paper bentang alam geologi

Post on 11-Jul-2015

1.221 Views

Category:

Documents

9 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Bentang alam Bentang alam adalah suatu unit geomorfologis yang dikategorikan berdasarkan karateristik seperti elevasi, kelandaian, orientasi, stratifikasi, paparan batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis bentang alam antara lain adalah bukit, lembah, tanjung, dll, sedangkan samudra dan benua adalah contoh jenis bentang alam tingkat tertinggi. Beberapa faktor, mulai dari lempeng tektonik hingga erosi dan deposisi dapat membentuk dan memengaruhi bentang alam. Faktor biologi dapat pula memengaruhi bentang alam, contohnya adalah peranan tumbuhan dan ganggang dalam pembentukan rawa serta terumbu karang. Istilah-istilah bentang alam tidak hanya dibatasi bagi bentukan di bumi, melainkan dapat pula digunakan untuk menjelaskan bentukan pada permukaan planet dan obyek-obyek lain di alam semesta. Bentang alam vulkanik (http://geologikita.blogspot.com/2008/12/bentang-alam-vulkanik.html http://aryadhani.blogspot.com/2009/05/bentang-alam-vulkanik.html

Thursday, December 11, 2008

Bentang Alam VulkanikBentang alam vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi (vulkanisme). Vulkanisme ada tiga macam yaitu : 1. Vulkanisme letusan : dikontrol oleh magma yang bersifat asam, banyak gas, sifat magma kental, ledakan kuat, dan biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunung api yang terjal 2. Vulkanisme lelehan : dikontrol oleh lava basa, sedikit kandungan gas, magma encer, ledakan lemah dan vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunung api rendah dan berbentuk perisai. 3. Vulkanisme campuran : dikontrol oleh magma menengah dan biasanya menghasilkan gunung api strato. Berdasarkan sifat erupsinya, gunung api dibedakan menjadi : 1. Tipe Krakatau : tipe erupsinya berupa lelehan tetapi bentuk morfologinya berupa kerucut vulkan, magma bersifat campuran, dan erupsi seringkali diselingi oleh letusan dahsyat. 2. Tipe Pelee : tipe erupsinya berupa letusan, letusan disertai awan panas, magma bersifat asam, dan tipe morfologinya berbentuk kerucut. 3. Tipe Hawai/perisai :tipe erupsinya berupa lelehan, sedikit gas dan material piroklastik, magma bersifat basa , morfologinya berupa kubah dengan sudut puncak landai,dan sering dijumpai kaldera. Atas dasar klasifikasi kenampakan visual morfologinya, bentang alam vulkanik dibedakan

menjadi: 1. DEPRESI VULKANIK Depresi vulkanik adalah morfologi yang secara umum berupa cekungan. Depresi vulkanik dibagi menjadi: a. Danau Vulkanik : Depresi vulkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk danau. b. Kawah : Depresi vulkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum 1,5 km dan hanya terisi oleh material hasil letusan. c. Kaldera : Depresi vulkanikyang terbentuk belum tentu oleh letusan, tetapi didahului oleh amblesan pada komplek vulkan. Kaldera ini sering muncul pada gunung api baru. 2. KUBAH VULKANIK Kubah vulkanik merupakan morfologi gunung api yang mempunyai bentuk cembung ke atas. Kubah ini dibedakan menjadi : a. Kerucut Semburan : terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat encer basaltis. b. Kerucut Parasit : terbentuk sebagai hasil erupsi gunung api yang berada pada lereng gunung api yang lebih besar. c. Kerucut Sinder : terbentuk oleh letusan kecil yang terjadi padakaki gunung api berupa kerucut rendah dengan bagian puncak tampak cekung datar. 3. VULKAN SEMU Vulkan semu adalah morfologi yang mirip dengan kerucut gunung api, dan bahkan pembentukannya berasal dari vulkan yang berdekatan. 4. DATARAN VULKANIK Dataran Vulkanik dicirikan oleh puncak topografi yang datar dengan variasi beda tinggi tidak mencolok. Macamnya yaitu : a. dataran rendah basal b. plato basal c. dataran kaki vulkan

I.1 Proses Vulkanisme Dalam kaitannya dengan bentang alam, gunungapi mempunyai beberapa pengertian antara lain : Merupakan bentuk timbulan di permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan material/rempah gunungapi. Merupakan tempat munculnya material vulkanik lepas sebagai hasil aktivitas magma di dalam bumi (vulkanisme). Berdasarkan proses terjadinya ada tiga macam vulkanisme,yaitu : 1. Vulkanisme Letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunungapi yang tinggi dan terjal. 2. Vulkanisme Lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit mengandung gas, magma encer dan ledakan lemah. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunungapi yang rendah dan berbentuk perisai, misalnya Dieng, Hawai. 3. Vulkanisme Campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental. Vulkanisme ini menghasilkan gunungapi strato, misalnya Gunung Merapi dan Merbabu.

Bentang alam fluvial (http://geologikita.blogspot.com/2008/12/bentang-alam-fluvial.html http://aryadhani.blogspot.com/2009/05/bentang-alam-fluvial.html

Bentang alam adalah bentang alam hasil dari proses kimia maupun fisika yang menyebabkan perubahan bentuk muka bumi karena pengaruh air permukaan. Proses aluvial dibedakan menjadi : a. Proses Erosi : Proses terkikisnya batuan karena air. Pengkikisan ini dapat berupa abrasi, skouring, pendongkelan, dan korosi. b. Proses Transportasi : Proses terangkutnya material-material hasil erosi. Proses ini dapat berupa menggelinding ,meloncat, traksi dan mengambang. c. Proses Pengendapan : Proses yang terjadi apabila tenaga angkut dari sungai berkurang sehingga beban tidak dapat diangkut lagi. Dalam proses ini, material-material yang lebih berat akan terendapkan di bawah material yang lebih ringan. SUNGAI Sungai yang mengalir termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia erosinya, sungai dibedakan menjadi : a. Sungai Muda : sungai dengan ciri-ciri : - Penampang melintang sungai berbentuk huruf V - Banyak dijumpai air terjun - Tidak terjadi pengendapan - Erosi vertikal efektif - Relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk b. Sungai Dewasa : sungai dengan ciri-ciri : - Penampang melintang sungai berbentuk huruf U - Erosi relatif kecil - Bermunculan cabang-cabang sungai - Erosi lateral efektif c. Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri : - Penampang melintang sungai berbentukcawan - Erosi lateral sangat efektif - Anak sungai lebih banyak - Bermeander - Kemiringan datar III.1. Proses Fluviatil Bentang alam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang erat hubungannya dengan proses fluviatil. Sebelum lebih jauh membahas tentang bentang alam fluviatil lebih dahulu dibahas pengertian tentang proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam, baik fisika maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan. Di sini yang dominan adalah air yang mengalir secara terpadu/terkonsentrasi (sungai) dan air yang tidak terkonsentrasi (sheet water) Tetapi alur-alur ada di lereng bukit atau gunung dan terisi air bila terjadi hujan bukan termasuk

bagian dari bentang alam fluviatil, karena alur-alur tersebut berisi air sesaat setelah terjadinya hujan (ephemeral stream). Sebagaimana dengan proses geomorfik yang lain, proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan. Sungai merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir ke tempat / lembah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Sungai termasuk sungai besar, sungai kecil maupun anak sungai. Macam-macam proses fluvial Proses fluviatil dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: 1. Proses erosi Menurut Sukmana, 1979, proses erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah yang disebabkan oleh pergerakan air atau angin. Sedangkan Arsyad, 1982, mendefinisikan proses erosi sebagai peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atu bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Menurut Holy,1980, berdasarkan agen penyebabnya, agen penyebab erosi dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu erosi oleh air, erosi oleh angin, erosi oleh gletser dan erosi oleh salju. Dalam bentang alam ini, agen penyebab erosi yang paling dominan adalah air. Sungai dapat mengerosi batuan sediment yang dilaluinya, memotong lembah, memperdalam dan memperlebar sungai dengan cara-cara : 1. Quarrying, yaitu pendongkelan batu yang dilaluinya. 2. Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya. 3. Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope. 4. Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya. 5. Hydraulic action, kemampuan air mengangkat dan memindahkan batuan atau material-material sediment dengan gerakan memutar sehingga batuan pecah dan kehilangan fragmen. 6. Solution, solution dalam proses erosi berjalan lambat, tetapi efektif dalam pelapukan dan erosi

bentang alam struktural (http://aryadhani.blogspot.com/2009/05/bentang-alam-struktural.html

Bentang Alam Struktural Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannyadikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologiyang paling berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada.Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogeny a n g bekerja adalah proses tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan lipatan yang tercermin d a l a m bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan berubah akibat p r o s e s e k s t e r n a l y a n g b e r l a n g s u n g k e m u d i a n . M a c a m - m a c a m p r o s e s eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi),e r o s i ( a i r, a n g i n a t a u g l a s i a l ) s e r t a g e r a k a n m a s s a ( l o n g s o r a n , r a y a p a n , aliran, rebahan atau jatuhan).Beberapa kenampakan pada peta topografi yang dapat digunakandalam penafsiran bentang alam struktural adalah :a . P o l a p e n g a l i r a n . Va r i a s i p o l a p e n g a l i r a n b i a s a n y a d i p e n g a r u h i o l e h variasi struktur geologi dan litologi pada daerah tersebut. b . K e l u r u s a n - k e l u r u s a n ( lineament ) dari punggungan ( ridge ), puncak bukit,lembah, lereng dan lain-lain.c.Bentuk-bentuk bukit, lembah dll.d . P e r u b a h a n a l i r a n s u n g a i , m i s a l n y a s e c a r a t i b a - t i b a , k e m u n g k i n a n dikontrol oleh struktur kekar, sesar atau lipatan.11

2.1.1Macam-Macam Bentang Alam Struktural 1. Kekar (Joint)K e k a r a d a l a h s u a t u r e t a k a n p a d a b a t u a n y a n g t i d a k / b e l u m mengalami pergerakan. Kekar dapat menjadi tempat tersimpannyasumber mineral industri tertentu, atau sebagai jalan bagi aliran air tanah.Kekar dapat terbentuk sebagai:a . K e k a r p e n g k e r u t a n , d i s e b a b k a n o l e h g a y a p e n g k e r u t a n y a n g t i m b u l k a r e n a p e n d i n g i n a n a t a u p e n g e r i n g a n , b i a s a n y a berbentuk poligonal yang memanjang. b . K e k a r l e m b a r a n , s e k u m p u l a n k e k a r y a n g s e j a j a r d e n g a n permukaan tanah, terutama pada batuan beku. Terbentuk karenahilangnya beban di atasnya.c . K e k a r t e k t o n i k , t e r b e n t u k k a r e n a p r o s e s t e k t o n i k , a t a u g a y a - gaya akibat pergerakan permukaan bumi.2. Sesar/Patahan (Fault)A d a l a h k e k a r / r e t a k a n b a t u a n y a n g t e l a h m e n g a l a m i perpindahan atau pergeseran.Beberapa bukti adanya sesar adalah:- cermin sesar dan gores garis- pergeseran bidang pelapisan batuan, urat, dsb.zona hancuran atau breksiasi- perulangan lapisan yang sama- hilangnya lapisan yang seharusnya ada (disebut hiatus)- bukti-bukti fisiografi, misalnya kelurusan sungai, gawir sesar,dsb.12

Macam-macam sesar :A. Berdasar gerak hanging wall terhadap foot walla. Sesar turun/normal = cirinya adalah adanya pemanjangan,ada lapisan hilang b . S e s a r n a i k = c i r i n y a a d a n y a p e m e n d e k a n , a d a l a p i s a n yang menumpuk B. Berdasar ada tidaknya gerakan rotasia. Sesar translasiMasing-masing blok tidak ada gerak rotasi. Garis yangsejajar dengan blok lain tetap sejajar. b. Sesar rotasiTerdapat gerak rotasi antara blok yang satu dengan yanglainnya. Ada titik yang tidak mengalami pergeseran.C. Berdasarkan rake net slipa. Strike slip fault : Arah gerakan sejajar bidang sesar b. Dip slip fault : Arah gerakan teka lurus bidang sesar c. Diagonal fault

3. Lipatan (Fold) Adalah permukaan pada batuan, baik dalam batuan sedimenm a u p u n b a t u a n m e t a m o r f . B i l a p e n e k u k a n m e m b e n t u k b u s u r, dinamakan antiklin. Jika berbentuk palung disebut sinklin.4. KetidakselarasanAdalah suatu bidang erosi yang memisahkan batuan yang lebihmuda dari lapisan lain yang telah terbentuk sebelumnya.Proses terbentuknya adalah:Pembentukan batuan tua- Adanya erosi dan pengangkatan- Pengendapan batuan yang lebih muda13

Macam-macam ketidakselarasana. Angular uncomformityKetidakselarasan yang terbentuk akibat adanya sudut antaralapisan yang tua dengan lapisan yang lebih muda. b. DiscomformityAdanya lapisan yang hilang antara lapisan yang tua denganl a p i s a n y a n g l e b i h m u d a . S e h i n g g a u m u r k e d u a l a p i s a n memiliki selisih yang sangat jauh.c. NoncomformityAdanya batuan kristalin (beku/metamorf) yang berbatasanlangsung dengan batuan sedimen BAB IV BENTANG ALAM STRUKTURAL IV.I. PENDAHULUAN Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada. Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah proses tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian. Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan, aliran, rebahan atau jatuhan). Beberapa kenampakan pada peta topografi yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam struktural adalah : a. Pola pengaliran. Variasi pola pengaliran biasanya dipengaruhi oleh variasi struktur geologi dan litologi pada daerah tersebut. b. Kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah, lereng dan lainlain. c. Bentuk-bentuk bukit, lembah dll. d. Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh struktur kekar, sesar atau lipatan. IV.2. Macam-macam Bentang Alam Struktural Bentang alam struktural dapat dikelompokkan berdasarkan struktur yang mengontrolnya. Srijono (1984, dikutip Widagdo, 1984), menggambarkan klasifikasi bentang alam struktural berdasarkan struktur geologi pengontrolnya menjadi 3 kelompok utama, yaitu dataran, pegunungan lipatan dan pegunungan patahan. Pada dasarnya struktur geologi yang ada tersebut dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola ataupun sifat dari garis kontur pada peta topografi.

IV.2.1. Bentang alam dengan struktur mendatar (Lapisan Horisontal) Menurut letaknya (elevasinya)dataran dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Dataran rendah, adalah dataran yang memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari muka air laut. 2. Dataran tinggi(plateau/high plain ), adalah dataran yang menempati elevasi lebih dari 500 kaki diatas muka air laut. Kenampakan-kenampakan bentang alam pada kedua dataran tersebut hampir sama, hanya dibedakan pada reliefnya saja. Pada daerah berstadia muda terlihat datar dan dalam peta tampak pola kontur yang sangat jarang. Pada daerah yang berstadia tua, sering dijumpai dataran yang luas dan bukit-bukit sisa(monadnock), yang sering dijumpai mesa dan butte. Perbedaan mesa dengan butte adalah mesa mempunyai diameter(d) lebih besar dibandingkan dengan ketinggiannya(h). Sedangkan butte sebaliknya.(lihat gambar IV.1) Pola penyaluran yang berkembang pada daerah yang berstruktur mendatar adalah dendritik. Hal ini dikontrol oleh adanya keseragaman resistensi batuan yang ada di permukaan. Gambar IV.1. Kenampakan mesa dan butte IV.2.2. Bentang Alam dengan Struktur Miring Hampir semua lapisan diendapkan dalam posisi yang mendatar. Sedimen yang mempunyai kemiringan asal diendapkan pada dasar pengendapan yang sudah miring, seperti pada lereng gunung api dan disekitar terumbu karang. Kemiringan lapisan sedimen yang demikian disebut kemiringan asal dengan sudut maksimum 350(Tjia, 1987). Kebanyakan sedimen yang memperlihatkan kemiringan, disebabkan karena adanya proses geologi yang bekerja pada suatu daerah tersebut. Morfologi yang dihasilkan oleh proses tersebut akan memperlihatkan pola yang memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Berdasarkan besarnya sudut kemiringan dari kedua lerengnya, terutama yang searah dengan kemiringan lapisan batuannya, bentang alam ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Cuesta. Pada cuesta sudut kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan. Sudut kelerengan kurang dari 450 (Thornbury, 1969, p.133), sedangkan Stokes & Varnes, 1955 : p.71 sudut kelerengannya kurang dari 200. Cuesta memiliki kelerengan fore slope yang lebih curam sedangkan back slopenya relatif landai pada arah sebaliknya sehingga terlihat tidak simetri. Hogback. Pada hogback, sudut antara kedua sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan sekitar 450(Thornbury, 1969, p.133). sedangkan Stokes & Varnes, 1955 : p.71 sudut kelerengannya lebih dari 200. Hogback memiliki kelerengan fore slope dan back slope yang hampir sama sehingga terlihat simetri (lihat gambar IV.2). IV.2.3. Bentang alam dengan Stuktur Lipatan Lipatan terjadi karena adanya lapisan kulit bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya tekan). Pada suatu lipatan yang sederhana, bagian punggungan disebut dengan antiklin, sedangkan bagian lembah disebut sinklin. Unsur-unsur yang terdapat pada struktur ini dapat diketahui dengan menafsirkan kedudukan lapisan batuannya. Kedudukan lapisan batuan(dalam hal ini arah kemiringan lapisan batuan) pada peta topografi, akan berlawanan arah dengan bagian garis kontur. Gambar II.2. Kenampakan beberapa bentang alam struktural yang rapat (fore slope/antidip slope), dimana garis kontur yang rapat tersebut menunjukkan adanya gawir-gawir yang terjal dan memotong lapisan batuan. Arah kemiringan lapisan batuannya searah dengan kemiringan landai dari topografinya (biasanya diperlihatkan dengan punggungan yang landai/back slope/dipslope). IV.2.4.Struktur antiklin dan sinklin

Pada prinsipnya penafsiran pada kedua struktur ini berdasarkan atas kenampakan fore slope/antidip slope dan back slope/dipslope yang terdapat secara berpasangan. Bila antidip slope saling berhadapan (infacing scarp), maka terbentuk lembah antiklin, sedangkan apabila yang saling berhadapan adalah back slope/dipslope, disebut lembah sinklin. Pola pengaliran yang dijumpai pada lembah antiklin biasanya adalah pola trellis (lihat gambar IV.3.).

Gambar IV.3. Sketsa dan contoh pola garis kontur pada pegunungan lipatan (a) lembah antiklin, b).lembah sinklin.

IV.2.5. Struktur antiklin dan sinklin menunjam Struktur ini merupakan kelanjutan atau perkembangan dari pegunungan lipatan satu arah (cuesta dan hogback) dan dua arah (sinklin dan antiklin). Bila tiga fore slope saling berhadapan maka disebut sebagai lembah antiklin menunjam. Sedangkan bila tiga back slope saling berhadapan maka disebut sebagai lembah sinklin menunjam (lihat gambar II.4.).

Gambar II.4. Sketsa dan contoh pola garis kontur pada struktur (a) sinklin dan (b) antiklin menunjam. IV.2.6. Struktur lipatan tertutup Kubah Bentang alam ini mempunyai ciri-ciri kenampakan sebagai berikut : 1. Kedudukan lapisan miring ke arah luar (fore slope ke arah dalam). 2. Mempunyai pola kontur tertutup 3. Pola penyaluran radier dan berupa bukit cembung pada stadia muda 4. Pada stadia dewasa berbentuk lembah kubah dengan pola penyaluran annular. Cekungan Bentang alam ini mempunyai kenampakan sebagai berikut : 1. Kedudukan lapisan miring ke dalam (back slope ke arah dalam) 2. Mempunyai pola kontur tertutup 3. Pada stadia muda pola penyalurannya annu

Gambar IV.4. Sketsa dan contoh pola kontur pada struktur lipatan tertutup (a). kubah/dome (b). cekungan/basin. II.2.7. Bentang Alam dengan Struktur Patahan Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya yang bekerja pada kulit bumi, sehingga mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Berdasarakan arah gerak relatifnya, sesar dibagi

menjadi 5, yaitu: - Sesar normal/ sesar turun (normal fault) - Sesar naik( reverse fault) - Sesar geser mendatar (strike-slip fault) - Sesar diagonal (diagonal fault/ oblique-slip fault) - Sesar rotasi (splintery fault/hinge fault) Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan jenis patahannya secara langsung. Untuk itu, dalam hal ini hanya akan diberikan ciri umum dari kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu : a. Beda tinggi yang menyolok pada daerah yang sempit. b. Mempunyai resistensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang hampir sama. c. Adanya kenampakan dataran/depresi yang sempit memanjang. d. Dijumpai sistem gawir yang lurus(pola kontur yang lurus dan rapat). e. Adanya batas yang curam antara perbukitan/ pegunungan dengan dataran yang rendah. f. Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok tiba-tiba dan menyimpang dari arah umum. g. Sering dijumpai(kelurusan) mata air pada bagian yang naik/terangkat h. Pola penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, concorted serta modifikasi ketiganya. i. Adanya penjajaran triangular facet pada gawir yang lurus

Gambar II.5. Kenampakan triangular facets yang mengindikasikan adanya sesar.

Gambar II.5. Kenampakan sungai yang mengalami pembelokan tiba-tiba.

Bentang alam karst ( http://id.wikipedia.org/wiki/Karst http://adityamulawardhani.blogspot.com/2009/02/bentang-alam-eolian.html http://aryadhani.blogspot.com/2009/05/bentang-alam-eolian.html

BENTANG ALAM EOLIANErosi oleh angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu deflasi dan abrasi atau korasi. Deflasi adalah proses lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari batuan yang diangkut dan dibawa oleh angin. Sedangkan abrasi merupakan proses penggerusan batuan dan permukaan lain oleh partikel-partikel yang terbawa oleh aliran angin. Transportasi oleh Angin Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan cara transportasi oleh air, yaitu secara melayang (suspesion) dan menggeser di permukaan (traction). Secara umum partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat (saltation) dan menggelinding (rolling). Pengendapan oleh Angin Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka material-

material (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan. Dilihat dari proses pembentukannya, bentang alam eolian dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : 1. bentang alam akibat proses erosi oleh angin 2. bentang alam akibat proses pengendapan oleh angin. Proses erosi oleh angin dibedakan menjadi 2, yaitu deflasi dan abrasi. Bentang alam yang disebabkan oleh proses erosi ini juga dibedakan menjadi 2, yaitu bentang alam hasil proses deflasi dan bentang alam hasil proses abrasi. Bentang alam hasil proses deflasi dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1. Cekungan deflasi (deflation basin) 2. Lag gravel 3. Desert varnish a. Cekungan deflasi (deflation basin) Cekungan deflasi merupakan suatu cekungan yang diakibatkan oleh angin pada daerah yang lunak dan tidak terkonsolidasi atau material-material yang tersemen jelek. Cekungan terbentuk akibat material yang ada dipindahkan oleh angin ke tempat lain. Contoh cekungan ini terdapat di Gurun Gobi, yang terbentuk karena batuan telah diurai oleh adanya pelapukan. Cekungan ini mempunyai ukuran antara 300 meter sampai lebih dari 45 kilometer panjangnya, dan dari 15 meter sampai 150 meter dalamnya. b. Lag gravel Deflasi terhadap debu dan pasir yang ditinggalkan merupakan material yang kasar (granule, pebble, dan fragmen-fragmen yang besar), disebut lagstone. Akumulasi seperti itu dalam waktu yang lama bisa menjadi banyak dan menjadi lag-gravel atau bahkan sebagai desert pavement, dimana sisa-sisa fragmennya berhubungan satu sama lain saling berdekatan. c. Desert varnish Beberapa lagstone yang tipis, mengkilat, berwarna hitam atau coklat dan permukaannya tertutup oleh oksida besi, dikenal sebagai desert varnish. Fenomena hasil proses abrasi atau korasi : 1. Bevelad stone 2. Polish 3. Grooves 4. Sculpturing (Penghiasan) a. Bevelad stone Beberapa sisa batuan yang dihasilkan oleh abrasi angin yang mengandung pasir akan membentuk einkanter atau dreikanter yang dalam Bahasa Inggris disebut single edge atau three edge. Einkanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang mempunyai kedudukan tetap dengan arah angin yang tetap (konstan). Dreikanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang posisinya overturned akibat perusakan pada bagian bawah dengan arah angin yang tetap atau dapat juga disebabkan oleh arah angin yang berganti-ganti terhadap pebble yang mempunyai kedudukan tetap sehingga membentuk bidang permukaan yang banyak. b. Polish Polish ini terbentuk pada batuan yang mempunyai ukuran butir halus digosok oleh angin yang mengandung pasir (sand blast) atau yang mengandung silt (silt blast), yang mempunyai kekuatan lemah, sehingga hasilnya akan lebih mengkilat, misalnya pada kuarsit, akibat erosi secara abrasi akan lebih mengkilat. c. Grooves Angin yang mengandung pasir dapat juga menggosok dan menyapu permukaan batuan membentuk suatu alur yang dikenal sebagai grooves. Pada daerah kering, alur yang demikian itu sangat jelas. Alur-alur tersebut memperlihatkan kenampakan yang sejajar dengan sisi sangat jelas. d. Sculpturing (Penghiasan) Banyak perbedaan bentuk topografi diakibatkan oleh kombinasi pelapukan dan abrasi angin. Termasuk disini adalah batujamur (mushroom rock), yaitu batu yang tererosi oleh angin yang mengandung pasir, sehingga bentuknya menyerupai jamur (mushroom)

Bentang Alam Hasil Pengendapan Angin Dune adalah suatu timbunan yang dapat bergerak atau berpindah, bentuknya tidak dipengaruhi oleh bentuk permukaan ataupun rintangan (badhold, 1923, dalam Thornbury, 1964). Tipe-tipe dune ini menurut Hace (1941, dalam Thornbury, 1964), digolongkan menjadi 3, yaitu : a. Tranversal dune Tranversal dune merupakan punggungan-punggungan pasir yang berbentuk memanjang tegak lurus dengan arah angin yang dominan. Bentuk ini tidak dipengarahi oleh faktor tumbuh-tumbuhan. b. Parabollic dune Parabollic dune merupakan dune yang berbentuk sekop / sendok atau berbentuk parabola. Bentuk ini karena dipengaruhi oleh adanya tumbuh-tumbuhan. c. Longitudinal dune Longitudinal dune merupakan punggungan-punggungan pasir yang terbentuk memanjang sejajar dengan arah angin yang dominan. Material pasir diangkut secara cepat oleh angin yang relatif tetap. Klasifikasi dune menurut Emmons (1960) Menurut Emmons (1960), bentuk-bentuk dune dapat bermacam-macam, tergantung pada banyaknya pertambahan pasir, pengendapan di tanah, tumbuh-tumbuhan yang menghalangi dan juga arah angin yang tetap. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka tipe-tipe dune digolongkan menjadi : a. Lee dune (sand drift) Lee dune atau sand driff adalah dune yang berkembang memanjang, merupakan punggungan pasir yang sempit berada di belakang batuan batuan atau tumbuh-tumbuhan. Dune ini mempunyai kedudukan tetap, tetapi dengan adanya penambahan jumlah pasir yang banyak maka dapat juga menjadi jenis dune yang bergerak dari ujung sand driff. b. Longitudinal dune Longitudinal dune mempunyai arah memanjang searah dengan arah angin yang efektif dan dominan. Terbentuknya karena angin tertahan oleh rumput atau pohon-pohon kecil. Kadang-kadang berbentuk seperti lereng dari suatu lembah. c. Barchan Barchan terbentuk pada daerah yang terbuka, tak dibatasi oleh topografi atau tumbuh-tumbuhan dimana arah angin selalu tetap dan penambahan pasir terbatas dan berada di atas batuan dasar yang padat. Barchan ini berbentuk koma, dengan lereng yang landai pada bagian luar, serta mempunyai puncak dan sayap. d. Seif Seif adalah longitudinal dune yang berbentuk barchan dengan salah satu lengannya jauh lebih panjang akibat kecepatan angin yang lebih kuat pada lengan yang panjang. Misalnya di Arabian Sword, seif berassosiasi dengan barchan dan berkebalikan antara barchan menjadi seif. Perubahan yang lain misalnya dari seif menjadi lee dune. e. Tranversal Dune Tranversal dune terbentuk pada daerah dengan penambahan pasir yang banyak dan kering, angin bertiup secara tetap, misalnya pada sepanjang pantai. Pasir yang banyak itu akan menjadi suatu timbunan pasir yang berupa punggungan atau deretan punggungan yang melintang terhadap arah angin. f. Complex dune Conplek dune terbentuk pada daerah dengan angin berubah-ubah, pasir dan vegetasinya agak banyak. Barchan, seif dan tranversal dumne yang berada setempat-setempat akan berkembang sehingga menjadi penuh dan akan terjadi saling overlap sehingga akan kehilangan bentuk-bentuk aslinya dan akan mempunyai lereng yang bermacam-macam. Keadaan ini disebut sebagai complex dune. Menurut Emmons (1960, dalam Thornbury, 1969), dune ini biasanya mempunyai ketinggian antara

6 m sampai 20 m, tetapi beberapa dune dapat mencapai ketinggian beberapa puluh meter. Sedangkan kecepatan bergerak atau berpindahnya berbeda-beda tergantung pada kondisi daerahnya. Biasanya tidak lebih dari beberapa meter per tahun, tetapi ada juga yang samp0ai 30 m per tahun. Loess Daerah yang luas yang tertutup material-material halus dan lepas disebut Loess. Beberapa endapan Loess yang dijumpai di Cina barat mempunyai ketebalan sampai beberapa ratus meter. Sedangkan di tempat lain kebanyakan endapan loess ini hanya mencapai beberapa meter saja. Beberapa endapan loess menutupi daerah yang sangat subur. Penyelidikan secara mikroskopis memperlihatkan bahwa loess berkomposisi partikel-partikel angular, dengan diameter kurang dari 0,5 mm. Terdiri dari kuarsa, feldspar, hornblende, dan mika. Kebanyakan butiran-butiran tersebut dalam keadaan segar atau baru terkena pelapukan sedikit. Kenampakan ini menunjukkan bahwa loess tersebut merupakan hasil endapan dari debu dan lanau yang diangkut dan diendapkan oleh angin. BENTANG ALAM EOLIAN VI.1. Pendahuluan Bentang alam eolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin. Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir. Gurun pasir sendiri lebih diakibatkan adanya pengaruh iklim. Gurun pasir diartikan sebagai daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26 cm/tahun. Gurun pasir tropik terletak pada daerah antara 350 LU sampai 350 LS, yaitu pada daerah yang mempunyai tekanan udara tinggi dengan udara sangat panas dan kering. Gurun pasir lintang rendah terdapat di tengah-tengah benua yang terletak jauh dari laut atau terlindung oleh gunung-gunung dari tiupan angin laut yang lembab sehingga udar yang melewati gunung dan sampai pada daerah tersebut adalah udara yang kering. VI.2. Proses-Poses Oleh Angin Angin meskipun bukan sebagai agen geomorfik yang sangat penting (topografi yang dibentuk oleh angin tidak banyak dijumpai), namun tetap tidak dapat diabaikan. Proses-proses yang disebabkan oleh angin meliputi erosi, transportasi dan deposisi. 1. Erosi oleh angin Erosi oleh angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu deflasi dan abrasi/korasi. Deflasi adalah proses lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari batuan yang diangkut dan dibawa oleh angin. Sedangkan abrasi merupakan proses penggerusan batuan dan permukaan lain oleh partikel-partikel yang terbawa oleh aliran angin. 2. Transportasi oleh angin Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan transportasi oleh air yaitu secara melayang (suspension) dan menggeser di permukaan (traction). Secara umum partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat (saltation) dan menggelinding (rolling). 3. Pengendapan oleh angin Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka materialmaterial (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan. VI.3. Macam-Macam Bentang Alam Eolian Dilihat dari proses pembentukannya, bentang alam eolian dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu bentang alam akibat proses erosi oleh angin dan bentang alam akibat prose pengendapan oleh angin.

A. Bentang alam Eolian Akibat Proses Erosi Proses erosi oleh angin dibedakan menjadi 2, yaitu deflasi dan abrasi. Bentang alam yang disebabkan oleh proses erosi ini juga dibedakan menjadi 2 yaitu bentang alam hasil proses deflasi dan bentang alam hasil proses abrasi. A. 1. Bentang Alam Hasil Proses Deflasi Bentang alam hasil proses deflasi dibedakan menjadi 3 macam: 1. Cekungan Deflasi (Deflation basin) Cekungan deflasi merupakan cekungan yang diakibatkan oleh angin pada daerah yang lunak dan tidak terkonsolidasi atau material-material yang tersemen jelek. Cekungan tersebut akibat material yang ada dipindahkan oleh angin ke tempat lain. Contoh cekungan ini terdapat di Gurun Gobi yang terbentuk karena batuan telah diurai oleh adanya pelapukan. Cekungan ini mempunyai ukuran antara 300 m sampai lebih dari 45 km panjangnya dan dari 15m sampai 150 m dalamny

Gambar VI.1. Cekungan Deflasi 2. Lag Gravel Deflasi terhadap debu dan pasir yang ditinggalkan merupakan material yang kasar (gravel, bongkah dan fragmen yang besar), disebut lagstone. Akumulasi seperti itu dalam waktu yang lama bisa menjadi banyak dan menjadi lag gravel atau bahkan sebagai desert pavement, dimana sisa-sisa fragmennya berhubungan satu sama lain saling berdekatan.

Gambar VI.2. Desert Pavement. Angin memindahkan material halus meninggalkan material kasar (gravel, bongkah & berangkal) membentuk lag deposit. 3. Desert varnish Beberapa lagstone yang tipis, megkilat, berwarna hitam atau coklat dan permukaannya tertutup oleh oksida besi dikenal desert varnish.

Gambar. VI.3. Gneiss berasal dari Pegunungan Minto dengan komposisi mineral-mineral lempung ditambah mangan hitam yang teroksidasi.

Gambar VI.4 Desert varnish di Australia. A.2. Bentang Alam Hasil Prose Abrasi Bentang alam hasil proses abrasi atau korasi antara lain: 1. Ventifact Beberapa sisa batuan berukuran bongkah berangkal yang dihasilkan oleh abrasi angin yang mengandung pasir akan membentuk einkanter (single edge) atau dreikanter (three edge). Einkanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang mempunyai kedudukan tetap dengan arah angin yang tetap/konstan. Dreikanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang posisinya overturned

akibat pengrusakan pada bagian bawah dengan arah angin yang tetap atau dapat juga disebabkan oleh arah angin yang berganti-ganti terhadap pebble yang mempunyai kedudukan tetap, sehingga membentuk bidang permukaan yang banyak.

Gambar VI. 5. Macam macam Ventifact. 2. Polish Polish ini terbentuk pada batuan yang mempunyai ukuran butir halus, digosok oleh angin yang mengandung pasir (sand blast) atau yang mengandung silt (silt blast)yang mempunyai kekuatan lemah, sehingga hasilnya akan lebih mengkilat, misalnya pada kwarsit akibat erosi secara abrasi akan lebih mengkilat.

Gambar VI.6. Gambaran batuan yang berbutir halus yang salah satu bagian sisinya telah dihaluskan oleh angin. 3. Grooves Angin yang mengadung pasir dapat juga menggosok dan menyapu permukaan batuan membentuk suatu alur yang dikenal sebagai grooves. Pada daerah kering, alur yang demikian itu sangat jelas. Alur-alur tersebut memperlihatkan kenampakan yang sejajar dengan sisi sangat jelas.

Gambar VI. 7. Granodiorit berukuran berangkal yang mempunyai lungang angin. Angin dari arah seko 4. Sculpturing (Penghiasan) Batu jamur (mushroom rock) yaitu batu yang tererosi oleh angin yang mengandung pasir sehingga bentuknya menyerupai jamur (mushroom) Gambar. VI.8. Mushroom rock. 5. Yardang

Pada batuan yang halus, abrasi oleh angin secara efektif memotong sepanjang alur rekahan membentuk bentukan sisa yang berdiri memanjang yang disebut yardang. Kehadiran rekahanrekahan mempunyai pengaruh penting pada orientasi beberapa yardang. Material yang halus tertransport sedangkan lapisan yang resisten membentuk perlapisan dengan material lain yang kurang kompak.

Gambar. VI.9 Proses terbentuknya Yardang.

Gambar VI.10. Yardang di Texas.

B. Bentang Alam Hasil Pengendapan Angin Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka materialmaterial yang terbawa oleh angin akan diendapkan. Bentang alam hasil proses pengendapan oleh angin ini dibedakan menjadi 2 yaitu: dune dan Loess B.1. Dune Dune adalah suatu timbunan pasir yang dapat bergerak atau berpindah, bentuknya tidak dipengaruhi oleh bentuk permukaan ataupun rintangan. Berdasarkan ukurannya, hasil proses pengendapan material pasir, yaitu ripples, dunes dan megadunes Ripples lebar berukuran 5 cm - 2m dan tinggi 0,1 5 cm Dunes lebar 3 600 m dan tinggi 0,1 15 m Megadunes lebar 300 3 km dan tinggi 20 400 m

Gambar VI.11. (a) Ripples, (b) Dunes dan (c) Megadunes Tipe-tipe dune ini menurut Hace (1941, dalam Thornbury, 1964) digolongkan menjadi 3, yaitu: a. Transversal Dune Transversal dune merupakan punggungan-punggungan pasir yang berbentuk memanjang tegak lurus dengan arah angin yang dominan. Bentuk ini tidak dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan.

Gambar VI.12. Transversal Dune di Namibia. b. Parabolic Dune

Parabolic dune merupakan dune yang berbentuk sekop/sendok atau berbentuk parabola. Bentuk ini dipengaruhi oleh adanya tumbuh-tumbuhan.

Gambar VI.13. Sketsa Parabolic Dunes. c. Longitudinal Dune Longitudinal dune merupakan punggungan-pungungan pasir yang terbentuk memanjang sejajar dengan arah angin yang dominan. Material pasir diangkut secara cepat oleh angin yang relatif tetap

Gambar. VI.14. Sketsa Longitudinal Dune.

Gambar. VI.15 Longitudinal Dune di Mesir. Klasifikasi menurut Emmons (1960) bentuk-bentuk dune dapat bermacam-macam, tergantung pada banyaknya pertambahan pasir, pengendapan di tanah, tumbuh-tumbuhan yang menghalangi dan juga arah angin yang tetap. Berdasrkan hal-hal tersebut, maka tipe-tipe dune digolongkan menjadi : 1. Lee dune (Sand Drift) Lee dune/sand drift adalah dune yang berkembang memanjang, merupakan punggungan pasir yang sempit, berada di belakang batuan atau tumbuh-tumbuhan. Dune ini mempunyai kedudukan tetap, tetapi dengan adanya penambahan jumlah pasir yang banyak maka dapat juga menjadi jenis dune yang bergerak dari ujung sand drft.

Gambar VI.16. Sand Drift di Navajo Reservation. 2. Longitudinal dune Longitudinal dune mempunyai arah memanjang searah dengan arah angin yang efektif dan dominan. Terbentuk karena angin tertahan oleh rumput atau pohon-pohon kecil. Kadang-kadang berbentuk seperti lereng dari suatu lembah. 3. Barchan Barchan terbentuk pada daerah yang terbuka, tak dibatasi oleh topografi/tumbuh-tumbuhan dimana arah angin selalu tetap dan penambahan pasir terbatas dan berada di atas batuan dasar yang padat. Barchan ini berbentuk koma dengan lereng yang landai pada bagian luar, serta mempunyai puncak dan sayap.

Gambar VI.17. Barchan. 4. Seif Seif adalah longitudinal dune yang berbentuk barchan dengan salah satu lengannya jauh lebih

panjang akibat kecepatan angin yang lebih kuat pada lengan yang panjang. Misalnya di Arabian Sword, seif berasosiasi dengan barchan dan berkebalikan antara barchan menjadi seif. Perubahan yang lain misalnya dari seif menjadi lee dune. Gambar VI.18 Seif Dune di Saudi Arabia. 5. Transversal dune Transversal dune terbentuk pada daerah dengan penambahan pasir yang banyak dan kering, angin bertiup secara tetap misalnya pada sepanjang pantai. Pasir yang banyak itu akan menjadi suatu timbunan pasir yang berupa punggungan atau deretan punggungan yang melintang terhadap arah angin. 6. Complex dune Complex dune terbentuk pada daerah dengan air berubah-ubah, pasir dan vegetasi agak banyak. Barchan, seif dan transversal dune yang berada setempat-tempat akan berkembang sehingga menjadi penuh dan akan terjadi saling overlap sehingga akan kehilangan bentuk-bentuk aslinya dan akan mempunyai lereng yang bermacan-macam. Keadaan ini disebut sebagai complex dune. Menurut Emmons (1960, dalam Thornbury, 1969), dune ini biasanya mempunyai ketinggian antara 6 20 m, tetapi beberapa dune dapat mencapai ketinggian beberapa puluh meter. Sedangkan kecepatan bergerak atau berpindahnya berbeda-beda tergantung pada kondisi daerahnya. Biasanya tidak lebih dari beberapa meter per tahun, tetapi ada juga yang sampai 30 m per tahun.

Gambar VI.19. Complex Dune. B.2. Loess Daerah yang luas tertutup material-material halus dan lepas disebut Loess. Beberapa endapan loess yang dijumpai di Cina barat mempunyai ketebalan sampai beberapa ratus meter. Sedangkan di tempat lain kebanyakan endapan loess tesebut hanya mencapai beberapa meter saja. Beberapa endapan loess menutupi daerah yang sangat subur. Penyelidikan secara mikroskopis memperlihatkan bahwa loess berkomposisi partikel-partikel angular dengan diameter kurang dari 0,5 mm terdiri dari kuarsa, feldspar, hornblende dan mika. Kebanyakan butiran-butiran tersebut dalam keadaan segar atau baru terkena pelapukan sedikit. Kenampakan itu menunjukkan bahwa loess tersebut merupakan hasil endapan dari debu dan lanau yang diangkut dan diendapkan oleh angin.

eolian gambar

bentang alam karst (http://geologikita.blogspot.com/2008/11/kars-di-indonesia.html http://waterforgeo.blogspot.com/2011/03/tipe-bentang-alam-kars-di-indonesia.html Karst adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping. Kars adalah bentang alam di permukaan dan perut bumi, yang secara khas berkembang pada batu gamping dan dolomit sebagai akibat proses pelarutan dan peresapan air. Di Indonesia, potensi kars terdapat di pulau-pulau seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, NTB, Timor, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Di Pulau Jawa, sebaran kawasan kars terdapat di Rembang, Bojonegoro, Pangandaran, Tulungagung, Blitar, Surabaya, Kangean, Balekambang, Bawean, Mojokerto, Pacitan, Wonogiri, Wonosari, Purwokerto, Tegal, Cianjur, Bogor, Salatiga, Surakarta, Besuki, Tuban, Sumenep, Pamekasan, Banyuwangi, Ponorogo, Jember, Yogyakarta, Subang, Bandung, dan Karawang. Hampir semua daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukanbentukan yang khas di setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar pengelompokan kawasan kars di Indonesia, yang antara lain adalah : a. Tipe Gunung Sewu Tipe bentang alam kars ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut (konical) dan kubah yang jumlahnya puluhan ribu. Selain itu di dapati adanya lembah dolina dan polje diantara bukit-bukit tersebut. Di dalam dolina didapati adanya terrarosa yang menahan air sehingga tidak bocor ke dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan

pertanian. Sungai-sungai yang mengalir masuk kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua (through caves) maupun dari sink yang ada. Sungai-sungai yang mengair di bawah tanah akan bergabung membentuk sistem besar yang berbentuk subrectanguler dendritik untuk kemudian meluah sebagai mata air pantai. Arah aliran sungai umumnya dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari Jawa Timur hingga Yogyakarta. b . Tipe Gombong Bentang alam kars tipe gombong merupakan bongkah batugamping yang menumpang di atas lapisan batuan non-karbonat kedap air yang dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di daerah selatan Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada umumnya dibatasi oleh lereng yang terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti bintang. Karena batugamping berada di atas lapisan batuan yang kedap air maka batas antara keduanya menjadi tempat keluarnya mata air. c. Tipe Maros Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/magote). Pembentukan bentan alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar) yang arahnya berkedudukan tegak atau hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200 meter, berlereng terjal dan datar pada bagian puncaknya. Diantara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah sempit, berdasar rata, berbentuk memanjang. Bentukan yang khas ini dijumpai di daerah Maros, Sulawesi Selatan. d. Tipe Wawolesea Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan air asin dan di beberapa tempat terdapat jem batan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh kontrol hidrologi air panas sehingga terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit yang membentuk undak travertin yang beraneka ragam serta jarang dijumpai di tempat lain. Sifat asin dipengaruhi oleh air laut, pada saat pasang mendesak kedarat melalui sistem darat yang ada. e. Tipe Semau Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur muda (Kala Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa rucutan (sink) dan lorong-lorong gua yang pendek yang bersatu membentuk sistem tertentu karena proses karstifikasi yang berlangsung belum lama.. Proses tektonik yang aktif mempercepat proses pelarutan dan mengakibatkan kawasan kars bertahap mengalami pengangkatan.Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat mencapai tebal 25-100 meter dan mengalami pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe Semau dijumpai pada P. Semau sebelah barat Kupang, NTT. f. Tipe Nusa Penida Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah selatan P. Bali memiliki kawasan karst yang tersusun atas batugamping klastik dan non klastik. Pada lapisan batugamping klastik yang umumnya berlapis, terdapat sisipan batuan gampingan berukuran halus dan kedap air. Adanya perulangan jenis batuan menyebakan terjadi keluaran air tanah yang bertingkat. Bentang alam dolina dan bukit kerucut tidak berkembang dengan baik. Gua-gua juga tidak berkembang dengan baik. g. Tipe Irian Masih banyak yang penulis belum diketahui mengenai tipe kars di Irian. Namun berdasar informasi yang ada tipe kars di Irian dicirikan oleh adanya gua-gua yang panjang. Kars disusun oleh batugamping klastik dan bioklastik, sebagian bahkan telah terubah menjadi metasedimen akibat kontak dengan intrusi batuan beku. Kawasan kars di Indonesia ditetapkan sebagai cagar alam warisan dunia (world heritage site), karena potensinya --sebagaimana terdapat di Gunung Sewu-- merupakan kesatuan ekosistem

biofisik dengan geomorfologi yang sangat unik, dan tidak ada duanya di dunia. Sebagai aset nasional, kawasan kars memiliki paling tidak tiga manfaat. Manfaatnya yaitu : Pertama, sebagai ekologi bernilai ilmiah, yang berkaitan dengan ilmu kebumian, litologi, struktur geologi dan mineral, situs-situs fosil, arkeologi dan plaeontologi, serta tempat berlindung flora dan fauna endemis. Kedua, punya nilai sosial budaya, yang mencakup aspek spiritual keagamaan; terutama menyangkut keberadaan gua sebagai tempat keramat untuk kepentingan ritual, bernilai estetika, rekreasi, pendidikan, lahan jelajah petulangan speologi menyusuri gua dan perut bumi, serta pemanjatan tebing. Ketiga, punya nilai ekonomi yang tinggi, karena menjadi sumber air sungai bawah tanah, pertambangan batu kapur dan bahan semen, kehutanan, pertanian, serta pariwisata. Karena sebagai aset nasional, maka perlu adanya sikap konsisten terhadap pemanfaatan kars. Tujuannya, agar kelak tidak muncul kekecewaan akibat kehilangan karena telanjur dieksploitasi dari aspek penambangan batuan mineralnya.

TIPE BENTANG ALAM KARS DI INDONESIABatuan karbonat merupakan batuan yang penyusun utamnya adalah mineral karbonat. Secara umum, batuan karbonat dikenal sebagai batugamping, walaupun sebenarnya terdapat jenis yang lain yaitu dolostone. Batuan karbonat dapat terbentuk di berbagai lingkungan pengendapan. Namun umumnya batuan ini terbentuk pada lingkungan laut, terutama laut dangkal. Hal tersebut dikarenaka batuan karbonat dibentuk ole zat organic yang umumnya subur di daerah yang masih mendapat sinar matahari, kaya akan nutrisi, dll. Laut dangkal dimana batuan karbonat terbentuk disebut sebagai paparan karbonat (carbonate platform). Menurut Tucker & Wright (1991), paparan karbonat dapat dibagi menjadi rimmed shelf, ramp, epeiric, isolated platform d an drowned platform. Karena faktor yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat bermacam-macam menyebabkan bentang alam yang dibentuk oleh batan karbonat juga beraneka ragam. Batuan karbonat, khususnya batugamping, memiliki sifat mudah larut dalam air. Hali ini dapat dijumpai terutama pada batugamping yang berkadar CO2 tinggi. Pelarutan tersebut akan menghasilkan bentukan-bentukan yang khas yang tidak dapat dijumpai pada batuan jenis lain. Gejala pelarutan ini merupakan awal dari proses karstifikasi. Morfologi yag dihasilkan oleh batuan karbonat yang mengalami karstifikasi dikenal dengan sebutan bentang alam kars.

top related