oleh : dr. hj. marni emmy mustafa, sh.,mh ketua pengadilan tinggi jawa barat
Post on 30-Dec-2015
115 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
KEBIJAKAN MAHKAMAH AGUNG RIDALAM IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANGUU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM
PERADILAN PIDANA ANAK
Oleh :
DR. Hj. MARNI EMMY MUSTAFA, SH.,MHKetua Pengadilan Tinggi Jawa Barat
2
MAHKAMAH AGUNG DAN LINGKUP PERADILAN DIBAWAHNYA
(UU NO. 48 TAHUN 2009 Tentang KEKUASAAN KEHAKIMAN)
PERADILAN MILITER
(UU No. 31/1997)
PERADILAN AGAMA
(UU No. 50/2009 JoUU No. 6/2003 JoUU No. 7/1989)
- PENGADILAN PAJAK
PERADILAN TATA USAHA NEGARA(UU No. 51/2009
JoUU No. 9/2004 Jo
UU No. 5/1986)
PERADILAN UMUM
(UU No. 49/2009 Jo
UU No. 8/2004 JoUU No. 2/1986)
-PENGADILAN HAM
- PENGADILAN ANAK
- PENGADILAN NIAGA
- PENGADILAN KORUPSI
- PHI
- PENGADILAN PERIKANAN
3
Hak Anak• Merupakan hak konstitusional anak, yang dirumuskan dalam
Konstitusi ;
• Konvensi Hak Anak diratifikasi RI dengan Keppres No. 36
tahun 1990 ;
• Dirumuskan dalam bab khusus dalam UU No. 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia ;
• Ditegaskan kembali dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak ;
• Khusus bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum : UU No.
11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, berlaku
tahun 2014 .
4
LANDASAN HUKUM PERLINDUNGAN ANAK
Hukum Materil :
1. Konstitusi
2. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
3. Keppres No. 36 tahun 1990 tentang pengesahan CRC
4. UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
5. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
6. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
7. KUHP
8. UU No. 23 Tahun 2004 tentang Pencegahan kekerasan dalam rumah
tangga (PKDRT)
9. UU No. 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban
10. UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan tindak pidana
perdagangan Orang (TPPO)
11. UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
5
Lanjutan ....12. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
13. UU No. 1 Tahun 2000 Tentang Pengesahan Konvensi ILO 182
tentang Pelarangan & Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak
14. UU No. 20/1999 Tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 138
Mengenai Batas Usia Minimum untuk Bekerja
15. UUD 1945 Pasal 28 B yang telah direfisi mengamanat setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Hukum Formil :
15. KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981)
16. UU No.11 Tahun 2012 tentang SPPA (Sistem Peradilan Pidana
Anak)
Sasaran SPPA
• Mencegah atau setidaknya mengurangi stigmatiasai
terhadap Anak
• Membatasi perkara Anak yang masuk ke dalam SPPA
• Mayoritas perkara Anak diselesaikan melalui Diversi
• Lebih berperannya petugas non penegak hukum dalam
perkara Anak
• Meningkatnya partisipasi publik (keluarga, lingkungan
dan sekolah) dalam penanganan perkara Anak 6
7
CAKUPAN ‘ANAK’ DALAM UU SPPA
1. ABH mencakup Anak sebagai Pelaku, Saksi dan
Korban
2. Tidak lagi mengkriminalisasi anak yang
‘melanggar hukum yang hidup dalam masyarakat
3. Tidak lagi mempergunakan istilah ‘anak nakal’
4. Tidak dibatasi oleh status perkawinan seseorang
5. Anak dibawah usia 14 tahun tidak dikenakan
penahanan
8
PERGESERAN PARADIGMA DALAM HUKUM PIDANA TENTANG KEADILAN
Restitutive Justice
- Menekankan keadilan pemberian ganti rugi
Retributive Justice
- Menekankan keadilan pada pembalasan
- Anak di posisi sebagai objek
- Penyelesaian bermasalah hukumtidak seimbang
Restorative Justice
- Menekankan keadilan pada perbaikan/ pemulihan keadaan
- Berorientasi pada korban- Memberikan kesempatan pada
pelaku untuk mengungkapkan rasa sesalnya pada korban dan sekaligus bertanggung jawab.
- Memberikan kesempatan kepada pelaku dan korban untuk bertemu untuk mengurangi permusuhan dan kebencian.
- Mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat
- Melibatkan anggota masnyarakat dalam upaya pemulihan.
9
Usia Pertanggungjawaban Pidana anak
1. Usia pertanggungjawaban pidana dinaikkan dari 8 tahun menjadi
12 tahun
2. Bagi Anak di bawah 12 tahun, perkaranya ditelaah oleh Penyidik,
Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional
untuk memutuskan:
a. Diserahkan kepada orang tua/Wali; atau
b. Diikutsertakan dalam program pendidikan/pembinaan/
pembimbingan di LPKS pusat maupun daerah (maks. 6 bulan)
Memerlukan dukungan Kementerian Pendidikan & Kementerian
Tenaga Kerja
3. Pasal 19 ayat 1 bahwa identitas anak, anak korban dan/atau anak
saksi wajib dirahasiakan dalam pemberitaan di media cetak
ataupun elektronik.
10
KEADILAN RESTORATIF /DIVERSI
Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara
tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban,
keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait
untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil
dengan menekankan pemulihan kembali pada
keadaan semula, dan bukan pembalasan. (Ps 1 ayat
(6) UU SPPA).
11
• Diversi adalah pengalihan
penyelesaian perkara Anak dari
proses peradilan pidana ke proses
di luar peradilan pidana. (Ps 1 ayat
(7) UU SPPA)
12
KEWAJIBAN DIVERSIPasal 7
(1) Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan
perkara Anak di pengadilan negeri wajib diupayakan
Diversi.
(2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan:
a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh)
tahun; dan
b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
13
TUJUAN DIVERSI(Pasal 6)
MENCAPAI
PERDAMAI
AN ANTARA
KORBAN
DAN ANAK
MENYELES
AIKAN
PERKARA
ANAK DI
LUAR
PROSES
PERADILAN
MENGHIND
ARKAN
ANAK DARI
PERAMPAS
AN
KEMERDEK
AAN
MENDORON
G
MASYARAKA
T UNTUK
BERPARTISI
PASI
MENANAMK
AN RASA
TANGGUNG
JAWAB
KEPADA
ANAK
(PASAL 6
UU SPPA)
14
Dilakukan pada TP
yang diancam pidana
dibawah 7 tahun
Bukan pengulanga
n TP
Harus dengan persetujuan
korban, kecuali TP
Pelanggaran, tipiring, TP
tanpa korban, kerugian
korban tidak lebih dari upah
minimum provinsi.
15
Proses (Musyawarah) Diversi
Anak Pelaku
Orangtua/Wali Anak
Polisi/Jaksa/Hakim
Korban
Pekerja Sos
Pembimbing Kemasyrktn
Orangtua/ Wali Anak
Orangtua/ Wali Korban
Tokoh Masy
Penting:Harus ada persetujuan korbam
16
PENGECUALIANDiversi tanpa Persetujuan Korban
(Pasal 9 ayat 2 UU No 11 tahun 2011)
tindak pidana yang berupa pelanggaran
tindak pidana ringan
tindak pidana tanpa korban
nilai kerugian kurang dari UMP setempat.
17
UP2APENYIDIK(POLISI) 7 HARI
Forum Mediasi / Musyawarah
RESTORATIVE JUSTICE
Penyidik / UPPA, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak /, Perwakilan masyarakat
LAPORAN MASYARAKAT
BERHASILKESEPAKATAN
PERM PENYIDIK /
BA DIV
TATA CARA / ALURDIVERSI / RESTORATIF JUSTICE
(UU SPPA)
PENETAPAN KPN
3 HARI (pasal 12)
DIVERSI 30 HARI
TIDAK BERHASIL
BERKAS DILIMPAHKAN KE PENUNTUT
UMUM
PenyidikSP3
(Bapas) Pengawa
san
18
JPUSKP3
(Bapas)Pengawasan
KAJARI MENUNJUK JAKSA ANAK
7 HARI
Forum Mediasi / Musyawarah
RESTORATIVE JUSTICE
Penuntut Umum, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak /, Perwakilan masyarakat
BERKAS DITERIMA
KEJARI
BERHASILKESEPAKATAN
PERMJPU/ BA
DIV
PENETAPAN KPN
(DIVERSI)3 HARI
DIVERSI30 HARI
TIDAK BERHASIL
BERKAS DILIMPAHKAN
KEPENGADILAN
19
KPN MENUNJUK
HAKIM ANAK7 HARI
Forum Mediasi / Musyawarah
RESTORATIVE JUSTICE
Hakim Anak, JPU Anak, PK BAPAS, Pelaku / Orang Tua, Korban, Penasehat Hukum Anak, PEKSOS / Tenaga Kesejahteraan Sosial / Pendamping Anak , Perwakilan masyarakat
BERKAS DITERIMA
PENGADILAN NEGERI 3 HARI
BERHASILKESEPAKATAN
PERMHA/ BA DIV
PENETAPAN KPN
( DIVERSI)3 HARI
DIVERSI30 HARI
TIDAK BERHASIL
SIDANG DILANJUTKAN
(KUHAP UU SPPA)
Hakim Anak Pent. Penghentian
Pemeriksaan(Bapas)
Pngawasan
21
Hasil Kesepakatan Diversi dapat berbentuk antara lain .... (Pasal 11)
Perdamaian dengan atau tanpa
ganti kerugian
Menyerahkan kembali ke
orang tua atau orang tua asuh
Mengikuti pendidikan atau
pelatihan ke lembaga
pendidikan atau lembaga
sosial/LPKS
Rehabilitasi medis dan psikososial
Pelayanan Masyarakat
22
PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG BELUM BERUSIA 12 TAHUN
PENJELASAN (Pasal 21 UU NO 11 TAHUN 2012)
Penyelidik, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Pofesional mengambil keputusan untuk Menyerahkan kembali kepada orang tua Mengikutsertakan dalam program
pendidikan paling lama 6 (enam) bulan, keputusan tersebut diserahkan kepada pengadilan untuk ditetapkan dalam waktu 3 hari.
23
PK BAPAS wajib melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan anak yang
diikutsertakan dalam program pendidikan
Hasil evaluasi akan menentukan program
pendidikan tersebut akan diperpanjang
atau tidak
24
PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG SUDAH BERUSIA 12 TAHUN
PENYIDIKAN• Dilakukan oleh penyidik khusus berdasarkan
keputusan KAPOLRI atau pejabat lain yang ditunjuk KAPOLRI
• Telah memenuhi syarat sebagai penyidik perkara anak
• Wajib meminta pertimbangan atau saran dari PK BAPAS
• Dapat pula meminta pertimbangan dan saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater tokoh agama pekerja sosial profesional atau tenaga kesejahteraan sosial dan tenaga ahli lainnya
25
• Wajib meminta laporan sosial dari pekerja
sosial profesional atau tenaga kesejahteraan
sosial
• Apabila hukuman maksimum yang
diancamkan kurang dari 7 tahun dan bukan
pengulangan. Wajib mengupayakan diversi
• Apabila diversi gagal maka proses dilanjutkan
dengan penyelidikan oleh kejaksaan
26
PENANGKAPAN• Prinsip Penangkapan Anak :
– Sebagai upaya terakhir dan waktu yang paling singkat
– Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan
kejam lainnya
• Syarat Penangkapan Anak :
– Adanya bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP)
– Tindak pidana yang disangkakan berupa kejahatan.
Kecuali dalam hal telah dipanggil 2 kali secara sah dan
tidak memenuhi panggilan
27
• Tata Cara Penangkapan Anak :
– Dilakukan secara manusiawi dengan memperhatikan
kebutuhan sesuai dengan umurnya (pasal 30 ayat 4 UU
No. 11 tahun 2012).
– Pada saat dilakukan penangkapan, anak wajib diberitahu
tentang alasan penangkapan (pasal 9 konvensi hak-hak
sipil dan politik)
– Memberitahukan orang tua/wali dalam tenggang waktu
sesingkat mungkin (beijing rules/pasal 9 konvensi hak-
hak sipil dan politik).
28
• Syarat Penahanan Anak :– Anak telah berusia 14 tahun atau lebih (Pasal 32 UU No. 11
tahun 2012);– Diduga melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih (Pasal 32 UU No. 11 tahun 2012);
– Adanya bukti permulaan yang cukup (pasal 21 ayat (1) KUHAP);
– Adanya kekhawatiran, anak akan melarikan diri, menghilangkan atau merusak barang bukti, dan atau mengulangi tindak pidana;
Berkaitan dengan syarat penahanan, perlu mendapat perhatian pasal 32 (1) Undang-Undang No. 11 tahun 2012, yang berbunyi:
“Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak memperoleh jaminan dari orang tua/wali dan/atau lembaga bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana.”
29
• Tempat Penahanan Anak :– Penahanan anak dilaksanakan di lembaga
penempatan anak sementara (LPAS), yang merupakan tempat sementara bagi anak selama proses peradilan berlangsung.(Pengganti RUTAN)
– Apabila LPAS tidak/belum tersedia, penahanan anak dapat dilakukan di lembaga penyelenggaraan kesejahteraan sosial (LPKS) setempat.
30
• Jangka Waktu Penahanan– Penyidikan:
• Untuk kepentingan penyidikan, anak dapat dikenakan penahanan paling lama 7 (tujuh) hari.
• Atas permintaan penyidik, penuntut umum dapat memperjang paling lama 8 (delapan) hari.
Bandingkan dengan Undang-undang No.3 Tahun 1997
½ x 20 + 40 = 30 hari setengah dari orang dewasa tidak mengenal pasal 29 KUHAP
– Penuntutan:• Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum dapat
melakukan penahan paling lama 5 (lima) hari.• Atas permintaan penuntut umum, hakim pengadilan
negeri dapat memperpanjang untuk paling lama 5 (lima) hari.
Bandingkan dengan Undang-undang No.3 Tahun 1997
½ x 20 + 30 = 25 hari tidak mengenal Pasal 29 KUHAP
31
– Kasasi• Untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat kasasi, hakim
kasasi dapat melakukan penahanan paling lama 15 (lima belas) hari.
• Atas permintaan hakim kasasi, ketua mahakamah agung dapat memperpanjang paling lama 20 (dua puluh) hari.
Bandingkan dengan UU No.3 Tahun 1997
½ x 50 + 60 = 55 hari tidak mengenal Pasal 29 KUHAP
Catatan : Kaitan deangan Proses Kasasi
Memori Kasasi 14 hari
Kontra memori Kasasi 14 hari
tambahan memori Kasasi 14 hari +
Total = 42 hari
(Lihat Pasal 248 & 249 KUHAP)
32
PENANGGUHAN PENAHANAN
• Tersangka/terdakwa berhak untuk mengajukan keberatan kepada
pihak yang berwenang atas penahanan (pasal 31 KUHAP/Tokyo Rules)
• Secara umum penangguhan penahanan tidak diatur dalam UU No. 11
tahun 2012, dengan demikian perihal penangguhan penahanan
sepenuhnya digunakan ketentuan sebagaimana diatur dalam UU No. 8
tahun 1981 tentang KUHAP.
• Satu-satunya pasal yang bersinggungan dengan persoalan
penangguhan penahanan adalah pasal 32 ayat (1) UU No. 11 tahun
2012, dimana disebutkan bahwa penahanan tidak boleh dilakukan bila
terdapat jaminan dari orang tua/wali dan/atau lembaga. Pasal 32 ayat
(1) memperkenalkan adanya jaminan lembaga, yang tidak dikenal
dalam KUHAP.
“Pengertian lembaga disini adalah lembaga baik pemerintah maupun
swasta, di bidang kesejahteraan sosial anak, antara lain panti asuhan,
dan panti rehabilitasi.”
33
PENGGELEDAHAN• Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tidak memuat aturan yang spesifik tentang
penggeledahan terhadap anak, khususnya penggeledahan badan maupun
rongga badan. Sekalipun penegak hukum khususnya penyelidik dan atau
penyiddemikian kiranya penting untuk mendapatkan perhatian dari aparat ik
untuk selalu memastikan agar cara-cara penggeledahan yang dilakukan
terhadap badan maupun rongga badan anak tidak menimbulkan terganggunya
kesejahteraan anak di kemudian hari.
• Dalam hal penggeledahan badan/rongga badan terhadap anak, untuk
melengkapi ketentuan yang diatur dalam penjelasan pasal 37 KUHAP,
hendaknya diperlukan kehadiran pembimbing kemasyarakatan atau pekerja
sosial profesional.
34
PENYITAAN
• Penetapan pengadilan mengenai penyitaan barang bukti dalam perkara anak harus ditetapkan paling lama 2 (dua) hari.
• Prosedur penetapan pengadilan dalam penyitaan barang bukti adalah merupakan hal baru, mengingat dalam KUHAP penyitaan tidak memerlukan penetapan, tetapi izin dari ketua pengadilan untuk melakukan penyitaan
35
PENUNTUTAN• Penuntutan perkara pidana anak, dilakukan oleh
penuntut umum yang ditetapkan berdasarkan keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk Jaksa Agung.
• Telah memenuhi syarat sebagai penyidik perkara anak
• Apabila hukuman maksimum yang diancamkan kurang dari 7 tahun dan bukan pengulangan. Wajib mengupayakan diversi
• Apabila diversi gagal maka proses dilanjutkan dengan proses peradilan di Pengadilan
36
PEMERIKSAAN DI PENGADILAN
• Pengadilan Tingkat Pertama :– Hakim yang memeriksa dan memutus perkara anak dalam
tingkat pertama dengan hakim tunggal, dalam hal tindak pidana yang akan diperiksa diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih atau sulit pembuktiannya, dapat dilakukan oleh hakim majelis.
– Ketua pengadilan negeri wajib menetapkan hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara anak paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima berkas dari jaksa penuntut umum.
– Pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap anak dilakukan oleh hakim yang ditetapkan berdasarkan keputusan ketua mahkamah agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh ketua mahakamah agung atas usul ketua pengadilan negeri yang bersangkutan melalui ketua pengadilan tinggi.
37
• Pengadilan Tingkat Pertama
– Dalam hal belum ada hakim yang memenuhi persyaratan, maka tugas pemeriksaan di sidang anak dilaksanakan oleh hakim yang melakukan tugas pemeriksaan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.
– Dalam hal tindak pidana yang disangkakan dilakukan oleh anak, diancam dengan maksimum pidana penjara kurang dari 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana, dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri, hakim wajib mengupayakan diversi. Apabila GAGAL maka dilanjutkan dengan proses persidangan
38
• Pengadilan Tingkat Pertama :– Sidang dilaksanakan di ruang sidang
khusus anak, dengan ruang tunggu yang terpisah dari ruang tunggu sidang orang dewasa.
– Sidang anak didahulukan dari waktu sidang orang dewasa.
– Sidang anak dilaksanakan secara tertutup untuk umum kecuali pembacaan putusan.
39
TAHAPAN PERSIDANGAN PERKARA ANAK
• Sidang dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum, kemudian anak dipanggil
masuk beserta orang tua/wali, advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya,
dan pembimbing kemasyarakatan.
• Setelah melakukan verifikasi identitas anak, hakim memerintah penuntut
umum untuk membacakan surat dakwaan.
• Kecuali apabila terdapat keberatan (eksepsi) terhadap surat dakwaan, setelah
pembacaan surat dakwaan, hakim memerintahkan pembimbing
kemasyarakatan untuk membacakan laporan hasil penelitian kemasyarakatan.
harus hadir Bandingkan dengan praktek LITMAS diajukan setelah sidang buka
(UU no 3 Tahun 1997) kebanyakan BAPAS tidak hadir karena hasil LITMAS
sudah ada dalam berkas.
40
• Pemeriksaan diawali dengan memeriksa saksi korban dan dilanjutkan dengan
saksi-saksi lainnya.
• Sebelum memberikan keterangan, korban dan/atau saksi memberikan sumpah
atau janji kecuali terhadap korban dan/atau saksi yang masih belum berumur 15
(lima belas) tahun dan belum menikah. SPPA 18 tahun bila saksi adalah anak.
• Dalam hal korban dan/atau saksi yang masih berstatus anak dan tidak dapat
hadir untuk memberikan keterangan di depan persidangan, hakim dapat
memerintahkan anak korban dan/atau anak saksi didengar keterangannya
melalui perekam elektronik atau pemeriksaan langsung jarak jauh
menggunakan tekhnologi IT
41
• Sidang anak dilanjutkan setelah anak diberitahukan mengenai keterangan anak korban dan/atau anak saksi yang telah diberikan tanpa kehadirannya.
• Dalam hal tertentu anak korban diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat tentang perkara yang bersangkutan.
• Sebelum putusan dijatuhkan, hakim memberikan kesempatan kepada orang tua/wali dan/atau pendamping untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi anak.
42
• Sebelum menjatuhkan putusan, hakim wajib mempertimbangkan laporan
penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemasyarakatan.(LITMAS)
• Putusan yang tidak mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan,
batal demi hukum.
• Putusan dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat tidak
dihadiri Anak.
• Petikan putusan diberikan kepada anak atau advokat atau pemberi bantuan
hukum lainnya, pada hari putusan diucapkan.(bandingkan dengan Pasal
226,243(3),257 & 267 KUHAP)
• Salinan putusan diberikan kepada anak atau advokat atau pemberi bantuan
hukum lainnya paling lama 5 (lima) hari sejak putusan diucapkan. (Pasal 226
kepada Penyidik & PU kepada Terdakwa atas permintaan)
43
Jenis Pidana(1) Pidana pokok terdiri atas:
A. Pidana peringatan;
B. Pidana dengan syarat:
1. Pembinaan di luar lembaga;
2. Pelayanan masyarakat;
3. Pengawasan.
C. Latihan kerja;
D. Pembinaan dalam lembaga; dan
E. Penjara.
(2) Pidana tambahan terdiri atas:
A. Perampasan keuntungan yang diperoleh
B. Pemenuhan kewajiban adat
44
Jenis Tindakan a. pengembalian kepada orang tua atau orang tua asuh;
b. penyerahan kepada pemerintah;
c. penyerahan kepada seseorang;
d. perawatan di rumah sakit jiwa;perawatan di rumah sakit jiwa;
e. perawatan di lembaga;
f. kewajiban mengikuti pendidikan formal dan atau
latihan yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga
swasta;
g. pencabutan surat izin mengemudi;
h. perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau
i. pemulihan.
45
UPAYA HUKUM BIASA• Upaya hukum biasa meliputi banding dilakukan pada
pengadilan tinggi dan kasasi, dilakukan pada Mahkamah Agung.
• Berkaitan dengan upaya hukum biasa UU SPPA pada dasarnya tidak mengatur secara khusus, terkecuali sepanjang berkaitan dengan Hakim Banding (sebagaimana diatur paada pasal 45 – 47 UU SPPA) dan Hakim Kasasi (sebagaimana diatur pada pasal 48 – 50 UU SPPA).
• Pemeriksaan pada tingkat Banding dilakukan oleh hakim tunggal, yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai hakim banding untuk perkara pidana anak berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul ketua pengadilan tinggi.
46
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
• Peninjauan kembaliPengaturan peninjauan kembali dalam pasal 51 UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, menyatakan:
“Terhadap putusan pengadilan mengenai perkara anak yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat dimohonkan peninjauan kembali oleh Anak, orang tua/wali, dan/atau advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya kepada Mahkamah Agung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
top related