor 2889/KH.350/L.12.B/11.09,
tanggal 30 Nopember 2009
50 Ton 30 Nopember 2010
9 PT. Monang Sianipar
Abadi
Jl. L.U. Adisucipto No. 85
Colomadu, Solo Prov.
Jawa Tengah
Kulit Jadi Ekspor 2891/KH.350/L.12.B/11.09,
tanggal 30 Nopember 2009
500 Kg 30 Nopember 2010
10 PT. Rawa Bening Amba Jl. Darmawangsa No. 10,
RT.07/RW.04, Desa
Ngempon Kec. Bergas,
Kab. Semarang, Prov.
Jateng
Bulu Itik Ekspor 92/KH.350/L.12.B/01.10,
tanggal 12 Januari 2010
11.000 Kg 12 Januari 2011
11 PT. Tigaraksa Satria, Tbk Jl. Raya Cangkringan Km.
1,5 Dhuri, Tirtomartini,
Kalasan, Sleman,
Yogyakarta
Bahan Baku Susu Impor 705/KH.350/L.12.B/04.10,
tanggal 6 April 2010
75,6 Ton 6 April 2011
12 CV. Hutama Jaya Lestari Jl. Kapt. Laut Wiratno No.
8 Semarang
Bone Glue Impor 758/KH.350/L.12.B/04.10,
tanggal 12 April 2010
50 Ton 31 Desember 2010
13 PT. Sayung Adhimukti Jl. Raya Semarang –
Demak Km. 9, No. 2
Purwosari, Sayung,
Demak Prov. Jawa
Tengah
Kulit Jadi Impor 872/KH.350/L.12.B/04.10,
tanggal 27 April 2010
30.570
Lembar
27 April 2011
14 PT. Sinar Bahari Agung Jl. Raya Kendal – Batang
Km. 12, Desa Truko, Kec.
Kangkung, Kab. Kendal
Prov. Jawa Tengah
Dried Egg Whites
(Tepung dari putih telur)
Impor 998/KH.350/L.12.B/05.10,
tanggal 12 Mei 2010
10 Ton 12 Mei 201115 CV. Surya Putra Anugrah Dk. Ngarak-arak, Desa
Telukan Kec. Grogol,
Kab. Sukoharjo Prov.
Jawa Tengah
Process Oil For Textile
Use (Tallow)
Impor 999/KH.350/L.12.B/05.10,
tanggal 12 Mei 2010
40 Ton 12 Mei 2011
16 PT. Lembah Tidar Jaya
Leather Industry
Dusun Kedungingas Desa
Bulurejo Kec.
Mertoyudan, Kab.
Magelang Prov. Jawa
Tengah
Kulit Jadi Impor 996/KH.350/L.12.B/05.10,
tanggal 12 Mei 2010
50 Ton 12 Mei 2011
17 PT. Bioadi Sasana Jl. Industri XX BS 55, LIK
Kaligawe Bugangan Baru
Semarang – Jawa
Tengah
Bahan Lain Biologik
untuk campuran pakan
ternak
Impor 931/KH.350/L.12.B/05.10,
tanggal 4 Mei 2010
200 Ton 4 Mei 2011
18 PT. Pimaimas Citra Jl. Industri Raya Timur II
A 40, LIK Kaligawe
Semarang 50111 Provinsi
Vitamin, Premix, Mineral Impor 932/KH.210/L.12.B/05/10 2000 MT
19 PT. Dian Adi Furniture
20 PT. Cargill Indonesia Jl. Raya Walisongo No.
395 Km. 9.6 Kel.
Tugurejo, Kec. Tugu
Semarang – Jateng
Bahan Lain Biologik
untuk campuran pakan
ternak
Impor 1000/KH.350/L.12.B/05.10,
tanggal 12 Mei 2010
40 Ton 12 Nopember 2010
21 PT. Multi Prima Mandiri
Perkasa
Jl. Lembah II RT.2/RW.1,
Desa Sukodono Kec.
Tahunan, Kab. Jepara,
Prov. Jawa Tengah
Kulit Jadi Impor 1306/KH.350/L.12.B/06.10,
tanggal 18 Juni 2010
30 Ton 18 Juni 2011
22 CV. Tunas Bina Hutan Jl. Ledok Gondomanan 4
– 6 Yogyakarta
Madu Alam Impor 1345/KH.350/L.12.B/6.10,
tanggal 24 Juni 2010
18.600 Kg 24 Juni 2011
23 PT. Budi Makmur
Jayamurni
Jl. Peleman No. 9
Rejowinangun Prov. DI
Yogyakarta
Wet Blue Impor 1319/KH.350/L.12.B/06.10,
tanggal 21 Juni 2010
100.000
Lembar
21 Nopember 2010
24 PT. MIROTA KSM Jl. Raya Yogya – Solo
Km. 9, Sambilego
Maguwoharjo Depok
Sleman Yogyakarta
Bahan Baku Susu Impor 704/KH.350/L.12.B/04.10,
tanggal 30 April 2010
200 Ton 30 April 2011
25 PT. Karya Aroma
Sejahtera
Jl. Raya Kaligawe Km. 3,
No.46 Semarang
Banah Baku Susu Impor 612/KH.350/L.12.B/03.10,
tanggal 25 Maret 2010
- 25 Maret 2011
http://karantinasemarang.org/file/30383672nama-nama_ikhs_&tpkh.pdf
DAFTAR ALAMAT UPT PUSAT KARANTINA IKAN DI INDONESIA
NO UPT ALAMAT NO. TELP/FAX
1 Balai Besar Karantina Ikan Soekarno Hatta Gd. Karantina pertanian Bandara Sukarno Hatta Cengkareng
Telp. 021-5507932
Fax. 021-5506738
2 Balai Besar Karantina Ikan Hassanudin Makassar
Jl. Landak Baru No.7 Makassar 90135
Telp. 0411-874793
Fax. 0411-855766
3 Balai Karantina Ikan Polonia Medan Jl. Padang Golf Bandara Polania Medan 20157
Telp. 061-4572181
4 Pos Karantina Ikan sam Ratulangi Manado Komp. Bandara Sam Ratulangi Manado 95258
Fax. 0431-811688
5 Stasiun Karantina Ikan Juanda Surabaya Jl. Pagesongan II no 58A Surabaya 60233
Telp. 031-8286357
Fax. 031-8678471
6 Stasiun Karantina Ikan Ngurah Rai Denpasar I Gusti Ngurah Rai , Tuban Kuta Bali
0361-756951
7 Stasiun Karantina Ikan Kelas I Sepinggan Balikpapan
Jl./ colonel Syariffudin Yoes Balikpapan 76115
0542-876348
8 Stasiun Karantina Ikan Kelas I Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
Jl. Adi Sucipto Bandara SMB II Palembang 30155
0711-414184
9 Stasiun Karantina Ikan Kelas II Tabing Padang
Komp. Bandara Tebing Padang 25171
0751-57561
10 Stasiun Karantina Ikan Sentani Jayapura Jl. Bandara Sentani No.33 Komp. Sentani Jayapura
0967-592539
11 Stasiun Karantina Ikan Kelas I Selaparang Jl. Raya Adi Sucipto Bandar Udara Selaparang Mataram
0370-635425
12 Pos Karantina Ikan Kelas II Wolter Mongisidi Kendari
Jl. Balai Kota No 4 Kendari 93111
0401-324848
13 Pusat Karantina Ikan Kelas II Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Jl. Bandara Sultan Syarif Kasim II Simpang Tiga Pekanbaru 28284
0761-67426
14 Pos Karantina Ikan Sultan Iskandar Muda NAD
Jl. Cendana Utama No.7 Jeulengke Banda Aceh 23114
0651-53705
15 Stasiun Karantina Ikan Supadio Pontianak Bandara Supadio Pontianak
0561-723266
16 Pos Karantina Ikan Syamsyudin Noor Jl. Angkasa Landasan 0511-705720
Banjarmasin Ulir Timur
17 Pos Karantina Ikan Mutiara Palu Jl. A. R. Rahman Saleh No. 15 Komplek Bandara Mutiara Birobuli, Palu 94114
0451-482131
18 Pos Karantina Ikan Tanjung Mas Semarang Jl. Ampera No. 4 Semarang 50129
024-3541769
19 Pos Karantina Ikan Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan
Pel. Teluk Nibung, Tanjung Balai Asahan 21332, Sumatra Utara
0623-95005
20 Pos Karantina Ikan Sultan Taha Jambi Jl. Sersan UD Syawal, Palmerah Baru, Jambi
0741-572474
21 Pos Karantina Ikan Bau-Bau Buton Jl. Yos Sudarso No. 7 Komp. Murhun Bau-bau
0402-21005
22 Pos Karantina ikan Nunukan Jl. Pelabuhan Batu Nunukan, Kalimantan Timur
0551-35803
23 Pos Karantina Ikan Tahuna Jl. Komp. Pelabuhan Laut Tahuna, Tahuna 95816
0432-21860
24 Pos Karantina Ikan Pangkal Pinang Jl. Koba Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang 33171
0717-434756
25 Pos Karantina Ikan Gorontalo Komp. Pel. Laut Gorontalo, Jl. Mayor Dullah No. 98
-
26 Pos Karantina Ikan Tanjung Pinang Jl. Sumatera No. 163, Tanjung Pinang 29113
0771-313316
27 Pos karantina Ikan Adi Sucipto Yogyakarta Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta 55282
0274-583632
28 Pos Karantina Ikan Li Tari Kupang Terminal B Bandar Udara El Tari, Kupang
0380-832600
29 Pos Karantina Ikan Tanjung Perak Jl. Kalimas Varu No 86 Tanjung Perak Surabaya 60000
031-3283886
30 Pos Karantina Ikan Jefman Sorong Jl. Ahmad Yani No.2 Sorong
0951-332522
31 Pos Karantina Ikan Mopah Merauke Jl. Peternakan Mopah Lama PO BOX 263, Merauke 99601
0971-323749
32 Pos Karantina Ikan Tanjung Priok Jl. Nusantara No.1 Jakarta
021-4391549
33 Pos Karantina Ikan Panjang Lampung Jl. Jawa No.5 Pel. Laut Panjang Bandar Lampung
0721-32847
34 Pos Karantina Ikan Cirebon Jl. Maluku No. 3 Cirebon
0231-202947
35 Pos Karantina Ikan Banggal Luwuk Banggal Jl.Gunung Tompo Tika No.20 Kampung Baru Luwuk Banggai
0461-324671
36 Pos Karantina Ikan Patimura Ambon Jl. Leo Watimena Ambon
0911-311433
37 Pos Karantina Ikan M. Salahudin Bima Jl. Sultan Salahudin Palibelo Bima NTB 48173
0374-647256
38 Pos Karantina Ikan Babullah Ternate Jl. Komp. Bandara 0921-328728
Babuliah Ternate
39 Pos Karantina Ikan Fatmawati Bengkulu Jl. Ir Rustandi Sugianto Km.13,8 Kandang Bengkulu
0736-53027
40 Pos Karantina Ikan Tjilik Riwut Palangkaraya Adonis Samat Palangkaraya 73111
0536-35641
41 Pos Karantina Ikan Etikong Jl. PPLB Entikong Kalimantan Barat
0564-31742
42 Seksi Karantina Otorita Batam Jl. Lumba-Lumba No.3 Battu Ampar Batam
0778-462240
43 Stasiun Karantina Ikan Kelas II Juwata Tarakan
Jl. Aki Salak Tarakan Kalimantan Timur
-
44 Hatchery Nila Kersikan CV Prima Pasuruhan Ds Kersikan Kec. Gondang Wetan Kab Pasuruhan Jawa Timur
081330770560
(Bp. Kartoyo)
Diposkan oleh admin blog-wongalus di 06:50
Kirimkan Ini lewat Email
http://informasikoe.blogspot.com/2012/03/daftar-alamat-upt-pusat-karantina-ikan.html
. Persyaratan Teknis impor dan ekspor hewan dan produk hewan
Selain persyaratan karantina yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.82/2000 sebagaimana tersebut diatas, diperlukan kewajiban tambahan berupa persyaratan teknis impor/ekspor hewan dan produk hewan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia, sebagai berikut :
Negara yang belum melakukan kerjasama bilateral perdagangan.
a. Negara pengekspor harus bebas dari penyakit hewan menular atau berbahaya tertentu yang tidak terdapat di negara pengimpor
b. Mendapatkan persetujuan impor/ekspor dari pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri dengan mempersyaratkan ketentuan-ketentuan teknis yang harus dilakukan terhadap komoditi impor di negara pengekspor sebelum dikapalkan/diangkut menuju negara pengimpor.
c. Perlakuan tindakan karantina di negara pengimpor bertujuan untuk memastikan bahwa ketentuan-ketentuan teknis yang dipersyaratkan tersebut benar telah dilakukan sesuai ketentuan internasional.
d. Melengkapi komoditi tersebut dengan Surat Keterangan Kesehatan atau Sanitasi dan surat keterangan lainnya yang menerangkan bahwa komoditi tersebut bebas dari hama penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan lingkungan hidup, disamping menerangkan pemenuhan persyaratan ketentuan teknis seperti tersebut di atas.
e. Negara pengimpor berhak melakukan penelitian dan pengamatan secara epidimilogy terhadap situasi dan kondisi penyakit hewan menular dan berbahaya yang ada di negara pengekspor secara tidak langsung melalui data-data yang ada dan tersedia.
f. Pengangkutan komoditi impor tersebut harus langsung ke negara tujuan pengimpor tanpa melakukan transit di negara lain.
g. Negara pengimpor berhak melakukan tindakan-tindakan penolakan dan pencegahan masuknya penyakit hewan menular dan berbahaya, jika dijumpai hal yang mencurigakan, dilaporkan tidak benar atau ada kemungkinan bahwa komoditi tersebut dapat bertindak sebagai media pembawa hama penyakit hewan menular dan berbahaya.
Negara yang telah melakukan kerjasama bilateral perdagangan.
a. Negara pengekspor harus bebas dari penyakit hewan menular dan berbahaya tertentu yang dipersyaratkan negara pengimpor.
b. Melakukan perjanjian kerjasama perdagangan dengan mempersyaratkan ketentuan-ketentuan teknis yang harus dilakukan terhadap komoditi impor tersebut di negara pengekspor sebelum dikapalkan/diangkut menuju negara pengimpor.
c. Mendapatkan persetujuan impor/ekspor dari pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri (Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan/ Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) dengan mempersyaratkan ketentuan-ketentuan teknis yang harus dilakukan terhadap komoditi impor di negara pengekspor sebelum dikapalkan /diangkut menuju negara pengimpor.
d. Perlakuan tindakan karantina di negara pengekspor dengan tujuan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan teknis yang dipersyaratkan dalam perjanjian bilateral tersebut telah dilakukan sesuai ketentuan internasional.
e. Negara pengimpor berhak melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung terhadap situasi dan kondisi penyakit hewan menular dan berbahaya yang ada di negara pengekspor (approval and accreditation).
f. Melengkapi komoditi tersebut dengan Surat Keterangan Kesehatan atau Sanitasi dan surat keterangan lainnya yang menerangkan bahwa komoditi tersebut bebas dari hama dan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan lingkungan hidup, disamping menerangkan pemenuhan persyaratan ketentuan teknis seperti tersebut di atas.
g. Pengangkutan komoditi impor tersebut harus langsung ke negara tujuan pengimpor tanpa transit di negara lain, kecuali telah disetujui oleh ke dua negara dalam perjanjian bilateral atau trilateral dengan ketentuan negara transit minimal mempunyai situasi dan kondisi penyakit hewan yang sama dengan negara pengimpor.
h. Negara pengimpor berhak melakukan tindakan-tindakan penolakan dan pencegahan masuknya penyakit hewan menular dan berbahaya, jika dijumpai hal yang mencurigakan, dilaporkan tidak benar atau ada kemungkinan bahwa komoditi tersebut dapat bertindak sebagai media pembawa hama penyakit hewan menular dan berbahaya.
i. Tindakan karantina diutamakan terhadap hewan yang tidak atau belum sempat dilaksanakan di negara pengekspor sesuai dengan persyaratan teknis yang telah disepakati.
C. Persyaratan Pengurusan Hewan Kesayangan Anjing, Kucing, Kera Dan Sebangsanya Untuk Ekspor/Impor.
1. Mengajukan permohonan kepada Dinas Peternakan untuk mendapatkan rekomendasi izin pengeluaran / pemasukan dengan melampirkan sertifikat kesehatan dan vaksinasi rabies dari Dokter hewan yang berwenang, untuk impor daerah tujuan Dki Jakarta harus melampirkan fotocopy paspor pemilik.
2. mengajukan permohonan ekspor / impor ke Direktorat Jenderal Bina Produksi peternakan cq. Direktorat kesehatan Hewan Departemen pertanian dengan melampirkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan / pertanian propinsi daerah asal.
D. PERSYARATAN & PROSEDUR UNTUK MEMBAWA SATWA LIAR BURUNG , AMPHIBIA & REPTIL KELUAR NEGERI SELAIN KERA
1. Telah memiliki surat izin Ekspor / CITES dari Direktorat Jenderal Perlindungan hutan dan konservasi Alam ( PHKA ) Departemen kehutanan.
2. memeriksakan hewannya ketempat dokter hewan berizion praktek guna memperoleh Surat Keterangan Kesehatan Hewan atau melaporkan langsung kepada karantina di bandara/Pelabuhan sebelum keberangkatan untuk dilakukan tindak karantina sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
3. Pada waktu keberangkatan membawea hewannya ke Karantina Hewan di bandara / Pelabuhan untuk dilakukan pemeriksaan akhir dan penerbitan Surat keterangan kesehatan hewan.
http://bbkpbelawan.deptan.go.id/index.php/2011-08-15-20-50-07/persyaratan-karantina-
hewan
http://mathedu-unila.blogspot.com/2010/06/persyaratan-teknis-impor-dan-ekspor.html
Thursday, 12 February 2009
Petunjuk Teknis Persyaratan dan Tindakan Karantina Hewan terhadap Lalulintas Pemasukan Hewan Penular Rabies (anjing, kucing, kera & hewan sebangsanya)
Persyaratan Karantina terhadap Lalulintas Pemasukan Hewan Penular Rabies (HPR) dari Luar Negeri yang Bebas Rabies
A. Dari Luar Negeri
Dari negara bebas Rabies sesuai dengan Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1096 Tahun 1999 yang dapat diperbaharui sesuai perkembangan status bebas rabies dunia;
B. Kelengkapan Dokumen: Harus memiliki
i. Sertifikat Kesehatan Hewan yang diterbitkan oleh pejabat berwenang di negara asal dan negara transit;
ii. Surat Persetujuan Pemasukan
iii. Pasport Hewan atau surat keterangan identitas hewan dalam bahasa Inggris yang dikeluarkan oleh dokter hewan berwenang di negara asal yang memuat antara lain telah berada atau dipelihara sekurang-kurangnya 6 (enam bulan) di negara asal sebelum diberangkatkan dan hewan sekurang-
kurangnya telah berumur 6 (enam) bulan serta tidak dalam keadaan bunting umur 6 (enam) minggu atau lebih, dan atau hewan tersebut tidak sedang menyusui pada saat diberangkatkan. Pasport mencantumkan informasi sekurang-kurangnya jenis hewan, bangsa, jenis kelamin, warna bulu, umur/tanggal lahir dan penanda identitas; atau memiliki
iv. Penanda identitas permanen dengan identifikasi elektronik (microchip), bila microchip yang digunakan tidak sesuai dengan alat baca pada pelabuhan/bandara pemasukan, maka pemilik atau kuasa pemilik harus menyediakan sendiri perangkat alat baca untuk microchip tersebut.
v. Hewan yang akan masuk ke wilayah/daaerah bebas rabies di Indonesia diberangkatkan langsung dari negara bebas rabies. Apabila harus transit maka harus ada persetujuan dari Menteri Pertanian Cq. Dirjen Peternakan dan otoritas veteriner di negara transit memberikan keterangan transit;
vi. Surat Keterangan vaksinasi bagi negara yang melaksanakan vaksinasi menggunakan vaksin inaktif, yang diberikan:- untuk hewan yang divaksinasi pertama kali(primer), sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dan tidak lebih dari 1 (satu) tahun sebelum diberangkatkan yang diberikan saat hewan berumur minimal 3 (tiga) bulan;- untuk vaksinasi booster, sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan atau tidak lebih dari 1 (satu) tahun sebelum diberangkatkan.
vii. Surat Keterangan hasil pemeriksaan titer antibodi dari negara asal. Pengujian titer antibodi tidak boleh dilakukan lebih lama dari 6 (enam) bulan setelah vaksinasi dari Laboratrium yang telah diakreditasi.
C. Ketentuan Vaksinasi
(1) Bila di negara asal bebas rabies dan wilayah/daerah tujuan tidak ada kegiatan vaksinasi, makahewan yang dilalulintaskan tidak dilakukan vaksinasi;
(2) Bila di negara asal bebas rabies tidak ada kegiatan vaksinasi sedangkan di wilayah/daerah tujuan ada kegiatan vaksinasi, maka hewan yang dilaulintaskan dilakukan vaksinasi di wilayah/daerah tujuan;
(3) Bila di negara asal bebas rabies dan wilayah/daerah tujuan ada kegiatan vaksinasi, maka hewan yang dilalulintaskan dilakukan vaksinasi di negara asal;
(4) Bila di negara asal bebas rabies ada kegiatan vaksinasi sedangkan di wilayah/daerah tujuan tidak ada kegiatan vaksinasi , maka hewan yang dilaulintaskan dilakukan di negara asal;
(5) Vaksinasindi negara asal bebas rabies sekurang-kurangnya dilakukan 30 hari dan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum diberangkatkan;
(6) Dengan uji serum netralisasi (SN test) memiliki titer antibodi rabies kurang dari 0,1 IU/ml (< 0,1 IU/ml) dari negara asal bebas rabies tidak ada kegiatan vaksinasi; dan lebih besar atau sama dengan
0,5 IU/ml dari negara asal bebas rabies ada kegiatan vaksinasi, oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Kepala Badan Karantina Pertanian.
Sumber : Lampiran Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian, no. 344.b/kpts/PD 670.370/L/12/06 tanggal 13 Desember 2006. Petunjuk Teknis Persyaratan dan Tindakan Karantina Hewan terhadap Lalulintas Pemasukan Hewan Penular Rabies (anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya), Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian.
http://atanitokyo.blogspot.com/2009/02/petunjuk-teknis-persyaratan-dan.html
Prosedur Tindakan Karantina Hewan
1. Pemohon mengajukan permohonan pemeriksaan dan tindakan karantina kepada pimpinan UPT
Karantina Hewan tempat pemasukan atau pengeluaran.
2. UPT Karantina Hewan memproses secara administrasi permohonan tersebut, untuk selanjutnya
menugaskan pejabat fungsional karantina hewan untuk melakukan tindakan karantina tahap I yaitu
pemeriksaan (P1). Dari hasil pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan beberapa tindakan karantina
lainnya.
3. Untuk media pembawa yang menurut hasil pemeriksaan memerlukan tindakan pengasingan (P2)
dan pengamatan (P3), segera dimasukkan ke dalam instalasi karantina untuk selama masa karantina
yang dapat diperpanjang menurut pertimbangan dokter hewan karantina.
4. Untuk media pembawa yang sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit hewan karantina, tidak
menunjukkan perubahan fisik dan tidak memerlukan masa pengasingan untuk pengamatan, dapat
langsung dilakukan tindakan pembebasan (P8).
5. Sebaliknya, untuk media pembawa yang menunjukkan gejala penyakit hewan karantina atau
perubahan fisik yang mengarah kepada penyakit hewan golongan I, dapat langsung dilakukan
tindakan penolakan (P6).
6. Media pembawa yang mempunyai dokumen tidak benar dan tidak lengkap atau menurut hasil
pemeriksaan menunjukkan gejala penyakit hewan golongan II, dilakukan tindakan penahanan (P5)
untuk selanjutnya dapat dikembalikan ke proses tahap II yaitu pengasingan dan pengamatan.
7. Hasil tindakan pengasingan dan pengamatan, dapat dilanjutkan ke proses tahap III yaitu tindakan
perlakuan (P4) untuk meyakinkan kembali bahwa media pembawa bebas dari hama penyakit hewan
karantina dan tidak dapat lagi menularkan atau menyebarkan hama penyakit hewan ke media
pembawa lainnya.
8. Jika dari hasil tindakan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan dan perlakuan, media pembawa
tidak dapat dibebaskan dari penyakit hewan karantina atau telah mengalami perubahan fisik, maka
terhadap media pembawa tersebut lansung dilakukan tindakan pemusnahan (P7).
9. Setelah dilakukan tindakan pengasingan dan pengamatan serta perlakuan media pembawa
diyakini tidak mengandung penyakit hewan karantina dan tidak dapat lagi bertindak sebagai media
penular atau penyebar, maka dapat dilakukan tindakan pembebasan (P8).
10. Hasil tindakan pembebasan, penahanan, penolakan, dan pemusnahan kemudian diserahkan
kembali kepada UPT Karantina Hewan yang memberi tugas untuk diproses secara administrasi
termasuk memenuhi kewajiban tambahan, yang selanjutnya disampaikan kepada pemohon dan
instansi terkait lainnya untuk dilaksanakan.
Prosedur Tindakan Karantina Hewan
1. Pemohon mengajukan permohonan pemeriksaan dan tindakan karantina kepada pimpinan UPT
Karantina Hewan tempat pemasukan atau pengeluaran.
2. UPT Karantina Hewan memproses secara administrasi permohonan tersebut, untuk selanjutnya
menugaskan pejabat fungsional karantina hewan untuk melakukan tindakan karantina tahap I yaitu
pemeriksaan (P1). Dari hasil pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan beberapa tindakan karantina
lainnya.
3. Untuk media pembawa yang menurut hasil pemeriksaan memerlukan tindakan pengasingan (P2)
dan pengamatan (P3), segera dimasukkan ke dalam instalasi karantina untuk selama masa karantina
yang dapat diperpanjang menurut pertimbangan dokter hewan karantina.
4. Untuk media pembawa yang sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit hewan karantina, tidak
menunjukkan perubahan fisik dan tidak memerlukan masa pengasingan untuk pengamatan, dapat
langsung dilakukan tindakan pembebasan (P8).
5. Sebaliknya, untuk media pembawa yang menunjukkan gejala penyakit hewan karantina atau
perubahan fisik yang mengarah kepada penyakit hewan golongan I, dapat langsung dilakukan
tindakan penolakan (P6).
6. Media pembawa yang mempunyai dokumen tidak benar dan tidak lengkap atau menurut hasil
pemeriksaan menunjukkan gejala penyakit hewan golongan II, dilakukan tindakan penahanan (P5)
untuk selanjutnya dapat dikembalikan ke proses tahap II yaitu pengasingan dan pengamatan.
7. Hasil tindakan pengasingan dan pengamatan, dapat dilanjutkan ke proses tahap III yaitu tindakan
perlakuan (P4) untuk meyakinkan kembali bahwa media pembawa bebas dari hama penyakit hewan
karantina dan tidak dapat lagi menularkan atau menyebarkan hama penyakit hewan ke media
pembawa lainnya.
8. Jika dari hasil tindakan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan dan perlakuan, media pembawa
tidak dapat dibebaskan dari penyakit hewan karantina atau telah mengalami perubahan fisik, maka
terhadap media pembawa tersebut lansung dilakukan tindakan pemusnahan (P7).
9. Setelah dilakukan tindakan pengasingan dan pengamatan serta perlakuan media pembawa
diyakini tidak mengandung penyakit hewan karantina dan tidak dapat lagi bertindak sebagai media
penular atau penyebar, maka dapat dilakukan tindakan pembebasan (P8).
10. Hasil tindakan pembebasan, penahanan, penolakan, dan pemusnahan kemudian diserahkan
kembali kepada UPT Karantina Hewan yang memberi tugas untuk diproses secara administrasi
termasuk memenuhi kewajiban tambahan, yang selanjutnya disampaikan kepada pemohon dan
instansi terkait lainnya untuk dilaksanakan.
Sumber: Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian RI
top related