nilai tambah dari corporate social responsibility …
Post on 13-Apr-2022
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
NILAI TAMBAH DARI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(STUDI KASUS PADA PT. SEMEN INDONESIA)
Oleh :
Arya Nusantara
Dosen Pembimbing :
Dr. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRS., CA.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,
Jl. MT. Haryono 165, Malang
Email: arya.nusantara05@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peningkatan atau penurunan
nilai tambah CSR pada PT. Semen Indonesia tbk dalam rentang waktu lima tahun
(2010-2014). Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dan berjenis
studi kasus. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa laporan
keuangan dan laporan berkelanjutan. Nilai tambah diukur melalui pendekatan
EVA untuk mengetahui kinerja CSR perusahaan dengan konsep triple bottom line
pada CSR yaitu profit, people, planet. Laporan keuangan sebagai sumber
perhitungan EVA pada dimensi profit sedangkan laporan berkelanjutan sebagai
sumber perhitungan EVA pada dimensi people dan planet. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan CSR selalu menciptakan nilai tambah (value
added) pada PT. Semen Indonesia tbk. Fenomena yang terjadi adalah nilai yang
timbul tidak selalu meningkat pada setiap tahunnya. Nilai dari EVA profit
cenderung turun di tahun terakhir pelaporan sedangkan nilai dari EVA people
cenderung meningkat setiap tahunnya dan nilai dari EVA planet cenderung
fluktuatif setiap tahunnya. Secara rata-rata nilai keseluruhan dari EVA meningkat
pada tahun 2010 hingga 2013 dan mengalami penurunan pada tahun 2014.
Penurunan nilai ini disebabkan penciptaan nilai pada dimensi profit dan planet
mengalami penurunan pada tahun 2014.
Kata kunci : Nilai tambah, penciptaan nilai, triple bottom line, Corporate
Social Responsibility, EVA.
LATAR BELAKANG
Saat ini tingkat kompetisi antar perusahaan bersifat jangka panjang dan
penuh resiko. Perusahaan yang kompetitif hendaknya selalu menyadari akan
2
pentingnya sebuah nilai untuk diteruskan kedepannya. Perusahaan harus
memahami cara untuk membuat kegiatan ekonomi terus berkelanjutan (Lloret,
2015). Secara konseptual, keberlanjutan perusahaan berasal dari konsep yang
lebih luas dari pembangunan berkelanjutan dan paralel dengan Corporate Social
Responsibility (CSR) (Montiel dalam Lloret, 2015). Ketergantungan dan
kerentanan tersebut merupakan buah dari kompetisi yang semakin kuat antar
perusahaan. Berdasarkan penelitian Kim (2003) CSR memang terbukti memilki
dampak positif terhadap performa bisnis dan keuangan.
Menurut Elkington (1997) Konsep CSR tersebut dapat diukur melalui tiga
aspek yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu
profit, people dan planet (3P) yang menggambarkan hubungan antara keuntungan,
sumberdaya manusia dan lingkungan. Konsep inilah yang dinamakan dengan
triple bottom line. Dalam istilah praktis, triple bottom line berarti memperluas
kerangka pelaporan tradisional untuk mempertimbangkan kinerja ekologi dan
sosial sebagai tambahan kinerja keuangan. Hubungan fundamental antara CSR
dengan triple bottom line adalah wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi,
sosial, dan lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit,
people dan planet (3P) (Anatan, 2010). Ketiga nilai tersebut harus diciptakan
secara paralel untuk menjaga nilai perusahaan.
Nilai tersebut sangat berguna bagi perusahaan dan pemegang saham,
karena pemegang saham merupakan komponen utama dalam nilai suatu
perusahaan. Nilai dari pemegang saham dapat diciptakan melalui manfaat
kompetitif (competitive advantage) yang berkelanjutan. Manfaat kompetitif yang
berkelanjutan ini merujuk pada usaha perusahaan untuk mengamankan investasi
3
dan berusaha meningkatkan pengembalian investor sebanyak mungkin dengan
resiko sekecil mungkin (Bender, 2014).
Dalam usaha menjaga, serta meningkatkan nilai perusahaan dan investor,
salah satu metode yang paling tepat digunakan adalah Economic Value Added
(EVA) yang dikembangkan oleh Stern Stewart pada era tahun 70-an (Kim, 2003).
Copeland (1988) mengungkapkan bahwa pendekatan yang paling populer pada
beberapa tahun belakangan adalah pendekatan yang dikembangkan Stern Stewart
dari New York yang disebut EVA. Metode atau pendekatan ini memiliki fokus
untuk mendapatkan return pada modal yang diinvestasikan pada perusahaan dan
dibandingkan dengan weighted average cost of capital (WACC) bagi perusahaan.
Manfaat menggunakan metode ini adalah nilai perusahaan dan investor dapat
menjadi sangat terukur dalam satu periode dan mengajarkan perusahaan bahwa
modal dalam bentuk apapun adalah sangat berharga. EVA dapat juga dihitung
dalam dimensi profit, people dan planet (3P) (Kim, 2003). Dengan dinilainya
ketiga dimensi tersebut, maka EVA dapat mengungkapkan secara utuh nilai yang
telah dihasilkan melalui aktivitas CSR pada perusahaan.
Salah satu perusahaan di Indonesia yang telah mengaplikasikan CSR
adalah PT. Semen Indonesia tbk. Perusahaan ini merupakan perusahan yang
termasuk dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perusahaan ini sedikit
banyak telah memberikan dampak negatif bagi lingkungan karena menghasilkan
limbah berupa debu dan partikel. Pada tahun 2013, salah satu pabrik pengolahan
yang berada di Tuban, Jawa Timur mengalami demonstrasi dari warga sekitar
dikarenakan polusi debu yang berlebihan (Tempo.com, Senin 9 September 2013).
Berita terbaru adalah meningkatnya angka kematian sebanyak 31 orang selama
4
bulan Januari hingga April di Tuban, Jawa Timur. Salah satu penyebabnya adalah
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), (detikx.com, Jumat 29 April 2016).
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini, apakah terjadi peningkatan atau penurunan nilai tambah dari
aktivitas CSR pada PT. Semen Indonesia dalam rentang waktu 5 tahun (2010 -
2014).
TINJAUAN PUSTAKA
Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility atau CSR merupakan mekanisme bagi
suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders,
yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004).
Menurut ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility memberikan
defenisi CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak
dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan
lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang
sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat,
mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang
ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan
organisasi secara menyeluruh. Gray et al (1987) mendefinisikan CSR sebagai
proses komunikasi sosial dan lingkungan dari organisasi ekonomi terhadap
kelompok tertentu di masyarakat, yang melibatkan tanggung jawab organisasi
5
(terutama perusahaan), di luar tanggung jawab keuangan kepada pemilik modal,
khususnya pemegang saham.
Triple Bottom Line
Konsep Triple Bottom Line ini dipopulerkan oleh John Elkington pada
tahun 1997. Konsep ini merumuskan bahwa keberlangsungan dan pertumbuhan
perusahaan tidak semata-mata bergantung pada laba usaha (profit), melainkan
juga tindakan nyata yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan (planet), dan
keadilan (people) (Elkington,1997). Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak
lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu
aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi finansialnya saja, namun juga
harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan (Wibisono 2007).
Nilai Tambah
Pengaplikasian CSR diharapkan memiliki nilai tambah tersendiri bagi
perusahaan, yaitu stakeholder dan shareholder. Menurut Collins (1994), definisi
nilai tambah adalah perbedaan antara nilai dari output suatu perusahaan, yaitu
total pendapatan yang diterima dari penjualan output tersebut, dan biaya masukan
dari bahan-bahan mentah, komponen-komponen atau jasa-jasa yang dibeli untuk
memproduksi komponen tersebut.
Ernst and Young dalam Anatan (2010), mengemukakan bahwa salah satu
program kerja yang dapat dilakukan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
CSR yaitu Program peningkatan “share value” bagi shareholder, karena
shareholder merupakan prioritas bagi perusahaan. Shareholder atau investor
merupakan salah satu komponen dalam investasi perusahaan. Investor disini
memiliki peranan penting pula dalam menciptakan sebuah nilai. Menurut Bender
6
(2014), nilai dari investor merupakan cerminan dari pengembalian yang
dibutuhkan (required returns) dari pasar modal, dan berkebalikan pada
penempatan nilai keuangan pada sekuritas perusahaan di pasar.
Economic Value Added (EVA)
Metode Nilai Tambah Ekonomis pertama kali dikembangkan oleh Stewart
& Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co. pada tahun
1993. Model Nilai Tambah Ekonomis menawarkan parameter yang cukup objektif
karena berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni mengurangi laba
dengan beban biaya modal (Young dan O’byrne, 2001), dimana beban biaya
modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Beban biaya modal ini juga
mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan investor atas
sejumlah investasi yang ditanamkan di perusahaan. Hasil perhitungan Nilai
Tambah Ekonomis yang positif merefleksikan tingkat return yang lebih tinggi
daripada tingkat biaya modal. Seperti beberapa pengertian EVA diatas, pada
mulanya EVA dikembangkan untuk menghitung nilai tambah dari aspek ekonomi
saja atau dalam hal profit saja. Kim (2003) menyatakan bahwa nilai dapat
diciptakan atau dihancurkan bila EVA naik atau turun, nilai EVA dirumuskan
sebagai berikut :
EVA = (ROCE – WACC) * CE
Pada perusahaan yang memiliki utang dan ekuitas, metode yang digunakan untuk
menghitung CoC (Cost of Capital) adalah weighted average cost of capital
(WACC) (Binus Accounting, 2015).
EVA = (ROCE – WACC) * CE
Keterangan :
7
ROCE : Return On Capital Employed
WACC : Weight Average Cost of capital
CE : Capital Employed
Terciptanya nilai atau tidak yang ditentukan dengan pendekatan EVA,
menurut Widayanto (1993) menggunakan indikator sebagai berikut :
a. Apabila EVA > 0, nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi
proses nilai tambah pada perusahaan. Bearti ada nilai ekonomis lebih,
setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang
dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
b. Apabila EVA = 0, menunjukkan posisi impas atau break Event Point.
Berati tidak ada nilai ekonomis lebih, tetapi perusahaan mampu
membayarkan semua kewajibannya pada pada para penyandang dana atau
kreditur sesuai ekspektasinya.
c. Apabila EVA < 0, nilai EVA negative dan menunjukkan tidak terjadi
proses nilai tambah. Berarti perusahaan tidak mampu membayarkan
kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sebagaimana nilai
yang diharapkan ekspektasi return saham tidak dapat tercapai.
CSR yang telah menggunakan Triple Bottom Line, memiliki dimensi people dan
planet yang belum terjelaskan pada konsep dasar perhitungan EVA. Kim (2003)
mengembangkan penelitian yang menghubungkan antara aspek 3P dari CSR yaitu
profit, people and planet dengan perhitungan menggunakan metode EVA.
Performa ekonomi menjadi dapat dikuantifikasikan dalam satu dimensi utuh CSR
yaitu 3P dengan metode sebagai berikut :
People, dalam hal ini adalah pegawai menggunakan rumus
8
EVA = (VA/FTE – C/FTE) * FTE
Alternatif perhitungan dimensi people untuk mengukur performa
ekonomi dari usatu perusahaan adalah menggunakan Added Value
per Employee (AVPE) yang disebutkan oleh Harrington (1996),
EVA = Salaries, wages, employee welfare and Director's and
commissioners' bonuses / number of employee
Planet, dalam hal ini adalah penggunaan bahan baku menggunakan
rumus
EVA = (VA/TON – C/TON) * TON
Perhitungannya analog dengan dimensi People, namun objeknya
adalah bahan baku, maka dapat digunakan rumus yang setara yaitu
EVA = raw materials used / number or total of raw materials
Melalui tambahan perhitungan EVA pada dimensi people dan planet, maka unsur
CSR yaitu 3P telah terpenuhi dan dapat dikuantifikasikan untuk keperluan
pengujian performa ekonomi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Ditinjau dari objek yang diselidiki maka penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang menggambarkan mengenai kondisi perusahan yang
dalam hal ini adalah PT. Semen Indonesia tbk dengan melakukan analisis nilai
tambah ekonomis atau Economic Value Added (EVA) terhadap CSR yang
diterapkan oleh perusahaan. Surakhmad (2004) menyatakan pengertian penelitian
deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang
9
bersifat menuturkan dan menafsirkan data yang ada. Menurut Sugiyono (2012)
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Selanjutnya Nasution
(2003) menyebutkan bentuk desain penelitian yang mendukung tujuan penelitian,
baik eksploratoris, eksperimental, maupun deskriptif. Diantaranya adalah dengan
desain survey, case study, dan eksperimen. Dalam hal ini, peneliti menggunakan
jenis penelitian case study (studi kasus).
Penelitian studi kasus, menurut Daymon dan Holloway (2008) adalah
pengujian intensif, menggunakan berbagai sumber bukti (data kualitatif,
kuantitatif, atau keduanya) terhadap satu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang
dan waktu. Penelitian ini membahas dan menganalisis masalah berdasarkan
kondisi laporan keuangan dan laporan berkelanjutan pada objek penelitian. Data
yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisis, diproses lebih lanjut
dengan dasar teori yang ada dan telah dipelajari. Selain itu, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran yang sistematis dan faktual
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan dan laporan berkelanjutan
selama tahun 2010 sampai dengan 2014 dari PT Semen Indonesia Tbk, yang
berlokasi di Jalan Veteran (gedung kantor pusat SG), Gresik 61122, Jawa Timur,
Indonesia. Perusahaan ini telah go public, sehingga penulis dapat memperoleh
data dari pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Brawijaya Malang.
Jenis dan Sumber Data
10
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini bersifat data kualitatif dan
kuantitatif. Menurut Kuncoro (2003) dalam Rafika (2011), data kualitatif
merupakan data yang yang tidak dapat diukur dalam suatu skala numeric (angka).
Data kualitatif berupa uraian kata, kalimat, skema dan gambar, misalnya laporan
berkelanjutan perusahaan. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang dapat
diukur dalam skala numeric, berupa angka – angka, misal data laporan posisi
keuangan dan arus kas perusahaan, dalam hal ini pada PT. Semen Indonesia tbk.
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah
data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melainkan melalui perantara. Menurut Sekaran (2006), data sekunder
mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data
sekunder yang digunakan oleh peneliti berupa laporan keuangan dari PT. Semen
Indonesia tbk yang diakses dari Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas
Brawijaya dan Sustainability reporting atau laporan berkelanjutan yang dapat
diakses langsung pada halaman website PT. Semen Indonesia tbk. Penulis juga
menggunakan jurnal yang diperoleh dari media elektronik sehingga dapat
dijadikan sebagai literatur tambahan untuk melengkapi landasan teori dan
mengukur kriteria-kriteria penelitian.
Metode Analisis Data
Analisis data adalah cara atau langkah-langkah untuk mengelola data
primer maupun data sekunder yang bermanfaat bagi penelitian guna mencapai
tujuan akhir penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif yaitu analisis terhadap data yang berbentuk angka atau
bilangan dengan metode perbandingan yang berupa perhitungan baik matematis
11
maupun statistik yang dilakukan pada perhitungan atau rumus-rumus relevan
(Husein Umar, 2004). Data yang diolah menggunakan pendekatan EVA memiliki
tiga dimensi sudut pandang yaitu profit, people dan planet. Dimensi profit dapat
dihitung berdasarkan pada laporan keuangan yaitu dengan menghitung nilai EVA
pada laporan keuangan PT. Semen Indonesia tbk. Dimensi people dan planet
dapat dihitung berdasarkan laporan berkelanjutan dan laporan keuangan dari PT.
Semen Indonesia tbk
Adapun peneliti dalam menghitung nilai dari EVA dimensi profit
menggunakan urutan analisis data sebagai berikut:
1. Menghitung Return On Capital Employed (ROCE)
Return On Capital Employed (ROCE) adalah rasio yang menunjukkan
efisiensi dan profitabilitas dari investasi modal perusahaan. Untuk
menghitung besarnya ROCE dapat digunakan rumus sebagai berikut :
a) Menghitung EBIT (Earnings Before Income And Tax)
EBIT merupakan jumlah dari laba usaha, biaya keuangan dan
beban pajak penghasilan. EBIT memiliki rumus sebagai berikut :
EBIT = laba usaha + biaya keuangan + beban pajak penghasilan
2. Menghitung Weight Average Cost of capital (WACC)
WACC merupakan rata-rata tertimbang dari cost of capital. Menurut
Hilton (2009) WACC memiliki perhitungan sebagai berikut :
WACC = [(D x rd) (1-tax) + (E x re)]
Menghitung komponen WACC, memiliki langkah sebagai berikut :
12
a) Menghitung tingkat modal (D)
Tingkat modal merupakan pembagian dari total kewajiban dan
total kewajiban dan ekuitas.
b) Menghitung nilai biaya hutang atau cost of debt (rd)
Cost of Debt merupakan hasil bagi antara beban bunga dan total
kewajiban tidak lancar.
c) Menghitung tingkat modal per ekuitas (E)
Tingkat modal per ekuitas merupakan hasil bagi dari total ekuitas
dengan total kewajiban dan ekuitas.
d) Menghitung biaya ekuitas atau cost of equity (re)
Cost of equity merupakan laba usaha yang dibagi dengan total
ekuitas.
e) Menghitung tingkat pajak (tax)
Tingkat pajak merupakan pembagian dari beban pajak dengan laba
bersih sebelum pajak.
13
3. Menghitung Capital Employed (CE)
Capital Employed (CE) memiliki rumus perhitungan sebagai berikut,
CE = aset tetap + investasi (aset) + working capital
Untuk menghitung CE langkah awal yang harus dilakukan adalah
menghitung working capita (WC). Working capital merupakan
komponen perhitungan CE yang tidak dapat langsung ditemui pada
laporan
keuangan. Rumus menghitung working capital adalah :
WC = aset lancar – kewajiban lancar
Setelah mendapatkan nilai dari EVA dimensi profit, maka selanjutnya
adalah menghitung EVA dimensi people dan planet. Perhitungan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung EVA dimensi people
2. Menghitung EVA dimensi planet
Apabila nilai dari ketiga dimensi dari EVA sudah ditemukan, maka nilai
dapat dinyatakan dalam tiga macam kriteria. Kriteria EVA yang dikemukakan
Widayanto (1993) adalah :
14
a. Apabila EVA > 0, nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi
proses nilai tambah pada perusahaan. Bearti ada nilai ekonomis
lebih, setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para
penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
b. Apabila EVA = 0, menunjukkan posisi impas atau break Event Point.
Berati tidak ada nilai ekonomis lebih, tetapi perusahaan mampu
membayarkan semua kewajibannya pada pada para penyandang dana
atau kreditur sesuai ekspektasinya.
c. Apabila EVA < 0, nilai EVA negative dan menunjukkan tidak terjadi
proses nilai tambah. Berarti perusahaan tidak mampu membayarkan
kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sebagaimana
nilai yang diharapkan ekspektasi return saham tidak dapat tercapai.
Langkah terakhir adalah kompilasi nilai EVA dari ketiga dimensi selama
tahun 2010 – 2014. Kompilasi ini didukung dengan mengubah angka-angka atau
nilai EVA kedalam bentuk statistik sederhana yang dapat menggambarkan
kenaikan atau penurunan nilai EVA selama lima tahun dan memberikan deskripsi
sesuai dengan hasil penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perhitungan EVA
Aspek EVA yang dihitung dalam penelitian ini meliputi tiga unsur utama
yaitu EVA untuk profit atau modal, EVA untuk people atau tenaga kerja dan EVA
untuk planet atau bahan baku.
15
Perhitungan EVA untuk Dimensi Profiit
Perhitungan EVA profit merujuk pada rumus :
EVA = (ROCE-WACC) * CE
Keterangan :
ROCE : Return On Capital Employed
WACC : Weight Average Cost of capital
CE : Capital Employed
1. Menghitung Return On Capital Employed (ROCE)
Return On Capital Employed (ROCE) adalah rasio yang menunjukkan efisiensi
dan profitabilitas dari investasi modal perusahaan. Dengan kata lain, ROCE
merupakan indikator seberapa baiknya perusahaan dalam memanfaatkan modal
untuk menghasilkan pendapatan.
Perhitungan ROCE
Tahun EBIT
Selisih Antara Total Aset
Dan Kewajiban Lancar ROCE
2010 5,599,555,115 13,045,480,327 0.429233
2011 6,054,412,059 16,772,465,572 0.360973
2012 7,647,130,761 21,753,879,149 0.35153
2013 8,826,669,514 25,495,253,555 0.346208
2014 8,990,873,777 29,041,396,905 0.309588
Sumber : olahan penulis
Dari hasil perhitungan, nilai ROCE tertinggi pada tahun 2010 kemudian
mengalami penurunan di setiap tahunnya. Walaupun nilai EBIT meningkat, faktor
pembagi yaitu aset dan kewajiban jangka pendek meningkat dengan lebih cepat
sehingga mengalami penurunan nilai ROCE setiap tahunnya.
2. Menghitung Weight Average Cost of capital (WACC)
16
Perhitungan biaya modal secara keseluruhan (overall cost of capital) bertujuan
utamanya untuk menentukan biaya modal dalam hal penganggaran modal (capital
budgeting). Konsep ini mengarah pada Weighted Average Cost of Capital
(WACC), yaitu batas untuk mengevaluasi apakah usaha dari perusahaan memiliki
tingkat pengembalian yang lebih baik (Nuzula, 2010). WACC merupakan rata-
rata tertimbang dari cost of capital. WACC dapat dihitung sebagai berikut :
WACC = [(D x rd) (1-tax) + (E x re)]
Perhitungan WACC
Tahun D Rd
Tax E re WACC
2010 0.219961 0.00696 1 0.2251946 0.780039 0.301416 0.236302
2011 0.256668 0.007183 1 0.222925432 0.743332 0.270629 0.2026
2012 0.316573 0.0084 1 0.216433259 0.683427 0.271218 0.187441
2013 0.291915 0.010366 1 0.226302132 0.708085 0.245565 0.176222
2014 0.271377 0.019897 1 0.213966826 0.728623 0.222921 0.16667
Sumber : olahan penulis
Nilai WACC mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang terus
menurun pada setiap tahunnya. Nilai WACC yang menurun juga mengindikasikan
turunnya biaya modal selama lima tahun penggunaan laporan berkelanjutan.
3. Menghitung Capital Employed (CE)
Untuk menghitung CE langkah awal yang harus dilakukan adalah menghitung
working capital. Working capital merupakan komponen perhitungan CE yang
tidak dapat langsung ditemui pada laporan keuangan. Working capital merupakan
selisih dari aset lancar dan kewajiban lancar.
17
Perhitungan Working Capital (WC)
Tahun Aset Lancar Kewajiban Lancar WC
2010 7,345,867,929 2,517,518,619 4,828,349,310
2011 7,646,144,851 2,889,137,195 4,757,007,656
2012 8,231,297,105 4,825,204,637 3,406,092,468
2013 9,972,110,370 5,297,630,537 4,674,479,833
2014 11,648,544,675 5,273,269,122 6,375,275,553
Sumber : olahan penulis
Setelah mendapatkan working capital maka CE dapat dihitung dengan
menjumlahkan jumlah dari aset tetap, investasi dari sudut aset, dan working
capital.
Perhitungan Capital Employed (CE)
Tahun Aset Tetap
Investasi
(Aset)
Working
Capital CE
2010 7,662,560,326 115,720,673 4,828,349,310 12,606,630,309
2011 11,640,692,117 253,083,974 4,757,007,656 16,650,783,747
2012 16,794,115,433 236,362,922 3,406,092,468 20,436,570,823
2013 18,862,518,157 104,835,223 4,674,479,833 23,641,833,213
2014 20,221,066,650 91,872,422 6,375,275,553 26,688,214,625
Sumber : olahan penulis
Nilai CE mengalami peningkatan setiap tahunnya. Nilai CE dipengaruhi oleh tiga
variable sekaligus, dimana aset tetap yang nilainya selalu naik dalam lima tahun.
Sedangkan nilai investasi pada aset dan working capital fluktuatif. Nilai investasi
pada aset meningkat selama tahun 2010-2012, dan turun pada tahun 2013-2014.
Nilai dari working capital cenderung menurun pada tahun 2010-2012 kemudian
meningkat pada tahun 2013-2014. Nilai dari CE dapat terus meningkat setiap
tahunnya dikarenakan peningkatan nilai aset tetap yang cukup tinggi sebagai salah
satu variabel yang mempengaruhi.
4. Menghitung Economic Value Added (EVA)
18
Economic Value Added memiliki beberapa versi dalam perhitungannya. Menurut
Kim (2003), rumus perhitungannya adalah selisih dari ROCE dengan CoC
(WACC) yang dikalikan dengan CE. Nilai-nilai dari masing masing variabel telah
didapatkan pada perhitungan diatas, sehingga perhitungan EVA sebagai berikut,
EVA = (ROCE-WACC) * CE
Tabel 4.12
Perhitungan EVA Profit
Tahun ROCE WACC CE EVA Profit
2010 0.42923334 0.236302 12,606,630,309 2,432,208,355
2011 0.36097329 0.2026 16,650,783,747 2,637,038,311
2012 0.35152952 0.187441 20,436,570,823 3,353,396,900
2013 0.34620834 0.176222 23,641,833,213 4,018,781,957
2014 0.3095882 0.16667 26,688,214,625 3,814,240,258
Sumber : olahan penulis
Nilai dari EVA dalam dimensi profit mengalami peningkatan pada tahun 2010-
2013, kemudian turun pada tahun 2014. Berdasarkan analisis data yang tersedia,
nilai EVA profit pada tahun 2014 menurun dikarenakan nilai ROCE dan WACC
yang menurun dibandingkan empat tahun sebelumnya, dan bahkan menyentuh
nilai terendah selama lima tahun.
Perhitungan EVA untuk Dimensi People
Pada dimensi people indikator utama perhitungannya adalah karyawan
yang bekerja di dalam PT. Semen Indonesia tbk. Perhitungan EVA people
merujuk pada rumus EVA = Gaji, Upah, Kesejahteraan Karyawan / jumlah
karyawan. Jumlah karyawan pada PT. Semen Indonesia tbk mengalami
peningkatan setiap tahunnya.
19
Total Jumlah Karyawan
Tahun Jumlah Karyawan
2010 5345
2011 5463
2012 5703
2013 6223
2014 6336
Sumber : sustainability reporting PT. Semen Indonesia tbk (2010-2014)
Menurut Laporan Berkelanjutan Semen Indonesia (2014), peningkatan
jumlah karyawan ini disebabkan adanya perekrutan pekerja baru untuk
operasional pabrik-pabrik baru maupun fasilitas pendukung lainnya yang
dioperasikan. Setelah mengetahui jumlah karyawan setiap tahunnya, EVA people
dapat dihitung seperti pada tabel dibawah ini.
Perhitungan EVA People
Tahun
Gaji, Upah, Kesejahteraan
Karyawan
Jumlah
Karyawan EVA people
2010 93,288,595 5345 17,453.43
2011 106,513,002 5463 19,497.16
2012 129,367,991 5703 22,684.2
2013 164,737,051 6223 26,472.29
2014 171,595,096 6336 27,082.56
Sumber : olahan penulis
Nilai dari EVA people meningkat setiap tahunnya. Nilai dari EVA people
berbanding lurus dengan gaji, upah, dan kesejahteraan karyawan. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah karyawan, masih dapat
diimbangi dengan gaji, upah, kesejahteraan karyawan yang cukup sehingga dapat
menghasilkan nilai tambah setiap tahunnya
Perhitungan EVA untuk Dimensi Planet
20
Dimensi yang terakhir adalah dimensi planet yang dalam pengukurannya
menggunakan dasar bahan baku atau raw materials. Perhitungan mengenai EVA
planet ini memiliki beberapa versi dalam perhitungannya. Kim (2003),
menggunakan petunjuk perhitungan EVA planet dengan selisih nilai tambah
dengan biaya pada setiap ton bahan baku yang digunakan dikalikan dengan tonase
bahan baku yang digunakan. Rumus ini analog dengan perhitungan EVA people.
Disini penulis menggunakan asumsi perhitungan yang analog dengan EVA
people, sehingga rumus dari EVA planet adalah sebagai berikut :
EVA = Bahan Baku Digunakan / total bahan baku
Bahan baku yang digunakan dapat ditemukan pada laporan keuangan PT. Semen
Indonesia tbk dan total bahan baku yang tersedia setiap tahunnya dapat dilihat
pada laporan berkelanjutan PT. Semen Indonesia tbk. Perhitungan EVA planet
adalah sebagai berikut,
Perhitungan EVA Planet
Tahun
Bahan Baku
Digunakan
Total Bahan
Baku
EVA
Planet
2010 486.322.937 11.311.365.000 0.042994
2011 588.274.205 12.826.422.000 0.045864
2012 568.358.826 15.812.559.000 0.035944
2013 1.047.595.098 15.225.474.000 0.068805
2014 873.555.873 16.104.675.111 0.054242
Sumber : olahan penulis
Menurut Laporan Berkelanjutan Semen Indonesia (2014), secara umum
pemakaian material sebagai bahan baku produksi di pabrik semen milik PT.
Semen Indonesia dan entitas anak perusahaan pada lima tahun terakhir,
mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Hal ini disebabkan
bertambahnya kapasitas dan volume produksi. Nilai dari EVA planet mengalami
21
peningkatan pada tahun 2010 dan 2011, namun menurun pada tahun 2012. Pada
tahun 2013 nilai EVA planet naik secara drastis dari tahun sebelumnya dan
menurun pada tahun 2014. Nilai EVA dari dimensi planet cenderung fluktiatif
dikarenakan jumlah bahan baku yang digunakan juga mengalami peningkatan dan
penurunan, sedangkan total bahan baku selalu bertambah pada setiap tahunnya.
Hasil dan Analisis perhitungan EVA
Nilai dari ketiga dimensi EVA PT. Semen Indonesia tbk telah didapatkan
pada perhitungan diatas. Nilai dari ketiga dimensi tersebut selalu positif selama
tahun 2010-2014 dimana perusahaan telah menggunakan jenis pelaporan
berkelanjutan untuk melaporkan aspek-aspek non keuangan perusahaan. Nilai
EVA yang positif atau lebih besar dari nol disini mengindikasikan telah terjadi
proses nilai tambah pada perusahaan (Widayanto, 1993).
Nilai tambah dari dimensi profit mengalami peningkatan pada tahun 2010
hingga tahun 2013 dan mengalami penurunan pada tahun 2014. Nilai EVA
menurun dikarenakan penurunan nilai ROCE dan WACC sekaligus.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai ROCE menurun 0.04 poin
sedangkan nilai WACC menurun sebesar 0.01 poin. Hal ini tidak seimbang
melihat pada tahun tahun sebelumnya perubahan nilai ROCE dibanding dengan
WACC berkisar diantara nilai 0.01 poin. Penurunan ROCE ini merupakan sumber
utama dimana nilai dari EVA profit pada tahun 2014 menurun. Nilai ROCE
menurun dikarenakan faktor pembagi EBIT yaitu selisih antara total aset dan
kewajiban lancar yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar
29,041,396,905 pada tahun 2014.
22
Penciptaan nilai (EVA) dari dimensi profit
sumber : olahan penulis
Nilai EVA pada dimensi people terus mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya. Nilai EVA yang dihasilkan berbanding lurus dengan gaji, upah, dan
kesejahteraan karyawan yang selalu meningkat. Jumlah karyawan yang selalu
meningkat, namun tidak terlalu signifikan dibandingkan peningkatan nilai gaji,
upah, dan kesejahteraan karyawan juga menjadi faktor penting terciptanya nilai
pada EVA dimensi people.
Penciptaan nilai (EVA) dari dimensi people
sumber : olahan penulis
Dimensi terakhir yang dihitng menggunakan rumus EVA adalah dimensi
planet. Dimensi ini selalu menciptakan nilai namun cenderung tidak stabil selama
0,00
1.000.000.000,00
2.000.000.000,00
3.000.000.000,00
4.000.000.000,00
5.000.000.000,00
2010 2011 2012 2013 2014
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2010 2011 2012 2013 2014
23
lima tahun. Selama dua tahun pertama yaitu tahun 2010 dan 2011 nilai yang
tercipta mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 nilai menurun, dan meningkat
secara drastis pada tahun 2013. Disusul dengan penurunan pada tahun 2014. Nilai
EVA planet sebenarnya berbanding lurus dengan bahan baku yang digunakan
perusahaan, sedangkan nilai dari total bahan baku terus meningkat. Bahan baku
yang meningkat dan tidak disertai dengan penggunaan bahan baku yang seimbang
menjadi faktor utama ketidak stabilan nilai yang dihasilkan pada dimensi planet.
Penciptaan nilai (EVA) dari dimensi planet
sumber : olahan penulis
Pengukuran nilai menggunakan EVA menghasilkan tiga nilai dari CSR
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, sehingga hubungan dan
keterkaitan nilai tersebut sangat penting. Ketiga dimensi dari CSR (3P) yang
dihitung menggunakan EVA dapat divisualisasikan menggunakan ruang 3
dimensi atau vektor seperti dibawah ini :
0
0,02
0,04
0,06
0,08
2010 2011 2012 2013 2014
24
Penciptaan nilai (EVA) dari dimensi profit, people, dan planet
sumber : olahan penulis
Setiap hubungan dari penciptaan nilai EVA profit, people, planet membentuk
hubungan berbentuk segitiga yang diperbandingkan selama lima tahun yaitu tahun
2010 – 2014. Tahun 2010 merupakan tahun pertama penelitian dimana nilai EVA
dalam segitiga berwarna biru nampak paling kecil dibandingkan tahun
sesudahnya, dikarenakan nilai dari ketiga dimensi CSR yang masih rendah.
Setelah itu pencitpaan nilai terus berkembang hingga tahun 2013 yang
ditunjukkan segitiga berwana hijau. Namun penciptaan nilai turun pada tahun
2014 yang digambarkan dengan segitiga berwarna kuning. Untuk memudahkan
analisis maka ketiga nilai tersebut dapat diambil nilai rata-rata nya sebagai berikut
biru : 2010
merah : 2011
jingga : 2012
hijau : 2013
kuning : 2014
25
Rata-Rata Nilai EVA
Tahun EVA profit
EVA
people EVA planet rata-rata EVA
2010 2,432 208,355 17,453.43 0.042994187 810,741,936.05
2011 2,637 038,311 19,497.16 0.045864248 879,019,269.55
2012 3,353,396,900 22,684.20 0.035943507 1,117,806,528.24
2013 4,018,781,957 26,472.29 0.068805418 1,339,602,809.89
2014 3,814,240,258 27,082.56 0.054242378 1,271,422,446.97
Sumber : olahan penulis
Rata – rata nilai EVA mengalami peningkatan hingga tahun 2013, dan menurun
pada tahun 2014. Hal ini sebanding dengan grafik vektor segitiga diatas. Dalam
diagram batang, rata – rata nilai EVA adalah sebagai berikut :
Rata-Rata Nilai EVA
Sumber : olahan penulis
Dari grafik diatas setelah dilakukan penghitungan rata-rata memang terbukti
bahwa terdapat penurunan nilai secara keseluruhan pada tahun 2014. Faktor utama
penurunan nilai ini adalah terletak pada dimensi profit dan planet. Kedua dimensi
tersebut mengalami penurunan pada tahun 2014 sedangkan dimensi people
meningkat namun tidak signifikan. Selain itu nilai yang tercipta pada tahun 2013
sangatlah tinggi, perusahaan tidak dapat mempertahankan nilai tersebut pada
tahun 2014.
0,00
500.000.000,00
1.000.000.000,00
1.500.000.000,00
2010 2011 2012 2013 2014
26
Rata – rata nilai EVA yang cenderung memiliki tren peningkatan setiap
tahunnya, ditunjang dengan dana dan kegiatan tanggung jawab sosial terhadap
masyarakat dan lingkungan. PT. Semen Indonesia tbk. sendiri membentuk suatu
unit kegiatan tanggung jawab sosial yaitu Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL). Tujuan utama program ini adalah membawa kesejahteraan
bagi masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasional.
Tanggung jawab tersebut semakin nyata, karena sebagai badan usaha milik negara
(BUMN) maka masing-masing Perseroan dituntut melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). Berikut adalah realisasi
dana program kemitraan yang disalurkan oleh PT. Semen Indonesia tbk. yang
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Realisasi Penyaluran Dana Program Kemitraan
*dalam juta rupiah
Sumber : olahan penulis
Tahun 2010 atau starting point dari CSR PT. Semen Indonesia tbk. ini,
perusahaan memiliki Program Kemitraan (PK) berupa pemberian pinjaman lunak
0
100
200
300
400
500
600
2010 2011 2012 2013 2014
27
bagi pelaku usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK). Bina Lingkungan (BL)
diwujudkan dengan pemberian bantuan pembangunan sarana/prasarana publik dan
infrastruktur lainnya, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat yang meliputi
bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.
Tahun 2011 PT. Semen Indonesia juga tetap melaksanakan pemberian
pinjaman lunak bagi UKMK. Pada progral bina lingkungan, perusahaan
memberikan fokusan yang lebih terperinci sesuai dengan Peraturan Menteri
Negara BUMN No.Per-05/MBU/2007 yang mengatur sektor-sektor bina
lingkungan yaitu sektor bencana alam, pendidikan, kesehatan, sarana dan prasaran
umum, sarana ibadah dan pelestarian alam. Perusahaan telah mewujudkan antara
lain menyalurkan dana bina lingkungan untuk korban lumpur lapindo di Sidoarjo,
pemberian beasiswa, pengobatan gratis, pembangunan sumur bor di dusun Koro,
kabupaten Tuban serta memberi perhatian khusus terhadap seni hadrah yang
berhubungan dengan keagamaan sehingga terselenggara Festival Seni Hadrah Al
Banjari pada tahun 2011 di Kota Gresik.
Tahun 2012 kegiatan PKBL pada PT. Semen Indonesia relatif hampir
sama dengan tahun 2011. Perusahaan terus berupaya meningkatkan kinerja
tanggung jawab sosialnya pada sektor sektor yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Selain itu ada alokasi dana khusus pada sektor bina lingkungan yang
disebut BUMN Peduli. BUMN Peduli hingga saat ini terealisasi dalam bentuk
beasiswa bagi pelajar dan dapat dinikmati seluruh pelajar yang tidak terbatas
wilayah sekitar perusahaan saja.
28
Memasuki tahun 2013, PT. Semen Indonesia tbk memulai sesuatu yang
baru dengan melaksanakan peningkatan kegiatan PKBL. Tahun 2013 perusahaan
memantapkan program kemitraannya yaitu Wirausaha Muda Kokoh (WMK)
dengan sasaran generasi muda di sekitar pabrik semen Tuban dan Gresik. Melalui
program ini perusahaan berkeinginan untuk melahirkan pemuda yang berdaya
saing tinggi dalam berwirausaha. Pada bagian bina lingkungan perusahaan juga
telah meningkatkan bentuk bantuannya hingga daerah luar pabrik, antara lain
adalah memberikan bantuan pada korban erupsi gunung kelud dan gunung
sinabung, korban banjir pada sungai bengawan solo, dan lain sebagainya.
Tahun terakhir PT. Semen Indonesia tbk. menerbitkan laporan
berkelanjutan, perusahaan telah memetakan kegiatan utama CSR pada
perusahaan. Perusahaan memiliki tiga poin utama yaitu pelayanan pada
masyarakat, hubungan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat yang
diharapkan dapat mengembangkan lingkungan sosial dan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Untuk menghitung nilai tambah ketiga dimensi CSR yaitu profit, people dan
planet, digunakan pendekatan EVA. Pendekatan ini terbukti dapat memetakan
tercipta atau tidaknya nilai dari perusahaan. PT. Semen Indonesia tbk. selalu
dapat menciptakan nilai pada pemegang saham beserta lingkungannya
(stakeholders and shareholders).
29
2. Ditinjau dari pendekatan EVA pada dimensi profit, perusahaan selalu
menciptakan nilai pada tahun 2010 hingga 2014. Penciptaan nilai tersebut terus
naik hingga tahun 2013, namun pada tahun 2014 nilai menurun. Penurunan ini
menurut hasil analisis perhitungan disebabkan oleh menurunnya nilai Return
On Capital Employed (ROCE) dan Weight Average Cost of capital (WACC).
ROCE merupakan suatu perhitungan yang didesain untuk menunjukkan
efisiensi dan profitabilitas dari investasi modal perusahaan. Apabila nilai dari
ROCE menurun, maka dapat dikatakan bahwa indikator seberapa baiknya
perusahaan dalam memanfaatkan modal untuk menghasilkan pendapatan
menurun. Sedangkan WACC merupakan batas untuk mengevaluasi apakah
usaha dari perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang lebih baik. Dengan
menurunnya WACC pada tahun 2014 maka dapat disimpulkan tingkat
pengembalian perusahaan tidak lebih baik daripada tahun 2013.
3. Hasil analisis dari penciptaan nilai pada dimensi people menunjukkan tren
positif dimana nilai selalu terbentuk setiap tahunnya dan selalu mengalami
peningkatan pada setiap tahunnya.. Perusahaan merekrut karyawan baru untuk
alasan operasional. Nilai ini diimbangi dengan peningkatan nilai Gaji, Upah,
Kesejahteraan Karyawan. Sehingga penciptaan nilai tetap dapat terjaga setiap
tahunnya.
4. Dimensi terakhir yang dihitung dengan pendekatan EVA adalah planet.
Dimensi ini selalu menciptakan nilai pada tiap tahunnya, namun nilai yang
diciptakan cenderung naik turun. Nilai EVA meningkat pada tahun 2010 dan
2011 nilai dari EVA menurun pada tahun 2012 sebesar. Pada tahun 2013 nilai
meroket hingga dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Kemudian turun
30
kembali pada tahun 2014. Nilai EVA pada dimensi ini sangat ditentukan oleh
total bahan baku dan bahan baku yang digunakan. Setiap tahunnya total bahan
baku selalu meningkat, begitu pula dengan bahan baku yang digunakan.
Namun peningkatan bahan baku yang digunakan tidak dapat mengimbangi
pengingkatan total bahan baku sehingga terjadi semacam overlapping pada
total bahan baku. Pada tahun 2013 nilai EVA sangat tinggi dikarenakan bahan
baku yang digunakan memang sangat tinggi, hampir dua kali lipat dari tahun
sebelumnya. Kesimpulan utama yang dapat ditarik adalah belum maksimalnya
penggunaan bahan baku dibandingkan total bahan baku yang diadakan oleh
perusahaan.
5. Hasil analisis nilai tambah dari CSR PT. Semen Indonesia tbk. menunjukkan
hasil yang positif dimana perusahaan selalu menciptakan nilai setiap tahunnya.
Dilihat dari tahun 2010 hingga tahun 2014, perusahaan menciptakan nilai
terbesar pada tahu 2013 pada ketiga dimensi secara rata – rata. Perusahaan
menciptakan nilai terendah pada tahun 2010 pada rata – rata ketiga dimensi
CSR. Kesimpulannya perusahaan mengalami puncak nilai dari kegiatan CSR
pada tahun 2013.
6. Rata – rata peningkatan dalam penciptaan nilai juga diikuti dengan peningkatan
realisasi dana dan kegiatan dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dari
PT. Semen Indonesia tbk. setiap tahunnya selama tahun 2010 – 2014.
Keterbatasan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian nilai tambah pada CSR PT. Semen Indonesia
tbk., peneliti memberikan kendala atau keterbatasan serta saran yang dapat
31
digunakan oleh pihak – pihak terkait yang mungkin dapat menjadi pertimbangan,
yaitu:
1. Kendala yang dihadapi oleh penulis adalah keterbatasan pada sumber data.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari BEI. Sehingga
beberapa bagian perhitungan seperti beban bunga pada cost of debt dan
komponen perhitungan pada cost of equity tidak mendapatkan angka yang
akurat. Kendala ini menyebabkan perhitungan khususnya Weighted Average
Cost of Capital (WACC) dalam penelitian ini tidak terlalu akurat atau dapat
dikatakan masih merupakan perhitungan kasar.
2. Ada baiknya pada penelitian selanjutnya peneliti menggunakan data primer
dengan langsung melakukan studi kasus pada lokasi objek penelitian sehingga
data lebih akurat dan perhitungan khususnya Weighted Average Cost of
Capital (WACC) dapat semakin mendekati nilai yang sesungguhnya tercipta.
Selain itu penulis mengalami keterbatasan dalam melihat kenyataan di
lapangan dari hasil penciptaan nilai yang terjadi.
3. Penelitian diharapkan tidak berhenti pada penelitian ini saja. Peneliti
selanjutnya hendaknya lebih mengeksplorasi kembali bagaimana cara
pendekatan dan metode yang paling tepat untuk menggambarkan penciptaan
nilai perusahaan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Adany, Dyah Pratita. 2015. Return On Capital Employed (ROCE). Surabaya. Drs.
J. Tanzil & Associates : http://www.jtanzilco.com/blog/detail/40/slug/return-
on-capital-employed-roce
Anatan, Lina. 2010. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan
Praktik di Indonesia. Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Maranatha
Anggraini, Fr.R,R. (2006). Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan
tahunan (Studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9.
Bender, Ruth. 2014. Corporate Financial Strategy. Fourth Edition. New York.
Routledge.
Brigham, Eugene F. dan Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh. Jakarta. Salemba
Empat.
Bursa Efek Indonesia. 2012. www.idx.com, diakses 10 Mei 2012.
Cheng, Megawati dan Yulius Logi Christiawan. 2011. Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 13(3), Mei 2011, h: 24-36.
Christoper Pass and Bryan Lowes, Collins. 1994. Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi
Kedua. Jakarta. Erlangga.
Copeland, Thomas E, dan J. Fred Weston. 1988. Financial Theory a Corporate
Policy. Third Edition. New York : The Dryden Press.
Darwin, Ali. 2004. Corporate Social Responsibility (CSR), Standards &
Reporting. Seminar Nasional Universitas Katolik Soegijapranata.
Darwin, Ali. 2006. Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan CSR
bagi Perusahaan di Indonesia. Economics Business & Accounting Review.
Edisi 3, September. FE UI.
David, Fred R. 2011. Strategic Management, Concepts And Cases. 13th edition.
Pearson Education, Inc., publishing as Prentice Hall, One Lake Street, Upper
Saddle River, New Jersey 07458
33
Daymon, Christine., dan Immy Holloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif :
Dalam Public Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta.
Bentang.
Elkington, John. 1997. “Cannibals with Forks: the Triple Bottom Line of 21st
Century Business”. Capstone.
Fama, Eugene F. 1978. “The Effects of a Firm’s Investment and Financing
Decisions on the Welfare of Its Security Holders”. The American Economic
Review. 272-284.
Gray R, Kouhy R and Lavers S. 1995. Corporate social and environmental
reporting: A review of the literature and a longitudinal study of UK
disclosure. Accounting, Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101
Hansen Don R, Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi 8.
Jakarta. Salemba Empat.
Hilton, Ronald. 2009. Managerial Accounting. Penerbit : Singapore, McGraw-
Hill, 2009 dan dicetak ulang oleh Salemba Empat, 2009.
http://accounting.binus.ac.id. 2015 . Mengkaji Kelayakan Bisnis Menggunakan
Cost Of Capital.
Harahap, Sofyan Syafri. 1999. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi
pertama Cetakan Kedua. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Husein Umar. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Cetakan
ke 6. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2009. Metodologi Penelitian untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Kim, Rene dan Erik Van Dam. 2003. The Added Value of Corporate Social
Responsibility. Leeuwarden, Netherland. Triple Value Strategy Consulting.
Lako, Andreas. 2015. Integrated Reporting More Than Just Financial Number,
Konferensi Mahasiswa Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, 13 Maret.
Lloret, Antonio. 2015. Modeling corporate sustainability strategy. Mexico.
Journal of Business Research, Elsevier.
Nasution, S. 2004. Metode Research. Jakarta. Bumi Aksara.
34
Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai
Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI.
Nuzula, Nila Firdausi. 2010. Biaya Modal (Cost of Capital). Malang. Bahan Ajar :
Manajemen Keuangan II. Universitas Brawijaya Malang.
Prastowo, Joko & Huda, Miftahul. 2011. Corporate Social Responsibility, Kunci
Meraih Kemuliaan Bisnis. Yogyakarta. Samudera Biru
Rafika. 2011. Pengukuran Kinerja Keuangan Dengan Analisis Rasio dan EVA
pada PT. Holcim Indonesia PT. Semen Gresik (Persero) tbk. Malang.
Universitas Brawijaya Malang.
Rahardjo, Budi. 2009. Laporan Keuangan Perusahaan. Yogyakarta. Gajah Mada
University Press.
Rosiana, Gusti Ayu Made Ervina, Gede Juliarsa, Maria M. Ratna Sari. 2013.
Pengaruh Pengungkapan Csr Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi. Bali. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 5.3 (2013):723-738. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Sembiring, E.R. 2005Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab
sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Simposium Nasional Akuntansi 8.
Setiawan Doddy, Suwardi Eko, dan Titisari Kartika H. 2010. Corporate Social
Responsibility (Csr) Dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi 13.
S. R. Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Jakarta :
Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Surakhmad, Winarno. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik.
Bandung. Tarsito.
Suripto. 2011. Model Penciptaan Nilai Tambah Ekonomis dan Nilai Perusahaan.
Jurnal Keuangan da Perbankan, vol. 15, no. 3 September 2015.
35
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho
Publishing.Gresik.
Widayanto, Gatot. 1993. EVA/NITAMI : Suatu Terobosan Baru Dalam
Pengukuran Kinerja Perusahaan. Usahawan, Desember 93, XXII (12).
Young, S. David and Stephen F. O’Byrne. 2001. EVA dan Manajemen
Berdasarkan Nilai (Panduan Praktis Untuk Implementasi). Terjemahan oleh
Lusy Widjaja, 2001. Jakarta. Salemba Empat.
top related