memoria memor -...
Post on 03-Jul-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemampuan daya ingat
Daya ingat bisa disebut juga dengan memori, kata ―memory‖ berasal dari
bahasa latin memoria dan memor yang berarti sadar, atau mengingat. Memori
adalah kemampuan untuk menyandikan, menyimpan, menyaji, mengontrol, dan
kemudian mengingat kembali informasi dan pengalaman masa lalu tersebut dalam
otak manusia. Memori adalah total dari apa yang kita ingat, yang membuat kita
mampu mempelajari dan beradaptasi dari pengalaman masa lalu (Luke Mastin,
2010).
2.1.1 Jenis-Jenis Daya Ingat
Berdasarkan Lionel Ginsberg, 2008, daya ingat dibagi menjadi
beberapa komponen, yaitu:
1. Daya ingat implisit
Respons motorik yang dipelajari yang tidak berhubungan dengan akses
kesadaran, misalnya mengendarai mobil, dan keterampilan motorik
kompleks lainnya
2. Daya ingat eksplisit
Berhubungan denga akses kesadaran, yang kemudian
disubklasifikasikan lagi menjadi:
a. Daya ingat episodik
Misalnya menceritakan kembali detail autobiografi, dan kejadian
pengalaman pribadi lainnya yang berhubungan dengan waktu
tertentu
7
b. Daya ingat sematik
Penyimpanan pengetahuan dunia secara umum.
Luke Mastin membagi jenis daya ingat menjadi tiga, yaitu, daya ingat
jangka pendek, daya ingat jangka panjang, dan daya ingat sensorik.
(Luke Mastin, 2010)
Gambar 2.1
Jenis daya ingat pada manusia
Menurut Syaifuddin, 2009, semua jenis ingatan ini disebabkan oleh
mekanisme yang bekerjasama dengan berbagai tingkat pemenuhan dan berbagai
mekanisme ingatan yang terbagi menjadi dua sampai tiga jenis yang berbeda,
yaitu ingatan sensoris, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang.
1. ingatan sensoris: adalah kemampuan untuk menyimpan isyarat
sensoris di dalam sensoris otak untuk interval waktu yang sangat
singkat setelah pengalamn sensoris yang sebenarnya. Isyarat ini
tetap tersedia untuk analisa selama beberapa ratus milidetik, tetapi
digantikan oleh isyarat sensoris baru dalam waktu kurang dari satu
detik.
8
2. Ingatan jangka pendek: ialah ingatan mengenai beberapa fakta,
kata, bilangan, huruf, atau keterangan kecil selama beberapa detik
sampai satu menit atau lebih pada saat tertentu. Kegiatan ini
biasanya terbatas pada tujuh keterangan kecil. Salah satu segi yang
terpenting dari informasi dalam ingatan jangka pendek inisegera
tersedia sehingga tidak perlu mencari informasi yang telah
disimpan dalam simpanan ingatan jangka panjang.
3. Ingatan jangka panjang: simpanan dalam otak bisa di ingat kembali
dalam kurum waktu di masa yang akan datang, menit, jam, hingga
bertahun-tahun. Jenis ingatan ini disebut ingatan permanen, dibagi
menjadi sekunder (ingatan yang lemah atau sedang. Mudah
dilupakan dan kadang sulit diingat kembali) dan tersier. (ingatan
yang melekat dan bertahan seumur hidup, informasi yang di
simpan dapat tersedia dalam sekejap mata)
Menurut Arthur C. Guyton, daya ingat dapat dibagi berdasarkan jenis
informasi yang disimpannya, sebagai berikut:
1. Ingatan deklaratif: ingatan terhadap beragam detail mengenai
suatu pikiran terintegrasi, seperti ingatan suatu pengalaman
penting meliputi:
a. Ingatan akan keadaan sekeliling
b. Ingatan akan hubungan waktu
c. Ingatan akan penyebab pengalaman tersebut
d. Ingatan akan makna pengalaman tersebut
9
e. Ingatan akan kesimpulan seseorang yang tertinggal pada
kesimpulan seseorang
2. Ingatan keterampilan: seringkali berhubungan dengan aktivitas
motorik seseorang. Seperti keterampilan memukul bola tenis, hal-
hal di bawah ini termasuk ingatan otomatis
a. Pandangan ke bola
b. Menghitung hubungan dan kecepatan bola raket
c. Mengambil kesimpulan secara cepat pergerakan tubuh
d. Beralih ke pukulan berikutnya seraya melupakan detai
pukulan sebelumnya
2.1.2 Fisiologi daya ingat
Mekanisme daya ingat sama kompleksnya dengan mekanisme
pikiran. Karena untuk memberikan daya ingat, sistem saraf harus
menciptakan kembali pola perangsang ruang dan waktu yang sama di
dalam susunan saraf pusat pada suatu saat di masa yang akan datang.
Penyimpanan informasi merupakan proses daya ingat yang melibatkan
fungsi sinaps yaitu setiap kali suatu sarat sensoris tertentu melalui
serangkaian sinaps, sinaps yang bersangkutan akan menghantarkan isyarat
yang sama pada kesempatan berikutnya. Proses ini disebut fasilitasi. Bila
isyarat tersebut melalui sinaps berulang-ulang, ia akan menjadi demikian
terfasilitasi sehingga isyarat dari pusat pengatur di otak menyebabkan
hantaran impuls melalui trangkaian sinaps yang sama meskipun unput
sensoris tidak di rangsang. Hal ini menyebabkan orang mengalami
10
perasaan yang asli meskipun sebenarnya itu hanya suatu ingatan mengenai
perasaan tersebut. (Syaifuddin, 2009)
Berikut adalah beberapa hal yang mempengaruhi proses
terbentuknya daya ingat (Syaifuddin, 2009):
1. Registration—kemampuan untuk menerima informasi melalui
modalitas sensorik
2. Storage—dimana informasi baru dipilih, dipelajari, dan diingat.
Di perantarai oleh struktur limbik termasuk hipokampus. Daya
ingat yang tersimpan dikuatkan dengan pengulangan dan
gejolak emosi yang bermakna. Daya ingat itu terdistribusi pada
area asosiasi di korteks serebri.
3. Retrieval—kemampuan untuk meng-akses informasi yang telah
dipelajari.
Ingatan jangka pendek disebabkan oleh aktifitas saraf yang
berkesinambungan, yang merupakan hasil dari sinyal-sinyal saraf yang
terus berjalan berkeliling pada jejak ingatan sementara di dalam suatu
sirkuit neron. Ingatan jangka pendek melibatkan proses fasilitasi dan
inhibisi presinaptik. Hal ini terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak pada
fibril-fibril saraf terminal segera sebelum fibril-fibril tersebut bersinaps
dengan neuron-neuron berikutnya. Bahan-bahan kimiawi neurotransmitter
yang disekresikan pada terminal seperti itu seringkali menyebabkan
fasilitasi atau inhibisi yang berlangsung selama beberapa detik sampai
menit. Lintasan jenis ini dapat menimbulkan ingatan janka pendek. Di
bawah ini adalah mekanisme fasilitasi. (Guyton, 2012).
11
1. Perangsangan terminal fasilitator presinaptik pada saat yang
sama dengan perangsangan sensorik menyebabkan pelepasan
serotonin pada sinaps fasilitator dipermukaan terminal
sensorik.
2. Serotonin bekerja pada reseptor serotonin di membran terminal
sensorik, dan serotonin ini mengaktifkan enzim adenilil siklase
di dalam membran. Akhirnya, adenil siklase tersebut
menyebabkan terbentuknya enzim adenosin monofosfat siklik
(cAMP) juga di dalam terminal presinaptik sensorik
3. cAMP mengaktifkan protein kinase yang menyebabkan
fosforilase protein yang merupakan bagian dari kanal kalium di
membran terminal sinaptik sensorik itu sendiri. Keadaan ini
selanjutnya menghambat penjalaran K+ pada kanal.
Penghambatan ini dapat berlangsung samapi beberapa menit
sampai minggu.
4. Berkurangnya penjalaran K+ menyebabkan timbulnya potensial
aksi yang semakin lama pada terminal presinap, karena untuk
penulihan cepat dari potensial aksi diperlukan aliran keluar ion
K+ di terminal
5. Potensial aksi yang lama menyebabkan aktivasi yang semakin
lama pada kanal-kanal Ca2+
sehingga banyak sekali ion Ca2+
yang memasuki terminal presinaptik sensoris ion Ca2+
ini
selanjutnya menyebabkan peningkatan pelepasan
neurotransmiter oleh sinap-sinap, sehingga mengakibatkan
12
fasilitasi penjalaran sinaps secara bermakna ke neuron
selanjutnya.
Konsolidasi adalah proses berubahnya ingatan jangka pendek
menjadi ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendek bila diaktifkan
berulang-ulang akan menimbulkan perubahan kimia, fisik, dan anatomis
pada sinaps-sinaps yang bertanggung jawab untuk ingatan jangka panjang.
Proses ini memerlukan 5 sampai 10 menit untuk konsilidasi minimal, dan
1 jam atau lebih untuk konsolidasi maksimal. (Guyton, 2012) Proses
penyimpanan daya ingat jangka panjang melalui tahap encode (registrasi
informasi), storage (mengorganisir atau menyimpan informasi menjadi
sesuatu yang bermakna), retrieval (mengingat dan mengenali informasi
saat dibutuhkan) (Mary Spiers, 2008).
Menurut Arthur C. Guyton, 2012, perubahan pada neuron saat
proses konsolidasi yang paling penting yang terjadi adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan tempat-tempat pelepasan vesikel untuk
menyekresikan bahan-bahan neurotransmiter
2. Peningkatan jumlah vesikel-vesikel transmiter yang dilepaskan
3. Peningkatan jumlah terminal presinaps
4. Perubahan pada struktur spina dendritik yang membuat
transmisi sinyal menjadi lebih kuat.
Daya ingat jangka pendek melibatkan semburan cepat aksi
potensial pada sistem limbik, dan memori jangka panjang tertinggal di
13
korteks serebrum, dan mempengaruhi perubahan permanen pada neuron
dan sinaps. (Johnson, 2008).
Sel-sel neuron berfungsi untuk membawa informasi dalam bentuk
impuls. Dalam proses ini pompa natrium dan kalium sangat dibutuhkan
untuk menjaga muatan listrik membran sel. Setiap saat, natrium dan
kalium di pompa dalam suatu siklus, hingga menyebabkan perbedaan
muatan di kedua sisi membran sel, yang disebut potensial membran.
Potensial membran di saat istirahat dinamakan resting membrane
potential. Resting membrane potential pada sel neuron adalah sekitar -70
mV, yang berarti bagian dalam neuron lebih negatif daripada bagian luar.
(Johnson, 2008)
Hipokampus adalah struktur pada otak yang terletak dibawah
lobus temporal di setiap sisi pada otak. Terkadang bersatu dengan struktur
yang ada di sekelilingnya termasuk gyrus dentis, dan dinamakan formasi
hipokampal. Hipokampus berfungsi sebagai gerbang dari dara ingat,
dimana akan dilewati semua ingatan baru sebelum masuk ke penyimpanan
daya ingat permanen dalam otak. (Myers, 2008).
Hipokampus merupakan salah satu dari sekian banyak jarans
keluar yang penting yang berasal dari area ―ganjaran‖ dan ―hukuman‖
pada sistem limbik, dan rangsangan yang menyebabkan bahagia dan
senang. Dalam derajat yang lebih kecil pada nuklei dorsalis medialis pada
talamus, yaitu struktur limbik yang lain telah terbukti memiliki
kepentingan khusus dalam membuat keputusan mengenai pikiran mana
yang cukup penting pada dasar ―ganjaran‖ atau ―hukuman‖ untuk menjadi
14
ingatan yang berfaedah. Pada evolusi pembentukan otak di masa yang
sangat awal, hipokampus mungkin merupakan sekumpulan neuron yang
mempunyai mekanisme penentu pada keadaan kritis, yang menentukan
makna sinyal sensoris penting yang masuk. Jika hipokampus memberikan
sinyal bahwa masukan neuron tertentu bersifat penting, kemungkinan
besar informasi tersebut akan disimpan sebagai ingatan. (Guyton, 2012)
Kerusakan pada hipokampus dapat mengakibatkan amnesia
anterograde, yaitu hilangnya kemampuan untuk menerima ingatan baru,
meskipun ingatan yang sudah ada tetap aman. Sehingga, seseorang yang
mengalami kerusakan hipokampus tetap memiliki ingatan masa lalu
seperti masa kanak-kanak nya yang beberapa tahun yang lalu, tetapi
sedikit memori yang ia miliki sejak kejadian rusaknya hipokampus.
Hipokampus sangat sensitif terhadap menurunnya kadar oksigen dalam
tubuh. Sehingga, kurangnya kadar oksigen dalam waktu yang sama
(hipoksia) meskipun tidak fatal akan tetap menghasilkan kerusakan bagian
tertentu pada hipokampus. Hal ini biasanya terjadi pada serangan jantung,
gagal napas, susah tidur, keracunan karbonmonoksida, tenggelam, dan
sebagainya. (Myers, 2008)
15
(Catherine E. Myers, 2006)
Gambar 2.3
Hipokampus
Amygdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang
terletak tepat di bawah korteks serebri. Dari tiang (pole) medial anterior
setiap lobus temporalis. Amygdala menerima sinyal neuronal dari semua
bagian korteks limbik seperti juga dari neokorteks lobus temporalis,
parietalis, dan oksipitalis terutama dari area asosiasi auditorik dan area
asosiasi visual. Amygdala menjalarkan sinyal-sinyal (1) kembali kea area
kortikal yang sama, (2) ke hipokampus, (3) ke septum, (4) ke talamus, (5)
ke hipotalamus. (Guyton, 2012)
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kemampuan daya ingat
2.1.3.1 Usia
Gangguan daya ingat disini adalah akibat dari penuaan.
Secara alami fungsi daya ingat mulai turun di usia 20 tahun,
kemudian akan disadari semakin buruknya fungsi daya ingat pada
usia 50 tahun, dan semakin menurun di usia 70 tahun. Penuaan
alami berhubungan dengan kemampuan kognitif pada sistem
neural, seperti disfungsi kolinergik, deposit beta-amyloid, dan
16
penurunan fungsi hipokampal neurofibrilar. Secara antomis, tidak
ada perubahan struktur pada otak, tetapi koneksi antar sel-sel
neuron yang berubah. Pada usia lanjut usia, terjadi kematian di
beberapa bagian-bagian white matter karena suplai darah ke otak
tidak sesehat pada masa muda. Produksi dari zat-zat kimia endogen
seperti neurotransmiter yang membawa sinyal ke otak juga
berkurang sekitar sebanyak 50%. Dalam aspek seluler, penuaan
mengakibatkan berkurangnya sel neuron di hipokampus sebanyak
5% hingga 20% hingga usia 80 tahun. Kebanyakan ganggun daya
ingat adalah efek dari penuaan yang merupakan faktor risiko
terbesat dari penyakit neurodegeneratif.
2.1.3.2 Nutrisi
Penelitian membuktikan bahwa makanan yang
mengandung glukosa (kurma) memberikan dampak positif
terhadap peningkatan kemampuan daya ingat jagka pendek
(Sitohang, et al. 2015). Minuman isolonik dibandingkan dengan air
mineral biasa juga memiliki hubungan signifikan terhadap
meningkatan hasil uji memori jangka pendek (Prasetya, et al.
2015). Penelitian pada tikus juga membuktikan bahwa kafein
dengan dosis rendah dapat memperbaiki penurunan daya ingat
akibat sleep deprivation. (Esmaeilpour, et al. 2015) Alkohol
bekerja sebagai depresan pada sistem saraf pusat. Alkohol
mengkibatkan distraksi dan inatensi (penurunan kewaspadaan), dan
secara signifikan menginhibisi aktifitas neural di hipokampus, dan
17
akan mempengaruhi penyandian ingatan khususnya pada daya
ingat episodik dan sematik. (Luke Mastin, 2010)
2.1.3.3 Gender
Di tinjau dari jenis kelamin, secara fisiologis estrogen pada
wanita berperan penting sebagai neuroprotektor dan neurotropik.
Aksi estrogen dalam otak terjadi melalui mekanisme genomik dan
non-genomik. Mekanisme genomik melibatkan reseptor estrogen
alfa dan beta yang menstimuli transkripsi gen, dan terlibat dalam
sistem mitogen-activated protein kinase. Pada jalur non-genomik
terjadi efek antioksidan. Aksi estrogen dalam perbaikan fungsi
memori spatial di hipokampus juga melibatkan sinyal dari Insuline
Like Growth Factor 1 (IGF-1). Interaksi IGF-1 dan estrogen yang
sinergis di sistem saraf pusat diperlukan untuk meregulasi
perkembangan neuronal, sinaptogenesis, plastisitas neural, dan
respon terhadap kerusakan jaringan neuron. Penurunan kadar
estrogen dan neurotropin pascamenopause menyebabkan gangguan
struktur sinaps, fungsi sel neuron yang berakhir dengan kematian
sel neuron di daerah hipokampus, korteks serebri dan talamus.
(Zulkarnain, 2014). Selain dari estroogen, pada penelitian lain
menunjukan bahwa pada wanita fungsi koneksi antara amygdala
kiri menuju hipokampus kiri, girus frontalis inferior kiri, gyrus
postsental kiri dan girus temporal kiri lebih kuat daripada pria.
Ko=aktivasi hipokampus kiri dan amygdala kiri mempunyai
hubungan yang signifikan dengan Behavioral Domain (fear,
18
happiness, emotion, memory, explicit memory) dan Paradigm Class
(affective words and pictures, face monitoring and discrimination,
emotion induction, encoding, passive viewing).
Kadar kortisol juga mempengaruhi emosi dan daya ingat,
dimana pada wanita kadar kortisol dipengaruhi oleh siklus
mestruasi. Peningkatan kadar kortisol pada wanita memberikan
hubungan negatif (penurunan) pada fungsi amygdala, sedangkan
pada pria memberikan hubungan positif. Pada pria kadar kortisol
yang meningkat berhubungan dengan stronger resting-state
functional connectivity pada amygdala kiri dengan nukelus
caudatus bilateral, putamen kiri, gyrus mid-frontal kiri dan kanan,
dan girus frontal superior kanan. Sementara pada wanita
peningkatan kadar kortisol berhubungan dengan penurunan resting-
state functional connectivity pada struktur-struktur di atas. (Kogler,
et all. 2016)
2.1.3.4 Penyakit-penyakit neurologis
Penyakit-penyakit neurologis di bawah ini menyebabkan
perubahan anatomis, aktivitas neurotransmitter, vaskularisasi,
aktivitas, jumlah dan fungsi neuron, sehingga menyebabkan
tergangguannya kemampuan daya ingat. Baik permanen atau tidak
permanen. (Mastin, 2010)
1. Penyakit alzheimer . Dimana koneksi antar sel dengan sel
lainnya hilang. Hilangnya sel-sel neuron dan sinaps pada
korteks serebri dan bagian tertentu pada regio subkorteks
19
pada otak. atropi di beberapa reio, degenerasi hipokampus,
lobus temporal, lobus parietal, korteks frontal, dan gyrus
cingulate. Sintesis asetilkolin juga menurun, dan hilangnya
kontrol dari dua protein, tau dan beta amyloid, yang dalam
kondisi normal aktif. Pada penuaan normal, sel-sel dalam
otak tidak hilang dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, AD
(Alzheimer’s disease) mengganggu tida proses penting yaitu
hubungan antar sel saraf, metabolisme, dan proses perbaikan.
Gangguan ini akhirnya menyebabkan banyak sel saraf yang
tidak berfungsi, kehilangan kontak dengan sel-sel saraf lain
dan mati.
2. Amnesia, dimana terdapat lesi pada otak karna kecelakaan
atau penyakit neurologis, stres, alkohol, hilangnya suplai
oksigen ke otak. Di banyak kasus, amnesia adalah kondisi
temporer, yang bertahan hingga beberapa detik hingga
beberapa jam, tetapi durasi ini dapat lebih panjang tergantung
keparahan penyakit dan trauma.
3. Autisme, merupakan gangguan perkambangan neural,
dicirikan dengan gangguan interaksi sosial dan komunikasi
dan perilaku yang terbatas dan berulang, biasanya dimulai
pada masa anak-anak
4. Demensia, terdapat dua jenis demensia, yaitu primer dan
sekunder. Contoh demensia primer adalah Alzheimer’s
Desease , Sedangkan demensia tipe sekunder adalah penyakit
20
degeneratif nutrisional, yaitu ketiadaan atau kekurangan zat-
zat makanan tertentu, contohnya Sindrom Korsakoff’s Juga
dikenal dengan Wernicke-Korsakoff syndromeHuman
5. Immunodeficiency Virus, Demensia yang berhubungan
dengan HIV-positif dikenal dengan nama ADC (AIDS
Dementia Complex). Di percaya terjadinya ADC ini sebagai
akibat dari sel otak yang terinfeksi virus. HIV sering kali
mentarget sistem neural yang digunakan untuk daya ingat
prosedural, yaitu striatum dan basal ganglia pada otak.
Iregular white matter, dan atropi sobkortikal
6. Penyakit Huntington’s, penyakit ini merupakan penyakit
turunan progresif dari gangguan neurodegeneratif, yang
berpengaruh kepada koordinasi otot, dan penurunan
kemampuan kognitif secara umum, terutama kemampuan
daya ingat jangka pendek, yang muncul sebelum gejala
fungsi motoriknya.gangguan ini terjadi akibat degenarasi
neuron yang terpogram secara genetik di daerah ganglia
basalis. Sasaran Huntington’s Disease (HD) khususnya
adalah striatum pada nukleus kaudatus, putamen dan globus
palidus. Korteks juga diserang, yang mnengontrol pikiran,
persepsi dan memori. Satu kekacauan iokimia yang sudah
diketahui adalah defisiensi gamma-aminobutirat (GABA)
akibat defisiensi asam glutamat.
21
7. Penyakit Parkinson, Penyakit parkinson adalah penyakit
kronis yang progresif degeneratif gangguan pada sistem saraf
pusat. Terjadi penurunan stimulasi dari korteks motorik oleh
ganglia basalis, karena insufisiensi aktifitas neurotransmiter
dopamin pada sel neuron pada substansia nigra. Sel yang
memproduksi dopamin mati atau berhenti bekerja. Semakin
berlanjutnya penyakit ini, akan mempengaruhi kemampuan
kognitif seperti kemampuan penyelesaian masalah, daya ingat
episodik dan ingatan kerja, dan me-recall informasi yang
sudah ada.
8. Sindrom Korsakoff’s atau Wernicke-Korsakoff, yaitu
ketiadaan atau kekurangan zat-zat makanan tertentu,
contohnya Sindrom Korsakoff’s Juga dikenal dengan
Wernicke-Korsakoff syndrome, merupakan gangguan pada
otak yang di yang disebabkan oleh defisiensi tiamin (B1),
suatu bentuk malnutrisi, yang bisa dipercepat oleh konsumsi
berlebih alkohol. Defisiensi tiamin mengakibatkan kerusakan
pada talamus, korpus mamilaris hipotalamus, yang menerima
koneksi neural dari hipokampus, atropu serebri, hilang dan
rusaknya sel neuron, yang kemudian memicu terjadinya
atropi serebral, neural loss, dan kerusakan sel neuron.
9. Skizophrenia, Penyakit ini menyerang daya ingat episodik,
semantik, dan prosedural. Penderita mengalami kesusahan
pada pengkodean, penyimpanan dan re-calling kata-kata.
22
10. Stroke, hilangnya fungsi otak karena gangguan suplai darah
menuju otak. Disebabkan oleh sumbatan atau rusaknya
pembuluh darah, trombosis, emboli arteri, atau hemoragi.
Area yang tidak tersuplai darah ini tidak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya. Stroke mengakibatkan kurangnya
suplai oksigen pada lobus temporal, sehingga mengganggu
daya ingat jangka pendek.
11. Sindrom Tourette, abnormalitas pada jalur dimana hormon
dan neurotransmitter berkomunikasi. Sindrom ini
mengganggu daya ingat prosedural.
12. (Obsessive-Compulsive Disorder) OCD, OCD adalah
gangguan mental yang merupakan hasil dari ketidak
seimbangnya daya ingat jangka panjang dan jangka pendek.
penderita terbukti mengalami defisit pada daya ingat non-
verbal, visual atau spasial. OCD berhubungan dengan
abnormalitas pada neurotransmitter serotonin, dan
miskomunikasi antara bagian yang berbeda pada otak.
2.1.3.5 Faktor-faktor lainnya
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi daya ingat
yaitu kemampuan konsentrasi dan atensi atau perhatian.
Konsentrasi adalah kesatuan keseimbangan yang terfokus
perhatiannya pada objek yang spesifik proses konsentrasi dan
atensi mempengaruhi kemampuan daya ingat yang akan berdampak
kepada kemampuan belajar (Ram Kalap Tiwari, 2015), faktor
23
lainnya adalah kondisi psikologis seperti stress dan depresi.
Tingkat stress pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki
(Veyna Reysa Talumewo, 2014). Pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran yang diteliti di Universitas Tanjung Pura, gejala
anxietas lebih banyak terjadi pada mahasiswa perempuan (60,0%)
dibandingkan laki-laki (51,3%). (Haryono, 2011). Penelitian pada
mahasiswa FK UMM didapatkan Tingkat stress di tahun ketiga
lebih rendah daripada tahun pertama (Ariyani, 2011).
Gangguan kognitif dapat menjadi komponen inti dari
kondisi depresi mayor (Miquel Roca, et al. 2015), dan riwayat
kerusakan otak akibat trauma pada kepala. Trauma dikepala
mengakibatkan adanya lesi di hipokampus atau sel-sel neuron yang
lainnya, dan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit neurologis,
penurunan kesadaran, dan terganggunya fungsi indra spesifik
(Pedro, 2015)
Gaya hidup juga dapat mempengaruhi fungsi daya ingat,
seperti kurang tidur jangka panjang, pada sebuah penelitian pada
tikus yang di induksi sleep deprivation terbukti mengalami
penurunan kemampuan daya ingat spasial (Esmaeilpour, et al.
2015)
2.1.4 Pemeriksaan Kemampuan Daya Ingat
Berdasarkan Lionel Ginsberg, 2008, pemeriksaan fisik sederhana
untuk fungsi daya ingat meliputi:
24
1. Menyebutkan kembali informasi verbal kompleks (sebuah
nama dan alamat setelah 5-10 menit, daftar kata-kata, dan
cerita) dan gambar geometrik, masing-masing untuk
memeriksa daya ingat episodik anterograd verbal dan
nonverbal.
2. Menyebutkan kembali detail autobiografi untuk memeriksa
daya ingat retrograd episodik.
3. Tes pengetahuan umum dan kosakata, untuk memeriksa daya
ingat sematik, seperti berita-berita terbaru, nama dari figur
politik/ figur terkenal lainnya.
Ada beberapa uji kemampuan daya ingat yang digunakan
sebagai instrumen penelitian, sebagai berikut:
1. Forward and backward digit span (Wechsler Adult
Intelligence Scale)
Intruksi: Peneliti menyebutkan deratan angka dalam nada suara
normal dengan kecepatan 1 angka perdetik, jangan
mengelompokan angka. Dimulai dari 2 digit, ditambah satu
digit seterusnya, hingga subjek tidak bisa mengulang. Subjek
diminta menyebutkan kembali angka-angka tersebut secara
berurutan dan benar.
Penilaian dan interpretasi:
Forward digit span, subjek normal dapat mengulang 5-7 angka
dengan urut. Bila <5 indikasi adanya gangguan atensi.
25
Backward digit span, subjek normal dapat mengulang 4 angka
dengan urut. Bila <4 indikasi adanya gangguan atensi.
WAIS digitspan Backward merupakan uji yang digunakan
untuk menilai central excecutive function yang berperan
penting pada kemampuan berkonsentrasi, sedangkan WAIS
digitspan Forward digunakan untuk menilai Phonological
loop, yang berperan pada saat penarikan kesimpulan, serta
penyimpanan informasi verbal. Subjek tidak hanya harus
mengumpulkan informasi dan mempertahankan informasi
auditorik, tetapi juga diperlukan kemampuan untuk
mentransformasi dan memanipulasi informasi tersebut (Suarez,
2016)
2. Clock Drawing Test (CDT)
Mengambar bentuk jam yang menunjukan pukul sebelas lewat
sepuluh menit (Shulman, 1993). CDT telah diterima sebagai
alat deteksi awal demensia. Menggambarkan fungsi lobus
frontal dan temporoparietal. Pemeriksaan CDT ditekankan
pada working memory, auditory comprehention, fungsi
eksekutif (sequencing, planning, organizing, modifying
behavior), dan konstruksional praktis (fungsi
visuopersepsional dan visuospasial). (Bahrudin, 2011)
Intruksi:
a. Letakkan sehelai kertas dan sebuah pensil, tanpa
penghapus di hadapan subjek
26
b. Minta subjek untuk menggambarkan sebuah jam dinding
bulat beserta angka-angkanya dalam posisi yang benar.
c. Setelah selesai minta subjek untuk menggambar jarum jam
yang menunjukan pukul sebelas lewat sepuluh menit.
Penilaian dan interpretasi:
a. Menggambar lingkaran tertutup (1 poin)
b. Kedua belas angka lengkap (1 poin)
c. Meletakan angka secara tepat (1 poin)
d. Jarum jam dalam posisi yang tepat (1 poin)
Skor terendah adalah <4, indikasi perlunya evaluasi kognisi
lebih lanjut.
3. Comprehensive Computerized Six-Task Cognitive Test Battery
version 1.2.4
Tes menggunakan komputer dengan sistem operator window
dan digunakan untuk menilai fungsi kognitive secara luas,
mulai dari keterampilan sederhana hingga kompleks, termasuk
vigilance (psychomotor vigilance test), subjek merespon
secepat mungkin dengan memencet tombol saat stimulus dari
komputer muncul, stimulus muncul dengan interval yang
berbeda-beda. Parameternya termasuk waktu reaksi, false
alarm, number of lapse, dan durasi respon yang memanjang.
Subjek normal dapat memberi reaksi <500 ms. Tes ini
membutuhkan waktu 5 menit), reaction time, working memory
dan logical reasoning. Tes yang digunakan untuk menilai
27
fungsi daya ingat adalah repeated acquisition test (uji ini
menilai learning dan short term memory. Subjek akan
diberikan sebuah bujur sangkar di layar komputer, dengan
garis luar yang terlihat pada awal game. Tiap respon yang
benar akan mengisi sekian porsi kotak tersebut dengan warna
kuning yang solid dari sisi kiri ke kanan. Tiap respon yang
salah akan membuat layar menjadi kosong selama 0,5 detik.
Kemudian tampilan layar kembali seperti sebelum memilih
respon yang salah. Bila kotak sudah penuh dengan warna
kuning, layar akan kosong dan memberikan kotak baru untuk
trial berikutnya. Subjek normal dapat menyelesaikan 15 kotak
uji ini membutuhkan waktu 10 menit) dan matching to sample
(untuk menilai daya ingat jangka pendek spasial. Subjek di
tunjukan sebuah matriks merah, hijau pada layar yang
berwarna. Matriks akan muncul di layar selama 4 detik,
kemudian hilang. Kemudian akan muncul 2 matriks. Satu yang
telah muncul sebelumnya, ssan satu matriks baru dengan
warna yang berbeda tipis. Subjek diminta untuk memilih
matriks mana yang sesuai dengan contoh sebelumnya dengan
memencet tombol. Bila subjek belum memilih hingga 15 detik,
uji ini diselesaikan atau time-out recorded. Uji ini
membutuhkan waktu 5 menit).
28
2.2 Cairan tubuh
Air beserta unsur-unsur di dalamnya yang diperlukan untuk
kesehatan sel disebut cairan tubuh, dan cairan ini sebagian berada di dalam
dan sebagian di luar sel. (Evelyn C. Pearce, 2009).
Elektrolit
Elektrolit adalah molekul bermuatan atau ion yang ada di dalam
maupun diluar sel pada tubuh (intrasel dan ekstrasel). Ion ini
mempengaruhi konsentrasi cairan tubuh dan pergerakannya di antara
intrasel dan ekstrasel. Regulasi elektrolit melibatnya banyak sistem organ,
dan sangat penting untuk menjaga homeostasis. Elektrolit di hitung
menggunakan satuan miliekuivalen per liter (mEq/L). (Joyce Y. Johnson,
2008).
Berdasarkan Syaifuddin, 2009, beberapa fungsi elektrolit adalah
sebagai berikut:
1. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel
dan di luar sel terutama dengan adanya natrium. Apabila
jumlah natrium dalam CES meningkat maka sejumlah cairan
akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
2. Mengatur keseimbangan asam-basa dan menentukan pH darah
dengan adanya sistem buffer.
3. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS
maka akan terjadi perpindahan yang menghasilkan impuls-
impuls saraf dan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.
29
Joyce Y. Johnson, 2008, menjelaskan ion-ion yang paling penting
dalam cairan tubuh, yaitu:
1. Natrium. karena natrium sangat mempengaruhi tekanan
osmotik, yang sangat berperan dalam regulasi cairan tubuh. Saat
natrium di absorbsi, akan diikuti dengan air (osmosis).
2. Kalium. Kalium perberan penting pada resting membrane
potential, yang sangat mempengaruhi sel yang dapat dirangsang
dengan muatan listrik, seperti sel neuron dan sel otot. Ion kalium
dapat menyebabkan depolarisasi dan hiperpolarisasi, yang
menimbulkan hiperaktivasi atau inaktivasi jaringan
3. Kalsium. Hampir sama dengan kalium, dapat mempengaruhi
jaringan yang terangsang oleh muatan listrik. Kadal kalsium
yang rendah menyebabkan peningkatan permeabilitas membran
plasma terhadap natrium, dan timbullah gejala seperti kejang
dan spasme. Sedangkan tingginya kadar kalsium dapat
mencegah depolarisasi normal sel neuron dan sel otot dengan
menurunkan permeabilitas membran terhadap natrium, sehingga
turunnya rangsangan yang mengakibatkan gejala kelemahan,
konstipasi, dan lelah.
4. Magnesium. Seperti kalsium, magnesium paling banyak
tersimpan di tulang, kebanyakan terdapat di dalam cairan
intrasel. Magnesium mempengaruhi transport aktif natrium dan
kalium melewati membran sel. Kadar magnesium diregulasi
secara ketat pada reabsorbsi di ginjal.
30
5. Klorida. Clorida sangat mudah ditarik oleh kation, seperti
natrium, kalium, dan kalsium. Karena itu, kadar klorida dalam
tubuh sangat dipengaruhi oleh regulasi dari kation dalam cairan
ekstrasel.
6. Fosfor. Ditemukan dalam tubuh dengan bentuk fosfat. Fosfat
ditemukan paling banyak di gigi, dan tulang (85%), dan
berikatan dengan kalsium. Dan yang lainnya di dalam sel. Fosfat
berikatan dengan lemak, protein, karbohidrat, dan komponen
mayor dari DNA (Deoxyribose-nucleic acid), RNA (Ribose
nucleic acid), dan ATP (Adenosine triphosphate). Fosfat sangat
penting dalam regulasi aktivitas enzim dan bertindak sebagai
buffer dalam keseimbangan asam-basa.
2.2.1 Kehilangan cairan tubuh harian
Berdasarkan Arthur C. Guyton, 2012, Secara fisiologis, tubuh
mempunyai mekanisme untuk mengeluarkan cairan dari tubuh, yang
merupakan kebanyakan adalah kasil dari metabolisme dan ekskresi. Yaitu:
1. Insensible water loss
Beberapa pengeluaran cairan tidak dapat di atur secara tepat.
Contohnya ada kehilangan air yang berlangsung secara terus
menerus, melalui evaporasi dari traktus respiratorius, dan
difusi melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan air 700
ml/hari pada keadaan normal. Insensible water loss yang
terjadi pada kulit tidak berlangsung pada keringat. Jumlah rata-
rata kehilangan air dengan cara difusi melalui kulit sekitar 300
31
sampai 400ml/hari. Insensible water loss melalui traktus
respiratorius rata-rata berkisar antara 300 sampai 400 ml/hari.
2. Melalui keringat
Jumlah air yang hilang melalui keringat sangat bervariasi,
tergantung pada aktivitas fisik, suhu, dan lingkungan. Volume
keringat normal biasanya 100 ml/hari, tetapi di cuaca yang
panas bisa mencapai 1-2 liter/hari
3. Melalui feses
Secara normal hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan
melalui feses (100 ml/hari). jumlah ini dapat meningkat sampai
beberapa liter sehari pada pasien diare berat.
4. Melalui ginjal
Kehilangan air juga dapat melalui urin, yang di ekskresikan
oleh ginjal. Ada beberapa mekanisme yang mengatur
kecepatan ekskresi urin, dan mekanisme ini merupakan cara
paling penting bagi tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan asupan dan keluaran cairan beserta
elektrolitnya. Jumlah urin dapat sebanyak 0,5 liter/hari pada
orang dehidrasi, dan 20 l/hari pada orang yang minum banyak
air.
2.2.2 Keseimbangan Asupan dan Keluaran Cairan
Air ditambahkan kedalam tubuh dari dua sumber utama: (1) air
atau makanan (2100 ml/hari), (2) hasil sintesis tubuh (200 ml/hari). asupan
cairan sangat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung aktifitas,
32
cuaca dan kebiasaan. Regulasi cairan tubuh dikendalikan oleh beberapa
faktor yaitu: Renin Angiotensin Aldhosterone System (RAAS), tekanan
darah arteri. (Guyton, 2012)
2.2.3 Kompartemen Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh didistribusikan terutama pada dua
kompartemen: cairan ekstraselular dan intraselular. Cairan ekstraselular
dibagi menjadi cairan intersitial dan plasma darah. Ada juga kompartemen
lainnya yang lebih kecil disebut sebagai cairan transelular.. kompartemen
ini meliputi cairan sinovial pada rongga sendi, cairan peritoneum,
perikardium, intraokular, dan cairan serebrospinal. Cairan transeluler
seluruhnya berjumlah 1 sampai 2 liter. Rata-rata orang dengan berat 70 kg,
memiliki tital cairan tubuh sekitar 60% berat badan, atau sekitar 42 liter.
Presentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin, dan
derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, presentase total
cairan tubuh terhadap berat badan berangsur-angsur turun, sebagai akibat
dari penuaan. (Arthur C. Guyton, 2012)
Cairan intraseluler merupakan 50% berat tubuh, mengandung
elektrolit, kalium, fosfat, dan bahan makanan, seperti glukosa, dan asam
amino. Cairan ekstraseluler atau cairan intersitisiil membentuk 30% cairan
tubuh (kira-kira 12 liter). Air ini merupakan medium, yaitu berada di
tengah-tengah sel hidup. Sel menerima garam, makanan, dan oksigen lalu
melepaskan semua hasil buangannya ke dalam cairan itu juga. Plasma
darah merupakan 5% dari berat tubuh (sekitar 3 liter) dan merupakan
33
sistem transport yang melayani semua sel melalui medium cairan
ekstraseluler. (Evelyn C. Pearce, 2009)
Darah mengandung cairan ekstrasel (cairan dalam plasma), dan
cairan intrasel (cairan dalam sel darah merah). Akan tetapi darah di anggap
sebagai kompartemen cairan terpisah karena karena darah terkandung
dalam ruangannya sendiri, yaitu sistem sirkulasi. Rata-rata volume darah
orang dewasa adalah sekitar 7 persen dari berat tubuh, atau sekitar 5 liter.
Sekitar 60% darah berupa plasma, dan 40% nya berupa sel darah merah,
namun persentase ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, berat
badan, dan faktor lainnya. (Arthur C. Guyton, 2012)
2.2.4 Regulasi Keseimbangan Cairan dalam Tubuh
2.2.4.1 Pertukaran cairan dalam jaringan
Cairan dalam plasma berada di bawah tekanan hidrostatik
yang lebih besar daripada tekanan intersitital. Karena itu, cairan ini
cenderung keluar dari pembuluh kapiler. Akan tetapi di dalam
plasma ada protein, sedangkan cairan intersitial tidak mengandung
protein, protein plasma ini mengeluarkan tekanan osmotik yang
merusaha menghisap cairan masuk pembuluh kapiler. Di ujung
kapiler arteri, tekanan hidrostatik lebih besar daripada tekanan
osmotik. Karena itu, perimbangan kekuatan mendorong cairan
masuk ke jaringan. Pada ujung vena tekanan hidrostatik kurang,
tekanan osmotik mengatasinya dan menarik kembali cairan itu
masuk kapiler. Secara normal cairan yang meninggalkan kapiler
lebih banyak daripada cairan yang kembali masuk ke dalamnya.
34
Kelebihan ini disalurkan melalui limfe (getah bening). Pertukaran
cairan antara cairan ekstraseluler dan intraseluler juga bergantung
pada tekanan osmotik. Akan tetapi, membran sel juga mempunyai
permeabilitas selektif yang mengizinkan dilalui beberapa bahan
secara bebas, seperti oksigen, karbondioksida, dan urea.
Bersamaan dengan itu membran sel memompa bahan lain masuk
atau keluar untuk mempertahankan perbedaan perbedaan
konsentrasi dalam cairan intra dan ekstraseluler. Misalnya kalium
dikonsentrasikan dalam cairan intraseluler, sedangkan natrium di
pompa keluar. (Evelyn C. Pearce, 2009)
2.2.4.2 Keseimbangan Osmotik dan Osmosis
Regulasi cairan sangat bergantung pada osmolalitas, atau
konsentrasi zat terlarut pada darah. Saat kadar air meningkat pada
darah, osmolalitasnya akan turun dan menimbulkan hipo-osmolar,
dimana jumlah zat terlarut lebih sedikit daripada jumlah air. Saat
tubuh banyak kehilangan air, osmolalitas tubuh meningkat,
menimbulkan hiperosmolar, dimana jumlah zat terlarut lebih
banyak dari pada air. (Joyce Y. Johnson, 2008)
Osmosis adalah pergerakan air (difusi) molekul air yang
menyebrangi membran permeabel selektif dari tempat yang
konsentrasi airnya tinggi ke tempat yang konsentrasi airnya lebih
rendah, atau dari konsentrasi terlarut rendah ke konsentrasi terlarut
yang lebih tinggi. (Joyce Y. Johnson, 2008) Karena membran
semipermeabel terhadap kebanyakan zat terlarut tetapi permeabel
35
terhadap air, maka bila pada salah satu sisi membran sel
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi, koma air akan berdifusi
melintasi membran menuju daerah dengankonsentrasi zat terlarut
yang lebih tinggi, sampai konsentrasi air pada kedua sisi membran
sama. Kecepatan difusi air ini disebut kecepatan osmosis. (Arthur
C. Guyton, 2012)
2.2.5 Mekanisme Haus
Ginjal meminimalkan kehilangan cairan selama terjadi kekurangan
air, melalui sistem umpan balik osmoreseptor-ADH. Akan tetapi asupan
cairan yang adekuat diperlukan untuk mengimbangi kehilangan cairan
yang terjadi melalui keringat dan napas serta melalui saluran pencernaan.
Disinilah pentingnya rasa haus, yang bersama dengan mekanisme
osmoreseptor-ADH, mempertahankan kontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dan konsentrasi natrium secara tepat. Peningkatan terdapat suatu daerah
kecil yang terletak anterolateral dari nukleus preoptik, yang bila
distimulasisecara listrik, menyebabkan kegiatan minum dengan segera dan
berlanjut selama rangsangan berlangsung. Semua cdaerah ini bersama-
sama disebut pusat rasa haus. Neuron-neuron di pusat rasa haus memberi
respon terhadap penyuntikan larutan garam hipertonik dengan cara
merangsang perilaku minum. Sel-sel ini hampir berfungsi sebagai
osmoreseptor untuk mengaktivasi mekanisme rasa haus, dengan cara yang
sama saat osmoreseptor merangsang pelepasan ADH. Peningkatan
osmolalitas di cairan serebrospinal di ventrikel ketiga memberi pengaruh
36
yang ada dasarnya sama, yaitu menimbulkan keinginan untuk minum.
(Arthur C. Guyton, 2012)
Arthur C. Guyton, 2012, memaparkan beberapa stimulus rasa haus
sebagai berikut:
1. Peningkatan osmolalitas cairan ekstrasel, yang menyebabkan
dehidrasi intrasel di pusat rasa haus, dan menstimulasi
hipotalamus untuk memberi persepsi rasa haus.
2. Penurunan volume cairan ekstrasel dan tekanan arteri
merangsang rasa haus melalui jalur yang tidak bergantung pada
jalur yang distimulasi oleh peningkatan osmolalitas plasma.
Hal ini terjadi akibat input netral dari baroreseptor
kardiopulmonal, dan baoreseptor arteri sistemik di sirkulasi.
3. Angiotensin II. Angiotensin II distimulasi oleh faktor-faktor
yang berhubungan dengan hipovolemia dan tekanan darah
rendah. Pengaruhnya, rasa haus membantu memulihkan
volume darah dan tekanan menjadi normal, dan menurunkan
ekskresi cairan pada ginjal.
4. Kekeringan pada mulut dan membran mukosa esofagus dapat
mendatangnkan sensasi rasa haus. Walaupun air yang diminum
belum di absorbsi dari saluran pencernaan dan belum memberi
efek pada osmolalitas cairan ekstraseluler, basahnya membran
mukosa ini sudah melepaskan dahaga individu.
37
5. Stimulus gastrointestinal dan faring mempengaruhi timbulnya
rasa haus. Distensi saluran pencernaan juga dapat mengurangi
rasa haus
Bila konsentrasi natrium hanya meningkat sekitar 2 mEq/L di atas
normal, mekanisme rasa haus di aktifkan, yang menimbulkan keinginan
untuk minum air. Keadaan ini disebut ambang batas untuk minum.
Tabel 2.1 Pengaturan rasa haus
Peningkatan rasa haus Pengurangan rasa haus
↑ Osmolalitas ↓ Osmolalitas
↓ Volume darah ↑ Volume darah
↓ Tekanan darah ↑ Tekanan darah
↑ Angiotensin II ↓ Angiotensin II
Kekeringan mulut Distensi lambung
(Arthur C. Guyton, 2012)
2.3 Dehidrasi Hipovolemi
2.3.1 Definisi
Dehidrasi adalah kondisi dimana kurangnya cairan tubuh melewati
ambang batas normal. (Evelyn C. Pearce, 2009).
Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada
mahasiswa angkatan 20013 fakultas kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang menunjukkan bahwa 71,2% dari responden
minum kurang dari 8 gelas sehari.
38
2.3.2 Penyebab
Menurut Joyce Y. Johnson, 2008, ada dua penyebab utama
dehidrasi hipovolemia. Yaitu menurunnya konsumsi cairan, dan
kehilangan cairan tubuh, yang di uraikan sebagai berikut:
1. menurunnya konsumsi cairan
a. tidak ada akses untuk mendapatkan air dan makanan bersih
b. tidak mampu makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang
lain
c. tidak mampu mengunyah
d. tidak mampu menelan
e. berkurangnya nafsu makan (contohnya karena mual)
2. kehilangan cairan tubuh
a. muntah
b. diare
c. malabsorbsi
d. perdarahan
e. pengeringan cairan (contohnya akibat luka, hisapan
nasogastrik
2.3.3 Pengaruh dehidrasi pada otak
Intake cairan yang tidak adekuat dapat mempengaruhi otak dari
berbagai macam aspek. Hal ini sangat berhubungan dengan fungsi otak
sesuai dengan peran aspek tersebut. Efek dehidrasi terhadap otak adalah
sebagai berikut:
39
1. Darah dan serum (Biller, 2015).
- Jumlah hematocrite (HCT) menurun
- Osmolalitas meningkat 0,67%.
- Konsentrasi K +
turun
- serum glukosa juga menururn.
- Kadar H2O turun 1, 63%
2. Jaringan otak.
Pada keadaan normo- ke dehidrasi menunjukan menurunan
H2O pada otak yang signifikan saat dehidrasi. Terdapat cell
shrinking akibat hiperosmolaritas yang menyebabkan
menurunan volume keseluruhan otak, korteks serebri
(penipisan korteks serebri), substansia alba, dan
hipotalamus/talamus.. (Biller, 2015)
(A Biller, 2015)
Gambar 2.3
Analisa ketebalan korteks.
40
3. Sirkulasi darah di otak
Dehidrasi dengan berkurangnya 3,2% cairan tubuh
menurunnya volume darah dan kecepatan aliran darah di arteri
karotis interna. A.carotis externa memvaskularisasi struktur
luar kepala dan sebagian besar leher. A.carotis interna
memvaskularisasi struktur dalam kepala, cavitas cranii dan
orbita (Trangmar, et al. 2015)
Sistem arteri karotis membawa 80% darah yang diperlukan
oleh otak. Cabang dari arteri karotis terutama memberi darah
otak di bagian depan (a. Serebri anterior), atas (a. Serebri
anterior) dan lateral (a. Serebri medial). Arteri karotis bersama
dengan arteri vertebralis membentuk sirkulasi kolateral dalam
bentuk sirkulus wilisii. (Bahrudin, 2012)
(Trangmar, 2015)
Gambar 2.4
Konduktans ekstraserebri vaskular selama aktifitas fisik
41
4. Densitas astrosit di korpus kalosum
Dehidrasi pada sampel tikus menunjukan adanya penurunan
densitas pada astrosit di korpus kalosum. Korpus kalosum
adalah traktus substansia alba terbesar pada mamalia, dimana
terdapat lebih dari 99% sel somata yang berkorespodensi
dengan sel glia. Glia merupakan populasi terbesar pada sistem
saraf pusat, yang memiliki peran penting untuk mensuplai
energi kepada neuron. Pada penelitian ini, dehidrasi
mengakibatkan penurunan densitas astrosit di korpus kalosum
sebanyak 34%. Rasio jumlah astrosit dan sel glia didapatkan
menurun 57,5%. (Haro, 2015).
Astrosit berfungsi untuk memelihara Blood Brain Barrier,
pengaturan ion, nutrisi, dan konsentrasi gas terlarit,
mengabsorbsi dan mendaur ulang neurotransmitter (Bahrudin,
2012)
(Haro, 2015)
Gambar 2.5
Perbedaan densitas astrosit pada kelompok kontrol (CTRL) dan dehydration
induced anorexia (DIA)
42
5. Cairan Serebrospinal
Dehidrasi dapat mengakibatkan perubahan volume ventrikel
otak (terutama ventrikel 4), sehingga mempengaruhi jumlah
cairan serebrospinal (Streitbu¨rger, et al. 2012). Salah satu
fungsi dari cairan serebrospinal adalah penyalur nutrisi dan
pesan pesan kimia. (Bahrudin, 2012)
(Haro, 2015)
Gambar 2.6
Efek dehidrasi terhadap ventrikel 3, 4 dan lateral dengan SIENAr
Lawrence E. Armstrong, et al. 2012, meneliti variabel psikologis
(menghitung kadar hormon kortisol pada urin), uji kognitif (meliputi
keterampilan kompleks, kewaspadaan, waktu bereaksi, pembelajaran,
memori, dan kemampuan analisa analisa). uji ini dilakukan 20 menit
setelah induksi dehidrasi dengan olahraga (treadmil 40 menit, 5,6 km/jam,
kemudian beristirahat di sebuah ruangan yang nyaman dan tenang bersuhu
23oC selama 20 menit), dan uji kognitif dengan cognitive test battery
(computerized cognitive test software, version 1.2.4). Kehilangan cairan
tubuh sebanyak 1% sudah dapat memberikan dampak pada uji kognitif,
43
tetapi tidak berdampak secara signifikan terhadap kewaspadaan mata.
Sementara itu, suasana hati (mood) dan kemampuan konsentrasi juga
terlihat berpengaruh pada penelitian ini setelah kehilangan 1,36% berat
badan relawan.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Matthew S.
Ganio, et al. 2011, menggunakan 26 pria berusia 20 tahun yang di induksi
dehidrasi dengan treadmil 40 menit, 5,6km/jam. Memberikan hasil adanya
keterkaitan antara dehidrasi dengan kewaspadaan visual, psikomotor,
waktu bereaksi, kemampuan analisa, suasana hati, dan skala analog visual,
dengan uji comprehensive computerized six-task cognitive test battery.
Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada 10 sampel (5
sampel kontrol, 5 sampel perlakuan) menunjukan ada perbedaan skor uji daya
ingat pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan
yang di induksi dehidrasi, 4 dari 5 subjek mengalami penurunan skor, sedangkan
pada kelompok kontrol, hanya 3 dari 5 subjek yang mengalami penurunan skor.
Penelitian ini akan dilanjutkan dengan penelitian yang sesungguhnya dengan
menggunakan sampel yang lebih besar.
2.3.4 Induksi dehidrasi
Menurut Harris R Lieberman 2012, ada beberapa metode untuk
menginduksi dehidrasi dalam sebuah penelitian. Yaitu:
1. Heat stress 35OC
2. Aktifitas fisik
a. Treadmil 40 menit, dapat menurunkan caitan total sebanyak
minimal 1% (Lieberman, 2012)
44
b. Ergocycle 120 menit, dapat menurunkan cairan total tubuh
sebanyak 3% (Trangmar, 2015)
c. lari sebanyak 12,5 kali putaran lapangan sepak bola 5 km selama
max 45 menit. (Prasetya, et al, 2015)
3. dehydration-induced anorexia (Haro, 2015)
4. Obat-obatan diuretik seperti Furosemid 40 mg (Armstrong, 2012)
2.3.5 penilaian dehidrasi
1. hipotensi ortostatik: penurunan tekanan darah systole >20 mmHg,
diastole >10 mmHg yang diukur saat berdiri dan berbaring.
2. Peningkatan suhu tubuh 1% di atas normal
3. Kenaikan Heart Rate di atas normal (>100x/menit)
4. Berat bedan yang hilang minimal 0,5%
5. Jumlah keringat yang hilang minimal 645 ml yang di ukur dengan
rumus berat badan 1 –berat badan 2 + konsumsi cairan selama latihan
– volume urin setelah latihan (ml).
6. Pengukuran berat jenis urin ≥ 1.010 g/dl
top related