optimasi metode klt-densitometri pada penetapan … · tabel vii. hasil uji reprodusibilitas jenis...
Post on 02-Mar-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
OPTIMASI METODE KLT-DENSITOMETRI PADA PENETAPAN
KADAR IBUPROFEN DAN PARASETAMOL DALAM TABLET MEREK
NEO RHEUMACYL®
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Agnes Susianti
NIM: 088114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
OPTIMASI METODE KLT-DENSITOMETRI PADA PENETAPAN
KADAR IBUPROFEN DAN PARASETAMOL DALAM TABLET MEREK
NEO RHEUMACYL®
Skripsi yang diajukan oleh:
Agnes Susianti
NIM: 088114003
telah disetujui oleh
Pembimbing
Christine Patramurti, M. Si., Apt. tanggal 25 Agustus 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“A father is neither an anchor to hold us
back, nor a sail to take us there, but a guiding light whose love shows us the
way”
to Her, the Name of Father is the Other Name of Love -Fanny Fern
Karya ini kupersembahkan bagi: Alm. Papaku tercinta, Mamaku tersayang, Adikku terkasih, dan almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari diberlakutentukan indikasi plagiarism dalam
naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 24 Agustus 2011
Penulis
Agnes Susianti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agnes Susianti
Nomor Mahasiswa : 088114003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
OPTIMASI METODE KLT-DENSITOMETRI PADA PENETAPAN
KADAR IBUPROFEN DAN PARASETAMOL DALAM TABLET MEREK
NEO RHEUMACYL®
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Agustus 2011
Yang menyatakan
(Agnes Susianti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan lindungan-Nya sehingga skripsi berjudul “Optimasi Metode KLT
Densitometri pada Penetapan Kadar Ibuprofen Dan Parasetamol Dalam Tablet
Merek Neo Rheumacyl®
yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S. Farm.) dapat
dikerjakan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat dilakukan
seorang diri, lepas dari bantuan, bimbingan, kritikan, dukungan serta saran dari
berbagai pihak. Kesempatan ini penulis pergunakan untuk mengungkapkan rasa
terima kasih kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku dekan Universitas Sanata Dharma
yang telah mengijinkan penulis menjalankan pembelajaran selama masa studi.
2. Ibu Christine Patramurti, M. Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mendampingi dan memberikan saran selama pembuatan tugas akhir ini.
3. Ibu dr. Fenty, M. Kes. Sp. PK, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis
selama masa studi di Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Jeffry Julianus, M. Si., selaku dosen penguji yang bersedia
memberikan waktu untuk diskusi serta kritik dan saran selama penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Dra. M. M. Yetty Tjandrawati, M. Si., selaku dosen penguji yang
memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Mas Bimo, Mas Parlan dan Mas Kunto selaku staff laboratorium Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis dalam
pengerjaan penelitian di laboratorium.
7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu dan bimbingan yang diberikan.
8. Nona sebagai sahabat dan rekan kerja sekaligus tempat berkeluh kesah
selama penulis menjalani studi di Universitas Sanata Dharma.
9. Susan sebagai rekan kerja dan sahabat yang telah menyediakan waktu untuk
berdiskusi maupun bekerja bersama di laboratorium.
10. Felice, Wiwi, Amel dan Novi sebagai rekan sesama pelaksana optimasi
metode yang bersedia selalu berdiskusi dan saling memberikan saran terkait
skripsi.
11. Cure, Lele, Sasa, Citra, Tere, Sari, Ayesa, dan Dina serta seluruh teman di
bawah bimbingan Ibu Christine Patramurti, M. Si., Apt. yang telah berjuang
bersama penulis dalam menjalani penelitian di laboratorium Kimia Analisis
Instrumental yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis.
12. Kekasihku, Victor Decky Nortantio yang setia mendukung penulis dalam
pembuatan tugas akhir ini, terutama di saat penulis merasa bosan dan
kehilangan semangat.
13. Teman-teman FST A 2008 yang memberikan penulis semangat dan
kebersamaan selama masa studi di Universitas Sanata Dharma.
14. Seluruh teman, baik di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma maupun
teman-teman lain atas dukungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
mendapatkan semangat dan menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak untuk
membangun pengetahuan penulis. Akhir kata, penulis berharap dengan segala
kerendahan hati semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama
di bidang ilmu Farmasi.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........... vi
PRAKATA ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
INTISARI ......................................................................................................... xviii
ABSTRACT ....................................................................................................... xix
BAB I PENGANTAR ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1. Permasalahan ..................................................................................... 3
2. Keaslian Penelitian............................................................................. 3
3. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................... 5
A. Ibuprofen ................................................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Parasetamol ............................................................................................... 6
C. Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri.................................................... 6
1. Kromatografi Lapis Tipis ................................................................... 6
2. Jenis fase diam KLT .......................................................................... 7
3. Jenis fase gerak KLT ......................................................................... 9
4. Penotolan sampel ............................................................................... 9
5. Pengembangan ................................................................................... 10
6. Penentuan kromatogram .................................................................... 11
7. Densitometri ....................................................................................... 16
D. Landasan Teori .......................................................................................... 17
E. Hipotesis ................................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 18
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 18
B. Variabel ..................................................................................................... 18
1. Variabel bebas ................................................................................... 18
2. Variabel tergantung ............................................................................ 18
3. Variabel pengacau terkendali ............................................................. 18
C. Definisi Operasional ................................................................................. 19
D. Bahan Penelitian ....................................................................................... 19
E. Alat Penelitian ........................................................................................... 20
F. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 20
1. Pembuatan larutan baku ibuprofen .................................................... 20
2. Pembuatan larutan baku parasetamol ................................................. 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
3. Pembuatan larutan baku campuran baku ibuprofen dan
parasetamol…………………………………………………... 21
4. Preparasi sampel ................................................................................ 21
5. Penentuan panjang gelombang pengamatan ibuprofen dan
parasetamol ........................................................................................ 21
6. Optimasi metode KLT-Densitometri ................................................. 22
G. Analisis Hasil ............................................................................................ 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 25
A. Jenis dan Komposisi Fase Gerak .............................................................. 25
B. Pembuatan Larutan Baku .......................................................................... 26
C. Penentuan Panjang Gelombang () Pengamatan Ibuprofen dan
Parasetamol…………………………………………………………….... 27
D. Optimasi Pemisahan Ibuprofen dan Parasetamol dengan Metode KLT-
Densitometri…………………………………………………………….. 30
1. Fase gerak kloroform : etanol dengan perbandingan 7 : 3
(komposisi I) ...................................................................................... 34
2. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan
perbandingan 15 : 5 : 0,7 (komposisi II) ........................................... 36
3. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan
perbandingan 9 : 2,5 : 1..................................................................... 37
4. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan
perbandingan 4,4 : 5,6 : 0,55 (komposisi IV) ................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
A. Kesimpulan ............................................................................................... 47
B. Saran ......................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48
LAMPIRAN ..................................................................................................... 51
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tata nama lempeng KLT ............................................................ 8
Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut ...................................................... 9
Tabel III. Jenis dan komposisi fase gerak ................................................... 22
Tabel IV. Jenis dan komposisi fase gerak dan nilai indeks polaritasnya .... . 25
Tabel V. Hasil pengukuran pengamatan ibuprofen dan parasetamol ..... 29
Tabel VI. Hasil pemisahan ibuprofen dan parasetamol pada berbagai
jenis dan komposisi fase gerak ................................................... 34
Tabel VII. Hasil uji reprodusibilitas jenis dan komposisi fase gerak
optimum menggunakan larutan campuran baku ibuprofen dan
parasetamol pada 3 tingkat konsentrasi dengan 3 replikasi …… 41
Tabel VIII. Hasil uji reprodusibilitas jenis dan komposisi fase gerak
optimum menggunakan 3 replikasi sampel tablet merek Neo
Rheumacyl® dengan fase gerak teroptimasi…………………… 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur ibuprofen .................................................................. 5
Gambar 2. Struktur parasetamol .............................................................. 6
Gambar 3. Struktur silika gel ................................................................... 8
Gambar 4. Interaksi hidrogen antara gugus silanol dengan air
membentuk lapisan air
multilayer…………….………………………………...…… 8
Gambar 5. Camag Linomat 5 ................................................................... 10
Gambar 6. Pengembangan dalam metode KLT ....................................... 11
Gambar 7. Cara perhitungan Rf................................................................ 11
Gambar 8. Keadaan simetris dan pelebaran puncak kromatogram .......... 13
Gambar 9. Ilustrasi 3 prinsip utama yang menggambarkan puncak ........ 13
Gambar 10. Isoterm sorpsi dan profil puncak yang dihasilkan.................. 14
Gambar 11. Penentuan asymmetry factor (As)........................................... 15
Gambar 12. Pemisahan dua puncak ........................................................... 15
Gambar 13. Instrumentasi densitometer .................................................... 16
Gambar 14. Profil spektra analit ................................................................ 28
Gambar 15. Gugus kromofor dan auksokrom analit .................................. 30
Gambar 16. Gugus polar dan non polar analit ........................................... 31
Gambar 17. Interaksi fase diam dengan analit melalui interaksi hidrogen 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 18. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol
menggunakan fase gerak kloroform : etanol dengan
perbandingan 7 : 3 .................................................................. 35
Gambar 19. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol
menggunakan fase gerak heksan. : etil asetat : asam asetat
glasial dengan perbandingan 15 : 5 : 0,7 ................................ 36
Gambar 20. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol
menggunakan fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat
glasial dengan perbandingan 9 : 2,5 : 1 .................................. 37
Gambar 21. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol
menggunakan fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat
glasial dengan perbandingan 4,4 : 5,6 : 0,55 .......................... 39
Gambar 22. Interaksi analit dengan fase gerak .......................................... 40
Gambar 23. Kromatogram blanko uji reprodusibilitas baku ..................... 43
Gambar 24. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol dalam
sampel tablet merek Neo Rheumacyl®
menggunakan fase
gerak teroptimasi .................................................................... 44
Gambar 25. Kromatogram blanko pada pemisahan ibuprofen dan
parasetamol dalam sampel tablet merek Neo Rheumacyl®
menggunakan fase gerak teroptimasi ..................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat analisis baku ibuprofen........................................... 52
Lampiran 2. Sertifikat analisis baku parasetamol ....................................... 53
Lampiran 3. Data penimbangan baku dan sampel serta contoh
perhitungan konsentrasi seri baku .......................................... 54
Lampiran 4. Sistem KLT-Densitometri yang
digunakan…………….……………………………………... 56
Lampiran 5. Perhitungan polaritas fase gerak ............................................ 58
Lampiran 6. Hasil scanning panjang gelombang maksimum ibuprofen
dan parasetamol untuk penetapan panjang gelombang
pengamatan ............................................................................ 59
Lampiran 7. Contoh perhitungan nilai As (Asymmetry factor) puncak
ibuprofen dan parasetamol ..................................................... 60
Lampiran 8. Contoh perhitungan nilai resolusi pemisahan ibuprofen dan
parasetamol ............................................................................ 61
Lampiran 9. Kromatogram reprodusibilitas baku ....................................... 62
Lampiran 10. Perhitungan nilai KV dari Rf ibuprofen dan parasetamol
dalam uji reprodusibilitas baku dan sampel ........................... 65
Lampiran 11. Blanko optimasi jenis dan komposisi fase gerak ................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Nyeri merupakan kondisi tidak mengenakkan berupa perasaan subyektif
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan. Masyarakat biasa mengobati
sendiri rasa nyeri tersebut menggunakan obat antinyeri, salah satunya tablet Neo
Rheumacyl®
yang mengandung ibuprofen dan parasetamol. Penggunaan obat
antinyeri secara mandiri oleh masyarakat mendorong dilakukannya penelitian
untuk penjaminan mutu produk.
Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi optimum metode KLT-
densitometri bagi analisis ibuprofen dan parasetamol dalam tablet Neo
Rheumacyl®. Metode KLT-densitometri ini menggunakan fase diam silika gel
GF254 dengan beberapa variasi jenis dan komposisi fase gerak, yaitu campuran
kloroform p.a. : etanol p.a. (7 : 3) dan heksan p.a. : etil asetat p.a.: asam asetat
glasial p.a. (15 : 5 : 0,7); (9 : 2,5 : 1) dan (4,4 : 5,6 : 0,55) serta pengamatan 222
nm.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum metode KLT-
densitometri untuk analisis ibuprofen dan parasetamol dalam tablet Neo
Rheumacyl® diperoleh dengan menggunakan fase gerak heksan p.a. : etil asetat
p.a.: asam asetat glasial p.a. (4,4 : 5,6 : 0,55). Kondisi ini memenuhi parameter
pemisahan yang baik, yaitu bentuk peak simetris (nilai As dalam rentang 0,95-
1,10), sempit dan tajam; nilai resolusi pemisahan ≥ 1,5; reprodusibilitas
pemisahan terlihat dari KV nilai Rf ibuprofen dan parasetamol ≤ 2%.
Kata kunci: ibuprofen, parasetamol, tablet, optimasi metode, KLT-densitometri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
Pain is an uncomfortable, subjective feeling which is related to tissue
damage. People usually treat their pain independently using analgesic drugs, like
Neo Rheumacyl® tablet that contains ibuprofen and paracetamol. The use of
analgesic independently by the people encourage to do this research to assurance
the quality of the product.
Aim of this research is to identify the optimum condition of TLC-
densitometry method for ibuprofen and paracetamol analysis. This method using
GF254 silica gel as stationary phase, varied mobile phases that are cloroform p.a. :
ethanol p.a. (7:3) and hexan p.a. : ethyl acetate p.a.: glacial acetic acid p.a.
(15:5:0,7); (9:2,5:1) and (4,4:5,6:0,55) with the scanning wavelength at 222 nm.
The result indicates that the optimum condition of TLC-densitometry
method for ibuprofen and paracetamol contained in Neo Rheumacyl®
tablet
analysis is acquired by using hexan p.a. : ethyl acetate p.a.: glacial acetic acid p.a.
(4,4 : 5,6 : 0,55) as the mobile phase. This condition fulfilled the parameter of
good separation, that are symmetric (As 0,95-1,10), narrow and sharp peak shape;
resolution value of the separation ≥ 1,5; reproducibility separation is showed by
CV from the Rf value of ibuprofen and paracetamol ≤ 2%.
Keywords: ibuprofen, paracetamol, tablet, optimization method, TLC-
densitometry
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Nyeri adalah kondisi yang tidak mengenakkan yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan yang sedang terjadi maupun berpotensi dapat terjadi, yang
berupa perasaan subyektif sebagai tanda ada sesuatu yang salah dalam tubuh
seseorang (The Pain Relief Clinic, 2008). Untuk mengatasi rasa nyeri, masyarakat
banyak memilih untuk mengobatinya sendiri dengan obat-obatan yang
mengandung kombinasi zat aktif antinyeri yang beredar di pasaran.
Obat antinyeri mengkombinasi kandungan zat aktif dengan tujuan
meningkatkan efek terapinya. Salah satu kombinasi zat aktif yang terkandung
dalam obat nyeri adalah ibuprofen dan parasetamol. Ibuprofen adalah obat
antiinflamasi non steroid (NSAID) yang dapat digunakan untuk meredakan sakit
gigi, demam, sakit kepala, migrain atau nyeri haid (Healthline Network, 2009).
Ibuprofen berupa serbuk hablur putih hingga agak putih berbau khas lemah. zat ini
praktis tidak larut air, sangat mudah larut etanol, metanol, aseton, kloroform,
tetapi sukar larut etil asetat (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
RI, 1995).
Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat pereda demam dan nyeri
yang banyak digunakan (Apotekerinfo, 2011). Pemeriannya berupa serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Zat ini sangat mudah larut etanol, larut air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mendidih dan natrium hidroksida 1N (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995).
Contoh obat pereda nyeri dengan kandungan kombinasi ibuprofen dan
parasetamol yang beredar di pasaran adalah tablet merek Neo Rheumacyl®
dengan
komposisi 200 mg ibuprofen dan 350 mg parasetamol. Penggunaan produk obat
ini dalam pengobatan mandiri oleh masyarakat mendorong dilakukannya analisis
dalam rangka penjaminan mutunya sehingga dapat dipastikan kebenaran
kandungan ibuprofen dan parasetamol di dalamnya. Metode yang dapat digunakan
untuk penjaminan mutu produk obat ini adalah KLT densitometri. Metode KLT
densitometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif bersamaan
serta mengukur senyawa campuran (Martono, 1996) serta merupakan metode
yang sederhana dibandingkan dengan metode lain karena dapat memisahkan
campuran menjadi komponen-komponennnya sekaligus menganalisis
kandungannya dan memiliki efisiensi waktu yang baik karena dapat menganalisis
tidak hanya satu sampel dalam waktu bersamaan.
Sistem dari metode yang digunakan dalam analisis ini belum pernah
digunakan sebelumnya sehingga perlu optimasi metode karena optimasi metode
sangat berpengaruh terhadap parameter-parameter pemisahan dengan metode
KLT densitometri. Optimasi dilakukan dengan mengubah-ubah jenis dan
komposisi fase gerak. Parameter kondisi optimum dalam metode ini adalah
bentuk peak yang simetris (nilai As dalam rentang (0,95-1,10), sempit dan tajam
(Snyder, Kirkland dan Glajch, 1997); nilai resolusi ≥ 1,5; KV ≤ 2%; dan nilai Rf
berkisar 0,2-0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1. Permasalahan
Bagaimanakah jenis dan komposisi fase gerak yang optimum pada
metode KLT-densitometri untuk menetapkan kadar ibuprofen dan parasetamol
dalam tablet Neo Rheumacyl®
yang mampu menghasilkan pemisahan yang baik,
yaitu pemisahan dengan bentuk peak yang simetris (nilai As dalam rentang 0,95-
1,10), sempit dan tajam; nilai resolusi ≥ 1,5; KV ≤ 2%; dan nilai Rf berkisar 0,2-
0,8?
2. Keaslian penelitian
Berbagai penelitian mengenai ibuprofen dan parasetamol telah dilakukan,
namun penelitian mengenai ibuprofen dan parasetamol dalam tablet Neo
Rheumacyl® menggunakan metode KLT-densitometri ini belum pernah
dilakukan. Penelitian terdahulu terkait penelitian yaitu RP-HPLC Method for
Simultaneous Estimation of Paracetamol and Ibuprofen in Tablets yang dilakukan
oleh Battu dan Reddy (2009) dengan menggunakan fase gerak asetonitril : dapar
fosfat (60 : 40) serta Optimasi Pemisahan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen
dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik yang dilakukan
oleh Prabowo (2010).
Penelitian lainnya menggunakan metode spektrofotometri, yaitu
Determination of Ibuprofen and Paracetamol in Binary Mixture Using
Chemometric-Assisted Spectrophotometric Methods oleh Hassan (2008),
Development and Validation of Spectrophotometric Methods for Simultaneous
Estimation of Ibuprofen and Parasetamol in Soft Gelatin Capsule by
Simultaneous Equation Method oleh Gondalia, Mashru, dan Savaliya (2010), serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Validasi Metode Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Ibuprofen Secara
Spektrofotometri UV dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda oleh
Adrianto (2010).
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat metodologis. Penelitian ini dapat memberikan manfaat
metodologis berupa informasi mengenai metode penelitian bagi optimasi metode
KLT densitometri, jenis dan komposisi fase gerak serta jarak pengembangan yang
optimum pada penetapan kadar ibuprofen dan parasetamol dalam suatu tablet.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat menghasilkan manfaat praktis
yang berupa informasi bagi masyarakat mengenai penjaminan mutu ibuprofen dan
parasetamol dalam tablet Neo Rheumacyl®.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah disampaikan,
dapat ditetapkan tujuan penelitian ini, yaitu memperoleh jenis dan komposisi fase
gerak yang optimum pada metode KLT-densitometri untuk menetapkan kadar
ibuprofen dan parasetamol dalam tablet Neo Rheumacyl®
yang mampu
menghasilkan pemisahan yang baik, yaitu pemisahan dengan bentuk peak yang
simetris (nilai As dalam rentang 0,95-1,10), sempit dan tajam; nilai resolusi ≥ 1,5;
KV ≤ 2%; dan nilai Rf berkisar 0,2-0,8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat antiinflamasi non steroid (NSAID) yang dapat
digunakan untuk meredakan sakit gigi, sakit kepala, migrain atau nyeri haid
(Healthline Network, 2009). Pemeriannya berupa serbuk hablur putih hingga agak
putih dengan bau khas lemah. Zat ini praktis tidak larut air, sangat mudah larut
etanol, metanol, aseton, kloroform namun sukar larut etil asetat.
HO
CH3
O
CH3
CH3 Gambar 1. Struktur ibuprofen (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1995)
Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari
103,0% C13H18O2, dihitung terhadap zat anhidrat (Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan RI, 1995). Ibuprofen dalam metanol E 1𝑐𝑚1% sebesar 14,5
(Dibbern, Müller, and Wirbitzki, 2002) dan memiliki pKa sebesar 4,4 (DrugLib,
2011). Menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI (1995),
ibuprofen memiliki panjang gelombang maksimum 221 nm dan dapat ditetapkan
kadarnya menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Parasetamol
Parasetamol merupakan obat pereda demam dan nyeri yang banyak
digunakan dan bernama lain asetaminofen (Apotekerinfo, 2011). Pemerian
parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau dengan rasa sedikit pahit.
Gambar berikut menunjukkan rumus struktur parasetamol.
H
N
O
H3C
OH
Gambar 2. Struktur parasetamol (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1995)
Parasetamol sangat mudah larut dalam etanol, larut air mendidih dan
natrium hidroksida 1N (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,
1995). Parasetamol memiliki 𝐸 1𝑐𝑚1% sebesar 850 di dalam metanol (Dibbern et al.,
2002) dan memiliki pKa sebesar 9,5 (Edict Consulting Ltd, 2008). Senyawa ini
memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 244 nm dan penetapan kadarnya
dapat dilakukan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).
C. Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri
1. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis adalah metode pemisahan komponen
berdasarkan perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan
pelarut pengembangan atau pelarut pengembangan campur (Mulja dan Suharman,
1995). Kecepatan solut melalui fase diam dipengaruhi perbandingan distribusinya
(D), yaitu perbandingan konsentrasi solut dalam fase diam (Cs) dan fase geraknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(Cm). Besarnya D ditentukan oleh afinitas relatif solut terhadap fase diam dan
fase gerak. Semakin besar nilai D, migrasi solut semakin lambat dan semakin
kecil nilai D, migrasi solut semakin cepat. Suatu solut terelusi menurut
perbandingan distribusinya, perbedaan perbandingan distribusi yang besar
membuat campuran solut mudah dan cepat terpisah (Gandjar dan Rohman, 2007).
Hal yang perlu diperhatikan dalam metode KLT adalah totolan kecil di
awal yang dapat terdeteksi dengan sensitif. Metode KLT telah ditunjang
instrumentasi modern sehingga menjadi metode pemisahan yang paling fleksibel,
cepat serta tak tertandingi sehubungan dengan jumlah sampel yang dapat
dianalisis tiap unit waktu (Popl, 1990).
2. Jenis fase diam KLT
Fase diam dalam KLT berupa lapisan seragam dengan tebal 250 µm pada
permukaan bidang datar yang didukung suatu lempeng kaca, plat aluminium atau
plat plastik. Diameter partikel fase diam yang digunakan antara 10-30 µm
Semakin kecil ukuran rata-rata partikel dan semakin sempit distribusi ukuran
partikelnya, efisiensi dan resolusi pemisahan dengan KLT semakin baik.(Gandjar
dan Rohman, 2007).
Salah satu adsorben yang sering digunakan adalah silika gel. Silika gel
merupakan bentuk dari silikon dioksida, di mana atom silikon dihubungkan oleh
atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar (Clark, 2007). Struktur silika gel
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Gambar 3. Struktur silika gel (Wall, 2005)
Tabel berikut menunjukkan tata nama lempeng KLT.
Tabel I. Tata Nama Lempeng KLT
Simbol/singkatan Arti
“Sil” Produk mengandung silika gel seperti Anasil dari pabrik Analabs
G Pengikat (lapisan halus) gipsum (CaSO4.1
2H2O)
F Ditambahkan bahan yang berfluoresensi seperti seng silikat teraktivasi
mangan
254 Digunakan setelah simbol F, untuk menunjukkan panjang gelombang
eksitasi senyawa berfosforesensi yang ditambahkan
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Permukaan silika gel berupa gugus Si-O-Si dan gugus Si-OH (silanol).
Sifat gugus silanol agak asam dan polar sehingga mampu membentuk interaksi
hidrogen dengan solut-solut yang agak hingga sangat polar. Semakin polar suatu
solut, semakin kuat tahanan solut tersebut ke dalam silika gel Gugus silanol dapat
pula berinteraksi hidrogen dengan air dari udara, seperti pada gambar di bawah
ini:
Gambar 4. Interaksi hidrogen antara gugus silanol dengan air membentuk lapisan air
multilayer (Wall, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Adanya air dapat mendeaktifkan permukaan silika gel karena sisi aktif silika gel
tertutup. Hal ini diatasi dengan pemanasan lempeng pada suhu 105oC (Gandjar
dan Rohman, 2007).
3. Jenis fase gerak KLT
Fase gerak dalam KLT ialah medium angkut yang terdiri dari satu atau
beberapa bahan pelarut yang bergerak dalam fase diam karena kapilaritas (Stahl,
1985). Fase gerak yang digunakan dalam metode KLT bergerak sepanjang fase
diam karena pengaruh kapilaritas pada pengembangan secara menaik, atau karena
pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (Gandjar dan Rohman,
2007). Hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut dapat digunakan
untuk fase gerak, dengan variasi tingkat kepolaran (Gritter, Bobbit, Scharting,
1991). Polaritas pelarut yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam
tabel berikut:
Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut
Pelarut ɛo pada SiOH P’ Berat jenis (g/mL) Titik didih (
oC)
Heksan 0,01 0,1 0,659 69
Etil asetat 0,48 4,4 0,900 77
Asam asetat glasial >0,73 6,2 1,049 118
Kloroform 0,26 4,1 1,483 61
Etanol 0,69 5,2 0,789 78
(Stahl, 1985).
Pemilihan pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk dapat
memisahkan campuran senyawa dengan baik dapat berdasarkan polaritasnya yang
ditunjukkan dengan indeks polaritas (P’).
4. Penotolan sampel
Penotolan sampel dengan ukuran sekecil dan sesempit mungkin dapat
menyebabkan pemisahan yang optimal dengan metode KLT. Jika penotolan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sampel terlalu banyak, resolusi hasil pemisahannya akan menurun
Reprodusibilitas resolusi diperoleh dengan volume penotolan paling sedikit 0,5
µL. Apabila volume penotolan sampel lebih besar dari 2-10 µL, penotolan harus
dilakukan bertahap dengan pengeringan sebelum penotolan berikutnya hingga
volume yang dimaksud (Gandjar dan Rohman, 2007).
Penotolan sampel dapat dilakukan secara manual mau pun secara
otomatis dengan instrumen tertentu (autosampler), salah satunya adalah Camag
Linomat 5 (Wall, 2005).
Gambar 5. Camag Linomat 5 (Wall, 2005)
5. Pengembangan
Pengembangan adalah hal selanjutnya yang dilakukan setelah penotolan
sampel. Pengembangan dilakukan dalam suatu bejana kromatografi yang
sebelumnya telah dijenuhi fase gerak, namun tepi bawah lempeng fase diam yang
telah ditotoli sampel harus tercelup dalam fase gerak sekitar 0,5-1 cm, di bawah
tinggi fase diam yang ditotoli sampel. Penjenuhan fase gerak dilakukan dengan
melapisi bejana dengan kertas saring. Kejenuhan bejana kromatografi tercapai
saat kertas saring telah terbasahi fase gerak seluruhnya. Selama proses elusi,
bejana kromatografi harus ditutup rapat (Gandjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 6. Pengembangan dalam metode KLT (Wall, 2005)
6. Penentuan kromatogram
Data yang diperoleh dari KLT untuk mengidentifikasi senyawa berupa
nilai Rf yaitu jarak yang ditempuh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak
yang ditempuh pelarut dari titik asal (Clark, 2007). Berikut ini merupakan gambar
penentuan nilai Rf dari suatu kromatogram.
Rf = 𝑏
𝑎
Gambar 7. Cara perhitungan Rf (Wall, 2005)
Nilai maksimal Rf adalah 1 yang dicapai ketika solut memiliki D dan
faktor retensi (k’) sama dengan 0. Hal ini berarti solut bermigrasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf adalah 0 yang terjadi
jika solut tertahan di posisi awal permukaan fase diam. Nilai Rf yang baik antara
0,2-0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007).
Selama pemisahan dengan kromatografi, solut individual yang
dipisahkan membentuk profil kadar yang simetri (profil Gaussian) sesuai arah
aliran fase gerak. Profil atau disebut juga pita atau puncak perlahan akan melebar
dan sering juga membentuk profil asimetrik karena solut-solut melanjutkan
migrasinya ke fase diam. Terjadinya pelebaran puncak memiliki alasan berikut:
a. Sorpsi dan desorpsi solut terus-menerus antara fase diam dan fase gerak yang
secara inheren menghasilkan profil konsentrasi Gaussian melebar karena
migrasi solut yang berlanjut.
b. Perjalanan solut melalui partikel fase diam sedikit berbeda sehingga profil
konsentrasinya melebar dengan simetris. Keadaan ini disebut juga dengan
pengaruh lintasan ganda.
c. Spesies solut menyebar ke segala arah dengan difusi saat berada di dalam fase
gerak, difusi terjadi searah dan berlawanan dengan aliran fase gerak sehingga
menghasilkan pelebaran pita simetris.
d. Sorpsi dan desorpsi, atau transfer massa antara fase diam dan fase gerak yang
bukan suatu proses instan, terkadang juga terjadi dengan lambat. Fase gerak
yang berjalan terus-menerus membuat distribusi kesetimbangan solut yang
sebenarnya tidak pernah terjadi. Profil konsentrasi di dalam fase diam
tertinggal sedikit dibandingkan dengan profil konsentrasi dalam fase gerak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sehingga terjadi pelebaran puncak lebih lanjut. Desorpsi lambat menghasilkan
puncak asimetris.
e. Adanya variasi rasio distribusi solut dengan total konsentrasi menghasilkan
puncak asimetris (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gambar 8. Keadaan simetris dan pelebaran puncak kromatogram (Gandjar dan Rohman,
2007)
Gambar 9. Ilustrasi 3 prinsip utama yang menggambarkan puncak. (a). Pengaruh lintasan
ganda; (b). Pengaruh difusi longitudinal; (c). Pengaruh transfer massa (Gandjar dan
Rohman 2007)
Profil konsentrasi solut yang bermigrasi simetris apabila D konstan
selama kisaran konsentrasi keseluruhan puncak seperti ditunjukkan oleh isoterm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
sorpsi yang linear yang berupa plot kadar solut dalam fase diam (Cs) terhadap
kadar solut dalam fase gerak (Cm) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gambar 10. Isoterm sorpsi dan profil puncak yang dihasilkan. (a). Isoterm linear; (b).
Puncak tailing; (c). Puncak fronting (Gandjar dan Rohman 2007)
Bentuk tailing maupun fronting tidak diinginkan karena menyebabkan
kurang baiknya hasil pemisahan dan data retensi kurang reprodusibel. Ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya puncak asimetri, di antaranya jumlah
sampel yang dianalisis terlalu besar, interaksi yang luat antara solut dengan fase
diam sehingga puncak mengekor dan karena adanya kontaminan dalam sampel
yang muncul terlebih dahulu (Gandjar dan Rohman, 2007).
Parameter yang digunakan untuk menilai bentuk puncak adalah
asymmetry factor (As), diukur pada 10% tinggi puncak. Nilai As sama dengan 1
berarti puncak simetris, nilai As antara 0,95-1,1 masih baik (Snyder, et al., 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 11. Penentuan asymmetry factor (As) (Snyder, et al., 1997)
Pemisahan dari peak-peak yang ada dinyatakan dengan nilai resolusi.
Resolusi dihitung antara 2 peak berdekatan yang sebanding. Resolusi sebesar 1
merupakan nilai resolusi yang memadai bagi tujuan analisis (Pecsok, Shields,
Cairns dan McWilliam, 1976). Nilai Rs yang besarnya lebih dari atau sama
dengan 1,5 merupakan nilai Rs yang sangat baik karena pada nilai Rs tersebut
pemisahan dua puncak sempurna, disebut baseline resolution (Gandjar dan
Rohman, 2007). Pengukuran resolusi 2 puncak berdekatan terlihat dalam gambar
di bawah ini:
Gambar 12. Pemisahan dua puncak (Pecsock, et al., 1976)
Resolusi adalah selisih antara t2 (maksimum Rf2) dan t1 (maksimum Rf1)
dibagi dengan rata-rata lebar puncak 0,5 (W1+W2). Rumus nilai resolusi sebagai
berikut.
Rs = 𝑡2−𝑡1
0,5(𝑊1+𝑊2) ..……………………………………………….............(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Optimumnya metode KLT juga dilihat dari nilai reprodusibilitas antar
pemisahan solut. Parameter reprodusibilitas adalah koefisien variansi (KV). Nilai
KV yang baik adalah kurang dari atau sama dengan 2%, dihitung dengan rumus
berikut.
%KV = 𝑆𝐷
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎𝑥100% ………………………………………………. (2)
7. Densitometri
Densitometri adalah metode analisis berdasarkan pada interaksi radiasi
elektromagnetik terhadap bercak analit pada plat KLT. Metode KLT densitometri
menitikberatkan pada analisis KLT secara kuantitatif. Suatu senyawa ditetapkan
kadarnya dengan mengukur kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan melalui
KLT. Umumnya, pengukuran kerapatan bercak analit dibandingkan dengan
kerapatan bercak standar yang dielusi bersama-sama. (Sastrohamidjojo, 1985).
Gambar berikut ini merupakan instrumentasi densitometer.
Gambar 13. Instrumentasi densitometer (Wall, 2005)
Densitometri berfungsi mendeteksi lokasi puncak secara otomatis,
mengoptimasi kondisi pengukuran luas bawah kurva, scanning seluruh totolan
pada plat secara langsung, merekam spektra analit, scanning panjang gelombang
analit, kompensasi baseline otomatis untuk menghilangkan sinyal palsu yang
disebabkan oleh interfensi pada plat fase diam, kalibrasi, pelaporan data, dan
penyimpanan data untuk perhitungan kembali sekaligus (Sherma, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
D. Landasan Teori
Ibuprofen dan parasetamol adalah obat yang berkhasiat sebagai antinyeri.
Salah satu obat yang ada di pasaran dengan kandungan kedua zat tersebut adalah
tablet Neo Rheumacyl®. Ibuprofen praktis tidak larut air, sangat mudah larut
etanol, metanol, aseton, kloroform namun sukar larut etil asetat serta memiliki
E 1𝑐𝑚1% dalam metanol sebesar 14,5. Parasetamol sangat mudah larut dalam etanol,
larut air mendidih dan natrium hidroksida 1N dan memiliki 𝐸 1𝑐𝑚1% dalam metanol
sebesar 850.
Analisis ibuprofen dan parasetamol dalam rangka penjaminan mutu obat
antinyeri dapat dilakukan dengan metode KLT-densitometri. Metode KLT-
densitometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif mau pun kuantitatif
bersamaan dan dapat menganalisis senyawa campuran. Pemisahan senyawa
dengan metode ini dipengaruhi polaritas zat-zat kimia yang dipisahkan serta jenis
dan komposisi fase gerak. Pengaruh hal-hal tersebut terhadap pemisahan senyawa
terlihat dari parameter pemisahan senyawa dengan metode KLT-densitometri,
yaitu bentuk peak yang simetris (nilai As dalam rentang 0,95-1,10); nilai resolusi
≥ 1,5; nilai Rf berkisar 0,2-0,8; dan %KV ≤ 2%.
E. Hipotesis
Jenis dan komposisi fase gerak yang optimum dalam metode KLT-
densitometri akan menghasilkan pemisahan ibuprofen dan parasetamol dalam
tablet Neo Rheumacyl® yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah eksperimental karena dilakukan
perlakuan terhadap subyek uji.
B. Variabel
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis dan komposisi fase
gerak kloroform : etanol dan heksan : etil asetat : asam asetat glasial.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah pemisahan peak
ibuprofen dan parasetamol dalam tablet Neo Rheumacyl®, terlihat dari bentuk
peak, nilai Rf, nilai resolusi dan %KV.
3. Variabel pengacau terkendali
a. Kemurnian bahan baku yang digunakan. Penelitian menggunakan
bahan baku pharmaceutical grade yang kemurniannya tinggi.
b. Kemurnian pelarut yang digunakan. Penelitian menggunakan pelarut
pro analysis yang kemurniannya tinggi.
c. Tingkat kejenuhan bejana kromatografi. Bejana kromatografi
memiliki tingkat kejenuhan yang tepat ketika kertas saring yang digunakan
terbasahi oleh uap fase gerak seluruhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
C. Definisi Operasional
1. Ibuprofen dan parasetamol adalah zat aktif dalam sampel tablet Neo
Rheumacyl®, yang merupakan analit dalam penelitian ini.
2. KLT-densitometri adalah metode dengan fase diam silika gel GF254, fase
gerak kloroform : etanol ; heksan : etil asetat : asam asetat glasial dan metode
deteksi densitometri yang digunakan pada analisis ibuprofen dan parasetamol
dalam tablet merek Neo Rheumacyl®.
3. Optimasi dilakukan dengan mengubah-ubah jenis dan komposisi fase gerak
sehingga diperoleh kondisi optimum metode penetapan kadar ibuprofen dan
parasetamol.
4. Kondisi optimum metode KLT-densitometri diketahui dari parameter bentuk
peak, nilai Rf, nilai resolusi dan %KV.
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku ibuprofen
pharmaceutical grade COA no. 3308 dan parasetamol pharmaceutical grade COA
no. 20104145 (PT. Konimex), kloroform p.a. (E. Merck), etanol p.a. (E. Merck),
heksan p.a. (E. Merck), etil asetat p.a. (E. Merck), asam asetat glasial p.a. (E.
Merck), lempeng silika gel GF254 20 x 20 cm (E. Merck) dan sampel tablet Neo
Rheumacyl®.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi autosampler (CAMAG
Linomat 5), densitometer (CAMAG TLC Scanner 3), neraca analitik (Ohaus Carat
Series PAJ 1003 max 60/120 g, min 0,001 g, d=0,01/0,1 mg, e=1 mg), mikropipet
(Socorex) volume 100-1000 µL dan 1-10 mL, bejana kromatografi dan
seperangkat alat gelas.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan larutan baku ibuprofen
a. Pembuatan larutan stok ibuprofen 4000 ppm. Baku ibuprofen
ditimbang sebanyak 20,0 mg lebih kurang seksama. Baku tersebut dilarutkan
dengan sedikit metanol di dalam labu takar 5 mL lalu ditambahkan metanol
hingga tanda sehingga diperoleh larutan stok ibuprofen dengan konsentrasi 4000
ppm
b. Pembuatan seri larutan baku ibuprofen kadar 400; 560 dan 720 ppm.
Larutan stok ibuprofen 4000 ppm dipipet sebanyak 0,50; 0,70 dan 0,90 mL dan
masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Larutan tersebut lalu
diencerkan dengan metanol hingga tanda.
2. Pembuatan larutan baku parasetamol
a. Pembuatan larutan stok parasetamol 7000 ppm. Baku parasetamol
ditimbang sebanyak 35,0 mg lebih kurang seksama. Baku tersebut dilarutkan
dengan sedikit metanol di dalam labu takar 5 mL lalu ditambahkan metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
hingga tanda sehingga diperoleh larutan stok parasetamol dengan konsentrasi
7000 ppm.
b. Pembuatan seri larutan baku parasetamol kadar 700, 980 dan 1260
ppm. Larutan stok parasetamol 7000 ppm dipipet sebanyak 0,50; 0,70 dan 0,90
mL dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Larutan tersebut
lalu diencerkan dengan metanol hingga tanda.
3. Pembuatan larutan campuran baku ibuprofen dan parasetamol
Masing-masing larutan stok ibuprofen dan parasetamol dipipet sebanyak
0,50; 0,70 dan 0,90 mL lalu dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL dan diencerkan
hingga tanda dengan metanol. Pembuatan larutan campuran baku ibuprofen dan
parasetamol dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
4. Preparasi sampel
Satu tablet Neo Rheumacyl®
ditimbang lalu digerus dengan mortir.
Serbuk sampel tersebut ditimbang lebih kurang seksama dengan bobot setara 20
mg ibuprofen dan 35 mg parasetamol. Serbuk tersebut dilarutkan dengan metanol
secukupnya dalam labu takar 5 mL lalu saring menggunakan kertas saring.
Larutan hasil penyaringan dipipet sebanyak 0,70 mL lalu dimasukkan ke dalam
labu takar 5 mL dan diencerkan hingga tanda dengan metanol. Sampel dibuat
sebanyak 3 kali replikasi.
5. Penentuan panjang gelombang pengamatan ibuprofen dan parasetamol
Larutan baku ibuprofen kadar 400; 560 dan 720 ppm dan larutan baku
parasetamol kadar 700, 980, dan 1260 ppm, masing-masing tiga kali replikasi
ditotolkan sebanyak 3 µL pada plat fase diam silika gel GF254 ukuran 20 x 20 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Hasil penotolan dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi
fase gerak kloroform : etanol dengan perbandingan 7 : 3 dengan jarak
pengembangan 10 cm. Lempeng hasil pengambangan dikeluarkan dari bejana lalu
dikeringkan. Profil spektra ibuprofen dan parasetamol direkam pada 210 – 255
nm. Profil spektra masing-masing zat dibandingkan dan ditentukan panjang
gelombang di mana parasetamol dan ibuprofen secara bersamaan memiliki
serapan optimum.
6. Optimasi metode KLT-Densitometri
a. Pembuatan fase gerak. Fase gerak dibuat dalam labu takar 25 mL
dengan perbandingan campuran jenis dan komposisi sebagai berikut.
Tabel III. Jenis dan Komposisi Fase Gerak
b. Optimasi fase gerak dalam pemisahan ibuprofen dan parasetamol
dalam tablet Neo Rheumacyl®. Larutan baku ibuprofen kadar 560 ppm dan larutan
baku parasetamol kadar 980 ppm ditotolkan sebanyak 3 µL pada plat fase diam
silika gel GF254 ukuran 12 x 12 cm. Hasil penotolan dikembangkan dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhi fase gerak yang akan dioptimasi dengan jarak
pengembangan 10 cm. Lempeng hasil pengembangan dikeluarkan dan
dikeringkan. Lempeng hasil pengembangan yang telah dikeringkan lalu di-
Fase
Gerak Kloroform Etanol Heksan
Etil
asetat
Asam
asetat
glasial
Indeks
polaritas
Komposisi
I 7 3 - - - 4,64
Komposisi
II - - 9 2,5 1 1,16
Komposisi
III - - 15 5 0,7 1,29
Komposisi
IV - - 4,4 5,6 0,55 2,70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
scanning dengan densitometer pada panjang gelombang pengamatan yang telah
ditetapkan pada point 5.
c. Reprodusibilitas fase gerak hasil optimasi. Larutan campuran baku
ibuprofen dan parasetamol pada 3 tingkat konsentrasi dan larutan sampel tablet
Neo Rheumacyl® masing-masing sebanyak 3 kali replikasi ditotolkan pada plat
fase diam silika gel GF254 ukuran 14 x 12 cm. Hasil penotolan dikembangkan
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan fase gerak hasil optimasi
dengan jarak pengembangan 10 cm. Lempeng hasil pengembangan dikeluarkan
dan dikeringkan. Lempeng hasil pengembangan yang telah dikeringkan lalu di-
scanning dengan densitometer pada panjang gelombang pengamatan yang telah
ditetapkan pada point 5. Hasil pemisahan larutan campuran baku ibuprofen dan
parasetamol serta larutan sampel tablet Neo Rheumacyl® yang didapat dari 3 kali
replikasi dihitung nilai KV-nya.
G. Analisis Hasil
Hasil pemisahan ibuprofen dan parasetamol dianalisis dengan cara di
bawah ini:
1. Bentuk peak yang baik adalah simetris, yang ditentukan dari nilai faktor
asimetris (As) dengan cara berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Snyder, et al., 1997.
di mana: As = faktor asimetris
B = lebar setelah puncak peak pada ketinggian 10% dari bawah
A = lebar sebelum puncak peak pada ketinggian 10% dari bawah
2. Nilai Rf dihitung dengan cara berikut:
Rf = 𝑎
𝑏 ………………………………………………………………….(3)
di mana: Rf = faktor retardasi
a = jarak rambat bercak yang dihasilkan oleh fase gerak
b = jarak pengembangan elusi fase gerak
3. Nilai resolusi dihitung dengan cara berikut:
Rs = 𝑡2−𝑡1
0,5(𝑊1+𝑊2) ……………………………………………………… (4)
di mana: Rs = nilai resolusi
t1 = maksimum Rf1
t2 = maksimum Rf2
W1= selisih nilai end Rf1 dikurangi start Rf1
W2= selisih nilai end Rf2 dikurangi start Rf2
4. Nilai % koefisien variansi dari resolusi dihitung dengan cara berikut:
% KV = 𝑆𝐷
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖× 100% ……………………………..(5)
di mana: %KV = koefisien variansi
SD = standar deviasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis dan Komposisi Fase Gerak
Pemisahan ibuprofen dan parasetamol menggunakan metode KLT-
densitometri sangat dipengaruhi hasilnya oleh jenis dan komposisi fase gerak
yang digunakan. Hal ini membuat jenis dan komposisi fase gerak harus dioptimasi
karena metode ini belum pernah digunakan sebelumnya. Selain itu, optimasi jenis
dan komposisi fase gerak bertujuan memperoleh pemisahan yang optimal antara
ibuprofen dan parasetamol. Tabel IV berikut menunjukkan empat macam jenis
dan komposisi fase gerak yang dioptimasi dalam penelitian ini.
Tabel IV. Jenis dan komposisi fase gerak dan nilai indeks polaritasnya
Jenis dan komposisi fase gerak I dipilih berdasarkan penelitian terdahulu
terhadap pemisahan parasetamol dan tramadol HCl, yang menggunakan campuran
kloroform p.a. : etanol p.a. (7 : 3) (Solomon, Anand, Shukla, Sivakumar dan
Venkatnarayanan, 2010). Komposisi II jenis dan komposisi fase gerak diperoleh
dari penelitian terdahulu mengenai pemisahan ibuprofen dan impurities-nya yang
Fase
Gerak Kloroform Etanol Heksan
Etil
asetat
Asam
asetat
glasial
Indeks polaritas
Komposisi
I 7 3 - - - 4,64
Komposisi
II - - 15 5 0,7 1,39
Komposisi
III - - 9 2,5 1 1,49
Komposisi
IV - - 4,4 5,6 0,55 2,70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
menggunakan campuran heksan p.a. : etil asetat p.a. : asam asetat glasial p.a. (15 :
5 : 0,7) (Pyka dan Bochenska, 2010).
Jenis dan komposisi fase gerak III dipilih berdasarkan penelitian
terdahulu mengenai pemisahan campuran ibuprofen dan parasetamol dengan
metode HPTLC yang menggunakan campuran heksan p.a. : etil asetat p.a. : asam
asetat glasial p.a. (9 : 2,5 : 1) sehingga indeks polaritasnya 1,49 (Sethi, 1996).
Komposisi IV jenis dan komposisi fase gerak merupakan pengembangan jenis dan
komposisi fase gerak komposisi III, di mana perbandingan komponen-komponen
senyawa dalam campuran ini menjadi 4,4 : 5,6 : 0,55 sehingga indeks polaritas
campuran ini menjadi 2,70. Penggunaan beberapa jenis dan komposisi fase gerak
yang berbeda dalam penelitian ini bertujuan mendapatkan indeks polaritas yang
sesuai dalam pemisahan ibuprofen dan parasetamol yang menghasilkan
pemisahan ibuprofen dan parasetamol terbaik.
B. Pembuatan Larutan Baku
Larutan baku ibuprofen dan parasetamol digunakan dalam optimasi jenis
dan komposisi fase gerak ini sebagai pembanding untuk memastikan analit yang
terkandung dalam sampel adalah ibuprofen dan parasetamol. Kepastian mengenai
analit yang terdapat di dalam sampel benar-benar analit yang dimaksud dapat
dilihat dari kesamaan atau kedekatan antara nilai faktor retardasi (Rf) peak yang
muncul dari hasil scan pengembangan larutan baku dengan Rf peak yang muncul
dari hasil scan pengembangan sampel. Pelarut yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metanol karena kedua analit larut dengan baik dalam metanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Konsentrasi larutan baku yang dibuat dalam penelitian ini sebanyak tiga
tingkat untuk masing-masing analit, yaitu 400 ppm, 560 ppm dan 720 ppm untuk
ibuprofen serta 700 ppm, 980 ppm dan 1260 ppm untuk parasetamol. Pembuatan
tiga tingkat konsentrasi masing-masing larutan baku ini untuk mengetahui
keterulangan respon masing-masing analit jika konsentrasinya ditingkatkan.
Tingkatan konsentrasi larutan baku kedua analit tersebut dibuat dengan
perbandingan tertentu berdasarkan perbandingan konsentrasinya di dalam sampel
tablet Neo Rheumacyl®, yaitu 4 : 7 untuk ibuprofen : parasetamol.
C. Penentuan Panjang Gelombang () Pengamatan Ibuprofen dan
Parasetamol
Penentuan panjang gelombang () pengamatan ibuprofen dan
parasetamol bertujuan mendapatkan optimum sehingga deteksi analit
menghasilkan respon yang optimum. Penentuan pengamatan ibuprofen dan
parasetamol sangat dipengaruhi oleh nilai E 1𝑐𝑚1% yang merupakan nilai serapan
suatu zat dalam larutan dengan konsentrasi 1% b/v di dalam kuvet yang tebalnya 1
cm. Hal ini dikarenakan semakin besar nilai E 1𝑐𝑚1% suatu analit, serapan analit
semakin besar sehingga semakin mudah dideteksi.
Nilai E 1𝑐𝑚1% ibuprofen dalam metanol sangat kecil dibandingkan dengan
nilai E 1𝑐𝑚1% parasetamol dalam metanol. Ibuprofen memiliki nilai E 1𝑐𝑚
1% dalam
metanol sebesar 14,5; sedangkan parasetamol memiliki nilai E 1𝑐𝑚1% dalam metanol
sebesar 850 (Dibbern et al., 2002). Perbedaan nilai E 1𝑐𝑚1% yang besar antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
ibuprofen dan parasetamol ini membuat ibuprofen memiliki respon yang lebih
kecil daripada parasetamol.
Panjang gelombang pengamatan ibuprofen dan parasetamol ditentukan
dengan merekam pola spektra bersamaan bercak dari 3 tingkat masing-masing
larutan baku ibuprofen dan parasetamol yang telah dikembangkan menggunakan
fase gerak kloroform : etanol (7 : 3) menggunakan densitometer pada 210-255.
Gambar di bawah ini memperlihatkan profil spektra ibuprofen dan parasetamol
yang direkam bersamaan.
Gambar 14. Profil spektra tumpang tindih analit. (a). Ibuprofen; (b). Parasetamol
a b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 14 menunjukkan bahwa pada ketiga tingkat konsentrasi masing-
masing analit, baik ibuprofen maupun parasetamol memiliki pola spektra dan
maksimum yang sama. Panjang gelombang maksimum ibuprofen dan parasetamol
hasil scanning terangkum dalam tabel berikut:
Tabel V. Hasil pengukuran pengamatan ibuprofen dan parasetamol
Konsentrasi
Panjang gelombang
maksimum
Ibuprofen Parasetamol
Rendah 222 nm 247 nm
Tengah 222 nm 247 nm
Tinggi 222 nm 247 nm
Tabel V menunjukkan bahwa ibuprofen dan parasetamol memiliki
maksimum yang sama pada ketiga tingkat konsentrasi masing-masing larutan
bakunya. Kesamaan pola spektra dan maksimum pada ketiga tingkat konsentrasi
larutan baku masing-masing analit membuktikan bahwa analit yang dimaksud
benar-benar ibuprofen dan parasetamol. Hasil scanning maksimum ibuprofen
memiliki selisih satu nanometer dengan maksimum teoritisnya, 221 nm;
sedangkan parasetamol memiliki selisih tiga nanometer dengan maksimum
teoritisnya, 244 nm.
Profil spektra kedua analit yang terdapat pada gambar 14 menunjukkan
bahwa pada maksimum ibuprofen, serapan parasetamol masih cukup tinggi,
sedangkan serapan ibuprofen sangat rendah pada maksimum parasetamol
padahal konsentrasi ibuprofen lebih kecil daripada parasetamol. Hal ini mendasari
pemilihan pengamatan ibuprofen dan parasetamol untuk penelitian ini adalah
pada maksimum ibuprofen agar kedua analit terdeteksi dengan optimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Densitometer yang digunakan memiliki sumber cahaya berupa lampu
deuterium yang memancarkan cahaya pada panjang gelombang UV (190-400
nm). Sumber cahaya ini digunakan karena ibuprofen dan parasetamol memiliki
gugus kromofor dan auksokrom yang dapat menyerap cahaya di daerah UV.
Gugus kromofor dan auksokrom pada ibuprofen dan parasetamol terlihat pada
gambar 15 berikut:
Gambar 15. Gugus kromofor dan auksokrom analit. (a). Parasetamol; (b). Ibuprofen
Keterangan: = kromofor
= auksokrom
D. Optimasi Pemisahan Ibuprofen dan Parasetamol dengan Metode KLT-
Densitometri
Ibuprofen dan parasetamol dalam penelitian ini dipisahkan menggunakan
sistem kromatografi. Kromatografi dapat digunakan untuk pemisahan ibuprofen
dan parasetamol karena kedua zat ini memiliki gugus polar dan non polar yang
membuatnya dapat berinteraksi dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan.
Gambar berikut memperlihatkan gugus polar dan non polar ibuprofen dan
parasetamol.
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Gambar 16. Gugus polar dan non polar analit. (a). Parasetamol; (b). Ibuprofen
Keterangan: = gugus polar; = gugus non polar
Fase diam yang digunakan dalam penelitian ini adalah silika gel.
Permukaan silika gel terdiri dari gugus Si-O-Si dan gugus silanol (Si-OH) di mana
gugus silanol bersifat polar. Kepolaran gugus silanol membuat solut-solut agak
polar hingga sangat polar dapat berinteraksi hidrogen dengan permukaan silika.
Gugus silanol juga dapat berinteraksi hidrogen dengan air di udara yang membuat
silika gel terdeaktivasi karena gugus silanol tidak dapat berinteraksi dengan solut.
Pemanasan fase diam silika gel pada suhu 105oC dalam oven dapat mengaktivasi
kembali permukaan silika gel agar gugus tersebut dapat berinteraksi kembali
dengan gugus polar analit.
Gambar berikut menunjukkan interaksi antara analit dengan fase diam
silika gel dalam penelitian ini.
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
ON H
H
C
O
H3C
Si
O
O O
O
H
Si O
O
O
Si O
O
O
H
Si
H
O
O
O
Si
H
interaksi Hidrogen
O
O
O
H
parasetamol
fase diam silika gel
Si
O
O O
O
H
Si O
O
O
Si O
O
O
H
Si
H
O
O
O
Si
H
O
O
O
H
fase diam silika gel
CH C
CH3
H2C
HC O
O
HH3C
CH3
ibuprofen
interaksi Hidrogen
Gambar 17. Interaksi fase diam dengan analit melalui interaksi hidrogen. (a). Parasetamol;
(b). Ibuprofen
Gambar 16 di atas menunjukkan bahwa ibuprofen dan parasetamol dapat
berinteraksi dengan fase diam melalui interaksi hidrogen. Interaksi yang terjadi
antara ibuprofen dan fase diam lebih sedikit dibandingkan dengan interaksi antara
parasetamol dengan fase diam karena gugus polar ibuprofen lebih sedikit daripada
gugus polar parasetamol sehingga ibuprofen kurang tertahan di fase diam dan
lebih terbawa fase gerak yang lebih non polar, karena itu ibuprofen lebih terbawa
fase gerak daripada parasetamol sehingga nilai Rf ibuprofen lebih besar.
Jenis dan komposisi fase gerak dioptimasi agar diperoleh fase gerak yang
dapat memisahkan ibuprofen dan parasetamol dengan optimum. Penggunaan
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
beberapa jenis dan komposisi fase gerak bertujuan memperoleh fase gerak yang
dapat mengelusi analit secara serentak dengan memperbesar kekuatan interaksi
analit dengan fase gerak melalui variasi polaritas sehingga interaksi analit dengan
fase diam semakin kecil dan menghasilkan pemisahan optimum. Pemisahan yang
optimum dilihat dari beberapa parameter, yaitu bentuk peak yang simetris (nilai
As berada pada rentang 0,95-1,10), sempit dan tajam; nilai Rf berada pada rentang
0,2-0,8; nilai resolusi ≥ 1,5; dan nilai KV ≤ 2%.
Optimasi pemisahan ibuprofen dan parasetamol dilakukan dengan
menggunakan larutan baku ibuprofen dan parasetamol pada konsentrasi tengah,
yaitu 560 ppm untuk ibuprofen dan 980 ppm untuk parasetamol. Jarak
pengembangan yang digunakan untuk mengoptimasi keempat jenis dan komposisi
fase gerak dalam memisahkan ibuprofen dan parasetamol adalah 10 cm agar
pemisahan antara ibuprofen dan parasetamol optimum serta agar perbedaan hasil
elusi kedua analit ini benar-benar karena perbedaan interaksi analit dengan fase
gerak yang dioptimasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Hasil pemisahan ibuprofen dan parasetamol menggunakan keempat
macam jenis dan komposisi fase gerak terlihat pada tabel berikut:
Tabel VI. Hasil pemisahan ibuprofen dan parasetamol pada berbagai jenis dan
komposisi fase gerak
No. Jenis dan komposisi fase
gerak Analit Rf As Rs Keterangan
1. Kloroform : etanol (7 : 3)
Ibuprofen 0,77 1,70
0,86
Bentuk peak tidak simetris,
namun sempit dan tajam; nilai Rf
0,2-0,8; nilai Rs ≤ 1,5 Parasetamol 0,71 0,80
2. Heksan : etil asetat : asam
asetat glasial (15 : 5 : 0,7)
Ibuprofen 0,29 1
4,5
Bentuk peak simetris, sempit dan
tajam untuk ibuprofen, namun
tidak untuk parasetamol, nilai Rf
ibuprofen 0,2-0,8; namun tidak
untuk parasetamol, nilai Rs ≥ 1,5
Parasetamol 0,02 0,90
3. Heksan : etil asetat : asam
asetat glasial (9 : 2,5 : 1)
Ibuprofen 0,34 1
4,57
Bentuk peak simetris, sempit dan
tajam untuk ibuprofen, namun
tidak untuk parasetamol, nilai Rf
ibuprofen 0,2-0,8; namun tidak
untuk parasetamol, nilai Rs ≥ 1,5
Parasetamol 0,02 0,90
4.
Heksan : etil asetat : asam
asetat glasial (4,4 : 5,6 :
0,55)
Ibuprofen 0,73 1
5,89
Bentuk peak simetris (nilai As
0,95-1,10), sempit dan tajam, nilai
Rf 0,2-0,8; nilai Rs ≥ 1,5 Parasetamol 0,20 1
Tabel VI di atas menunjukkan bahwa kedua analit terdeteksi di semua
jenis dan komposisi fase gerak. Jenis dan komposisi fase gerak I menghasilkan
peak ibuprofen dan parasetamol yang tidak simetris dengan nilai Rs yang terlalu
kecil. Hasil pemisahan dengan jenis dan komposisi fase gerak II dan III
menghasilkan peak yang simetris, sempit dan runcing bagi ibuprofen, namun tidak
bagi parasetamol karena parasetamol tidak terelusi oleh fase gerak. Hal ini terlihat
dari nilai Rf parasetamol yang sangat rendah. Hasil pemisahan optimum diperoleh
melalui penggunaan jenis dan komposisi fase gerak IV karena nilai Rf, As dan Rs
kedua analit memenuhi syarat pemisahan optimum.
1. Fase gerak kloroform : etanol dengan perbandingan 7 : 3 (komposisi I)
Jenis dan komposisi fase gerak I memiliki indeks polaritas sebesar 4,64.
Kloroform p.a. dalam fase gerak ini adalah senyawa yang relatif non polar dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
indeks polaritas 4,4; sedangkan etanol lebih polar dengan indeks polaritas 5,2
sehingga polaritas fase gerak ini paling tinggi dibanding fase gerak lain dalam
penelitian ini. Berikut ini merupakan gambar kromatogram hasil elusi larutan
baku ibuprofen dan parasetamol.
Gambar 18. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol menggunakan fase gerak
kloroform : etanol dengan perbandingan 7 : 3. (a). Ibuprofen; (b). Parasetamol
Pemisahan yang terlihat dalam kromatogram di atas menunjukkan
pemisahan yang kurang baik karena peak ibuprofen yang terbentuk tidak simetris,
sempit dan tajam, sedangkan peak parasetamol sempit dan tajam, namun tidak
simetris. Peak ibuprofen dan parasetamol tidak simetris karena analit berinteraksi
terlalu kuat pada salah satu fase. Hasil ini menunjukkan bahwa fase gerak ini
bukan merupakan fase gerak optimum sehingga perlu dimodifikasi polaritasnya.
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan
15 : 5 : 0,7 (komposisi II)
Dalam komposisi ini, heksan p.a. merupakan komponen terbanyak
dibanding etil asetat dan asam asetat glasial, sehingga indeks polaritasnya menjadi
1,39. Heksan merupakan komponen terbesar dalam jenis dan komposisi fase gerak
ini sehingga indeks polaritas fase gerak ini lebih rendah daripada jenis dan
komposisi fase gerak I. Kromatogram setelah scanning hasil pengembangan
larutan baku ibuprofen dan parasetamol terlihat pada gambar berikut:
Gambar 19. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol menggunakan fase gerak
heksan. : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan 15 : 5 : 0,7. (a). Ibuprofen;
(b). Parasetamol
Kromatogram di atas menunjukkan bahwa ibuprofen terelusi dengan baik
sehingga bentuk peak-nya simetris, sempit dan tajam dengan nilai Rf 0,29; namun
parasetamol masih tertahan di fase diam. Hal ini terlihat dari nilai Rf-nya, yaitu
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sebesar 0,02. Hasil elusi menggunakan fase gerak ini belum optimum sehingga
jenis dan komposisi fase gerak ini masih bukan jenis dan komposisi fase gerak
optimum, karena itu modifikasi polaritas masih diperlukan agar diperoleh hasil
pemisahan ibuprofen dan parasetamol yang baik.
3. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan
9 : 2,5 : 1 (komposisi II)
Pada komposisi ini, heksan p.a. memiliki indeks polaritas 0,1; etil asetat
p.a. memiliki indeks polaritas 4,4 dan asam asetat glasial memiliki indeks
polaritas 6,2. Peningkatan indeks polaritas fase gerak ini menjadi 1,49 bertujuan
mengurangi kekuatan interaksi parasetamol dengan fase diam sehingga
parasetamol dan ibuprofen terelusi dengan baik. Kromatogram hasil
pengembangan dengan fase gerak ini terlihat pada gambar berikut:
Gambar 20. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol menggunakan fase gerak
heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan 9 : 2,5 : 1.
(a). Ibuprofen; (b). Parasetamol
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Kromatogram tersebut menunjukkan bahwa ibuprofen dapat terelusi
dengan baik karena memiliki nilai Rf 0,34 dan menghasilkan peak yang simetris,
sempit dan tajam; namun fase gerak ini kurang bisa mengelusi parasetamol
sehingga parasetamol tertahan di fase diam, seperti pada jenis dan komposisi fase
gerak II. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rf parasetamol, yaitu sebesar 0,02. Hasil
ini menunjukkan bahwa jenis dan komposisi fase gerak ini bukan jenis dan
komposisi fase gerak optimum sehingga diperlukan modifikasi polaritas agar
diperoleh pemisahan ibuprofen dan parasetamol yang baik.
4. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan
4,4 : 5,6 : 0,55 (komposisi IV)
Jenis dan komposisi fase gerak IV ini merupakan pengembangan dari
jenis dan komposisi fase gerak III dengan meningkatkan indeks polaritasnya
menjadi 2,70 sehingga menghasilkan pemisahan ibuprofen dan parasetamol yang
optimum. Penambahan polaritas fase gerak ini bertujuan meningkatkan gugus
polar dari komponen-komponen fase gerak sehingga interaksi antara analit dengan
fase gerak meningkat dan analit dapat terelusi serentak. Kromatogram hasil
pengembangan dengan fase gerak ini terdapat pada gambar di berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 21. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol menggunakan fase gerak
heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan 4,4 : 5,6 : 0,55. (a). Ibuprofen;
(b). Parasetamol
Pada kromatogram di atas, terlihat bahwa bentuk peak ibuprofen dan
parasetamol simetris, sempit dan tajam, dengan Rf 0,73 untuk ibuprofen dan 0,20
untuk parasetamol yang berarti interaksi yang terjadi antara kedua analit dengan
fase diam dan fase gerak optimum. Nilai resolusi yang diperoleh dari perhitungan
sebesar 5,89; sehingga dipastikan ibuprofen dan parasetamol terpisah dengan baik
dan fase gerak 4 disebut jenis dan komposisi fase gerak optimum. Gambar berikut
menunjukkan interaksi antara ibuprofen dan parasetamol dengan jenis dan
komposisi fase gerak optimum.
b
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 22. Interaksi analit dengan fase gerak. (a).Parasetamol; (b). Ibuprofen
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Interaksi yang terbentuk antara fase gerak dengan ibuprofen lebih banyak
daripada interaksi fase gerak dengan parasetamol. Interaksi fase gerak yang lebih
banyak dengan ibuprofen ini merupakan alasan lebih besarnya nilai Rf ibuprofen
dibandingkan dengan nilai Rf parasetamol.
Optimalitas jenis dan komposisi fase gerak 4 ini dipastikan melalui
pengujian reprodusibilitas. Uji reprodusibilitas menggunakan campuran larutan
baku ibuprofen dan parasetamol pada 3 tingkat konsentrasi, yaitu rendah, tengah,
tinggi (400 ppm, 560 ppm, 720 ppm untuk ibuprofen dan 700 ppm, 980 ppm,
1260 ppm untuk parasetamol) masing-masing dengan 3 replikasi. Reprodusibilitas
pemisahan ibuprofen dan parasetamol diketahui melalui nilai resolusi hasil
pemisahan dan KV dari nilai Rf seluruh replikasi, yaitu harus kurang dari atau
sama dengan 2%. Hasil uji reprodusibilitas terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel VII. Hasil uji reprodusibilitas jenis dan komposisi fase gerak optimum menggunakan
larutan campuran baku ibuprofen dan parasetamol pada 3 tingkat konsentrasi dengan 3
replikasi
Replikasi Analit Konsentrasi
(ppm) As Rf Rs
KV dari Rf
Keterangan
Ibuprofen Parasetamol
I
Ibuprofen 400 1 0,61 Memisah
0,6% 2%
Bentuk peak
simetris (As
0,95-1,10);
nilai Rs ≥
1,5; KV dari
Rf ≤ 2%
Parasetamol 700 1 0,16
Ibuprofen 560 1 0,61 Memisah
Parasetamol 980 1 0,16
Ibuprofen 720 1 0,61 Memisah
Parasetamol 1260 1 0,16
II
Ibuprofen 400 1 0,61 Memisah
Parasetamol 700 1 0,16
Ibuprofen 560 1 0,61 Memisah
Parasetamol 980 1 0,16
Ibuprofen 720 1 0,61 Memisah
Parasetamol 1260 1 0,16
III
Ibuprofen 400 1 0,62 Memisah
Parasetamol 700 1 0,17
Ibuprofen 560 1 0,61 Memisah
Parasetamol 980 1 0,16
Ibuprofen 720 1 0,61 Memisah
Parasetamol 1260 1 0,16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel VII menunjukkan bahwa pemisahan ibuprofen dan parasetamol
menggunakan fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan
perbandingan 4,4 : 5,6 : 0,55 reprodusibel. Nilai Rf ibuprofen memenuhi
persyaratan nilai Rf yang optimum sebesar 0,2-0,8; sedangkan nilai Rf
parasetamol tidak memenuhi. Hal ini tidak bermasalah karena sampel yang
digunakan bukan sampel yang kompleks sehingga tidak dikhawatirkan terdapat
komponen-komponen lain yang belum terpisahkan pada nilai Rf yang lebih rendah
daripada nilai Rf parasetamol.
Nilai resolusi pemisahan ibuprofen dan parasetamol menggunakan
metode ini dipastikan sangat tinggi karena dilihat dari nilai Rf kedua analit yang
benar-benar berbeda, yaitu 0,16 untuk parasetamol dan 0,61 untuk ibuprofen Hal
ini membuat persyaratan nilai KV untuk resolusi tidak diperlukan, namun
persyaratan nilai KV digunakan untuk menjamin keterulangan nilai Rf peak
masing-masing analit sehingga perbedaan nilai Rf kedua analit tetap dan
pemisahan kedua peak analit lebih pasti. Nilai KV dari Rf memenuhi persyaratan
kurang dari atau sama dengan 2%, yaitu 0,6% untuk ibuprofen dan 2% untuk
parasetamol.
Dalam kromatogram hasil uji reprodusibilitas, terlihat bahwa peak yang
muncul tidak hanya milik ibuprofen dan parasetamol saja, namun juga peak-peak
kecil yang kemungkinan besar berasal dari fase gerak. Kemungkinan ini diperkuat
melalui blanko. Blanko dari uji reprodusibilitas telihat pada gambar berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 23. Kromatogram blanko uji reprodusibilitas baku
Peak-peak kecil yang terdapat dalam kromatogram tidak mempengaruhi
perhitungan nilai resolusi antara ibuprofen dan parasetamol karena resolusi
dihitung antara 2 peak berdekatan yang sebanding, dalam hal ini ibuprofen dan
parasetamol. Resolusi sebesar 1 merupakan nilai resolusi yang memadai bagi
tujuan analisis (Pecsok, et al., 1976). Hal ini mendasari perhitungan nilai resolusi
antara ibuprofen dan parasetamol serta resolusi antara peak-peak yang tidak
sebanding dengan kedua peak analit tersebut. Peak-peak yang kemungkinan
berasal dari fase gerak tersebut tidak mengganggu peak analit karena peak analit
terpisah dari peak terdekat yang berasal dari fase gerak yang ditunjukkan oleh
nilai resolusinya yang lebih besar dari satu.
Reprodusibilitas metode ditetapkan tidak hanya menggunakan larutan
baku, namun juga menggunakan sampel tablet merek Neo Rheumacyl®.
Kromatogram hasil pengujian reprodusibilitas sampel tablet merek Neo
Rheumacyl® terlihat pada gambar berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 24. Kromatogram pemisahan ibuprofen dan parasetamol dalam sampel tablet
merek Neo Rheumacyl® menggunakan fase gerak teroptimasi. (a). Replikasi I; (b). Replikasi
II; (c). Replikasi III
Hasil uji reprodusibilitas sampel tablet merek Neo Rheumacyl®
terangkum pada tabel di bawah ini.
Tabel VIII. Hasil uji reprodusibilitas jenis dan komposisi fase gerak optimum menggunakan
3 replikasi sampel tablet merek Neo Rheumacyl® dengan fase gerak teroptimasi
Replikasi Analit As Rf Rs KV dari Rf Keterangan
Ibuprofen Parasetamol
I Ibuprofen 1 0,63
Memisah
0% 0%
Bentuk peak
simetris (As
0,95-1,10); nilai
Rs ≥ 1,5; KV
dari Rf ≤ 2%
Parasetamol 1 0,17
II Ibuprofen 1 0,63
Memisah Parasetamol 1 0,17
III Ibuprofen 1 0,63
Memisah Parasetamol 1 0,17
Tabel VIII menunjukkan bahwa pemisahan ibuprofen dan parasetamol
dalam sampel tablet merek Neo Rheumacyl® menggunakan fase gerak heksan :
etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan 4,4 : 5,6 : 0,55 reprodusibel.
Nilai Rf ibuprofen sebesar 0,63 berarti memenuhi persyaratan nilai Rf yang
a b
c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
optimum, yaitu 0,2-0,8; sedangkan nilai Rf parasetamol tidak memenuhi karena
kurang dari 0,2. Hal ini tidak bermasalah karena sampel yang digunakan bukan
sampel yang kompleks sehingga tidak dikhawatirkan terdapat komponen-
komponen lain yang belum terpisahkan pada nilai Rf yang lebih rendah daripada
nilai Rf parasetamol. Hal lain yang menjamin bahwa pemisahan ibuprofen dan
parasetamol adalah pemisahan yang baik adalah kesamaan profil kromatogram
dan parameter-parameter pemisahan pada hasil uji reprodusibilitas menggunakan
larutan campuran baku dengan hasil uji reprodusibilitas sampel.
Gambar 24 menunjukkan tidak terdapatnya gangguan dari bahan-bahan
tambahan dalam tablet karena peak-peak yang muncul selain peak analit berasal
dari fase gerak yang digunakan. Hal ini dipastikan dengan adanya blanko pada
gambar 25 berikut:
Gambar 25. Kromatogram blanko pada pemisahan ibuprofen dan parasetamol dalam
sampel tablet merek Neo Rheumacyl® menggunakan fase gerak teroptimasi.
Kromatogram blanko di atas menunjukkan kesamaan bentuk dengan
yang terdapat pada pemisahan ibuprofen dan parasetamol dalam sampel tablet
merek Neo Rheumacyl®. Dalam gambar 24 di atas, peak yang muncul selain peak
ibuprofen dan parasetamol bukan merupakan peak yang sebanding dengan peak
kedua analit sehingga tidak mempengaruhi pemisahan ibuprofen dan parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Hal ini menunjukkan bahwa metode ini dapat memberikan hasil pemisahan
ibuprofen dan parasetamol dalam sampel tablet merek Neo Rheumacyl® dengan
baik. Hasil uji reprodusibilitas baku dan sampel membuktikan bahwa metode
KLT-densitometri ini optimum untuk memisahkan dan menganalisis ibuprofen
dan parasetamol dan dapat digunakan untuk penjaminan mutu produk tablet
merek Neo Rheumacyl®.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jenis dan komposisi fase gerak optimum yang menghasilkan bentuk peak
simetris, sempit, dan tajam dengan nilai resolusi ≥ 1,5 serta nilai KV dari Rf
ibuprofen maupun parasetamol ≤ 2% untuk memisahkan ibuprofen dan
parasetamol dalam sampel tablet merek Neo Rheumacyl® dengan metode KLT-
densitometri adalah heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan
4,4 : 5,6 : 0,55.
B. Saran
1. Validasi metode penetapan kadar ibuprofen dan parasetamol dalam sampel
tablet merek Neo Rheumacyl®
dengan metode KLT-densitometri dalam
kondisi optimum perlu dilakukan.
2. Penetapan kadar ibuprofen dan parasetamol dalam sampel tablet merek Neo
Rheumacyl®
dengan metode KLT-densitometri dalam kondisi optimum perlu
dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Y. K., 2010, Validasi Metode Penetapan Kadar Campuran Parasetamol
dan Ibuprofen Secara Spektrofotometri UV dengan Aplikasi Metode
Panjang Gelombang Berganda, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Apotekerinfo, 2011, Parasetamol, Obat Demam dan Nyeri Andalan, http://www.
apoteker.info/Topik Khusus/parasetamol.htm, diakses tanggal 23 April
2011.
Battu, P. R., Reddy, M. S., 2009, RP-HPLC Method for Simultaneous Estimation
of Paracetamol and Ibuprofen in Tablets, Asian J. Research Chem., 2(1),
70-72.
Clark, J., 2007, Kromatografi Lapis Tipis, http://www.chem-is-try.org/materi_
kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_lapis_tipis/, diakses
tanggal 29 April 2011.
Dibbern, H. W., Müller, R. M., and Wirbitzki, E., 2002, UV and IR Spectra of
Pharmaceutical Substances and IR Spectra of Pharmaceutical and
Cosmetic Excipients, TD-PIRSCH, Aulendorf, pp. 834, 1392.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
pp. 449, 649.
DrugLib, 2011, MOTRIN® (Ibuprofen) Suspension 100 mg/5 mL, http://www.
druglib. com/ druginfo/motrin/, diakses tanggal 23 April 2011.
Edict Consulting Ltd, 2008, Public Assessment Report Paracetamol 250mg/5mL
Oral Suspension, http://www.mhra.gov.uk/home/groups/pl/documents/
websiteresources/con015073.pdf, diakses tanggal 5 Mei 2011.
Gandjar, I. G., and Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, pp. 326-340, 353, 356, 359, 361.
Gondalia, R., Mashru, R., and Savaliya, P., 2010, Development and Validation of
Spectrophotometric Methods for Simultaneous Estimation of Ibuprofen
and Parasetamol in Soft gelatin capsule by Simultaneous Equation
Method, International Journal of ChemTech Research, 2 (4), 1881-1885.
Gritter, R. J., Bobbit, J. M., Schwarting, A. E., 1991, Pengantar Kromatografi,
edisi 2, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., ITB Press, Bandung, pp.
115.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hassan, W. S., 2008, Determination of Ibuprofen and Paracetamol in Binary
Mixture Using Chemometric-Assisted Spectrophotometric, American
Journal of Applied Sciences, 5 (8), 1005-1012.
Healthline Network, 2009, Ibuprofen Oral Tablet, http://www.healthline.com/
goldcontent/ibuprofen/2#, diakses tanggal 23 April 2011.
Martono, S., 1996, Penentuan Kadar Kurkumin Secara Kromatografi Lapis Tipis-
Densitometri, Buletin ISFI Yogyakarta, 2(4), 11.
Mulja, H.M. and Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Universitas Airlangga,
Surabaya, pp. 26.
Pecsock, R. L., Shields, L. D., Cairns, T., and McWilliam, I. G., 1976, Modern
Methods of Chemical Analysis, 2nd
ed., John Willey & Sons, Inc., New
York, pp. 51.
Popl, M., Fahnrich, J., Tatar, W., 1990, Chromatographic Analysis of Alkaloids,
Marcel Dekker Inc., New York, pp. 266.
Prabowo, Y. P., 2010, Optimasi Pemisahan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen
dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pyka, A., and Bochenska, P., 2010, Comparison of NP-TLC and RP-TLC with
Densitometry to Quantitative Analysis of Ibuprofen in Pharmaceutical
Preparations, Journal of Liquid Chromatography & Related Technologies,
33 (6), 825 – 836.
Sastrohamidjojo, H., 1985, Kromatografi, Edisi ke-2, Liberty, Yogyakarta, 28.
Sethi, P. D., 1996, High Performance Thin Layer Chromatography Quantitative
Analysis of Pharmaceutical Formulations, CBS Publishers & Distributors,
New Delhi, pp. 180.
Sherma, J., and Fried B., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography, 2nd
ed.,
Marcel Dekker Inc., New York, pp. 20.
Snyder, L. R., Kirkland, J. J., and Glach, J. L., 1997, Practical HPLC Method and
Development, 2nd
ed., John Willey & Sons, Inc., New York, pp. 690.
Solomon, W. D. S., Anand, P. R. V., Shukla, R., Sivakumar, R., and
Venkatnarayanan, R., 2010, Application of TLC- Densitometry Method
for Simultaneous Estimation of Tramadol HCl and Paracetamol in
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pharmaceutical Dosage Forms, International Journal of ChemTech
Research, 2 (2), 1188-1193.
Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy, Penerbit
ITB, Bandung, pp. 7.
The Pain Relief Clinic, 2008, Nyeri, http://www.painrelief.com.sg/id/category/
pain.htm, diakses tanggal 23 April 2011.
Wall, P. E., 2005, Thin-Layer Chromatography: a Modern Practical Approach,
VWR International Ltd., Dorset, pp. 8, 10, 71, 79, 157.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 1. Sertifikat Analisis Baku Ibuprofen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 2. Sertifikat Analisis Baku Parasetamol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 3. Data Penimbangan Baku dan Sampel serta Contoh Perhitungan
Konsentrasi Seri Baku
Penimbangan Baku Ibuprofen dan Parasetamol
Bobot
Orientasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Ibupro-
fen
Paraseta-
mol
Ibupro-
fen
Paraseta-
mol
Ibupro-
fen
Paraseta-
mol
Ibupro-
fen
Paraseta-
mol
Gram 0,0199 0,0350 0,0202 0,0352 0,0201 0,0350 0,0202 0,0351
Penimbangan Sampel
Bobot Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Gram 0,0750 0,0749 0,0749
Contoh perhitungan kadar seri larutan baku ibuprofen:
Konsentrasi stok = 0,0201 𝑔
5 𝑚𝐿 = 4020 ppm.
Konsentrasi seri baku yang dibuat:
a. V1.C1 = V2.C2
0,5 mL.4020 ppm = 5 mL. C2
C2 = 402 ppm
b. V1.C1 = V2.C2
0,7 mL.4020 ppm = 5 mL. C2
C2 = 562,8 ppm
c. V1.C1 = V2.C2
0,9 mL.4020 ppm = 5 mL. C2
C2 = 723,6 ppm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Contoh perhitungan kadar seri larutan baku parasetamol:
Konsentrasi stok = 0,0350 𝑔
5 𝑚𝐿 = 7000 ppm.
Konsentrasi seri baku yang dibuat:
a. V1.C1 = V2.C2
0,5 mL.7000 ppm = 5 mL. C2
C2 = 700 ppm
b. V1.C1 = V2.C2
0,7 mL.7000 ppm = 5 mL. C2
C2 = 980 ppm
c. V1.C1 = V2.C2
0,9 mL.7000 ppm = 5 mL. C2
C2 = 1260 ppm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 4. Sistem KLT-Densitometri yang Digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 5. Perhitungan Polaritas Fase Gerak
Diketahui indeks polaritas: Kloroform = 4,4
Etanol = 5,2
Heksan = 0,1
Etil asetat = 4,4
Asam asetat glasial = 6,2
Jenis dan komposisi fase gerak:
1. Kloroform : etanol (7 : 3)
Indeks polaritas = 7
10× 4,4 +
3
10× 5,2 = 4,64
2. Heksan : etil asetat : asam asetat glasial (15 : 5 : 0,7)
Indeks polaritas = 15
20,07× 0,1 +
5
20,07× 4,4 +
0,7
20,07× 6,2 = 1,39
3. Heksan : etil asetat : asam asetat glasial (9 : 2,5 : 1)
Indeks polaritas = 9
12,5× 0,1 +
3
12,5× 4,4 +
1
12,5× 6,2 = 1,49
4. Heksan : etil asetat : asam asetat glasial (4,4 : 5,6 : 0,55)
Indeks polaritas = 4,4
10,55× 0,1 +
5,6
10,55× 4,4 +
0,55
10,55× 6,2 = 2,70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 6. Hasil Scanning Panjang Gelombang Maksimum Ibuprofen dan
Parasetamol untuk Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan
Konsentrasi
Panjang gelombang
maksimum
Ibuprofen Parasetamol
Rendah 222 nm 247 nm
Tengah 222 nm 247 nm
Tinggi 222 nm 247 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 7. Contoh Perhitungan Nilai As (Asymmetry Factor) Puncak
Ibuprofen dan Parasetamol
Keterangan : tinggi puncak = 4,86 cm
10% dari tinggi puncak = 10% x 4,86 cm = 0,486 cm
= 4,86 mm
A = 0,55 cm
B = 0,57 cm
As = 𝐵
𝐴 =
0,57
0,55 = 1,04
10% dari tinggi puncak
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 8. Contoh Perhitungan Nilai Resolusi Pemisahan Ibuprofen dan
Parasetamol
Diketahui kromatogram:
Perhitungan nilai resolusi dihitung terhadap puncak yang berdekatan dan
sebanding. Puncak yang berdekatan dan sebanding dalam kromatogram di atas
adalah puncak 1 dan 3, sehingga diketahui:
t1 = maksimum Rf1 = 0,16
t2 = maksimum Rf2 = 0,61
W1 = selisih nilai end Rf1 dikurangi start Rf1 = 0,19 – 0,12
= 0,07
W2 = selisih nilai end Rf2 dikurangi start Rf2 = 0,65 – 0,57
= 0,08
Perhitungan: Rs = 𝑡2−𝑡1
0,5(𝑊1+𝑊2)
= 0,61−0,16
0,5(0,07+0,08)
= 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 9. Kromatogram Reprodusibilitas Baku
1. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 400 ppm dan parasetamol
700 ppm replikasi I
2. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 560 ppm dan parasetamol
980 ppm replikasi I
3. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 720 ppm dan parasetamol
1260 ppm replikasi I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 400 ppm dan parasetamol
700 ppm replikasi II
5. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 560 ppm dan parasetamol
980 ppm replikasi II
6. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 720 ppm dan parasetamol
1260 ppm replikasi II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
7. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 400 ppm dan parasetamol
700 ppm replikasi III
8. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 560 ppm dan parasetamol
980 ppm replikasi III
9. Kromatogram campuran larutan baku ibuprofen 720 ppm dan parasetamol
1260 ppm replikasi I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 10. Perhitungan Nilai KV dari Rf Ibuprofen dan Parasetamol
dalam Uji Reprodusibilitas Baku dan Sampel
a. Reprodusibilitas baku
Perhitungan:
KV Rf ibuprofen = % KV = 𝑆𝐷
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 R𝑓× 100%
= 3,33 x 10−3
0,611× 100% = 0,6%
KV Rf parasetamol = % KV = 𝑆𝐷
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 R𝑓× 100%
= 3,34 x 10−3
0,161× 100% = 2%
No. Rf baku ibuprofen Rf baku
parasetamol
1. 0,61 0,16
2. 0,61 0,16
3. 0,61 0,16
4. 0,61 0,16
5. 0,61 0,16
6. 0,61 0,16
7. 0,61 0,16
8. 0,62 0,17
9. 0,61 0,16
Rata-rata 0,611 0,161
SD 3,33 x 10-3
3,34 x 10-3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
b. Reprodusibilitas sampel
Perhitungan:
KV Rf ibuprofen = % KV = 𝑆𝐷
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 R𝑓× 100%
= 0
0,63× 100% = 0%
KV Rf parasetamol = % KV = 𝑆𝐷
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 R𝑓× 100%
= 0
0,17× 100% = 0%
No. Rf ibuprofen
dalam sampel
Rf parasetamol
dalam sampel
1. 0,63 0,17
2. 0,63 0,17
3. 0,63 0,17
Rata-rata 0,63 0,17
SD 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 11. Blanko Optimasi Jenis dan Komposisi Fase Gerak
1. Fase gerak kloroform : etanol dengan perbandingan 7 : 3 (komposisi I)
2. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan 15 :
5 : 0,7 (komposisi II)
3. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan 9 :
2,5 : 1 (komposisi III)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4. Fase gerak heksan : etil asetat : asam asetat glasial dengan perbandingan 4,4 :
5,6 : 0,55 (komposisi IV)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Optimasi Metode KLT-
Densitometri pada Penetapan Kadar Ibuprofen dan
Parasetamol dalam Tablet merek Neo Rheumacyl®
”
bernama lengkap Agnes Susianti. Penulis lahir di
Bandung pada tanggal 1 Januari 1990 dan merupakan
anak sulung dari dua bersaudara pasangan Alm.
Stephanus Susento dan Lucia Sudaryanti. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan di SD Kanisius Kalasan
(1996-2002), SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta (2002-2005) dan di SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta (2005-2008). Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2008.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kromatografi dan Kimia
Analisis serta aktif dalam kegiatan kepanitiaan, yaitu di bagian Kesekretariatan
dalam Tiga Hari Temu Akrab Farmasi 2009, Kesekretariatan Pelepasan Wisuda
2009, menjadi peserta seminar HIV AIDS pada tahun 2008, sie Humas Pofasadha
2010, sekretaris pada acara Kunjungan Ilmiah, Budaya dan Wisata (KUIL)
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta ke Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta pada 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related