modul petugas madya.pdf
Post on 07-Nov-2015
166 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
Page 0
Modul Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PETUGAS RUANG TERBATAS
DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 1
Tim Penyusun BAB I Pendahuluan BAB II Peraturan Perundang-Undangan K3, Standard dan Pedoman Bidang Ruang Terbatas Amri AK, Agustin Wahyu Ernawati BAB III Dasar-Dasar K3 Ruang Terbatas Muhammad Fertiaz BAB IV Prosedur Ijin Masuk Ruang Terbatas I Made Sudiada, Muhammad Fertiaz BAB V Karakteristik Gas Atmosfir Berbahaya Soemanto Imamkhasani BAB VI Teknik Deteksi Gas Atmosfir Berbahaya Yushadi Pane, Maman Setiaman, Muchamad Yusuf, Rini Kristianti BAB VII Teknik Isolasi Energi I Made Sudiada BAB VIII Teknik Ventilasi, Cleaning dan Purging I Made Sudiada BAB IX Teknik Penyelamatan dan P3K di Ruang Terbatas Mumin Maulana, Andryansyah
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 2
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bekerja di dalam ruang terbatas (confined spaces) mempunyai resiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja di dalamnya. Untuk itu diperlukan aturan dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap pekerja dan aset lainnya, baik melalui peraturan perundang-undangan, program memasuki ruang terbatas dan persyaratan perlatan dan prosedur untuk bekerja di dalam ruang terbatas.
Ruang terbatas (confined spaces) secara alamiah maupun disebabkan oleh pekerjaan yang dilakukan di dalamnya dapat menimbulkan bahan-bahan berbahaya yang terlepas dalam bentuk gas, uap, asap, dan debu beracun atau mudah terbakar serta bahaya lainnya. Bahan berbahaya tersebut dapat mengakibatkan terjadinya oksigen defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan yang memicu terjadinya kebakaran dan peledakan. Disamping itu masih terdapat potensi bahaya lain berupa suhu yang ekstrem, terjebak atau terbenam (engulfment) oleh padatan atau cairan juga karena struktur atau konfigurasi ruangan yang bersekat dan bertingkat, maupun resiko fisik lainnya yang timbul seperti kebisingan, permukaan yang basah/licin dan kejatuhan benda keras yang terdapat di dalam ruang terbatas (confined spaces) tersebut yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja sampai dengan kematian tenaga kerja yang bekerja di dalamnya.
Oleh karenanya persiapan bagi semua orang yang terlibat dalam pekerjaan di ruang terbatas mutlak diperlukan, termasuk pengetahuan akan risiko yang terkandung di dalamnya serta teknik untuk bekerja aman di dalam ruang terbatas.
1.2 Tujuan Pembelajaran 1.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat : a. Memberikan pemahaman kepada petugas/pekerja dalam melakukan
pekerjaan di ruang terbatas sesuai dengan peraturan perundangan, pedoman dan standar terkait keselamatan dan kesehatan kerja bekerja di ruang terbatas (confined spaces);
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 3
b. Mengetahui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan pekerjaan di ruang terbatas.
c. Melaksanakan prosedur kerja aman di ruang terbatas;
1.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat: a. Mengetahui potensi bahaya di ruang terbatas; b. Mengetahui teknik pengukuran gas atmosfer berbahaya di ruang terbatas; c. Mengetahui teknik isolasi energi di ruang terbatas; d. Mengetahui teknik pemasangan ventilasi di ruang terbatas; e. Melaksanakan prosedur ijin kerja dan masuk ruang terbatas; f. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai untuk pekerjaan di ruang
terbatas;
1.3 Ruang Lingkup
1. Materi Pokok modul ini adalah mengenai pembinaan Petugas Ruang Terbatas; 2. Sub Materi Pokok terdiri dari:
a. Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas;
b. Dasar K3 Bekerja di Ruang Terbatas; c. Karakteristik Gas Atmosfer berbahaya di ruang terbatas; d. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko di ruang terbatas; e. Prosedur Ijin Masuk Ruang Terbatas; f. Teknik Isolasi Energi; g. Teknik Ventilasi; h. Teknik Pengukuran Gas Atmosfer Berbahaya di Ruang Terbatas; i. Teknik Penyelamatan dan P3K di Ruang Terbatas; j. Pengenalan Alat Pelindung Diri di Ruang Terbatas.
1.4 Referensi
a. Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; c. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan d. Peraturan Khusus L tanggal 6 Agustus 1936 tentang Keselamatan Kerja di Tangki
Apung e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja;
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 4
f. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja;
g. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE.117/Men/PPK-PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-Tempat Publik Lainnya;
h. Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas.
i. Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No. SE.01/DJPPK/I/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya;
j. SNI -0229 1987 E tentang Keselamatan Kerja di dalam Ruang Tertutup k. OSHA Confined Space Standard 29 CFR.1910.146 l. Australian Standard 2865 1995 Safe Working in a confined space
1.5 Pengertian a. Ruang terbatas (confined spaces), adalah ruangan yang:
cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan
mempunyai akses keluar masuk yang terbatas. Seperti pada tank, kapal, silo, tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses yang terbatas, dan
tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-menerus di dalamnya.
b. Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang mempunyai satu atau lebih ciri-ciri berikut ini, antara lain:
mengandung gas atmosfer berbahaya; mengandung bahan berupa cairan maupun padatan yang berpotensi
memerangkap pekerja di dalamnya;
mempunyai bentuk atau struktur ruangan sedemikian rupa yang menyebabkan pekerja terperangkap;
mengandung bahaya lainnya yang mengakibatkan cidera serius dan kematian c. Gas atmosfer berbahaya adalah gas yang terdapat dalam ruang terbatas yang dapat
menyebabkan kematian atau ketidakmampuan pekerja untuk menyelamatkan diri, antara lain;
oksigen, apabila kurang dari 19,5% dan melebihi 23,5% volume udara;
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 5
bahan mudah terbakar atau mudah meledak, apabila melebihi konsentrasi Batas Bawah Dapat Meledak (BBDM) dan kurang dari Batas Atas Dapat Meledak (BADM) nya;
bahan beracun, apabila melebihi konsentrasi Nilai Ambang Batas (NAB) nya d. Pengujian gas atmosfer berbahaya, berarti proses identifikasi dan evaluasi kandungan
gas atmosfer berbahaya dengan menggunakan alat uji yang terkalibrasi dan metode uji yang sesuai;
e. Ijin masuk, adalah dokumen tertulis yang diberikan oleh pengurus untuk memperbolehkan dan mengawasi kegiatan dalam ruang terbatas;
f. Udara kurang oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi oksigen berada di bawah 19,5 % volume udara yang dapat menyebabkan sesak napas dan kematian;
g. Udara kaya oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi oksigen berada di atas 23,5% volume udara yang dapat memicu terjadinya kebakaran dan peledakan;
h. Bahan beracun, adalah bahan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan tenaga kerja apabila melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan
i. Isolasi energi, adalah
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 6
BAB II Peraturan Perundang-Undangan K3, Pedoman dan Standar K3 Bidang Ruang Terbatas II.1. UU No. 1 tahun 1970
Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yang menghendaki terjadinya kecelakaan. Hal tersebut merupakan naluri yang wajar dan bersifat universal bagi setiap makhluk hidup di dunia. Namun karena adanya perbedaan status sosial antara tenaga kerja kerja dengan pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan hubungan kerja, terutama pada saat melakukan kontrak perikatan dan hal-hal lain selama berlangsungnya hubungan kerja, maka diperlukan intervensi pemerintah untuk memberikan batas minimal yang harus dipenuhi dalam persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. Batas minimal atau persyaratan minimal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970.
KEDUDUKAN HUKUM UU NO. 1 TAHUN 1970
Lex Specialist
Peraturan Pelaksanaan
HUKUM KETENAGAKERJAAN
HUKUM PIDANA
HUKUM PERDATA
Lex Generalis
UU KK No. 1/1970 UU Uap 1930 (Stbl. No. 225 Th. 1930) UU Petasan (Stbl. No. 143 Th. 1932)
UU rel Industri (Stbl. No. 593 Th. 1938)
UU Timah Putih Kering (Stbl. No. 509 Th. 1932)
MPR 1930
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 7
Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional. Sebagaimana yang tertuang dalam pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, maka upaya K3 bertujuan : a. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat. b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
Untuk tujuan tersebut diatas maka perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma perlindungan kerja khususnya pada keselamatan dan kesehatan kerja secara nasional. Asas nationalisme yang digunakan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja kepada setiap waga negara yang berada di wilayah hukum Indonesia. Asas teritorial memberlakukan Undang-Undang sebagaimana hukum pidana lainnya kepada setiap orang yang berada di wilayah/teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing yang tinggal di Indonesia (kecuali yang mendapatkan kekebalan hukum).
Ruang lingkup pemberlakuan Undang-Undang Keselamatan Kerja dibatasi dengan adanya tiga unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja yaitu tempat kerja dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha, adanya tenaga kerja yang bekerja disana dan terdapat bahaya kerja di tempat tersebut.
o Pasal 2
Ketentuan dalam UU ini berlaku dalam tempat kerja, dimana :
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang
o Pasal 3 Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarata keselamatan dan kesehatan kerja untuk :
a. Mencegah & mengurangi kecelakaan
b. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan
c. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
d. Mencegah & mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, hembusan
e. Mencegah & mengendalikan timbulnya PAK baik physik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 8
f. Memperoleh penerangan yg cukup & sesuai
g. Menyelenggarakan suhu & lembab udara yg baik
h. Menyelenggarakan penyegaran udara yg cukup
i. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
j. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara & proses kerjanya
o Pasal 9 (1) Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
Kondisi dan bahaya yg dpt timbul di tempat kerja
Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan
Alat Pelindung Diri
Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan, setelah ia yakin TK tersebut telah memahami syarat-syarat K3
(3) Pengurus wajib menyelenggarakan pembinaan K3
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat yang berlaku.
II.2. Peraturan Terkait
II.2.1. Peraturan Khusus L Tahun 1936 Mengenai Usaha-Usaha Keselamatan Kerja Untuk Pekerjaan Pekerjaan di Dalam Tangki Tangki Apung
Tangki Apung adalah tangki yang tertutup dan diisi denganudara yang dipergunakan untuk mengapungkan muatan di atas maupun di dalam air atau untuk mengangkat.
Jenis pekerjaan di dalam tangki apung adalah semua pekerjaan yang membutuhkan pengawasan penglihatan, pembersihan dan reparasi
Akhli adalah yang mengawasi pekerjaan di tangki apung
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 9
Semua tangki apung jika tidak mempunyai alat pengganti udara, harus paling sedikit mempunyai 2 (dua) lubang orang pada bagian atas tangki dengan jarak yang berjauhan antara satu sama lain;
untuk pekerjaan harus tersedia:
o setidak-tidaknya sebuah topeng gas zat asam yang baik;
o tali-tali yang kuat dan cukup panjang, untuk diikatkan pada bagian pinggang pekerja, yang mana apabila dalam keadaan bahaya, pekerja-pekerja tadi dapat diangkat keluar;
o sebuah lampu untuk penerangan;
o sebuah penghembus (blower) udara yang mempunyai kapasitas cukup untuk tiap-tiap orang paling sedikit membutuhkan 40 liter dalam 1 menit;
o topeng-topeng gas yang cukup dan telah diperhitungkan untuk menahan gas-gas racun;
o ditunjuk seorang akhli yang bertanggung jawab terhadap pengawasan pekerjaan;
o untuk penerangan listrik di dalam tangki tidak boleh dipergunakan tekanan aliran listrik yang melebihi 50 volt
II.2.2. Undang-Undang No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
Bab II Azas azas
Bangunan bawah tanah / tidak berjendela harus memenuhi standar hygiene yang baik ( pasal 16 )
Pekerja hrs dilindungi dari bahan, proses, teknik yang berbahaya, tidak sehat atau beracun jika perlu dengan APD (pasal 17).
II.2.2. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
Pencegahan kebakaran
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 10
Pencegahan keracunan, penularan penyakit dan PAK
Housekeeping
Penerangan
Suhu
Kadar udara
Bangunan
Sampah
Ruang udara dan ruang kerja
Kakus
Dapur
Air,
Penyelenggaraan makanan bagi TK
Ergonomi dan lain-lain
II.2.3. Permenakertrans No. Per.01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
Dalam ruang Lingkup :
1. Botol baja
2. Bejana stasioner
3. Bejana transport
4. Pesawat pendingin
5. Tangki penimbun
6. Tangki apung
7. Pesawat pembangkit gas karbit
8. Bejana proses
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 11
9. Instalasi jaringan pipa
Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bejana tekan.
Terhadap pemasangan, perbaikan, dan perubahan teknis, maka:
a. Setiap pemasangan permanen, perbaikan atau perubahan teknis terhadap bejana tekan harus mendapat ijin dari direktur atau pejabat yang ditunjuknya.
b. Direktur atau pejabat yang ditunjuknya berwenang untuk mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap bejana tekan.
II.2.4. Surat Edaran Menakertrans No. SE.117/Men/ PPK-PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat dan tempat-tempat publik lainnya
Bahwa pemeriksaan menyeluruh pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di pusat perbelanjaan, gedung bertingkat dan tempat-tempat publik lainnya meliputi :
a. Sistem informasi K3 bagi tamu dan pengunjung
b. Sistem tanggap darurat
c. Instalasi listrik
d. Instalasi pemadam kebakaran
e. Instalasi penangkal petir
f. Instalasi pengolah limbah
g. Instalasi ruang tertutup/ confined space
h. Penanganan dan penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun
i. Instalasi pemipaan dan plumbing
j. Konstruksi
k. Pesawat angkat angkut
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 12
l. Instalasi ventilasi dan pendingin udara
m. Ergonomi
n. Sanitasi dan Hygiene
o. Kantin dan ruangan
p. Pesawat uap dan bejana tekan
q. Pelayanan kesehatan kerja (klinik)
r. Alat Pelindung diri
Menginstruksikan kepada semua pengurus/pengusaha di pusat perbelanjaan, gedung bertingkat tinggi dan tempat publik lainnya untuk :
a. Melaksanakan prinsip-prinsip Sistem Manajemen K3 (SMK3)
b. Melatih personil di bidang K3 sesuai dengan tugas dan kewenangannya
c. Melengkapi rekomendasi teknis dan perijinan di bidang K3 bagi semua objek tersebut diatas
d. Membentuk tim tanggap darurat (emergency response team)
e. Memberikan informasi K3 yg memadai bagi tamu/ pengunjung
f. Tidak menugaskan petugas yg tidak memiliki sertifikat pelatihan K3 confined space dalam melakukan pekerjaan instalasi ruang tertutup.
II.2.5. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep. 113/DJPPK/2006 Tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 di Ruang Terbatas
1. Persyaratan K3 di Ruang Terbatas
a. Persyaratan Umum
b. Persyaratan untuk Ruang Terbatas yang Memerlukan Ijin Khusus
c. Persyaratan Kesehatan Orang yang Bekerja di ruang Terbatas
2. Program Memasuki Ruang Terbatas
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 13
3. Sistem Perijinan
4. Ijin Kerja
5. Pelatihan
6. Tanggungjawab
a. Kontraktor
b. Petugas Utama (Entrant)
c. Petugas Madya (Attendant)
d. Ahli K3 (Safety Supervisor)
7. Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat
II.3. Pedoman dan Standar
II.3.1. SNI 0229 1987 E, Keselamatan Kerja di Dalam Ruangan Tertutup
o Ruang Lingkup :
Garis besar & persyaratan
Pemeliharaan, perawatan, pembersihan meliputi :
a. bejana penyimpanan bbm, gas, bahan kimia ; ruangan ;
b. Tempat tertutup, saluran atau terowongan bawah tanah atau sumur.
c. Jalan masuk keruangan yang dapat menimbulkan gas-gas berbahaya
d. Pengawasan, pemeliharaan, pembersihan dan perbaikan tangki apung
o Pekerjaan pendahuluan :
Persiapan : Temperatur, pembuangan cairan dan gas, kalibrasi peralatan, mengunci bagian yg bergerak.
Pembersihan gas-gas
o Perlengkapan APD
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 14
Respirator, masker, sepatu, helm, sabuk pengaman, kacamata pelindung, sarung tangan, Tabung O2, pakaian kerja, pelindung telinga.
o Syarat-syarat pemakaian peralatan kerja
Pentanahan peralatan listrik, pemeriksaan kabel, sambungan, pedoman tekanan, kabel, peralatan kerja siap pakai.
o Penerangan:
Hanya boleh penerangan listrik 50 Volt
o Kewajiban Pengusaha, pengurus dan pelaksana pekerjaan
menunjuk supervisor untuk mengawasi; melaporkan kepada disnaker; Gas Free Cert; Menyediakan alat perlengkapan kerja; menyusun petunjuk pelaksanaan yang jelas; memahami peraturan K3.
o Larangan
Merokok, membawa api terbuka/pemantik, menggunakan cat semprot saat sedang dilakukan pengelasan, memakai pakaian yang berminyak, menggunakan perkakas yang kotor dan rusak.
o Pemeliharaan/Perawatan Kesehatan dan P3K
II.3.2. OSHA 3138-01R 2004 Permit Required Confined Spaces
Merupakan persyaratan praktek dan prosedur untuk melindungi petugas/pekerja dari bahaya masuk di ruang terbatas melalui ijin masuk di ruang terbatas. OSHA mensyaratkan petugas/pekerja untuk mempunyai ijin memasuki ruang terbatas.
II. 3.3. AS 2865 1995
Ruang terbatas termasuk ruang yang tertutup baik sebagian maupun keseluruhannya dengan hanya menyediakan akses jalan untuk masuk dan keluar, memiliki ciri:
a. terjadi tekanan udara selama proses pekerjaan berlangsung;
b. tidak didesain sebagai tempat kerja biasa/normal;
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 15
c. adanya keterbatasan akses untuk masuk dan keluar;
d. adanya gas atmosfer berbahaya yang berpotensi mengkontaminasi udara, kekurangan oksigen serta potensi tenggelam atau terbenam oleh bahan cair ataupun padat lainnya.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 16
BAB III Dasar-Dasar K3 Ruang Terbatas 3.1. Identifikasi Ruang Terbatas
Berbeda dengan masalah yang timbul untuk pekerjaan yang dilakukan di ruang terbuka dengan akses dan desain ruang yang baik, maka masalah yang timbul untuk pekerjaan yang dilakukan di ruang terbatas sangatlah serius. Oleh karenanya, untuk bekerja aman harus didasarkan pada suatu prinsip penilaian untuk mengutamakan bekerja di ruang terbuka dibandingkan dengan di ruang terbatas. Namun demikian, apabila pekerjaan di ruang terbatas tidak dapat dihindarkan, maka perlu diprioritaskan untuk melakukan pekerjaan tersebut dari luar ruang terbatas. Tetapi apabila ternyata kita harus masuk untuk bekerja di dalam ruang terbatas, maka persyaratan tertentu harus dilaksanakan secara ketat mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaian pekerjaan. Beberapa pertimbangan mengapa bekerja di ruang terbatas jauh lebih berbahaya di bandingkan di ruang terbuka, karena: a. adanya potensi tidak tercukupi dan berkurangnya oksigen di udara sekitar ruang
terbatas; b. adanya pekerjaan yang dilakukan turut mengkonsumsi oksigen dalam udara yang
digunakan untuk bernapas; c. adanya gas beracun atau gas mudah terbakar karena kurangnya ventilasi; d. adanya sifat gas beracun yang timbul karena memiliki berat jenis lebih tinggi
dibandingkan udara dan cenderung untuk berada di bagian bawah atau di sekitar pintu masuk dan keluar;
e. adanya struktur dan konstruksi ruangan membuat mobilitas gerak menjadi lebih sulit, kondisi yang tidak rutin/biasa, suhu yang ekstrim, kurangnya penerangan, kebisingan yang tinggi, lantai permukaan yang licin dan berundak, residu bahan kimia yang mengendap, kesulitan dalam menempatkan peralatan kerja atau perkakas, penggunaan alat pelindung diri yang besar dan berat serta faktor psikologi seperti ketakutan berada di ruang gelap dan sempit;
f. adanya sumber energi listrik, mesin mekanis atau aktifitas pekerjaan yang mungkin berjalan secara tiba-tiba.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 17
Untuk itu sangatlah penting untuk memahami pengertian ruang terbatas sebagai langkah awal persiapan pekerjaan. Ruang terbatas (confined spaces) dapat didefinisikan sebagai ruangan yang : a. cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat masuk
dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan b. mempunyai akses keluar masuk, pergerakan dan aliran udara yang terbatas, dan c. tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-menerus di
dalamnya. Jenis ruang terbatas sangatlah beragam, karena ruang terbatas tidaklah harus tertutup bahkan ada ruang terbatas yang sangat terbuka seperti lubang galian ataupun kolam limbah, sehingga untuk memastikannya perlu dilakukan penilaian untuk mencocokkan dengan 3 (tiga) definisi ruang terbatas diatas. Namun untuk memudahkan ada beberapa contoh ruang terbatas yang umum terdapat di tempat kerja antara lain: a. tangki/bejana penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan jenis
tangki/bejana lainnya yang mempunyai lubang lalu orang; b. sumur yang memiliki bukaan di bagian atasnya, baik alamiah ataupun buatan yang
melebihi kedalaman 1,5 meter. Seperti lubang lalu orang yang tidak mendapat aliran udara yang cukup;
c. jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah, bunker dan struktur lainnya yang serupa;
d. ruangan di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang lalu orang seperti tangki kargo, tangki apung minyak dan sebagainya;
Selain beberapa contoh di atas, sangat memungkinkan untuk dilakukan penetapan ruang terbatas karena adanya pengetahuan dan pengalaman kasus kecelakaan sebelumnya ataupun dari tempat kerja lainnya yang dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atas pertimbangan dari Ahli K3 maupun Pengawas Ketenagakerjaan.
Tanki Perpipaan Bejana Silo Sumur
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 18
3.2. Klasifikasi Ruang Terbatas Ruang terbatas diklasifikasikan dalam 2 (dua) kelompok: 1. Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk; 2. Ruang terbatas tidak wajib dengan ijin masuk. Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang memiliki potensi bahaya seperti terdapat (1) potensi gas atmosfer berbahaya (gas atmospheric hazard) antara lain uap, gas dan debu beracun ataupun mudah terbakar/meledak; (2) adanya potensi substansi cairan ataupun padatan yang memungkinkan petugas yang bekerja tenggelam atau terbenam di dalamnya (substancial hazard); (3) adanya struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau bersekat-sekat sehingga menjadi hambatan dalam mengakses pintu masuk atau keluar (configuration hazard); dan (4) adanya potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik, pneumatic dan lainnya (energy hazard). Sedangkan yang dimaksud dengan ruang terbatas tidak wajib dengan ijin masuk adalah apabila keempat potensi bahaya yang disebutkan di atas tidak terdapat di ruang terbatas tersebut.
Diagram Alir Klasifikasi Ruang Terbatas
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 19
Berdasarkan diagram alir tersebut, maka untuk menentukan apakah suatu ruang terbatas termasuk wajib dengan ijin masuk adalah dengan melakukan 2 (dua) tahap penilaian terhadap setiap tempat kerja. Apabila suatu tempat kerja memiliki 3 (tiga) kriteria ruang terbatas, maka tempat kerja tersebut dikategorikan sebagai ruang terbatas. Penilaian selanjutnya adalah apabila terdapat 1 (satu) saja dari 4 (empat) kriteria potensi bahaya di ruang terbatas, maka ruang terbatas tersebut merupakan wajib dengan ijin masuk. Klasifikasi ruang terbatas ini juga dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun program pengendalian bahaya di ruang terbatas yang akan dibahas kemudian.
3.3. Potensi bahaya di ruang terbatas Pada pembahasan sebelumnya, potensi bahaya di ruang terbatas secara umum terbagi dalam beberapa kelompok yaitu: (1) potensi gas atmosfer berbahaya (gas atmospheric hazard) antara lain uap, gas dan
debu beracun ataupun mudah terbakar/meledak;
(a) Gas, uap atau kabut uap yang mudah terbakar dengan konsentrasi melebihi
10% dari BBDM nya.
(b) Debu yang mudah terbakar/meledak dengan konsentrasi setara atau melebihi
BBDM;
Seperti terlihat pada gambar di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Batas Bawah Dapat Meledak (BBDM) adalah prosentase terendah konsentrasi pencampuan uap bahan dengan udara yang dapat terbakar atau meledak,
10% BBDM
5% BBDM 15% BADM
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 20
sedangkan Batas Atas Dapat Meledak (BBDM) adalah prosentase tertinggi konsentrasi pencampuran uap bahan dan udara yang dapat terbakar atau meledak. Sebagai contoh adalah untuk Methana (CH4) memiliki BBDM = 5% dan BADM = 15%, artinya bahwa Methana (CH4) dapat terbakar atau meledak pada konsentrasi antara 5%-15%, dengan demikian di bawah dan diatas konsentrasi tersebut Methana (CH4) tidak dapat terbakar atau meledak. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah semakin luas rentang mudah terbakar suatu bahan maka semakin berbahaya karena hampir dapat dipastikan bahwa bahan tersebut dapat terbakar di setiap kondisi bahkan dengan hanya sedikit udara saja.
(c) Konsentrasi oksigen di udara dibawah 19,5 % atau melebihi 23,5 % volume
udara
Sebagaimana gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa udara bersih yang kita gunakan untuk bernapas dan beraktifitas mengandung hanya sekitar 20,9% oksigen, dan kandungan tertinggi justru adalah gas Nitrogen (gas lemas) sekitar 78,0%. Dengan demikian, memperhatikan dampak keselamatan dan kesehatan terhadap manusia dan lingkungan untuk pekerjaan di ruang terbatas konsentrasi oksigen yang diperkenankan adalah tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Karena apabila konsentrasi oksigen berada di bawah 19,5 % volume udara akan menyebabkan gangguan pada susunan saraf pusat dan sistem koordinasi, yang kemudian dapat mengakibatkan koma dan berujung pada kematian. Kondisi ini umum dikenal sebagai aspiksia. Aspiksia dalam pekerjaan di ruang terbatas dapat terjadi antara lain karena adanya pekerjaan yang turut menggunakan oksigen seperti halnya reaksi pembakaran, proses fermentasi karena adanya bakteri aerob serta reaksi pembentukan karat.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 21
Namun demikian, pada konsentrasi di atas 23,5% volume udara juga menimbulkan bahaya yang berbeda, dikarenakan udara yang kaya oksigen dapat dengan mudah memicu terjadinya kebakaran dan peledakan.
(d) Konsentrasi bahan beracun yang konsentrasinya berada diatas Nilai Ambang
Batas (NAB) yang termuat dalam Surat Edaran Menaker No. SE. 01/Men/1997;
Nilai Ambang Batas (NAB) yang banyak dipergunakan sebagai acuan dalam
penilaian gas berbahaya di ruang terbatas adalah NAB Rata-rata dan NAB
Pajanan Singkat Diperkenankan (PSD)
(e) kondisi atmosfer lain yang langsung berbahaya bagi kesehatan atau dapat
mengakibatkan kematian, seperti temperatur yang ekstrem.
Sebagai acuan dapat digunakan standar temperatur sebagaimana di bawah ini:
Suhu dalam Ruang Terbatas Lama Pajanan
30C 3 Jam
32C 2 Jam
35C 1 Jam
37C 30 Menit
41C 20 Menit
44C 15 Menit
(2) adanya potensi substansi cair ataupun padat yang memungkinkan petugas yang bekerja tenggelam atau terbenam di dalamnya (substancial hazard). Dalam hal ini penting dilakukan penilaian mengenai kandungan apa saja yang pernah tersimpan dalam ruang terbatas. Sebelum pekerjaan di ruang terbatas dilakukan haruslah dipastikan bahwa ruang terbatas telah kosong dari cairan ataupun padatan substansial. Untuk kemudian dilakukan kegiatan purging atau pencucian atau pembilasan / inerting, yaitu dengan mengisi gas atau cairan inert seperti Nitrogen, karbondioksida atau air untuk membuang kontaminan yang mungkin terdapat atau tersisa di dalam ruang
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 22
terbatas. Produk hasil purging ini sebaiknya tidak langsung dibuang karena akan dapat membahayakan pihak lain dan juga lingkungan. Dalam kasus udara yang mengandung bahan mudah terbakar disarankan untuk mempertimbangkan teknik purging dan ventilasi apa yang digunakan sehingga tidak menimbulkan sumber api yang akan dijelaskan pada Bab selanjutnya. Dalam melakukan purging, sangat penting diupayakan sesuai prinsip bekerja di ruang terbatas, yaitu PURGING DILAKUKAN TANPA MEMASUKI RUANG TERBATAS dengan menggunakan alat bantu mekanis untuk mencapai bagian tertentu.
(3) adanya struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau bersekat-sekat sehingga menjadi hambatan dalam mengakses pintu masuk atau keluar dan mobilitas pekerjaan (configuration hazard); dan Kondisi dan bentuk ruang dapat berupa penggunaan tangga dan perancah yang dapat mempersempit ruang gerak, permukaan yang basah dan licin, dasar yang tidak jelas, area sempit dan curam yang dapat mengakibatkan tenaga kerja terjebak dan jatuh ke dalamnya dan hal ini diperburuk lagi dengan faktor pencahayaan yang kurang memadai. (4) adanya potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik, pneumatic dan lainnya (energy hazard). Termasuk dalam hal ini adalah temperatur ekstrim, vibrasi, kebisingan yang mungkin timbul karena peralatan yang digunakan. Oleh karenanya, sangat penting dalam pekerjaan di ruang terbatas untuk memastikan setiap peralatan kerja yang dapat berputar dan bergerak telah dipasang penutup/guarding dengan baik, memastikan peralatan kerja yang masuk ke ruang terbatas telah explotion proofed serta harus dipastikan telah ditanahkan dengan baik untuk mencegah terjadinya listrik statis. Prinsip isolasi energi atau dikenal dengan Lock Off Tag Out (LOTO) juga sangat penting untuk diperhatikan antara lain dengan melakukan: a. penutupan setiap keran (valve), saluran dan pipa yang mengalirkan bahan proses
atau bahan jadi dengan pemasangan sorokan buta (blind flange), sehingga mencegah masuknya cairan atau gas ke dalam ruang terbatas dimana pekerjaan dilakukan;
b. penguncian dan penandaan, pengurangan energi peralatan yang berpotensi bergerak. seperti peralatan mekanik, pengaduk, agitator, mixer atau sejenisnya harus dipastikan tidak tersambung dengan sumber energi;
c. Isolasi semua sumber energi termasuk power, pemanas atau pendingin sebelum masuk ke dalamnya;
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 23
d. pastikan bahan produksi tidak dapat jatuh dari dinding ataupun atap ruang terbatas dengan memindahkan semua bahan dari lokasi potensi kejatuhan atau memasang barikade atau pengaman sementara.
Selain potensi bahaya tersebut di atas, ruang terbatas dapat menjadi tempat kerja yang sangat berbahaya bagi tenaga kerja yang memiliki keterbatasan kesehatan baik fisik maupun psikis. Oleh karenanya penting dipastikan bahwa setiap tenaga kerja atau petugas utama tidak memiliki riwayat penyakit sebagai berikut: a. Sakit sawan atau epilepsi b. Penyakit jantung atau gangguan jantung c. Asma, bronchitis atau sesak napas d. Gangguan pendengaran e. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan disorientasi f. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya g. Gangguan atau sakit tulang belakang h. Kecacatan penglihatan permanen i. Penyakit lainnya Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan di ruang terbatas adalah kemungkinan adanya gangguan dari mikroorganisme, hewan pengerat, serangga maupun binatang buas lainnya yang merupakan satwa alamiah di sekitar ruang terbatas.
3.4. Pengendalian risiko di ruang terbatas
Setelah memahami potensi bahaya di ruang terbatas, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyusun program pengendalian risiko di ruang terbatas. Program pengendalian ditujukan untuk menilai apakah risiko suatu pekerjaan di ruang terbatas telah ditekan ke kondisi minimal atau dengan dengan istilah lain risiko dapat diterima. Dalam pengendalian risiko ruang terbatas dikenal hirarki pengendalian sebagai berikut: 1. Reklasifikasi, yaitu dengan melakukan perubahan klasifikasi dari sebelumnya sebagai
Ruang Terbatas Wajib dengan Ijin Masuk menjadi Ruang Terbatas Tidak Wajib dengan Ijin Masuk. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan cara melakukan eliminasi terhadap setiap potensi bahaya utama di ruang terbatas. Reklasifikasi adalah hirarki tertinggi dalam pengendalian risiko ruang terbatas, karena dengan reklasifikasi dengan sendirinya kita telah memastikan bahwa ruang terbatas telah aman untuk dimasuki. Namun menjadi penting dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa REKLASIFIKASI HANYA DAPAT DILAKUKAN ATAS DASAR SUATU PENILAIAN / ASSESSMENT yang sesuai untuk kemudian selalu dilakukan penilaian ulang secara
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 24
berkala jika diketahui terjadi perubahan pada ruang terbatas tersebut yang memungkinkan munculnya sumber bahaya baru. Sehingga ada kemungkinan suatu ruang terbatas yang sebelumnya telah diklasifikasikan sebagai Ruang Terbatas Tidak Wajib dengan Ijin Masuk kemudian berdasarkan penilaian berkala baik yang dilakukan oleh Ahli K3 ataupun Pengawas Ketenagakerjaan direklasifikasikan kembali menjadi Ruang Terbatas Wajib dengan Ijin Masuk melalui penetapan pimpinan perusahaan.
2. Ventilasi, yaitu dengan melakukan pemantauan terhadap ketersediaan udara bersih di ruang terbatas. Hal ini dilakukan apabila potensi bahaya tidak dapat dieliminasi namun harus dapat dikendalikan melalui pemasangan sistim ventilasi udara bertekanan secara terus menerus untuk mensuplai kebutuhan udara bersih selama periode pekerjaan di ruang terbatas berlangsung. Sistim ventilasi ini tidak boleh dihentikan, meski petugas utama istirahat dan harus selalu dipantau. Ventilasi dapat berasal dari tenaga alam ataupun tenaga mesin, tetapi BUKAN OKSIGEN MURNI YANG DISEMPROTKAN.
3. Sistim ijin masuk, yaitu dengan melaksanakan prosedur ijin masuk ruang terbatas. Mulai dari tahapan permohonan ijin sampai dengan penyelesaian pekerjaan dan juga memungkinkan adanya pembatalan ijin. Yang penting diingat bahwa SISTIM IJIN MASUK TIDAK DAPAT MEMASTIKAN BAHWA PEKERJAAN DI RUANG TERBATAS PASTI AMAN, TETAPI HANYA MEMASTIKAN BAHWA PROSEDUR UNTUK KERJA AMAN TELAH DILAKUKAN.
3.5. Personil Ruang Terbatas
Sesuai bahasan sebelumnya, maka untuk melakukan pekerjaan di ruang terbatas sangat erat hubungannya dengan kompetensi personil atau petugas yang akan bekerja. Umumnya pekerjaan di ruang terbatas dilakukan oleh sekelompok orang, yang terdiri dari: (1) Petugas Utama, yaitu orang yang akan masuk melakukan pekerjaan di dalam ruang terbatas, dan (2) Petugas madya, yaitu orang yang bertugas berjaga dan memantau setiap akitifitas petugas utama dari luar ruang terbatas. (3) Supervisor / Kepala Regu yang bertugas sebagai pengawas pekerjaan yang dilakukan oleh petugas utama dan madya. Disamping itu pula sebelum pekerjaan di ruang terbatas harus dilakukan pengujian atas kondisi gas atosfer berbahaya oleh seorang (4) Teknisi Deteksi Gas yang bersertifikat, (5) Petugas Penyelamat, yaitu orang yang akan bersiaga di luar ruang terbatas untuk memberikan pertolongan dalam keadaan darurat.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 25
Sebagai persyaratan pekerjaan, seorang petugas utama harus didampingi oleh minimal seorang petugas madya. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab setiap personil: Petugas Utama: 1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas; 2. Menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai prosedur; 3. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya; 4. Memberitahu petugas madya bila mengetahui adanya perubahan kondisi yang
berbahaya; 5. Melakukan tindakan antisipatif untuk menyelamatkan diri; Petugas Pendamping/Madya: 1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas; 2. Memantau setiap potensi bahaya dan pekerjaan di dalam dan di luar ruang terbatas; 3. Memastikan dan mengawasi jumlah petugas utama yang berada di ruang terbatas; 4. Memastikan tetap berada di luar ruang terbatas selama petugas dan pekerjaan di
ruang terbatas berlangsung; 5. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas utama; 6. Memanggil tim penyelamat dalam kondisi darurat; 7. Melakukan tindakan penyelamatan yang dimungkinkan tanpa memasuki ruang
terbatas; 8. Tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan menggangu tugas utamanya untuk
memantau dan melindungi petugas utama Petugas Penyelamat: 1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas; 2. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya, dan Ahli
K3; 3. Melakukan tindakan penyelamatan sesuai prosedur; 4. Meningkatkan kemampuan diri untuk tugas-tugas penyelamatan;
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 26
BAB IV Prosedur Ijin Masuk Ruang Terbatas Prosedur ijin Masuk di ruang terbatas diperlukan karena pekerjaan tersebut bukan merupakan pekerjaan rutin dan memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja, sehingga diperlukan pengawasan yang lebih ketat. Disisi lain, pengendalian yang dilakukan tidak dapat menghilangkan potensi bahaya di ruang terbatas tersebut, namun hanya dapat dikendalikan ke tingkat yang dapat diterima. Dalam rangka pelaksanaan prosedur ijin kerja tersebut dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi Ruang Terbatas
a. Pengurus harus melakukan identifikasi keberadaan ruang terbatas yang ada di tempat kerja;
b. Membuat daftar register ruang terbatas; c. Memberi tanda/tag untuk setiap ruang terbatas; d. Membuat daftar pekerjaan yang menyebabkan orang memasuki ruang terbatas
(confined spaces), antara lain:
Pemeliharaan (pencucian atau pembersihan)
Pemeriksaan;
Pengelasan, pelapisan dan perlindungan karat;
Perbaikan;
Penyelamatan dan memberikan pertolongan kepada pekerja yang cidera atau
pingsan dari ruang terbatas (confined spaces); dan
Jenis pekerjaan lainnya yang mengharuskan seseorang masuk ke dalam ruang
terbatas (confined spaces)
2. Prosedur Ijin Masuk di ruang terbatas
a. Permohonan Ijin Masuk, diajukan oleh Petugas Utama atau Petugas Madya setelah mendapatkan Surat Perintah Kerja (Job Order). Selanjutnya disusunlah Analisa Keselamatan Pekerjaan (AKP) / Job Safety Analysis (JSA) bersama dengan pengawas lapangan/supervisor dan pihak terkait lainnya mengenai risiko kerja serta tindakan
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 27
pencegahan yang telah dilakukan untuk pekerjaan tersebut. Berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK), kemudian formulir ijin kerja diisi dengan lengkap dan diserahkan kepada pengawas lapangan / supervisor.
b. Pemeriksaan Ijin Masuk, Pengawas lapangan kemudian meminta dilakukan pengukuran gas atmosfer berbahaya yang dilakukan oleh Teknisi Deteksi Gas yang dibuktikan dengan sertifikat bebas gas berbahaya. Selain itu ijin masuk akan diberikan setelah ijin untuk pekerjaan terkait seperti pekerjaan panas, kerja dingin atau kelistrikan telah dikeluarkan. Beberapa hal penting yang harus diperiksa dalam peninjauan ijin masuk adalah antara lain:
memastikan apakah ruang terbatas yang akan dimasuki telah terisolasi dari bahaya sambungan pipa yang terbuka dan telah dipasangi dengan sorokan buta (blind flange)
memastikan ruang terbatas tersebut telah bebas dari gas mudah terbakar, dengan batas yang dijinkan adalah maksimum 10% LEL
memastikan kadar prosentase oksigen berada antara 19,5% - 23,5% dan tanda tangan teknisi deteksi gas di sertifikat bebas gas berbahaya telah sesuai dan terisi lengkap
ventilator telah bekerja dengan baik memastikan setiap petugas utama yang akan masuk ke ruang terbatas telah
memakai alat pelindung diri yang sesuai dan terhubung dengan life line serta tripod telah terpasang, pastikan barikade dan peralatan bantu pernapasan cukup
memastikan listrik yang digunakan di dalam ruang terbatas harus kedap gas dan menggunakan arus DC
memastikan paling sedikit ada 1 (satu) orang petugas madya di setiap akses masuk dan teknik komunikasi yang digunakan
c. Pengesahan Ijin Masuk, diberikan oleh manajer area setelah dilakukan evaluasi aspek keselamatan pekerjaan oleh Ahli K3 sesuai dengan formulir ijin yang diberikan oleh pengawas lapangan / supervisor.
d. Pendistribusian Ijin Masuk, kepada pihak-pihak terkait dan dipasang pada lokasi pekerjaan, di ruang kendali dan pada bagian K3
e. Pemantauan Ijin Masuk, dilakukan terkait dengan perubahan gas atmosfer berbahaya, kondisi petugas utama, durasi pekerjaan, dan kemungkinan penyimpangan lainnya dari ijin yang diberikan.
f. Pembatalan Ijin Masuk, apabila pekerjaan dapat diselesaikan sesuai rencana kerja yang tertuang dalam formulir ijin masuk maka formulir tersebut segera dikembalikan kepada pengawas lapangan sekaligus sebagai laporan pekerjaan yang harus diteruskan kepada manajer area. Namun apabila terjadi perubahan ataupun penyimpangan dari formulir
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 28
ijin masuk yang diberikan maka Ahli K3 harus menghentikan pekerjaan dan membatalkan ijin yang telah diberikan untuk kemudian segera melakukan evaluasi dan investigasi menyeluruh.
Secara umum prosedur ijin masuk ruang terbatas dilaksanakan sesuai dengan diagram alir di bawah ini:
Dari diagram alir diatas terlihat jelas bahwa ijin masuk ruang terbatas merupakan salah satu bagian penting dari program pengendalian ruang terbatas secara keseluruhan setelah upaya eliminasi potensi bahaya dan ventilasi dilaksanakan dengan maksimal. Untuk mempermudah pemahaman mengenai formulir ijin kerja, berikut disampaikan contoh formulir yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tempat kerja.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 29
Formulir Ijin Memasuki Ruang Terbatas
Tanggal dan waktu ijin dikeluarkan
Tanggal dan waktu ijin berakhir
Lokasi pekerjaan Supervisor
Peralatan kerja yang dipergunakan
Jenis Pekerjaan
Nama Petugas Utama 1 2
3 4
Nama Petugas Madya 1 2
3 4
1 Pengujian gas atmosfir 7 Apakah petugas /Teknisi Ya Tidak
- Waktu - Utama
- Oksigen % - Madya
- Gas mudah meledak % BRDM - Deteksi Gas
- Gas beracun PPM Telah lulus pelatihan yang dipersyaratkan
2 Tanda tangan Teknisi Deteksi Gas
8 Peralatan N/A Ya Tidak
3 Sumber isolasi yang ada N/A Ada Tidak Alat pengukur gas atmosfir (baca langsung)
Keran/Valve
Pelindung badan, tali pinggang keselamatan, kelengkapan penyelamatan.
Sorokan Buta/Blind Flange
Pelindung kepala, mata, tangan, kaki, pendengaran
4 Ventilasi
Pelindung pernapasan dilengkapi dengan oksigen dan alat bantu pernapasan
Mekanis Alat komunikasi
Hanya Alami Peralatan listrik
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 30
5 Pengujian gas atmosfir setelah isolasi dan ventilasi 9 Pengujian berkala gas atmosfir
Oksigen % >19.5% O2 % % % 19.5%-23.5%
- Gas mudah meledak % BRDM < 10% BRDM % % % < 10%
- Gas beracun PPM < 10 PPM CO Ppm ppm ppm 35ppm+
- Waktu HC Ppm ppm ppm 1ppm*; 5ppm+
Tanda tangan Teknisi Deteksi Gas
HCN ppm ppm ppm 4ppm*
H2S ppm ppm ppm 10ppm*; 15ppm+
SO2 ppm ppm Ppm 2ppm*; 5ppm+
NH3 ppm ppm ppm 35ppm+
6 Prosedur komunikasi 10 Prosedur Penyelamatan darurat
11 Pengesahan
Setelah melakukan pemeriksaan dan pengujian di lokasi pekerjaan kemudian memahami isi dari ijin ini dan telah adanya instruksi ataupun prosedur penyelamatan darurat maka diberikan ijin untuk memulai pekerjaan di ruang terbatas.
dipersiapkan oleh
(Petugas RT) Nama Ttd
disetujui oleh
(Manajer Unit/Area) Nama Ttd
diawasi oleh
(Ahli K3) Nama TTd
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 31
Formulir ijin masuk di atas tentunya dapat disesuaikan dengan kondisi ruang terbatas dan potensi bahaya yang mungkin lebih spesifik lagi di tiap-tiap tempat kerja, namun sekurang-kurangnya haruslah memuat informasi wajib sebagai berikut: a. Identitas jenis dan lokasi Ruang terbatas yang akan dimasuki b. Pekerjaan / Kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya c. Tanggal dan durasi kegiatan yang akan dilakukan d. Nama Petugas-petugas Utama yang bekerja dalam ruangan e. Nama Petugas Madya f. Nama dan tanda tangan ahli K3 /pengawas yang bertugas g. Nama supervisor / manajer area yang mensahkan kegiatan h. Potensi Bahaya dari ruang terbatas yang akan dimasuki i. Langkah-langkah yang diambil untuk mengisolasi ruangan dan untuk menghilangkan
atau mengendalikan bahaya dari ruang terbatas j. Kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan k. Hasil pengujian awal dan berkala gas atmosfer berbahaya l. Nama dan tanda tangan Teknisi Deteksi Gas dan Waktu pengujian dilaksanakan m. Nama dan Nomor Kontak Tim penyelamat dan tim tanggap darurat yang bertugas n. Prosedur komunikasi yang digunakan oleh petugas utama dan petugas madya,
petugas penyelamat
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 32
BAB V Karakteristik Gas Atmosfer Berbahaya
5.1. Potensi bahaya .
Gas-gas berbahaya dalam udara dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja. Gangguan gas berbahaya terhadap keselamatan, dapat berupa efek akut seperti
keracunan, berupa ketidak sadaran atau kematian. Juga apabila gas berbahaya berupa gas
mudah terbakar, maka kebakaran atau peledakan dapat membawa korban dan cidera
serta kerugian harta benda. Kecelakaan-kecelakaan seperti diatas dapat dicegah apabila
dapat dilakukan deteksi gas sebelum pekerjaan ruang terbatas dapat dilakukan.
5.2. Fokus pembelajaran.
Secara umum pembelajaran dalam bab ini adalah untuk memahami bahaya gas-gas
berbahaya baik di tempat kerja biasa maupun tempat kerja terbatas ( confined space).
Pemahaman akan sifat bahaya akan menimbulkan sifat hati hati dalam bekerja sehingga
lebih disiplin dalam mengikuti prosedur kerja bahan atau SOP.
Secara khusus, pembahasan akan dilakukan terhadap kondisi berbahaya akibat adanya gas-
gas berbahaya dalam udara, Diantaranya adalah kondisi ;
a. Aspiksian akibat kekurangan oksigen
b. Toksik akibat adanya gas beracun atau korosif
c. Mudah terbakar atau mudah meledak akibat adanya gas mudah terbakar.
Kondisi aspiksian dapat diketahui dari kadar oksigen di tempat kerja toksik dapat dketahui
dari kadar gas beracun atau korosif, sedang kondisi berbahaya terhadap kebakaran dapat
diketahui apakah kadar gas termasuk dalam daerah konsentrasi mudah terbakar.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 33
5.3. Pengertian
a) Aspiksian ;
Tempat kerja aspiksian berarti kekurangan oksigen, Kadar oksigen normal adalah 21 %.
Apakah kadar Oksigen O2 turun menjadi kurang dari 19 % maka akan menyebabkan
sesak nafas, kekurangan oksigen dalam udara pernafasan akan menyebabkan otak
manusia kekurangan oksigen dan pula kondisi demikian akan menyebabkan gangguan
syaraf otak dapat terjadi baik yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) atau
bahkan kematian.
Kondisi aspiksian dapat terjadi oleh adanya gas atau uap berberat jenis lebih besar dari
pada udara. Kondisi demikian dapat terjadi baik di tempat kerja biasa (terbakar) maupun
tempat kerja yang terbatas atau tertutup, kondisi aspiksian dapat terjadi karena adanya
gas-gas yang lebih ringan dari udara yang menyebabkan kadar O2 < 19%.
b) Gas-gas Beracun
Gas-gas beracun adalah gas-gas yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan
akibat gas terbakar atau korosif, gangguan kesehatan dapat terjadi penghirupan kadar
kecil yang terus menerus, sedang efek akut berupa pingsan atau kematian dapat terjadi
akibat penghirupan jumlah besar dan waktu pendek. Baik bahaya kesehatan atau kronis
maupun bahaya akut dapat diketahui dari kadar gas diudara. Ambang batas kadar gas
keracunan dapat dinyatakan sebagai NAB atau nilai ambang batas. Jadi kadar gas yang
diperkenankan untuk seseorang yang bekerja selama 8 (delapan) jam perhari selama 5
(lima) hari perminggu tanpa menimbulkan gangguan yang berarti. Ada pula yang disebut
IDLH yakni konsentrasi gas yang dapat mengancam keselamatan jiwa ataupun gangguan
kesehatan yang serius (Immediately Dangerous to Life and Health). Nilai IDLH amat
bervariasi tergantung pada jenis-jenis gas, tetapi umunya antara 5 10 kalidosis nilai
NAB. Jadi apabila kondisi kerja dapat dijaga dibawah NAB, maka berarti kondisi tersebut
cukup aman untuk kesehatan dan aman terhadap keselamatan jiwa.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 34
c) Gas-gas mudah terbakar atau meladak
Gas-gas mudah terbakar seperti ; asetilen, LPG, metan atau hydrogen, dalam kadar
tertentu dapat berbahaya terhadap kebakaran, uap pelarut organik seperti Heksana,
eter, benzene dapat pula terbakar, bila kontak dengan nyala atau loncatan api, gas dan
uap mudah terbakar apabila terkurung dala ruang terbatas dapat meledak bila kontak
dengan sumber pemanas. Jadi ledakan terjadi karena reaksi yang amat cepat dan
menghasilkan suhu dan tekanan tinggi yang merusak wadah atau lingkungan
sekelilingnya.
5.4. Jalur Masuk Bahan Kimia Berbahaya
Gas-gas berbahaya di tempat kerja dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan
pekerja. Gas-gas tersebut dapat masuk ke dalam tubuh leawat 3 (tiga) jalur utama, yakni :
1) Pernafasan : penghisapan udara
2) Kulit : absorpsi atau penyerapan
3) Mulut : tertelan atau ingestion
Kasus keracunanan di industri menunjukkan bahwa jalur pernafasan nemegang peranana
penting (90 %) sedang lewat kulit dan mulut hanya 10 %. Hal ini disebabkan karena kita
bekerja menghisap + 1 m3 udara per jam. atau berarti paru-paru akan menyerap 8 m3
udara tercemar selama 8 jam kerja.
5.5. Efek Bahan Kimia Berbahaya
Bergantung pada jenis gas, kadar gas dalam udara dan waktu terpapar, efek gas-gas
tersebut dapat berupa :
1) Efek kronis, yakni akibat penghirupan gas kadar kecil dan efek baru terasa dalam jangka
panjang.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 35
2) Efek akut, yakni akibat penghirupan gas dalam jumlah besar dalam jangka pendek dan
berdampak pada saat itu juga.
Untuk menjaga agar gas-gas tersebut di atas tidak berdampak buruk pada pekerja, maka
diperlukan standar baku mutu. Untuk baku mutu standar kesehatan kerja digunakan NAB
(Nilai Ambang Batas) sedang untuk efek akut digunakan IDLH (immediately dangerous to
life and health).
Namun untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keselamatan dan kesehatan
dibandingkan dengan ambang batas, diperlukan metoda analisa atau deteksi. Metoda
dapat berupa teknik analisa konvensional tetapi juga dapat berupa teknik insrumental
seperti detektor elektrokimia atau spektroskopi,
5.6. Jenis Pencemaran
Mengharapkan udara bersih dan segar di tempat kerja amatlah sulit. Ini disebabkan
tempat kerja selalu tercemar oleh bahan yang meyertai proses produksi, pengepakan dan
pembuangan bahan. Cemaran dalam udara dapat terdiri dari :
1). Cemaran kimia seperti gas, debu, uap dan asap
2). Fisika : panas, radiasi, vibrasi, suara dan bau
3). Biologi : bakteri, virus
Cemaran Kimia
Diantara cemaran-cemaran di atas, cemaran kimia merupakan cemaran berdampak
kompleks mengingat jenis dan bahayanya yang berbeda-beda. Bentuk cemaran tersebut
diantaranya adalah :
1). Debu : partikel halus akibat diintegrasi zat padat
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 36
2). Gas : senyawa berupa gas bercampur homogen dengan udara
3). Uap : fase gas dari zat cair atau padat
4). Fumes : kondensasi uap menjadi partikel padat
5). Mists : kondensasi uap menjadi partikel cair
6). Aerosol : suspensi cairan dalam udara
7). Asap : partikel karbon ( < 0,1 m) dalam udara.
Cemaran di atas dapat terjadi baik dalam industri (terutama industri pengguna bahan
kimia) atau laboratorium. Dampak adanya cemaran dapat berupa sakit akibat kerja
maupun dampak akut berupa cedera, pingsan atau kematian.
Untuk dapat menghindari dampak buruk di atas, maka perlu difahami sifat bahaya dan
acra penanganannya. Selain itu harus pula diketahui cara deteksi gas untuk mengetahui
tingkat bahaya akut atau kronis
5.7. GAS-GAS BERBAHAYA TERHADAP KESEHATAN
5.7.1. Gas-gas Aspiksian
Gas-gas aspiksian adalah gas yang mempunyai berat jenis lebih besar dari pada udara yang
dapat mendesak kadar O2 dalam udara pernafasan. Kondisi demikian dapat berakibat akut
dan fatal seperti pingsan dan kematian apabila tidak ada pertolongan segera. Gas-gas
aspiksian dibagi dalam :
a) Aspiksian sederhana, yakni gas-gas yang tidak berbahaya pada kondisi normal seperti
gas nitogen (N2) dan gas karbon dioksida (CO2). Dalam kadar besar dapat mengurangi
kadar O2 pernafasan. Pengurangan kadar O2 menjadi < 18 % (normal 21 %) maka
kondisi tersebut dapat membahayakan pekerja.
b) Aspiksian kimia, yakni selain berat jenis > udara, tetapi ia juga toksik (beracun). Contoh
adalah gas hidrogen sulfida (H2S) yang sering menimbulkan korban kematian, terutama
tempat kerja terbatas. Gas H2S terutama banyak dalam pabrik kertas dan pulp. Di alam
terdapat pada kaldera gunung berapi dan juga tempat pembuangan limbah organik.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 37
Gas H2S berbau seperti telur busuk, tetapi apabila kadar melebihi 150 ppm, maka
syaraf hidung akan dimatikan. Gas tidak tercium tetapi mematikan. Amat fatal apabila
kadar > 300 ppm, dapat mematikan orang hanya dalam beberapa menit. Untuk
menghindari bahaya di atas maka :
a. Deteksi kadar H2S dengan detektor elektrokimia atau cara sederhana test
tube detector. Analisis lebih teliti dapat dilakukan dengan impinger.
b. Bekerja dengan masker pelindung pernafasan, yakni dengan alir udara atau
oksigen (SCBA).
Di tempat dimana terdapat gas H2S, hindari tempat tertutup (terbatas) atau tempat-
tempat yang rendah dimana gas H2S dapat berakumulasi.
Kondisi aspiksian dapat terjadi pula dalam :
a) Tangki katalist, dimana N2 digunakan sebagai gas penginert agar katalis tidak
teroksidasi dalam udara.
b) Tangki-tangki bekas pelarut organik atau bahan bakar, karena uap pelarut bekas
lebih berat dari udara.
c) Ruang bekas pemadaman kebakaran dengan gas CO2, halon dan bubuk kimia.
d) Tangki atau bak limbah cair terutama dari pabrik kertas dan pabrik makanan. Juga
gorong-gorong tempat pembuangan limbah rumah tangga.
Mengingat dampak akut yang begitu cepat seperti pingsan dan kematian maka deteksi
kadar O2 dengan oksigenmeter amat penting. Selain itu memakai masker dengan
aliran udara atau SCBA adalah cara penggamanan yang harus dilakukan.
5.7.2. Gas Beracun
a) Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) adalah gas hasil pembakaran karbon yang tidak sempurna.
Termasuk gas pembunuh dalam industri karena mempunyai daya ikat yang kuat dengan
haemoglobin, lebih kuat (240-300x) dari pada O2-haemoglobin. Akibatnya sedikit
menghirup gas CO, kita akan kehilangan oksigen dalam darah yang menyebabkan
pingsan, hilang kesadaran dan kematian bila tidak segera ditolong. Batas keterpaan
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 38
(NAB) : 50 ppm. Amat berbahaya apabila kadar >2000 ppm atau 0,2 %. Mengingat
dampak fatal begitu cepat maka di tempat-tempat yang diduga terdapat gas CO harus
diberi detektor dengan alarm bahaya bila kadar melebihi batas tertentu. Juga bekerja
dengan masker dengan aliran udara atau SCBA adalah cara pengamanan dari bahaya
gas CO. Bahaya gas CO dapat pula ditemukan pada basement shopping centre tempat
parkir mobil, tempat/ruang instrumen gas, pabrik besi yang menggunakan gas CO
sebagai bahan bakar dan pabrik pupuk.
b) Hidrogen sianida (HCN)
Gas hidrogen sianida banyak dihasilkan dalam proses elektroplating, proses ekstraksi
emas dan pabrik tapioka. Gas HCN amat beracun karena menimbulkan gangguan fungsi
darah. Sedikit berbau, spesifik dan harus dihindari sebelum bau menyengat. Pada
kosentrasi yang tak terlalu tinggi dengan cepat dapat menimbulkan efek akut berupa
hilang kesadaran (pingsan) atau meninggal.
Batas keterpaan di tempat kerja : NAB : 4,7 ppm
Batas IDLH : 50 ppm.
Amat berbahaya apabila konsentrasi di atas 150 ppm karena akan menyebabkan hilang
kesadaran (pingsan). Pada konsentrasi > 300 ppm dapat menimbulkan kematian dalam
waktu beberapa menit. Untuk menghindari bahaya tersebut diperlukan deteksi dengan
alarm bahaya, terutama untuk tempat tercemar berat atau tempat-temat tertutup atau
terbatas. Selain itu harus memakai APD : SCBA atau masker penyerap HCN. Gas HCN
juga dapat terbakar dengan LEL-UFL : 5,6-40,0 %. Ini berarti apabila ruangan aman
terhadap bahaya kesehatan, maka berarti aman terhadap bahaya kebakaran.
5.7.3. Gas Korosif
Gas korosif adalah gas yang dapat bereaksi dengan jaringan tubuh, terutama saluran
pernafasan dan paru-paru. Interaksi dapat menimbulkan iritasi saluran pernafasan atau
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 39
gangguan paru-paru seperti pembengkakan atau edema. Bahaya gas-gas korosif amat
bergantung pada kelarutan dalam air, karena air pada saluran pernafasan yang
menangkap gas-gas korosif. Oleh karena itu terdapat beberapa kelompok :
a) Gas yang amat larut dalam air, seperti NH3, HF, HCl. Dapat menimbulkan infeksi atau
iritasi pada saluran pernafasan bagian atas (SPA).
b) Gas dengan kelarutan sedang seperti SO2, NO2. Dapat menimbulkan kerusakan SPA
maupun paru-paru.
c) Gas dengan sedikit kelarutan dalam air seperti fosgen, O3. Gas demikian tidak tertahan
pada SPA. Merusak paru-paru dan dapat menimbulkan efek sistemik. Beberapa gas
korosif dalam industri sebagai berikut :
a. Amonia (NH3)
Gas amonia banyak mencemari lingkungan kerja pabrik pupuk atau pabrik
pengguna amonia seperti pabrik pendingin. NH3 amat larut dalam air, korosif
terhadap saluran pernafasan dan amata. Mudah dihindari, karena bau yang
merangsang.
Batas keterpaan : NAB : 25 ppm
Berbahaya apabila konsentrasi > 5000 ppm (0,5 %) dapat menimbulkan kematian
atau kerusakan paru-paru yang akan mengganggu kesehatan. Untuk menghindari
keterpaan harus memakai masker penyerap NH3, juga gloves dan kacamata. Amat
fatal bila cairan NH3 terkena pada mata, dapat menimbulkan kebutaan. Penyelamat
dari pada kecelakaan emisi gas NH3 dapat dilakukan dengan menutup hidung
dengan kain atau handuk yang basah. Demikia pula emisi gas NH3 dapat
dihilangkan dengan menyemprot air.
b. Gas Klor (Cl2)
Cemaran gas klor terutama terjadi pada pabrik soda, pabrik kertas dan PDAM atau
semua pabrik pengguna Cl2 sebagai disinfektan atau bleaching. Gas klor berbau
merangsang, sedikit larut dalam air dan amat korosif terhadap SPA dan paru-paru.
Hindari penghirupan gas Cl2 karena efek pada paru-paru sukar disembuhkan.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 40
Detektor harus dipasang di tempat kerja atau gudang Cl2 untuk mengetahui tingkat
pencemaran atau adanya kebocoran. Karena berat jenis Cl2 > udara, maka detektor
harus diletakan pada bagian bawah.
Batas keterpaan : NAB : 0,55 ppm
Berbahaya : IDLH : 30 ppm
Amat berbahaya : > 1000 ppm (0,1%) karena dapat menimbulkan kematian atau
cedera paru-paru berat atau pencemaran. Kebocoran gas Cl2 dapat diserap dalam
larutan NaOH/Na2SO3.
c. Nitrogen Dioksida (NO2)
Gas NO2 dapat terjadi akibat reduksi HNO3 dalam reaksi dengan logam atau oksida
gas NO
NO3- + 2 H+ + e- NO2 + H2O
2NO + O2 NO2
Warna coklat, berbau spesifik. Amat iritan pada SPA dan paru-paru. Bahaya
kesehatan terletak pada efeknya yang tertunda, sehingga tidak disadari oleh para
pekerja. Uap pekat dapat mengiritasi kulit dan mata.
Batas keterpaan NAB : 3 ppm
Bahaya IDHL : 50 ppm
Amat berbahaya : 200 700 ppm : fatal
Mengingat efek kerusakan yang permanen, penghirupan NO2 harus dihindari
dengan bekerja dalam almari asam dan memakai APD : masker penyerap NO2,
gloves dan kacamata. Deteksi dapat dilakukan dengan detektor elektrokimia.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 41
d. Ozon (O3)
Gas ozon sekarang ini banyak digunakan untuk sterilisasi air murni. Juga untuk
oksidasi fenol dalam air limbah. Dapat terbentuk apabila udara kena sinar
ultraviolet baik UV alami maupun dari lampu UV spektrofotometer. Adanya O3
dapat dideteksi dari bau spesifik. Ozon tidak atau sukar larut dalam air sehingga
dapat merusak paru-paru dan sistemik.
Batas keterpaan : 0,1 ppm
Bahaya IDLH : 10 ppm
Perlindungan terhadap bahaya O3 dapat dilakukan dengan detektor O3
(spektrofotometer) dan bekerja dengan memakai APD : master penyerap O3 atau
SCBA.
5.7.4. GAS-GAS MUDAH TERBAKAR
Jenis Gas Berbahaya
Gas-gas berbahaya terhadap kebakaran dalam industri terdiri dari 2 (dua) kelompk
besar, yakni :
a) Gas Mudah terbakar seperti :
Asetilin sebagai bahan bakar pengelasan
Hidrogen sebagai bahan hidrogenasi dalam industri minyak goreng atau dalam
industri pupuk.
Metana : dalam industri pupuk
LPG (elpiji) : bahan bakar rumah tangga.
b) Uap Cairan Organik
Yakni hasil penguapan pada suhu kamar atau akibat pemanasan. Contoh adalah
heksana, etana, karbon disulfida, BTX, metanol, etanol, butil asetat dan
sebagainya.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 42
Baik gas maupun uap mudah terbakar akan mudah meledak apabila gas atau uap
tersebut berada dalam ruangan tertutup dan kontak dengan nyala atau loncatan
api. Sifat bahaya dapat diketahui dari sifat kemudahan terbakar.
Sifat Kemudahan Terbakar
a) Daerah Konsentrasi Mudah Terbakar
Daerah konsentrasi mudah terbakar adalah range konsentrasi gas/uap dalam udara
yang dapat dibakar.
Dibatasi oleh :
Batas Bawah Dapat Meledak/Terbakar (BBDM) atau lebih dikenal dengan LEL (Low
Flammable Limit) atau LEL (Low Explosive Limit) dan Batas Atas Dapat
Meledak/Terbakar (BADM) atau dikenal dengan UFL (Upper Flammable Limit) atau
UEL (Upper Explosive Limit)
Di bawah LFL dan diatas UFL, campuran gas/uap tak dapat dinyalakan. Semakin lebar
daerah LFL-UFL, berarti semakin berbahaya.
Contoh LFL-UFL :
Metana 5-15 %
Etana 3-12,5 %
Propana 2,2 9,5 %
Butana 1,9 -8,5 %
Hidrogen 4,0- 76 %
Asetilen 2,5 -100 %
Kadar pelarut dapat dideteksi dengan alat eksplosimeter.
b) Titik Nyala (Flash Point)
Adalah suhu dimana uap pelarut mulai dapat dinyalakan. Ini berarti semakin rendah
titik nyala semakin berbahaya. Pelarut dengan titik nyala di bawah suhu kamar
termasuk pelarut yang berbahaya terhadap kebakaran, artinya pada suhu kamar kan
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 43
terbakar bila ada nyala. Dari nilai titik nyala, dapat dihindarkan 2 (daua) jenis
pelarut, yakni :
1) Flammable, titik nyala < 100 oF (37,8 oC). Contoh : aseton, eter, hexana, benzena.
2) Combustible, titik nyala > 100 oF (37,8 oC). Contoh : DMF, furfural, etanolamin
Titik nyala dapat ditentukan dengan alat ukur titik nyala dengan metoda open cup
maupun close cup. Titik nyala selain sebagai tolok ukur bahaya kebakaran dapat
pula digunakan untuk uji adanya campuran dalam bahan bakar.
c) Titik Bakar (Ignition Point)
Adalah suhu dimana zat padat dapat terbakar dengan sendirinya. Semakin rendah
titik bakar berarti semakin berbahaya. Contoh titik bakar beberapa senyawa :
Aseton : 538 oC
Benzena : 562 oC
Eter : 180 oC
Karbon disulfida : 100 oC
Eter dan karbon disufida (CS2) adalah pelarut yang sering menjadi penyebab
kebakaran di laboratorium dan industri.
d) Sifat Fisika :
Sifat fisika di bawah ini menentukan pula kemudahan terbakar, yakni :
1). Titik didih dan tekanan uap
2). Berat jenis cairan dan uap/gas
3). Kelarutan dalam air
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 44
5.8. EVALUASI PEMAHAMAN MODUL
Rangkuman
Gas-gas berbahaya dalam udara kerja terutama dalam ruang terbatas dapat
menimbulkan bahaya, sebagai akibat ;
a) Kekurangan oksigen ( Defisinesi oksigen)
Kekurangan oksigen dalam udara kerja dapat menimbulkan sesak nafas yang
dapat berakibat pingsan atau kematian. Kondisi aspiksian dapat disebabkan
oleh ;
1. Campuran gas gas atau uap organik lebih berat dari pada udara, gas gas
demikian meskipun dalam tempat terbuka (apalagi dalam ruang tertutup)
dapat mematikan.
2. Campuran gas-gas lebih ringan dalam jumlah besar dalam ruang terbatas
atau tertutup.
Kadar O2 berbahaya adalah dibawah 19 % (aspiksian). Bahaya kondisi aspiksian dapat
diketahui dari kadar O2 dengan alat yang disebut oksigen meter, Bila kondisi
aspiksian, APD yang aman adalah masker dengan aliran udara atau SCBA ( Self
Contained Breathing Apparatus)
b) Cemaran Gas Beracun
Kondisi toksik dalam ruang kerja dapat disebabkan oleh bahan beracun atau
korosif. Penghirupan gas-gas demikian dalam jumlah besar dapat menimbulkan
keracunan akut yang dapat mematikan atau menimbulkan cedera yang sukar
disembuhkan. Gas-gas seperti; CO, HCN, H2S, Cl2 dan NH3 adalah gas-gas yang
sering menimbulkan korban dalam industry. Untuk menghindari bahaya diatas,
pengukuran kadar gas-gas merupakan cara menghindari kecelakaan dan bekerja
seharusnya memakai APD yang tepat.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 45
c) Cemaran Gas Flammabel
Gas dan uap dalam kadar tertentu dalam udara dapat terbakar akibat kontak
dengan nyala atau loncatan api.
Kadar gas atau uap dalam konsentrasi antara LEL UEL adalah batas mudah
terbakar. Deteksi kadar uap atau gas dibawah LEL secara teori aman tetapi
pemberian faktor keselamatan sebesar 25 % atau 50 % atau lebih baik.
Hal ini disebabkan adanya kemungkinan kesalahan presentase LEL dan
pengukuran gas yang mungkin dapat mencapai 10 %. Ini berarti nilai LEL saja
atau dengan faktor keselamatannya 10 % belum dapat dinyatakan aman akan
kebakaran, Manapun faktor keselamatan yang digunakan dan antisipasi
terhadap bahaya kebakaran , yakni penanggulangan kebakaran harus selalu
dipersiapkan.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 46
BAB VI Teknik Deteksi Gas Atmosfer Berbahaya 6.1. Jenis alat deteksi gas
Saat ini di dunia terdapat dua jenis alat deteksi gas, yaitu single gas detection dan multi gas
detection.
a. Single Gas Detection, yaitu unit alat ukur yang hanya punya kemampuan pengukuran
suatu jenis gas tertentu baik dipasang tetap atau dapat dipindah.
b. Multi Gas Detection, satu unit alat ukur Gas Detektor yang mempunyai kemampuan
pengukuran beberapa jenis gas yang berbeda gas tertentu, baik dipasang tetap atau
dapat dipindah
Pengukuran gas atmosfir berbahaya sangat tergantung dari kemungkinan keberadaan gas
tersebut. Setiap gas memiliki karakteristik tersendiri sehingga dibutuhkan metoda deteksi
yang khusus. Secara umum metoda deteksi gas atmosfir berbahaya dapat dibagi menjadi 3
deteksi, yaitu:
1. Deteksi gas dapat terbakar dan mudah terbakar
2. Deteksi gas beracun
3. Deteksi kekurangan oksigen
6.2. Prinsip Kerja Alat Deteksi Gas
Prinsip kerja alat deteksi gas adalah mengukur gas melalui sensor. Pengukuran gas
menggunakan sensor dibagi menjadi 3 jenis sensor, yaitu:
Sensor elektrokimia
Sensor butiran katalitik (Catalytic bead sensor)
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 47
Sensor sinar infra-red
a. Sensor Elektrokimia:
Sensor elektrokimia tranduser bekerja dengan prinsip sel galvanis (baterai). Molekul
oksigen yang terdapat dalam gas yang akan diukur melewati membran plastic kedalam
cairan elektrolit yang ada dalam sensor yang dipisahkan untuk mengukur elektroda
kedua atom Oksigen. Pada saat yang sama, elektroda mengoksidasi atom oksigen
menjadi timbal oksida. Reaksi ini akan menghasilkan arus listrik yang akan diukur
sebagai bagian proporsional dari tekanan parsial dari oksida.
1. Gas yang akan diukur
2. Saringan debu
3. Membran
4. Elektroda pengukur
5. Elektrolit
6. Elektroda rujukan
7. Elektroda penghitung
b. Sensor Katalitik
Gas yang akan dimonitor akan melalui piringan logam ke sensor dimana gas atau uap
yang mudah terbakar akan dibakar secara katalitik pada detektor elemen. Udara
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 48
yang dibutuhkan untuk membakar diambil dari udara. Panas yang dihasilkan dari
pembakaran akan memanaskan elemen detektor dimana reaksi panas ini akan
merubah hambatan pada elemen detektor sebanding dengan tekanan parsial dari
gas atau uap. Selain elemen detektor, sensor juga memiliki elemen kompensator.
Kedua elemen adalah bagian dari Wheatstone bridge Konsentrasi gas diukur dari
voltasi pada Wheatstone bridge dalam ukuruan % LEL atau % by Volume.
c. Sensor Non-Dispersive Infrared
Sumber radiasi cahaya infrared ganda dan penerima ganda digunakan untuk
kompensasi perubahan dalam penyelarasan, intensitas sumber cahaya dan efisiensi
komponennya. Sinar yang dikeluarkan oleh sumber ganda dikeluarkan melalui
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 49
pemilah cahaya (beam splitter). Sebagian sinar akan dikenakan kepada contoh dan
signal rujukan dikeluarkan dan direfleksikan kembali kepada detektor pengukuran.
Adanya gas yang mudah terbakar akan mengurangi intensitas sinar untuk contoh,
tidak untuk sinar rujukan, perbedaan dari dua signal ini akan secara proporsional
menunjukkan konsentrasi gas yang diukur.
Deteksi keberadaan gas atmosfir berbahaya dapat juga dilakukan dengan sistim
Colorimetri Tabung Detektor (Detector Tube System)
Prinsip dari tabung gas detektor adalah metoda analisa kering yang menerapkan
reaksi kimia dan absorpsi fisika. Gas yang diserap kedalam tabung menghasilkan
lapisan warna yang dihasilkan dari reaksi antara reagen dengan gas dalam tabung.
Konsentrasi gas secara proposional akan menghasilkan lapisan warna yang dapat
dibaca pada skala yang tertera ditabung.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 50
Beberapa tipe deteksi gas adalah sebagai berikut :
Catalytic Sensor
Prinsip kerja : gas yang akan diukur teroksidasi pada elemen katalis dan
menimbulkan perubahan suhu yang sekaligus akan merubah nilai tahanan pada
elemen katalis, perubahan tahan menunjukan kadar gas yang teroksidasi
Applikasi : Pengukuran gas dapat terbakar (combustible gases)
Keuntungan : Usia alat panjang
Kelemahan : Setiap gas yang berbeda memiliki respon berbeda pula
Dapat menimbulakan keracunan
Memerlukan kandungan oksigen minimal 10 % ketika pengukuran
Keterbatasan pengukuran persen kandungan gas
Metal Oxide Semiconductor Sensor
Prinsip Kerja : Gas yang diukur akan bereakasi dengan Metal Oxide
Semiconductor (SnO2) kemudian akan timbul perubahan tahanan listriknya,
perubahan tahanan diukur dan dinyatakan sebagai kandungan gas.
Applikasi : Hampir semua jenis gas yang dapat dioksidasi
Keuntungan : Harga murah
Kelemahan : Tidak selektip dalam pengukuran,Terpengaruh oleh humidity, Tidak
mampu menganalisa, tapi hanya mampu menentukan ya atau tidak.
Non Dispersive Infrared (NDIR)
Prinsip Kerja : Gas yang diukur akan menyerap sinar infrared pada gelombang
tertentu, merujuk pada perhitungan prinsip Beers Law, sehingga konsentrasi gas
dapat ditentukan
Applikasi : Untuk berbagai gas organic
Keuntungan : Sangat luas penggunaanya
Kelemahan : Mahal dan mudah rusak dan sulit untuk diperbaiki
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 51
Photoionazation Detector (PID)
Prinsip Kerja : Sinar ultra violet mengionisasi gas yang terukur dan
membangkitkan arus listrik yang sebanding dengan konsentrasi gas yang terukur
Applikasi : Mengukur senyawa organik yang mudah menguap (VOCs)
Keuntungan : Dapat mengukur berbagai senyawa organic yang mudah menguap,
dan sangat effektip bila digabungkan dengan GC (Gas Chromathography)
Kelemahan : Tidak bisa menseleksi jenis gas senyawa organik, apabila dibawah
daya ionisasi lampu
Dipengaruhi oleh humidity yang tinggi
Harga lampu UV mahal
Electro Chemical Sensor
Prinsip Kerja : Gas yang terukur diserap pada elektroda sensor elektrokatalitik ,
setelah gas terukur melalui penghamburan pada media dan bereaksi secara
elektrokimia yang membangkitkan arus listrik yang sebanding dengan
konsentrasi gas terukur.
Applikasi : Mengukur berbagai gas : Br2, Cl2, CO, CLO2, C2H4, HCO2, H2, H2S,
SO2, O2, dll
Keuntungan : Murah, Hasil pengukuran yang linear, unit alat ukur bisa dibentuk
kecil
Kelemahan : Hasil data pengukuran sangat di pengaruhi oleh kecakapan teknisi
dan dipengaruhi oleh suhu
6.3. KALIBRASI ALAT DETEKSI GAS
Setelah mengenal berbagai jenis dan alat deteksi, maka seorang teknisi deteksi gas juga
harus mengetahui bagaimana pengoperasian alat. Semua alat deteksi gas pertama kali
harus melalui tahapan kalibrasi sebelum di operasikan.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 52
Kalibrasi alat ukur gas merupakan hal sangat penting untuk memastikan bahwa alat deteksi
gas tersebut layak digunakan. Kalibrasi peralatan dibutuhkan agar ketepatan dan akurasi
alat dapat dipertanggung jawabkan. Kalibrasi merujuk kepada proses penetapan hubungan
antara output atau respon dari peralatan pengukuran dengan nilai atau ukuran kwantitas
input atau atribut dari pengukuran yang standar.
Proses kalibrasi untuk penggunaan yang tidak spesifik biasanya disebut sebagai
penyesuaian output atau indikasi bahwa pengukuran peralatan sesuai dengan nilai standar
yang diaplikasikan dalam range akurasi yang diperlukan. Respon dari sensor eletrokimia
sangat tergantung terhadap kondisi lingkungan. Oleh karena itu proses kalibrasi sebaik
mungkin kalibrasi dilakukan setara dengan kondisi yang sebenarnya. Kebanyakan peralatan
dilengkapi dengan dua jenis alarm, peringatan dan bahaya. Kedua alaram ini akan
mendeteksi konsentrasi gas melebihi batas bahaya yang diprogramkan. Ketepatan respon
mendeteksi dan kemampuannya untuk menganalisa menunjukkan akurasi dari
pembacaan. Apabila titik rujukan sudah berubah, maka pembacaanpun akan berubah
sehingga menjadi tidak dapat dipercaya. Hal ini disebut sebagai calibration drift dan
sering terjadi pada semua detektor. Kalibrasi dengan menggunakan gas standar yang
konsentrasinya disertifikasi dapat memperbaiki titik rujukan ini.
Beberapa masalah yang timbul gas detektor menyimpang dari seting kalibrasi:
Penurunan kemampuan sensor untuk mendeteksi bahan kimia dan penyimpangan
dari peralatan elektronik karena pemakaian sepanjang waktu
Pemaparan yang berlebih, kondisi yang ekstrim seperti suhu dan kelembaban yang
rendah atau tinggi dan tingginya kadar partikulat di udara
Pemaparan konsentrasi (over-range) dari target yang ditetapkan
Pemaparan yang tinggi terhadap sensor katalitik LEL terhadap racun dan inhibitor,
termasuk silicon, gas hidrida, hidrokarbon terhalogenasi, gas sulfide
Pemaparan yang berlebih terhadap sensor elektrokimia terhadap beberapa uap
pelarut dan gas-gas yang sangat korosif
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 53
Penanganan peralatan yang kurang baik, seperti terjatuh, penyimpanan yang kruang
baik, goncangan, getaran dll
Kalibrasi dapat di bagi 2 tahapan yaitu kalibrasi internal dan kalibrasi eksternal.
a. Kalibrasi internal yaitu kalibrasi yang dilakukan oleh internal teknisi gas.
Kalibrasi yang dilakukan adalah dengan pengukuran/ pembacaan alat
deteksi gas dan membandingkan hasil pembacaan / pengukuran terhadap
konsentrasi gas standar. Peraturan kalibrasi untuk meyakinkan agar gas
detektor dapat bekerja dengan baik adalah sebagai berikut:
Ikuti petunjuk dari pemasok untuk kalibrasi yang benar. Pergunakan
peralatan yang benar, termasuk gas standar yang sudah dikalibrasi,
tabung contoh, flow regulator, adapter dll.
Standar gas yang dipakai untuk kalibrasi tidak boleh kadaluarsa. Gas
harus ada sertifikasinya dan dapat dilacak certificate of analysis.
Personil yang melakukan kalibrasi harus terlatih dan menggunakan
metode kalibrasi yang benar sesuai dengan petunjuk dari pemasok.
Ada dua jenis kalibrasi yang dilakukan yaitu :
1) Fresh Air Calibration (Self Check)
Proses internal kalibrasi ini dilakukan sebagai internal kalibrasi dengan
menggunakan udara bebas dan bersih sebagai referensi dan selanjutnya
digunakan sebelum dan setiap menggunakan peralatan detektor gas.
Apabila semua sensor memberikan penunjukkan OK berarti peralatan
siap dipergunakan.
2) Bump Test Calibration.
Proses kalibrasi ini dilakukan dengan menggunakan standar gas yang
telah diketahui komposisi dan konsentrasinya untuk menentukan akurasi
pembacaan sensor. Kalibrasi ini dilakukan untuk peralatan yang
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 54
penggunaannya tertentu dan ketepatannya diharapkan, sebagai contoh
di industri petrokimia yang perlu melakukan pengukuran suatu gas
tertentu.
Peralatan harus diNol kan sebelum dilakukan bump-test. Konsentrasi
gas standar harus cukup tinggi untuk bisa memicu terjadinya alarm.
Apabila hasil bump test tidak menunjukkan alarm atau dalam range
yang dapat diterima, maka kalibrasi penuh harus dilakukan.
Contoh:
Pengukuran standar gas oksigen,
Pertama kali disiapkan gas standar oksigen dengan gas standar berkadar
19.5% -23% volume.
Selanjutnya alat yang akan di kalibrasikan digunakan untuk mengukur gas
standar tersebut. Jika hasil pembacaan sesuai atau dalam batas toleransi /
deviasi yang tercantum dalam label alat, maka alat tersebut dinyatakan layak
pakai. Namun jika diluar batas deviasi, misalkan ternyata terbaca 16 % maka
alat tersebut dinyatakan tidak layak pakai dan harus dilakukan adjustment (
penyesuaian) melalui kalibrasi eksternal.
Alat deteksi yang telah dikalibrasi dari pabriknya dengan gas kalibrasi
standar dan diprogram dengan batas alarm asal (default) sebagaimana
tercantum:
Gas Gas Kal/
Keseimban
gan
Satuan TWA STEL Rendah Tinggi
CO 50/Udara Ppm 35 100 35 200
H2S 25/N2 Ppm 10 15 10 20
SO2 5/N2 Ppm 2 5 2 10
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 55
NO 25/N2 Ppm 25 25 25 50
NO2 5/Udara Ppm 1 1 1 10
Cl2 10/N2 Ppm 0,5 1 0,5 5
O2 20,9/N2 % Vol - - 19,5 23,5
CH4 50/Udara %LEL - - 10 20
HCN 10/N2 Ppm 5 5 5 50
NH3 50/N2 Ppm 25 35 25 50
PH3 5/N2 Ppm 0,3 1 1 2
VOC* 100/Udara Ppm 10,0 25,0 50,0 100
a. Kalibrasi eksternal atau sering pula di sebut full calibration adalah melakukan
kalibrasi peralatan secara menyeluruh terhadap peralatan, termasuk
kemampuan sensor dan peralatan lainnya yang dilakukan oleh lembaga
independen, atau jasa kalibrasi atau laboratorium yang telah terakreditasi.
Kalibrasi eksternal dilakukan secara berkala ( umumnya supplier
mensyaratkan 6 bulan sekali) atau jika saat dilakukan kalibrasi internal
dinyatakan tidak layak. Semua alat yang telah dilakukan kalibrasi eksternal
mendapat sertifikat/ bukti telah dikalibrasi yang dikeluarkan oleh institusi
yang melakukan kalibrasi.
6.4. Petunjuk Penggunaan Alat Deteksi Gas
Cara pengoperasian alat deteksi ada dalam setiap manual alat deteksi. Sehingga
wajib bagi setiap teknisi untuk membaca dan memahami manual setiap alat
deteksi yang di gunakan. Pengoperasian alat ada yang bersifat analog dan ada
pula yang digital
Metoda penggunaan gas detektor tergantung dari jenis dan tipe dari masing-
masing pemasok. Sebagai gambaran umum penggunaan gas detektor sesuai
dengan peruntukannya adalah sebagai berikut:
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 56
1. Isi (charge) baterai atau peralatan sampai petunjuk display isi baterai penuh
atau semalaman
2. Tekan tombol ON beberapa saat sampai alat melakukan self check
3. Apabila peralatan normal, maka display akan menunjukkan OK dan peralatan
siap untuk dipakai
4. Apabila ditemukan alarm atau display yang menunjukkan kondisi peralatan
yang tidak normal, tekan tombol OFF beberapa saat dan lanjutkan dengan
proses ON kembali
5. Apabila ditemukan display untuk melakukan kalibrasi, maka lakukan Bump-
Test calibration atau kirimkan ke pemasok.
6. Apabila tetap ditemukan kondisi tidak normal, perlu diperhatikan informasi
display. Segera hubungi pihak pemasok untuk memberitahukan informasi yang
diperlukan
7. Apabila peralatan normal, peralatan dapat segera dipakai dan catat nilai
penunjukaanya
8. Untuk multi-gas, dapat dipilih jenis gas yang diinginkan dan akan ditunjukkan
pembacaan ukuran yang diinginkan, apakah ppm, % Vol
9. Untuk pembacaan konsentrasi gas oksigen, akan ditunjukkan % Vol. Apabila
konsentrasi dari masing-masing gas, atau konsentrasi oksigen diluar range,
maka akan didengar alarm atau signal
10. Pada beberapa peralatan tertentu, nilai pembacaannya dapat disimpan sesuai
dengan kapasitas memori yang ada di peralatan
11. Pada beberapa peralatan tertentu, data nilai pembacaannya dapat ditransfer
ke komputer dan dapat diolah untuk menjadi informasi
12. Apabila selesai penggunaannya, sebaiknya baterai atau alatnya di charge agar
dapat dipakai setiap saat.
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 57
Sistim Tabung Gas Detektor
1. Pecahkan kedua ujung tabung detektor dengan menggunakan pemotong
(cutter)
2. Masukkan ujung yang bertanda panah kedalam kedalam alat pengisap
3. Hisap atau jalankan pompa pengisap berdasarkan volume gas yang akan
dianalisa
4. Biarkan beberapa saat sampai warna yang dihasilkan terlihat konstan
5. Baca skala warna yang dihasilkan
Contoh penggunaan
Pengukuran kwantitatif gas dan uap dapat dilakukan dengan detector gas tube.
Alat ini terdiri dari suatu pompa penghisap dengan volume 50 ml atau 100 ml dan pipa
detector (detector tube) yang bekerja dan digunakan untuk gas atau uap tertentu.
a. Prinsip kerja;
Pompa penghisap digunakan untuk menghisap udara lingkungan kerja dengan
volume tertentu misalnya sebanyak 100 ml. Dengan demikian jumlah udara yang
mengalir melalui pipa detector juga sebanyak 100 ml.
Gas dan uap yang akan diselidiki yang berada dalam udara ini akan diabsorbsi oleh
absorben dan bereaksi dengan reagen yang ada dalam pipa detector.
Reaksi ini akan menyebabkan terjadinya perubahan warna. Panjang kolom
perubahan warna dalam pipa detector akan menunjukkan konsentrasi gas atau uap
yang diselidiki dalam udara.
b. Cara penggunaan ;
1) Pilih detector yang sesuai dengan gas atau uap yang akan diselidiki
2) Patahkan kedua ujung pipa detector. Pasang pipa detector tersebut pada ujung
pompa hisap
-
Modul Petugas Ruang Terbatas 58
Gambar alat ;
3) Tarik pompa penghisap sampai maksimal dan dikunci. Sebanyak 100 ml udara
akan mengalir melalui pipa detector
Bahan kimia yang akan diselidiki akan diabsorbsi dan bereaksi dengan reagen,
sehingga terjadi perubahan warna, biarkan selama 3 menit.
c. Pembacaan :
Pada pipa yang sudah mempunyai skala, konsentrasi zat yang diukur sudah dapat
dibaca pada skala yang ada pada pipa detector
Cara pembacaan pada pipa yang tidak mempunyai skala adalah dengan chart, yaitu;
dengan meletakkan pipa detector diatas chart yang sesuai (ada pada kotak setiap
pipa detector), sedemikian rupa sehingga kedua ujung kolom absorben tepat pada
masing-masing garis
top related