manfaat tempurung kelapa
Post on 07-Jun-2015
3.378 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TEMPURUNG
TEMPURUNG
RENCANA USAHA PRODUKSISERBUK TEMPURUNG KELAPA
I. PERMINTAAN PRODUK TEMPURUNG
A. Pengolahan Tempurung
B. Serbuk Tempurung
Permintaan akan serbuk tempurung terus meningkat dari waktu ke waktu, baik
dari luar negeri maupun untuk kebutuhan dalam negeri. Untuk kebutuhan dalam
negeri saja, diperkirakan kekurangan tidak kurang dari 1.200 ton/bulan.
TEMPURUNG
PIROLISIS
SERBUK
KERAJINAN
ARANG
LIQUID SMOKE
BAHAN INDUSTRI
BRIKET KARBON AKTIF
PENGAWET
TEMPURUNG
Permintaan dalam negeri antara lain untuk Industri Obat Nyamuk di Surabaya,
Semarang, Tegal dan Jabotabek.
II. POTENSI KELAPA
Indonesia memiliki hamparan perkebunan Kelapa terluas di dunia –
bersaing dengan Philipina. Namun dari sisi perolehan devisa, Indonesia
kalah jauh dari Philipina maupun Negara-negara lain. Hal itu terjadi karena
sebagian besar hasil sumberdaya ala mini belum diolah secara maksimal.
Bahkan beberapa Negara mengambil mentah bahan Kelapa dari Indonesia
untuk diolah menjadi produk lanjut dengan value added yang tinggi, untuk
diekspor kembali termasuk ke Indonesia.
Bahkan karena nilai ekonomi yang rendah, maka sebagian besar tanaman
kelapa di Indonesia tidak tersentuh perhatian yang memadai, dari
masyarakat maupun Pemerintah. Tidak cukup ada rehabilitasi, peremajaan
maupun antisipasi terhadap hama tanaman.
TEMPURUNG
Di Pulau Jawa, dimana jumlah penduduk seimbang dengan sumberdya
kelapa, memang harga kelapa segar relatif tinggi, untuk konsumsi
langsung.
Namun di daerah-daerah yang potensi kelapanya jauh lebih besar
dibanding penduduk, kelapa diolah menjadi kopra dengan teknik
tradisional. Di sebagian tempat bahkan hasil kelapa dibiarkan jatuh
membusuk. Karena nilai tambah yang diperoleh dari kopra tidak cukup
menarik secara ekonomi.
III. POTENSI TEMPURUNG
Di basis-basis Petani Kopra – mulai dari Halmahera sampai Natuna dan
Aceh – hasil samping dari industri Kopra, yakni Tempurung, kebanyakan
tidak ada pengolahan lanjut. Hanya di beberapa tempat, tempurung diolah
menjadi Arang dengan teknik tradisional dengan nilai tambah yang rendah.
Di berbagai tempat, Tempurung itu bertumpuk bertahun-tahun, kalau tidak
dibakar begitu saja hanya sekedar untuk membersihkan.
TEMPURUNG
Setiap tahun tidak kurang ada 2.600.000 ton tempurung dari perkebunan
rakyat; sedangkan dari Perkebunan Negara dan Swasta 60.000 ton. Pada
saat yang sama, volume ekspor Arang Tempurung 9.500 ton.
Hal itu menunjukkan bahwa dari sisi ketersediaan bahan baku, Industri
Pengolahan Tempurung bias dikembangkan secara massif di berbagai
tempat di Indonesia, untuk menciptakan lapangan kerja maupun untuk
meraih nilai tambah yang tinggi.
Sedangkan dari sisi pasar, semua tahu bahwa krisis energi yang terjadi di
seluruh dunia ( yang terlanjur dimanjakan oleh bahan bakar mineral) akan
dengan sendirinya membuka peluang bagi Bahan Bakar Nabati ( BBN )
dalam berbagai bentuk.
IV. RENCANA USAHA
Usaha yang direncanakan adalah mendirikan Industri Pengolahan
Tempurung dengan skala produksi yang ekonomis, di berbagai tempat.
Skala yang dinilai ekonomis ( terutama dari sisi kedekatan dengan bahan
baku ) adalah 2 ton – 5 ton/perhari.
TEMPURUNG
Untuk skala 2 ton/hari, diperlukan Investasi Rp 370 juta dengan proyeksi
keuntungan bersih/tahun Rp 260 juta. Dengan demikian, payback periode
akan tercapai tidak sampai 2 tahun.
Agar bisa dilakukan efisiensi lebih lanjut, akan lebih baik jika secara
simultan usaha ini didirikan di beberapa tempat yang jalur angkutan antar
pulaunya bisa disatukan.
Karena itu direncanakan untuk mendirikan 10 (sepuluh) unit Industri di 2
kawasan; 5 unit di Pulau Natuna dan 5 unit di Sulawesi Selatan. Ke-10 unit
tersebut bisa dibangun secara simultan dengan koordinasi di Jakarta.
Untuk Pemasaran, ada 2 sasaran utama yang dalam posisi ‘mencari’
produk, yakni pasar dalam negeri (Surabaya, Semarang, Jabotabek) dan
permintaan dari Australia.
V. PILIHAN LOKASI USAHA
1. Natuna Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara Natuna Kepri.
2. Natuna Jemaga di Kecamatan Bunguran Selatan Natuna Kepri.
TEMPURUNG
3. Natuna Tanjung di Kecamatan Bunguran Timur Natuna Kepri.
4. Natuna Seluan di Kecamatan Bunguran Utara Natuna Kepri.
5. Natuna Midai di Kecamatan Midai Natuna Kepri.
6. Pinrang Batulapa di Kabupaten Pinrang Sulsel
7. Pinrang Pekabata di Kabupaten Pinrang Sulsel
8. Pinrang Duampanua di Kabupaten Pinrang Sulsel
9. Luwu di Kabupaten Luwu Sulsel.
10. Majene di Kabupaten Majene Sulsel
ANALISA KELAYAKANPer-Unit Produksi
Skala 2.000 kg / hari; rendemen 75 %
TEMPURUNG
A. BIAYA PRODUKSI Rp 1.200.000,-
1. Pembelian Bahan (2.000 kg X Rp 400,-) Rp 800.000,-
2. BBM ( 20 ltr X Rp 8.000,- ) Rp 160.000,-
3. Tenaga Kerja ( 6 org X Rp 40.000,-) Rp 240.000,-
B. BEBAN PEMASARAN Rp 750.000,- ( 1.500 kg X Rp 500,- )
C. TOTAL BIAYA Rp 1.950.000,-
D. PENJUALAN Rp 3.600.000,- (1.500 kg X Rp 2400,-)
E. MARGIN BERSIH Rp 1.650.000,-
ANALISA KELAYAKANPer-Unit PabrikSkala 2.000 kg/hari; rendemen 75 %; 25 hari/bulan.
a. BIAYA PRODUKSI Rp 30.000.000,-
TEMPURUNG
1. Pembelian Bahan (25 X 2.000 kg X Rp 400,-) Rp 20.000.000,-
2. BBM (25 X 20 ltr X Rp 8.000,- ) Rp 4.000.000,-
3. Tenaga Kerja (25 X 6 X Rp 40.000,- ) Rp 6.000.000,-
b. MANAJEMEN Rp 15.000.000,-
c. PENYUSUTAN ( 3 tahun ) Rp 4.500.000,-
d. BEBAN PEMASARAN ( 37.500 kg X Rp 500,- ) Rp 18.750.000,-
e. TOTAL BIAYA Rp 68.250.000,-
f. PENJUALAN ( 37.500 kg X Rp 2400,-) Rp 90.000.000,-
g. MARGIN BERSIH Rp 21.500.000,- (23,9%)
USAHA PRODUKSI SERBUK TEMPURUNG KELAPA
A. Pra-Investasi Rp 17.000.000,-
TEMPURUNG
1. Survei dan penentuan lokasi Rp 12.000.000,-2. Kelembagaan usaha Rp 5.000.000,-
B. Investasi Rp 230.000.000,-
1. Lahan ( 2.000m X Rp 10.000,- ) Rp 20.000.000,-2. Bangunan ( 100m X Rp 500.000,- ) Rp 50.000.000,-3. Alat Produksi umur teknis 3 th Rp 89.000.000,-4. Kendaraan Pabrik ( 3 X Rp 17.000.000,- ) Rp 51.000.000,-5. Sarana Manajemen meubelair, komputer,dll Rp 20.000.000,-
C. Modal Kerja Rp 117.000.000,-
1. Pengadaan Bahan ( 3 X Rp 20.000.000,- ) Rp 60.000.000,- 2. Naker dan BBM ( 3 X Rp 4.000.000,- ) Rp 12.000.000,-3. Manajemen ( 3 X Rp 15.000.000,- ) Rp 45.000.000,-
TOTAL Rp 364.000.000,-
D. Profit Making
1. Target Produksi/th 12 X 37.500 kg = 450.000 kg2. Biaya Pokok Produksi/th* (12 X Rp68.250.000,-) Rp 819.000.000,-3. Penjualan/th (12 X Rp90.000.000,-) Rp 1.080.000.000,-4. Margin/th Rp 261.000.000,-
* sudah memperhitungkan penyusutan alat produksi, kendaraan dan sarana lain.
top related