metode pembinaan agama bagi penyandang...
Post on 03-Mar-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
METODE PEMBINAAN AGAMA BAGI
PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN
SOSIAL (PMKS) DI PANTI SOSIAL BANGUN DAYA I
KEDOYA JAKARTA BARAT
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
MUHAMMAD SYAHID FUDHOLI AL-HASYIM
NIM. 1 0 7 0 5 2 0 0 2 2 6 6
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1434 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Januari 2012
MUHAMMAD SYAHID FUDHOLI AL-HASYIM
NIM : 1 0 7 0 5 2 0 0 2 2 6 6
ABSTRAK
M. SYAHID FUDHOLI AL-HASYIM
Metode Pembinaan Agama Bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Pembinaan agama sangat penting bagi manusia, khususnya bagi penyandang
masalah sosial, yang timbul Sejak krisis moneter tahun 1997 dan berakibat bagi krisis
ekonomi pada tahun 1998, jumlah keluarga miskin di Indonesia khususnya di Jakarta,
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dan meningkatnya PMKS. PMKS
senantiasa ditertibkan untuk mendapatkan pembinaan dan kemandirian. Pelayanan
Kesejahteraan Sosial bagi PMKS hasil penertiban dan Penjangkauan Sosial, merupakan
usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan secara integrasi seiring dengan usaha
pembangunan kesejahteraan sosial DKI Jakarta yang dilakukan melalui sistem panti. Di
Jakarta masih banyak PMKS sebagai akibat dari kemiskinan, terbatasnya lapangan
kerja, pendidikan rendah dengan keterampilan terbatas, sehinggga perlu penertiban
sosial. Berdasarkan keterangan di Atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “ Metode Pembinan Agama Bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta Barat”.
Pembinaan agama di masyarakat serta mengapa pekerjaan yang dilakukan oleh
penyandang masalah sosial seperti mengamen, berdagang asongan, menjadi joki 3in1
dan menjadi pengemis adalah suatu perbuatan yang melanggar aturan karena telah
mengganggu kelancaran jalan, ketertiban, dan bahkan keamanan dijalan umum. Panti-
panti sosial yang menggunakan agama sebagai salah satu metode pendukung untuk
lancarnya proses pembinaan bagi PMKS. Faktor yang menyebabkan timbulnya alasan
mengapa penelitian ini penting dan sangat menarik. Dalam kehidupan manusia selalu
mengadakan bermacam aktifitas, salah satu aktifitas itu diwujudkan dalam gerakan-
gerakan yang dinamakan dengan kerja.Faktor pendorong yang menyebabkan manusia
bekerja adalah adanya kebutuhan sandang, pangan, papan yang harus dipenuhi
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya
Jakarta Barat. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah penerapan bimbingan
agama dalam pembinaan bagi penyandang masalah sosial,metode yang digunakan
pembimbing agama dalam pembinaan bagi penyandang masalah sosial, dan kendala-
kendala dalam pembinaan dan cara penyelesaiannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Objek dalam penelitian ini
adalah 2 orang pembimbing dan pembina agama serta yang menjadi subjeknya adalah
PMKS (warga binaan Sosial) yang berjumlah 10 orang yang saat ini sedang
melaksanakan pembinaan agama di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya Kedoya
Jakarta Barat.
Hasil dari penelitian ini penerapan metode yang digunakan oleh pembimbing
dan Pembina dalam menanamkan norma-norma kehidupan bagi PMKS adalah metode
komunikasi langsung, tidak langsung dan dengan menggunkan media cetak dan
elektronik, serta metode dakwah dengan tekhnik dakwah al-hikmah dan mau’idzatil
hasanah. Pembimbing dan Pembina agama sangat berperan dalam menanamkan norma-norma kehidupan terutama pada norma agama yaitu penanaman nilai aqidah dan ibadah
serta dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan, pada norma sosial yaitu penanaman
nilai-nilai sosial yaitu rasa kasih sayang dan saling menghargai sesama warga binaan
sosial di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta Barat.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan nikmat-Nya serta bimbingan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “METODE PEMBINAAN AGAMA BAGI PENYANDANG
MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) DI PANTI SOSIAL BANGUN
DAYA I KEDOYA JAKARTA BARAT”.
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil,
khususnya kepada :
1. Dr.H.Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Dra. Rini Laili Prihatini M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam. Atas bimbingannya selama ini.
3. Drs. Sugiharto M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi saya. Atas dukungan, kesabaran
dan keikhlasan bapak dalam membimbing saya sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
4. Orang tua saya buya Tasmuni Al-Hasyim dan umi Yusra Aisyah BA yang telah
memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil dan terima
kasih atas doa, dukungan, cinta & kasih sayang yang telah diberikan selama ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu dakwah & Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmunya kepada penulis.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Abdul Khair S.Ag M.Si, Bapak Muchlis M.Si, dan seluruh Pihak Panti
Sosial Bangun Daya I Kedoya Jakarta Barat yang telah memberikan izin dan
banyak membantu penulis dalam penelitian ini hingga dapat berjalan dengan
baik dan lancar.
8. Abangda Muhammad Ghaddafi Al-hasyim, Kakanda Siti Fathimatuz Zahra Al-
Hasyim, Adinda Nasriyatul Wara Al-Hasyim dan Muhammad Nazmil Wafa’ Al-
Hasyim. Yang selalu memberikan motivasi, doa, kasih sayang dan canda tawa
yang menghibur penulis.
9. Special thanks to Wiwit Fathimah, Yang selalu memberikan motivasi, doa, kasih
sayang dan canda tawa yang menghibur penulis
10. Semua sahabat BPI (Basith, Endin, Dian Putra, Zulkarnain Fadli, Hapsari
Retno, Ade Nurzaman, Burhan, Dita, Fina, Handi, Lia, Indah) terima kasih atas
doa, kasih sayang dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
11. Saudara, kerabat, teman, sahabat yang namanya tak dapat disebutkan satu per
satu. Terima kasih atas segala doanya.
12. Teman-Teman BPI 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 terima kasih atas
dukungan dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa
hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah
memberikan yang terbaik untuk kita semua.
Akhirnya kepada-Nya lah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis berharap
agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan
walaupun belum sepenuhnya optimal.
Ciputat, Januari 2012
Muhammad Syahid Fudholi Al-Hasyim
NIM. 1 0 7 0 5 2 0 0 2 2 6 6
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8
D. Subjek dan Objek penelitian ....................................................... 11
E. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 11
F. Metodologi Penelitian .................................................................. 12
G. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 13
H. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
Bab II Landasan Teoritis
A. Metode
1. Pengertian Metode .................................................................. 17
B. Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan .............................................................. 18
2. Bentuk Pendekatan Dalam Pembinaan Agama………..……. 20
3. Dasar dan Tujuan Pembinaan Keagamaan……………….... 20
4. Macam-macam Kegiatan Pembinaan Agama………………. 22
C. Agama
1. Definisi Agama ....................................................................... 24
vi
2. Sumber Agama ......................................................................... 25
3. Macam-macam Agama ........................................................... 27
4. Fungsi Agama.……………………………………………….. 28
D. Penyandang Masalah Sosial
1. Pengertian Penyandang Masalah Sosial……………………... 30
2. Karakteristik dan Kriteria PMKS……………………………. 31
Bab III Gambaran Umum Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta
Barat
A. Sejarah Berdirinya ....................................................................... 46
B. Letak Geografis………………………………………………… 47
C. Visi, Misi dan Tujuan.................................................................... 48
D. Struktur Organisasi…………………………………………….. 49
E. Program – Program ...................................................................... 51
F. Program Layanan dari panti ....................................................... 52
G. Tugas-tugas dari panti ................................................................ 53
Bab IV Temuan Lapangan dan Analisis Data
A. Metode yang Digunakan Pembimbing Agama Dalam Pembinaan
Bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial……………..... 59
B. Penerapaan Bimbingan Agama Dalam Pembinaan
Bagi Penyandang Masalah Sosial………………………………. 64
C. Kendala-kendala Dalam Pembinaan Dan
Cara Penyelesaiannya…………………………………………… 66
vii
Bab V Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................... 69
B. Saran – saran ............................................................................... 70
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
2. Surat Izin Penelitian/Wawancara
3. Surat Permohonan Pengajuan Skripsi
4. Daftar Wawancara
5. Dokumentasi (foto-foto)
6. Denah lokasi PSBI 1 Kedoya Jakarta Barat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah sosial yang sangat tampak di Provinsi DKI Jakarta
adalah ”kemiskinan struktural”. Kemiskinam struktural disini muncul karena
struktur sosial dan ekonomi yang kurang berjalan sebagaimana mestinya,
sedangkan pemicu kemiskinan itu disebabkan adanya “budaya miskin”, budaya
malas dan cepat menyerah.
Sejak krisis moneter tahun 1997 yang berakibat bagi krisis ekonomi pada
tahun 1998, jumlah keluarga miskin di Indonesia, Provinsi DKI Jakarta mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yang mengakibatkan timbulnya penyandang
masalah kesejahteraan sosial, adapun perantau-perantau yang datang dari luar kota
Jakarta untuk mengadu nasib berharap hidup sukses serta terpenuhi kebutuhan
sandang, pangan, papan di Jakarta. dengan kurangnya ilmu pengetahuan atau
kemampuan yang dimiliki membuat perantau hanya terlantar hingga menjadi salah
satu penyebab meningkatnya penyandang masalah kesejahteraan sosial.1
Manusia merupakan makhluk sosial namun, banyak manusia modern saat
ini menderita penyakit sosial yang menurut Khalil Kavari, apabila manusia gagal
dalam mencapai makna hidupnya mereka akan menderita kekeringan jiwa, seperti
yang banyak terjadi disekitar kita. Mereka mengartikan bahwa makna kehidupan
bisa diraih melalui materi, tetapi pada kenyataannya mereka gagal menemukan
makna kehidupan yang sesungguhnya melalui materi tersebut.
1 Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan sosial, Definisi dan Keiteria Penyandang
Masalah Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, (Jakarta; Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, 2007)
2
Islam mengajarkan manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah
melalui beribadah dan aktifitas kerja dalam bentuk amal kebajikan. Karena itulah,
penilaian terhadap derajat seorang lebih berdasarkan pada amalnya bukan
berdasarkan status sosial atau kekayaannya. Sebagai negara yang berdasarkan
pancasila, kita menghargai fungsi agama. Agama merupakan bagian penting dari
kehidupan bangsa, modal rohaniah, yang untuk itu maka senantiasa diusahakan
agar agama dapat mendorong seluruh gerak kehidupan bangsa. Kondisi dan situasi
kehidupan beragama yang dialami bangsa kita inilah yang menempatkan
masyarakat bangsa sebagai masyarakat religius.2
Ajaran agama Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif,
menghargai akal pikiran, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial,
mengutamakan persaudaraan berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya. Oleh
karena itu agama Islam merupakan agama yang telah diakui kebenarannya, hal ini
sesuai dengan Firman Allah Swt yang Artinya : “Sesungguhnya agama (yang
diridhai) disisi Allah hanyalah Islam……” (Qs, Ali Imran 3:19)3
Beragama merupakan fitrah insaniah, dengan demikian bagi manusia
wajiblah beragama sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah dan senantiasa harus
berpegang pada agama tersebut yakni agama Islam, namun yang terpenting adalah
bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, disegala sendi
kehidupan bermasyarakat yang senantiasa mengalami berbagai problema hidup
yang berubah-ubah, bagi siapa yang berpegang teguh pada ajaran agama tersebut
2 Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan sosial, Definisi dan Keiteria Penyandang
Masalah Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, (Jakarta; Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, 2007)
3Departemen Agama RI, (Al-quran dan terjemahan 2004) Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur'an, Jakarta, 1971, H:65
3
dan mengamalkannya maka ia akan dibimbing dalam menjalani kehidupan ini, dari
konteks tersebut nyatalah bahwa manusia benar-benar mengamalkan ajaran
agamanya.
H. Alamsyah Ratu Perawira Negara dalam bukunya “Bimbingan
Masyarakat Beragama” mengemukakan: “Manusia membutuhkan kepada
bimbingan dan petunjuk yang benar-benar bernilai mutlak untuk kebahagiaan di
dunia dan dialam sesudah mati, sesuatu yang mutlak pula, yaitu Allah SWT. Tuhan
yang menyeru sekalian alam.Untuk itulah Tuhan yang bersifat pengasih dan
penyayang memberikan suatu anugerah kepada manusia.”4
Kutipan di atas dapat memberikan kesimpulan bahwa perlunya
pembinaan, bimbingan dan didikan atau perhatian dari semua pihak khususnya
para penyuluh agama Islam. Dengan demikian masyarakat dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia muslim yang beriman, beramal sholeh dan berbudi
pekerti luhur. Dengan pembinaan dan pendidikan agama yang baik, maka akan
mampu memotivasi masyarakat agar dapat mengembangkan potensinya untuk
dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan keagamaan secara langsung, dan juga
menjadi satu sarana untuk menanamkan nilai-nilai agama agar kemerosotan moral,
akhlak dan nilai-nilai negatif yang melanda masyarakat dapat diantisipasi.
Disamping itu pula dengan aktifnya masyarakat terhadap kegiatan
keagamaan akan mempertebal keimanan serta keyakinan akan nilai-nilai sosial dan
keagamaan di dalam masyarakat. Sasaran yang dikehendaki adalah terciptanya
masyarakat berkepribadian muslim dan mampu melestarikan nilai-nilai agama
4 H. Alamsyah Ratu Perwira Negara, Bimbingan Masyarakat Beragama,( Jakarta, Departemen
Agama RI), 1982, hlm 76.
4
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat bangsa dan Negara yang dilandasi oleh
suasana kehidupan yang Islami dan penuh ketaqwaan.
Kegiatan keagamaan, maksudnya ”aktifitas yang berkaitan dengan
bidang keagamaan yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam melaksanakan
dan menjalankan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari”.
Di samping itu, agama Islam dibawa Nabi Muhammad SAW. adalah
agama yang dapat diyakini, menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang
sejahtera lahir dan batin, karena di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang
bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih
bermakna dalam arti seluas-luasnya, Petunjuk-petunjuk agama tersebut terdapat di
dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang nampak ideal dan agung.
Oleh karena itu dalam melaksanakan pembinaan keagamaan kepada
masyarakat, harus menetapkan titik tolak yang jelas. Karena pada dasarnya agama
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi motivatif, maksudnya agama adalah faktor yang bersifat mendorong,
mendasari dan melandasi cita-cita dan amal usaha manusia dalam segala aspek
kehidupan manusia.
2. Fungsi produktif, yaitu agama sangat mendorong pemeluknya untuk bekerja
produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya melainkan juga untuk orang
lain.
3. Fungsi sublimatif, artinya agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan
saja yang bersifat agamawi melainkan juga yang duniawi, selama usaha tersebut
tidak bertenangan dengan norma dan kaidah agama.
5
4. Fungsi integratif, maksudnya agama mengintegrasikan segala kerja manusia.
Dengan menghayati agama, orang bisa mempunyai kekuatan batin hingga
terhindar dari melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan sehingga
ia mampu menjaga integritas dirinya.”5
Kutipan tersebut dapat menjelaskan bahwa agama mempunyai fungsi yang
sangat strategis dalam memberikan bimbingan dalam kehidupan, menolong dalam
menghadapi kesukaran, dan menenteramkan batin. Kebijakan Pemerintah di bidang
sosial ditujukan untuk mendorong perkembangan kesadaran, rasa tanggung jawab
sosial dan kemampuan masyarakat serta terwujudnya partisipasi dalam
pembangunan di bidang sosial.
Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan sikap untuk menjalankan
fungsi agama tersebut yaitu dengan pencegahan terhadap banyaknya para pengemis
dan penyandang masalah sosial lainnya di Jakarta. Hal seperti ini tidak hanya
merendahkan harkat martabat dirinya saja, tetapi juga telah menimbulkan berbagai
masalah sosial dan kriminal di Ibu kota.
Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan fatwa tentang
ketertiban umum, tertanggal 29 Maret 2008 yang berisi:Pertama, mengemis,
berjualan dan memberi sedekah di jalan umum telah mengganggu kelancaran
jalanan, ketertiban dan bahkan keamanan dijalan umum karena itu hukumnya
haram.6
Kedua, Perda No.8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, pasal 39 dan
pasal 40, karena untuk mencegah mudharat dan ingin mewujudkan kemasalahatan
5Depertemen Agama RI, Pedoman Identifikasi Kebutuhan Sasaran Penyuluh Agama,
(Jakarta, Direktorat Penerangan Agama Islam), 2000, hlm. 43-44 6Fatwa Ijtima’ Komisi Fatwa MUI Se DKI Jakarta, Profil Dinas Sosial,(Jakarta; Dinas
Sosial,2008)
6
umum, hukumannya adalah sah dan mengikat bagi seluruh masyarakat. Perda
Provinsi DKI Jakarta nomor 8 tahun 2007 tentang ketertiban umum meliputi
sebagai berikut pasal 39 ayat 1 berisi tentang setiap orang atau badan dilarang
meminta bantuan atau sumbangan yang dilakukan sendiri-sendiri dan atau
bersama-sama di jalan, pasar, kendaraan umum, lingkungan pemukiman, rumah
sakit, sekolah dan kantor. Sedangkan pasal 39 ayat 2 perrmintaan bantuan atau
sumbangan untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan pada tempat selain
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat diberikan izin oleh gubernur atau pejabat
yang ditunjuk. Lalu di pasal 39 ayat 3 menjelaskan tempat yang dimaksud ayat 2
adalah super market, rumah makan, stasiun, terminal, pelabuhan udara atau laut,
SPBU, penyelenggaraan pameran atau bazar amal dan tempat hiburan atau
rekreasi.
Pasal 40 dalam Perda Provinsi DKI Jakarta menjelaskan setiap orang atau
badan dilarang yaitu meliputi menyuruh orang lain untuk menjadi pengemis,
pengamen, pedagang, asongan, dan pengelap mobil. Serta membeli kepada
pedagang asongan atau memberikan sejumlah uang atau barang kepada
pengemis,pengamen, dan pengelap mobil.7
Maraknya penyandang masalah sosial di Negara ini yang tidak terbatas oleh
umur dan kalangan manapun, yang salah satunya dikarenakan kurangnya peran
agama di masyarakat, serta mengapa pekerjaan yang dilakukan oleh penyandang
masalah sosial seperti mengamen, berdagang asongan, menjadi joki 3in1 dan
menjadi pemulung adalah suatu perbuatan yang haram. kemudian dari pada itu
banyaknya panti-panti sosial yang menggunakan agama sebagai salah satu metode
pendukung untuk lancarnya proses pembinaan penyandang masalah sosial di
7Perda Provinsi DKI Jakarta No 8 Tahun 2007, Profil Dinas Sosial, (Jakarta;Dinas Sosial)
7
Negara ini. Faktor menyebabkan timbulnya Alasan mengapa penelitian ini penting
dan sangat menarik bagi saya.
Berdasarkan pada uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana metode bimbingan agama di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1
dalam sebuah bentuk karya ilmiah skripsi yang di beri judul “Metode Pembinaan
Agama Bagi Penyandang Masalah Sosial Di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya 1 Jakarta Barat”.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga sampai pada tujuannya,
maka penulis membatasi penelitian ini pada Metode Pembinaan Agama Bagi
Penyandang Masalah Sosial Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Jakarta
barat untuk Pembimbing dan Penyandang Masalah Sosial priode 2010 sampai
dengan 2011.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang dijadikan penelitian dalam penulisan skripsi ini
yaitu meliputi :
a. Bagaimana metode yang di gunakan dalam pembinaan agama bagi
penyandang masalah sosial.
b. Bagaimana peran pembimbing agama dalam pembinaan bagi penyandang
masalah soaial.
c. Apa kendala-kendala dalam pembinaan dan cara penyelesaiannya.
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun Tujuan dari Penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis metode pembinaan agama yang
digunakan bagi penyandang masalah sosial.
b. Untuk mengetahui dan menganalisi peran atau implementasi pembinaan
agama dalam pembinaan bagi penyandang masalah sosial.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala-kendala dalam pembinaan dan
cara penyelesaiannya.
2. Manfaat dari Penelitian ini adalah
a. Ilmu Pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan
baru pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
b. Akademis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
dalam peningkatan wawasan dakwah, lebih khusus bagi Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Jurusan BPI yaitu melalui kegiatan
praktikum mikro dan makro, serta sebagai pijakan dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
c. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Jakarta Barat, diharapkan dari hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan mendasar khususnya bagi pihak Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Jakarta barat atau elemen lainnya terutama
dalam meningkatkan kepedulian terhadap penyandang masalah sosial.
9
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pendekatan Kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan paradigma ilmiah.
Artinya, penelitian ini mengasumsikan bahwa kenyataan-kenyataan empiris
terjadi dalam suatu konteks sosio-kultural yang saling terkait satu sama lain.
Karena itu, menurut paradigma alamiah setiap fenomena sosial harus di ungkap
secara holistic. Sebaliknya penelitian kuantitatif menggunakan paradigma
ilmiah. Paradigma ini bermula dari positivisme yang menegaskan bahwa segala
sesuatu dikatakan ilmiah bila dapat diukur dan diamati secara obyektif. Karena
itu, paradigma ilmiah melahirkan berbagai bentuk percobaan, perlakuan,
pengukuran, dan uji-uji statistic yang berlatar belakang laboraturium.8
Adapun desain penelitiannya menggunakan jenis penelitian desain
deskriptif yaitu metode yang bertujuan membuat gambaran, lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan
fenomena yang diteliti.9
Penelitian desktiptif ialah sebuah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dalam penelitian
agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan.
Penelitian deskriptif berbeda dengan penelitian eksploratif. Penelitian
eksploratif belum memiliki variebel yang menjadi fokus pengamatan, karena
peneliti belum banyak memperoleh informasi tentang gejala keagamaan
8 M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori & Praktek). (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002). h. 59.
9 Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: PrestasiPustakarya, 2006), h. 110.
10
tersebut. Sedangkan penelitian deskriptif sudah memiliki variabel yang menjadi
fokus pengamatan. Dalam penelitian deskriptif, variabel yang menjadi fokus
pengamatan boleh lebih dari satu, sesuai minat peneliti.10
Penelitian ini tidak harus ada batas waktu, agar peneliti bisa fokus dengan
objek penelitian. Karena penelitian seperti ini cukup memerlukan banyak waktu.
Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara (hal
ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang valid
dari responden).
Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian dilakukan semata-
mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena-fenomena yang secara
empiris untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, dan lain-lain).
Dalam penelitian deskriptif memiliki beberapa cara yang dimana dalam
skripsi ini hanya dengan melakukan survei. Menurut Notoatmodjo yang
dimaksud dengan survei adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap
sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk menilai kondisi
atau penyelenggaraan suatu program dan hasil penelitiannya digunakan untuk
menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program tersebut.11
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang yang diamati.
10
M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori & Praktek). (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2002). h. 22.
11
Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: PrestasiPustakarya, 2006),
h. 111
11
Metode penelitian ini merujuk kepada buku pedoman penulisan karya
ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang disusun oleh tim Universitas Negeri
Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, Diterbitkan oleh CeQDA (Center of Quality
Development and Assurance), Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2007, cetakan ke- 2.
pendekatan kualitatif menurut penulis dengan menggunakan pendekatan
adanya pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi serta
peneliti mengamati langsung metode pembinaan agama yang diberikan untuk
penyandang masalah sosial serta bertemu langsung dengan subjek dan objek
penelitian sehingga membuat penulis tertarik menggunakan pendekatan ini
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dan objek penelitian bagi penulis adalah
a. subjek penelitian adalah pembimbing agama di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 1 Jakarta Barat. Dengan menggunakan tekhnik “snowball”
yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan
memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh dari sample sebelum itu, peneliti dapat
menetapkan sample lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data
lebih lengkap.12
b. objek dari penelitian ini adalah metode yang digunakan pembimbing agama
dalam pembinaan penyandang masalah sosial di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 1 Jakarta Barat.
12 Sugiono,Memahami Penelitian kualitatif,(Jakarta ALFABETA,2010), Cet 6 hal.55.
12
3. Tempat Dan Waktu Penelitian
Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 1 Jakarta barat yang beralamat di JL.Kembangan Raya
No.2 Kebon JerukTelp.(021) 5814256 Fax (021) 58358674 Jakarta Barat.
Waktu penelitian berdasarkan surat persetujuan Dinas Sosial dimulai dari
tanggal 1 April 2011 sampai dengan selesai
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam hubungan tersebut.13
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan sosial dan metode
bimbingan, yang diberikan Pembimbing di Panti sosial Bina Insan Bangun
Daya 1 Jakarta barat.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, Percakapan
ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu penulis sebagai pewawancara (Interviewer)
yang mengajukan pertanyaan, sedangkan pembimbing dan penyandang
masalah sosial sebagai terwawancara(interview) yang memberi jawaban atas
13
Masri Singarimbun, Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta; LP3ES,1983),
Cet.Ke-1,h.22
13
pertanyaan itu.Wawancara dilakukan untuk mengetahui metode bimbingan
dalam pembinaan untuk penyandang masalah sosial di panti sosial Bina Insan
Bangun Daya 1 Jakarta Barat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data tertulis serta
foto-foto yang didapat di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Jakarta barat
dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi ini juga sebagai perlengkapan
unuk memperoleh identitas data warga binaan dan data panti sosial bina insan
bangun daya 1 jakarta barat.
5 .Teknik Analisa Data
Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.14
Setelah peneliti
memperoleh data-data melalui observasi dan wawancara, kemudian data
tersebut dianalisa atau diolah untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.
Analisa data dilaksanakan terus-menerus sejak awal penelitian sampai akhir
penelitian dilakukan dengan bentuk penalaran induktif. Dikatakan induktif,
karena peneliti tidak memaksakan diri untuk hanya membatasi penelitian pada
upaya menerima atau menolak dugaan-dugaannya yang melainkan mencoba
memahami sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilkan diri.15
Analisa data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selamjutnya dikembangkan menjadi
14
. Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta, LP3 ES, 1995),
h. 263 15
. E. Kristi Porwadi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta, LP3 ES,
1995), cet. ke-1, h. 31
14
hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,
selanjutnya dicari data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat
disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data
yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara
berulang-ulang dengan tekhnik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka
hipotesis tersebut berkembang mencari teori.16
E. Tinjauan Pustaka
Ada berbagai macam hasil penelitian yang mempunyai hubungan dengan
judul penulis, dan tidak terdapat judul yang sama dengan penulis gunakan, yaitu
Metode Bimbingan Agama Untuk Pembinaan Penyandang Masalah Sosial di
Jakarta Barat. Adapun hasil penelitian yang mempunyai hubungan dengan judul
penulis itu adalah
1. Asrul Muharam Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam 2007, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “ Pola Komunikasi Dalam Pembinaan
Keagamaan Di Panti Sosial Bina Laras 04 Cipayung Jakarta Timur”
Penulisan skripsi diatas menjelaskan pola komunikasi dalam
pembinaan keagamaan dip anti rehabilitasi sosial bina laras 04 adalah pola
komunikasi kelompok ( group communication) yang bersifat sentralistik,
dimana seorang pembina menjadi pusat sentral dalam berkomunikasi
terutama dalam memberikan meteri-materi pembinaan keagamaan, terhadap
pekerja seks komersial (PSK) yang menjadi murid binaannya.
beberapa faktor yang telah penulis kemukakan pada intinya faktor
penghambat lebih dominan berasal dari dalam diri seseorang PSK itu sendiri,
16Sugiono,Memahami Penelitian kualitatif,(Jakarta ALFABETA,2010), Cet 6 hal.55.
15
oleh karena itu pola pembinaan hendaknya lebih menanamkan kepada
kesadaran, pembinaan metal dan keagamaan sebagai pondasi yang kuat
dalam menghadapi berbagai masalah-masalah tersebut yang dapat
menjuruskannya kembali kelembah kenistaan.
2. Warti Sasmiati dengan judul skripsi: “Metode Pembinaan Mental Narapidana
Anak Di Lembaga Permasyarakatan Anak Wanita Tangerang” hasil penelitian
ini diambil dari Jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2008. Sskripsi ini membahas bagaimana Metode Pembinaan Mental
Narapidana Anak dilembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang.
Penelitian skripsi ini menjelaskan bahwa metode yang digunakan
pembimbing dalam pembinaan metal spiritual bagi nara pidana anak (anak
didik) juga tak berbeda dari metode bimbingan pada umumnya (antara teori
dan praktek lapangan), diantaranya seperti metode Group Guidance
(bimbingan berkelompok) dalam metode ceramah dan diskusi, serta metode
directive (bersifat mengarahkan) dalam metode iqra (pembelajaran Al-qur’an
dan hafalan ayat-ayat Al-qur’an), wawancara, Tanya jawab, pemutaran film
dan muhasabah. dari sekian metode yang digunakan pembimbing ada dua
metode yang lebih sering digunakan yakni metode ceramah dan metode iqra
karena lebih efektif.
kedua penelitian diatas yang membedakan dengan penelitian ini adalah
model dan metode yang ada disetiap lembaga tersebut. metode yang
digunakan harus menyesuaikan dengan objek dan sasaran, agar pembinaan
mental atau pembinaan keagamaan dapat tersampaikan dengan baik dan bisa
diterima oleh objeknya.
16
Metode pembinaan mental yang di laksanakan di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 1 Jakarta Barat ini dengan metode komunikasi langsung
meliputi tehnik individual atau face to face dan tehnik kelompok, metode
tidak langsung dengan menggunakan media cetak dan media elektronik dan
metode dakwah Islamiyah meliputi dakwah al-himah dan dakwah al-
mau’idzatil hasanah serta metode pembinaan lain yang bersifat umum.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada penilisan skripsi ini meliputi
sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar belakang masalah, Batasan dan
perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metode penelitian, Tinjauan
Pustaka serta sistimatika penulisan.
BAB II Landasan Teoritis terdiri dari pengertian metode, kegunaan metode,
tujuan dan fungsi metode, pengertian agama, sumber agama, macam-macam
agama, tujuan agama, pengertian pembinaan, bentuk pembinaan, tujuan dan
fungsi pembinaan, pengertian penyandang masalah sosial, definisi dan krieria
penyandang masalah sosial.
BAB III Gambaran mum Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Jakarta Barat
terdiri dari sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi serta tujuan, struktur
organisasi dan program panti.
BAB IV Bagaimana peranan yang dilakukan pembimbing dalam pembinaan
bagi penyandang masalah sosial, bagaimana metode yang digunakan dalam
17
pembinaan agama bagi penyandang masalah sosial, dan apa kendala-kendala
dalam pembinaan dan cara penyelesaiannya.
BAB V Penutup terdiri dari Kesimpulan dan saran-saran.
18
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Metode
1. Pengertian Metode
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki, dan juga
merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang direncanakan.1
Pengertian secara harfiah, metode adalah “Jalan yang harus dilalui”
untuk mencapai suatu tujuan.Karena kata “metode” berasal dari kata “meta”
yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki
dari metode adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik maupun non fisik.2
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa
metode adalah suatu cara dan sarana yang bersistem untuk memudahkan suatu
pekerjaan apapun agar tercapai suatu tujuan yang diinginkan. metode yang
digunakan dalam pembinaan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial di
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Jakarta Barat, mempunyai beberapa
metode yaitu metode yang bersifat islami dan metode yang bersifat umum.
Adapun yang menjadi suatu tujuan panti yaitu agar timbulnya kesadaran
mematuhi peraturan-peraturan tentang ketertiban umum dan tertib sosial,
timbulnya motivasi dan kemauan untuk mengikuti pembinaan dan rehabilitasi
1Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka,1998) Cet.Ke-1, Edisi Ke Tiga, h.740. 2H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan penyuluhan agama, (Jakarta:Golden Terayon
Press, 1982), Cet. Ke-1.h. 43.
19
sosial di panti, serta terkendalinya penyandang masalah kesejahteraan sosial
jalanan dan terlantar.
B. Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Dalam kamus umum bahasa Indonesia bahwa pengertian “pembinaan”
adalah “pembangunan” atau “pembaharuan”. Kata tersebut dari kata “bina”
yang artinya “bangun”, kemudian berawalan “pe” dan akhiran “an” menjadi
pembinaan yang artinya pembaharuan atau pembangunan.3
Dalam rumusan penasehat pekawinan perselisihan dan perceraian
(BP4), “Pembinaan” adalah segala upaya penanganan berupa meintis, melatih,
membiasakan, mengawasi, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan
untuk mencapai tujuan dengan mengadakan dan menggunakan segala dana dan
daya yang dimiliki.4
Jika berbicara mengenai pembinaan berarti adanya suatu proses atau
upaya untuk membangun atau mendirikan keberadaan tentang suatu hal
sehingga dari prose itu akan menghasilkan suatu hal yang baik dan berkualitas.
Dalam konteks ini proses yang berlangsung menunjukan adanya peningkatan
yang kurang baik menjadi lebik baik.
Pembinaan disini dapat diartikan sebagai pembaharuan aspek
kepribadian seseorang yang dilakukan melalui proses belajar, baik melalui
pendidikan sekolah maupun pendidikan diluar sekolah hal ini seperti dan
sesuai dengan pengertian pembinaan menurut Endang Sumantri, bahwa
pembinaan adalah suatu upaya atau usaha pendidikan baik formal maupun non
3W.J.S.Purwadarminta, kamus umum bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), Cet ke7.
Hal.427 4Badan Penasehat Perkawinan,perselisihan dan perceraian BP-4, membina keluarga bahagia dan
sejahtera,(Jakarta: BP-4, 1994) h.3
20
informal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, teratur, dan bertanggung
jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan
mengembangkan dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras dalam
rangka member kemampuan sebagai alat untuk selanjutnya atau prakarsa
sendiri menambah, meningkatkan, dan mengembangkan dirinya, sesamanya,
serta lingkungan kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan
manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.5
Pembinaan secara terminologi adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang
terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan,
mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar
sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai
pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun
kehidupan sosial masyarakat.6
Pembinaan hampir sama dengan bimbingan dan penyuluhan.
Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan,
atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya
dimasa kini dan masa mendatang.7 Dan juga dapat disebut sebagai suatu
proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.8 Jadi menurut penulis bahwa pengertian pembinaa adalah
berusaha membentuk manusia untuk menjadi yang lebih baik dan dapat
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, dan menata ulang pola
5Badan Penasehat Perkawinan,perselisihan dan perceraian BP-4, membina keluarga bahagia dan
sejahtera,(Jakarta: BP-4, 1994) 6Proyek penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada Dharma Wanita,
Penerbit DEPAG, 1984,h. 8. 7HM. Arfin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1985), Cet. ke-4, h.18. 8Abu Ahmad, Bimbingan dan penyuluhan disekolah, (Semarang: Toha Putra, 1977), h. 8.
21
hidupnya sehingga dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
tepat, dan berjalan dengan lancar serta tercapainya tujuan hidup yang layak
dan normatif.
2. Bentuk Pendekatan Dalam Pembinaan Agama
a. Pendekatan Pribadi
Pendekatan pribadi dipakai karena pribadi manusia adalah khas.
Sebab itu harus juga ditemui dan dibina dalam kekhasan itu sebagai diri
yang unik, sehingga pribadi tersebut berkembang sepenuhnya.
b. Pendekatan Kelompok
Pendekatan ini merupakan pembinaan pribadi dalam kelompok
maupun kelompok segai suatu kesatuan yang dinamis. Menurut ukurannya,
kelompok dapat kecil dan dapat pula besar.
1. kelompok kecil : pembinaan yang efektif lebih mudah terjadi dalam
kelompok kecil.
2. Kelompok besar : diperlukan pada kesempatan-kesempatan khusus,
karena bermanfaat untuk meneguhkan serta memberi semangat.
3. Dasar dan Tujuan Pembinaan Keagamaan
Yang menjadi dasar pembinaan adalah ajaran-ajaran yang ada dalam
Al-Qur'an dan al-Hadits yang semua telah difirmankan oleh Allah SWT dan
telah disabdakan oleh Rasulullah SAW sebagaimana tertulis di dalam Al-
Qur'an Q.S. Ali Imron : 104.
22
ولتكه منكم امة يدعىن اَليبْلخْيرويأمرون بباْلمعروف وينهىن عه
اْلمنكر قلً
(104:ال عمران) واولئك هم اْلمفلحىن
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, dan menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS. Ali Imran : 104)9
Dengan demikian orang yang beriman harus menyelamatkan dirinya
dan warganya sesama manusia dari kerusakan budi pekerti serta untuk
mencapai kebahagiaan yang berimbang antara dunia akhirat dengan cara
memberi bimbingan agar mereka mempunyai budi pekerti yang luhur, segala
perbuatannya berpedoman pada ajaran Islam.
Adapun tujuan dari pembinaan keagamaan ini tidak dapat terlepas dari
tujuan hidup manusia, yakni untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat
sebagaimana firman Allah dalam surat Al Qashash : 77.
وابتغ فيما اتك اهلل الّدا راال خرة والتىس وصيك مه الّدوياواحسه اهلل اليك وال تبغ
الفساذفىاالرض قلى
(77)ان اهلل اليحب المفسديه
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan”.10
9Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an,
Jakarta, 1971, hlm. 93.
10
Ibid, hlm. 623.
23
4. Macam-macam Pembinaan Agama
Dalam prakteknya, kegiatan keagamaan (baik pengajian, majelis
taklim, dan sejenisnya) merupakan kegiatan pengajaran atau pendidikan
agama Islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Ia terbuka
terhadap segala usia, lapisan atau strata sosial, dan jenis kelamin, Waktu
penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, ataupun malam
hari. Tempat pengajarannya pun bisa dilakukan di rumah, masjid, mushalla,
gedung, aula, halaman (lapangan) dan sebagainya. Selain itu, kegiatan
keagamaan ini memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah
dan lembaga pendidikan non-formal. kegiatan agama merupakan wahana
interaksi dan komunikasi serta silaturrahmi yang kuat antara masyarakat awam
dengan para mu`alim, dan antara sesama anggota jema`ah tanpa dibatasi oleh
tempat dan waktu.
Dengan demikian, kegiatan keagamaan ini menjadi lembaga
pendidikan keagamaan alternatif bagi mereka yang tidak memiliki cukup
tenaga, waktu dan kesempatan menimba ilmu agama di jalur pendidikan
formal. Inilah yang menjadikan kegiatan keagamaan memiliki nilai dan
karakteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga pendidikan keagamaan
Iainnya.
Mengingat pelaksanaannya yang fleksibel dan terbuka untuk segala
waktu dan kondisi, keberadaan kegiatan keagamaan telah menjadi lembaga
pendidikan seumur hidup (long life education) bagi umat Islam. Sebagai
institusi pendidikan Islam non formal, kegiatan keagamaan dilihat dari
karakteristiknya secara umum adalah “lembaga (institusi) yang melaksanakan
24
pendidikan, atau pengajian agama Islam, memiliki kurikulum, ustaz/guru,
jema‟ ah, metode, materi dan tujuan pembelajaran.”11
Sementara itu dalam ensiklopedi Islam yang diterbitkan oleh
Departemen Agama RI, ditemukan karakteristik kegiatan keagamaan (majaelis
taklim, pengajian) adalah “ lembaga pengajian Islam yang memiliki ciri-ciri
tersendiri dilihat dari sudut metode dan buku pegangan yang digunakan,
jemaah, pengajar (ustadz), materi yang di ajarkan, sarana dan tujuan.”.12
Kegiatan keagamaan (pengajian), selain sebagai wadah pembinaan
umat juga mempunyai fungsi “sebagai wadah untuk menyampaikan pesan-
pesan keagamaan kepada jema`ahnya, wadah yang memberi peluang kepada
jemaah untuk tukar menukar pikiran, berbagi pengalaman, dalam masalah
keagamaan, wadah yang dapat membina keakraban di antara sesama
jemaahnya, dan sebagai wadah informasi serta kajian keagamaan dan
kerjasama di kalangan umat.”.13
Dalam pembinaan kegiatan keagamaan perlu diperhatikan beberapa
hal yang dapat menunjang keberhasilan pembinaan tersebut. Adapun macam-
macam pembinaan yang dapat dilakukan di antaranya :
a. Kegiatan pengajian rutin dengan materi ke-islaman secara menyeluruh yang
dibagi ke dalam sub-sub tema kajian, seperti masalah syari`ah, aqidah,
akhlak, baca tulis al-Qur`an dan hadits.
11
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta. P.T. Ichtiar Baru Van Hoeven, 2001, hlm.120-121 12
Departemen Agama RI. Ensiklopedi Islam, Jakarta, Departemen Agama RI, tt, hlm. 675. 13
Rosehan Anwar, dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Ummat, Jakarta, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Depag RI, 2002, hlm. v.
25
b. Kegiatan pengajian gabungan antar majelis ta‟lim yang biasanya dilakukan
satu bulan sekali, dengan mendengarkan ceramah agama dari muballigh
yang di datangkan dari luar.
c. Kegiatan yang bersifat insidentil, seperti Peringatan Hari-Hari Besar Islam
(maulid nabi, isra` mi`raj, nuzul al-Qur`an, dan tahun bari Islam), pekan
Muharam, pelatihan mengurus jenazah, pelatihan muballigh/muballighah,
belajar irama al-Qur`an, al-barzanji, tahlil, do`a-do`a yang relevan dengan
situasi dan kondisi, pelaksanaan shalat tasbih, shalat dhuha, mabith/i`tikaf
(sepertiga akhir bulan Ramadhan) dan melaksanakan pesantren
kilat/Ramadhan.
d. Kegiatan-kegiatan sosial, seperti mengunjungi orang sakit, ta`ziyah ke
keluarga dan anggota pengajian yang meninggal dunia, kunjungan ke
panti-panti asuhan muslim.
e. Mengadakan kegiatan arisan, sebagai rasa keadilan dan solidaritas yang
tinggi serta terjalinnya silaturrahmi yang kuat antar sesama anggota
pengajian.14
C. Agama
1. Pengertian
Dalam istilah bahasa sangskrit, telah terkenal bahwa AGAMA berarti
“tidak kacau”. Agama (A = tidak, gama = kacau) akan membawa manusia
ketentraman hidup .ancaman yang dihadapi manusia amat banyak didunia ini,
baik yang bersifat fisik maupun psikis. Ancaman tersebut itu misalnya ,
14 Rosehan Anwar, dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Ummat, Jakarta, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Depag RI, 2002,
hlm. v.
26
bahaya kelaparan,binatang buas, hujan, petir, digin, panas, sakit dan
sebagainya.
Sedangkan Definisi agama menurut Harun Nasution berasal dari kata
“ad-din”, religi (relegere,religare) dan agama dalam bahasa arab berarti
menguasai, menundukan, patah, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari religi
( latin ) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca , kemudian
religere berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari dua suku kata “a”
berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi” artinya “tidak pergi”, tetap ditempat,
diwarisi turun temurun‟.15
Berdasarkan pengertian kata –kata tersebut, menurut Harun Nasution
inti sari dari agama adalah ikatan yang harus dipatuhi atau harus dipegang
manusia, yang merupakan kekuatan lebih tinggi dari kekuatan manusia sebagai
kekuatan ghaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera. Namun
mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadap kehidupan manusia
sehari-hari.16
Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa agama
adalah suatu ikatan lahir dan batin yang diwariskan turun temurun sehingga
umat manusia memiliki aturan-aturan yang mengatur kehidupannya sehingga
hidupnya penuh dengan kedamaian dan ketentraman dan mensyukuri nikmat
yang Tuhan berikan.
2. Sumber Agama :
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam, agar Beliau mengeluarkan manusia dari berbagai
kegelapapan menuju cahaya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
15
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta:Universitas Indonesia
Press.1985),cet.ke-5,h.9-10 16
Ibid,h.10
27
melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya, menunaikan amanah,
menyampaikan risalah dan menasihati ummat. Sehingga tidaklah Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, kecuali agama Islam telah sempurna,
nyata, terang-benderang, tidak ada yang menyimpang darinya.
Kemudian, risalah Islam ini diteruskan oleh generasi-generasi terbaik
umat ini. Mereka menerima dan menyampaikan yang dibawa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, berupa Al Qur‟an dan As Sunnah.
Al Qur‟an, kitab suci yang tidak ada kebatilannya semenjak diturunkan,
karena memang dijaga oleh Allah Al-„Aziz (Yang Maha Perkasa), Al „Alim
(Yang Maha Mengetahui). Dan As Sunnah, merupakan penjelasan Al Qur‟an.
Seperti telah disepakati oleh seluruh umat Islam yang terdahulu semuanya,
bahwa Sunnah Nabi merupakan sumber kedua di dalam syari‟at Islam dalam
seluruh sisi kehidupan beragama.
Secara bahasa, arti As Sunnah ialah jalan atau ajaran. Meliputi jalan
yang baik atau yang buruk. Adapun Sunnah yang dimaksudkan dalam tulisan
ini, ialah Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih, yaitu berupa dalil-dalil
agama yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang bukan berupa
Al Qur‟an, meliputi qaul (perkataan), fi’il (perbuatan), dan taqrir (penetapan,
pengakuan) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam17
. Yang dimaksudkan dalam
tulisan ini bukan Sunnah dalam istilah ahli fiqih, yang semakna dengan
mustahab, mandub, tathawwu’, atau nafilah. Juga bukan Sunnah dalam istilah
ulama aqidah atau ulama Salaf, yang bermakna ajaran Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam dan para sahabatnya, yang lawannya adalah bid‟ah. Tetapi Sunnah
yang dimaksudkan dalam tulisan ini, yaitu menurut istilah ulama ushul fiqih,
17
Sayyid Sabiq, kitab ushul fiqih dalam As Sunnah ( Jakarta 2002),cet.pertama,h.17
28
sebagaimana di atas. Inilah dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Sunnah
merupakan hujjah dan satu sumber agama yang wajib diikuti.
3. Macam-macam Agama
Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu:
agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu
melaksanakan agamanya secara terbuka.Namun, melalui Keppress No. 6/2000,
Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut.Tetapi sampai kini
masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi
dari pejabat-pejabat pemerintah.Ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi,
Raelisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit.18
Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang
No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam
penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut
oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-
agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan
agama-agama tersebut.
Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau
agama resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena
adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang
pengisian kolom agama pada KTP yang hanya menyatakan kelima agama
18
MH, Amin Jaiz, Pokok-pokok Ajaran Islam, Korpri Unit PT. Asuransi Jasa Indonesia Jakarta,
1980 Hal97
29
tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah dianulir pada masa
Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29
Undang-undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi
Manusia.
Pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang
percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama
mayoritas.19
4. Fungsi Agama
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah
disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk
menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama
mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
a. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia
kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu
keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan
bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia,
melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam
menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan
setiap manusia harus menaati Allah SWT20
b. Menjawab berbagai persoalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
19
Monier Williams, 1899, A Sanskrit English Dictionary. Oxford University Pressa 20
Rosehan Anwar, dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Ummat, Jakarta, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Depag RI, 2002, hlm. IV.
30
beberapa persoalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan
persoalan yang tidak dapat terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya
persoalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk
menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab
soalan-soalan ini.21
c. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok
manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan
sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan
nilai yang sama.
d. Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan.
Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kodetik yang
wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan
fungsi kawanan sosial
e. Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu
pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative
factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat
destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
21
Rosehan Anwar, dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Ummat, Jakarta, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Depag RI, 2002, hlm. IV.
31
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal
yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi
masyarakat.22
1. Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat
berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik
diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban
sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga
agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.23
2. Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang
mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat,
pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai
kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan
konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok
pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.24
23
Rosehan Anwar, dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Ummat, Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Depag RI, 2002, hlm. v. 24
Ibid, h.v
32
D. Penyandang Masalah Sosial
1. Pengertian
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang,
keluarga, atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan
atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak
dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara
memadai dan wajar.
Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, ketuna susilaan, keterbelakangan atau keterasingan,
dan kondisi atau perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang
mendukung atau menguntungkan. Penyandang masalah sosial secara besaran
dapat dibagi menjadi 8 kelompok , yaitu :
a. Anak.
b. Wanita.
c. Lanjut Usia.
d. Keluarga.
e. Tuna sosial.
f. Korban penyalah gunaan NAPZA.
g. Penyandang cacat.
h. Masyarakat.25
25 Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan sosial DKI Jakarta, (Definisi dan Kriteria Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial),Jakarta,2007,h.1
33
2. Karakteristik dan Kriteria PMKS.
Kelompok Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) sebagai berikut :
a. Anak Balita Terlantar26
Definisi :
Anak yang berusia 0-4 tahun yang karena sebab tertentu, orang
tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa
kemungkinan: miskin/tidak mampu, salah seorang sakit, salah
seorang/kedua-duannya meninggal, anak balita sakit) sehingga terganggu
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya baik secara
jasmanai, rohani maupun sosial.
Kriteria :
1. Anak (laki-laki atau Perempuan) Usia 0-4 tahun.
2. Tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, atau balita yang tidak pernah
mendapat ASI atau susu pengganti serta balita tidak mendapat makanan
bergizi 2 kali dalam seminggu dan balita yang tidak mempunyai
sandang yang layak sesuai dengan kebutuhannya.
3. Yatim piatu atau tidak dipelihara, ditinggalkan oleh orang tuanya
kepada orang lain, ditempat umum, dirumah sakit, dan sebagainya
4. Apabila sakit tidak mempunyai akses modern (dibawa kePUKESMAS,
dan lain-lain.
26
Disarasikan dari berbagai sumber yaitu Official sites of UNICEF , Kajian Nomenklatur PMKS
Pusdatin Departemen Sosial RI, Situs Resmi Dinas Sosial Provinsi DIY Yogyakarta. Hal.3.
34
b. Anak Terlantar
Definisi :
Anak yang berusia 5 - 18 tahun yang karena tertentu ( karena
beberapa kemungkinan : miskin/ tidak mampu, salah seorang dari orang
tua/wali pengampu sakit, salah seorang/ kedua orang tuanya/wali pengampu
sakit, salah seorang/kedua orang tuanya/ wali pengampu atau pengasuh
meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengampu/pengasuh),
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik
secara jasmani rohani maupun sosial.
Kriteria :
1. Anak laki-laki atau Perempuan usia 5-18 tahun.
2. Anak yatim, piatu, yatim piatu maupun masih punya kedua orang tua.
3. Tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Anak yang lahir karena pemerkosaan, tidak ada yang mengurus dan
tidak mendapat pendidikan.27
c. Anak Yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan atau Diperlakukan Salah
Definisi :
Anak yang berusia 5-18 tahun yang terancam secara fisik dan non
fisik karena tidak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya
dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial terdekatnya,
sehingga tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara
jasmani, rohani maupun sosial.
27 Ibid, h.4.
35
Kriteria.
1. Anak laki-laki atau perempuan usia 5-18 tahun.
2. Sering mendapatkan perlauan kasar dan kejam serta tindakan yang
berakibat menderita secara psikologis.
3. Pernah dianiaya dan diperkosa.
4. Dipaksa bekerja (tidak atas kemauanya).
d. Anak Nakal.
Definisi :
Anak yang berusia 5-18 tahun yang berprilaku menyimpang dari
norma dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, lingkungannya
sehingga merugikan dirinya, keluarganya dan orang lain, akan mengganggu
ketertiban umum, akan tetapi (karena Usia) belum dapat dituntut secara
hukum.28
Kriteria :
1. Anak alki-laki atau perempuan usia 5 sampai kurang dari 18 tahun dan
belum menikah.
2. Melakukan perbuatan secara berulang-ulang yang menyimpang.
e. Anak Jalanan.
Definisi :
Anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalanan maupun
ditempat-tempat umum.
28 Ibid, h.5.
36
Kriteria :
1. Anak laki-laki atau perempuan usia 5-18 tahun.
2. Melakukan kgiatan yang tidk menentu, tidak jelas kegiatannya dan
berkeliaran dijalanan atau tempat umum minimal 4 jam/haridalam
kurun waktu yang 1 bulan yang lalu, seperti pedagang asongan,
pegamen, ojek payung, pengelap mobil, pembawa belanjaan dipasar dan
lain-lain.
3. Kegiatan dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu
ketertiban umum.
f. Anak Cacat
Definisi :
Anak yang berusia 5-18 tahun yang mempunyai kelainan fisik dan
atau mental, yang dapat menggangu atau merupakan rintangan dan
hambatan baginya untuk melakukan aktivitas secara layak, yang terdiri dari :
penyandang cacatfisik, penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik
dan mental.29
Kriteria :
1. Cacat fisik yaitu anggota tubuh yang tak lengkap, putus atau amputasi
tungkai, lengan atau kaki, cacat tulang atau persendian, lumpuh.
2. Cacat mata yaitu buta total, masih mempunyai sisa penglihatan atau
kurang awas.
3. Cacat rungu wicara yaitu tidak dapat mendenar atau memahami perkataan
yang disampaikan pada jarak 1 meter tanpa alat bantu pendengaran, tidak
29 Ibid, h.6.
37
dapat bicara sama sekali atau bicara tidak jelas, mengalami hambatan atau
kesulitan dalam berkomunikasi denganorang lain.
4. Cacat Mental Eks Psikotik yaitu Eks penderita penyakit gila, kadang
masih mengalami kelainan tingkah laku, sering mengganggu orang
lain.
5. Cacat mental Reterdasi yaitu idiot atau kemampuan mental dan
tingkah lakunya setingkat dengan anak usia 2 tahun, wajahnya
terlihat seperti wajah dungu,Embisil atau kemampuan mental dan
tingkah lakunya setingkat dengan anak usia 3-7 tahun, Debil yitu
kemempuan mental dan tingkah lakunya setingkat dengan anak
normal 8-12 tahun.
g. Wanita Rawan Sosial Ekonomi.
Definisi :
Seseorang wanita dewasa yang berusia 18 - 59 tahun, belum
menikah atau janda yang tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.30
Kriteria :
1. Wanita usia 18-59 tahun
2. Berpenghasilan kurang dan tidak mencukupi untuk kebutuhan fisik
minimum.
3. Tingkat pendidikan rendah.
4. Istri yang ditinggal suami tanpa batas waktu dan tidak dapat mencari
nafkah.
30
Ibid, h.7
38
5. Sakit, sehingga tidak mampu untuk bekerja.
h. Wanita yang menjadi Korban Tindak Kekerasan
Definisi :
Wanita yang berusia 18 - 59 tahun yang terancam Secara fisik atau
non fisik (psikologis) karena tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak
semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial
terdekatnya.31
Kriteria :
1. Wanita usia 18-59 tahun atau kurang dari 18 tahun tetapi sudah
menikah.
2. Tidak diberi nafkah atau tidak boleh mencari nafkah.
3. Diperlakukan secara keras kasar dan kejam dalam keluarga.
4. Diamcam secara fisik dan psikologis dalam keluarga atau ditempat
umum.
5. Mengalami pelecahan seksual.
i. Lanjut Usia terlantar
Definisi:
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,
rohani, maupun sosialnya.
Kriteria :
1. Usia 60 tahun ke atas laki-laki atau perempuan.
31 Ibid, h 8.
39
2. Tidak sekolah atau tidak tamat.
3. Makan 2 kali perhari.
4. Makan makanan berprotein tinggi 4 kali perminggu.
5. Pakaian yang dimiliki kurang dari 4 stell
6. Tempat tidur tidak lengkap.
7. Jika sakit tidak mampu berobat kefasilitas kesehatan.
8. Ada atau tidak ada keluarga sanak saudara atau orang lain yang mau
dan mampu mengurusnya.32
j. Penyandang Cacat
Definisi :
Seseorang yang mengalami kelainan fisik Atau mental
sebagai akibat dari bawaan sejak lahir maupun lingkungan ( kecelakaan )
sehingga menjadi hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara
layak. Penyandang cacat terdiri dari penyandang Cacat fisik, penyandang
cacat mental, penyandang cacat fisik dan mental (UU N0.4 tahun 1997)
terdekatnya, dan terancam baik secara fisik maupun non fisik.33
Kriteria :
1. Penyandang cacat fisik
2. Penyandang cacat mata
3. Penyandang cacat tuna rungu wicara
4. Penyandang cacat mental
5. Penyandang cacat mental reterdasi
6. Penyandang cacat fisik dan mental
32 Ibid, h.9. 33 Ibid, h10
40
7. Penyandang cacat bekas pendeita penyakit kronis.
k. Tuna Susila
Definisi :
Tuna Susila adalah seorang yang melakukan hubungan seksual
dengan sesama atau lawan jenis secfara berulang-ulang dan bergantian
diluar perkawinan yang sah, dengan tujuan mendapatkan imbalan uang,
materi atau jasa.
Kriteria :
1. Seorang laki-laki atau perempuan usia 19 tahun keatas atau lebih.
2. Menjajakan diri ditempat umum, dilokasi atau tempat pelacuran, dan
tempat terselubung, warung remang-remang, hotel, mall, dan diskotik.
l. Pengemis
Definisi:
Orang-orang yang mendapatkan penghasilan Dengan meminta -
minta ditempat umum dengan berbagai caradan alasan untuk mendapatkan
belas kasihan orang lain.34
Kriteria :
1. Anak sampai usia dewasa
2. Meminta-minta dirumah-rumah penduduk, pertokoan, persimpangan
jalan, pasar, tempat ibadah, dan tempat umum lainnya.
3. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan berpura-pura sakit,
merintih, dan kadang-kadang mendo‟akan dengan bacaan ayat-ayat
suci, sumbangan untuk organisasi tertentu.
34 Ibid, h.11.
41
4. Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap,membaur
dengan penduduk pada umumnya.
m. Gelandangan
Definisi :
Orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-
norma untuk kehidupan yang layak bagi masyarakat setempat,
serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta
mengembarta ditempat umum.
Kriteria :
1. Anak sampai usia dewasa, tinggal di sembarangan tempat dan hidup
mengembara atau mengelandang ditempat-tempat umum, bisanya
dikota-kota besar.
2. Tidak mempunyai tanda pengenal atau identitas diri, berprilaku
kehidupan bebas atau liar, terlepas dari norma kehidupan masyarakat
pada umumnya.
3. Tidak mempunyai pekerjaan tetep, meminta-minta atau mengambil sisa
makanan atau barang bekas dan lain-lain.
n. Bekas Narapidana
Definisi :
Seseorang yang telah selesai atau dalam 3 bulan segera mengakhiri
masa hukuman,atau masa pidanya sesuai dengan keputusan pengadilan dan
mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan
masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan pelkerjaan
42
atau melakssanakan kehidupannya secara normal. akan tetapi tidak diterima
dengan baik atau diabaikan/dijauhi oleh keluarga dan masyarakatnya.35
Kriteria :
1. Usia 18 sampai usia dewasa.
2. Telah selesai atau segera keluar dari penjara karena masalah pidana.
3. Kurang diterima, dijauhi atau diabaikan oleh keluarga dan masyarakat.
4. Sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap.
o. Korban Penyalahgunaan NAPZA
Definisi :
Seseorang yang sudah pernah menggunakan narkotika,
psikoterapika atau zat adiktif lainnya, termasuk minuman keras, diluar
tujuan pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang.
Kriteria :
1. Usia 10 tahun sampai usia dewasa.
2. Pernh penyalahgunakan narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif
lainya termaksud minuman keras, yang dilakukan sekali, lebih sekali
atau dalam taraf coba-coba.
3. diluar pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwanang.
p. Keluarga Fakir Miskin
Definisi :
Seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai
sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata
35 Ibid, h 12.
43
pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga
yang layak bagi kemanusiaan.36
Kriteria :
1. Penghasilan rendah atau berada di bawah garis kemiskinan seperti
tercermin dari tingkat pengeluaran perbulan, yaitu pengeluaran biaya
hidup tidak melebihi Rp.62.000,- untuk perkotaan, dan Rp.50.000,-
untuk pedesaan setiap orang per bulan (tahun 2000).
2. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah : tidak tamat SLTP, tidak
ada keterampilan tambahan.
3. Derajat kesehatan dan gizi rendah.
4. Tidak memiliki tempat tinggal yang layak huni, termaksud tidak
nmemiliki MCK.
5. Pemilikan harta sangat terbatas jumlah atau nilainya.
6. Hubungan sosial terbatas, belum banyak terlibat dalam kegiatan
kemasyarakatan.
7. Akses informasi terbaatas (baca koran, radio)
q. Keluarga Berumah Tak Layak Huni
Definisi:
Keluarga yang kondisi perumahan dan lingkungannya tidak
memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik,
kesehatan maupun sosial.37
Kriteria :
1. Sumber air tidak sehat, akses memperoleh air bersih terbatas.
2. Tidak mempunyai akses MCK.
36 Ibid, h13. 37
Ibid, h14.
44
3. Bahan bangunan tidak permanen atau atap atau dinding dari bambu
rumbia.
4. Tidak memiliki pencahayaan matahari dan ventilasi udara.
5. Tidak memiliki pembagian ruangan.
6. Lantai dari tanah dan rumah lembab atau pengap.
7. Letak rumah tidak teratur dan berdempetan.
8. Kondisi rusak.
r. Keluarga yang Bermasalah Sosial Psikologis
Definisi:
Keluarga yang hubungan antar anggota keluarganya terutama
hubungan antara suami istri kurang serasi, Sehingga tugas dan fungsi
keluarga tidak dapat berjalan dengan wajar.38
s. Keluarga Rentan
Definisi :
Keluarga muda yang baru menikah ( sampai dengan lima tahun
usia pernikahan ) yang mengalami masalah sosial dan ekonomi (penghasilan
sekitar 10 % diatas garis kemiskinan) sehingga kurang mampu memenuhi
kebutuhan dasar keluarga.
t. Masyarakat Adat Terpencil
Definisi :
Kelompok orang/masyarakat yang hidup dalam kesatuan-kesatuan
sosial kecil yang bersifat local dan terpencil dan masih sangat terikat pada
sumberdaya alam dan habitatnya yang secara social budaya terasing dan
terbelakang dibandingkan dengan masyarakat Indonesia pada umumnya
38 Ibid, h14.
45
sehingga memerlukan pemberdayaan dalam menghadapi perubahan
lingkungan dalam arti luas.
u. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
Definisi:
Kelompok masyarakat yang lokasi pemukiman mereka berada
didaerah yang relative sering terjadi bencana atau kemungkinan besar dapat
terjadi bencana alam dan musibah lainya yang membahayakan jiwa serta
kehidupan dan penghidupan meraka.39
Kriteria :
1. Wilayah bahaya gunung berapi.
2. Daerah aliran sungai yang sering banjir atau mungkin banjir.
3. Daerah yang kemingkinan besar bisa terjadi bencana longsor.
4. Daerah padat penduduk yang kumuh diperkotaan yang sangat rawan
bencana kebakaran.
5. Daerah yang rawan gelambang pasang atau tsunami.
6. Daerah rawan bencana gempa bumi.
v. Korban Bencana Alam
Definisi :
Perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita
baik secara fisik, mental, sosial maupun ekonomi akibat terjadinya bencana
alam yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.
39 Ibid, h14.
46
y. Korban Bencana Sosial.
Definisi :
Perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita baik
secara fisik, mental maupun sosial ekonomi akibat terjadinya bencana sosial
atau kerusuhan yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.40
z. Penyandang HIV/AIDS
Definisi :
Adalah seseorang yang dengan rekomendasi profesional (dokter)
atau Petugas laboratorium terbukti tertular virus HIV sehingga mengalami
sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup terlantar.41
40 Ibid, h15. 41 Ibid, h16.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 1
JAKARTA BARAT
1. Sejarah Berdirinya
latar belakang berdirinya Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 ini
adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tersebar di
wilayah Provinsi DKI Jakarta, senantiasa ditertibkan untuk mendapatkan
perlindungan dan kemandirian.
Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi PMKS hasil penertiban dan
Penjangkauan Sosial, merupakan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan
secara integrasi seiring dengan usaha pembangunan kesejahteraan sosial
Provinsi DKI Jakarta dan perwujudannya dilakukan melalui sistem panti di
Jakarta masih banyak PMKS dijalanan diakibatkan kemiskinan, urbanisasi,
terbatasnya lapangan kerja, pendidikan rendah dengan keterampilan terbatas,
sehinggga perlu penertiban sosial dan panti penampungan, sebelum dirujuk ke
panti pelayanan dan rehabilitasi sosial
Sejarah singkat dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya (PSBI BD
1) , Yang berdiri sejak tahun 1993, yang semula bernama Panti Karya Sosial
Kedoya, dahulu masyarakat menyebut dengan Panti Penjara Wanita,
diarahkan untuk menerima dan memberikan layanan sosial diwilayah Provinsi
48
DKI Jakarta.dalam rangka memfungsionalkan dan mengembangkan minat
harkat, martabat serta kualitas hidup WBS.
Keputusan Gubernur Nomor 163 Tahun 2010, menjadi Panti Sosial
Bina Insan Bangun Daya 1, berfungsi Sebagai Penampungan Sementara bagi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) antara lain : Pengemis,
Gelandangan, Wanita Tuna Susila, Waria, Pedagang, Asongan, Parkir Liar,
Pengamen dll.
UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam Penampungan
Sementara dan Bimbingan Sosial Awal PMKS hasil penertiban dan
penjangkauan Sosial bertugas Menyelenggarakan Kegiatan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial PMKS hasil penertiban dan penjangkauan sosial yang
meliputi: Identifikasi, Seleksi, Motivasi, Assesment, Penampungan
Bimbingan sosial, Mental Fisik, Penyaluran dan Bina Lanjut.
2. Letak Geografis
uas tanah sejumlah 10.764 M
a) Asrama Barak 6 unit.
b) Ruang kantor 1 unit.
c) Aula 1 unit.
d) Mushola 1 unit
e) Rumah Dinas 1 unit.
f) Ruang Identifikasi 1 unit.
g) Ruang pemeriksaan kesehatan 1 unit.
h) Ruang kunjungan keluarga 1 unit.
49
i) Work shop 1 unit.
3. Visi, Misi dan Tujuan
A. VISI
Terentasnya PMKS Jalanan dalam kehidupan yang layak,
dan normatif
B. M I S I
1. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan
WBS
2. Melaksanakan kualitas pelayanan WBS
3. Melaksanakan sosialisasi terhadap pelayanan sosial
4. Memberikan motivasi dan rasa percaya diri
5. Melaksanakan penyaluran ke panti-panti
rehabilitasi/ lembaga sosial, keluarga dan kedaerah
asal.
C. TUJUAN
1. Tumbuhnya kesadaran mematuhi peraturan-
peraturan tentang ketertiban umum dan tertib sosial.
2. Tumbuhnya motivasi dan kemauan untuk mengikuti
pembinaan dan rehabilitasi sosial dipanti.
3. Terkandalinya PMKS jalanan dan terlantar.
50
4. Struktur Organisasi
5. Program Panti
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) panti.
b. Pelaksanaan Dokumen Anggaran (DPA) panti.
c. Penyusunan Rencana Strategis Panti.
d. Penyusunan standar dan prosedur pelayanan kesejahteraan sosial
PMKS hasil penertiban penjangkauan sosial.
e. Penyusunan rencana penyediaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana teknis panti, pendekatan awal meliputi :
Observasi, Identifikasi, Motivasi dan Seleksi.
KEPALA PANTI Drs.H Akmal T ,M.Si
KA. SUB BAG TU Abdul Khair .S.Ag,M.Si
KASIE PERAWATAN A.Saefullah.Z.BA
KASIE BIMB & PENY Drs.Muchlis M.Si
SUB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
51
f. Pelaksanaan penerimaan meliputi : Registrasi, persyaratan
administrasi, penempatan dalam panti.
g. Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.
h. Pelaksanaan assesment meliputi : penelahaan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi.
i. Pelaksanaan pembinaan fisik,bimbingan mental dan sosial.
j. Pelaksanaan penyaluran kembali kekeluarga,persiapan pemulangan
kedaerah asal dan rujukan ke lembaga pelayanan lain.
k. Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,
asistensi, pemantapan dan Terminasi.
l. Pelaksanaan penyediaan,pemeliharaan & perawatan parsarana dan
sarana teknis panti.
m. Pelaksanaan dan pengembangan koordinasi kerjasama dan
kemitraan dengan lembaga pelayanan sosial sejenis dalam bentuk
panti maupun panti yang dikelola masyarakat.
n. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kelaikan penggunaan
prasarana dan sarana teknis.
o. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan.
p. Pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,keuangan dan barang.
Pengelolaan teknologi informasi.
q. Penyiapan bahan laporan dinas yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi panti.
52
r. Pelaporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi.
6. Program Layanan Dari Panti Sosial
a. Memberikan penyelamatan dan perlindungan sosial.
b. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi WBS.
c. Pelayanan dan rehabilitasi sosial.
d. Menciptakan kemandirian sosial.
e. Mengembalikan peranan & fungsi sosial dimasyarakat.
f. Menciptakan kondisi yang aman, nyaman & tentram.
g. Memberdayakan WBS agar dapat memenuhi kebutuhannya.
h. Pelayanan yang memperhatikan pendekatan dengan kekeluargaan dan
manusiawi.
i. Informatif, koordinatif dan transparant.
7. Adapun Tugas-tugas dari petugas Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1
Jakarta Barat
A. Kepala Panti
1. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi
panti sebagaimana dimaksud dalam pasal 4.
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Sub
kelompok Jabatan Fungsional.
3. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD)
53
Daerah dan/atau dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
panti.
4. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas
dan fungsi panti.
B. Tugas Tata Usaha
1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Panti (RKA) panti sesuai
dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) panti
sesuai dengan lingkup tugasnya.
3. Mengkoordinasikan Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran(RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
panti.
4. Melaksanakan monitoring,pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan
Dokumen Anggaran (DPA) serta rencana strategis panti.
5. Menyusun rencana kebutuhan penyediaan,pemeliharaan dan
perawatan prasarana dan sarana teknis panti.
6. Melaksaanakan kegiatan surat menyurat dan kearsipan.
7. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang
serta ruang rapat.
54
8. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan inventaris kantor dan
rumah tangga panti. Melaksanakan pengelolaan teknologi
informasi panti.
9. Menjaga keamanan, ketertiban, keindahan dan kebersihan kantor
panti.
10. Menghimpun, menganalisa dan mengajukan kebutuhan
inventaris peralatan/perlengkapan kantor dan rumah tangga serta
prasarana dan sarana teknis panti.
11. perlengkapan/peralatan/inventaris kantor dan rumah tangga
prasarana dan sarana teknis panti.
12. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kelalaian penggunaan
prasarana dan sarana teknis panti.
13. Melaksanakan koordinasi penghapusan barang dengan Dinas
Sosial.
14. Mengokordinasikan penyusunan laporan kegiatan, keuangan,
kinerja dan kuntabilitas panti.
15. Menyiapakan bahan laporan panti yang berkaitan dengan tugas
Sub bagian Tata Usaha.
16. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas
Sub bagian Tata Usaha. Seminar yang bertema sosial dan agama.
55
C. Seksi perawatan
1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Panti (RKA) panti sesuai
dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) panti
sesuai dengan lingkup tugasnya.
3. Melaksanakan standar prosedur perawatan PMKS hasil
penertiban dan penjangkauan sosial.
4. Melaksanakan pendekatan awal meliputi: perlindungan sosial,
observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi.
5. Melaksanakan penerimaan meliputi : registrasi, persyaratan
administrasi dan penempatan Dalam panti.
6. Melaksanakan perawatan,pemeliharaan fisik dan kesehatan.
7. Menyiapkan bahan laporan panti yang berkaitan dengan tugas Seksi
Perawatan.
8. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Perawatan.
D. Seksi Bimbingan dan Penyaluran
1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Panti (RKA) panti sesuai dengan
lingkup tugasnya.
56
2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) panti sesuai
dengan lingkup tugasnya.
3. Menyusun standar prosedur bimbingan dan penyaluran PMKS hasil
penertiban dan penjangkauan sosial.
4. Mengembangkan kegiatan pelayanan sosial oleh masyarakat
dilingkungan sekitar panti sosial.
5. Melaksanakan terapi sosial perorangan, kelompok dan masyarakat.
6. Melaksanakan assesment meliputi : penelahaan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi.
7. Melaksanakan pembinaan fisik serta bimbingan mental dan sosial.
8. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan rujukan ke lembaga
pelayanan lain.
9. Melaksanakan pembinaan lanjut meliputi : monitoring, konsultasi,
asistensi, pemantapan dan terminasi.
10. Menyiapkan bahan laporan panti yang berkaitan dengan tugas
Seksi Bimbingan dan Penyaluran.
11. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
Seksi Bimbingan dan Penyaluran.
E. Program layanan dan rehabilitasi sosial
1. Identifikasi dan Assesment.
2. Penyediaan Makanan dan Minuman.
3. Pemeliharaan Kesehatan.
4. Perawatan Kebersihan.
57
5. Penyediaan Pakaian WBS.
6. Bimbingan Sosial.
7. Bimbingan Latihan Keterampilan.
8. Bimbingan Psykologis.
9. Penyaluran Bina Lanjut dan Terminasi.
10. Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber Daya Air dan Listrik.
11. Penyediaan Alat Tulis Kantor.
12. Penyediaan Barang Cetakan.
13. Penyediaan Alat Kebersihan.
14. Penyediaan Komponen Listrik.
15. Penyediaan Peralatan Rumah Tangga.
16. Penyediaan Bahan Bacaan dan Perundangan.
17. Pemeliharaan Panti.
18. Biaya Tenaga Pelayanan Sosial.
19. Pakaian Tenaga Kerja Kontrak.
20. Kesehatan Lingkungan Panti.
21. Belanja Jasa Pengamanan Kantor.
22. Pemeliharaan Inventaris Kantor.
23. Penyediaan Jasa Kebersihan.
24. Penyediaan Alat Olah Raga dan Kesenian.
25. Penyediaan Jasa Internet.
58
59
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Bagaimana Metode Yang Digunakan Dalam Pembinaan Agama Bagi
Penyandang Masalah Sosial.
Metode yang digunakan dalam pembinaan agama, dipanti sosial bina
insan bangun daya 1 kedoya Jakarta Barat, hasil penelitian yang penulis
lakukan, terdapat beberapa proses metode pembinaan agama, yang diberikan
terhadap PMKS (warga binaan sosial ), seperti dengan memberi pembinaan
agama secara langsung, maupun tidak langsung, yaitu melalui media –media
pembinaan atau bimbingan, yaitu dengan cara memberikan tontonan film yang
bersifat religius, lalu memberikan tausiyah, serta pembinaan yang bersifat
dakwah, yang mampu memberi contoh atau membina PMKS (warga binaan
sosial) menjadi sadar, dan ingin menciptakan hidup yang lebih baik lagi.
Metode yang diterapkan oleh H. Abdul Khair S.Pd M.Si, di panti
sosial bina insan bangun daya 1 kedoya Jakarta barat. yaitu metode
Pembinaan agama yang telah dijalankan oleh para pembina agama, serta
petugas Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1. Pembinaan sangat
berpengaruh bagi warga binaan sosial, karena melalui pembinaan agama, yang
diikuti serta dijalankan dipanti, mempunyai visi misi dan tujan yang jelas,
sehingga dapat memberikan rasa percaya diri, dalam menjalankan hidup dan
mensyukuri nikmat, yang telah Allah berikan, serta keinginan untuk hidup
normatif, mengembalikan fungsi prilaku dan sosial, yang berlandaskan nilai-
60
nilai dan norma-norma agama, serta dapat memberikan motivasi kepada
PMKS (warga binaan sosial). Berikut ini adalah hasil wawancara penulis
dengan narasumber.
“ Bentuk metode pembinaan agama dipanti PSBI BD 1 kedoya
melakukan metode yaitu dengan bentuk bimbingan dalam suatu
ruangan dengan menjelaskan beberapa permasalahan kepada
PMKS secara komunikal erat kaitanya dengan permasalahan yang
dihadapi, melalui dialog interaktif dan Tanya jawab baik yang
berhubungan dengan tema permasalahan yang dijelaskan, maupun
dengan masalah yang bersifat pribadi. metode dialog person to
person terhadap setiap warga binaan sosial, yaitu dengan menggali
permasalahan yang dihadapi PMKS dengan menggunakan
pendekatan kekeluargaan dengan satu kalimat “ kita semua adalah
saudara, makhluk ciptaan allah, yang dilahirkan dengan keadaan
sempurna” dengan menggunakan pendekatan agama agar
terbentuknya didalam jiwa PMKS “hidup ini dijalani dengan usaha
dan ikhtiar hanya diri kita yang bisa mengubah nasib kita
sendiri,asal mau berusaha.” juga dilakukan dengan menonton
bebrapa film-film yang bersifat edukatif dan mendidik terutama
yang bernuansa agama.24
Metode bimbingan serta pembinaan agama diharapkan sangat
berpengaruh terhadap pola prilaku dan karakter bagi PMKS (warga binaan
sosial), karena PMKS (warga binaan sosial) harus tahu hak dan kewajiban,
serta tugas yang diberikan dalam hidup ini oleh Allah, bahwa hidup adalah
amanah, yang kelak akan diminta pertanggung jawabannya, dikemudian hari
dan hidup hari ini harus lebih baik dari kemarin, sehingga tidak menjadi
manusia-manusia yang merugi , berkerja dan ikhtiar serta rasa bersyukur,
yang harus tertanam dihati sanubari para PMKS atau warga binaan sosial.
Berdasarkan metode bimbingan dan pembinaan agama, bagi PMKS
(warga binaan sosial), yang dijelaskan di atas hal ini menunjukan bahwa
PMKS (warga binaan sosial), dapat menerima pembinaan serta metode
24
Wawancara pribadi dengan Abdul Khair S.Ag M.Si ( Bimbingan dan penyaluran ) Jakarta 12
Desember 2011 Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta barat.
61
pembinaan agama, yang telah ada dan terlaksana serta, dengan memberikan
respon yang baik, sehingga PMKS (warga binaan sosial), dapat lebih mudah
diarahkan kepada sesuatu yang bersifat positif. dan mendapatkan hikmah dari
kehidupan ini baik dari segi agama, contonya para PMKS (warga binaan
soaial ) dapat diajak sholat berjamaah lima waktu, mengaji, shalat pada malam
hari,puasa dibulan ramadhan, serta bertaubat kepada allah, dengan cara
memperbanyak istigfar dan do’a, terhadap Allah SWT atas segala kesalahan
serta khilaf yang telah dikerjakannya. sehingga para PMKS mendapatkan
motivasi untuk hidup beragama dan terarah.
Peneliti dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa, mendapatkan
bimbingan atau pembinaan agama, di panti bagi PMKS (warga binaan sosial)
sangat penting dan sangat bermanfaat, karena pembinaan yang didapat PMKS
(warga binaan soaial), dapat memperaktekan di rumah, maupun di lingkungan
masyarakat. serta PMKS atau warga binaan sosial, mendapatkan beberapa
pilihan sesuai dengan kebutuhan atau peraturan, yang telah ditetapkan di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 yaitu, mendapatkan penyaluran tenaga
kerja, dipulangkan kekampung halaman, atau mendapatkan pembinaan lebih
lanjut di lembaga-lembaga, yang telah menjadi rujukan Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 1.25
Menurut teori metode adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan apa yang
25
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya
Jakarta Barat pada tanggal 27 November 2011.
62
dikehendaki, dan juga merupakan cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
direncanakan.26
pengertian secara harfiah, metode adalah “Jalan yang harus dilalui”
untuk mencapai suatu tujuan.Karena kata “metode” berasal dari kata “meta”
yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki
dari metode adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik maupun non fisik.27
berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat penulis simpulkan
bahwa, metode adalah suatu cara dan sarana yang bersistem, untuk
memudahkan suatu pekerjaan apapun, agar tercapai suatu tujuan yang
diinginkan. metode yang digunakan dalam pembinaan, bagi penyandang
masalah kesejahteraan sosial, di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1
Jakarta Barat, mempunyai beberapa metode yaitu metode yang bersifat islami
dan metode yang bersifat umum.
adapun yang menjadi suatu tujuan panti, yaitu agar timbulnya
kesadaran mematuhi peraturan-peraturan, tentang ketertiban umum dan tertib
sosial, timbulnya motivasi dan kemauan untuk mengikuti pembinaan, dan
rehabilitasi sosial di panti, serta terkendalinya penyandang masalah
kesejahteraan sosial jalanan dan terlantar.
26
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1998) Cet.Ke-1, Edisi Ke Tiga, h.740. 27
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan penyuluhan agama, (Jakarta:Golden
Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1.h. 43.
63
Jadwal bimbingan atau pembinaan agama yang dilakukan di panti adalah
Jadwal Bimbingan dan Pembinaan Agama Bulan Mei 2012
NO Hari/tanggal/wkt Pembimbing atau
pembina
Materi Pembinaan atau bimbingan KET
1 Rabu/9mei/2012
Pukul 10.00-13.00
Drs. Muchlis
M.Si
Nikmatnya Menjadi Kekasih Allah,
Sholat dzuhur berjamaah dan Film
Islami/sosial
2 Rabu/16mei/2012
Pukul 10.00-13.00
Abdul Khair S.Ag
M.Si
Do’a Dan Istigfar, Sholat Dhuhur
berjamaah Dan Film Islami/Sosial
3 Rabu/23mei/2012
Pukul 10.00-13.00
Drs. Muchlis
M.Si
Menuju Kehidupan Islami, Sholat
dzuhur berjamaah Dan Film
Islami/Sosial
4 Rabu/30mei/2012
Pukul 10.00-13.00
Abdul Khair S.Ag
M.Si
Sabar Syukur dan Ikhlas, Sholat
dzuhur berjamaah Dan Film
Islami/Sosial
64
B. Bagaimana peran pembimbing agama dalam pembinaan bagi penyandang
masalah soaial.
Peran pembimbing serta pembina, dalam proses pembinaan agama
bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial, sangat penting karena suatu
proses pembinaan, harus memiliki faktor pendukung, agar metode pembinaan
yang digunakan, serta visi dan misi dari panti sosial bina insan bangun daya 1
dapat berjalan dengan lancar dan tepat sasaran. Peran Pembina agama di panti
sangat bermanfaat bagi proses pembinaanyang bersifat agama maupun
pembinaan yang bersifat umum. Menurut Drs. Mukhlis M.Si sebagai salah
satu Pembina agama yang bertugas di panti sosial bina insan bangun daya 1
kedoya Jakarta barat, berikut hasil wawancara dengan beliau.
“ Dalam struktur kepegawaian tentunya dapat dilihat tugas dan
tanggung jawab yang diberikan kepada setiap pegawai, yang harus
dilaksanakan sebaik-baiknya. peran dari setiap pegawai saling
berkesinambungan maka dari itu, kerjasama sesama pegawai
sangat diperlukan, agar visi serta misi dari panti sosial bina insan
bangun daya 1 dapat terlaksana dengan baik. peran bagi Pembina
atau pembimbing agama dipanti sangat penting karena selain
memberikan suatu metode pembinaan, Pembina dan pembimbing
juga mampu berkomunikasi, serta mampu merubah pola fikir dari
PMKS. karena pada umumnya setiap PMKS memiliki kehidupan
yang sangat bebas dan tak terarah. sehingga proses pembinaan
serta bimbingan harus dilakukan semaksimal mungkin.28
Peneliti dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa Peran Pembina
dan pembimbing agama sangat penting dalam merubah sikap dan prilaku
PMKS, dengan pendekatan komunikasi secara langsung maupun secara
kelompok ataupun dengan menggunakan metode yang efektif dan efisien
28
Wawancara pribadi dengan Drs. Muchlis M.Si ( Bimbingan dan penyaluran ) Jakarta 14
Desember 2011 Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta barat.
65
lainya, mampu membenahi PMKS sehingga tugas dan tanggung jawab
seorang Pembina dan pembimbing terlaksana dengan baik.29
Peranan kata dasarnya adalah “peran” yang berarti perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.30
Dalam kamus modern, peran diartikan sesuatu yang menjadi kegiatan atau
memegang pemimpin yang utama.31
Sedangkan dalam kamus ilmiah populer,
peran mempunyai arti orang dianggap sangat berpengaruh dalam kelompok
masyarakat dan menyumbangkan pemikiran maupun tenaga demi suatu
tujuan.32
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan
berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Dalam teorinya Biddle &
Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu
istilah-istilah yang menyangkut:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku
d. Kaitan antara orang dan perilaku33
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan peran adalah sesuatu yang menjadi kegiatan atau memegang
pemimpin yang utama yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
29
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya
Jakarta Barat pada tanggal 27 November 2011. 30
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2, h. 854.
31
Wjs. Poerwadarminta, Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976), Cet. Ke-2, h. 473.
32
Media Center, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Mitra Press, 2002), Cet. Ke-1, h. 251.
33
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), cet ke VII, h. 215.
66
C. Apa kendala-kendala dalam pembinaan dan cara penyelesaiannya.
Dalam menjalankan pembinaan dipanti sosial bina insan bangun daya
1 ada beberapa faktor yaitu faktor intren dan ekstren adapun faktor-faktor
tersebut adalah.
1. Tingkat pendidikan rendah, sehingga menyulitkan pembinaan yang
disampaikan sulit untuk dipahami dan dimengerti apa yang
disampaikan.
2. Stress atau sakit yang disebabkan karena tidak dapat menerima
kenyataan bahwa berada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1
Jakarta Barat untuk mendapatkan pembinaan.
3. Adanya perlindungan khusus dari POLISI, TNI, Komunitas dan
Organisasi kemasyarakatan sehingga membuat PMKS (warga
binaan sosial) mempu berbuat sewenang-wenang saat berada
dipanti.
4. Kaburnya PMKS atau warga binaan disebabkan minimnya petugas
keamanan yang berada dipanti.
5. sulitnya mengidentifikasi masalah pada PMKS atau warga binaan
yang memberikan keterangan kurang jelas atau memerikan
keterangan palsu sehingga membuat para PMKS atau warga binaan
sosial mengaku korban salah tangkap.
67
6. kurangnya perlengkapan mandi, obat-obatan dan pakaian layak
pakai, dan perlengkapan ibadah bagi PMKS (warga binaan sosial).
Dari beberapa faktor-faktor diatas adalah kendala-kendala yang
sangat sering terjadi dipanti-panti sosial, khususnya di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 1 adapun cara penanggulangan dari kendala-kendala tersebut
adalah.
1.Meningkatkan sarana dan prasarana panti agar PMKS atau warga
binaan sosial dapat dilayani dengan baik dan dipenuhi hak-hak
kebutuhan dasarnya sehingga PMKS atau warga binaan sosial
merasa nyaman berada di Panti Sosial Bina Isan Bangun Daya 1
Kedoya Jakarta Barat.
2.Di panti sosial bina insan bangun daya 1 memiliki petugas-petugas
kesehatan yang sangat sensitif serta cekatan dalam merawat
kesehatan semua warga binaan sosial, sehingga warga binaan yang
sedang menjalankan pembinaan mampu dan merasa nyaman serta
dapat menerima kenyataan hidup yang dihadapinya.
3.Panti sosial bina insan bangun daya 1 memiliki peraturan serta
tanggung jawab yang harus dijalankan oleh kepala panti serta
semua Pembina serta petugas-petugas yang berada dipanti. Demi
tegaknya peraturan daerah khusus Jakarta. penyuap serta penerima
suap akan diberikan sanksi tegas.
68
4.Panti sosial Bina Insan Bangun Daya 1 memperkerjakan mantan
warga binaan untuk menjadi keamanan dipanti, namun masih dalam
pengawasan petugas panti dalam hal ini adalah petugas piket.
5.Para petugas panti tidak hanya mengidentifikasi namun mencari
bukti serta mengumpulkan semua data – data hingga memastikan
bahwa warga tersebut yang terjaring razia atau penertipan jalan
adalah korban salah tangkap atau sebagai salah satu kreteria PMKS.
6.Petugas atau pihak panti memiliki inisiatif untuk meminta bantuan
melalui dana APBN dan APBD, terhadap warga masyarakat sekitar
yang peduli dan yayasan-yayasan yang bersifat sosial.34
34
Wawancara pribadi dengan Abdul Khair S.Ag M.Si ( Bimbingan dan penyaluran ) Jakarta 12
Desember 2011 Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta barat.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan hasil penelitian skripsi yang berjudul Metode
Pembinaan Agama Bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta Barat, akhirnya dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode yang dilakukan pembimbing agama dalam pembinaan agama bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial meliputi metode komunikasi
secara langsung yang memiliki tekhnik individual atau face to face
maupun tekhnik komunikasi kelompok, dan Metode tidak langsung yang
diakukan dengan menggunakan media-media seperti media cetak dan
media elktronik serta dilengkapi metode dawah al-hikmah dan al-
mau’idzatil hasanah.
Penerapan bimbingan agama dalam pembinaan bagi PMKS (warga
binaan sosial) yang dilakukan 1 bulan 4 kali di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta Barat sangat berpengaruh terhadap pola
priaku kehidupan PMKS (warga binaan sosial) penerapan bimbingan dan
pembinaan yang dilaksanakan serta respon yang baik dari PMKS (warga
binaan sosial membuat bimbingan dan pembinaan dilakukan oleh Pembina
serta petugas panti sangat mendukung dalam proses pembinaan agama
tersebut.
70
2. Bimbingan dan pembinaan yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta Barat tentunya memiliki kendala-kendala
seperti sakit atau stress, Perlindungan khusus dari polisi, TNI,
komunitas,dan organisasi masyarakat, minimnya keamanan, sulitnya
mengidentifikasi, kurangnya sarana dan prasarana di Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta Barat yang dihadapi namun tentunya
pasti ada cara penyelesaian dari kendala-kendala tersebut sehingga
terlaksananya program panti dan proses bimbingan dan pembinaan agama
islam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta Barat.
B. Saran
1. Pembina dan pembimbing merupakan motorik dari proses pembinaan bagi
PMKS (warga binaan sosial) maka dari itu untuk lebih meningkatkan lagi
peran mereka dalam menanamkan norma-norma agama serta dalam
membina agama bagi PMKS (warga binaan sosial).
2. Pembina dan pembimbing lebih sabar dan jangan putus asa serta menyerah
dalam menghadapi PMKS (warga binaan sosial) di Panti Sosial Bina Insan
Bangun Daya 1 kedoya Jakarta barat.
3. Kepala Panti di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta
Barat ikut berperan aktif dan penting dalam melaksanakan pembinaan bagi
PMKS (warga binaan sosial).
4. Menjadi Pembina dan pembimbing yang tegas serta profesional sehingga
disegani oleh para PMKS (warga binaan sosial) yang berada di panti sosial
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu Bimbingan dan penyuluhan disekolah, (Semarang: Toha Putra,
1977)
Alamsyah, Ratu Perawira Negara, Bimbingan Masyarakat Beragama,
Jakarta, Departemen Agama RI, 1982
Amin, MH, Jaiz, Pokok-pokok Ajaran Islam, Korpri Unit PT. Asuransi Jasa
Indonesia Jakarta, 1980
Anwar, Rosehan dkk, Majelis Taklim dan Pembinaan Ummat, Jakarta, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Lektur Keagamaan Badan Litbang
Agama dan Diklat Keagamaan Depag RI, 2002.
Arifin, M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan penyuluhan agama,
(Jakarta:Golden Terayon Press, 1982)
Arifin, M, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1985)
Badan Penasehat Perkawinan,perselisihan dan perceraian BP-4, membina
keluarga bahagia dan sejahtera,(Jakarta: BP-4, 1994)
Departemen Agama RI 2004, Al-Quran dan Terjemahnya, Qs, Ali Imran,
3:19 ,
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Jakarta, 1971
Departemen Agama RI. Ensiklopedi Islam, Jakarta, Departemen Agama RI.
Depertemen Agama RI, Pedoman Identifikasi Kebutuhan Sasaran Penyuluh
Agama, Jakarta, Direktorat Penerangan Agama Islam, 2000
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta. P.T. Ichtiar Baru Van Hoeven,
2001
Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan sosial, Definisi dan Keiteria
Penyandang Masalah Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejah teraan
Sosial, (Jakarta; Pemerintah Profinsi DKI Jakarta,2007)
Disarasikan dari berbagai sumber yaitu Official sites of UNICEF , Kajian
Nomenklatur PMKS Pusdatin Departemen Sosial RI, Situs Resmi
Dinas Sosial Provinsi DIY Yogyakarta.
Fatwa Ijtima’ Komisi Fatwa MUI Se-DKI Jakarta, Profil Dinas Sosial,
(Jakarta; Dinas Sosial,2008)
Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Kalam Mulia, 1992
Kitab Ushul Fiqih Dalam As Sunnah Jakarta 2002
Kristi, E. Porwadi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,
(Jakarta, LP3 ES, 1995)
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2007)
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya,(Jakarta:Universitas Indonesia Press.1985)
Perda Provinsi DKI Jakarta No 8 Tahun 2007, Profil Dinas Sosial,
(Jakarta;Dinas Sosial)
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei,
(Jakarta; LP3ES,1983)
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta,
LP3 ES, 1995)
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1998)
Proyek penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani
pada Dharma Wanita, Penerbit DEPAG, 1984
Purwadarminta, W.J.S, kamus umum bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1984)
Williams, Monier, 1899, A Sanskrit English Dictionary. Oxford University
Pressa
1. Pembina
Dalam kesempatan ini, penulis akan memaparkan identitas pembina yang ada di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya I Kedoya Jakarta Barat. Adapun pembina Panti Sosial Bina
Insan Bangun Daya I Kedoya Jakarta Barat yang telah penulis wawancarai diantaranya :
a. Abdul Khair S.Ag M.Si
Bapak Abdul Choir adalah salah satu pembina di Panti Sosial Bina Insan Bangun
Daya I Kedoya Jakarta Barat. Beliau saat ini tinggal di Jalan H. Sa’abah Rt.009/03 No.83
Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat. Beliau berpendidikan akhir S2 Magister
Administrasi Publik. Beliau beragama Islam.
Bapak Abdul Khair selaku pembina agama yang sangat tegas dan cekatan dalam
memberikan bimbingan bagi PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), sehingga
beliau selalu melacak bagaimana keadaan PMKS-nya (Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial). Beliau sangat menanamkan nilai-nilai Agama dan beliau tidak hanya menerapkannya
di panti saja begitu pula di luar panti. Beliau juga sering mengontrol keadaan PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) panti baik di dalam maupun di luar panti.
Dengan bentuk metode pembinaan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1.
bimbingan dalam satu ruangan khusus dengan menjelaskan beberapa permasalahan
sosial dengan cara komunikal, dialog interaktif atau Tanya jawab baik sesuai dengan judul
ataupun berbeda dengan tema atau judul yang ditetapkan. Disamping itu dengan adanya
dialog personal terhadap warga binaan sosial yaitu dapat menggali permasalahan yang
dihadapi oleh warga binaan. Dengan satu kata “ kita semua adalah saudara dan makhluk
ciptaan allah yang dilahirkan dalam keadaan sempurna. Dengan menggunakan pendekatan
agama yang bertujuan agar membentuk didalam jiwa warga binaan “ hidup ini dijalani
dengan berusaha dan berikhtiar dan hanya diri kita yang bisa merubah nasib kita sendiri
asalkan mau berusaha”.
Bimbingan atau pembinaan agama yang dilakukan 1 bulan 4 kali yang dilakukan
oleh Pembina di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 mempunyai kewajiban yang sangat
berpengaruh atas berjalannya program panti tersebut sesuai dengan kebutuhan warga binaan
atau Penyandang Masalah sosial.
Dengan umumnya kehidupan Penyandang Masalah Sosial yang jauh dari dari
norma-norma agama, kehidupan serta rentan dengan kriminalitas, narkoba, pemerkosaan dan
hal-hal lainnya. mereka diberikan kesibukan denagn bagaimana mendapatkan uang serta
terpenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Untuk itu tujuan dari pembinaan agama yang
dilaksanakan di Panti ini yaitu memberikan motivasi dan pengarahan terhadap setiap PMKS
agar tau tugas, hak dan kewajiban sebagai khalifah di muka bumi ini., serta menyadari bahwa
hidup dijalan dapat mengganggu ketertiban umum serta membahayakan dirinya sendiri. 1
b. Drs. Muchlis M.Si
Bapak Muchlis adalah salah satu pembina di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I
Kedoya Jakarta Barat. Beliau tinggal di Jalan Kembangan Raya Rt.005/03 No.2 Kedoya
Selatan Kebon Jeruk Jakarta Barat
Kedisiplinan sangat diterapkan oleh beliau sebagai bentuk kesadaran diri terhadap
diri sendiri dan lingkungannya. Bapak Muchlis selalu berkeliling antara di panti dan di luar
panti guna memantau PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang saat ini
sedang mereka bina. Beliau adalah pembina yang sangat rajin dan mampu mengajak PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) bersama menjalani kegiatan yang telah di
1 Wawancara pribadi dengan Abdul Khair S.Ag M.Si ( Bimbingan dan penyaluran ) Jakarta 12 Desember
2011
tentukan oleh pihak panti. Beliau juga di berikan kebebasan untuk berimprovisasi dalam
memberikan bimbingan di panti sosial ini.
Bapak Muchlis selalu berusaha menyelesaikan permasalahan yang sedang di hadapi
oleh PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan sebisa mungkin setiap masalah
yang terjadi pada hari itu diselesaikan hari itu juga. Beliau selalu memberikan pandangan
yang baik bagi PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial).
Disamping itu beliau juga sering membantu PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial) pada saat mereka mengalami masalah atau kesusahan, melalui
pembinaan agama rasa percaya diri untuk hidup normatif akan dapat memberikan motivasi
kepada warga binaan social atau PMKS.2
2. Terbimbing
Dalam kesempatan ini, penulis akan mencoba memaparkan identitas terbimbing yang ada
di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I Kedoya Jakarta Barat, yang merupakan para PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang berada di panti.
Adapun terbimbing yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I Kedoya Jakarta
Barat yang telah penulis wawancarai diantaranya:
a. Wahyatun.
Wahyatun adalah seorang wanita yang berumur 20 tahun yang yang berasal dari tegal
jawa tengah, dia merantau kejakarta seorang diri karena ingin mencari kerja dijakarta namun,
dengan berjalannya waktu membuat wahyatun kehabisan bekal yang dia siapkan dari tegal
sehingga membuat dirinya terlantar. Dan dengan keadaan dia yang mengalami cacat fisik dan
pendidikan yang rendah hanya menambah kesengsaraannya di kota Jakarta
2 Wawancara pribadi dengan Abdul Khair S.Ag M.Si ( Bimbingan dan penyaluran ) Jakarta 12 Desember
2011
Dengan mengikuti pembinaan dipanti terkadang membuat dirinya menjadi bosan
namun dengan diselingi totonan yang mendidik membuat dirinya sadar dan mengerti makna
dari sebuah kehidupan, memiliki keinginan menjadi warga masyarakat yang baik dengan
bekal keagamaan serta ketrampilan yang dimilikinya.3
b. Yanti.
Yanti adalah seorang wanita berumur 41 tahun yang berasal dari Jakarta beralamat di
Cakung Jakarta timur. Dengan rendahnya pendidikan serta minimnya ketarampilan yang dia
miliki menbuat dirinya menjadi pengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
dengan sikap kurang peduli dengan pembinaan dipanti pada awalnya namun seiring
berjalannya waktu membuat dirinya nyaman serta merasa dilindungi oleh petugas panti,
sehingga rutinitas yanti yang selalu mengikuti pembinan dapat membuat dirinya memiliki
keterampilan untuk berusaha dan bekerja dengan layak dan tidak kembali lagi kejalanan.4
c. Orpa kase.
Orpa kase adalah wanita berumur 19 tahun yang berasal dari Kupang NTT dengan
niat mencari pekerjaan yang layak di Jakarta namun setelah 8 bulan dia tidak dapat
pekerjaan dijakarta membuat dirinya terlantar sehingga menjadi seorang pengamen untuk
memenuhi kebutuhan dirinya di Jakarta.setelah mendapatkan pembinaan dip anti sosial ini
dia berharap dipekerjakan dipanti dan setelah itu dia menabung untuk kembali ke kupang
sehingga berkumpul bersama dengan keluarga yang tercinta.5
3 Wawancara pribadi dengan Wahyatun ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 15 Desember 2011
4 Wawancara pribadi dengan Yanti ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 15 Desember 2011
5 Wawancara pribadi dengan Orpa Kase ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 15 Desember 2011
d. Harsih.
Harsih adalah seorang wanita ibu rumah tangga yang berusia 48 tahun yang
bertempat tinggal di kota bambu Jakarta pusat. Untuk memenihi kebutuhan sehari-harinya
dia berkerja sebagai Joki 3in1 dikawasan slipi. Dengan memiliki kepercayaan penuh dengan
Pembina dipanti membuat dirinya bercerita berbagi pengalaman serta sharing sehingga
dapat memberikan pencerahan untuk melanjutkan hidup yang lebih baik lagi.dia memiliki
keinginan untuk mengembangkan keterampilan serta pengetahuannya di masyarakat luas. 6
e. Suparmi dan aggi
Suparmi adalah seorang wanita yang berumur 45 tahun dan ibu dari aggi 12 tahun
mereka berasal dari Wonogiri jawa timur. Mereka tinggal di Jakarta selama 10 tahun.
Karena faktor ekonomi yang membuat mereka menjadi seorang pengamen. mereka berkerja
sama untuk mencukupi kehidupannya. setelah mengikuti pembinaan serta bimbingan
mereka bermaksud untuk menjadikan hidupnya lebih baik lagi setelah mendapatkan
pembinaan dam memiliki keterampilan. aggipun ingin melanjutkn sekolahnya hingga
mapan.7
f. Anggraini.
adalah seorang wanita yang berusia 40 tahun dan berasal dari kota bandung jawa
barat. Sebelum menjadi pemulung dia bekerja sebagai dekoratif disalah satu catring dijakarta,
setelah dirinya dikeluarkan dari pekerjaan dia bekerja sebagai pemulung dengan pendapatan
35.000 /hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. pembinaan yang telah diikuti selama
dipanti membuat dirinya mempunyai pengalaman baru serta memberikan pelajaran yang
6 Wawancara pribadi dengan Harsih ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 15 Desember 2011
7 Wawancara pribadi dengan Suparmi Dan Aggi ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 15 Desember 2011
sangat berharga dalam hidupnya, dan membuat dirinya malu dengan teman dan keluarganya
yang mengetahui dirinya mendapatkan pembinaan dipanti.8
g. Su’amah
Su’amah adalah seorang jompo yang terlantar yang berasal dari Cirebon jawa
barat. Dengan keadaan yang sudah tua dan pikun sehingga membuat dirinya lupa jalan
menuju rumahnya di daerah tambun. Dengan mengikuti pembinaan dipanti dia suka
mendengarkan tausiah serta film yang bersifat religi sehingga membuat dirinya selalu dekat
dengan allah dan setelah dipulangkan iya ingin hidupnya selalu dekat dengan allah.9
h. Reni
Reni adalah seorang wanita yang berumur 26 tahun dan seorang ibu dari dika yang
berumur 5 tahun merea berasal dari kebayoran baru dengan kebutuhan ekonomi yang sangat
mendesak membuat dia dan anaknya menjadi seorang pengamen dan Joki 3in1 dengan
penghasilan 30.000/hari.
Dengan mengkuti pembinaan dipanti membuat dirinya sadar serta sangat memerlukan
tausiah agama karena dijalan dengan kehidupan yang bebas membuat dirinya tidak mengerti
akan fungsi agama serta apa hak dan kewajiban dirinya setelah dilahirkan dibumi ini.10
i. Sawati
Sawati adalah seorang wanita yang berumur 54 tahun yang berasal dari padang
bukit tinggi Sumatra barat. Dia merantau ke Jakarta dengan alasan untuk mencari
perlindungan pasca tsunami. Sampainya di Jakarta dia mendatangkan Polres Jakarta pusat.
8 Wawancara pribadi dengan Anggraini ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 15 Desember 2011
9 Wawancara pribadi dengan Su’amah ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 16 Desember 2011
10 Wawancara pribadi dengan Reni ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 15 Desember 2011
Dengan mengikuti pembinaan dipanti dapat menambah keimanannya terhadap allah serta
dengan pengalaman mushibah yang dialaminya.11
B. Metode Pembinaan Agama Bagi PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial)
Manusia terlahir dalam keadaan bersih sehingga masih banyak yang harus diisi untuk
memberikan pemahaman pada arti kehidupan yang sesungguhnya. Norma yang telah ditetapkan
menjadi bagian dari kehidupan kita karena dengan norma itulah hidup kita merasa terarah.
Begitu pula dengan pembina. Pembina bertugas untuk mengarahkan, membantu, dan
memberikan pilihan solusi dalam setiap masalah yang sedang di hadapi.
Norma yang telah ditetapkan bukan berarti tidak dapat di langgar oleh masyarakat, justru
belakangan ini norma telah di abaikan oleh kebanyakan masyarakat negara ini.
Untuk itu pembina sangat memegang peran penting dalam menanamkan morma-norma
kehidupan bagi warga binaan yang saat ini berada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 .
Yang biasa dilakukan oleh pembina-pembina di panti ini.
Ada beberapa pembinaan khusus selain memberikan motivasi serta pembinaan kepada
warga binaan. yaitu pembina dalam proses penanaman norma-norma kehidupan di panti sosial,
diantaranya adalah :
1. Pembinaan Akhlak
Dalam proses bimbingan pembinaan akhlak sangat di utamakan oleh pihak panti
karena mereka membina warga binaan yang sudah terbiasa dengan kehidupan yang
bebas dalam artian tak terarah. Pihak panti ingin menjadikan mereka warga yang baik
serta berada dalam kehidupan yang layak dan normatif.
11
Wawancara pribadi dengan Wahyatun ( Warga binaan Sosial ) Jakarta 15 Desember 2011
2. Pembinaan sikap Tenggang Rasa antar sesama warga binaan sosial.
Sebagai sesama warga binaan sosial di panti. Mereka sudah menjadi satu bagai
saudara kandung , tenggang rasa sangat di terapkan di panti sosial ini agar setelah
mendapatkan pembinaan warga binaan dapat bersosialisasi kepada masyarakat luas.
3. Pembinaan Rohani
Pembinaan rohani yang diberikan oleh pihak panti dilakukan selama 1 minggu 1
kali oleh ustadz yang di datangkan dari luar panti. Sedangkan Ustadz yang dari dalam
Panti berperan setiap hari di panti sosial tersebut. materi yang diberikan adalah
mengenai syukur terhadap nikmat allah, do’a dan isigfar, motivasi umat islam, menuju
kehidupan yang islami serta nasehat buat hamba allah.
4. Pembinaan Ketrampilan
Pembinaan keterampilan yang dilakukan oleh pihak panti berguna untuk siswa-
siswa yang suatu saat nanti di lepas atau di kembalikan kepada keluarganya. Pembinaan
keterampilan tersebut diberikan agar siswa-siswa memiliki bakat dalam bidang
tersebut.sepeti ketermpilan membuat keset,pangkas rambut, seni serta keterampilan yang
lainnya sehingga warga binaan social tidak kembali kejalan dan dapat mengembangkan
bakat yang mereka miliki.
Selain pembinaan diatas banyak pula pembinaan lain yang diberikan oleh
pembina, hanya saja itu terjadi secara spontanitas. Biarpun demikian penulis yakin
bahwa proses bimbingan tersebut benar-benar dijadikan sebuah pelajaran oleh warga
binaan sosial di panti sosial bina insane bangun daya 1.
Dalam hal ini pembina di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I Kedoya
Jakarta Barat sangat berperan penting dalam memberikan pembinaan serta motivasi
kepada warga binaan sosial yang berada di panti tersebut.
C. Analisis Metode Pembinaan Agama Bagi PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial)
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I
Kedoya Jakarta Barat, penulis menemukan bahwa, peran pembina dalam menanamkan norma-
norma kehidupan beragama serta keterampilan bagi warga binaan di panti sosial ini adalah
dengan cara membina serta mengarahkan warga binaan menjadi warga masyarakat yang
mandiri dan mempunyai bakat sehingga pada saat keluar dari panti suatu saat nanti para warga
binaan memiliki keterampilan yang cukup membanggakan yang membuat mereka tidak merasa
di kucilkan lagi dan mereka kembali ke kehidupan yang layak dan normatif serta religius.
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih dua bulan norma yang sering
diterapkan dalam panti sosial ini adalah norma agama. Penanaman norma agama dalam
kehidupan warga binaan sosial akan memberikan pengaruh yang sangat baik serta beruna saat
mereka berada di luar panti atau saat warga binaan sosial telah dikembalikan kepada
keluarganya.
Pembina yang selalu menerapkan norma-norma kehidupan dalam panti akan
senantiasa membawa efek baik bagi warga binaan social yang melihatnya. Dalam proses
penanaman norma-norma kehidupan, di panti sosial ini sangat menerapkan norma-norma
tersebut, selama penulis mengadakan penelitian di panti sosial tersebut, norma yang sering terliat
realitanya adalah norma agama. Penanaman norma agama yang dilakukan Kegiatan ini
dinamakan bimbingan rohani, pada kegiatan ini tidak semua warga binaan mengikutinya, karena
ada warga binaan sosial yang berbeda agama. Kegiatan ini dilakukan guna menambah
pengetahuan siswa tentang agama sehingga nantinya siswa-siswa akan menjadikan agama itu
sebagai pedoman hidup dan agar hidup mereka menjadi lebih terarah.
Pembinaan keterampilan dan religius yang dilakukan di panti ini dilaksanakan setiap 1
bulan 4 kali. Dalam kegiatan pembinaan agama ini memang tidak semua siswa mengikutinya
karena sebagian dari mereka adalah beragama diluar islam dan mereka mengikuti pembinaan
yang bersifat umum. Pembinaan agama ini dilakukan guna membuat warga binaan sosial
memiliki pengetahuan agama serta keterampilan umum. sehingga jika mereka keluar atau
dikembalikan kepada keluarga mereka memiliki suatu kemampuan khusus dan mampu
beradaptasi dengan likungan masyarakat.
warga binaan sosial yang telah mengikuti pembinaan dipanti sosial bina insan bangun
daya 1 ini pada Pembina panti diberikan keleluasaan untuk memilih kemana warga binaan sosial
ingin meneruskan jalan hidupnya yang terpenting tidak kembali ke jalan lagi. Kadang ada warga
binaan sosial yang ingin kembali pada keluarganya dan kadang ada pula warga binaan sosial
ingin berusaha sendiri dengan keterampilan yang dimiliki adapula penyaluran bakat atau
keterampilan yang dilakukan oleh pani sosial bina insane bangun daya 1.
Dari hasil penelitian selama berada di dalam Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I
Kedoya Jakarta Barat tersebut, maka hasil analisanya adalah Pembina sangat berperan penting
dalam menanamkan norma-norma dan nilai-nilai agama serta kehidupan bagi warga binaan
Sosial. Pembina menjadi orang tua, sahabat, guru bagi warga binaan sosial selama mereka berada
di dalam panti sosial tersebut, jadi semua gerak-gerik dan tingkah lakunya pun menjadi contoh
bagi warga binaan sosial.
Pembina yang berada di panti sosial tersebut memiliki nilai tingkatan sosial masing-
masing. Siswa berpendapat bahwa pembina di panti tersebut tidak ada yang galak atau bertindak
semaunya, hanya saja mereka bertindak tegas sebagai pembina. Sikap tegas tersebutlah yang
akan membawa warga binaan sosial tersebut menjadi masyarakat yang berperilaku agamis dan
bersikap baik dimanapun mereka berada. Pembina mengharapkan para warga binaan sosial
dapat merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik sehingga mereka dapat kembali dalam
kehidupan yang layak seperti masyarakat lain.
Pembinaan agama selama 1 bulan 4 kali di laksanakan setelah selesai sholat berjamaah di
mushollah Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I Kedoya Jakarta Barat. Pembinaan agama
tersebut dilaksanakan untuk lebih meningkatkan kualitas keagaaman bagi warga binaan sosial di
panti sosial bina insane bangun daya 1 khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. wargaa
binaan sosial yang berada di panti sosial ini
Denah Lokasi Panti Social Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya Jakarta Barat
kantor
Mushola
Aula
Ruang identifikasi dan ruang jenguk
keluarga
Kan
tor
Barak 1
R
U
M
A
H
D
I
N
A
S
I
D
E
M
Barak
4
Barak 4
Barak 2
Barak
3
LAPANGAN
Barak 5
top related