organization of the petroleum exporting countrieseprints.umm.ac.id/53276/3/bab ii.pdf · tersebut...
Post on 13-Nov-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
21
BAB II
ORGANIZATION OF THE PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES
(OPEC), NON-OPEC DAN PASAR MINYAK DUNIA
2.1 Organization Of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Non-
OPEC
Organization of the Petroleum Exporting Countries atau yang lebih
dikenal sebagai OPEC merupakan organisasi antar pemerintah dunia yang terdiri
dari negara-negara anggota pemasok minyak dunia.33
Tujuan didirikannya OPEC
sendiri adalah untuk mengatur dan menyatukan kebijakan perminyakan diantara
para anggota OPEC, dalam rangka untuk menjaga keadilan dan kestabilan harga
minyak diantara para negara-negara pemasok dan pengekspor minyak.34
Di sisi
lain, keberadaan OPEC diharapkan oleh negara-negara anggotanya dapat menjadi
media dalam mengatur alur penawaran dan permintaan minyak mentah dunia
terhadap negara-negara konsumen.
Sejak didirikan, OPEC telah memberikan dampak terhadap perdagangan
minyak dunia, yang tidak hanya dialami oleh negara-negara anggotanya, tetapi
juga negara-negara non-OPEC. Pada dekade 1970an, kenaikan harga minyak yang
sangat tinggi memicu kebijakan embargo oleh pemerintah Arab Saudi pada tahun
1973 dan juga memicu terjadinya Revolusi Iran pada tahun 1979. Pada saat itu,
OPEC melaksanakan pertemuan pertamanya yang diadakan di Aljazair pada tahun
1975. Pertemuan tersebut diadakan dalam sebagai bentuk respon terhadap
tingginya kenaikan harga minyak dunia, yang menyebabkan negara-negara
33
Brief History, diakses dari https://www.opec.org/opec_web/en/about_us/24.htm pada 27
November 2018 34
Ibid.
22
berkembang pada saat itu mengalami kesulitan untuk melakukan impor minyak.
Tujuan diadakannya pertemuan itu sendiri adalah untuk mengurangi penderitaan
negara-negara miskin yang mengalami kesulitan impor minyak dan juga
menyerukan era baru kerjasama dalam suatu hubungan internasional dalam
sebuah kepentingan pembangunan ekonomi dan juga stabilitas harga minyak
dunia.35
Pada pertemuan tersebut, menghasilkan terbentuknya lembaga pendanaan
internal OPEC untuk pembangunan internasional yang bernama OPEC Fund for
International Development yang terbentuk pada tahun 1976.36
Meskipun seiring berjalannya waktu OPEC tidak hanya menjadi satu-
satunya pemasok minyak dunia, sehubungan dengan adanya penemuan dan
perkembangan dari cadangan minyak yang besar di teluk Meksiko dan di Laut
Utara, keterbukaan dari Rusia dan modernisasi pasar,37
namun Negara-negara
anggota OPEC masih menguasai dua pertiga dari persediaan minyak dunia, dan
pada April 2009, 55,5% dari produksi minyak dunia, menjadikan OPEC
organisasi yang mempunyai control yang besar terhadap pasar minyak dunia, hal
diatas menunjukan bahwa pengaruh OPEC terhadap harga minyak dunia masih
cukup tingi sedangkan untuk kelompok produsen lainnya atau Negara non-OPEC
adalah seperti anggota dari OECD dan negara-negara pecahan Uni Soviet
termasuk Rusia memproduksi 26,4% dan 18.11% dari total produksi minyak
dunia.38
35
Ibid 36
Ibid 37
Jack C. Plano & Roy Olton. 1969. The International Relation Dictionary. USA: Holt Rinchat
and Winston Inc. hlm 12 38
Ibid
23
Diagram 2.1 Jumlah permintaan minyak dunia39
Berdasarkan data di atas, hingga tahun 2017, OPEC masih mendominasi
dalam hal ekspor minyak mentah dunia, yang sebagian pasokan minyaknya
berasal dari Timur Tengah.
Dalam rangka untuk meningkatkan stabilitas dan harmonisasi di pasar minyak,
wakil-wakil dari negara-negara anggota OPEC (Kepala Delegasi) bertemu di
konferensi OPEC untuk mengkoordinasi dan menyatukan kebijakan-kebijakan
perminyakan mereka. Mereka didukung oleh Sekretariat OPEC, dipimpin oleh Dewan
Gubernur dan dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal, dan oleh berbagai badan dari
organisasi, termasuk Dewan Komisi Ekonomi dan Sub-Komite Monitoring
Kementerian. Negara anggota mempertimbangkan situasi pasar minyak dan
meramalkan fundamental pasar, seperti nilai pertumbuhan ekonomi dan permintaan
minyak dan skenario persediaan minyak. Lalu mereka mempertimbangkan bagaimana
perubahannya, jika ada mereka akan melakukan produksi. 40
39
OPEC Share World Crude Oil Reserves, diakses dari
https://www.opec.org/opec_web/en/data_graphs/330.htm pada 27 November 2018. 40
Irawan, B. 2009. Pengaruh Regulasi Produksi Minyak Organization of the Petroleum Exporting
Countries Terhadap Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Harga Bahan Bakar Minyak.
Bandung: Universitas Komputer Indonesia. hlm 23
24
Contohnya, pada konferensi negara-negara anggota yang lalu mereka
memutuskan untuk meningkatkan atau menurunkan produksi minyak kolektif
mereka untuk mempertahankan kestabilan harga dan persediaan minyak yang
merata untuk memenuhi permintaan dari konsumen pada jangka pendek,
menengah dan jangka panjang. Setelah lebih dari 40 tahun berdiri, OPEC telah
menerapkan berbagai strategi dalam mencapai tujuannya. Dari pengalaman
tersebut OPEC akhirnya menetapkan tujuan yang hendak dicapainya yaitu
memelihara dan meningkatkan peran dari minyak sebagai sumber energi utama
dalam mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan, fungsi OPEC untuk
menstabilkan harga minyak dunia diimplementasikan melalui cara-cara berikut
ini, yaitu :41
1. Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara anggota;
2. Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara
anggota;
3. Menerapkan cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar
internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi harga;
4. Menjamin income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;
5. Menjamin suplai minyak bagi konsumen;
6. Menjamin kembalinya modal investor di bidang minyak.
Regulasi produksi minyak OPEC adalah penentuan dari jumlah
keseluruhan minyak yang akan diproduksi oleh semua negara anggota OPEC yang
nantinya akan diperjual belikan di pasar minyak dunia. Adapun regulasi yang
dilakukan oleh OPEC, untuk mencapai tujuannya seperti dengan menetapkan
41
Ibid
25
suatu keputusan menaikkan jumlah produksi minyak (Kuota) dari Negara-negara
anggota dalam suatu kuota yang ditentukan dalam konferensi. Jumlah kuota
disesuaikan dengan kebutuhan pasar minyak dunia dan permintaan dari negara-
negara konsumen. Setiap negara mempunyai kuota produksinya sendiri-sendiri
sesuai dengan kemampuan negara tersebut dalam memproduksi minyak.
Dengan adanya penetapan jumlah kuota bagi Negara anggota maka
Negara-negara non-OPEC seperti Rusia, Brasil, Kazakhstan dan Mexico ikut
mendukung penetapan penambahan atau pengurangan kuota tersebut dan Negara
non-OPEC hanya menambahkan sekitar 4-9% dari masing-masing Negara sesuai
dengan kemampuan produksinya, dari 40% kebutuhan dunia dari produksi
minyaknya sebagai langkah antisifatif dari penambahan kuota Negara-negara
OPEC.42
Berdasarkan anggaran dasar organisasi yang ada, OPEC memiliki
kewajiban untuk membentuk kestabilan dan harmonisasi di pasar minyak untuk
keuntungan bagi produsen dan konsumen minyak. Pada bagian, ini negara-negara
anggota OPEC merespon keinginan pasar dengan mengkoordinasikan kebijakan-
kebijakan mengenai perdagangan minyak mereka. Kuota dari produksi minyak
kepada negara-negara anggotanya merupakan suatu bentuk respon terhadap
kebutuhan pasar.43
Jika permintaan meningkat atau beberapa produsen memiliki
persediaan yang kurang. OPEC bisa meningkatkan produksi minyaknya untuk
mencegah peningkatan tiba-tiba harga minyak atau ketiadaan persediaan minyak
dunia yang kritis. OPEC juga mungkin menurunkan produksi minyak sebagai
42
Direktur Komoditi dan Standardisasi. 2005. Organization of the Petroleum Exporting Countries.
Jakarta: Ditpolkom Bappenas, hlm 2 43
Benchmarks, B. OPEC Today: Influence on Oil Markets May Decrease But Role Still Important.
Diakses dari Business Benchmarks: https://www.spe.org/ pada tanggal 17 Oktober 2018
26
respon terhadap kondisi pasar. sebagai pencegahan penurunan harga atau
pelimpahan jumlah persediaan minyak dunia.
Ketika OPEC membuat kesepakatan produksi, ada harapan bahwa
produsen non-OPEC akan dengan aktif mendukung pembagian produksi minyak
dunia yang akan menjamin keputusan-keputusan OPEC lebih efektif dan lebih
bermanfaat bagi semua pihak. Pengaruh dari keputusan-keputusan yang
dikeluarkan OPEC dalam harga minyak mentah dunia harus dipertimbangkan
terpisah dari isu-isu perubahan dalam harga-harga produk minyak, seperti bensin
dan minyak jadi lainnya.44
Perdebatan produksi minyak pernah terjadi pada pertemuan yang 150
tanggal 10 September 2008 yang sebelumnya menggelar pertemuan Extra-
diornary pada bulan Mei 2008 di Wina Austria. Saat itu Arab Saudi dilaporkan
keluar dari negosiasi OPEC ketika pertemuan untuk menentukan apakah memilih
untuk menurunkan produksi minyak dengan melakukan penambahan kuota. Hal
tersebut terjadi dikarenakan apabila harga dari minyak dunia terlalu rendah
Negara yang mempunyai minyak tidak mendapat keuntungan yang sesuai dengan
neraca perdagangan yang telah mereka buat dan apabila terlalu tinggi akan
membebani anggaran suatu Negara, pada saat itulah ketika regulasi OPEC pada
bulan September yang menghasilkan penurunan harga minyak dunia.45
Sejak tahun 2002, Rusia telah muncul sebagai pemain utama dalam pasar
energi internasional. Rusia sekarang bersaing dengan Arab Saudi sebagai
produsen minyak terbesar di dunia. Selama beberapa tahun terakhir, baron minyak
Rusia telah membuat keuntungan besar karena harga minyak meningkat di pasar
44
Ibid. 45
Marshall I. Goldman, 2008, Oilopoly: Putin, Power and the Rise of the New Russia, ONEWorld
Publications, hlm90-91.
27
internasional. Maka dari itu tidaklah mengherankan jika kedua negara (Rusia dan Arab
Saudi) tetap membuat naik 42 persen dari cadangan negara-negara non-OPEC.46
Bahkan jika tidak ada cadangan besar yang ditemukan, cadangan saat ini sudah cukup
untuk memberikan Rusia dengan pundi-pundi keuangan yang sangat besar.
Tabel 2.1 Perbandingan Produksi Minyak Rusia dengan Beberapa negara
anggota OPEC dalam ribu barel per hari47
Tahun Federasi
Rusia
Iran Iraq Kuwait Qatar Arab
Saudi
2005 9597 4216 1833 2668 1151 10931
2006 9818 4290 1999 2737 1241 10671
2007 10043 4333 2143 2661 1267 10268
2008 9950 4361 2428 2786 1438 1663
2009 10139 4250 2452 2500 1421 9663
2010 10366 4420 2490 2560 1638 10075
2011 10518 4466 2801 2915 1834 11144
2012 10639 3814 3116 3171 1931 11635
2013 10779 3611 3141 3134 1903 11393
2014 10839 3736 3285 3120 1893 11505
2015 10980 3920 4031 3096 1898 12014
Berdasarkan pada data table di atas, dapat dilihat bahwa produksi minyak
dunia dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu tahun 2005 hingga tahun 2015
mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah produksi tersebut tidak hanya
dialami oleh negara-negara anggoa OPEC, tetapi juga dialami oleh Rusia sebagai
salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Dalam kurun waktu 10 tahun
tersebut, Rusia hanya mengalami penurunan dalam produksi hanya pada tahun
2008. Namun setelah itu, produksi minyak yang dilakukan oleh Rusia terus
mengalami peningkatan yang konstan, mengikuti kenaikan permintaan terhadap
konsumsi minyak dunia.
46
Marshall I. Goldman, op. cit., hlm. 91 47
BP Statistical Review of World Energy June 2016, diakses dari bp.com/statisticalreview pada 27
November 2018
28
2.2 Keamanan Energi Di Negara Rusia
Bagi negara-negara pengekspor energi seperti Rusia, energi security
dilihat dalam konteks akses terhadap pasar dan jumlah tingkat permintaan.
Sedangkan bagi negara importir energi, energi security dilihat dalam konteks
bagaimana memperoleh suplai dan pasokan energi bagi negaranya.48
Bagi negara-
negara importir energi, energy security dapat diartikan sebagai “assurance of
sufficient energy supplies to permit national economy to function in a politically
acceptance manner” – jaminan akan adanya suplai atau sumber daya energi yang
cukup untuk memastikan berjalannya perekonomian nasional melalui cara-cara
politik.49
Mendapatkan pendapatan dari sumber energi yang diekspor merupakan
tujuan umum setiap negara pengekspor agar roda perekonomian tetap berjalan.
Selain dari pemaparan dua sub-konsep diatas Willrich menambahkan bahwa
perlunya menjamin sumber pendapatan yang diperoleh Negara pengekspor seperti
Rusia lantaran nilai atas energi yang diperoleh dari pendapatan ekspor karena
energi yang telah diekstrak menjadi suatu komoditas ekspor rawan ketidakstabilan
harga yang dapat menyebabkan inflasi, sehingga perlu adanya investasi untuk
keberlangsungan energi tersebut.
Keamanan energi merupakan tujuan penting dari kebijakan energi di
banyak negara di dunia, tidak terkecuali dengan Rusia. Negara Rusia mampu
memproduksi minyak untuk mencukupi kebutuhan energi bagi masyarakatnya.
Bahkan Rusia mampu mengekspor minyak hingga ke banyak negara sebagai
upaya pemenuhan pasokan minyak di negara-negara tersebut. Ketergantungan
48
Mason Willrich. 1978. Energy & World Politics, Simon and Schuster. hlm 21 49
Hadiwinata, 2006. An Introduction to Non-Traditional Security Studies: A Transnational
Approach, Mely Caballero-Anthony, hlm 245
29
Eropa terhadap minyak Rusia justru menimbulkan kekuatan baru bagi Rusia.
Rusia tidak hanya mampu menopang pasokan minyak untuk kepentingan
nasionalnya namun bisa memberikan kontribusi besar terhadap ekspor minyak ke
berbagai wilayah di Eropa.50
Pemaparan konsep keamanan energi dari negara pengekspor seperti Rusia
yang dipaparkan diatas pada dasarnya menunjukkan bahwa keamanan energi
dilakukan oleh Rusia karena eratnya kaitan antara energi dengan keamanan
nasional negara. Hal ini ditambah dengan sistem di dunia yang tidak terdapat
pemerintahan yang supranasional, sehingga keamanan nasional memerlukan
tindakan yang bebas dan kekuatan tawar menawar dengan negara lain.51
Hal ini
dapat dipahami sebagai strategi yang dilakukan Negara Rusia untuk menjamin
keamanan energi. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan Negara Rusia untuk
menjamin keamanan energi, yakni dengan membuat negara pengimpor
bergantung secara fundamental pada energi negara pengekspor dan
menyeimbangkan interdependensi ekspor-impor energi dengan negara pengimpor.
Willrich menyatakan bahwa dalam membuat negara pengimpor
bergantung pada negara pengekspor maka negara pengekspor harus berada pada
posisi yang tidak lazim (unusual strength.52
Unusual strength merupakan posisi
dimana negara pengekspor memiliki kekuatan yang tidak lazim atas komoditas
energi yang dimilikinya dan ditandai dengan posisi dominan negara pada jenis
energi tertentu. Seperti Rusia pada sumber energi yang dimiliki yaitu minyak.
50
Dmitri Ofitserov-Belskiy. 2014. RBTH Indonesia.. Proyek South Stream dalam kondisi Kritis,
diakses dari http://indonesia.rbth.com/ pada tanggal 14 Februari 2017 51
Ibid, hlm 101 52
Mason Willrich. 1978. Energy & World Politics, Simon and Schuster. hlm. 96
30
Pada konsep keamanan energi yang dipaparkan Willrich mencontohkan Arab
Saudi yang dominan dan sangat kuat atas kepemilikan minyak serta Amerika
Serikat atas pengayaan uranium.53
Dari contoh yang diberikan, Arab Saudi
dikatakan dominan atas minyak adalah karena Arab Saudi pada tahun 1973
merupakan negara dengan kepemilikan serta produksi terbesar namun dengan
tingkat konsumsi yang sangat rendah (produksi 21,3 juta barel & konsumsi 1,1
juta barel perhari; kepemilikan 316 milyar barel tahun 1973). Dengan contoh yang
diberikan Willrich menunjukkan bahwa Arab Saudi dapat melakukan embargo
minyak kepada negara-negara yang mendukung eksistensi Israel dan
menggalakkan nasionalisasi atas minyak yang dimiliki.54
Penulis menganalisa dari
tulisan dan contoh yang diberikan oleh Willrich bahwa yang dicontohkannya yaitu
Arab Saudi sama kuatnya dan sama-sama negara pengeksor seperti Negara Rusia.
Sehingga untuk mengidentifikasi apakah suatu negara pengekspor berada pada
posisi yang unusual strength atas energi yang dimiliki dapat dilihat pada jumlah
kepemilikan serta jumlah produksi energi terbesar namun jumlah konsumsi yang
rendah, sehingga negara tersebut merupakan negara surplus energi dan bagaimana
negara pengekspor menjadikan konoditas dominan tersebut menjadi kekuatan
politik yang dapat membuat negara pengimpor bergantung pada energi negara
pengekspor tersebut.
53
Ibid. Hlm. 96 54
Ibid, Hlm. 22
31
Tabel 2.2 Komponen Keamanan Energi55
KOMPONEN AKAR PENYEBAB
Pasokan yang cukup
Ketidakseimbangan antara permintaan
dan penawaran
Ketidakseimbangan sebaran geografis
antara wilayah yang kaya dengan sumber
energi minyak dengan wilayah yang miskin
dengan sumber energi minyak
Ketidakseimbangan antara diversifikasi
energi dengan insentif harga
Harga yang terjangkau Kualitas yang cukup data saja terpenuhi
tetapi dengan harga yang sangat mahal
Ramah terhadap lingkungan Kerusakan lingkungan global sebagai
akibat penggunaan energi untuk industrialisasi
Aman dari serangan
bersenjata
Kemunculan ancaman dari factor
dan/atau aktor non-negara dalam bentuk aksi
teroris
Pemaparan sub-konsep keamanan energi ditujukan untuk mengetahui
keamanan energi dari sudut pandang pengeskpor seperti Rusia yang akan
dijadikan landasan strategi untuk menjamin keamanan energi. Pertama,
sovereignty over natural resources (kedaulatan atas sumber daya alam).
Mengadopsi dari buku Energy and World Politics oleh Mason Willrich,
kedaulatan atas energi dijadikan sebagai landasan paling mendasar dalam
keamanan energi negara pengeskpor seperti Rusia dikarenakan energi merupakan
elemen dasar dalam roda perekonomian sehingga berkaitan pula dengan
keamanan nasional negara.56
Dalam contoh yang dipaparkan Willrich, kedaulatan
tersebut berupa terbebasnya sektor energi dari campur tangan asing sehingga
pengelolaan energi merupakan hasil dari keputusan nasional, bukan dikte pihak
asing.57
55
Makmur Keliat, 2006. Kebijakan Keamanan Energi. Global Jurnal Internasional Vol.8 No.2,
hlm 37 56
Mason Willrich, Op.cit, hlm 94 57
Ibid, hlm 65
32
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keamanan energi negara
pengekspor dapat dikatakan aman jika negara memegang penuh atas kedaulatan
sumber daya alam yang dimilikinya. Bahwa berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan Negara Rusia memegang kekuatan besar dalam keamanan energi
sebagai negara pengekspor minyak bumi. Kedua, guaranteed access to foreign
market (jaminan akses ke pasar luar negeri), dalam konteks ekspor-impor, maka
pasar yang dimaksud adalah pasar energi luar negeri/pasar internasional.
Mengutip dari pernyataan Willrich yang menyatakan bahwa Kepentingan
negara pengekspor terhadap akses yang terjamin ke pasar luar negeri merupakan
kebalikan dari kepentingan importir terhadap akses ke sumber daya energy.58
Sehingga hal ini dapat meningkatkan kemungkinan adanya negosiasi antara
eksporter dan importer yang menguntungkan satu sama lain. Ketiga, yakni
financial security for the investments made with exports earnings (jaminan atas
keamanan finansiil untuk investasi dari pendapatan ekspor).
Mendapatkan pendapatan dari sumber energi yang diekspor merupakan
tujuan umum setiap negara pengekspor agar roda perekonomian tetap berjalan.
Selain dari pemaparan dua sub-konsep diatas Willrich menambahkan bahwa
perlunya menjamin sumber pendapatan yang diperoleh Negara pengekspor
lantaran nilai atas energi yang diperoleh dari pendapatan ekspor karena energi
yang telah diekstrak menjadi suatu komoditas ekspor rawan ketidakstabilan harga
yang dapat menyebabkan inflasi, sehingga perlu adanya investasi untuk
keberlangsungan energi tersebut.
58
Ibid, hlm 95
33
Energy security harus dipandang secara kontekstual. Energy security
memiliki berbagai konteks berdasarkan peran aktor yang melakukannya. Bagi
negara-negara pengekspor energi seperti Rusia, energi security dilihat dalam
konteks akses terhadap pasar dan jumlah tingkat permintaan. Sedangkan bagi
negara importir energi, energi security dilihat dalam konteks bagaimana
memperoleh suplai dan pasokan energi bagi negaranya.59
Keamanan energi merupakan tujuan penting dari kebijakan energi di
banyak negara di dunia. Rusia mampu memproduksi minyak untuk mencukupi
kebutuhan energi bagi masyarakatnya. Bahkan Rusia mampu mengekspor minyak
hingga ke banyak negara sebagai upaya pemenuhan pasokan minyak di negara-
negara tersebut. Ketergantungan Eropa terhadap minyak Rusia justru
menimbulkan kekuatan baru bagi Rusia. Rusia tidak hanya mampu menopang
pasokan minyak untuk kepentingan nasionalnya namun bisa memberikan
kontribusi besar terhadap ekspor minyak ke berbagai wilayah di Eropa.60
Sebagaimana hubungan interdependensi merupakan hubungan yang
bersifat timbal balik, maka hal ini dapat dipahami bahwa dalam hubungan
interdependensi memungkinkan adanya kondisi yang tidak seimbang antara
negara pengekspor dan pengimpor. Seperti yang dicontohkan Willrich, bahwa
terdapat beberapa negara eksporter yang bergantung pada bantuan yang diberikan
negara pengimpor menyebabkan mereka tidak memiliki cara lain untuk
mendapatkan bantuan tersebut.61
Sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah
dengan memanfaatkan hubungan interdependensi yang telah terjalin sehingga
59
Mason Willrich. 1978. Energy & World Politics, Simon and Schuster. hlm 21 60
Dmitri Ofitserov-Belskiy. 2014. RBTH Indonesia.. Proyek South Stream dalam kondisi Kritis,
diakses dari http://indonesia.rbth.com/ pada tanggal 14 Februari 2017 61
Ibid, Hlm 120
34
tetap dapat berjalan maksimal, menguntungkan dan sesuai dengan kepentingan
nasional negara.
Namun seiring dengan situasi energi global yang dinamis Willrich juga
mengindikasikan bahwa negara pengekspor juga dapat membentuk hubungan
interdependensi baru dengan mencari partner negara pengimpor lain, yang dapat
dipahami sebagai diversifikasi negara pengimpor guna untuk mencari pasar lain
yang potensial bagi negara pengekspor untuk mengekspor energinya.
Dengan pemaparan mengenai strategi yang pertama, yaitu unusual
strength positioning maka terdapat korelasi dengan upaya diversifikasi pengimpor
ini yaitu jika negara pengekspor berada pada posisi yang tidak lazim atas
energinya (unusual strength) maka komoditas yang diekspor dapat tetap bertahan
dalam waktu yang lama dan berkontribusi pada pendapatan negara yang
merupakan orientasi utama negara pengekspor. Sehingga hal yang perlu
diidentifikasi adalah negara pengimpor.yang potensial dijadikan sebagai partner
baru.
Dari sekian jumlah tujuan pasar ekspor minyak mentah Rusia tersebut, Uni
Eropa lah yang merupakan pasar ekspor minyak mentah terbesar Rusia. Beberapa
negara Uni Eropa yang bergantung penuh pada minyak mentah Rusia dan
diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat hingga tahun ke tahun.62
Negara Rusia sekarang bersaing dengan Arab Saudi sebagai produsen minyak
terbesar di dunia, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 mengenai perbandingan
produksi minyak dunia antara Rusia dan juga beberapa anggota OPEC yang salah
satunya adalah Arab Saudi.
62
British Petroleum, Statistical Review of World Petroleum, 2009. Seperti dikutip oleh David G.
Tarr, The Crucial Role for Competition in the Russian Gas Market: Implications for Russia and
Europe. Hlm. 3
35
Selama beberapa tahun terakhir, baron minyak Rusia telah membuat
keuntungan besar karena harga minyak meningkat di pasar internasional. Oleh
karena itu pembendaharaan Rusia semakin penuh dengan petrodollar.63
Maka dari
itu tidaklah mengherankan jika Rusia tetap membuat naik 42 persen dari cadangan
negara-negara non-OPEC. Secara strategis, minyak telah membawa Rusia menuai
kekayaan yang tidak biasa. Selain sebesar $ 120 milyar yang terdapat pada Dana
Stabilisasi tahun 2007, dan lebih dari $ 420 milyar di perbendaharaan dan Bank
Sentral Rusia, selain itu Rusia juga menyimpan tumpukan dolar dalam jumlah
besar, emas, dan konversi mata uang.64
Akan tetapi keamanan energi di Negara Rusia terganggu diakibatkan
adanya kebijakan OPEC pada 5 tahun terakhir yakni 2010-2015 yaitu
meningkatkan produksi minyak sehingga dapat menyebabkan harga minyak turun,
sedangkan pada awalnya Rusia tidak gentar sebagaimana sikap yang
dilakukannya seperti meningkatkan produksi minyak mentah meskipun harga
minyak rendah. Lambat laun hal tersebut tentunya berdampak bagi
keberlangsungan produksi dan juga aktivitas ekspor minyak mentah oleh negara-
negara non OPEC termasuk Rusia, sehingga semakin lama Rusia harus
menurunkan produksi karena tertekan harga yang murah dan biaya produksi yang
tinggi, serta beralihnya para konsumen yang lebih memilih harga minyak yang
lebih murah dan menyebabkan Rusia akan mulai mengikuti kebijakan dari OPEC
untuk mengurangi produksi minyak sesuai dengan kebijakan yang sudah
ditetapkan oleh OPEC.
63
Marshall I. Goldman, 2008, Oilopoly: Putin, Power and the Rise of the New Russia, ONEWorld
Publications, hlm 91 64
Ibid.
36
2.3 Kebijakan Energi Di Rusia
Untuk benar-benar memastikan keamanan energi suatu negara, maka
negara tersebut harus melakukan beberapa hal untuk menentukan kebijakan energi
termasuk Negara Rusia. Pertama, negara harus dapat memperkirakan berapa
jumlah kerugian apabila pasokan sumber energi terganggu dan mempersiapkan
sejumlah solusi dari permasalahan tersebut. Solusi tersebut dengan cara menjatah
dan menimbun. Cara kedua, menjamin pasokan dari pemasok luar negeri. Cara
ketiga ialah negara menjamin keamanan energi. Ketiga cara tersebut dapat
dilakukan dengan syarat bahwa negara benar-benar memiliki cadangan sumber
daya energi yang melimpah dan belum banyak tereksplorasi secara keseluruhan.
Dengan pemaparan mengenai strategi yang pertama, yaitu unusual
strength positioning maka terdapat korelasi dengan upaya diversifikasi pengimpor
ini yaitu jika negara pengekspor berada pada posisi yang tidak lazim atas
energinya (unusual strength) maka komoditas yang diekspor dapat tetap bertahan
dalam waktu yang lama dan berkontribusi pada pendapatan negara yang
merupakan orientasi utama negara pengekspor. Sehingga hal yang perlu
diidentifikasi adalah negara pengimpor yang potensial dijadikan sebagai partner
baru.65
Dengan adanya hal-hal tersebut peneliti bermaksud untuk mencari tahu
tindakan Rusia dalam hal mengambil kebijakan energi dalam menjaga keamanan
energi ditengah adanya kebijakan OPEC.
Adanya perubahan sikap yang dilakukan oleh pemerintah dalam
menanggapi kebijakan yang dikeluarkan oleh OPEC terkait dengan produksi dan
harga minyak dunia, bisa disebabkan oleh beberapa hal. Selain untuk ikut
65
Mason Willrich, hlm 46
37
menstabilkan harga minyak dunia, factor keamanan ekonomi dan energy juga
menjadi salah satu pertimbangan Rusia merubah sikapnya terkait dengan
kebijakan OPEC. Di sisi lain, perhitungan untung rugi secara tidak langsung juga
menjadi salah satu penyebab perubahan sikap tersebut.
top related