partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam …thesis.umy.ac.id/datapublik/t76370.pdf ·...
Post on 25-May-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PARTISIPASI PUBLIK DELIBERATIF BERBASIS WEBSITE DALAM
PERUMUSAN KEBIJAKAN DAERAH
(Studi Kasus di Dinas Perizinan Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2014)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh ,
MUHAMMAD FATCHURIZA
NIM. 20131040041
PROGAM STUDI
MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
SINOPSIS
Partisipasi merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan
dalam kebijakan. Oleh karena itu pelaksanaan partisipasi publik dalam
pembentukan kebijakan haruslah diatur secara lebih jelas. Pemerintah Kabupaten
Sleman konsisten mengelola aspirasi masyarakat dengan memanfaatkan
teknologi, informasi, dan komunikasi atau biasa disebut e-government. Tujuannya
agar pengelolaan partisipasi masyarakat dapat lebih efektif dibandingkan dengan
penggunaan sarana dan prasarana manual. Tujuan penelitian ini adalah (1)
Menganalisis berbagai hal terkait dengan pelaksanan partisipasi publik deliberatif
berbasis website (2) Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaan partisipasi publik deliberatif berbasis website di Dinas
Perizinan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman tahun 2014.
Penelitian ini menitikberatkan pada penelitian lapangan dan metode yang
digunakan dalam studi ini adalah deskriptif analisis kualitatif dan kuantitatif. Data
terutama diperoleh dari responden dengan teknik purposive sampling, didasarkan
dari kuesioner dan hasil wawancara sebagai data primer, disamping itu juga
dilengkapi dengan data sekunder. Hasil penelitian, penelitian yang didapat
menunjukkan bahwa pelaksanaan partisipasi masyarakat Kabupaten Sleman
dalam perumusan kebijakan sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari
tingginya respon atas aspirasi yang dikirim masyarakat melalui website resmi
Pemda Sleman. Diketahui bahwa selama tahun 2014 terdapat 731 pesan aduan
yang masuk dan sudah direspon oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.
Bentuk partisipasi masyarakat didominasi bentuk sumbangan masukan, saran,
usul, aduan dan sumbangan informasi data.
Tingkat partisipasi masyarakat menurut tipologi Arnstein masuk dalam
kategori Consultation (konsultasi), yang merupakan tangga keempatdari delapan
tangga partisipasi masyarakat dari Arnstein atau termasuk dalam derajad
tokenisme/ penghargaan, sedangkan tahapan partisipasi masyarakat menurut
tipologi Carson dan Karp dalam tahapan kedua yaitu Inclusion atau penyertaan.
Faktor pendorong : adanya kelembagaan, kontinyunitas, sarana dan prasarana
yang memadahi. Faktor penghambat : data aduan tidak akurat, keterbatasan SDM
dan human error.
Dapat disimpulkan bahwa metode partisipasi masyarakat dalam
perumusan kebijakan daerah, baru merupakan sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah, karena tuntutan desentralisasi dalam otonomi
daerah yang menghendaki pemerintah berperan bersama stakeholder lain dalam
perumusan kebijakan daerah. Saat ini tingkat partisipasi masyarakat Sleman
berada pada tingkatan konsultasi dan tahapan inclusion, saran yang disampaikan
supaya di masa mendatang pemerintah berkewajiban meningkatkan fasilitas agar
dapat mencapai derajad kekuatan masyarakat (Degree of Citizen Power).
Kata Kunci : Partisipasi masyarakat, e-government, kebijakan
deliberative
ABSTRAC
Participation is one of the important elements that must be considered in
the policy, this participation is a form of political participation of the people is
very important in order to create good governance. Therefore, the implementation
of public participation in policy formation should be regulated more clearly.
Sleman District Government consistently manage the aspirations of the people
with technology, information, and communication or so-called e-government. The
goal for the management of public participation can be more effective than the
manual use of facilities and infrastructure. The purpose of this study was (1)
Analyze matters relating to the implementation of deliberative public
participation based websites (2) Analyzing the supporting factors and obstacles in
the implementation of web-based deliberative public participation in Local
Government Licensing Office Sleman 2014.
This research pressure was on the field research and the method used in
this study was descriptive analysis both qualitative and quantitative. The data
particularly obtained from respondent by purposive sampling technique, based on
the questionnaire and interview as primary data, and completed with secondary
data. Results of the study, the research obtained showed that the implementation
of public participation in policy formulation Sleman already well underway, this
can be seen from the high response to the aspirations of the community sent via
the official website of Government of Sleman. It is known that during 2014 there
were 731 complaints that incoming messages and has been responded to by the
district government of Sleman. The community participation form was dominated
by input/ suggestion/ ideas and information/ data contribution.
The community participation level according to Arnstein is in the
Consultation level, which is the fourth level from the eight participation ladder
from Arnstein, or used to called tokenism/ appreciation degree. whereas the
stages of public participation according to the typology of Carson and Karp in the
second phase, namely Inclusion or participation. The driving factors: the
institutional, kontinyunitas, facilities and infrastructure memadahi. Inhibiting
factors: the complaint of data is not accurate, human limitations and human
error.
It can be concluded that the method of public participation in the
formulation of regional policies, new is an obligation that must be implemented
by the government, because of the demands of decentralization in local autonomy
government wants a role alongside other stakeholders in the formulation of
regional policies. Currently Sleman level of public participation at the level of
consultation and inclusion stages, suggestions submitted so that in the future the
government is obliged to improve the facilities in order to achieve the degree of
public power (Degree of Citizen Power).
Keywords: community participation, e-government, deliberative policy
A. Latar Belakang
Era reformasi di Indonesia membawa perubahan politik dari sentralistik ke
desentralistik, tercermin dengan diundangkannya UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dengan segala pasang surutnya. Dari serangkaian peraturan
ini berkaitan dengan pelaksanaan otonomi yang berbasis daerah kota/kabupaten
dan desa yang memberi peluang partisipasi masyarakat dalam setiap kebijakan
publik.
Arti pentingnya partisipasi warga bagi pemerintah sudah banyak diungkap
oleh para ahli sebelumnya seperti : Gabriel Almond (1984) partisipasi pada
pemerintahan pusat dan daerah. Selanjutnya Sherry R. Arnstein (1971)
mengaitkan partisipasi dengan derajad dan kadar partisipasi, Affan Gaffar (1992)
partisipasi dikaitkan dengan faktor literasi, kesejahteraan warga. Partisipasi itu
bukan hanya dalam konteks pemilihan pemimpin, namun juga dalam proses
perumusan kebijakan publik. Untuk itu partisipasi warga menjadi mesin utama
yang menggerakkan roda pemerintahan daerah, partisipasi warga dalam
perumusan kebijakan publik mempunyai peran yang signifikan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena kebijakan publik merupakan
jantungnya pemerintahan daerah yang akan menentukan arah dan kemajuan
daerah. Untuk itu dibutuhkan peran pemerintah pada : a). Perlu mendengarkan
aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu sensitif terhadap
kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh
rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. b). Pemerintah perlu
melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam
melaksanakan kebijakan. Dengan demikian pemerintah daerah perlu
menempatkan rakyat sebagai subjek kebijakan, bukan hanya sebagai objek
kebijakan, termasuk dalam memformulasikan kebijakan daerah.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam segala kehidupan, maka
penggunaan alat teknologi dalam partisipasi warga cukup efektif dengan
penggunaan media elektronik sebagai media social. Informasi dalam media sosial
tidak dibatasi oleh ruang, waktu, status pendidikan dan strata sosial. Karakteristik
media sosial bukan mencari informasi melainkan bergaul atau bersosialisasi,
sehingga yang berlaku disini hubungan sosial yang penuh unsur simbolik yang
tujuannya mendapat perhatian dan reputasi yang tinggi. Dengan demikian
deliberasi warga dengan pemerintah daerah bisa berlangsung secara online, tanpa
harus bertatap wajah (face to face), warga bisa menyampaikan aspirasinya kepada
pemerintah.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, kabupaten yang dinilai sudah
memanfaatkan teknologi informasi dengan baik adalah Kabupaten Sleman. Hal ini
ditandai dengan prestasi tingkat nasional yang diperoleh Kabupaten Sleman yaitu
Sertifikat The 4th e-Goverment Award 2005 Terbaik Ketiga Kategori Pemerintah
kabupaten sebagai Lembaga Pemerintah Pengaplikasi E-Goverment 2005 dan
Penghargaan Website Terbaik katagori Kabupaten pada majalah Warta Ekonomi
E-Government Award 2008. (http://www.slemankab.go.id/category/prestasi).
Pada tahun 2010 Kabupaten Sleman juga mendapat penghargaan IPTEK untuk
aspek kemampuan sumber daya manusia tentang IPTEK dan pada tahun 2011
Kabupaten Sleman mendapatkan penghargaan Budipura dari Menristek sebagai
kabupaten yang menaruh kepedulian tinggi terhadap penerapan IPTEK (Ilmu
Penetahuan dan Teknologi). (http://v3.slemankab.go.id/2595/sleman-menerima
penghargaan-budipura.slm).
Pemerintah Kabupaten Sleman mampu memberikan pelayanan yang prima
bagi masyarakat melalui media Internet. Internet merupakan salah satu media
yang dipercaya mampu merangkul masyarakat luas dalam satu waktu secara
bersamaan. Internet, sebagai representasi dari teknologi informasi masa kini, telah
menunjang efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, terutama peranannya
sebagai sarana komunikasi serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi
yang dibutuhkan oleh sebuah usaha dan bentuk badan usaha atau lembaga ainnya
(Andi, 2003:17-18).
Situs web (website), surat warga online, sms center dan portal keluhan-
saran merupakan beberapa media online melalui internet yang dikembangkan
Pemkab Sleman sebagai kanal bagi masyarakat untuk menyampaikan tanggapan,
keluhan atau bahkan aspirasi tentang kinerja pelaksanaan pemerintahan daerah.
Melalui website www.slemankab.go.id, masyarakat dapat mengakses berbagai
data dan informasi yang ada, menggunakan fasilitas layanan lainnya, maupun
berinteraksi langsung dalam meminta data/informasi yang diperlukan. Di dalam
struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Sleman, Bagian Hubungan Masyarakat
Sekretariat Daerah ditunjuk sebagai leading sector dalam penerapan UU KIP di
lingkungan Pemerintah Kabuapaten Sleman.
Dalam menjalankan tupoksinya, Bagian Humas banyak melakukan
pembenahan pembenahan guna memberikan akses bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang birokrasi pemerintahan. Dengan
banyaknya layanan yang dapat dipergunakan masyarakat untuk mengakses
informasi publik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman, mendorong
peneliti untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana tingkat partisipasi masyarakat
dengan media website di Kabupaten Sleman. Disamping itu, website
www.slemankab.go.id sebagai portal utama yang menjembatani permintaan dan
pelayanan informasi antara masyarakat dengan pemerintah Kabupaten Sleman
telah memiliki SOP mengenai permintaan informasi dan penanganan yang murah,
cepat dan mudah.
Bagian Humas Setda Sleman juga memfasilitasi keluhan dan tanggapan
masyarakat yang disampaikan melalui media massa baik cetak maupun elektronik
seperti misalnya surat warga, interview langsung dengan pimpinan daerah melalui
siaran Bupati menyapa di RRI yang disiarkan setiap Rabu, serta Dialog Sembada
di TVRI Jogja setiap bulannya. Setiap tanggapan dan keluhan yang masuk melalui
berbagai media di atas baik yang berupa keluhan, tanggapan maupun pertanyaan
dari warga akan difasilitasi Bagian Humas untuk dikoordinasikan dengan SKPD
terkait yang berwenang menjawab tanggapan atau pertanyaan warga tersebut.
Hal ini dilakukan melalui kegiatan monitoring media yang dilakukan
setiap harinya. Hingga bulan Juni 2015 tercatat sejumlah 32.128 tanggapan dan
keluhan yang masuk dan ditangani oleh Bagian Humas Setda Sleman
(www.slemankab.go.id/surat-warga). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
intensitas penggunaan fasilitas surat warga online di www.slemankab.go.id
merupakan media yang paling sering dipergunakan warga untuk menyampaikan
tanggapan atau keluhan kepada pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan internet sebagai media customer relations ternyata digemari oleh
masyarakat.
Pengelolaan monitoring ini diawasi langsung oleh sekretaris daerah
sebagai penanggung jawab dan tim pengelola aduan keluhan masyarakat yang
beranggotakan staf dari satuan kerja perangkat daerah yang bersentuhan langsung
dengan pelayanan masyarakat seperti misalnya Kantor Pelayanan Perizinan dan
berbagai instansi terkait lainnya. Dilihat dari segi informasi e-government, website
www.slemankab.go.id mempunyai konten yang cukup lengkap dan beragam.
Mulai dari struktur organisasi, pariwisata, geografis, pelayanan publik hingga e-
learning.
Dengan berbagai pelaksanaan e-government dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Kabupaten Sleman, dan berbagai penghargaannya tersebut,
apakah telah benar-benar diikuti pelembagaan dan struktur pemerintah daerahnya
berbasis virtual, sehingga birokrat mampu merespon berbagai aspirasi, tuntutan dan
keluhan warga terhadap pemerintah daerah, khususnya dalam perumusan kebijakan
pemerintah daerah di Kabupaten Sleman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana partisipasi publik
deliberatif berbasis website dalam perumusan kebijakan di Dinas Perizinan Pemda
Kabupaten Sleman ? (2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
penyelenggaraan pelaksanaan partisipasi publik deliberatif berbasis website di
Dinas Perizinan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
a. Menganalisis berbagai hal terkait dengan pelaksanan partisipasi publik
deliberatif berbasis website yang disediakan pemerintah daerah dalam
perumusan kebijakan pemerintah daerah di dinas perizinan Pemerintah
Daerah Kabupaten Sleman.
b. Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan partisipasi publik deliberatif berbasis website di dinas
perizinan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.
2) Kegunaan Penelitian
a. Bagi pemerintah daerah bisa menyiapkan kapasitas dalam menggunakan
alat elektronik yang bisa mendukung dalam penyelenggaraan
pemerintahan, dan mampu merespon masukan warga.
b. Bagi masyarakat bisa lebih mengoptimalkan dalam memanfaatkan proses
partisipasi berbasis website, sehingga bisa lebih efektif dan efisien
manfaat penelitian.
c. Bagi akademik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Strata dua Ilmu
Pemerintahan terutama dalam kajian partisipasi publik deliberatif
berbasis website dalam perumusuan kebijakan daerah.
d. Bagi Penulis, sebagai media untuk mendalami kajian teoritis dan
menambah wawasan dalam memahami partisipasi publik deliberatif
berbasis website dalam perumusuan kebijakan daerah.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah lapangan (field
research) penulis menggunakan jenis penelitian campuran (mixed methodology).
Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti
masalah penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan
semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Sedangkan
kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu
saja.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan objek yang sangat penting, oleh karena itu
dalam penelitian ini lokasi yang diambil oleh peneliti adalah HUMAS Setda
Kabupaten Sleman, Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman dan
Masyarakat Kabupaten Sleman Pengguna Website Pemkab Sleman. Hal ini ditulis
karena peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana Partisipasi Publik Deliberatif
berbasis Website dalam perumusan kebijakan daerah.
Waktu penelitian dilakukan di Bagian Humas Sekretariat daerah
Kabupaten Sleman serta satuan kerja terkait yaitu Kantor Pelayanan Perizinan
Kabupaten Sleman pada tanggal 29 Juni 2015 sampai 29 September 2015.
3. Pengambilan Sampel.
Salah satu cara untuk mengumpulkan data adalah dengan metode
sampling. Sampling hanya mencatat atau menyelidiki sebagian dari objek, gejala
atau peristiwa, tidak seluruhnya. Sebagian individu yang diselidiki itu disebut
sampel dan metodenya disebut sampling, sedang hasil yang diperoleh ialah nilai
karakteristik perkiraan yaitu taksiran tentang keadaan populasi, maka yang
dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Sleman.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah pengambilan sampel non acak (non probability sampling) yaitu
Purposive Sampling atau sampling pertimbangan/sampling dengan maksud tertentu.
4. JENIS DATA
a. Data primer diperoleh dari wawancara kepada responden yang telah
ditentukan yaitu Kepala Humas Setda Sleman, Kepala KPP Sleman,
Masyarakat Kabupaten Sleman yang berpartisipasi melalui website.
b. Data Sekunder, diperoleh tidak secara langsung, melalui dokumen-
dokumen yang mencatat keadaan konsep penelitian (ataupun yang terkait
dengannya) di dalam unit analisa yang di jadikan sebagai objek penelitian.
5. Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan angket questioner, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan analis data yang dapat digunakan, yaitu; (a) reduksi data;
(b) penyajian data; (c) menarik kesimpulan.
E. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pelaksanaan partisipasi
publik dalam perumusan kebijakan daerah di Kabupaten Sleman berjalan efektif
dimana adanya komunikasi dua arah yaitu antara masyarakat dan Pemda
Kabupaten Sleman. Hal ini dapat dilihat dari tingginya masukan, aduhan dan
respon yang dikirim oleh masyarakat melalui media surat warga pada portal
website Sleman. Diketahui bahwa selama tahun 2013 terdapat 650 pesan aduan
yang masuk dan dapat direspon / ditindaklanjuti sebanyak 624 pesan (96%),
sedangkan tahun 2014 terdapat 731 pesan aduan yang masuk, mengalami
peningkatan sebesar 12% dari tahun sebelumnya.
Keputusan yang diambil oleh pemerintah Kabupaten Sleman menjadi
efektif dengan melibatkan masyarakat selaku pihak yang mengetahui persoalan
yang sebenarnya. Penerapan e-government, memberikan peluang kepada
pemerintah untuk membuka akses kepada masyarakat dalam kebijakan publik,
dengan menghapus sekat-sekat birokrasi yang kaku. Dalam kasus Surat warga
pada portal website Kabupaten Sleman, tampak bahwa masyarakat semakin
mudah berinteraksi dengan Pemerintah Kabupaten Sleman dan menjadikan
pemerintah Kabupaten Sleman selalu responsive terhadap keluhan dan permintaan
warga. Melalui surat warga di Website resmi Pemkab Sleman mekanisme
kebijakan dan pelayanan publik yang terbuka dan demokratis dapat terwujud.
Selain itu adanya partisipasi masyarakat dalam proses perumusan
kebijakan daerah akan menghasilkan beberapa keuntungan sebagai berikut 1)
adanya peningkatan kualitas kebijakan publik yang dihasilkan oleh pemerintah
yang pada gilirannya akan menguntungkan masyarakat, 2) adanya peningkatan
kapasitas kelembagaan pemerintah dalam pembuatan kebijakan
1. Sarana Partisipasi yang Dapat Dimanfaatkan Masyarakat
Pemkab Sleman berusaha meningkatkan pelayanan masyarakat dengan
menyediakan sarana partisipasi bagi masyarakat berupa informasi, aduan,
keluhan, pertanyaan usul, saran dari masyarakat dengan menggunakan teknologi
informasi yang bersifat website Konsep yang dikembangkan yaitu citizen
interaction centre yang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat
memilih media yang cocok (website, email, call center, SMS dsb) sebagai sarana
penyalur aspirasi dan berpartisipasi dalam akses serta kontrol kebijakan.
Sarana pengaduan yang bisa dimanfaatkan masyarakat dalam
menyampaikan partisipasi antara lain : Surat, Telepon, di Nomor 868405 Pesawat
1150, Faxmile, ditujukan kepada Petugas Pengelola Aduan Bagian Humas di
Nomor Fax 868945, Website (www.Sleman.go.id), dengan mengklik: Menu surat
warga, Interaktif di radio, Interaktif di Televisi, SMS, ke : No : 08112595000,
Media Sosial, facebook.Com / Humas Sleman dan di Twitter: @kabarsleman.
2. Isi Partisipasi Publik
Partisipasi masyarakat berbasis website di pemerintah kabupaten Sleman
digolongkan menjadi 4 (empat), yaitu : 1) saran/usul, 2) keluhan, 3) informasi dan
4) pertanyaan. Dalam menampung saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan
dari masyarakat, Pemkab Sleman menyediakan hotline service dengan fasilitas
telepon nomor 868405 Pesawat 1150, SMS 08112595000, website dengan alamat
www.sleman.go.id, dengan mengklik Surat Warga. Selain melalui media tersebut,
masyarakat juga dimungkinkan untuk secara langsung menyampaikan saran/usul,
keluhan, informasi dan pertanyaan dengan datang ke Kantor Humas Setda
Pemkab Sleman atau langsung ke dinas terkait yang ada di Pemkab Sleman.
Tabel. 1
Jumlah saran dan keluhan dari masyarakat kepada KPP
Kabupaten Sleman Melalui Media Website
No Tahun Website
1 2009 90
2 2010 72
3 2011 89
4 2012 67
5 2013 15
6 2014 70
Jumlah 403
Sumber : KPP Sleman
3. Unit Pengelola Partisipasi Publik
Pengelolaan pengaduan pelayanan publik berbasis Web Di Pemkab
Sleman yaitu cara kelola pengaduan pelayanan publik berbasis Web yang dipakai
pemerintah atau non pemerintah di Kabupaten Sleman dalam pengaduan
pelayanan publik berbasis Web sehingga dapat berjalan dengan baik dan
masyarakat mendapat kemudahan dalam melakukan pengaduan pelayanan publik
di Kabupaten Sleman.
Mekanisme Pengelolaan Aduan
Sumber : Humas Setda Pemda Sleman
Setiap saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan yang disampaikan
oleh masyarakat, akan diverifikasi oleh petugas. Apabila saran/usul, keluhan,
informasi dan pertanyaan bukan merupakan kewenangan pemerintah kabupaten
Sleman, maka saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan akan dihapus.
Sedangkan apabila saran/usul, keluhan, informasi dan pertanyaan merupakan
kewenangan Pemerintah Kabupaten Sleman dan memerlukan tindak lanjut maka,
materinya akan segera didistribusikan ke instansi atau dinas teknis yang
bersangkutan.
4. Analisis Tahapan atau Tingkatan Partisipasi Publik Deliberatif
4.1 Influence ( Pengaruh )
1. Partisipasi Masyarakat Kabupaten Sleman dalam Menyampaikan
Kebutuhan dan Masalah yang Dihadapinya.
Pada tahap ini masyarakat Kabupaten Sleman yang terdiri dari,
mahasiswa, guru, dan warga masyarakat sipil Sleman dapat berpartisipasi
menyampaikan keluhan dan masalah yang sedang dihadapinya kepada pemerintah
Kabupaten Sleman. Mereka juga bisa menyampaikan opini atau masukan tentang
masalah tersebut. Penyampaian masalah maupun cara pemecahannya bisa
disampaikan langsung melalui website resmi Pemkab Sleman, media massa, atau
pada saat kunjungan pejabat pemerintah ataupun anggota.
Setiap instansi pemerintahan Kabupaten Sleman kini telah memiliki
website resmi dalam upaya keterbukaan informasi kepada publik. Informasi-
informasi yang disampaikan dalam website resmi akan selalu diupdate oleh setiap
instansi yang bersangkutan. Sehingga hal ini mempermudahkan masyarakat dalam
pencarian informasi publik yang dibutuhkan tanpa harus datang ke kantor instansi
tersebut.
Kehadiran Portal Web di Pemkab Sleman mampu memberikan
keterbukaan informasi publik. Di situs ini terdapat forum komunikasi interaktif
dengan warga yang berupa forum surat warga. Di forum surat warga tersebut,
masyarakat bisa mengirim segala informasi, pendapat, usulan, pertanyaan,
keluhan dan lain-lain ke situs www.slemankab.go.id, dan akan langsung
ditanggapi oleh petugas yang berwenang. Dengan adanya pengaduan, saran atau
masukan dari masyarakat dapat membuat pemerintah berpikir dalam pengambilan
kebijakan yang lebih baik atas keluhan yang disampaikan. Berikut adalah
rekapitulasi pengaduan di Humas Setda Pemkab Sleman tahun 2012-2014 :
Tabel. 2
Rekapitulasi Pengaduan di Humas Setda Pemkab Sleman
Tahun 2012-2014
NO ADUAN YANG MASUK
TAHUN
2012 2013 2014
1 Infrastruktur
( Jalan, Jembatan, irigasi, dan
sarana publik)
152 182 201
2 Pelayanan perizinan
(IMB,HO,IPPT)
117 221 230
3 Pendidikan 36 41 35
4 Kesehatan 45 66 80
5 Pertanahan 21 9 0
6 Lain-lain (Bantuan modal,
pertanian, perilaku aparat )
98 132 185
JUMLAH 469 650 731
Sumber : Humas Setda Sleman
Dari data pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa intensitas penggunaan
fasilitas surat warga online di www.slemankab.go.id merupakan media yang
paling sering dipergunakan warga untuk menyampaikan tanggapan atau keluhan
kepada pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan internet
sebagai media customer relations ternyata digemari oleh masyarakat.
Menurut wawancara peneliti kepada salah satu pelaksana teknis tim
penanggulangan tanggapan dan keluhan surat warga di www.slemankab.go.id
menyatakan bahwa:
“….Penggunaan website untuk menyampaikan keluhan cukup digemari
masyarakat karena prosedurnya yang lebih mudah dan lebih mudah
diakses masyarakat. Melalui media ini masyarakat dapat segera
mendapatkan jawaban atas pertanyaan relatif lebih cepat dibanding
melalui surat kabar dengan prosedur yang lebih rumit.” (wawancara
bapak Helmi, 1 September 2015)
Pada tahapan ini juga penggunaan media berbasis website atau TIK dalam
mendukung upaya mewujudkan pemerintahan yang terbuka dan partisipatif sudah
banyak dilakukan oleh Pemerintah Daerah Sleman. Dalam melakukan pelayanan
yang baik kepada masyarakat baik Humas atau KPP Sleman melakukan sosialisasi
atau penyampaian informasi dan kebijakan secara tidak langsung melalui media
dan tidak dilakukan secara langsung dengan mengumpulkan masyarakat karena
kurang efisien dan keterbatasan waktu .
Media merupakan sarana atau alat untuk menyampaikan informasi kepada
publik, berbagai masalah yang berhubungan dengan masyarakat luas diberitakan
oleh media. Segala pilihan media yang ada, akan memudahkan masyarakat untuk
menikmati dan mengakses sesuai dengan kebutuhan masing-masing, termasuk
mencari informasi yang berkembang secara cepat dan aktual.
Melalui berbagai altematif media tersebut, pemerintah daerah dapat
menyediakan dan menyampaikan informasi lengkap, akurat, dan up to date
mengenai institusi dan berbagai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Akses
informasi dan kebijakan dalam pemerintahan adalah penting bagi warga karena
milik rakyat bukan pemerintah, jadi untuk mendorong pemerintah yang terbuka
perlu adanya hubungan yang baik dengan publik atau masyarakat. Informasi yang
disampaikan selama ini oleh pihak Pemkab Sleman diklaim sudah cukup efektif,
karena masyarakat bisa memperoleh informasi yang penting seperti pelayanan ijin
dalam berbagai bidang sehingga masyarakat bisa membekali diri sebelum
mengurusi perijinan.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka partisipasi masyarakat Kabupaten
Sleman sudah berada pada tahapan Influence (Pengaruh) yaitu tahapan pertama
menurut teori partisipasi Carson dan Karp, ini ditandai dengan adanya partisipasi
masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, saran, keluhan dan pertanyaan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman khususnya di Kantor Pelayanan Perizinan
Sleman dan juga adanya sosialisasi Pemerintah Daerah kepada masyarakat
Kabupaten Sleman. Dengan mengakomodasi masukan yang disampaikan
masyarakat tersebut, kebijakan yang dihasilkan segala dampaknya dapat
dipertanggungjawabkan.
4.2 Inclusion (Penyertaan )
1. Adanya Ruang Untuk Menyampaikan Partisipasi Masrayakat
Pada tahap ini masyarakat diberikan ruang oleh pemerintah daerah untuk
menyampaikan pertanyaan, keluhan, saran atau masukan dan kritikan terkait
dengan kebijakan daerah di Kabupaten Sleman. Untuk mewadahi dan
memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat, pemerintah daerah Sleman
menyediakan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti adanya
portal web kabupaten Sleman forum “surat warga” disini masyarakat bisa
mengirim pertanyaan, keluhan, saran kepada instansi yang ada di pemerintah
daerah Sleman.
Begitu juga di KPP Kabupaten Sleman dalam menerima saran, masukan
ataupun pertanyaan dari masyarakat menggunakan banyak media. Media yang
digunakan antara lain kotak saran, telepon (0274-868405), SMS(08112500666),
e-mail(perizinan@slemankab.go.id) dan juga kotak keluhan maupun saran yang
ada di SIMPPT dengan mengakses perijinan.slemankab.go.id atau
kpp.slemankab.go.id. berikut hasil wawancara dengan kepala bagian pengaduan
KPP Kabupaten Sleman :
“ Untuk pertanyaan mengenai perizinan, masyarakat paling banyak
menghubungi KPP dengan menggunakan telepon. Saran dan keluhan saat
ini telah banyak disampaikan masyarakat melalui e-mail dan juga melalui
SIMPPT”. (Wawancara, 21 September 2015, jam 10.15 WIB )
Dari tahun 2009 dimana SIMPPT dimulai, banyak masyarakat yang sudah
memberikan saran dan keluhan melalui SIMPPT. Namun tidak bisa dipungkiri
bahwa keluhan dan saran banyak disampaikan masyarakat secara langsung kepada
KPP Kabupaten Sleman. Pelayanan partisipatif ini dapat mendorong peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan
aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. Kaitannya dengan pelayanan
berbasis website atau teknologi informasi, maka partsipasi dilihat dari peran
masyarakat dalam memanfaatkan teknologi informasi yang disediakan oleh
pemerintah daerah dan juga KPP Kabupaten Sleman.
Teknologi informasi yang disediakan oleh KPP untuk masyarakat yaitu
SIMPPT Perizinan online bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
Masyarakat saat ini dapat memanfaatkan SIMPPT unutk melihat syarat perizinan
dan memberikan saran atau pengaduan kepada KPP Kabupaten Sleman. dalam
sistem tersebut juga sudah disediakan formulir yang bisa diisi dan juga dapat
digunakan untuk mengumpulkan berkas pemohon melalui website.
Kelebihan dari SIMPPT ini adalah masyarakat memiliki ruang yang
banyak untuk menyampaikan saran, masukan ataupun pengaduan kepada
Pemerintah Kabupaten Sleman dan juga instansi yang lainnya tanpa batas waktu.
Selama 24 jam SIMPPT bisa diakses oleh masyarakat, sedangkan media lain
seperti telepon dan SMS untuk memberikan saran, masukan dan pengaduan hanya
bisa dilakukan selama jam kerja.
Keterbukaan di sini dalam arti pihak pemerintah daerah mau
mendengarkan, menampung dan merumuskan pendapat atau masukan masyarakat
tersebut dalam kebijakan‐kebijakan yang diambilnya. Jadi bukan hanya sekedar
ditampung, tanpa ditindaklanjuti lebih jauh. Manakala ada keterbukaan dari pihak
pemerintah daerah, maka akan menimbulkan motivasi atau dorongan atau
semangat dari masyarakat untuk terus membangun daerahnya dengan cara
melaksanakan berbagai aturan yang telah menjadi kebijakan publik.
2. Adanya Tanggapan atau Respon dari Pemerintah Daerah
Pada tahap ini Pemerintah Daerah kabupaten Sleman diminta untuk
menindak lanjuti setiap pertanyaan, keluhan, saran atau masukan yang
disampaikan masyarakat melalui web portal Sleman yang berupa forum Surat
Warga. Untuk e-mail dari masyarakat yang masuk akan langsung ditanggapi oleh
bidang yang terkait kecuali yang bersifat umum maka akan dijawab oleh Bagian
Humas, sehingga terjadi proses diskusi yang interaktif. Hasil wawancara dengan
kepala Bagian Dokumentasi dan Informasi Humas Setda Sleman :
“ ….. Pengaduan atau keluhan masyarakat yang masuk melalui website
atau lainnya selama ini disampaikan kepada bidang/dinas yang terkait
untuk ditindak lanjuti. Selama ini aktifitas demikian sudah berjalan lancar
sehingga terjadi dialog yang efektif antara Pemkab Sleman dengan
masyarakat umum”. (1 September 2015, jam 13.00 WIB)
Proses pengumpulan pengaduan atau keluhan masyarakat menggunakan
system multi kanal terintegrasi. Pengaduan masuk bisa melalui SMS, Loket,
Surat, website, e-mail dan Telephone. Setiap jam 10 pagi, info aduan diterima
pimpinan & SKPD terkait, maksimal 14 hari aduan sudah ada jawaban/tindak
lanjut, apabila aduan tersebut belum terselesaikan juga maka akan
dikoordinasikan dan dibahas bersama dengan Bupati Kabupaten Sleman.
Dalam penyelesaian aduan masyarakat ada berbagai hambatan yang terjadi
diantaranya yaitu data aduan yang tidak akurat, subyek aduan diluar kewenangan
kabupaten dan adanya muatan politik atau kepentingan pada materi atau obyek
aduan. Contoh aduan diluar kewenangan Kabupaten Sleman yaitu Kuota raskin,
Tahun 2012 terdapat 72.148 RTS ( data dari TNP2K / tim percepatan pengentasan
kemiskinan), KK miskin berjumlah 50.603 KK.
Contoh pertanyaan, keluhan, dari masyarakat yang langsung ditindak
lanjuti oleh SKPD terkait, “ Saya mau bertanya, kalau untuk mengurus perizinan,
peraturan, dan perpajakan untuk billboard, saya harus menghubungi ke mana?
Admin menjawab “ Untuk mengurus perizinan dan perpajakan pemasangan
billboard saudara dapat menghubungi Dinas Pendapatan Daerah di Jalan Candi
Gebang Beran, Tridadi Sleman Telp. 0274-868405 ext 1444”. Contoh pertanyaan,
keluhan yang menyangkut dengan banyak pihak sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk ditindak lanjuti, “ Kesemrawutan jalan / lalulintas di depan
RSUP Dr. Sardjito. Melibatkan 2 instansi ( RSUP Dr. Sardjito, dan UGM )
keterlibatan Pemkab.
Setiap tanggapan dan keluhan yang masuk melalui website atau media
lainya baik yang berupa keluhan, tanggapan maupun pertanyaan dari warga akan
difasilitasi Bagian Humas untuk dikoordinasikan dengan SKPD terkait yang
berwenang menjawab tanggapan atau pertanyaan warga tersebut. Hal ini
dilakukan melalui kegiatan monitoring media yang dilakukan setiap harinya.
Pendistribusian informasi ke setiap SKPD dan unit kerja oleh Humas Pemkab
Sleman dilakukan secara paperless dimana sedapat mungkin penggunaan kertas
dikurangi, penyampaian pesan langsung melalui SMS, email dan
aplikasi chatting internal yang mana membuat biaya komunikasi menjadi sangat
murah dan cepat. Berikut ini rekapitulasi berdasarkan SKPD terkait yang
sudah/belum ditanggapi.
Tabel. 3
Rekapitulasi Aduan Berdasarkan Tujuan SKPD
No SKPD Jumlah
Aduan Masuk
Sudah
Ditanggapi
Belum
Ditanggapi
1 Sekretaris daerah 41 41 -
2 Dinas Kesehatan 61 59 2
3 Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olahraga
41 40 1
4 Dinas Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan
31 26 5
5 Dinas Tenaga Kerja dan
Sosial
20` 19 1
6 Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil
49 49 -
7 Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan
140 134 6
8 Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika
80 80 -
9 Dinas Sumber Daya Air,
Energi dan Mineral
31 31 -
10 Dinas Perindustrian,
Pedagangan dan Koperasi
7 5 2
11 Dinas Pasar 0 - 0
12 Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata
0 - 0
13 Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah
9 8 1
14 Dinas Pendapatan Daerah 12 11 1
15 Dinas Pengendalian
Pertanahan Daerah
9 9 0
16 Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
9 9 0
17 Badan Kepegawaian Daerah 22 21 1
18 Badan Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemberdayaan
Perempuan
6 5 1
19 Badan Penanggulangan
Bencana Daerah
20 17 3
20 Satuan Polisi Pamong Praja 29 27 2
21 Inspektorat Kabupaten 0 0 0
22 Kantor Lingkungan Hiup 5 5 0
23 Kantor Penanaman,
Penguatan dan Penyertaan
Modal
0 - 0
24 Kantor Pelayanan Perijinan 17 17 0
25 Kantor Perpustakaan Daerah 5 5 0
26 Kantor Arsip Daerah 0 - 0
27 Kantor Kesatuan Bangsa 1 1 0
28 Sekretariat Korpri 0 - 0
29 RSUD Sleman 5 5 0
Jumlah 650 624 26
96% 4%
Sumber : Humas Pemkab Sleman
Berdasarkan tabel rekapitulasi aduan di atas jumlah aduan yang masuk
berdasarkan tujuan SKPD yaitu berjumlah 650 aduan, sedangkan yang sudah
ditanggapi berjumlah 624 (96%) aduan, sisanya sebanyak 26 (4%) aduhan belum
ditanggapi oleh SKPD terkait. Dengan banyaknya aduan yang masuk dari
masyarakat setiap SKPD terkait berusaha untuk merespon semua aduan,
masukan/saran dengan cepat, baik, dan memuaskan. Bagian Humas dan Informasi
secara proaktif berkomunikasi dengan setiap SKPD untuk segera merespons
aduan, masukan /saran masyarakat. Respons cepat terhadap pesan dari masyarakat
yang memerlukan koordinasi tindak lanjut (dan melibatkan beberapa SKPD) tetap
diperlukan.
Dari semua masukan, saran dan keluhan yang disampaikan masyarakat
Kabupaten Sleman baik disampaikan langsung atau tidak langsung merupakan
wujud dari partisipasi masyarakat Kabupaten Sleman yang urgensinya sangat
penting dalam proses perumusan kebijakan daerah. Dengan upaya ini maka
perumusan kegiatan tidak hanya akan melihat dari sisi pemerintah saja namun
akan mempertimbangkan sisi masyarakat dari pihak yang akan menerima atau
menikmati outcome dari kegiatan tersebut. Adanya perlibatan berbagai pemangku
kebijakan termasuk partisipasi kelompok kepentingan seperti birokrat, mahasiswa,
guru, LSM dan masyarakat atau dengan kata lain kebijakan bersifat bottom up dan
deliberatif, akhirnya kebijakan akan menjadi pro poor dan pro publik.
Dengan demikian partisipasi masyarakat Kabupaten Sleman sudah ada
pada tahapan Inclusion (Penyertaan) yaitu pada tahapan kedua menurut teori
Carson dan Karp, ini ditandai dengan adanya ruang bagi masyarakat untuk
menyampaikan aspirasinya, ruang untuk curhat, usul, atau kritik bagi seluruh
elemen masyarakat, tanpa pandang bulu, agar segala sisi kemanusiaan dapat
diserap sistem politik-ekonomi atau ekonomi-politik, dan juga ditandai dengan
adanya Keterbukaan dan respon dari Pemerintah Daerah terkait saran, keluhan dan
juga pertanyaan yang disampaikan masyarakat Kabupaten Sleman, sehingga apa
yang menjai hajat atau keinginan masyarakat tercipta.
4.3 Deliberation ( Musyawarah )
1. Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Pengawasan dan Kontrol
Terhadap Kebijakan Daerah Kabupaten Sleman
Pada tahapan ini masyarakat dilibatkan dalam proses pengawasan dan
kontrol terhadap kebijakan daerah kabupaten Sleman. Maksud peran serta
masyarakat tersebut untuk mewujudkan hak dan tanggung jawab masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintah yang bersih di kabupaten Sleman. Di samping
itu, diharapkan pula peran serta tersebut lebih menggairahkan masyarakat untuk
melaksanakan kontrol sosial terhadap Penyelenggara pemerintah.
Untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di kabupaten Sleman, pemda Sleman menyediakan ruang
komunikasi publik yaitu dengan adanya portal web Sleman di forum surat warga.
Melalui media website ini pemda Sleman mensosialisasikan informasi dan
kebijakan daerah kepada masyarakat, melalui media ini juga masyarakat dapat
berpartisipasi menyampaikan pertanyaan, keluhan, masukan atau saran kepada
pemerintah daerah kabupaten Sleman.
Hasil wawancara dengan staff humas pemerintah daerah kabupaten
Sleman senin 7 september 2015, jam 13.30 WIB :
“…Masyarakat dapat mengawasi dan mengontrol petanyaan, aduhan,
saran atau masukan yang ditujukan kepada instansi yang ada di Pemkab
Sleman lewat media yang telah disediakan atau bisa langsung mendatangi
ke instansi terkait”
Dengan adanya pengawasan dan kontrol Masyarakat tentunya dapat
mengetahu sampai sejauh mana aduhan, saran atau masukan masyarakat ditindak
lanjuti oleh pemkab Sleman. Mekanisme dua arah ini baik dari jalur publik untuk
ikutserta secara proaktif dalam perumusan maupun kontrol publik terhadap
kegiatan pemerintah daerah diharapkan dapat memperkuat mekanisme partisipatif
untuk menyerap dan memberikan informasi kepada publik agar terjadi
pemberdayaan publik yang lebih kuat dan luas lagi.
Tabel. 4
Pengawasan dan Kontrol Masayarakat Terhadap Kebijakan Daerah
No Isu Kalrifkasi SKPD Followup
1 Kontrol warga
mengenai keberadaan
toko modern di Sleman
Perizinan SIUP,
IMB, TDP dan
lainya
Kantor
Pelayanan
Perizinan
yang tidak sesuai tata
ruang maupun tanpa
adanya perizinan yang
lengkap
Kabupaten
Sleman
2 Aduan warga mengenai
keberadaan tanah irigasi
yang dibuat bangunan
kios dan posisi tanah
tersebut dipojokan
perempatan, apakah
boleh boleh dibangun
kios permanen? Karena
proses bangunan dapat
menghalangi jarak
pandang pengguna jalan
sehingga sangat
berbahaya
Perizinan IPPT
dan IPT
Dinas
Pengendalian
Pertanahan
Daerah
Kabupaten
Sleman
3 Adanya aduan warga
terkait pembuangan
sampah liar di Kalasan
dan adanya TPA liar
Permasalahan
sampah dan
TPA liar
Kantor
Lingkungan
Hidup
Sleman
Sumber : Hasil Analisis 2015
Pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan
profesionalisme, kinerja, serta tanggungjawab pemerintah daerah. Ketentuan
perundang-undangan juga secara tegas mengatur peran serta masyarakat sebagai
social control dengan optimal. Pemerintah daerah, guna mendorong hal tersebut
perlu menerapkan manajemen publisitas, dimana setiap informasi, kebijakan,
program dan kegiatan, serta tingkat pencapaian yang diraih perlu disampaikan
kepada publik.
2. Masyarakat Terlibat Secara Aktif dalam Formulasi, Implementasi
dan Evaluasi Kebijakan Daerah
Pada tahapan ini Partisipasi masyarakat dalam memberikan penilaian
terhadap kebijakan publik merupakan sikap dukungan yang positif terhadap
pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi dapat dilakukan dengan
memantau hasil kebijakan publik dan pelaksanaannya, masyarakat menjalankan
fungsi pengawasan internal terhadap kinerja SKPD atau unit kerja dalam
merespons dan menindak lanjuti informasi dan keluhan masyarakat. Pada tahap
ini masyarakat harus bersikap kritis terhadap apa-apa yang sudah ditetapkan atau
dilaksanakan oleh pemerintah. Tanpa adanya evaluasi dari masyarakat bisa terjadi
penyimpangan pada pelaksanaan kebijakan publik, dalam memberikan evaluasi
terhadap kebijakan publik harus bersifat konstruktif (membangun) bukan bersifat
destruktif (menghancurkan), dan juga dengan cara yang santun.
Masyarakat harus aktif dalam Kebijakan Publik karena masyarakatlah
yang lebih tahu apa yang menjadi kebijakan kebutuhan dan keinginan mereka
dalam kebutuhan sehari - hari. Dengan adanya partisipasi masyarakat secara
langsung dalam berbagai bentuk perumusan kebijakan publik akan berdampak
positif pada masyarakat yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan masyarakat akan
turut bertanggung jawab terhadap berbagai kebijakan publik yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah setempat, karena mereka dilibatkan secara langsung
dalam perumusannya. Jadi tidak ada lagi perasaan atau kesan, bahwa masyarakat
tidak setuju atau tidak tahu terhadap kebijakan‐kebijakan yang dikeluarkan
tersebut. Hasil wawancara dengan masyarakat pengguna website Pemda
Kabupaten Sleman :
“ … Keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi terkait kebijakan
daerah sangatlah penting yaitu untuk mengetahui kegiatan/ rencana/
kebijaksanaan tersebut memberikan hasil/ keuntungan dan manfaat kepada
masyarakat.”(wawncara Qolbi, 5 September 2015, jam 09.15 WIB)
Kebijakan publik deliberatif mendasarkan pada demokrasi, rujukan
demokrasi adalah demokrasi Pancasila yang mengutamakan konsensus atau
musyawarah untuk mencapai mufakat dan memiliki kesamaan dengan gagasan
demokrasi deliberatif Habermas. Dalam perspektif demokrasi deliberatif dan
demokrasi Pancasila sama-sama mengarusutamakan konsolidasi pengambilan
keputusan pada musyawarah dalam proses eksplorasi, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan. Instrumennya yaitu melalui dialog di antara semua
elemen. Penguatan pengambilan keputusan ini dilakukan berdasarkan partisipasi
semua elemen tanpa dominasi elemen tertentu.
Partisipasi masyarakat dalam formulasi dan implementasi kebijakan publik
merupakan inti perspektif deliberatif bukan sebatas prosedural semata. Hal utama
(dan pertama) dibutuhkan adanya ruang bagi masyarakat (publik) berpartisipasi.
Ruang publik ini dibutuhkan untuk mengekspresikan aspirasi/pendapat publik
yang otonom dan bebas sehingga tercipta wahana diskursus (menyatakan) opini-
opini, aspirasi (kepentingan-kepentingan) masyarakat berfungsi secara diskursif.
Fungsi ruang publik sangat signifikan dalam formulasi dan implementasi
suatu kebijakan, yakni sebagai wahana tersampaikan secara otentik opini, umpan
balik (feedback) publik terhadap kebijakan pemerintah demi mencapai/menjaga
sinergitas dan keadilan sosial, terbentuk dan tersosialisasinya informasi ke
khalayak umum, dan sebagai kekuatan penekan publik terhadap berbagai bentuk
dominasi dan manipulasi wahana publik oleh elemen tertentu.
Diantara wahana utama yang sering dipergunakan sebagai media
partisipasi adalah penyampaian aduan, masukan/saran melalui website Sleman,
dengar pendapat publik (public hearing) di DPRD, pengaduan di kotak-kotak
saran, dan melalui lembaga-lembaga resmi lainnya di desa seperti Badan
Permusyawaratan Desa. Meskipun demikian keterlibatan masyarakat tidak sampai
pada tingkatan pengambilan keputusan bersama dan kontrol oleh warga,
melainkan hanya sampai pada tingkat informasi dan konsultasi.
Telah adanya kontrol dan evaluasi dari masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Sleman ini menunjukkan
bahwa masyarakat terlibat secara aktif tetapi perlibatan masyarakat disini hanya
sebatas pada tahapan memberi masukan saran dan kritikan saja belum pada tahap
kekuatan masyarakat atau degree of citizen power, oleh karena itu partisipasi
masyarakat Kabupaten Sleman belum berada pada tahapan deliberation yaitu
tahapan ketiga dari teori partisipasi Carson dan Karp
5. Analisis Tingkat Partisipasi Publik Deliberatif
Analisa tingkat partisipasi masyarakat berbasis website dalam perumusan
kebijakan daerah, dengan tujuan untuk mengetahui derajat keterlibatan
masyarakat dalam proses perumusan kebijakan daerah. Derajat keterlibatan
masyarakat tersebut diukur dengan menggunakan derajat partisipasi dari Sherry R.
Arnstein yang membagi tingkatan partisipasi masyarakat ke dalam 8 tangga atau
tingkatan dengan karakteristik partisipasi di setiap tangga yang berbeda.
Tingkat partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusan
kebijakan daerah dapat diketahui dengan menjumlahkan skor dari tiap variabel
sebagaimana diuraikan di atas, yaitu variabel tingkat kehadiran dalam
rapat/pertemuan, keaktifan mengemukakan masukan/saran/usul, keterlibatan
dalam menetapkan konsep rencana, dan keterlibatan memberikan persetujuan
terhadap rancangan rencana. Hasil selengkapnya sebagaimana tabel 5 berikut ini.
TABEL. 5
TINGKAT PARTISIPASI PUBLIK DELIBERATIF DALAM
PERUMUSAN KEBIJKAN DAERAH
NO VARIABEL
JUMLAH
SKOR
VARIABEL
KETERANGAN
TINGKAT
1 Keaktifan mengemukakan
masukan/saran/usul 374 Consultation
2 Keterlibatan dalam menetapakan
kebijakan 364 Consultation
3 Keterlibatan dalam memberikan
persetujuan teradap rumusan
kebijakan
402 Consultation
Jumlah 1140 Consultation
Sumber : Analisis 2015
Berdasarkan tabel di atas, tingkat partisipasi publik deliberative berbasis
website dalam perumusan kebijakan daerah di kabupaten Sleman berada pada
tingkat keempat dari delapan tangga partisipasi Arnstein yaitu berada pada tingkat
Consultation (konsultasi). Pada tingkat Consultation ini termasuk dalam derajad
tokenisme/penghargaan atau Degree of Tokenism.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Publik Deliberatif
Berbasis Website
Faktor pendukung dan penghambat partisipasi publik berbasis website
dalam perumusan kebijakan daerah di dinas Perizinan Kabupaten Sleman. Untuk
mewujudkan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat, tentunya terdapat
faktor pendorong dan penghambat partisipasi publik berbasis website. Berikut
merupakan faktor pendorong dan penghambat partisipasi publik berbasis website
dalam perumusan kebijakan daerah di dinas Perizinan Kabupaten Sleman.
1. Faktor pendorong partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam
perumusan kebijakan daerah di dinas perizinan Kabupaten Sleman :
a. Kelembagaan. Berkaitan dengan keberadaan organisasi yang berwenang
dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan partisipasi publik deliberatif
berbasis website dalam perumusan kebijakan di KPP Pemda Sleman.
b. Kontinyunitas. Adanya keberlanjutan penerapan pengelolaan aduhan,
masukan/saran berbasis website di KPP Sleman dibuktikan dengan
adanya perencanaan kedepan mengenai aplikasi berbasis android yang
dapat dimanfaatkan masyarakat dalam berpartisipasi menyampaikan
pertanyaan, aduhan, masukan/saran.
c. Sarana dan prasarana yang memadahi.
2. Terdapatnya beberapa pegawai yang berkompeten dalam menjalankan
teknologi dan berkomitmen tinggi untuk memperbaiki sistem yang ada.
2. Partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam perumusan kebijakan
daerah di KPP Kabupaten Sleman juga mengahadapi berbagai kendala yang
menjadi faktor penghambat di dalam terselenggaranya pemerintahan berbasis
website di Kabupaten Sleman. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain :
a. Hambatan Penyelesaian aduhan masyarakat karena data aduan tidak
akurat, subyek aduan diluar kewenangan Kabupaten Sleman dan adanya
muatan politik / kepentingan pada materi (obyek aduan )
b. Keterbatasan sumber daya manusia dalam mengelola pertanyaan, aduhan,
dan masukan/saran di KPP kabupaten Sleman, Jumlah pegawai yang ada
di BPMPPT kabupaten Sleman berjumlah 21 orang, sedangkan yang
bertugas untuk mengurusi pelayanan informasi dan aduhan di KPP
Sleman hanya berjumlah 5 orang.
c. Terjadinya masalah teknis seperti mati listrik dan juga jaringan internet
yang kadang tidak tersambung atau tidak stabil.
d. Human error yang terjadi, baik pada saat menginput pertanyaan, aduan,
saran atau masukan sehingga data kadang salah dan juga kadang salah
dalam pendistribusian ke setiap SKPD yang ada di Pemkab Sleman.
F. Kesimpulan dan Saran
Keterbatasan Penelitian, keterbatasan peniliti dalam menentukan dan
memilih responden beserta besar jumlahnya responden untuk mengukur tingkat
partisipasi masyarakat dengan menggunakan teori partisipasi Arnstein
1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi publik di
Kabupaten Sleman berjalan dengan baik dan Tahapan tingkat partisipasi publik
deliberatif berbasis website menurut tipologi Carson dan Karp berada dalam
tahapan Inclusion atau penyertaan sedangkan tingkat partisipasi masyarakat
menurut tipologi Arnstein masuk dalam kategori Consultation (konsultasi), yang
termasuk dalam derajad tokenisme/penghargaan atau Degree of Tokenism. yaitu
suatu tingkat partisipasi dimana masyarakat didengar dan diperkenankan
berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan
jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang
keputusan.
Faktor pendorong dan penghambat partisipasi publik berbasis website
dalam perumusan kebijakan daerah di dinas Perizinan Kabupaten Sleman. Yaitu
adanya kelembagaan, kontinyunitas, sarana dan prasarana yang memadahi,
Jaringan internet yang baik dan jarang sekali mengalami gangguan, pegawai yang
berkompeten dalam menjalankan teknologi dan berkomitmen tinggi untuk
memperbaiki sistem yang ada. Faktor penghambat yaitu hambatan penyelesaian
aduan masyarakat karena data aduan tidak akurat, subyek aduan diluar
kewenangan Kabupaten Sleman dan adanya muatan politik atau kepentingan pada
materi (obyek aduan ). Keterbatasan sumber daya manusia di KPP Sleman.
Terjadinya masalah teknis seperti mati listrik dan juga jaringan internet yang
kadang tidak tersambung atau tidak stabil. Human error yang terjadi, baik pada
saat menginput pertanyaan, aduhan, saran atau masukan.
2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut di atas, maka peneliti menyarankan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Diperlukan pengelolaan pertanyaan, aduhan, saran/masukan secara
maksimal agar tujuan yang ditetapkan sebelumnya menjadi tolak ukur
keberhasilan dalam partisipasi publik deliberatif berbasis website dalam
perumusan kebijakan daerah di Pemkab Sleman.
b. Diperlukan peningkatan SDM, kelengkapan imfrastruktur dan pelatihan
pegawai yang kompeten dalam pengelolaan pertanyaan, aduhan,
saran/masukan masyrakat berbasis website.
c. Untuk itu di masa mendatang pemerintah berkewajiban meningkatkan
fasilitas agar dapat mencapai derajad kekuatan masyarakat (Degree of
Citizen Power).
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Pt.
Rineka Cipta, 2006.
Arnstein, Sherry, R., Eight rungson the ladder of citizen participation” in Edgar
S. Cahn and Barry A. Passet, Citizen participation : Effecting Community
change. New York : Praeger Publishers, 1971.
Anwar, M. Khoirul. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan Di
Era Otonomi Daerah, SIMDA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Demokrasi
Lokal Yayasan Harkat Bangsa, 2004.
Andi, Promosi Efektif dengan Web. Yogyakarta: Wahana Komputer, 2003.
Bovaird, T & Loffler, E (ed.). Public Management and Governance.
London: Routledge, 2003.
Carson, L & Hartz-Karp, J (2005) Adapting and Combining Deliberative Designs.
Dalam: Gastil,J & Levine, P (eds) (2005) The Deliberative Democracy
Handbook: Strategies for Effective Civic Engagement in the 21st Century.
San Francisco: Jossey-Bass. 120-138.
Habermas, J. The Theory of Communicative Action. London, Beacon Press, 1981.
Habermas, J. Ruang Publik: Sebuah Kajian tentang Kategori Masyarakat
Borjuis(terjemahan: Yudi Santosa). Yogyakarta: Kreasi Wacana, cetakan
ke dua, 2008.
Hetifah Sj Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia. 2003.
Indrajit, Rhicardus Eko, Electronic Government; Strategi Pembangunandan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi
Digital,Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002.
Indrajit, RichardusEko, Electronic Government Strategi Pembangunan dan
Pengembangan SistemPelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.
Yogyakarta: Andi. 2004.
Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII, 2002.
Narbuko, C dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,
2003.
Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005.
Raharjo, Budi, Memahami teknologi Informasi, Jakarta: Universitas Terbuka,
2001Saleh, A. Muwafik . Public Service : Communication. Malang :
UMM press, 2010.
Rahmawati, Dian Eka, Diktat Metode Penelitian Sosial, Ilmu Pemerintahan
FISIPOL UMY, Yogyakarta, 2010.
Sulistyo–Basuki. Dasar-dasar Teknologi Informasi, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2013.
Sad Dian Utomo, “Partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan Kebijakan”, dalam
Indra J. Piliang, Dendi Ramdani, dan Agung Pribadi, Otonomi Daerah:
Evaluasi dan Proyeksi, Jakarta : Penerbit Divisi Kajian, 2003.
Sutoro Eko, Reformasi politik dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta,
APMD Press, 2004.
Sutoro Eko,“Opini Publik, Partisipasi dan Demokrasi Deliberatif”.
Dalam Komunikasi Pemberdayaan, Yuli Setyowati (editor). Jogyakarta:
APMD Press, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : PT Remaja Rosda Karya,
2002.
Sutanta, E. Sistem Basis Data: Yogyakarta : GrahaIlmu, 2004.
Tjiptono, Fandy. Service Management: Mawujudkan Layanan Prima.
Yogyakarta: Andi Offset. 2008.
Jurnal dan Artikel
Chadwick, A. and C. May, „Interaction Between States and Citizens in the Age of
the Internet: “E-government‟‟in the United States, Britain and the
European Union‟,Governance: International Journal of Policy,
Administration and Institutions, Vol. 16, No. 2, pp. 271–300. 2003.
Dalibor Stanimirovic and Mirko Vintar, A Critical Insight into the Evaluation of
e- government Policies: Reflections on the Concept of Public Interest,
International Journal on Advances in Life Sciences, vol 5 no 1 & 2,year
2013.
De Cindio, Fiorella, Ann Machintosh, Cristian Peraboni (Eds.), Online
Deliberation, Fourth International Conference, OD2010 Leeds, UK, 30
June – 2 July, 2010 Proceedings.
Erick S. Holle, Pelayanan Publik Melalui Electronic Government: Upaya
Meminimalisir Praktek Maladministrasi Dalam Meningkatan Public
Service, Jurnal Sasi Vol.17 No.3 Bulan Juli-September 2011.
Forester, J. Designing: Making Sense Together in Practical Conversations. Journal
of Architectural Education (1984-), 38, (3), pp. 14-20, 1984.
Hardiman, FB (2004) Demokrasi deliberatif: model untuk Indonesia pasca-
Soeharto? Majalah Basis Nomor 11-12, Tahun ke 53, November-
Desember 2004: 14 – 31.
Hikmawati, Partisipasi Masyarakat Dalam Perumusan Kebijakan Daerah, Jurnal
Politik Profetik Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013.
Hasibuan, Zainal A. dan Santoso, HarryB. Standardisasi Aplikasi E-government
untuk Instansi Pemerintah, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi
Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei 2005
Haryono, T., dan Widiwardono, Y. K, Current status and issues of e-Government
in Indonesia. 2004.
Janja Nograsek dan Mirko Vintar, Technology as the Key Driver of
Organizational Transformation in the E-government Period: Towards a
New Formal Framework, Electronic Journal of e-Government Volume
11, 2004.
Kumorotomo, Wahyudi. Pengembangan E-Government Untuk Peningkatan
Transparansi Pelayanan Publik (Studi Kasus Upik Di Pemkot Jogjakarta
Dan E-Procurement Di Pemkot Surabaya). Universitas Gadjah Mada.
2008.
Munadi Muhammad, Community Participation In The Public Policy Making In
Education Sector In Surakarta Municipality, Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, Nomor 2, Tahun XII, 2008.
Misra, Dinesh Chandra, Defining e-government: a citizen-centric criteriabased
approach 2011. 2006.
Rustan, Partisipasi Masyarakat Dalam Melakukan Kontrol Terhadap
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, vol. 1, April 2012.
Verania Andria dan Yulia Indrawati Sari, Lampu kuning desentralisasi. Jurnal
Analisis Sosial Vol. 5 No. 1 Januari 2000
Dokumen
Instruksi PresidenNomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan Electronic Government.
Undang-undang No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
Undang-undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 23 Tahun 2104 Tentang Pemerintah Daerah
WEB
(http://www.slemankab.go.id/category/prestasi). Diakses 17 April 2015.
Pemkab Sleman.2011.” Sleman Menerima Penghargaan BUDIPURA”.
http://v3.slemankab.go.id/2595/sleman menerima penghargaan-
budipura.slm. Diunduh pada 15 April 2015.
Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman, Profil Kantor Pelayanan
Perizinan Kabupaten Sleman, www.perijinansleman.com, diunduh pada
tanggal 3 Mei 2015 pukul 11.27 WIB.
top related