pa doren kirim ke ryan
Post on 19-Jan-2016
35 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Umur : 42 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : PNS Wamena-Jayapura
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Papua
Tanggal Masuk RS : 14 Januari 2012
Dirawat yang Ke : 1
Tanggal Pemeriksaan : 26 Januari 2012
B. ANAMNESA
Autoanamnesa
Keluhan Utama :
Tangan dan kaki kanan lemah sejak lima hari SMRS.
Keluhan Tambahan :
Wajah miring ke arah kanan, rasa baal dan berat ketika berjalan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kelemahan mendadak pada tangan dan kaki
kanannya sejak lima hari SMRS. Pasien berada di Jayapura-Papua saat kelemahan
tersebut pertama dirasakan. Kelemahan pada tangan dan kaki kanannya dirasakan saat
bangun tidur secara tiba-tiba sehabis melakukan aktifitas padat sehari sebelumnya. Pasien
segera berangkat ke Jakarta dengan pesawat terbang. Selama diperjalanan pasien harus
transit beberapa kali, saat itu pasien masih berusaha berjalan meskipun sulit dan kakinya
1
harus diseret. Saat sampai di Jakarta pasien segera memeriksakan tekanan darahnya di
klinik kecil, dan hasilnya adalah 140/100 mmHg. Menurut pasien saat itu belum ada
perubahan pada wajahnya. Terus mulai ngerasa miring kapan ya?? Gw gatau
Saat di UGD RSPAD tanggal 14 Januari 2012, wajah pasien sudah miring ke arah
kanan, kelopak mata kiri pasien lemah dan sulit dibuka, serta bicara pasien terdengar
pelo, tekanan darah 190/100 mmHg.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Hipertensi : Sejak tahun XXX, tidak terkontrol
Diabetes Mellitus : Sejak tahun XXX, tidak terkontrol
Sakit Jantung : Disangkal
Trauma Kepala : Disangkal
Sakit Kepala : Tidak Ada
Obesitas : Tidak Ada
Gastritis : Disangkal
Stroke : Disangkal
Kejang : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi : Disangkal
Diabetes Mellitus : Disangkal
Sakit Jantung : Disangkal
Trauma Kepala : Disangkal
Sakit Kepala : Disangkal
Obesitas : Disangkal
Gastritis : Disangkal
Stroke : Disangkal
Kejang : Disangkal
Riwayat Kelahiran, Pertumbuhan, dan Perkembangan
2
Tidak ada penyakit bermakna selama masa kelahiran, pertumbuhan, dan
perkembangan. Pasien sejak tahun XXXX didiagnosa dengan hipertensi, diabetes
mellitus, dan dyslipidemia. Sebelumnya pasien rutin berobat jalan ke poliklinik RSPAD
Gatot Soebroto. Namun sejak tahun 2010 pasien tidak meneruskan pengobatannya.
C. PEMERIKSAAN
Status Internus
Keadaan Umum : Sakit sedang
Gizi : Diet rendah garam, diet DM, cukup serat
Tanda Vital
TD kanan : 170 / 100 mmHg
TD kiri : 165 / 90 mmHg
Nadi kanan : 85x / menit
Nadi kiri : 83 x / menit
Pernafasan : 22 x / menit
Suhu : 36,6o C
Limfonodi : Tidak teraba membesar
Jantung : BJ I-II regular, gallop -, murmur -
Paru : Vesikuler, wheezing -, ronkhi -
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstremitas : Lengkap, akral hangat, tidak ada edema
Status Psikiatrik
Tingkah Laku : Baik
Perasaan hati : Baik
Orientasi : Baik
3
Jalan Pikiran : Baik
Daya Ingat : Baik
Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis E4 M6 V5 GCS 15
Sikap Tubuh : Berbaring terlentang
Cara Berjalan : Tidak dapat diperiksa
Gerakan Abnormal : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi A. Temporalis : Teraba
Nyeri Tekan : Tidak ada
Leher
Sikap : Normal
Gerakan : Terbatas
Vertebrae : Normal
Nyeri Tekan : Tidak ada
Pulsasi A. Carotis : Teraba
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : - / -
Laseque : - / -
Kernig : - / -
Brudzinsky I : - / -
Brudzinsky II : - / -
4
Nervi Kraniales
N. I (Olfactorius)
Daya penghidu : N / N
N. II (Optikus)
Ketajaman pengelihatan : N / N
Pengenalan warna : N / N
Lapangan pandang : N / N
Fundus : Tidak dilakukan
N. III (Occulomotorius) / N. IV (Trochlearis) / N. VI (Abducens)
Ptosis : - /+
Strabismus : - /-
Nistagmus : - /-
Eksophtalmos : - /-
Enoftalmos : - /-
Gerakan bola mata
Lateral : N / N
Medial : N / N
Atas lateral : N / N
Atas medial : N / N
Bawah lateral : N / N
Bawah medial : N / N
Atas : N / N
Bawah : N / N
Gaze : Sama dengan pemeriksa
Pupil
Ukuran pupil : ф 2 mm / ф 2 mm
Bentuk pupil : Bulat
Isokor / anisokor : Isokor
Posisi : Di tengah
5
Refleks cahaya langsung : + /+
Refleks cahaya tidak langsung : + / +
Releks akomdasi / konvergensi : +/ +
N. V (Trigeminus)
Menggigit : Baik / Baik
Membuka mulut : Simetris
Sensibilitas
Atas : Normal / Normal
Tengah : Normal / Normal
Bawah : Normal / Normal
Refleks masseter : + / +
Refleks zigomatikus : + / +
Refleks kornea : + / +
Refleks bersin : + / +
N. VII (Facialis)
Pasif
Kerutan kulit dahi : Asimetris
Kedipan mata : Asimetris
Lipatan naso labial : Asimetris
Sudut mulut : Asimetris
Aktif
Mengerutkan dahi : Asimetris
Mengerutkan alis : Asimetris
Menutup mata : Asimetris
Meringis : Asimetris
Menggembungkan pipi : Asimetris
Gerakan bersiul : Asimetris
Daya pengecapan lidah : Normal
6
2/3 depan
Hiperlakrimasi : -/+
Lidah kering : -
N. VIII (Acusticus)
Mendengar suara gesekan : + / +
jari tangan
Mendengar detik arloji : + / +
Tes Swabach : Tidak dilakukan
Tes Rinne : Tidak dilakukan
Tes Weber : Tidak dilakukan
N. IX (Glossopharyngeus)
Arcus pharynx : Simetris
Posisi uvula : Di tengah
Daya pengecapan lidah : Normal
1/3 belakang
Reflex muntah : +
N. X (Vagus)
Denyut nadi : Teraba / teraba
Arcus pharynx : Simetris
Bersuara : Normal
Menelan : Normal
N. XI (Accessorius)
Memalingkan kepala : N / N
Sikap bahu : Simetris
Mengangkat bahu : Simetris
N. XII (Hipoglossus)
7
Menjulurkan lidah : Normal
Kekuatan lidah : Normal
Atrofi lidah : Tidak ada
Artikulasi : Kurang jelas
Tremor lidah : Tidak ada
Motorik
Gerakan
Bebas pada ekstrmitas sinistra superior
Bebas pada ekstremitas sinistra inferior
Terbatas pada ekstrmitas dextra superior
Terbatas pada ekstremitas dextra inferior
Kekuatan
5- 5- 5- 5- 5 5 5 5
5- 5- 5- 5- 5 5 5 5
Tonus
Normal Normal
Normal Normal
Trofi
Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis
8
Refleks Tendon:
Refleks biceps : ↓ / normal
Refleks triceps : ↓ / normal
Refleks patella : ↓ / normal
Refleks achilles : ↓ / normal
Refleks permukaan
Dinding perut : ↓ / normal
Cremaster : Tidak dilakukan
Sphinchter anii : Tidak dilakukan
Refleks Patologis:
Hoffman Trommer : - / -
Babinsky : - / -
Chaddock : - / -
Openheim : - / -
Gordon : - / -
Schaefer : - / -
Rossolimo : - / -
Mendel bechterew : - / -
Klonus paha : - / -
Klonus kaki : - / -
9
Sensibilitas:
Eksteroseptif
Nyeri : + / +
Suhu : + / +
Taktil : + / +
Propioseptif
Vibrasi : Tidak dilakukan
Posisi : + / +
Tekanan dalam : + / +
Koordinasi dan Keseimbangan
Tes Romberg : Tidak dapat diperiksa
Tes Tandem : Tidak dapat diperiksa
Tes Fukuda : Tidak dapat diperiksa
Disdiadokokinesis : Tidak dapat diperiksa
Tes telunjuk hidung : Normal
Tes telunjuk telunjuk : Normal
Fungsi Otonom
Miksi
Inkontinentia : -
Retensi : -
Anuria : -
10
\ Defekasi
Inkontinentia : -
Retensi : -
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : Baik
Fungsi orientasi : Baik
Fungsi memori : Baik
Fungsi emosi : Baik
Fungsi kognisi : Baik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal 14 dan 21 Januari 2012
14 Januari 2011 16 Januari 2011 Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 16.4 12-16 g/dL
Hematokrit 48 37-47%
Eritrosit 5.6 4.3-6.0 jt/µL
Leukosit 9600 4500-11000 /µL
Trombosit 176000 150000-400000/µL
MCV 86 80-96 fl
MCH 29 27-32 pg
MCHC 34 32-36 g/dL
Kimia
Ureum 33 20-50 mg/dL
Kreatinin 1.3 0.5-1.5 mg/dL
Elektrolit
Natrium 140 135-145 mEq/L
11
Kalium 4.3 3.5-5.3 mEq/L
Klorida 99 97-107 mEq/L
Glukosa Darah
GDS 498 133 <140 mg/dL
Aceton darah - (NEG) - (NEG)
Laboratorium 16 Januari 2012
Kimia 16/01/2012 Nilai Normal
Protein total 7.8 6 – 8.5 g/dL
Albumin 4.1 3.5 – 5.0 g/dL
Globulin 3.7 2.5 – 3.5 g/dL
Cholesterol 322 <200 mg/dL
Trigliserida 153 <160 mg/dL
HDL Cholesterol 29 >35 mg/dL
LDL Cholesterol 262 <100 mg/dL
Bilirubin Total 1.3 <1.5 mg/dL
SGPT (ALT) 39 <40 U/L
SGOT (AST) 27 <35 U/L
CPK 184 <190 U/L
CKMB 29 <24 U/L
Asam Urat 6.1 3.5 – 7.4 mg/dL
Glukosa puasa 177 70 – 100 mg/dL
Glukosa 2 jam PP 275 <140 mg/dL
Urinalisa
Urin Lengkap
pH 6.0 4.6 – 8.0
Berat Jenis 1.025 1.010 – 1.030
Protein -(NEG) negatif
Glukosa - (NEG) negatif
Bilirubin -(NEG) negatif
12
Eritrosit 1-1-1 <2/LPB
Leukosit 3-2-3 <5/LPB
Torak -(NEG) negatif
Kristal -(NEG) negatif
Epitel +(POS) Positif
Lain-lain -(NEG) negatif
Hasil pemeriksaan CT scan
14 Januari 2011
CT scan kepala
Pemeriksaan CT scan keplaa tanpa kontras, potongan axial, dengan hasil:
Deviasi septum nasi ke kanan
Sinus-sinus paranasalis dan air cells mastoid kanan kiri cerah
Bulbus oculi simetris
Sulci perifer, sulcus Sylvii dan sisterna sistem tampak prominent
Tampak lesi hipodens di corona radiata kanan
Tak tampak lesi hipo/hiperdens pada pons, cerebellum, basal ganglia , maupun thalamus.
Tampak kalsifikasi fisiologis di pleksus khoroideus bilateral dan pineal body
Tidak tampak distorsi midline
Tulang intact.
Kesan:
Infark di corona radiata kanan.
Tak tampak lesi hemoragik maupun SOL parenkhim otak.
19 Januari 2012
MRI kepala
13
Pemeriksaan MRI kepala tanpa kontras, potongan axial T1 TE/T2 TSE/FLAIR/DWI,
dengan hasil:
Tampak penebalan mukosa dan perselubungan hiperintens pada sinus maksilaris kanan
kiri dan ethmoidalis kanan kiri, Air cell mastoid kanan kiri cerah.
Bulbus oculi, Nn. Optici serta lemak retrobulber kanan-kiri normal.
Jaringan infratentorium:
Tampak lesi hipointens (T1/DWI) hiperintens (T2/FLAIR) di pons. Kedua cerebellum
dan ventrikel IV normal.
Jaringan supratentorium:
Sulci dan sisterna sistem normal
Ventrikel lateralis kanan kiri, V.III normal
Tidak tampak distorsi midline
Tampak lesi hipointensitas kecil di ganglia basalis kanan
Kesan:
Infark lacunar di pons dan ganglia basalis kanan.
Sinusitis maksilaris kanan kiri dan ethmoidalis bilateral.
E. RESUME
Pasien, pria, umur 42 tahun, dengan keluhan hemiparesis dextra, parese n. VII
perifer sinistra, parese n. III, parese n.XII? riwayat hipertensi, dislipidemia dan diabetes
mellitus tipe 2 tidak terkontrol.
Pemeriksaan
Status Internus
Keadaan Umum : Sakit sedang
Gizi : Diet rendah garam, diet DM, cukup serat
Tanda Vital
TD kanan : 170 / 100 mmHg
14
TD kiri : 165 / 90 mmHg
Nadi kanan : 85x / menit
Nadi kiri : 83 x / menit
Pernafasan : 22 x / menit
Suhu : 36,6o C
Limfonodi : Tidak teraba membesar
Jantung : BJ I-II regular, gallop -, murmur -
Paru : Vesikuler, wheezing -, ronkhi -
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstremitas : Lengkap, akral hangat, tidak ada edema
Status Psikiatrik
Tingkah Laku : Baik
Perasaan hati : Baik
Orientasi : Baik
Jalan Pikiran : Baik
Daya Ingat : Baik
Status Neurologis
N. V (trigeminus)
Sensibilitas
Atas : Normal / Normal
Tengah : Normal / Normal
Bawah : Normal / Normal
N. III (Occulomotorius)
Ptosis : - /+
N. VII (Facialis)
15
Pasif
Kerutan kulit dahi : Asimetris
Kedipan mata : Asimetris
Lipatan naso labial : Asimetris
Sudut mulut : Asimetris
Aktif
Mengerutkan dahi : Asimetris
Mengerutkan alis : Asimetris
Menutup mata : Asimetris
Meringis : Asimetris
Menggembungkan pipi : Asimetris
Gerakan bersiul : Asimetris
Daya pengecapan lidah : Normal
2/3 depan
Hiperlakrimasi : -/+
Lidah kering : -
N. XII (Hipoglossus)
Menjulurkan lidah : Normal
Kekuatan lidah : Normal
Atrofi lidah : Tidak ada
Artikulasi : Kurang jelas
Tremor lidah : Tidak ada
Motorik
Gerakan
Bebas pada ekstrmitas sinistra superior
Bebas pada ekstremitas sinistra inferior
Terbatas pada ekstrmitas dextra superior
Terbatas pada ekstremitas dextra inferior
16
Kekuatan
5- 5- 5- 5- 5 5 5 5
5- 5- 5- 5- 5 5 5 5
Tonus
↓ Normal
↓ Normal
Trofi
Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Reflek Fisiologis: ↓ / normal
F. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : hemiparese dextra, parese n.VII sinistra,
Diabetes mellitus tipe 2, hipertensi grade 2
Diagnosis topis : pons dan ganglia basalis dextra
Diagnosis etiologis : stroke non hemoragik
G. TERAPI
5B:
Breath
o Menjaga kelancaran jalan nafas.
o Membersihkan sumbatan jalan nafas.
o Memberikan O2 yang cukup.
17
Blood
Memeriksa dan memantau tekanan darah,
Pada tahap awal, tidak boleh segera diturunkan karena dapat memperburuk
keadaan, kecuali kondisi emergency dimana systole >220 mmHg dan diastole
>120 mmHg.
Brain
Hindari peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK).
Hindari peningkatan suhu tubuh.
Bowel
Perhatikan asupan makanan.
Perhitungkan kalori tubuh.
Hindari konstipasi.
Bladder
Perhatikan input dan output cairan.
Fisioterapi untuk melatih agar otot tidak atrofi dan untuk rehabilitasi.
Konsul ke penyakit dalam untuk penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi.
Untuk tirah baring lama menjaga agar tidak terjadi dekubitus.
Psikofarmaka:
Piracetam 3000 mg 3x1 kaplet
Aspilet-CPG 75 mg 1x1 tablet
Amlodipine 5 mg 1x1 tablet
H. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan laboratorium
Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, trombosit, eritrosit, diff count)
Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
Profil lemak (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)
Elektrolit (Na, K, Cl)
18
ECG
CT scan kepala
I. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad malam
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanam : Dubia ad malam
Ad cosmeticum : Dubia ad malam
Analisanya gimana ryan? Ini bagian lo bukan? Klo bukan bilang ya…
ANALISA KASUS
Pasien, wanita, umur 65 tahun, dengan keluhan hemiparesis, tetrahipestesi, neuropati
diabetika, riwayat hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 tidak terkontrol.
Menurut WHO, stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak.
Dari anamnesa, algoritma gajah mada, Siriraj Stroke Score (SSS), Djoenaidi Stroke
Score, serta hasil CT scan kepala, diagnosa mengarah ke stroke non hemoragik.
Algoritma Gajah Mada
Penurunan kesadaran (-)
Nyeri kepala (-)
Refleks Babinski (-)
19
Kesan: stroke non hemoragik
Siriraj Stroke Score (SSS)
Kesadaran = 0 x 2.5 = 0
Muntah = 1 x 2 = 2
Nyeri kepala = 0 x 2 = 0
Tekanan darah = 120 x 10% = 12
Ateroma = 1 x (-3) = -3
Konstanta = -12 = -12
Jumlah = -1
Kesan:
SSS <-1 stroke non hemoragik
Djoenaedi Stroke Score
TIA sebelum serangan = 0
Permulaan serangan = 6.5
Waktu serangan Sakit kepala waktu serangan = 1
Muntah = 1
Kesadaran = 1
Tekanan darah sistolik = 1
Tanda rangsangan selaput otak = 0
20
Pupil = 5
Fundus okuli = -
Jumlah = 15.5
Kesan:
<20 Stroke non hemoragik
1 tahun terakhir ini, mengalami tetrahipestesi, terutama pada ekstremitas inferior sinistra.
Pada pemeriksaan didapatkan sensibilitas pada wajah dan ekstremitas superior et inferior
sinistra menurun sedangkan sensibilitas wajah dan ekstremitas superior et inferior dextra
normal.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi yang tidak terkontrol
sejak tahun 1996. Hal ini merupakan faktor resiko stroke. Rasa baal dan nyeri disebabkan
neuropati diabetika. Neuropati diabetika merupakan komplikasi vaskulitis di susunan
saraf perifer. Neuropati diabetika timbul bilateral dan terutama mangenai bagian distal
kedua tungkai saja.
Pada hari minggu, 21 Februari 2010, pada saat dalam posisi terlentang (pasien tidak
tidur) pasien tiba-tiba merasa sakitnya makin hebat. Pasien mengalami hemiparesis
dextra dan tetraparesis. Kekuatan motorik ekstremitas superior dextra dinilai 4,
ekstremitas inferior dextra dinilai 2. Ekstremitas superior sinistra dinilai 5 dan
ekstremitas inferior sinistra dinilai 5. Tipe lesi pada ekstremitas superior et inferior dextra
adalah LMN. Bercirikan flaksid, refleks fisiologis menurun, dan tidak ada refleks
patologis yang ditemukan.
Hasil CT scan kepala:
21
o Infark lakunar pada paraventrikel lateralis kanan dan pada posterior
capsula eksterna kiri dengan usia infark berbeda.
o Lesi membulat berdiameter ± 2 cm menempel pada os. parietalis kanan
suspect osteoma.
Penatalaksaan stroke harus diawali dengan mempertahankan fungsi vital:
5B:
Breath
o Menjaga kelancaran jalan nafas.
o Membersihkan sumbatan jalan nafas.
o Pemberian O2 yang cukup.
Blood
Memeriksa dan memantau tekanan darah.
Pada tahap awal, tidak boleh segera diturunkan karena dapat memperburuk
keadaan, kecuali kondisi emergency dimana systole >220 mmHg dan diastole
>120 mmHg.
Brain
Hindari peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK).
Hindari peningkatan suhu tubuh.
Bowel
Perhatikan asupan makanan.
Perhitungkan kalori tubuh.
Hindari konstipasi.
Bladder
Perhatikan input dan output cairan.
Psikofarmaka yang diberikan:
o Piracetam 1200 mg 3x1 kaplet
22
Indikasi:
Piracetam (2-oxo-1-pyrrolidin-acetamida) adalah suatu obat
nootropik yaitu obat yang dapat memperbaiki secara langsung
fungsi otak yang berperan pada proses kognitif, yaitu belajar, daya
ingat, berpikir, dan kesadaran, baik dalam keadaan normal maupun
defisiensi, tanpa menimbulkan sedasi maupun stimulasi psikis.
Piracetam bekerja pada otak dengan cara meningkatkan
metabolisme sel dan memperbaiki mikrosirkulasi sehingga
memperbaiki neurotransmisi serebral.
Piracetam menimbulkan perbaikan gelombang dan dan penurunan
gelombang pada EEG yang ditunjukkan dengan peningkatan
kewaspadaan dan kognisi.
Dosis:
Simptom psikis–organik yang berhubungan dengan usia lanjut :
Dosis awal perhari : 2,4 gram ( 6 tablet 400 mg atau 3 kaplet 800
mg atau 2 kaplet 1200 mg) terbagi dalam 2 – 3 waktu selama 6
minggu, diikuti dengan 1,2 gram / hari sebagai dosis perawatan.
Simptom post–trauma : Dosis rata-rata : dosis awal : 2 tablet 400
mg atau 1 kaplet 800 mg, 3 kali sehari. Jika efek yang diharapkan
telah tercapai, kurangi dosis secara bertahap menjadi 1 tablet 400
mg atau ½ kaplet 800 mg.
Lama pengobatan : Pada beberapa kasus akut, efek dari piracetam
segera terlihat, sementara pada kasus lainnya, simptom mereda
biasanya setelah minggu ketiga pemberian. Agar piracetam lebih
efektif, pengobatan yang berkesinambungan sangat dianjurkan.
Efek samping:
23
Nervousness, irritabilitas, insomnia, anxietas, tremor dan agitasi.
Pada beberapa pasien telah dilaporkan : fatigue dan somnolence.
Gangguan gastro-intestinal (nausea, vomiting, diare, gastralgia,
sakit kepala, dan vertigo) pernah dilaporkan. Efek samping lain
yang kadang kala terjadi : mulut kering, meningkatnya libido,
meningkatnya berat badan dan reaksi hipersensitif pada kulit.
o Glimepiride 4 mg 1x 1 tablet
Farmakologi:
Glimipiride bekerja terutama menurunkan kadar glukosa darah dengan
perangsangan sekresi insulin dari sel beta pankreas yang masih berfungsi.
Selain itu, aktivitas sulfonilurea seperti glimipiride dapat juga melalui efek
ekstra pankreas, hal ini didukung oleh studi preklinis dan klinis yang
menunjukkan bahwa pemberian glimipiride dapat meningkatkan
sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin.
Indikasi:
Non-insulin-dependent (type II) Diabetes melitus (NIDDM)
dimana kadar glukosa darah tidak dapat hanya dikontrol dengan
diet dan olahraga saja.
Dosis:
1-4 mg satu kali sehari. Dosis maksimum yang dianjurkan 8 mg
satu kali sehari. Pada saat pemberian telah mencapai dosis 2 mg
maka kenaikkan dosis tidak boleh melebihi 2 mg dengan interval
1-2 minggu tergantung dari respon gula darah pasien. Efikasi
jangka panjang harus dimonitor dengan mengukur kadar HbA1c,
sebagai contoh setiap 3-6 bulan.
Efek samping:
Gangguan pada saluran cerna seperti muntah, nyeri lambung dan
diare (<1%).
Reaksi alergi seperti pruritus, erythema, urtikaria, erupsi
morbiliform atau maculopapular, reaksi ini bersifat sementara dan
24
akan hilang meskipun penggunaan glimipiride dilanjutkan, jika
tetap terjadi maka penggunaan glimepiride harus dihentikan
(<1%).
Gangguan metabolisme berupa hiponatremia.
Perubahan pada akomodasi dan/atau kaburnya penglihatan
mungkin terjadi pada penggunaan glimepiride (plasebo 0,7%,
glimepiride 0,4%).
Reaksi hematologik seperti leukopenia, agranulositosis,
trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, dan
pansitopenia dilaporkan terjadi pada penggunaan sulfonilurea.
o Amlodipine 10 mg 1x1 tablet
Farmakologi:
Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin
(antagonis ion kalsium) yang menghambat influks (masuknya) ion
kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot
jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan
otot jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara
selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot
polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.
Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung
sebagai vasodilator arteri perifer yang dapat menyebabkan
penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah.
Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah
yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah
perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi
akut.
Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer
sehingga dapat menurunkan resistensi perifer total (afterload).
Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung,
25
pengurangan beban jantung akan menyebabkan penurunan
kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.
Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik
pada keadaan oksigenisasi normal maupun keadaan iskemia. Pada
pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat
meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu
timbulnya depresi segmen ST dan menurunkan frekuensi serangan
angina serta penggunaan tablet nitrogliserin.
Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma
dan dapat digunakan pada pasien asma, diabetes serta gout.
Indikasi
Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil
kronik, angina vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina).
Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun
dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.
Dosis
Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada
toleransi dan respon pasien.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan
dosis maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi
dosis, diperlukan waktu 7-14 hari.
Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis
yang dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila
amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain,
dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg.
Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun
angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis
pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat
golongan tiazida, ACE inhibitor, β-bloker, nitrat dan nitrogliserin
sublingual.
26
Efek samping
Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan
derajat efek samping yang timbul bervariasi dari ringan sampai
sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara
lain : edema, sakit kepala.
Secara umum : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat
badan.
Pada keadaan hamil dan menyusui: belum ada penelitian
pemakaian amlodipine pada wanita hamil, sehingga
penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya
lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum
diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu.
Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas
benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu
menyusui.
Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum
jelas benar.
Fisioterapi untuk melatih agar otot tidak atrofi dan untuk rehabilitasi.
Konsul ke penyakit dalam untuk penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi.
Prognosis
Ad vitam : Dubia ad malam
Karena salah satu tanda vital pasien, yaitu tekanan darah sudah terlampau tinggi,
sehingga menyebabkan gangguan pada organ jantung dan aliran darah otak.
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Karena terganggunya aliran darah otak menyebabkan otak terganggu secara
fungsional, sehingga menyebabkan pasien mengalami hemiparese dextra.
Ad sanam : Dubia ad malam
27
Karena pasien memiliki faktor resiko stroke berulang yaitu berupa hipertensi dan
diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol.
Ad cosmeticum : Dubia ad malam
Karena adanya hemiparese dextra, pasien mengalami sequele.
28
top related