market brief -...
Post on 17-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MARKET BRIEF
ATASE PERDAGANGAN KBRI - MANILA
JUNI
2014
1
PENJELASAN SINGKAT PASAR
PRODUK MEBEL KAYU
DI FILIPINA
Daftar Isi
1. Iktisar
a. Penjelasan tentang Mebel Kayu
b. Data Perdagangan
c. Negara Pesaing
2. Selera Konsumen
3. Kebijakan perdagangan dan produk derivatifnya di Filipina
4. Saluran Distribusi Pemasaran
5. Analisis
a. Kekuatan;
b. Kelemahan;
c. Peluang;
d. Hambatan;
6. Rekomendasi;
7. Lembaga/Instansi yang bisa dihubungi jika terjadi sengketa
8. Daftar Importir
2
1. IKTISAR
a. Penjelasan Produk
Mebel Kayu mengacu pada kursi, terutama kursi dengan
kerangka kayu; mebel kayu lainnya, yang biasa digunakan
di kantor-kantor; mebel lainnya, yang biasa digunakan di
dapur; dan mebel lainnya. Produksi mebel kayu mengacu
pada produksi mebel yang beraneka ragam dengan kayu alami
atau papan kayu buatan sebagai bahan baku utamanya dan
bahan baku tambahan lainnya seperti cat, pelapis
permukaan, kaca dan peralatan perangkat logam. Industri
ini meliputi: berbagai jenis mebel yang memiliki struktur
kerangka, struktur pelat, struktur modul dan struktur
kayu lentur; kursi berkerangka kayu dengan alas yang
lembut; dan juga ranjang kayu.
Produk-produk mebel kayu Indonesia dibuat dari produk
kayu yang berasal dari hutan tropis lokal Indonesia. Kayu
yang paling umum digunakan untuk pembuatan mebel
berkualitas tinggi adalah kayu jati dan mahoni. Produk-
produk kayu yang diproduksi untuk masyarakat golongan
bawah biasanya menggunakan bubur kayu yang dipadatkan
yang dibuat menjadi papan serat dan papan partikel dengan
kepadatan rendah, sedang atau tinggi.
3
Produk mebel kayu tertuang pada Pasal XX peraturan ASEAN
Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN), secara khusus
dijelaskan sebagai Miscellaneous Manufactured Articles.
Untuk tujuan dari ringkasan pasar ini, produk mebel kayu
tercantum dalam enam (6) peraturan ASEAN Harmonized
Tariff Nomenclature (AHTN), secara umum dikelompokkan
dalam Peraturan HS 9403 – Mebel lain dan bagiannya:
HS 9403.30.00 - Mebel kayu yang digunakan di kantor
HS 9403.40.00 - Mebel kayu yang digunakan di dapur
HS 9403.50.00 - Mebel kayu yang digunakan di kamar tidur
HS 9403.60 - Mebel kayu lainnya:
HS 9403.60.10 - Lemari uap
HS 9403.60.90 - Lain-lain
b. Data Perdagangan
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara eksportir
terbesar untuk mebel kayu di dunia. Mebel kayu menjadi
andalan tradisional dari sektor mebel Indonesia yang
menyumbang 58,1% dari total ekspor industri pada tahun
2010 (ASMINDO). Jawa Tengah dan Jepara khususnya adalah
pusat utama untuk industri mebel kayu dengan bahan baku
kayu jati, mahoni dan kayu yang dikeringkan yang
merupakan bahan baku paling banyak digunakan untuk pasar
lokal dan internasional. Memang, Industri mebel kayu
4
telah memberikan konstribusi yang cukup besar dalam
perekonomian nasional Indonesia.
Mebel kayu Indonesia juga telah diekspor secara luas ke
banyak negara di seluruh dunia. Sebagian besar dari
produk-produk tersebut diekspor ke Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa. Meskipun, sampai hari ini, posisi
Indonesia masih cukup lemah dibandingkan dengan Cina
dalam hal ekspor mebel, Indonesia tetap memiliki prospek
pertumbuhan jangka panjang setidaknya pada dua aspek.
Pertama, negara-negara importir utama dari ekspor mebel
Indonesia sekarang adalah Amerika Serikat, Kanada dan Uni
Eropa, dan negara-negara tersebut telah menjada mitra
bisnis yang penting bagi Indonesia (tidak terbatas pada
mebel saja tapi juga banyak produk lainnya). Hal ini
berarti tidak ada hambatan budaya atau selera terhadap
produk Indonesia, kecuali mungkin pembatasan teknis untuk
produk tertentu seperti hambatan non-tarif.
Berdasarkan data terlampir yang didapatkan dari National
Statistif Office (NSO) yang berjudul Impor & Ekspor Mebel
Kayu Filipina, Indonesia adalah salah satu dari negara
perdagangan besar yang mengekspor mebel kayu ke Filipina
dengan jumlah total US$ 905.643 pada tahun 2010, US$
933.805 pada tahun 2011, US$ 684.094 pada tahun 2012 dan
5
US$ 877.528 pada tahun 2013. Sehubungan dengan pangsa
Indonesia di impor Filipina untuk produk-produk tersebut
terhadap dunia pada tahun 2013, Indonesia memperoleh
peringkat 10 pada tahun 2013 mendapatkan 4,97% pangsa
dari total impor mebel kayu Filipina. Gambar ini
menunjukkan peningkatan prosentase pangsa sebesar 1,53%
dari tahun sebelumnya. Data tren pada impor mebel kayu
Filipina dari Indonesia dan Dunia menunjukkan bahwa
pangsa Indonesia yang berhubungan dengan produk-produk
yang diimpor Filipina telah mengalami pergerakan
fluktuatif dari tahun 2012 sampai tahun 2013, berkisar
antara pangsa 1,53% hingga 2,42%. (Lihat Grafik 1)
Grafik 1
IMPOR PRODUK MEBEL KAYU FILIPINA
DARI INDONESIA DAN DUNIA,
TAHUN 2010-2013
6
IMPOR-EKSPOR MEBEL KAYU FILIPINA
Tahun: 2010-2013 / Januari – Februari 2013-2014
NILAI: FOB US$
IMPORTS
Trend % % Share %
Change Jan - Feb % Change
2010 2011 2012 2013 (2010-2013) 2013
(2013-2012) 2013 2014
(Jan - Feb 2014-2013)
World 37,385,657 47,895,579 44,824,600 55,281,203 11.71 100% 23% 7,859,484 9,962,032 27%
Indonesia 905,643 933,805 684,094 877,528 -3.98 2% 28% 118,779 176,374 48%
% Share 2.42% 1.95% 1.53% 1.59% 1.51% 1.77%
1 PEOPLE'S REPUBLIC OF CHINA 16,412,664 25,265,176 21,814,488 27,775,473 15.39 50% 27% 3,400,697 4,816,440 42%
2 MALAYSIA 9,323,282 10,537,737 10,682,504 12,057,703 8.17 22% 13% 1,823,378 2,178,845 19%
3 GERMANY 288,904 741,082 424,732 2,345,636 77.29 4% 452% 156,867 209,715 34%
4 JAPAN 1,145,517 1,519,181 1,688,520 2,305,259 24.65 4% 37% 214,094 349,626 63%
5 THAILAND 1,869,754 2,308,098 2,224,667 1,944,225 0.81 4% -13% 325,471 364,476 12%
6 REPUBLIC OF KOREA 1,438,725 964,225 1,150,496 1,866,837 10.05 3% 62% 545,858 248,190 -55%
7 SINGAPORE 790,200 814,521 1,681,209 1,366,819 26.73 2% -19% 334,746 227,320 -32%
8 UNITED STATES OF AMERICA 840,836 838,381 901,622 1,172,361 11.29 2% 30% 157,200 360,230 129%
9 TAIWAN (REP. OF CHINA) 2,116,469 2,001,660 985,014 1,151,338 -22.40 2% 17% 204,173 199,213 -2%
10 INDONESIA 905,643 933,805 684,094 877,528 -3.98 2% 28% 118,779 176,374 48%
TABEL 1
7
EXPORTS
Trend % % Share %
Change Jan - Feb % Change
2010 2011 2012 2013 (2010-2013) 2013
(2013-2012) 2013 2014
(Jan 2014-2013)
World 59,649,815 61,078,907 67,959,601 85,986,495 12.79 100% 27% 12,758,125 20,721,266 62%
Indonesia 24,764 103,758 174,737 109,835 64.71 0% -37% 25,000 17,544 -30%
% Share 0.04% 0.17% 0.26% 0.13% 0.20% 0.08%
1 UNITED STATES OF AMERICA 41,227,572 35,718,045 41,418,164 44,492,210 3.84 52% 7% 7,574,808 12,090,024 60%
2 JAPAN 2,551,395 5,054,125 5,381,884 13,511,165 65.92 16% 151% 1,593,442 3,162,389 98%
3 UNITED ARAB EMIRATES, N.E.S. 758,165 3,117,872 2,843,903 3,788,495 60.55 4% 33% 878,399 1,089,048 24%
4 PEOPLE'S REPUBLIC OF CHINA 442,640 692,406 1,552,514 2,851,101 89.56 3% 84% 182,508 994,821 445%
5 NETHERLANDS 759,872 1,784,899 1,518,996 2,604,830 42.40 3% 71% 174,649 103,738 -41%
6
UK OF GREAT BRITAIN AND N. IRELAND 1,810,906 2,140,013 1,817,849 1,715,359 -3.21 2% -6% 205,050 565,980 176%
7 SINGAPORE 877,516 425,113 775,273 1,588,620 26.89 2% 105% 113,565 192,670 70%
8 HONG KONG, CHINA 280,768 432,754 657,321 1,536,693 73.63 2% 134% 182,302 103,206 -43%
9 REPUBLIC OF KOREA 903,723 803,762 523,963 1,236,749 5.27 1% 136% 152,458 350,602 130%
10 GERMANY 442,527 311,153 643,671 1,155,243 43.41 1% 79% 65,697 109,708 67%
Sumber: Philippine Statistics Authority, Manila (PSA), disediakan oleh Atase Perdagangan, KBRI – Manila.
8
Data tren pada Grafik 2 menunjukkan dominasi pasar dari RRC
dan Malaysia pada total tagihan impor untuk impor produk
mebel kayu Filipina. Secara konsisten selama empat tahun
terakhir, RRC menduduki peringkat pertama sebagai sumber
impor mebel kayu, bersaing dengan pemain perdagangan lainnya
yang kurang aktif. Meskipun terus menguasi dominasi pasar,
Cina Daratan masih mendapatkan 15,39 tren pertumbuhan sebesar
US$ 27,78 juta sebagai nilai ekspor terdaftar paling tinggi
yang dicatat pada tahun 2013. Sementara itu, ekspor produk
mebel kayu Malaysia ke Filipina telah terjamin setara dengan
tren pertumbuhan 8,17 persen, dengan US$ 12,06 juta sebagai
ekspor barang dagangan paling besar, juga pada tahun 2013.
Terlihat juga, Jerman dan Singapura memperkuat nilai ekspor
mebel kayu yang dikirim ke Filipina. Ketiga negara tersebut
telah mampu mempertahankan nilai ekspor masing-masing, namun
masih memiliki tren pertumbuhan yang optimis. Jerman telah
mencapai tren pertumbuhan yang agresif 77,29% dengan US$ 2,35
juta sebagai nilai ekspor tertinggi. Di sisi lain, Singapura
sudah semakin bersaing khususnya pada tahun 2012, yang
menghasilkan tren pertumbuhan 26,73% dengan US$ 1.68 juta
ekspor mebel kayu yang merupakan paling besar selama periode
4 tahun.
9
Grafik 2
NEGARA-NEGARA PENGIMPOR TERTINGGI PRODUK MEBEL KAYU
DI FILIPINA
TAHUN 2010-2013
Indonesia adalah salah satu dari mitra dagang besar Filipina
untuk impor mebel kayu. Indonesia tetap stabil di peringkat
10 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan tantangan dan peluang
bagi performa perdagangan Indonesia untuk meningkatkan ekspor
mebel kayu ke Filipina, ditandai dengan data impor yang
meningkat pada tahun terkini, dan untuk lebih membangkitkan
kembali performa ekspor yang rendah pada tahun 2012.
Di sisi lain, Filipina telah secara konsisten menjadi
eksportir bersih mebel kayu ke Dunia dari tahun 2010 sampai
2013. Selama empat tahun tersebut, surplus perdagangan
10
(ekspor dikurangi impor) meningkat dengan rata-rata 16,49
persen per tahun dari surplus US$ 13,18 juta pada tahun 2011
hingga surplus US$ 30,71 juta pada tahun 2013. Sesungguhnya,
mebel kayu Filipina merupakan salah satu dari produk ekspor
prioritas yang diberikan bantuan dan dukungan oleh
pemerintah. Ekspor telah tumbuh pada rata-rata tahunan
sebesar 11 persen selama sepuluh tahun terakhir. Faktanya,
hal ini telah membuat terobosan yang signifikan pada pasar
ekspor yang sangat kompetitif. Perkembangan dalam industri
ini juga terlihat pada peningkatan jumlah infrastruktur
produksi dan pengrajin yang berkemampuan tinggi dan tenaga
kerja yang mendukung lonjakan pertumbuhan industri ini.
Performa ekspor Filipina untuk produk mebel kayu ke dunia
dari tahun 2010-2013 dikarakterisasikan sebagai fluktuasi,
namun meningkat untuk menjadi lebih kompetitif, mendapatkan
US$ 85,99 juta sebagai nilai akumulasi ekspor tertinggi yang
dicatat pada tahun 2013. Filipina telah mengekspor mebel kayu
dengan konsisten ke banyak negara-negara industri tinggi
seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Hong Kong,
Belanda, Inggris, dan Jerman; yang merupakan mitra ekspor
yang melakukan impor tetap dari Filipina dari tahun 2010
sampai 2013. Hampir seluruh pasar ekspor Filipina untuk
produk mebel kayunya mengalami perubahan prosentase yang
11
positif dengan pengecualian dari Inggris. Di sisi lain,
Filipina telah mengekspor produk mebel kayu ke Indonesia dari
tahun 2010 sampai 2013, dengan gambaran perdagangan biasa
tidak melebihi US$ 200.000, Jadi, pangsa prosentase Indonesia
dalam ekspor mebel kayu Filipina tidak pernah mencapai 1
persen, hanya mendapatkan pangsa 0,26% seperti yang dihitung
pada tahun 2013. (Lihat Grafik 3).
Grafik 3
PASAR EKSPOR PRODUK MEBEL KAYU
DARI FILIPINA
TAHUN 2010-2013
12
Dari tahun 2010 sampai 2013, keseimbangan perdagangan antara
Filipina dan Indonesia untuk perdagangan mebel kayu selalu
menguntungkan Indonesia. Dalam empat tahun terakhir,
keseimbangan perdagangan antara Filipina dan Indonesia untuk
komoditas mebel kayu dikarakterisasikan sebagai nilai yang
selalu positif untuk Indonesia. Meskipun fakta bahwa
Filipiana adalah eksportir bersih mebel kayu ke dunia,
perdagangan bilateral Filipina dengan Indonesia untuk mebel
kayu telah secara konsisten menghasilkan defisit perdagangan
berkisar dari US$ 509,357 sampai US$ 880,879. Akan tetapi,
data tren menunjukkan bahwa defisit perdagangan menjadi lebih
kecil dengan tren prosentase -8,62 dalam empat tahun
terakhir.
c. Negara Pesaing
Dalam dua dekade terakhir, industri mebel Cina telah
menunjukkan pertumbuhan yang cepat, dan RRC dengan cepat
menjadi pusat produksi mebel dunia dan eksportir
terbesar. Daya saing internasional industri mebel kayu
Cina telah meningkat drastis, dan Cina sekarang adalah
eksportir besar mebel kayu. Nilai ekspor mebel kayu Cina
meningkat hampir sepuluh kali, dengan tingkat pertumbuhan
tahunan dua digit, lebih besar dari tingkat rata-rata
dunia.
13
Dengan sekitar sepertiga hasil mebel yang diekspor tiap
tahun, Cina meninggalkan Italia dan menjadi eksportir
mebel kayu global terbesar pada tahun 2004. Di dalam
kategori mebel, ada variasi posisi antara jenis produk
yang berbeda. Ekspor mebel kayu kamar tidur, kursi kayu
dan mebel kayu lainnya telah berkembang dengan cepat, dan
terhitung sekitar 90% dari total mebel kayu yang diekspor
tiap tahun. Dua jenis produk yang diekspor dari Cina
mendapatkan pangsa yang terbesar dari pasar global.
Sebaliknya, mebel kantor dan dapur kurang memegang tempat
substansial dalam ekspor.
Meskipun jumlah negara yang mengimpor mebel kayu dari
Cina telah meningkat dengan stabil, Amerika Utara, Uni
Eropa, Jepang, dan Hong Kong tetap merupakan pasar ekspor
besar. Secara bersamaan, lima besar importir dari mebel
kayu Cina tercatat 75% dari keseluruhan ekspor, di mana
Amerika Serikat saja menyumbang hampir setengah dari
total ekspor Cina.
Sementara itu, industri mebel di Malaysia telah menjelma
menjadi industri berteknologi tinggi dari sebelumnya yang
tradisional, produksi domestik berbasis rumahan. Industri
mebel adalah orientasi ekspor tinggi dengan lebih dari
14
separuh produksinya ditujukan ke arah pasar luar negeri
yang mencapai nilai 3% dari ekspor global. Pada tahun
2011, Malaysia menduduki peringkat delapan sebagai
eksportir mebel terbesar di dunia dan ketiga di Asia
dengan tujuan ekspor lebih dari 180 negara di seluruh
dunia. Peringkat global seperti ini adalah indikator
patokan yang penting terhadap pemain global lainnya.
Malaysia selalu terkenal karena mebel kayunya. Di antara
mebel yang diekspor adalah mebel dapur, mebel kamar
tidur, produk berpelapis kain dengan kerangka kayu dan
mebel kantor yang lebih dari 80 persen terbuat dari kayu
karet, kayu keras sedang berwarna terang yang lebih
populer disebut “Kayu Ek Malaysia”. Ekspor mebel
kebun/outdoor dari kayu keras tropis umumnya ditujukan ke
pasar Eropa. Jenis kayu tropis padat digunakan karena
terkenal akan ketahanannya terhadap kondisi iklim yang
berbeda.
Ekspor umumnya ditujukan ke Amerika Serikat, Jepang,
Singapura, Australia dan Inggris. Di samping pasar lama
tersebut, mebel Malaysia juga mendapatkan akses pasar di
Rusia, Selandia Baru, Amerika Utara, Timur Tengah dan
Afrika.
15
Berkaitan dengan 5 negara yang mengekspor produk mebel ke
Filipina, RRC adalah sumber terbesar pada tahun 2013
dengan prosentase pangsa sebesar 50% dari total tagihan
impor yang berjumlah sampai US$ 27,28 juta. Di tempat
kedua adalah Malaysia yang mencapai pangsa sebesar 22%
dari tagihan impor mebel kayu untuk Filipina dengan nilai
US$ 12,06 juta. Jerman menempati peringkat 3 di antara
sumber utama dari impor mebel kayu untuk Filipina
mencapai pangsa sebesar 4% dari total tagihan impor
dengan nilai US$ 2,35 juta. Jepang berada pada peringkat
keempat di antara sumber utama impor mebel kayu Filipina
mencapai pangsa sebesar 4 persen dengan US$ 2,31 juta
nilai impor. Peringkat kelima dengan pangsa 4 persen
adalah Thailand yang memiliki nilai impor mebel kayu dari
Filipina sejumlah US$ 1,94 juta. Negara-negara pengekspor
besar lain untuk komoditas yang disebutkan ke Filipina
adalah Republik Korea, Singapura, Amerika Serikat,
Taiwan, dan Indonesia.
16
Grafik 4
NEGARA-NEGARA PENGIMPOR TERTINGGI PRODUK MEBEL KAYU
DI FILIPINA
Periode : 2012/2013
NILAI : '000 FOB US$
Grafik 4 menampilkan adanya performa perdagangan dari RRC dan
Malayasia dalam pasar impor Filipina untuk produk mebel kayu.
Untuk tahun 2012 dan 2013, Cina memimpin eksportir mebel kayu
dengan mendapatkan bagian pangsa terbesar 48,67% pada tahun
2012 dan 50,24% pada tahun 2013, sebesar US$ 21,81 juta pada
tahun 2012 dan US$ 27,78 juta pada tahun 2013. Thailand
menempati posisi kedua pada tahun 2012, dan juga tahun 2013,
mendapatkan pangsa 23,83% pada tahun 2012 dan 21,81% di tahun
2013, dengan masing-masing US$ 10,68 juta dan US$ 12,06 juta.
17
Jerman mengikuti RRC dan Malaysia, menerima pangsa 4,24%
dengan jumlah sampai US$ 2,35 juta pada tahun 2013, gambaran
tersebut ditambahkan dari data tahun 2012 dengan hanya 0,95%
pangsa yang dengan nilai US$ 424,732. Sementara itu, pemain
penting lainnya dalam impor mebel kayu Filipina, pangsanya
terbagi di antara mereka dengan nilai tidak lebih dari 5%
tiap negara, dengan Jerman, Jepang dan Thailand mendapatkan
pangsa sekitar 4%.
2. SELERA KONSUMEN
Perusahaan manufaktur yang memasuki pasar asing harus
memperhatikan pengaruh dari faktor budaya pilihan konsumen,
contohnya persepsi estestika yang bisa jadi berbeda. Perilaku
pengguna mungkin bervariasi di antara kelompok sosial yang
berbeda atau bahkan dari negara ke negara.
Mebel harus memenuhi beberapa kriteria dasar untuk memuaskan
perilaku konsumen: mebel harus nyaman, fungsional dan
terjangkau, sesuai dengan tujuannya, memiliki tingkat minimum
kualitas, dan harus ada cukup ruang untuk mebel. Lebih
lanjut, banyak konsumen yang melihat ketahanan sebagai faktor
yang relevan dalam maksud dan perilaku konsumen mereka.
Peran estestika dan simbolis dipertimbangkan sebagai hal yang
paling penting bagi konsumen. Strategi yang berdasarkan pada
18
kreatifitas, kualitas dan perbedaan produk harus diupayakan
oleh perusahaan untuk menjaga tingkat pertumbuhan tertentu.
Perbedaan produk tidak hanya mengacu dalam hal kualitas atau
harga, tapi juga dalam hal desain, gaya dan fungsionalitas
dengan tujuan untuk memuaskan keinginan konsumen.
Harga selalu menjadi faktor yang penting, khususnya dalam
situasi ekonomi yang sulit. Resesi baru-baru ini berdampak
pada banyak keluarga, yang tidak mampu mendapatkan mebel
baru. Berkurangnya penjualan rumah menyebabkan berkurangnya
konsumen yang membutuhkan mebel baru. Dan juga keinginan
konsumen terbagi dalam fungsi sosial ekonomi, psikologi dan
karakteristik budaya. Faktor lainnya, seperti ketersediaan
produk, ketersediaan informasi, akses, kecepatan pengiriman
atau jumlah waktu belanja yang diperlukan, memiliki dampak
pada pilihan lingkungan ritel.
3. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PRODUK DERIVATIFNYA DI
FILIPINA
ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN 2012)
menggabungkan seri Executive Order 61 tahun 2011 untuk Rasio
MFN dan seri Executive Order 850 tahun 2009, seri Executive
Order No. 617 tahun 2007 dan seri Executive Order 703 tahun
2008, untuk Tarif CEPT/ATIGA, yang ada di dalam Subyek Pasal
Impor terhadap Bea meliputi PRODUK MEBEL KAYU, yang
19
ditetapkan dalam Bab 94 – Mebel; tempat tidur, matras, matras
pendukung, alas kursi dan mebel yang sejenis; lampu dan
perangkat pencahayaan, tidak dirinci atau tercantum; penanda
neon box, papan nama neon box dan yang sejenis; bangunan yang
dibuat di manufaktur; Pasal XX – PASAL-PASAL ANEKA BARANG
PRODUKSI, Volume 1 – Peraturan Tarif dan Bea Cukai Filipina.
Tabel 2
Struktur Tarif Filipina (persen sesuai dengan harga) untuk Mebel
Kayu
Rasio tarif diatur pada nilai impor c.i.f. (cost (biaya),
insurance (asuransi), freight (kargo)).
AHTN Hdg. DESKRIPSI MFN ATIGA ASEAN
Member
States
Enjoying
Concession
94.03
Mebel lain dan bagiannya
9403.30.00 - Mebel kayu yang
digunakan di kantor
15% 0% Seluruhnya.
9403.40.00 - Mebel kayu yang
digunakan di dapur
15% 0% Seluruhnya.
9403.50.00 - Mebel kayu yang
digunakan di kamar
tidur
15% 0% Seluruhnya.
20
9403.60 - Mebel kayu lainnya: 15% 0% Seluruhnya.
9403.60.10 - - Lemari uap 15% /a 0% Seluruhnya.
9403.60.90 - - Lain-lain 15% /a 0% Seluruhnya.
/a Bea Nol berdasarkan Undang-Undang Modernisasi Pertanian dan Perikanan,
tunduk kepada Sertifikat Kelayakan atau Sertifikat Akreditasi yang
dikeluarkan oleh Departemen Pertanian - Unit Lapangan Regional, Biro
Perikanan dan Sumber Daya Laut, Departemen Pedagangan dan Industri kantor
regional dan provinsi, atau Dewan Penanaman Modal.
Sesuai dengan Executive Order No. 192, tertanggal 10 Juni
1987 dan dalam rangka menyediakan mekanisme untuk pengawasan
yang efektif terhadap kegiatan impor, pemasukan, pemrosesan
dan penyediaan kayu gelondongan, kayu potong, kayu veneer,
kayu lapis/tripleks, panel berbahan kayu lainnya, tiang dan
pilar, tripleks dan serpihan kayu, dokumen ini mengacu kepada
bahan-bahan kayu impor, bersama dengan fungsi Bureau of
Customs (Biro Bea Cukai) (BOC) dan Bureau of Plant Industry’s
Plant Quarantine Office (Biro Kantor Karantina Tanaman
Industri) (BPI-PQO) dan sesuai dengan Memorandum Perjanjian
yang ditandatangani oleh dan atau antara the Philippine Wood
Producers Association (Asosiasi Produsen Kayu Filipina)
(PWPA) dan Departemen ini berkaitan dengan kebijakan pada
rasionalisasi dan pengembangan industri kayu, peraturan-
21
peraturan dan panduan berikut dengan ini diberlakukan sebagai
panduan untuk seluruh pihak terkait.
Kebijakan Dasar – Adalah kebijakan pemerintah untuk mengatur
secara berkelanjutan sumber daya hutan negara dan untuk
merasionalisasi pengembangan industri berbasis kayu agar
dapat secara berkelanjutan menyediakan pasokan kayu yang
dibutuhkan oleh negara demi pertumbuhan ekonomi.
Tujuan – Dalam kecocokan dengan undang-undang tersebut di
atas, tujuan berikut ini berhubungan dengan pengimporan kayu
gelondongan, kayu potong, kayu veneer, kayu lapis/tripleks,
atau panel berbahan kayu lainnya, tiang dan pilar, tripleks
dan serpihan kayu (selanjutnya disebut sebagai bahan-bahan
kayu impor) dengan ini ditetapkan:
1. Mengamankan pasokan yang tidak terputus untuk bahan-bahan
kayu jadi yang terjangkau untuk pasar domestik;
2. Mmengimpor bahan-bahan kayu, sebagai langkah stop-gap
(pengganti sementara), sampai waktunya pasokan lokal dari
hutan alami atau buatan dapat mencukupi kebutuhan lokal
terhadap pertumbuhan ekonomi, dan untuk meningkatkan
sumber-sumber pribumi dalam rangka pemanfaatan kapasitas
manufaktur pengolahan kayu yang ada;
22
3. Memungkinkan industri-industri berbasis kayu yang
meliputi mebel dan industri ekspor produk kayu hilir
lainnya, menghasilkan lapangan kerja dan perolehan
devisa.
Persyaratan Masuk dan Keluar untuk Produk Kayu Impor – masuk
dan keluarnya bahan-bahan kayu impor harus sesuai dengan
persyaratan dan prosedur yang diberikan oleh BOC dan BPI-PQO,
dengan ketentuan bahwa Kolektor Bea Cukai Wilayah atau badan
yang berwenang dapat meminta importir atau perwakilannya
untuk memasukkan salinan surat Wewenang untuk Impor (dicap
dengan Izin Dealer Kayu Gelondongan, Tiang dan Pilar
Komersial atau Kayu Potong) sesuai dengan Pasal 8 perjanjian
ini, dan Petugas Karantina Tanaman terkait dapat meminta
pemilik atau agen pengangkut, atau perwakilan resmi importir
tersebut untuk menyerahkan Sertifikat Kesehatan Tanaman yang
berhubungan dengan bahan kayu yang diimpor yang dikeluarkan
oleh negara asal sebagai dokumen penting dalam penerbitan
laporan pemeriksaannya; yang diberikan lebih lanjut, bahwa
layanan personil teknis berkualifikasi yang ditunjuk DENR
harus tersedia untuk BOC dan/atau BPI-PQO, ketika diminta
secara resmi oleh pihak terakhir.
23
PERATURAN-PERATURAN IMPOR
Siapa saja yang boleh Mengimpor Bahan-Bahan Kayu – Pemegang
Timber License Agreement (Perjanjian Lisensi Penebang) (TLA),
Industrial Forest Management Agreement (Perjanjian Manajemen
Hutan Industri) (IFMA), Wood Processing Plant Permit (Izin
Manufaktur Pengolahan Kayu) (WPP) atau Certificate of
Registration (Sertifikat Pendaftaran) (CR) sebagai produsen
mebel kayu, agen, kontraktor, atau dealer kayu
gelondongan/tiang dan pilar/kayu potong yang dikeluarkan oleh
DENR, diperbolehkan mengimpor bahan-bahan kayu; dengan
ketentuan bahwa, sebelum mendapatkan hak untuk mengimpor,
pemegang TLA, IFMA, dan/atau WPP harus lebih dulu memiliki
izin lokal terbaru dari Dealer Kayu Gelondongan, Tiang dan
Pilar komersial dan/atau Kayu Potong yang tercatat atau
terdafatar pada PWPA dan kemudian dicap oleh Kantor Regional
Executive Director (RED) yang berhubungan sebagai Kewenangan
yang sah untuk Mengimpor bahan-bahan kayu; Diperoleh lebih
lanjut bahwa manufaktur, agen, kontraktor atau dealer mebel
kayu yang ada, yang bukan merupakan pemegang TLA, IFMA atau
WPP harus terlebih dahulu mendapatkan persyaratan registrasi
yang diatur dalam Pasal 8 dokumen ini.
24
Dokumen Transport untuk Kayu Impor – Produk. Kewenangan untuk
Impor atau Sertifikat Registrasi untuk Impor bahan-bahan kayu
yang diberikan oleh DENR dan izin untuk mengimpor komoditas
dikeluarkan oleh BOC, harus merupakan dokumen yang cukup
untuk mengimpor bahan-bahan kayu untuk dipindahkan, dan/atau
diangkut dari, pelabuhan masuk ke tempat tujuan, contohnya ke
tempatnya, penerima barangnya, atau pengirim barangnya,;
dengan ketentuan bahwa, importir atau perwakilannya harus,
setelah kedatangan muatannya di tujuan, memberikan pihak
CENRO salinan foto statis dari dokumen-dokumen berikut:
(1) Kewenangan untuk Mengimpor atau Sertifikat untuk
Mengimpor bahan-bahan kayu;
(2) Sertifikat Kesehatan Tanaman yang dikeluarkan oleh
negara asal yang menunjukkan bahwa ada jenis perlakuan
karantina tertentu yang diminta dan/atau ditetapkan,
jika ada;
(3) Daftar Muatan Kapal;
(4) Ringkasan Daftar Paket. Satu minggu setelah akhir bulan,
CENRO yang bersangkutan, melalui Kantor Regional
(RENRO). Harus menyerahkan salinan laporan bulanan
pengimporan bahan-bahan mebel kayu PWPA ke Direktur Biro
Manajemen Hutan.
25
Sebelum pengimporan ke Filipina dapat dilakukan, item
tertentu atau sub-item diidentifikasi di dalam Philippine
Standard Commodity Classification Manual (PSCM) dari mana
asal barang-barang impor tersebut. Klasifikasi komoditas ini
secara umum untuk menentukan apakah item tersebut boleh untuk
diimpor, terlarang, atau diatur.
Pajak dan Biaya Impor Tambahan – A VAT (pajak pertambahan
nilai) sebesar 12 persen ditetapkan kepada barang. VAT
ditetapkan pada nilai c.i.f plus bea, pajak cukai, dan biaya
lainnya (biaya lain mengacu pada biaya impor sebelum
pelepasan dari bea cukai, termasuk asuransi dan komisi).
Masuk Sementara/Sampel – Produk untuk dipajang di pameran
publik dapat masuk ke Filipina dalam waktu tertentu bebas
dari bea impor. Biro Bea Cukai memerlukan obligasi, biasanya
sejumlah satu atau setengah dari bea yang ditetapkan, pajak
dan biaya lain pada pasal tersebut, dengan ketentuan bahwa
barang tersebut akan diekspor. Bea, pajak dan biaya lain
harus dibayar dalam waktu enam bulan dari tanggal masuk
import. Komisaris Pabean bisa memperpanjang waktu eksportasi
atau pemabayaran bea, pajak dan biaya lain. Hal ini sudah
dilaporkan bahwa sampel dengan nilai non komersial harus
memiliki izin dari Departemen Keuangan.
26
4. SALURAN DISTRIBUSI PEMASARAN
Beberapa negara memiliki mitra distribusi dalam bagian-bagian
yang berbeda dari negara dan luar negeri. Saluran distribusi
membuka peluang untuk Indonesia dalam memasuki pasar Filipina
yang dapat ditempuh melalui saluran berikut:
1. Saluran B2B melalui kerja sama dengan perusahaan dagang
di Filipina;
2. Melacak penjualan langsung produk melalui perwakilan
ritel di Filipina;
3. Melalui internet (kuantitas kecil).
Produk mebel kayu, seperti komoditas lainnya, umumnya
dipasarkan melalui kontrak bilateral langsung, perusahan-ke
perusahaan (pemasok/produsen dan pengolah/pengguna) atau
negara ke negara. Penjualan dibuat dengan normal dan kontrak
disusun dalam mata uang dolar Amerika.
Sistem distribusi tradisional Filipina untuk mebel interior
dulunya sangatlah rumit. Pada kasus mebel, contohnya, saluran
distribusi terdiri dari manufaktur, grosir dalam wilayah
produksi, grosir dalam wilayah konsumsi dan ritel. Struktur
tradisional ini telah diganti dengan jalur yang lebih
sederhana dan cepat. Pada waktu yang sama, ritel menjadi
semakin terlibat dalam seluruh proses distribusi. Beberapa
27
dari ritel yang memimpin sekarang berperan sebagai
manufaktur, perusahaan dagang dan grosir dan juga ritel
dengan menghilangkan makelar seperti grosir dan perusahaan
dagang. Pembelian langsung dari manufaktur memungkinkan
mereka untuk memotong selisih tengah dan menawarkan harga
produk yang lebih masuk akal.
Saluran distribusi di sektor mebel Filipina menunjukkan
pelaku usaha yang terlibat dalam rantai nilai manufaktur
mebel, terdiri dari pemasok bahan-bahan mentah (kayu, baja,
plastik, suku cadang mebel, bahan perekat, pelapisan, dll),
pendesain, ICT dan pemasok teknologi, industri pengepakan,
manufaktur mebel, logistik, ritel dan konsumen. Ada hubungan
yang dekat antara manufaktur mebel dan industri pemasoknya,
sementara distribusi kebanyakan dikerjakan oleh ritel
independen tertentu (Lihat Gambar 1).
28
Gambar 1
Rantai Nilai dalam Manufaktur Mebel
5. ANALISIS
a. Kekuatan
Indonesia merupakan salah satu dari 25 besar negara
eksportir mebel di dunia. Industri mebel kayu di
Indonesia memiliki potensi yang signifikan bagi
perusahaan-perusahaan asing untuk perakitan dan ekspor.
Keuntungan kompetitif terbesar Indonesia meliputi hal-hal
berikut ini:
1. biaya produksi yang rendah;
2. demografi yang baik untuk tenaga kerja;
3. kapasitas produksi tinggi (ketersediaan pasokan);
Pemasok Bahan Baku
Penyedia Teknologi
Desainer
Pemasok ICT
Industri Kemasan
Pengecer
Konsumen
Logi
stik
29
4. infrastruktur yang efisien dan skema
perdagangan/pemasaran/keuangan yang lunak (atmosfer
bisnis).
5. memiliki posisi strategis untuk memasok pelanggan di
seluruh pasar mebel kayu Asia Pasifik.
Indonesia memiliki keuntungan komparatif dibandingkan
negara-negara lain dalam menarik investor pada produksi
mebel kayu, pada umumnya. Negara ini kaya dengan sumber
daya alam dengan populasi penduduk terbesar keempat di
dunia yang membuatnya memiliki potensi pasar yang tinggi.
Indonesia telah menjadi pasar yang sangat menarik sebagai
basis perakitan untuk perusahaan-perusahaan mebel
dikarenakan upah tenaga kerja yang bersaing ditambah
ketersediaan pengrajin dan pemahat kayu yang banyak.
Pemerintah Indonesia sangat mendukung terhadap industri
mebel Indonesia. Pemerintah pusat, contohnya, mengatur
pameran perdagangan yang menunjukkan produk mebel
Indonesia dan produk lainnya.
Dikarenakan kecerdikan dan keunikan desain yang terus
diperbarui, produk mebel kayu Indonesia berada pada
posisi prima sebagai sumber besar bagi koleksi desain
kreatif mebel. Industri mebel kayu merakit produk yang
30
terjangkau keindahan kerajinannya yang mana merupakan
hasil kombinasi yang baik dari teknologi modern dengan
kreatifitas manusia dan cita rasa keindahan.
b. Kelemahan
Industri mebel masih menghadapi tantangan yang sama yang
mempengaruhi daya saingnya. Menurut ASMINDO, ada beberapa
kebijakan yang memiliki potensi untuk menghalangi
perkembangan industri mebel di Indonesia, sehingga mereka
tidak memiliki daya saing nasional dan internasional.
Bisnis kecil yang terlibat dengan produksi mebel kayu
masih mengalami kondisi stagnan dan sangat sulit untuk
berkembang karena tidak bisa mendapatkan modal keuangan
untuk meningkatkan skala bisnis. Dengan kata lain,
keuntungan yang didapatkan tidak cukup besar untuk
melakukan investasi pengembangan bisnis.
Jaringan pemasaran masih memerlukan peningkatan yang akan
menyebarkan pasar di luar negeri.
Indonesia masih mengabaikan negara-negara tetangga seperti
Filipina, untuk ekspansi pasar mebel kayunya di kawasan
Asia Tenggara karena terlalu sibuk dengan orientasi
perdagangan yang berpusat pada negara maju. Produsen
kosmetik Indonesia kurang memiliki fokus pada ekspansi
31
pasar regionalnya khususnya di Asia Tenggara. Jaringan
pemasaran masih memerlukan peningkatan yang akan
menyebarkan pasar di luar negeri.
c. Peluang
Mebel kayu dikarakterisasikan sebagai industri buruh dan
sumber daya yang intensif menghadapi tekanan pertumbuhan
dari dua sisi; persaingan yang strategis dari negara-
negara Asia lainnya seperti Cina, Malaysia, Filipina dan
Vietnam yang lebih murah dan lebih responsif terhadap
pembeli global yang menuntut kualitas, pengiriman dan
hubungan pelanggan dekat, dan laju penebangan hutan yang
tidak dilanjutkan dengan penanaman pohon jati oleh
penduduk Indonesia, jika tidak diperhatikan, akan
mengurangi pasokan kayu jati dan mahoni untuk industri ini
dalam waktu lima tahun ke depan.
Dengan permintaan dunia modern, beberapa produsen mebel
Indonesia telah menyesuaikan untuk memproduksi mebel
produksi masal yang memanfaatkan mesin modern. Indonesia
juga memproduksi produk mebel yang dibuat dari papan serat
dan papan partikel untuk memenuhi permintaan yang murah
dan desain mebel yang cerdas.
32
Pasar domestik sendiri juga sangat menjanjikan; produsen
butik mebel kontemporer dan perangkatnya untuk golongan
masyarakat kalangan atas seperti dapur dan sektor ceruk
seperti mebel kulit dan gaya Eropa klasik memiliki banyak
ruang untuk bersaing sebagaimana makin banyaknya kaum
menengah yang makmur. Potensi ini juga meluas melebihi
konsumen ritel hingga industri desain interior mengingat
sektor properti yang meyakinkan dan pertumbuhan jumlah
hotel, kondominium hotel dan restoran di seluruh negeri
yang menjadikan saat ini adalah waktu yang tepat untuk
memasuki pasar dan membangun posisi merek.
Data tren perdagangan Antar-ASEAN menunjukkan meningkatnya
pangsa impor dari negara-negara di kawasan ini. Dalam
hampir seluruh kelompok produk termasuk produk mebel kayu,
negara berkembang pemasok meningkatkan perdagangan
komoditas bilateral mereka. Perkembangan positif ini akan
menguntungkan Indonesia dan Filipina sebagai penggerak
menuju integrasi ekonomi.
Para investor melihat Indonesia sebagai pusat bisnis yang
lebih menarik dengan peluncuran ASEAN Economic Community
(AEC) pada tahun 2015. Pada tahun itu 10 negara anggota
ASEAN akan meliberalisasi perdagangan dan investasi di
antara mereka, memungkinkan aliran barang yang bebas,
33
layanan, modal dan orang-orang sepanjang blok kawasan.
Pasar AEC yang besar terdiri dari Thailand, Singapura,
Malaysia, Indonesia, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar,
Brunei dan Filipina menawarkan pebisnis akses yang mudah
dan iklim investasi yang sehat.
d. Hambatan
Meskipun pasokan bahan-bahan kayu relatif melimpah,
tetapi menjadi semakin susah dan semakin mahal untuk
memperolehnya. Penyelundupan bahan baku telah menjadi
sebuah masalah, khususnya dari hutan Indonesia ke negara-
negara kompetitor.
Mesin berteknologi tinggi hanya bisa diperoleh dengan
harga mahal dan kebanyakan bisnis mebel Indonesia tidak
mampu memfokuskan produksi mereka dengan mesin teknologi
tinggi.
Pebisnis Indonesia lebih banyak berorientasi pasar ke
negara maju seperti: Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.
Sementara itu, ada negara-negara yang sudah menjatuhkan
tindakan pengamanan terhadap produk-produk Indonesia
karena disebutkan bahwa produk-produk tersebut dijual
dengan harga lebih murah dari produk lokal di negara
tersebut, karenanya, menyebabkan kerugian bagi industri
34
domestiknya. Tindakan pengamanan diizinkan oleh World
Trade Organization (WTO) jika negara menggunakan
mekanisme yang dapat membuktikan bahwa impor telah
menyebabkan kerugian bagi industri lokal. Selain itu,
hambatan non-tarif seperti banyaknya ketentuan impor,
prosedur yang melelahkan, dan komplotan birokrasi juga
menghalangi dan menghambat transaksi perdagangan.
Pengusaha Filipina kurang memiliki komitmen yang kuat
dalam mempertahankan hubungan bisnis dan kemitraan yang
dinamis.
6. REKOMENDASI
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi untuk menghadapi
tantangan-tantangan yang disebutkan di atas:
Teknologi produksi yang lebih baik dikombinasikan bersama
dengan nilai filosofi budaya yang tinggi perlu diberikan
perhatian untuk menjaga kualitas dan keekslusifannya.
Pemerintah harus memperkenalkan standar kualitas untuk
produksi mebel kayu dan menerapkan pelabelan untuk seluruh
rentang produk, khususnya desain-desain dan gaya-gaya baru
sangat penting tidak hanya untuk pengaturan tren baru dalam
bisnis mebel tapi juga dapat membangun kesejajaran merek
untuk bisnis. Mebel Indonesia masih dapat bersaing
35
mengandalkan kecerdikan dan keunikan desainya yang terus
diperbarui untuk mendorong branding dan inisiatif pemasaran
lainnya melalui penggunaan budaya dengan tujuan memenangkan
pasar di masa mendatang secara global.
Pemerintah pusat dan lokal harus bekerja sama dengan
universitas, praktisi dan komunitas organisasi untuk
memberdayakan bisnis kecil dan menengah dan mendorong
kewirausahaan untuk terlibat dengan pembuatan mebel kayu.
Badan-badan pemerintah juga mencoba untuk meningkatkan
produksi melalui pengembangan sumber daya manusia dan
modernisasi peralatan.
Eksportir mebel kayu Indonesia tidak boleh melupakan negara-
negara ASEAN. Perdagangan Antar-ASEAN harus terus menerus
meningkatkan pangsa ekspor/impor antar negara-negara di dalam
kawasan. Hal ini akan membawa perkembangan positif yang akan
menguntungkan Indonesia dan Filipina sebagai penggerak
kawasan menghadapi integrasi ekonomi pada saat ASEAN Economic
Community di tahun 2015.
Masalah kelangkaan bahan mengarah kepada adanya
ketidakefisienan dalam industri mebel kayu. Mengingat bahwa
kondisi sumber daya hutan Indonesia terus menurun, industri
mebel kayu memiliki peluang untuk bertahan di masa mendatang
36
dengan efisiensi tinggi, berbasis penggunaan bahan kayu
kecil, limbah penebangan hutan atau daur ulang produk.
Penegakan hukum melawan penebangan hutan liar dan pengaturan
instrumen tarif sumber daya hutan adalah salah satu cara
untuk sedikit mengurangi ketidakefisienan industri.
Perlu untuk mengevaluasi ulang kebijakan-kebijakan yang
mungkin dapat menghalangi perkembangan industri kayu termasuk
industri mebel, antara lain dengan mempertimbangkan ulang
kebijakan perlakuan barang contoh impor untuk industri yang
cukup rumit, kebijakan karantina untuk bahan mentah impor
untuk pengolahan kayu.
Produsen yang ada akan perlu untuk meningkatkan investasi
jika mereka ingin meningkatkan penjualan untuk memenuhi
pertumbuhan permintaan internasional, jika tidak pemain-
pemain baru akan mengambil peluang pasar tersebut. Lebih
banyak produsen diharapkan untuk datang pada jalur yang
didorong oleh prospek barang. Banyak investor masih tertarik
dengan industri mebel kayu. Oleh karena itu, Pemerintah perlu
untuk memfasilitasi investasi pada sektor ini.
Peran asosiasi sudah umum diketahui dan penting bagi
industri. ASMINDO, sebutan dari asosiasi ini, adalah payung
organisasi bagi produsen mebel dari berbagai bahan (kayu,
37
rotan, MDF, dll), besar ataupun kecil, orientasi ekspor atau
hanya domestik. Organisasi yang berusia puluhan tahun ini
adalah peserta rutin dalam pameran-pameran besar di seluruh
dunia, dan juga sebagai pengatur (atau sponsor) untuk pameran
mebel penting di Indonesia. Di dalam asosiasi ini pebisnis
mebel dapat bertukar pengalaman dan saling mendukung satu
sama lain.
Pemerintah Indonesia dan asosisasi industri harus lebih
waspada dalam mengawasi pergerakan perdagangan (penawaran dan
permintaan) dalam pasar mebel global untuk menghindari
kemungkinan kerugian dan penurunan performa pada perdagangan
internasional.
Status quo ini mengacu pada kehadiran produk mebel kayu
Indonesia di Filipina memperlihatkan peluang yang besar untuk
penetrasi pasar lebih lanjut. Indonesia sekarang memiliki
posisi strategis untuk mengambil keuntungan dari pertumbuhan
permintaan yang telah diperkirakan dari pasar Filipina.
Berpartisipasi dalam pameran dagang desain interior dan mebel
merupakan alat pemasaran yang efektif untuk mendekati pembeli
internasional. Dalam banyak kasus, sangatlah sulit bagi
manufaktur untuk mendapatkan perhatian dari pembeli
internasional. Akan tetapi, partisipasi yang selektif dalam
38
pameran dagang dengan persiapan yang baik dapat membawa
perusahaan tidak hanya dalam hal pesanan atau kontrak, tapi
juga pengetahuan akan tren, keinginan pembeli dan para
pesaing.
Mengingat sifat negosiasi perdagangan yang berkelanjutan,
berkembang dan kompleks, perwakilan pemerintah dalam
negosiasi perdagangan harus meningkatkan tingkat dukungan dan
memastikan kerja sama penuh dengan perusahaan/
industri/asosiasi bisnis terkait untuk sikap perdagangan atau
pertahanan yang lebih harmonis dan terkoordinasi.
7. LEMBAGA / INSTANSI YANG HARUS DIHUBUNGI
DALAM KASUS SENGKETA
Instansi yang dapat dihubungi apabila terjadi perselisihan
mengenai prosedur sistem perdagangan impor dan ekspor
adalah:
a) The Indonesian Embassy (Office of the Trade Attaché)
185 Salcedo Street, Legaspi Village,
Makati City 1229 Metro Manila, Philippines
Phone: +63 2 8925061 to 68
Fax: +63 2 8674192
Email: vivianto.tampubolon@kemendag.go.id
b) Bureau of Import Services –
Department of Trade and Industry, Philippines
389 Sen. Gil Puyat Avenue,
Makati City 1200 Metro Manila, Philippines
Phone: +63 2 8964431
39
c) Philippine Wood Producers Association
3rd Floor, LTA Bldg., 118 Perea St.
Legaspi Village, Makati City, 1229
Metro Manila, Philippines
Contact Person: Mr. Antonio C. Olizon, President
Phone: +63 2 817-6885 / 817-6751
Fax: +63 2 817-6884
Email: philwood@globelines.com.ph
info@pwpa.org.ph
Website: www.pwpa.org.ph
d) Chamber of Furniture Industries of the Phils. Inc.
CFIP New Office
250 Don Miguel Strret
Corner Wilson Greenhills
San Juan City, Philippines
Contact Person: Nicolaas K. De Lange,
National President
Phone: +63 2 650-1531
Fax: +63 2 650-1531
Email: cfip.info@gmail.com
Website: http://www.cfip.ph/
8. DAFTAR IMPORTIR
AJB INC / BARRETTO FURNITURE
1738 West Bicutan, South Super Highway,
Parañaque City, Metro Manila
Contact Person: Mr. Raul Barretto
Phone: +63 2 828-1753
Fax: +63 2 824-2559
DESIGNS LIGNA, INC.
Isateram Bldg., Magsaysay Rd. Ext. San Antonio,
San Pedro, Laguna 4023 Philippines
Phone: +63 2 869-4126
Fax: +63 2 869-4127
Email: info@designsligna.com or sdyao@designsligna.com
Website: http://designsligna.com/
JERACIA ENTERPRISES/SIMPLY HOME
Lot 2 Blk. 1 Biscayne St., Area 2 Brookside Hills Subd.,
Cainta, Rizal, Philippines
Phone: +63 656-8256; 655-4208
Fax: +63 655-4208; 240-0727
40
LIGHTWORKS RESOURCES, INC
124 Hoover corner Argonne Streets,
Addition Hills, San Juan City 1500 Philippines
Phone: +63 2 705-1304; 579-9416; 579-6499
Fax: +63 2 828-8633
E-mail: info@lightworks.com.ph
Website: http://www.lightworks.com.ph/lw/index.php
MEJORE CONTRACT SERVICES, INC.
18 Jose Ong St. C. Raymundo Ave. Maybunga
Pasig City 1601
Phone: +63 2 408-7898; 794-2423; +63 917 5307420
�Fax: +63 2 637-2093
Email: mejore.inquiry@idcmejore.com
Website: http://www.idcmejore.com/mejore
NATURE’S LEGACY EXIMPORT INC.
Upper Cogon, Compostela Cebu, Philippines
Contact Person: Mr. Pedro “Pete” Delantar, Chief Executive Officer
Phone: +63 32 425-8399 / 425-8814
Fax: +63 32 425-8815
Email: info@natureslegacy.com
SUPERIOR EX/IMPORT PRODUCT, INC.
E-005 Cansojong, Talisay City
Cebu, Philippines
Contact Person: Mrs. Gail Cruse-Banzon, Asst. General Manager
Phone: +63 32 491-8807 / 491-8808
Fax: +63 32 273-0774
Email: superior@globelines.com.ph
top related