oleh : dr. ir. herien puspitawati , m.sc ., m.sc
Post on 21-Mar-2016
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BLTBantuan Langsung Tunai
KETAHANAN DAN
KESEJAHTERAAN KELUARGA
Oleh:Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc.
BAB 11
KELUARGA RAPUH
NEGARA RUNTUH• Keluarga merupakan pilar-pilar penyangga
eksistensi suatu bangsa
Pesan dari Bapak Presiden Republik Indonesia pada Harganas ke-XII:
“Kekuatan Bangsa dan Negara terletak pada ketahanan masing-masing keluarga. Keluarga adalah cermin kekuatan masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu patut dijaga, dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu saya mengajak setiap orangtua agar dapat membangun keluarganya sebagai pilar pembangunan yang kokoh, agar Bangsa Indonesia semakin mantap melangkah menuju hari esok yang sejahtera dan bermartabat di mata dunia”.
Amanat Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Pidato Vice President Dan Quayle (May 1992):
“…The failure of our families is hurting America deeply. When families fail, society fail. The lack of structure… testament to how quickly civilization falls apart when the family foundation cracks. Children need love and discipline. They need mothers and fathers….(kegagalan keluarga kita sangat menyakitkan orang Amerika. Apabila keluarga gagal, maka masyarakat akan gagal pula. Kekurangan struktur … menjadi saksi pada seberapa cepat runtuhnya masyarakat apabila dasar-dasar keluarga retak. Anak-anak membutuhkan rasa cinta dan disiplin. Mereka membutuhkan ibu dan ayahnya…)”
“ ..And for those concerned about children growing up in poverty, we should know this: marriage is probably the best anti-poverty program of all…Marriage is a moral issue that requires cultural consensus, and the use of social sanctions..(…dan bagi yang menaruh perhatian pada anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan, kita harus tahu bahwa perkawinan mungkin adalah program anti kemiskinan yang terbaik….perkawinan adalah suatu isu moral yang membutuhkan konsensus budaya, dan penggunaan dari sangsi sosial)”
“..Bearing babies irresponsibly is, simply wrong. Failing to support children one has fathered is wrong.. (..memelihara bayi tanpa rasa tanggung jawab adalah salah. Gagal untuk mendukung anak yang tadinya pernah mempunyai seorang ayah adalah salah..)”
“…It’s time to talk again about family, hard work, integrity and personal responsibility. We cannot be embraced out of our belief that two parents, married to each other, are better in most cases for children than one (…sudah waktunya membicarakan lagi tentang keluara, bekerja keras, integritas dan tanggung jawab personal. Kita tidak dapat dipengaruhi di luar kepercayaan kita bahwa dua orangtua, menikah satu dengan yang lain adalah lebih baik dalam banyak kasus untuk anak-anak dibandingkan dengan hanya satu orangtua saja)” (Quayle 1992, pp. 517-519).
Tujuan Pembentukkan Keluarga (Hughes & Hughes 1995)
Menyusun keturunan yang baik dan utuh
Meningkatkan sikap positif
Menyesuaikan sikap antar suami istri
Meningkatkan afeksi keluarga
Cara meningkatkan afeksi keluarga: membiasakan makan bersama, meningkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi, liburan bersama
Mengembangkan spiritual keluarga
Meningkatkan kehidupan keluarga sehari-hari
1
2
3
4
5
6
7
Pendekatan Teori Keluarga dalam Memahami Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga
NILAI/ NORMAKELUARGA
HUBUNGAN SOSIAL
HARMONIS
CINTAKOMITMEN
TANGGUNGJAWABMENGHORMATI
KEBERSAMAAN KELUARGA
Kualitas Sumberdaya Manusia Tinggi
·Demokratis· Terbuka· Jujur· Bertanggungjawab· Handal, Terjamin· Bijaksana· Pekerja Keras· Pecinta Sejati· Bertaqwa
Keluarga Sebagai Pondasi Masyarakat
Keluarga Sebagai Pilar Bangsa
Keluarga sebagai wadah pembentuk SDM Bangsa
KELUARGA
KUAT
&
SEHAT KONSENSUS
STABIL, LINGKUNGAN KONDUSIF HIDUP ORANGTUA UNTUK KELUARGA
IKATAN EMOSI KUAT
Gambar 11.1. Pendekatan teori struktural fungsional untuk memahami peran dan fungsi keluarga dalam mencetak sumberdaya manusia suatu bangsa (Megawangi 2003; catatan kuliah Pengantar Ilmu Keluarga)
Pendekatan Teori Keluarga dalam Memahami Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga
Gambar 11.2. Pendekatan teori pertukaran sosial untuk memahami keharmonisan suami istri dan proses penanggulangan permasalahan keluarga (Ilustrasi: Puspitawati 2006b)
SOCIAL EXCHANGE
SAYA (ME) VS ORANG LAIN (OTHERS)-Saya memberi vs Dia memberi/saya menerima-Saya mencintai vs Dia mencintai/saya dicintai-Saya setia vs Dia setia-Saya berkorban vs Dia berkorban-Senang sama-sama, sengsara sama-sama
SUAMI
UANGTENAGA
CINTAPERHATIAN
WAKTUSEKSUAL
PENGABDIAN/LOYALITASTENAGA UTK DOMESTIK
CINTA TULUSPERHATIAN
WAKTUSERVICE SEKSUAL
MENGASUH & MENDIDIK ANAK
ALTRUISM Masih adakah???
INTROSPEKSI DIRI MASING-MASING INDIVIDU'DEMI ANAK' HARUS DIJADIKAN KOMITMEN KOKOH
LANDASAN AGAMA, NORMA, KELUARGA BESAR YG KOKOHDAPATKAN DUKUNGAN DAN PERTOLONGAN KELUARGA BESAR
DAPATKAN PERTOLONGAN SECARA PROFESIONALHINDARI PERCERAIAN SEBISA MUNGKIN
ISTRI
Pendekatan Teori Keluarga dalam Memahami Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga
Gambar 11.3. Pendekatan teori sosial konflik: Faktor-faktor yang menentukan kesejahteraan keluarga
PERSONALITY INDIVIDUSUAMI ISTRI KURANG COCOK• Feminin vs Maskulin• Introvert vs Extrovert
LANDASAN PERKAWINAN KURANG KOKOH
KENDALA SOSIAL EKONOMI INDIVIDU/KELUARGA
LATAR BELAKANG KELUARGA ASAL SANGAT BERBEDA
• Ketidakharmonisan Hubungan Kekerabatan dengan keluarga suami/istri
• Akses Informasi Terbatas
• Adat/norma kurang dapat memfasilitasi persoalan keluarga
• Kebijakan Pemerintah kurang memfasilitasi persoalan keluarga
• Pengaruh negatif dari media
MANAJEMEN KELUARGA TIDAK BAIK• Tidak ada transparansi• Coping Strategi tidak efektif • Kemitraan gender rendah• Manajemen Sumberdaya
Keluarga Tidak Efektif dan Efisien
• Berpeluang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga
HUBUNGAN ANTAR KELUARGA BERMASALAH• Suami istri tidak harmonis• Komunikasi tidak efektif • Ikatan emosi rapuh • Pengasuhan tidak efektif• Berpeluang kekerasan dalam
rumahtangga
P HE AR RK MA OW NI IN S
TIDAK
K TE IL DU AA KRG S A E JK AO HN TF EL RI AK
DAN
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin
Undang-Undang Nomor 10/1992
Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya untuk mencapai keadaan harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga5 Tanda Ketahanan keluarga yang berfungsi dengan baik (Chapman 2000):
(1) Sikap melayani sebagai tanda kemuliaan, (2) Keakraban antara suami-istri menuju kualitas perkawinan yang baik, (3) Orangtua yang mengajar dan melatih anaknya dengan penuh tantangan kreatif, pelatihan yang konsisten dan mengembangkan ketrampilan, (4) Suami-istri yang menjadi pemimpin dengan penuh kasih dan (5) Anak-anak yang mentaati dan menghormati orangtuanya
Pearsall (1996):
Rahasia ketahanan/ kekuatan keluarga berada diantaranya pada jiwa altruism antara anggota keluarga yaitu berusaha melakukan sesuatu untuk yang lain, melakukan dan melangkah bersama, pemeliharaan hubungan keluarga, menciptakan atmosfir positif, melindungi martabat bersama dan merayakan kehidupan bersama
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
Euis Sunarti
Ketahanan fisik apabila terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan (indikator: pendapatan per kapita melebihi kebutuhan fisik minimum) dan terbebas dari masalah ekonomi (indikator: terbebas dari masalah ekonomi).Ketahanan sosial apabila berorientasi nilai Agama, komunikasi berlangsung efektif, komitmen keluarga tinggi (pembagian peran, dukungan untuk maju dan waktu kebersamaan keluarga, membina hubungan sosial dan mekanisme penanggulangan masalah.Ketahanan psikologis keluarga apabila keluarga mampu menanggulangi masalah non fisik, pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif (termasuk terhadap harapan dan kepuasan) dan kepedulian suami terhadap istri.
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
Otto (Mc Cubbin 1988)
(a) Keutuhan keluarga, loyalitas dan kerjasama dalam keluarga, (b) Ikatan emosi yang kuat, (c) Saling menghormati antar anggota keluarga, (d) Fleksibilitas dalam melaksanakan peran keluarga, (e) Kemampuan pengasuhan dan perawatan dalam tumbuh kembang anak, (f) Komunikasi yang efektif, (g) Kemampuan mendengarkan dengan sensitif, (h) Pemenuhan kebutuhan spiritual keluarga, (i) Kemampuan memelihara hubungan dengan lingkungan luar keluarga, (j) Kemampuan untuk meminta bantuan apabila dibutuhkan, (k) Kemampuan untuk berkembang melalui pengalaman, (l) Mencintai dan mengerti, (m) Komitmen spiritual, dan (n) Berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
Kerapuhan aspek ekonomi
Kerapuhan aspek lingkungan
Kerapuhan aspek sosial
Ancaman: sulit mencari pekerjaan, tingginya angka kemiskinan, marjinalisasi kehidupan kemanusiaan, rawan bencana, inflasi ekonomi tinggi, tingginya biaya hidup, ekamanan pangan yg tidak terjamin
Jenis-jenis Ancaman (UNDP 2000)
Ketahanan dan Kerapuhan KeluargaSumber KomponenInput Proses Output
UU No. 52 Tahun 2009
Perkawinan sah; Nilai-nilai Agama
Berwawasan ke depan; Ulet; Tangguh;Mengembangkan diri dan keluarga
Sejahtera, sehat, maju, mandiri; Jumlah anak ideal; Bertanggung jawab; Hidup harmonis; Bertaqwa; Hidup mandiri; Sejahtera dan bahagia lahir dan batin; kondisi pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, spiritual
UU No. 10 Tahun 1992 - Ulet; Tangguh. Kondisi dinamis; Kemampuan fisik, material,
psikis, mental, spiritualChapman (2000) - Keluarga berfungsi; keakraban suami istri;
Pengasuhan anak.Anak-anak hormat pada orangtua
Pearsall (1996)
Jiwa berkorban (altruism) antara anggota keluarga
- -
NNFR (1995)
Potensi dan kempuan individu/keluarga
Menghadapi tantangan hidup dan saat krisis; Keluarga berfungsi -
Mc Cubbin (1998)
Ketahanan sumberdaya
Strategi Koping dan Appraisal; Adaptasi positif -
Otto
-
Fleksibilitas peran; Pengasuhan; Komunikasi; Kemampuan minta bantuan
Keluarga utuh; Ikatan emosi kuat; Saling menghormati; Pemenuhan kebutuhan spiritual; Berkembang; Mencintai; Mengerti; Komitmen
Martinez (2003) - -
Partisipasi aktif di masyarakat; Kuat fisik, ekonomi, sosial- kemasyarakatan; Berbudaya.
Sunarti (2001)
Sumberdaya fisik dan non fisik; Berorientasi nilai Agama,
Manajemen keluarga, masalah keluarga, mekanisme penanggulangan
komunikasi berlangsung efektif, komitmen keluarga tinggi (pembagian peran, dukungan untuk maju, dan waktu kebersamaan keluarga, membina hubungan sosial dan mekanisme penanggulangan masalah.
Terpenuhinya kebutuhan fisik (kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan serta terbebas dari masalah ekonomi)dan psikososial (pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif (termasuk terhadap harapan dan kepuasan), dan kepedulian suami terhadap istri).
Rekapitulasi Komponen Ketahanan Keluarga
K O M P O N E N K E T A H A N A N K E L U A R G A(Yang Ditawarkan Penulis)
· Bertaqwa kepada Tuhan YME dan taat pada nilai-nilai/norma.
· Punya wawasan ke depan & wawasan gender.
· Mempunyai pengetahuan ilmu pengetahuan.
· Mempunyai semangat hidup untuk maju.
· Mampu akses terhadap sumberdaya dan informasi
· Menjalankan fungsi-fungsi keluarga (keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi & pendidikan, ekonomi & pembinaan lingkungan).
· Punya manajemen sumberdaya keluarga dan manajemen ekonomi rumahtangga (manajemen waktu & pekerjaan, manajemen keuangan, mengolah stres, perencanaan jumlah anak).
· Melakukan kemitraan gender yang adil dan setara (pengambilan keputusan, pengelolaan sumberdaya, saling menghormati dan membutuhkan).
· Mempunyai bonding yang kuat antar anggota keluarga, komunikasi dan interaksi yang baik.
· Saling berkomitmen untuk tujuan bersama.
· Sejahtera fisik.· Sejahtera sosial.· Sejahtera
ekonomi.· Sejahtera
psikologi/mental.· Sejahtera
spiritual.
· Berkarakter individu yang baik.
· Bahagia dan puas terhadap semua yang dimiliki dan dihasilkan oleh individu/keluarga.
· Memelihara kerukunan dan hidup harmonis dalam keluarga dan masyarakat.
· Mandiri secara sosial dan ekonomi.
· Hidup berkesetaraan dan berkeadilan dalam keluarga dan masyarakat.
· Kontribusi pada keluarga, masyarakat dan bangsa.
· Hidup berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa.
I N P U T P R O S E S O U T P U T OUTCOME/DAMPAK
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakatKeluarga sebagai sumber ketahanan sosial masyarakat
Keluarga sebagai pilar pembangunan dan pondasi Bangsa
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
22 indikator (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) (berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 80 I Hui Tahun 2010 Tentang Panduan Perencanaan Pemibiayaan
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota):
1. Anak balita terlantar adalah anak yang berusia 0-4 tahun karena sebab tertentu orangtuanya tidak dapat melakukan kewajibannya yang dikarenakan beberapa kemungkinan: miskin/ tidak mampu, salah seorang sakit, salah seorang/ kedua-duanya, meninggal, anak balita sakit, sehingga terganggu kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangannya baik secara jasmani, rohani dan sosial.
2. Anak terlantar adalah anak berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu orangtuanya tidak dapat melakukan kewajibannya yang dikarenakan beberapa kemungkinan seperti miskin atau tidak mampu, salah seorang dari orangtuanya atau kedua-duanya sakit, salah seorang atau kedua-duanya meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengasuh/ pengampu, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani dan sosial.
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
3. Anak nakal adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang berperilaku menyimpang dari norma dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, lingkungannya sehingga merugikan dirinya, keluarganya dan orang lain, serta mengganggu ketertiban umum, akan tetapi karena usia belum dapat dituntut secara hukum.
4. Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-tempat umum.
5. Wanita rawan sosial ekonomi adalah seorang wanita dewasa berusia 19-59 tahun belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
6. Korban tindak kekerasan adalah seseorang yang terancam secara fisik atau nonfisik (psikologis) karena tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial terdekatnya, dalam hal ini termasuk anak, wanita dan lanjut usia korban tindak kekerasan.
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
7. Lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor faktor tertentu sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.
8. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yang terdiri atas penyandang eacat fisik dan penyandang eacat mental, dalam hal ini termasuk anak cacat, penyandang cacat, dan penyandang cacat eks penyakit kronis.
9. Tuna susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dangan sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi, atau jasa.
10. Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta ditempat umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
11. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta mengembara di tempat umum.
12. Bekas warga binaan Lembaga Kemasyarakatan, untuk selanjutnya disebut BWBLK, adalah seseorang yang telah selesai atau dalam 3 (tiga) bulan segera mengakhiri masa hukuman atau masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya seeara normal.
13. Korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif (NAPZA), untuk selanjutnya disebut korban penanggulangan NAPZA, adalah seseorang yang menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras diluar tujuan pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang.
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
14. Keluarga fakir miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.
15. Keluarga berumah tak layak huni adalah keluarga yang kondisi perumahan dan lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan, maupun sosial.
16. Keluarga bermasalah sosial psikologis adalah keluarga yang hubungan antar anggota keluarganya terutama antara suami-istri kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan dengan wajar.
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
17. Komunitas adat terpencil adalah kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam kesatuan-kesatuan sosial kecil yang bersifat lokal dan terpencil, dan masih sangat terikat pada sumberdaya alam dan habitatnya secara sosial budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya, sehingga memerlukan pemberdayaan dalam menghadapi perubahan lingkungan dalam arti luas.
18. Korban bencana alam adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana alam yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Termasuk dalam korban bencana alam adalah korban bencana gempa bumi tektonik, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, gelombang pasang atau tsunami, angin kencang, kekeringan, kebakaran hutan atau lahan, kebakaran permukiman, kecelakaan pesawat terbang, kereta api, perahu dan musibah industri (kecelakaan kerja).
Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga
19. Korban bencana sosial atau pengungsi adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana sosial kerusuhan yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
20. Pekerja migran bermasalah sosial adalah seseorang yang bekerja di luar tempat asalnya dan menetap sementara di tempat tersebut dan mengalami permasalahan sosial sehingga menjadi terlantar.
21. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah seseorang yang dengan rekomendasi profesional (dokter) atau petugas laboratorium terbukti tertular virus HIV sehingga mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup terlantar.
22. Keluarga rentan adalah keluarga muda yang baru menikah sampai dengan lima tahun usia pernikahan, yang mengalami masalah sosial dan ekonomi, berpenghasilan sekitar 10 (sepuluh) persen di atas garis kemiskinan, sehingga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
Kesejahteraan Keluarga
Economic Well-being:GNP, GDP, pendapatan per kapita per bulan, nilai asset.
Psychological/ spiritual mental:sakit jiwa, tingkat stres, tingkat bunuh diri, tingkat perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal tingkat kebebasan seks
Social well-being:Tingkat pendidikan, status dan jenis pekerjaan
Physical Well-being:status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas tingkat morbiditas
Tingkat kesejahteraan Keluarga (Puspitawati 2005)
Kesejahteraan Keluarga
Kesejahteraan Ekonomi (Family Well-
being)
• Diukur dalam pemenuhan akan input keluarga (pendapatan, upah, aset dan pengeluaran)
Kesejahteraan Material (family
Material Well-being)
• Diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang diakses oleh keluarga.
Kesejahteraan Keluarga menurut Ferguson, Horwood dan Beutrais (diacu dalam Sumarwan & Tahira (1993)
Kesejahteraan Keluarga
Konsep Kebutuhan Maslow:
Physiological Needs:Air, water, food, shelter, Sleep, sex
Safety and Security
Love and Belongingness
Self-Esteem
Self-Actualization:
VitalitySelf-SuffiencyAuthenticityPlayfulness
Meaningfulness
Kesejahteraan Keluarga Objektif
•Menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras per kapita sebagai indikator kemiskinan (membedakan daerah pedesaan dan perkotaan). •Untuk daerah pedesaan, apabila seseorang hanya mengkonsumsi ekuivalen beras kurang dari 240 kg per orang per tahun, maka yang bersangkutan digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan ditentukan sebesar ekuivalen 360 kg beras per orang per tahun.
1. Sayogyo (1971)
• Kesejahteraan secara material didasarkan atas pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan.
• Suatu keluarga yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan secara material, oleh karena itu digolongkan pada keluarga miskin.
2. BPS
Kesejahteraan Keluarga Objektif
No TahunJumlah
n (juta orang) %1 2011 30,02 12,492 2010 31,02 13,333 2009 32,53 14,154 2008 34,96 15,425 2007 37,17 16,586 2006 39,30 17,75
Data jumlah penduduk miskin dari tahun 2006-2011 menurut BPS.
Sumber : Data Susenas, BPS (2006-2011)
Kesejahteraan Keluarga Objektif
14 kriteria kemiskinan penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)3
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang
b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan.
c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.
d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
f. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
Kesejahteraan Keluarga Objektif
14 kriteria kemiskinan penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)3
g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.
h. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahunj. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan.
m.Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD.
n. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.
Kesejahteraan Keluarga Objektif
BLT
Raskin
Jamkesmas
BOS
PKH
1
PNPM-Mandiri
2
KUR
3
Stategi pemerintah dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dan jumlah pengangguran digolongkan ke dalam pelaksanaan program tiga klaster
Kesejahteraan Keluarga Objektif
4. Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN)
Kebutuhan dasar (Basic Needs) yang terdiri dari
variabel pangan, sandang, papan, dan kesehatan
Kebutuhan Sosial Psikologis (Social
Psychological Needs) yang terdiri dari
variabel pendidikan,
rekreasi, transportasi,
intrraksi sosial internal da n
eksternal
Kebutuhan pengembangan (Developmental
Needs) yang terdiri dari
variabel tabungan, pendidikan
khusus, akses terhadap informasi
Kesejahteraan Keluarga Objektif
Klasifikasi kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (2011):Pra-KS
Keluarga Pra Sejahtera
KS-IKeluarga Sejahtera I
KS-IIKeluarga Sejahtera II
KS-IIIKeluarga Sejahtera III
KS-III PlusKeluarga Sejahtera III Plus
No Klasifikasi Kesejahteraan Keluarga Jumlah Keluargan %
1 Keluarga Pra Sejahtera 13.590.801 21,78 2 Keluarga Sejahtera Tahap I 14.380.875 23,05 3 Keluarga Sejahtera Tahap II 17.560.255 28,154 Keluarga Sejahtera Tahap III 14.010.347 22,465 Keluarga Sejahtera Tahap III Plus 2.848.343 4,56
Total 62.390.621 100,00
*Sumber : Analisis dan evaluasi hasil pendataan keluarga tahun 2010 (BKKBN)
Kesejahteraan Keluarga Objektif
5. UNDPKemiskinan memiliki wujud yang majemuk, termasuk rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan kurangnya akses pada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tak wajar dan akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial; dan dicirikan juga oleh rendahnya tingkat partisipasai dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial dan budaya”.Ukuran tingkat kemiskinan internasional adalah pendapatan per kapita per hari setara dengan USD 1.00 per hari (setara dengan Rp 8.500 - parity purchasing power) atau USD 2.00 per hari.
Kesejahteraan Keluarga Subjektif
McCall Kesejahteraan keluarga juga dapat diukur melalui pendekatan ”Quality of Life” yaitu diukur berdasarkan kebutuhan untuk kesenangan seseorang.
Frank Quality of Life mencerminkan perbedaan, gap, antara harapan dengan apa yang dialami sebagai tingkatan bagaimana seseorang menikmati berbagai kemungkinan hidupnya sebagai akibat dari pembatasan dan peluang hidupnya dan sebagai cerminan dari interaksi dengan faktor lingkungan (Puspitawati & Megawangi 2003).
Farnkl VE. ‘Man’s search for meaning.’ New York: Pocket Books. 1963
QOL berkaitan dengan persepsi pemaknaan atau ‘meaning’. Pertanyaan tentang pemaknaan merupakan pusat dari kondisi manusia yang dikaitkan dengan perasaan pemaknaan tentang apa yang diciptakan, dicintai, dipercaya atau ditinggalkan sebagai warisan
Kesejahteraan Keluarga Subjektif
Atribut QOL Kemampuan, adaptasi, apresiasi, kebutuhan dasar, kepemilikan, kontrol, permintaan dan tanggungjawab, stres, keragaman, peningkatan, kebebasan, pemenuhan, gaps, gender, kebahagiaan, kesehatan, harapan, identitas, perbaikan, inklusivitas, integritas, isolasi, penghakiman, pengetahuan, lack, kondisi kehidupan, kebutuhan yang tidak sesuai, domain QOL yang berkaitan dengan eksistensi, fisik, psikologi, agama, keamanan, kepuasan, kenyamanan, spiritual, status, kesejahteraan, dan kondisi pekerjaan.
QOL Research Center, Denmark
Kualitas hidup seringkali membedakan antara kualitas hidup subyektif dan obyektif. Kualitas hidup subyektif adalah tentang perasaan baik dan puas secara umum. Kualitas hidup obyektif adalah tentang pemenuhan permintaan masyarakat dan budaya berkaitan dengan kekayaan materi, status social dan kesejahteraan fisik
Kesejahteraan Keluarga Subjektif
QOL – The University of Oklahoma School of Social Work
Pengukuran kualitas hidup diturunkan dari posisi sejumlah domain kehidupan. Setiap domain berkontribusi pada satu penilaian yang menyeluruh tentang kualitas hidup. Domain-domain termasuk keluarga dan teman, pekerjaan, tetangga , masyarakat, budaya, karakteristik demografi, karakteristik sosio-ekonomi, kesehatan, pendidikan dan spiritual.
UNDP 1. Angka harapan hidup.2. Pencapaian pendidikan – angkat melek aksara
orang dewasa ditambah kombinasi pendaftaran sekolah dasar, menengah dan tinggi.
3. Standar hidup- real Gross Domestic Product per kapita berdasarkan tingkat pertukaran PPP (Parity Purchasing Power).
Kesejahteraan Keluarga Subjektif
Perspektif dalam penelitian QOL (Ramkrishna Mukherjee, SagPub, 1989)
PenelitianiIndikator sosial yang mempertimbangkan nilai-nilai elit yang dibutuhkan orang, dan penelitian QOL conventional yang mempeajari apa yang diinginkan orang dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.
Tujuan Quality of Life Index (QOLI)
Menyediakan pembangunan masyarakat yang dapat digunakan untuk memonitor kunci indikator-indikator yang dapat mengetahui dimensi-dimensi kualitas hidup sosial, kesehatan, lingkungan dan ekonomi.Indikator QOLI: (1) Sosial, (2) kesehatan (Bayi dgn BBLR), (3) Ekonomi (Jmlh pengangguran), (4) Lingkungan (Kualitas udara), (5) QOL (kondisi sosialm kesehatan, ekonomi dan lingkungan yg berpengaruh thdp pembangunan manusia dan sosial.
Kesejahteraan Keluarga Subjektif
Quality of Life Research Unit, University of Toronto 2003.
Kualitas hidup adalah derajat/tingkatan seseorang menikmati semua kemungkinan yang penting dalam hidupnya. Kemungkinan tersebut berasal dari kesempatan dan keterbatasan yang dimiliki setiap orang yang mencerminkan interaksi antara factor-faktor personal dan lingkungannya.
Perbedaan SQL dan OQL
Subjective quality of life adalah tentang perasaan senang atau puas dan merasa cukup atas kebahagian hidupnya. Sedangkan Objective quality of life adalah tentang terpenuhinya semua kebutuhan secara sosial dan budaya dalam hal kekayaan material, kesejahteraan/ kesehatan fisik dan status sosial. Pendekatan pengukuran quality of life diperoleh dari lingkungan dimana keluarga berasal. Lingkungan tersebut adalah lingkungan keluarga dan teman-teman, pekerjaan, tetanggga, kelompok masyarakat, kesehatan fisik, tingkat pendidikan dan spiritual (agama).
Kesejahteraan Keluarga Subjektif
Kualitas hidup manusia meliputi domain kehidupan manusia (Universitas Toronto 2003)
Domain Being1. Kesejahteraan fisik
2. Kesejhateraan psikologis3. Kesejahteraan spiritual
Domain Belonging1. Harta fisik
2. Harta sosial3. Harta masyarakat
Kasus Pengukuran Kesejahteraan Keluarga Subyektif
1. Keadaan makanan keluarga.2. Keadaan tempat tinggal keluarga.3. Keadaan materi/ aset keluarga.4. Keadaan spiritual/ mental suami/istri.5. Keadaan kesehatan fisik suami/ istri.6. Survival strategi yang dilaksanakan keluarga.7. Gaya manajemen waktu suami/ istri.8. Gaya manajemen keuangan suami/ istri.9. Gaya menejemen stress suami/ istri.10.Gaya manajemen pekerjaan suami/ istri.11.Hubungan/komunikasi dengan orangtua/ mertua.12.Hubungan/komunikasi dengan saudara/ kerabat.13.Hubungan/komunikasi dengan tetangga.14.Optimisme menyongsong masa depan.15.Pembagian peran antara suami-istri.16.Keterlibatan suami/ istri dalam aktivitas ekonomi keluarga
Kasus Pengukuran Kesejahteraan Keluarga Subyektif
17.Keterlibatan dalam perkumpulan desa.18.Pengetahuan dan keterampilan yang suami/ istri miliki.19.Perasaan suami/ istri terhadap kebersihan rumah.20.Perasaan suami/ istri terhadap kesehatan fisik anak.21.Perasaan suami/ istri terhadap kesehatan mental anak.22.Perasaan suami/ istri terhadap sekolah anak.23.Perasaan suami/ istri terhadap perilaku sosial anak.24.Perasaan suami/ istri terhadap kebersihan halaman/ pekarangan rumah.25.Perasaan suami/ istri terhadap hasil panen tanaman.26.Perasaan suami terhadap kesehatan fisik suami.27.Perasaanistri terhadap penghasilan suami.28.Perasaaan istri terhadap kesehatan mental suami.29.Perasaan istri terhadap komunikasi dengan suami30.Perasaan istri terhadap kebutuhan sexual dengan suami31.Perasaan istri terhadap perilaku suami dalam membantu pekerjaan di
rumahtangga.
1• Keluarga merupakan pilar-pilar
penyangga eksistensi suatu bangsa. Apabila pilar-pilar tersebut keropos, maka bangunan suatu bangsa tidak akan mempunyai landasan yang kokoh.
2• Pendekatan Teori Keluarga dalam
memahami kesejahteraan dan ketahanan keluarga diantaranya menggunakan Teori Struktural Fungsional, Teori Pertukaraan Sosial dan Teori Konflik Sosial.
3
• Pengertian kesejahteraan keluarga diperkenalkan oleh para ahli ekonomi dan sosiologi umum yang berkaitan dengan output keluarga baik dimensi kesejahteraan fisik (physical well-being), kesejahteraan sosial (social well-being), kesejahteraan economi (economical well-being), maupun kesejahteraan psikologi-spiritual (psychological-spiritual well-being).
RINGKASAN
RINGKASAN
4
• Istilah ketahanan keluarga (family strength or family resilience) dipromosikan oleh para ahli sosiologi keluarga yang mulai diperkenalkan mulai akhir tahun 1950 atau awal tahun 1960an. Istilah ketahanan keluarga lebih menunjukkan suatu kekuatan baik dari sisi input, proses, maupun output/outcome bahkan dampak dari output/outcome yang dirasakan manfaatnya bagi keluarga serta kekuatan daya juang keluarga (coping strategies) dalam menyesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya.
5
• Indikator kesejahteraan keluarga dapat dibagi menjadi 2 (dua) kluster, yaitu kesejahteraan keluarga obyektif yang dapat terlihat secara kuantitatif, dan kesejahteraan keluarga subyektif yang terlihat secara kualitatif.
PERTANYAAN
Mengapa kalau keluarga rapuh maka bangsa akan runtuh?
Apa komponen ketahanan keluarga?
Apa garis besar indikator kesejahteraan keluarga sybyektif?
KATA KUNCI
Kualitas sumberdaya manusia; ketahanan keluarga; kesejahteraan keluarga; kerapuhan keluarga.
Kesejahteraan fisik, sosial, ekonomi, psikologi/mental, spiritual.
Kesejahteraan keluarga obyektif dan subyektif.
NEGARA ADIL DAN MAKMUR = KELUARGA SEJAHTERA + RELASI GENDER HARMONIS DI SEMUA
LAPISAN MASYARAKAT
“Keluarga merupakan pilar-pilar penyangga eksistensi suatu bangsa. Apabila pilar-pilar tersebut keropos,
maka bangunan suatu bangsa tidak akan mempunyai landasan yang kokoh”.
”Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat diharapkan menjadi keluarga yang sehat yaitu yang dapat menciptakan konsensus apabila
ada konflik, keluarga yang stabil, dan dapat memperkirakan lingkungannya apabila terjadi sesuatu, dan dapat memotivasi orangtua untuk mendedikasikan hidupnya untuk menciptakan bonding emosional yang kuat diantara anggota keluarganya”.
TERIMA KASIH
top related