oleh: ustari putri usalma inez wijaya enggar revan satrio...
Post on 15-Apr-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di Departemen Rehabilitasi Medik RSMH Palembang
Pembimbing: dr. Jalalin, Sp.RM
Oleh: Ustari Putri Usalma
Inez Wijaya Enggar Sari Revan Satrio
Khairunnisa Hendra Putri Wahab Abadi
BAB I
I. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Pekerjaan : -
Tanggal Pemeriksaan : 5 April 2013
Status Penderita
II. Anamnesis
Keluhan Utama
• Penderita mengalami kelemahan lengan dan tungkai sebelah kiri yang terjadi secara tiba-tiba.
Riwayat Perjalanan Penyakit
• Kurang lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit (tanggal 18 Maret 2013), penderita mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri yang terjadi secara tiba-tiba tanpa disertai penurunan kesadaran.
• Saat bicara mulut penderita mengot ke sebelah kiri dan namun bicaranya tidak pelo.
• Penderita bisa duduk, belum bisa berdiri, bisa makan minum sendiri.
Riwayat Penyakit Terdahulu
• Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu namun tidak kontrol dan minum obat.
Riwayat Pekerjaan
• Petani di sebuah desa di Kabupaten Lubuklinggau.
Riwayat Sosial Ekonomi
• Penderita merupakan kepala keluarga, sudah menikah dan memiliki 2 anak dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah ada 5 orang.
• Penghasilan didapat dari hasil bertani dan usaha kecil-kecilan menantu.
• Penghasilan yang didapat cukup memenuhi kebutuhan keluarga.
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : GCS E4 M6 V5 Status Gizi : TB 164 cm, BB 61 kg BMI : 22,68 Cara berjalan / Gait : Antalgik gait : belum dapat dinilai Hemiparese gait : belum dapat dinilai Steppage gait : belum dapat dinilai Parkinson gait : belum dapat dinilai Tredelenberg gait : belum dapat dinilai Waddle gait : belum dapat dinilai Lain – lain : belum dapat dinilai
Bahasa / bicara Komunikasi verbal : Baik Komunikasi nonverbal: Baik Tanda vital Tekanan darah : 120/90 mmHg Nadi : 90 x/menit Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,5 0C Kulit : Anemis (-), eritema (-), ulkus dekubitus (-), permukaan plantar dan palmar kering (+), edem volar sinistra (+) Status Psikis Sikap : kooperatif Orientasi : baik Ekspresi wajah : wajar Perhatian : baik
Saraf Kanan Kiri
I. N.Olfaktorius Normal Normal
II. N.Opticus Normal Normal
III. N.Occulomotorius Normal Ptosis
IV. N.Trochlearis Normal Normal
V. N.Trigeminus Normal Normal
VI. N. Abducens Normal Normal
VII. N. Fascialis Plica nasolabialis kiri datar (+)
Sudut kiri mulut tertinggal (+)
VIII. N.Vestibularis Normal Normal
IX. N.Glossopharyngeus Normal Normal
X. N.Vagus Normal Normal
XI. N. Accesorius Angkat bahu kiri tertinggal (+)
XII. N. Hypoglosus Disartria (-)
Lidah deviasi ke kiri (+)
Pemeriksaan Saraf-Saraf Otak
Kepala
Bentuk : normal, simetris
Ukuran: normocephali
Posisi
- Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), strabismus (-), eksoftalmus (-), ptosis OS (-)
- Hidung : deviasi septum (-), epistaksis (-)
- Telinga : dalam batas normal, serumen (-)
- Mulut : sudut mulut kiri tertinggal
- Wajah : simetris
- Gerakan abnormal : (-)
Leher
Inspeksi : dinamis, simetris, posisi trakea normal, pembesaran KGB (-), kontrol terhadap kepala baik
Palpasi : JVP tidak meningkat, kaku kuduk (-),
Luas Gerak Sendi
Ante / retrofleksi (n 65/50) : 650/500
Laterofleksi (D/S) (n 40/40) : 400/400
Rotasi (D/S) (n 45/45) : 450/450
Test provokasi
Lhermitte test / Spurling: tidak dilakukan
Test Valsalva : negatif
Distraksi test :tidak dilakukan
Test Nafziger : tidak dilakukan
Thorak
Bentuk : normal
Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : tidak dilakukan
Paru- paru
Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi : stem fremitus sama kanan-kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tak terlihat
Palpasi: iktus kordis tak teraba
Perkusi: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: suara jantung normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : simetris, datar Palpasi : lemas, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-) Perkusi : timpani Auskultasi: bising usus (+) normal Trunkus Inspeksi : Simetris Deformitas : (-) Lordosis : (-) Scoliosis : (-) Gibbus : (-) Hairy spot : (-) Pelvic Tilt : (-) Palpasi: Spasme otot-otot para vertebra : (-) Nyeri tekan : (-) Luas gerak sendi lumbosakral Ante /retro fleksi (95/35) : 95/35 Laterofleksi (D/S) (40/40) : 40/40 Rotasi (D/S) (35/35) : 35/35
Test provokasi Valsava test : - Laseque : -/- Test Baragard dan Sicard : -/- Nafziger test : - Test SLR : -/- Test: O’Connell : -/- FNST : -/- Test Patrick : -/- Test Kontra Patrick : -/- Test Gaenslen : -/- Test Thomas : tidak dilakukan Test Ober’s : tidak dilakukan Nachalas knee flexion test : tidak dilakukan Mc.Bride sitting test : tidak dilakukan Yeoman’s hyprextension : tidak dilakukan Mc.Bridge toe to mouth sitting test : tidak dilakukan Test Schober : tidak dilakukan
Anggota Gerak Atas
kanan kiri Inspeksi Deformitas : (-) (-) Edema : (-) (+) Tremor : (-) (-) Neurologi Motorik Dextra Sinistra Gerakan luas terbatas Kekuatan Abduksi lengan 5 3 Fleksi siku 5 3 Ekstensi siku 5 3 Ekstensi Wrist 5 3 Fleksi jari- jari tangan 5 3 Abduksi jari tangan 5 3 Tonus eutonus (3) hipertonus (4) Tropi eutropi eutropi Refleks Fisiologis Refleks tendon biseps normal (++) meningkat (+++) Refleks tendon triseps normal (++) meningkat (+++) Refleks Patologis
Hoffman (-) (-) Tromner (-) (-)
Sensorik Protopatik : normal normal Proprioseptik : normal normal Vegetatif : normal normal
Penilaian fungsi tangan kanan kiri Anatomical normal normal Grips normal normal Spread normal normal Palmar abduct normal normal Pinch normal normal
Luas gerak Aktif Aktif Pasif Pasif Sendi Dextra Sinistra Dextra Sinistra Abduksi bahu 0-180° 0-80° 0-180° 0-120° Adduksi bahu 180-0° 80-0° 180-0° 120-0° Fleksi bahu 0-180° 0-80° 0-180° 0-120° Ekstensi bahu 0-60° 0-20° 0-60° 0-20° Endorotasi bahu(f0) 90-0o 30o-0o 90-0o 30o-0o Eksorotasi bahu (f0) 0-90o 0-30o 0-90o 0-30o Endorotasi bahu(f90) 90-0o 30-0o 90-0o 30-0o Eksorotasi bahu (f90) 0-90o 0-30o 0-90o 0-30o Fleksi siku 0-150o 0-100o 0-150o 0-110o Ekstensi siku 150-0o 100-0o 150-0o 110-0o Ekstensi perg. tangan 0-70o 0-50o 0-70o 0-50o Fleksi perg. tangan 0-80o 0-80o 0-80o 0-90o Supinasi 0-90o 0-30o 0-90o 0-70o
Anggota Gerak Bawah
Inspeksi kanan kiri Deformitas : (-) (-) Edema : (-) (-) Tremor : (-) (-) Palpasi Nyeri tekan : (-) (-) Diskrepansi : (-) (-) Neurologi Motorik Kanan Kiri
Gerakan luas terbatas Kekuatan
Fleksi paha 5 4 Ekstensi paha 5 4 Ekstensi lutut 5 4 Fleksi lutut 5 4 Dorsofleksi pergelangan kaki 5 4 Dorsofleksi ibu jari kaki 5 4 Plantar fleksi pergelangan 5 4
Tonus eutonus (3) hipertonus (4) Tropi eutropi eutropi
Refleks Fisiologis Refleks tendo patella normal (++) meningkat (+++) Refleks tendo achilles normal (++) meningkat (+++)
Refleks patologi Babinsky negatif positif Chaddock negatif positif Sensorik : tidak ada kelainan Vegetatif : tidak ada kelainan
Luas gerak sendi Aktif Aktif Pasif Pasif Dextra Sinistra Dextra Sinistra -Fleksi paha 0-45o 0-25o 0-45o 0-30o -Ekstensi paha 45-0o 25-0o 45-0o 30-0o -Endorotasi paha -Adduksi paha 0-10-15o 0-5o 0-10-15o 0-10o -Abduksi paha 0-90o 0-45o 0-90o 0-70o -Fleksi lutut 0-1350 0-60o 0-1350 0-100o -Ekstensi lutut 0-1350 0-135o 0-1350 0-1350 -Dorsofleksi pergelangan kaki 0-200 0-100 0-200 0-200 -Plantar fleksi pergelangan kaki 0-500 0-200 0-500 0-500 -Inversi kaki 0-60o 0-20o 0-60o 0-40o Eversi kaki 0-20o 0-5o 0-20o 0-15o
Test Provokasi sendi lutut kanan kiri Stres test tidak dilakukan tidak dilakukan Drawer’s test tidak dilakukan tidak dilakukan Test Tunel pada sendi lutut tidak dilakukan tidak dilakukan Test Homan tidak dilakukan tidak dilakukan
Radiologis:
Ro Thorax PA: jantung dalam batas normal; CTR< 50%
Laboratorium
Darah Rutin (20 Maret 2013)
Hemoglobin : 14,5 gr/dl
Eritrosit : 5.270.000 /mm3
Hematokrit : 43 vol%
Leukosit : 9.300 /mm3
LED : 75 mm/jam
Trombosit : 456.000 /mm3
Hitung Jenis : 0/0/1/67/16/10
Kimia Darah (20 Maret 2013)
BSS : 84 mg/dll
Uric acid : 5,0 mg/dl
Ureum : 34 mg/dl
Kreatinin : 0,7 mg/dl
CK – NAC : 100 U/l (39-308U
CK – MB : 36 U/l (7-25U/l)
Natrium : 134 mEq/l
Kalium : 5 mEq/l
Kalsium : 9,6 mmol/l
Klorida : 103 mEq/l
Urinalisis (20 Maret 2013)
Berat jenis : 1,015
pH : 6,5
Protein : negatif
Glukosa : negatif
Keton : negatif
Darah : negatif
Bilirubin : negatif
Urobilinogen : (+)
Nitrit : negatif
Sedimen urin:
Epitel : +
Leukosit : 1-2
Eritrosit : 0-1
Silinder : Negatif
Kristal : Negatif
Lain-lain CT-Scan/ MRI
CT-Scan: gambaran hiperdens pada ventrikel dan cortex cerebrum dextra; kesan: ICH IVH
Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi
No Level ICF Kondisi Saat Ini Sasaran
1. Struktur dan Fungsi Pasien mengalami hemoragia
cerebri dan menyebabkan
Hemiparese sehingga pasien
mengalami kelumpuhan pada
sisi sebelah kiri.
Pasien dapat menggerakkan
dan menggunakan alat gerak
tubuh bagian kiri
2. Aktivitas Tidak bisa melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri.
Pasien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara
mandiri.
3. Partisipasi Terjadi gangguan karena pasien
tidak bisa berpartisipasi dalam
kegiatan sosial.
Dapat kembali berpartisipasi
dalam kegiatan sosial.
Diagnosis Klinis:
Hemiparese sinistra spastik + Parese N.VII & N.XII sinistra tipe sentral + e.c. ICH ,IVH
Fisioterapi
Terapi panas : IRR ekstremitas sinistra
Terapi Latihan : Latihan aktif ROM
Okupasi terapi
ROM exercise : + ROM aktif
ADL exercise : latihan motorik halus dan fungsi kordinasi
Edukasi :
Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan berlatih secara teratur
Program Rehabilitasi Medik
IVFD RL + drip tramadol 2 amp gtt XX/m
Inj Citicholin 2 x 250 mg (iv)
Inj. Ranitidin 2x1 amp(iv)
Vit B1B6B12 3 x 1 tab
Terapi Medikamentosa
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Prognosis
BAB II
Definisi : Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Epidemiologi: o Stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung
dan kanker (WHO). o Stroke menyerang 35,8 % penderita usia lanjut dan 12,9 % pada
usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Yayasan Stroke Indonesia).
Stroke
Etiologi:
Penyumbatan aliran darah otak karena vasospasme langsung dan menimbulkan gejala defisit atau perangsangan sesuai dengan fungsi daerah otak yang terkena.
Trombosis
Penyumbatan aliran darah yang disebabkan oleh thrombus. Akibatnya aliran darah otak regional tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan darah otak yang terganggu, berkaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat ateroklerosis.
Emboli
Penyumbatan aliran darah otak oleh embolus. Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis tapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
Pendarahan Serebri
Lesi daerah otak akibat ruptur dinding pembuluh darah. Penyebab ruptur pembuluh darah bisa akibat dari suatu stroke embolik, perdarahan lobaris spontan dan perdarahan intraserebral akibat hipertensi.
Faktor Risiko
Tidak dapat dimodifikasi
• Usia
• Jenis kelamin (laki-laki lebih sering menderita stroke)
• Herediter
• Ras/etnik
Dapat dimodifikasi
• Riwayat stroke
• Hipertensi
• Penyakit jantung
• Diabetes melitus
• Penyakit karotis asimptomatis (stenosis karotis)
• Transient ischemic attack (TIA)
• Hiperkolesterol
• Penggunaan kontrasepsi oral
• Obesitas
• Merokok
• Alkoholik
• Penggunaan narkotik
• Hiperhomosisteinemia
• Antibodi anti fosfolipid
• Hiperurisemia
• Peninggian hematokrit
• Peninggian kadar fibrinogen
Klasifikasi Stroke: Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya : a. Stroke Iskemik atau non Hemoragik : Transient Ischemic Attack (TIA) Emboli cerebri Trombosis cerebri b.Stroke Hemoragik : Perdarahan intra serebral Perdarahan subarchnoid Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu : Transient Ischemic Attack (TIA) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) Stroke in evolution atau progressing stroke Completed stroke Berdasarkan sistem pembuluh darah : Sistem karotis. Sistem vertebro-basilar Berdasarkan sindroma klinis Bamford dkk mengemukakan klasifikasi stroke menjadi 4 subtipe: Total Anterior Circulation Infarct (TACI) Partial Anterior Circulation Infarct (PACI) Posterior Circulation Infarct (POCI) Lacunar infarct (LACI)
Manifestasi Klinis Manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah otak mana yang terganggu. Stroke bisa menyebabkan lumpuh sebagian tubuhnya, kehilangan keseimbangan, kehilangan penglihatan, kehilangan pendengaran, tidak mampu memahami kata-kata hingga kesulitan bicara. Ini tergantung sisi otak yang mengalami gangguan pembuluh darah, apakah sisi otak depan, temporal, samping tengah, belakang, atau otak kecil. Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area temporal, dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berbicara. Gangguan pada otak bagian tengah dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan gerak. Gangguan pada otak bagian belakang dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran. Dan, jika terkena pada bagian otak kecil, menyebabkan gangguan keseimbangan.
Diagnosis Diagnosis stroke mancakup diagnosis klinis (sesuai perjalan penyakit atau kawasan pembuluh darah), topis (kortikal, subkortikal, atau batang otak) dan etiologis (infark atau perdarahan). Diagnosis ditegakkan berdasarkan: - Anamensis - Pemeriksaan Fisik dan Neurologis - Pemeriksaan Penunjang (CT Scan) - Scoring
Tatalaksana 1. Pengobatan Umum Perhatikan pedoman berikut ini : - Nafas, jalan nafas harus bebas untuk menjamin keperluan oksigen. - Darah, dijaga agar TD tetap cukup (tinggi) untuk mengalirkan darah (perfusi) ke otak, dan menjaga komposisi darah (O2, Hb, glukosa) tetap optimal untuk metabolisme otak. - Otak, mencegah terjadinya edem otak dan timbulnya kejang dengan kortikosteroid, gliserol atau manitol untuk edema, dan valium i.v. pelan – pelan terhadap kejang – kejang. - Ginjal, saluran kemih dan balans cairan diperhatikan. - Gastrointestinum, fungsi defekasi / percernaan dan nutrisi jangan diabaikan. 2. Pengobatan Spesifik Pengobatan kausal dan pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan hemostatis, misalnya asam traneksamat 1 gr / 4 jam i.v. pelan – pelan selama 3 minggu, kemudian dosis berangsur – angsur diturunkan. Khasiatnya adalah anti fibrinolitik sehingga mencegah lisisnya bekuan darah, jadi mencegah perdarahan berulang.
Tujuan rehabilitasi medik :
Tercapainya sasaran fungsional yang realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut.
Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi medik adalah problem fisik dan psikis. Untuk mengatasi problem fisik yang berperan adalah program fisioterapi dan terapi okupasi. Keduanya sebetulnya mempunyai kesamaan dalam sasaran, dengan sedikit perbedaan bahwa terapi okupasi bahwa terapi okupasi juga melatih aktivitas kehidupan sehari-hari dan melakukan prevokasional untuk mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih pekerjaan.
Rehabilitasi Medik Pada Penderita Stroke
Pelaksanaan program rehabilitasi medik merupakan proses
belajar mengajar. Partisipasi aktif dari pasien, keluarga / caregiver sangat diperlukan. Pasien harus dapat mengerti apa yang akan diberikan, dapat mengikuti latihan yang diberikan dan mengingat kembali latihan itu untuk dapat dilakukan berulang-ulang. Pengulangan latihan sangat dibutuhkan untuk kemajuan pengembalian fungsi yang terganggu, sehingga perlu motivasi dan ketekunan yang tinggi dari penderita stroke dan keluarganya.
Problem Rehabilitasi Medik
Problem Rehabilitasi Kesukaran/tidak dapat ambulasi Kesukaran/tidak dapat berkomunikasi Kesukaran/tidak dapat merawat diri sendiri Kesukaran/tidak dapat melakukan gerak
Problem Psikis Rasa Malu Rasa rendah diri Tidak dapat menerima kenyataan Tidak mau menyesuaikan diri dengan kecacatannya Beberapa mengalami penurunan intelegensia
Proses Rehabilitasi Medik Pada Pasien Stroke
Fase Awal • Tujuannya : Mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang
tersisa. • Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaaan umum
memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi (LGS), stimulasi elektrikal dan setelah penderita sadar dimulai penanganan emosional.
• Pada fase ini yang utama adalah mencegah akibat yang timbul dari tirah baring yang lama dengan cara merubah posisi pasien setiap 2 jam disiang hari dan setiap 4 jam di malam hari.
Ada 3 posisi yang dianjurkan : Posisi dimana pasien berbaring terlentang – pada bagian yang
lumpuh disangga dengan bantal. Posisi dimana pasien berbaring pada posisi yang lumpuh – dengan
posisi lengan yang lumpuh membentuk sudut 90o dari badan. Lengan yang sehat diletakkan diatas badan/bantal, tungkai dan kaki yang sehat dalam posisi melangkah, diganjal bantal, pergelangan paha dan lutut agak ditekuk.
Posisi dimana pasien berbaring pada sisi yang sehat dengan posisi lengan dan tangan yang lumpuh diatas bantal dan membentuk sudut rentang sekitar 100o dari badan, tungkai yang lumpuh – pergelangan paha dan lutut agak ditekuk. Tungkai dan kaki diganjal dengan bantal. Selain itu, pada fase ini pasien juga dilatih gerak pasif untuk mencegah konraktur dan kekakuan.
Fase Lanjutan
Tujuannya : Mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktivitas sehari-hari (AKS).
Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil.
Penderita stroke trombotik atau embolik mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarachnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke.
Program pada fase ini meliputi: Fisioterapi Stimulasi elektrikal untuk otot dengan kekuatan otot < 2 Diberikan terapi panas superfisial (infra red/IRR) untuk melemaskan otot. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari
kekuatan otot. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot Latihan fasilitasi atau redukasi otot Latihan mobilisasi. Mobilisasi segera ditunda bila terjadi : Keadaan dan atau Stroke berat Gejala / tanda neurologist yang memburuk Perdarahan sub-Arachnoid atau intra serebral Hipotensi orthostatic Miocardial infark akut Deep vein Thrombosis akut,sampai dapat teratasi
Okupasi Terapi Sebagian besar penderita stroke mencapai kemandirian dalam
AKS, meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ektremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan, kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
Terapi Wicara Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan
komunikasi. Ini dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara: Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan napas,
menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan. Latihan di depan cermin untuk melatih gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain: arm sling, hand sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot ortotic (KAFO).
Psikologis
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lain mengalami secara lambat, berhenti pada satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
Sosial medik
Pekerjaan sosial medik dapat memulai pekerjaan dengan wawancara keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita
Prognosis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prognosis
Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu.
Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan adanya: 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap.
BAB III
Anamnesis: Tn. S, 41 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan utama penderita mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sebelah kiri yang terjadi secara tiba-tiba. ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri yang terjadi secara tiba-tiba tanpa disertai penurunan kesadaran.. Saat bicara mulut penderita mengot ke kiri dan namun bicaranya tidak pelo. Penderita masih bisa miring ke kiri dan kanan serta tidak ada kesulitan dalam mengontrol BAB dan BAK. Penderita belum bisa duduk, berdiri, atau makan dan minum sendiri. Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, namun tidak minum obat teratur. Penderita tidak memiliki riwayat DM. Riwayat trauma dan penyakit jantung disangkal. Penderita tidak pernah mengalami stroke sebelumnya.
Analisis Kasus
Pemeriksaan Fisik
Vital sign dalam batas normal dengan tekanan darah 120/80 mmHg. Pada pemeriksaan nervi craniales N.VII didapatkan plica nasolabialis sinistra datar dan sudut mulut sebelah kiri tertinggal, dan dari pemeriksaan N. XII didapatkan adanya deviasi lidah ke kiri dan disartria (-). Pada pemeriksaan motorik lengan kiri didapatkan gerakan lengan kiri terbatas, kekuatan lengan 3, hipertoni (++), dan refleks fisiologis meningkat (+++). Pada pemeriksaan motorik tungkai didapatkan adanya keterbatasan gerakan pada tungkai kiri, dengan kekuatan tungkai kiri 4, hipertoni (++), klonus (-), refleks fisiologis meningkat (+++) disertai adanya refleks patologis yaitu refleks Babinski dan Chaddock.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CT scan menunjukkan adanya lesi hiperdens pada region korteks dan ventrikel dekstra yang mengesankan ICH IVH.
Diagnosa
Hemiparese sinistra spastik + parese N.VII dan N. XII sinsitra tipe sentral e.c. ICH IVH.
Faktor Risiko
Riwayat hipertensi yang tidak dikontrol secara teratur.
Terapi Medika Mentosa
Drip tramadol 1 amp dalam colf RL gtt XX/m untuk analgesik cephalgia pada pasien akibat penekanan intracranial ICH IVH,
Inj. Citicolin 2x1 amp sebagai neuroprotektor jaringan penumbra otak,
Inj. Ranitidin 2x1 amp sebagai citoprotektor lambung, Vitamin B1B6B12 3x1 tab sebagai neurotonika,
Laxadyn syr (k/p) untuk memudahkan BAB sehingga mengantisipasi peningkatan tekanan intracranial
Terapi Rehabilitasi Syarat pasien mendapat rehabilitasi yaitu (1) jika keadaan
post-stroke lebih jelek dari keadaan pre-stroke, dan (2) prognosisnya diperkirakan tidak buruk.
Pada pasien ini, keadaan post-stroke lebih jelek dibandingkan dengan keadaan pre-stroke, ini dilihat dari keadaan pasien, yaitu kelemahan pada sisi tubuh sebelah kiri sehingga ADL pasien terganggu.
Rehabilitasi stroke harus dilakukan sesegera mungkin ketika diagnosis stroke itu ditegakkan dan masalah-masalah yang mengancam hidup terkontrol karena semakin cepat pasien stroke direhabilitasi maka akan meningkatkan prognosis pada pasien ini.
Rencana rehabilitasi pada pasien ini: IRR ekstremitas sebelah kiri. IRR (Infra Red Radiation) adalah
salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan inframerah sebagai bentuk terapinya. IRR digunakan sebagai diatermi, dengan memanfaatkan kekuatan panasnya. Pengaruh inframerah akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler membesar, sehingga dapat memperbaiki sirkulasi darah. S
Terapi latihan yaitu latihan aktif ROM karena kekuatan otot pasien 3 atau lebih.
Terapi okupasi dilakukan karena pasien sudah dapat duduk. Latihan ini dilakukan untuk penguatan, kordinasi otot, latihan melakukan ADL dengan menggunakan alat, permainan atau simulasi serta edukasi. Latihan keseimbangan pun diperlukan.
TERIMA KASIH
Damai:
Kapan Pasien mulai direhabilitasi?
Pada pasien ini, fisioterapi dilakukan sesegera mungkin namun secara pasif. Fisioterapi aktif dilakukan apabila hemodinamik pasien telah stabil
Apa problem fungsional pada pasien ini?
Pada pasien ini, problemnya adalah R1 (transfer dan mobilitas: pasien belum dapat jalan sendiri dan belum dapat memobilisasi diri sendiri; butuh bantuan), R2 (ADL: pasien belum dapat melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri).
Dwi dan Taufiq Kapan direhabilitasi melihat kondisi pasien yang
hipertensi? Hipertensi harus ditangani terlebih dahulu, barulah pasien
dapat menjalani terapi rehabilitasi medik. Kenapa pasien hanya di-IRR? Pada pasien tidak ditemukan kontraindikasi untuk diberi
terapi panas, sehingga pasien diberi terapi panas (IRR/ SWD/ US/ Parafin)
Perbedaan antara setiap terapi panas di atas adalah luas area target.
IRR dipilih karena luas area yang luas, dan sifatnya yang superfisial (dipilih yang superfisial karena kita bermaksud memperbaiki sirkulasi di daerah tersebut agar fungsi hemodinamik dan otot dapat diperbaiki)
Mencegah gangguan sekunder (atropi, kontraktur, dekubitus)
Adhitya
Durasi terapi IRR pada pasien ini?
Sampai didapatkan perbaikan pada pasien tersebut.
Dari Index Barthel
top related