pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan
Post on 29-Dec-2015
201 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan
1. Pancasila Sebagai Sumber Nilai
Pancasila adalah sumber nilai. itu berarti, pancasila merupakan acuan
utama bagi pembentukan hukum nasional, kegiatan penyelenggaraan negara,
partisipasi warga negara dan pergaulan antar warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila menjiwai seluruh kegiatan berbangsa dan bernegara.
a. Nilai Dasar
Sebagaimana diungkapkan dimuka, pancasila memuat lima nilai
dasar tentang penyelenggaraan negara. Nilai-nilai dasar itu meliputi:
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Nilai-nilai tersebut juga tercermin dalam norma dasar, yaitu
pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.
Karena merupakan nilai dasar, nilai-nilai itu bersifat abstrak dan
umum. Nilai-nilai itu relatif tidak berubah, namun maknanya selalu bisa
disesuaikan dengan perkembangan zaman. Itu bisa terjadi karena nilai-nilai
dasar itu bisa terus-menerus digali dan ditafsirkan ulang makna dan
implikasinya. Melalui proses penafsiran ulang tersebut akan didapat nilai-
nilai baru yang lebih oprasional, sesuai dengan tantangan kekinian bangsa.
Nilai-nilai oprasional ini bisa berupa nilai instrumental maupun nilai praksis.
b. Nilai Instrumental dan Nilai Praksis
Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar. Nilai ini
berlaku untuk kurun waktu tertantu dan untuk kondisi tertentu. Sifatnya
sudah lebih bersifat kontekstual, bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan
zaman. Dari segi kandungan nilainya, nilai instrumental tampil dalam bentuk
kebijakan, strategi, organisasi, sistem, rencana, progam, yang menjabarkan
lebih lanjut nilai dasar tersebut.
Nilai instrumental terikat oleh perubahan waktu, keadaan atau
tempat.Karena itu, nilai ini memerlukan penyesuaian secara berkala.
Penyesuaian ini untuk menjamin agar nilai dasar tersebut tetap relevan
dengan masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat dalam zaman
tersebut.
Nilai instrumental tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan
yang menindaklanjuti UUD 1945 dan belum termasuk nilai praksis seperti
undang-undang dan banyak peraturan pelaksanaannya. Ada tiga lembaga
negara yang berwenang menyusun nilai instrumental ini, yaitu : (1) Majelis
Permusyawaratan Rakyat, (2) Presiden, dan (3) Dewan Perwakilan Rakyat.
Sebagai lembaga eksekutif, berdasarkan pasal 4 ayat (1) UUD 1945,
presiden dapat menindak lanjuti undang-undang yang ada dengan
mengeluarkan peraturan pelaksanaannya.
Sudah tentu peraturan pelaksanaan tersebut tidak boleh bertentangan
dengan peraturan yang menjadi induknya. Jika ternyata bertentangan,
pearturan pelaksanaan itu batal secara hukum, dan harus dicabut.Pihak yang
dirugikan dapat mengadukannya kepada lembaga pengadilan, termasuk
kepada pengadilan tata usaha negara dan mahkama konstitusi.
Sesuai dengan sifat negara kita sebagai negara berdasarkan hukum,
maka untuk kepastian hukum pada dasarnya nilai instrumental ini harus
tertuang secara tertulis dalam ketentuan peraturan perundang- undangan.
Nilai praksis merupakan penjabaran nilai instrumental dalam situasi
konkret pada tempat tertentu dan situasi tertentu. Sifatnya amat dinamis.
Nilai praksis terdapat pada banyak wujud penerapan nilai-nilai pancasila itu
baik oleh lembaga eksekutif, legislative, yudikatif, organisasi kekuatan sosial
politik, organisasi kemasyarakatan, badan-badan ekonomi, pemimpin
masyarakat, maupun oleh warga negara secara perorangan. Ringkasnya, nilai
praksis itu terkandung dalam kenyataan sehari-hari, yaitu cara bagaimana
kita melaksanakan nilai pancasila dalam praktek hidup sehari-hari.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
a. Pengertian Pembangunan
Pembangunan adalah usaha bangsa untuk meningkatkan mutu dan
taraf hidup masyarakat sehingga menjadi lebih baik. Peningkatan mutu ini
tidak terbatas hanya pada sektor ekonomi saja, tetapi juga seluruh aspek
kehidupan manusia. Di dalamnya tercangkup tiga proses sekaligus, yaitu:
emansipasi bangsa, modernisasi, dan humanisasi (Poespowardojo, 1989:47).
Emansipasi bangsa artinya usaha bangsa untuk melepaskan diri dari
ketergantungan pada bangsa lain agar dapat berdiri sendiri dengan kekuatan
sendiri tanpa melepaskan semangat kerja sama yang produktif. Dalam
emansipasi itu, bangsa Indonesia mempunyai kesadaran, kebebasan, serta
otonomi dalam mengambil keputusan dan pilihan berdasarkan kepentingan
nasional. Sementara itu modernisasi adalah upaya untuk mencapai taraf dan
mutu kehidupan yang lebih baik. Hal itu menunjukan orientasi ke depan dan
dinamika dalam mengadakan progam-progam. Sedangkan humanisasi
bermakna bahwa pembangunan hakekatnya adalah untuk manusia seutuhnya
dan seluruh masyarakat Indonesia. Teknologi yang digunakan tidak lain
hanyalah sarana pembangunan untuk mencapai masyarakat maju yang
manusiawi.
Jelassnya, dalam pembangubnan ada upaya-upaya simultan untuk
meningkatkan kebutuhan ekonomi, mewujudkan pemerataan pendapatan,
meningkatkan kualitas kehidupan, memelihara kelestarian lingkungan,
mewujudkan keadilan sosial, dan menjaga kesinambungan hasil-hasil
pembangunan yang sudah dicapai. Hal terakhir tersebut amat penting. Sebab,
pembangunan tidakakan ada artinya manakala hasil-hasil yang sudah dicapai
tidak lestari.
b. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Paradigma adalah anggapan-anggapan dasar yang membentuk
kerangka keyakinan. Ia berfungsi sebagai acuan, kiblat atau pedoman untuk
melihat persoalan dan bagaimana menyelesaikannya. Dengan demikian,
paradigm pembangaunan bisa dipahami sebagai kerangaka keyakinan yang
digunakan sebagai pedoman untuk melihat persoalan dan bagaimana
melaksanakan pembangunan.
Pancasila merupakan paradigma pembangunan. Artinya pancasila
berisi anggapan-anggapan dasar yang merupakan kerangka keyakinan.
kerangka keyakinan tersebut berfungsi sebagai acuan, kiblat dan pedoman
dalam perencanaan, pelaksaanakan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil-
hasil pembangunan di indonesia.
posisi pancasila sebagai paradigma pembangunan membawa
konsekuensi tertentu, yaitu keberhasilan pembangunan di Indonesia pertama-
tama harus diukur dari kesesuainnya dengan pancasila.
Itu berarti, pembangunan di indonesia tidak boleh bersifat pragmatis,
dalam arti hanya memntingkan tindakan nyata dan menafikan pertimbangan
etis. Juga, tidak boleh bersifat ideologis dalam arti secara mutlak melayani
ideologi tertentu dan menafikan manusia nyatah. Melainkan, pembangunan
mesti ditunjukkan untuk melayani manusia-manusia nyata dengan segala
aspirasi dan harapannya.
Pembangunan semacam itu hanya bisa terjadi manakalah memenuhi
tiga syarat mutlak, yaitu: menghormati hak-hak asasi manusia, dilaksanakan
secara demokaratis (dalam arti arahnya ditentukan oleh seluruh masyarakat ),
memberikan prioritas pada penciptakan taraf minum keadilan sosial (Magnis
Suseno, 2001:46-48).
Menghormati hak-hak asasi manusia. berarti bahwa proses
pembangunan tidak mengorbankan manusia-manusia nyata, melainkan justru
berusaha menghormati martabat mereka. sedangkan tuntutan agar
pembangunan tersebut terlaksana secara demokratis berarti melibatkan
masyarakat yang menjadi tujuan pembangunan dalam pengambilan-
pemgambilan keputusan yang menyangkut kebutuhan mereka.
Akhirnya perioritas pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial
berarti mengutamakan mereka yang lemah dan menghapuskan ketidak adilan
structural yang paling tampak nyata yaitu kemiskinan struktual. Kemiskinan
structural adalah kemiskinan yang terjadi bukan semata–mata karna
kemalasan individu. melainkan lebih karena adanya struktur-struktur sosial
yang tidak adil.
top related