manajemen pendidikan madrasah aliyah berbasis...
Post on 19-Oct-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
i
MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH
BERBASIS PONDOK PESANTREN
DI MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN DEMAK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Ninik Maghfiroh
Nim (23010 15 0141)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2019/2020
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
MOTTO
ُ الَِّذْیَن ٰاَمنُْوا ِمْنُكْمۙ َوالَِّذْیَن اُْوتُوا اْلِعْلَم َدَرٰجتٍۗ یَْرفَِع �ّٰ
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(Qur’an Surat Al-Mujadalah: 11).
-
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, saya persembahkan skripsi ini
kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang telah menjadi motivator terbesar dalam
hidup saya, yang tidak pernah lelah mendoakan, membimbing, dan
menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku
sampai ke titik akhir dalam menyelesaikan skripsi saya baik
dukungan moril maupun materil. Attholallohu ‘umrohuma wa barik
fi hayatihima.
2. Masyayikhina al kirom, abah, umah dan segenab dewan Asatidz
Pondok Pesantren Ittihadul Asna yang telah membimbing,
mendoakan serta mengajarkan ilmu. Jazakumulloh ahsanal jaza’ wa
‘alaina barokatahum.
3. Kakak-kakakku tersayang yang menjadi semangatku, yang
mencintaiku tiada tara dan telah tulus ikhlas membiayai pendidikan
hingga akhir,
4. Ustadz Malik Maulana yang senantiasa memberi support.
Terimakasih telah memberi semangat dan inspirasi dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang
terbaik yang diberikan menjadikan penulis orang yang baik pula.
5. Untuk semua keluarga yang telah membantu dan selalu memberikan
dukungan serta dorongan dengan penuh dalam penulisan skripsi ini.
-
ix
6. Sahabat, kakak, dan adik-adikku, Nanik Puji Astuti, Puji Lestari, Siti
Rahmania, Umdzatul Atika, Usfatul Rismawati, Nurrotul Istiqomah,
Eka Septiani, Erika Rahmawati, dan semua keluarga besar santri
putri Pondok Pesantren Ittihadul Asna yang selalu menghibur dan
memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang serta membantu
dalam menyeslesaikan skripsi ini.
7. Keluarga besar Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 yang telah bersedia
menjadi tempat penelitian dan yang telah banyak membantu dalam
peneyelesaian skripsi ini.
8. Kepada pihak sekolah SMK Negeri 3 Salatiga yang memberikan
pengalaman luar biasa kepada penulis dan juga teman-teman PPL
SMK Negeri 3 salatiga.
9. Seluruh warga Desa Jumo, Kedungjati dan seluruh teman-teman
KKN disana yang memberikan kesan perjuangan yang luar biasa.
-
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pencipta semesta alam, yang
maha pengasih, lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah
melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita tetap
berada dalam tuntunan syariat-Nya. Semoga shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, dan para sahabatnya yang telah berjuang dengan hati
mulia membimbing umatnya pada jalan yang Allah ridhoi. Tidak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala partisipasi, dan
semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “MANAJEMEN
PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK
PESANTREN DI MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2019/2020”.
Sesuai dengan harapan penulis, sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan berkat rahmat Allah Azza wa Jalla dan pihak-pihak terkait,
karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy selaku rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku DEKAN FTIK Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
-
xi
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Nurhasanah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu, dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Keluarga besar Yayasan Pondok Pesantren Futuhiyyah dan
Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 Mranggen Demak yang telah
memberikan izin dalam penelitian dengan baik.
6. Bapak dan ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membimbing dan
memberi bekal ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik
isi maupun susunannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi penulis juga bagi para pembaca. Penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk skripsi
ini.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Salatiga, 25 Agustus 2019
Penulis
Ninik Maghfiroh Nim 23010150141
ABSTRAK
Maghfiroh, Ninik. 2019. Manajemen Pendidikan Madrasah Aliyah Berbasis Pondok Pesantren Studi Pada MA Futuhiyyah 2 Mranggen,
-
xii
Kabupaten Demak Tahun 2019. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam . Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Kata Kunci : Manajemen Pendidikan, Madrasah Aliyah dan Berbasis
Pesantren Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pendidikan madrasah di MA Futuhiyyah 2 Mranggen, Kab. Demak tahun 2019. Beberapa pertanyaan yang ingin di jawab melalui penelitian ini yaitu: 1) bagaimana manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen, Kab. Demak tahun 2019 yang meliputi: bagaimana manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, dan manajemen hubungan masyarakat, manajemen ketatausahaan (TU), dan manajemen personalia di MA Futuhiyyah 2 Mranggen, Kab. Demak. 2) Apa faktor penunjang dan penghambat dalam manajemen pendidikan madrasah aliyah berbasis pondok pesantren di Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 Mranggen, Kab. Demak tahun pelajaran 2019. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Karena peneliti bertindak langsung untuk mencari dan menemukan informasi dalam penelitian. Karena data dan hasil penelitian yang diperoleh dijelaskan berdasarkan deskripsi penulis. Sumber data dari penelitian ini meliputi sumber primer dan sekunder. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Manajemen pendidikan madrasah aliyah berbasis pondok pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak tahun pelajaran 2019 menunjukkan bahwa kegiatan pelaksanaan manajemen kurikulum di MA Futuhiyyah 2 dilaksanakan dengan baik dan sistematis. 2. Manajemen kesiswaan sudah dilaksanakan sesuai dengan program-program dalam kegiatan kesiswaan secara efektif dan efisien. 3. Manajemen sarana dan prasarana sudah dilaksanakan sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang ada dalam kegiatan penunjang belajar mengajar siswa. 4. Manajemen keuangan sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana pengeluaran dan pemasukan anggaran madrasah. 5. Manajemen hubungan masyarakat sudah dilaksanakan dengan mengadakan suatu hubungan kerjasama antara sekolah dan masyarakat sekolah. Adapun faktor penunjang dan penghambat maanjemen pendidikan madrasah aliyah berbasis pondok pesantren di MA Futuhiyyah 2 yaitu: 1) faktor penunjang sebagai berikut, Proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tuntunan kurikulum yang berlaku yang berdasarkan nilai-nilai pondok pesantren, terlaksananya tata tertib dan segala ketentuan yang mengatur operasional madrasah baik para guru, pegawai maupun siswa, semua fasilitas dan sarana prasarana di
-
xiii
Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 sudah terpenuhi dengan baik sesuai dengan kebutuhan siswa, pelaksanaan tugas humas banyak mendapat dukungan dari masyarakat kepada madrasah dalam meningkatkan pengetahuan dan mutu madrasah dilingkungan masyarakat, dalam pengelolaan anggaran dana dilakukan dengan baik sebagai penunjang fasilitas madrasah. 2) faktor penghambat sebagai berikut, masih banyaknya siswa atau santri yang melanggar peraturan sekolah, terbiasanya siswa yang terlambat pada saat mata pelajaran mengakibatkan terhambatnya proses kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien, keberhasilan belajar di MA Futuhiyyah 2 ditentukan oleh kemampuan seorang pendidik dalam mengajar. Masih terbatasnya metode dan media dalam keberlangungan pembelajaran sehingga siswa kesulitan dalam menerima pembelajaran.
DAFTAR ISI
-
xiv
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ............................................................................ ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. v
MOTTO ....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................ 10
A. Manajemen Pendidikan di Madrasah Aliyah .................................... 10
-
xv
B. Manajemen Pondok Pesantren .......................................................... 32
C. Manajemen Madrasah Aliyah Berbasis Pondok Pesantren ............... 45
D. Penelitian Yang Relevan ................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 52
A. Metode dan Jenis Penelitian .............................................................. 52
B. Kehadiran Peneliti ............................................................................. 53
C. Subjek dan Objek Peneliti ................................................................. 53
D. Lokasi Penelitian ............................................................................... 54
E. Sumber Data ...................................................................................... 55
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 56
G. Analisis Data ..................................................................................... 59
H. Pengecekan Keabsahan Data............................................................. 61
I. Tahap-Tahap Penelitian .................................................................... 62
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN .......................................................................................... 63
A. Paparan Data ..................................................................................... 63
B. Hasil Penelitian ................................................................................. 75
C. Pembahasan ....................................................................................... 95
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 112
-
xvi
A. Kesimpulan ....................................................................................... 112
B. Saran-saran ........................................................................................ 115
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 116
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 117
DAFTAR TABEL
-
xvii
Tabel 4.1 : Data Struktur Organisasi di MA Futuhiyyah 2 Mranggen
Tabel 4.2 : Data Jumlah Tenaga Kependidikan di MA Futuhiyyah 2
Tabel 4.3 : Data Jumlah Siswa-Siswi di MA Futuhiyyah 2 Mranggen
Tabel 4.4 : Data Prestasi siswa-Siswi di MA Futuhiyyah 2 Mranggen
Tabel 4.5 : Data Tugas Mengajar di MA Futuhiyyah 2 Mranggen
Tabel 4.6 : Data Daftar Sarana dan Prasarana di MA Futuhiyyah 2
Tabel 4.7 : Data Daftar Rincian Biaya di MA Futuhiyyah 2 Mranggen
DAFTAR LAMPIRAN
-
xviii
1. Daftar Riwayat Hidup Penulis
2. Pedoman Observasi
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Bukti Penelitian
5. Surat Keterangan Kegiatan
6. Lembar Konsultasi
7. Dokumentasi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
secara efisien dan efektif menggunakan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Manajemen pendidikan pada gilirannya
diarahkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mendukung
strategi pencapaian tujuan pendidikan yang bermutu, bermartabat, dan
berdaya saing tinggi (Onisimus, 2013: 1).
Engkoswara (2001:20) mendefinisikan manajemen pendidikan
sebagai “ ilmu bagaimana menata sumber daya dan bagaimana
menciptakan suasana yang baik untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya secara produktif (Aedi, 2015: 49).
Manajemen pendidikan memang memerlukan suatu tindakan dan
langkah-langkah yang terus mendorong mutu pendidikan. Dengan kata
lain, manajemen pendidikan memandu segenab tenaga, pikiran, waktu dan
biaya untuk menciptakan suatu proses dinamika pendidikan menuju
kemandirian sejati.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan berhubungan dengan
manajemen yang diterapkan, sebagai pemaknaan yang universal dari seni
-
2
dan ilmu dalam melaksanakan fungsi perencanaan, pengendalian,
pengawasan, personalia, dan profesionalitas (Hikmat, 2014: 19).
Manajemen pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan ilmu manajemen lain. Perbedaan
manajemen pendidikan dengan manajemen lain terletak pada prinsip-
prinsip operasionalnya bukan prinsip yang sifatnya umum.
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan
tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.
Alasannya tanpa menajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat
diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Konsep tersebut berlaku
disekolah yang memerlukan menajemen yang efektif dn efisien (Mulyasa,
2009: 20).
Salah satu realita kependidikan yang telah membudaya dikalangan
sebagian bangsa, terutama dikalangan sebagian umat Islam yang
merupakan golongan mayoritas di Indonesia ini adalah pesantren.
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan
mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian atau disebut
tafaqquh fiddin (Idrus, 2009: 94).
Pesantren mulai membuat sistem pengajaran sendiri, seperti cara
pembelajaran dan diadakannya pendidikan formal yang berbasis islami
atau pondok pesantren. Dengan semakin berkembangnya sumber-sumber
belajar dan berkembangnya pendidikan formal dalam pesantren, maka
-
3
semakin beragam jenis-jenis pendidikan yang diselenggarakannya, dan
semakin menyatu dengan sistem pendidikan nasional. Kedua jenis
pendidikan formal tersebut merupakan jembatan bagi santri-santri untuk
memasuki sekolah-sekolah formal yang lebih tinggi tingkatannya dalam
sistem pendidikan nasional. Era globalisasi pada saat ini sedang dan akan
mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia
pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pondok pesantren
khususnya. Masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari proses
globalisasi tersebut, apalagi jika ingin survive dan berjaya di tengah
perkembangan dunia yang kian kompetitif di masa kini dan masa depan
(Idrus, 2009: 99).
Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 adalah sekolah formal berbasis
pondok pesantren yang dinaungi oleh yayasan pondok pesantren
futuhiyyah dan didirikan oleh KH Abdurrahman bin KH. Qasidil
Haq.Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 salah satu dari sembilan pendidikan
sekolah yang didirikan dan dikelola Pondok Pesantren Futuhiyyah yang
meliputi pendidikan agama dan juga umum.
Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 dalam sistem pendidikan
menggunakan kurikulum yang sama dengan pendidikan lainnya yaitu
mengacu pada kurikulum Departemen agama, namun selain mengacu pada
kurikulum Departemen Agama, MA Futuhiyyah 2 juga menggunakan
kurikulum pondok yang menekankan pada pendalaman kitab kuning.
Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 berkembang ditengah-tengah
-
4
lingkunganpondok pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak. Letak
madrasah yang strategis dengan pendidikan pondok pesantren dijadikan
wadah dalam mengembangkan pendidikan agam yang diharapkan dapat
membentuk dan mencetak generasi yang tangguh, dan berbudi baik dalam
masyarakat.
Dalam menyikapi semua itu, kita dapat mendalami pemahaman
mengenai suatu pendidikan yang menekankan bukan sekedar pengetahuan
umum yang didapat akan tetapi juga ilmu agama yang akan kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut penulis akan
menganalisa dan mendiskripsikan bagaimana pengelolaan manajemen
pendidikan formal pondok pesantren yang akan penulis kemas dalam judul
penelitian yaitu “MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH
BERBASIS PONDOK PESANTREN DI MA FUTUHIYYAH 2
MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2019/2020.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dikaji
melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok
Pesantren di MA Futuhiyyah 2?
2. Apa saja faktor penunjang dan penghambat terhadap manajemen
pendidikan Madrsah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di MA
Futuhiyyah 2?
C. Tujuan Penelitian
-
5
Setelah menentukan rumusan masalah, maka dapat dijabarkan tujuan
dari penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok
Pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen.
2. Mengetahui faktor penghambat dan penunjang dalam pelaksanaan
manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di
MA Futuhiyyah 2?
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan agar memberikan manfaat secara teoritis,
Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan terutama ilmu
pendidikan Islam, sehingga dapat memperkaya dan menambah
wawasan Berupa pengetahuan mengenai pendidikan formal
berbasis pondok pesantren yang di terapkan Madrasah Aliyah
Futuhiyyah 2 ataupun sekolah-sekolah lainnya.
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi para akademis yang
mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru
tentang manjemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok
Pesantren.
2. Kegunaan Praktis
-
6
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok
Pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengembangkan manajemen
pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di
sekolah-sekolah formal lainnya.
E. Penegasan Istilah
Agar penelitian ini dapat mendiskripsikan dengan jelas dan tidak
menimbulkan kesalahpahaman penafsiran, maka peneliti perlu
memberikan penegasan istilah. Berikut ini istilah-istilah yang ada pada
judul penelitian ini, yaitu:
1. Manajemen Pendidikan
Manajemen adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
secara efisien dan efektif menggunakan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Manajemen pendidikan pada gilirannya
diarahkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mendukung
strategi pencapaian tujuan pendidikan yang bermutu, bermartabat, dan
berdaya saing tinggi (Onisimus, 2013: 1).
Gaffar mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung
arti sebagai sesuatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan
komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu
-
7
yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,
menengah, maupun tujuan jangka panjang (Mulyasa, 2009: 19).
Suatu pandangan yang bersifat umum menyatakan bahwa
manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak
berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan.
Yang dimaksud sumber di sini ialah mencakup orang-orang, alat-alat,
media bahan-bahan, uang, dan sarana. Semuanya diarahkan dan
dikoordinasi agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.
Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya (Made,
2011: 8).
Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen pendidikan
merupakan proses pengelolaan pendidikan untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan tersebut secara efisien dan efektif. Begitu juga
manajemen pendidikan di MA Futuhiyyah 2 dalam pengelolaan
pendidikan berbasis pondok pesantren yang di dalam penerapannya
bertujuan untuk mencetak generasi-generasi yang kreatif dan juga
berakhlak mulia.
2. Berbasis Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
-
8
Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari (Idrus, 2009: 96).
Sebagai lembaga pendidikan yaitu pesantren menyelenggarakan
pendidikan formal (madrasah, sekolah umum, dan perguruan tinggi),
dan pendidikan non formal yang secara khusus mengajarkan agama
yang sangat kuat dipengaruhi pikiran-pikiran ulama fiqih, tafsir,
tauhid, dan tasawuf. Fungsi pesantren sebagai lembaga sosial yaitu
pesantren menampung anak dari segala lapisan masyarakat tanpa
membedakan tingkat sosial ekonomi orangtuanya (Idrus, 2009: 97).
Kehadiran lembaga madrasah di pesantren memiliki konsekuensi
yang siginifikan karena system pendidikan yang dibawa madrasah ini
dalam banyak hal berbeda dengan system pendidikan pesantren murni.
Pada madrasah terdapat tujuan institusional yang tertulis, kurikulum
yang terstandarkan, metode-metode pengajaran yang ditentukan,
seleksi penerimaan siswa baru tersebut persyaratannya, tenaga
pengajar yang mempunyai kelayakan, masuknya ilmu-ilmu umum
bahkan eksakta, evaluasi dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah
menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak
mulia, bermanfaat bagi masyarakat. Ternyata pesantren tidak hanya
berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai
lembaga sosial dan penyiaran agama.
-
9
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini antara lain:
BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang: Latar Belakang Masalah,
Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan
Istilah, Metode Penelitian, pengecekan keabsahan data, dan sistematika
penulisan sebagai gambaran dalam penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, Yang terdiri dari dua sub yaitu sub
bab pertama tentang landasan teori yang relevan mengenai manajemen
pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di MA
Futuhiyyah 2 dan sub kedua meliputi kajian penelitian terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN, Meliputi jenis penelitian,
pendekatan, model penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA, Meliputi: Analisis
manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren yang
ada di MA Futuhiyyah 2, komponen-komponen apa saja yang diterapkan
dalam manajemen pendidikan berbasis pondok pesantren di MA
Futuhiyyah 2, apa saja factor penghambat dan penunjang terhadap
manajemen pendidikan berbasis pondok pesantren di MA Futuhiyyah 2.
BAB V PENUTUP, meliputi simpuan dan saran.
-
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Pendidikan di Madrasah Aliyah
1. Pengertian Manajemen Pendidikan di Madrasah Aliyah
Manajemen pendidikan (Usman, 2009: 2) dapat didefinisikan
sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan
ilmu mengelola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Sumber daya pendidikan adalah sesuatu yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen
pendidikan di dalam sekolah sangat penting dalam memajukan mutu
pendidikan yang diterapkan di sekolah. Madrasah Aliyah Futuhiyyah
2untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah mempunyai cara dalam
mengembangkan potensi peserta didik dengan menjalankan manajemen
pendidikan yang efisien dan terarah.
-
11
Menurut Daryanto (2013: 39) manajemen adalah melakukan suatu
pekerjaan melalui orang lain (Manajement is getting done through other
people). Definisi tersebut masih belum lengkap, karena manajemen
sebagai penggerak dalam organisasi itu untuk mencapai tujuan. Disamping
itu, perlu juga dijelaskan bagimana orang lain itu mencapai tujuan melalui
kerja sama. Oleh karena itu, definisi yang kemudian berkembang adalah
bahwa “manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kegiatan-
kegiatan dan kerjasama orang-orang lain.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses
untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan (Hasibuan, 2005: 1).
Selanjutnya, kata benda “manajemen atau management dapat
mempunyai berbagai arti. Pertama seba gai pengelolaan, pengendalian
atau penanganan (“managing”). Kedua, perlakuan secara terampil untuk
menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga, gabungan dari dua
pengertiam tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan suatu
perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama dalam mencapai
suatu tujuan tertentu (Herujito, 2001: 1).
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah
manajemen sekolah atau madrasah yang meliputi: perencanaan program
-
12
sekolah, kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah, pelaksanaan
program sekolah, pengawas atau evaluasi, dan sistem informasi sekolah
(Usman, 2010: 5).
Berikut ini penulis mengutip beberapa pengertian manajemen menurut
para ahli diantaranya:
a. Parker (Stoner & Freeman, 2000) mengatakan bahwa
manajemen ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-
orang (the art of getting things done through people).
b. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan dalam bukunya Manajemen
Dasar, Pengertian dan Masalah mengatakan bahwa manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
c. George R. Terry menyatakan manajemen adalah suatu proses
yang berbeda terdiri dari planning, organizing, dan controlling
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. Dengan kata
lain, berbagai jenis kegiatan yang berbeda itulah yang
membentuk manajemen sebagai suatu proses yang tidak
dipisah-pisahkan dan sangat erat hubungannya (Herujito, 2001:
3).
d. Ricky W. Griffin berpendapat bahwa manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
-
13
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir dan sesuai dengan jadwal (Mustari,
2014: 3).
Jadi dari pendapat-pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa pengertian manajemen pendidikan yaitu sebagai proses
mengkoordinasikan suatu rencana pembelajaran di sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan yang baik dan terarah. MA Futuhiyyah,
bahwa dalam manajemen pendidikan yang efektif dan efisien akan
memberikan pengaruh yang baik dalam mengembangkan program-
program pendidikan di MA Futuhiyyah 2 sendiri.
Menurut Mutohar (2013: 34) Manajemen dalam Islam, terdapat
pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir
(pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur)
yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an seperti firman Allah Swt.:
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu. (QS. Al Sajdah [32]:5)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah adalah pengatur alam
(Manager). keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah
-
14
dalam mengelola alam semesta. Akan tetapi dalam konteks ini Allah telah
menciptakan manusia dan telah dijadikannya sebagai khalifah (pemimpin)
dibumi. Maka manusia diberikan tugas dan tanggung jawab untuk
mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah
mengatur alam raya beserta isi (Mutohar, 2013: 35).
Pada sisi lain, makna manajemen juga bisa ditekankan pada
tanggung jawab, pembagian kerja, efektivitas, dan efisiensi. Berkaitan
dengan tanggung jawab dapat dilihat dalam Surah Al- Zalzalah (99): 7-8,
sebagai berikut (Mutohar, 2013: 36).
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah [99]: 7-8).
Pada ayat tersebut mengandung makna nilai tanggung jawab
(akuntabilitas) merupakan hal yang harus diperhatikan dan diutamakan,
serta menjadi penekanan terhadap segala aktivitas yang dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari. Niat dan perencanaan yang baik serta
dilaksanakan dengan baik, akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Mengelola lembaga pendidikan Islam harus dimulai dengan niat yang baik
dan dilanjutkan dengan membuat perencanaan yang baik untuk
meningkatkan mutu lembaga pendidikan Islam (Mutohar, 2013: 37).
-
15
Teori manajemen mempunyai peran dalam membantu menjelaskan
perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, prosuktivitas, dan
kepuasan. Proses manajemen yang bisa dilaksanakan dalam lembaga
pendidikan Islam adalah Planning, organizing, actuating, controlling
(POAC) yang dijelaskan oleh Mutohar (2013: 40-51).
1. Perencanaan Lembaga Pendidikan Islam
Perencanaan merupakan sejumlah kegiatan yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan memegang
peranan yang sangat penting dalam proses manajemen, sebab dari
perencanaan inilah seperangkat keputusan bisa diambil dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah madrasah.
2. Pengorganisasian Lembaga Pendidikan Islam
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan
suatu proses yang dinamis. Pengorganisasian dapat diartikan
sebagai proses penentu pekerjaan yang harus dilakukan ,
pengelompokan tugas dan membagi pekerjaan kepada setiap
personalia, penetapan departemen, serta penentuan hubungan-
hubungan. Kegiatan menyusun berbagai elemen dalam sebuah
lembaga pendidikan maupun instansi merupakan kegiatan
manajemen yang secara khusus disebut sebagai pengorganisasian.
3. Pelaksanaan dalam Lembaga Pendidikan Islam
-
16
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan
merupakan fungsi manajemen yang utama. Pelaksanaan tidak lain
merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan berbagai pengarahan dan pemotivasian agar
setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai dengan peran, tugas,dan tanggung jawabnya
4. Pengawasan Lembaga Pendidikan Islam
Pengawasan atau bisa disebut dengan pengendalian
merupakan bagian akhir dari fungsi manajemen. Fungsi
manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan atau pelaksanaan, dan
pengendalian itu sendiri. Oleh karena itu, pengawasan memegang
perananan yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas
kerja organisasi sekolah sehingga terdapat kesesuaian antara apa
yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya serta hasil yang
diperoleh (Mutohar, 2013:50).
Dari beberapa uraian tentang kaidah manajemen menurut
Islam penulis dapat menarik kesimpulan bahwa manajemen dalam
pendidikan adalah suatu tugas dalam mengemban amanat dari Allah
untuk menjadikan suatu pendidikan yang Rahmatallil Alamin.
2. Fungsi Manajemen
-
17
Pada abad ke-20 Henry Fayol memperkenalkan fungsi manajemen
ke dalam lima fungsi yaitu 1) merancang, 2) mengorganisir, 3)
memerintah, 4) mengkoordinasi, dan 5) mengendalikan (Aedi, 2015:
52). Dalam abad yang sama Ernes Dale secara terperinci memberikan
konsep yang lebih luas mengenai fungsi manajemen yaitu:
a. Planning, Stoner mendefinisikannya sebagai proses yang perlu
untuk menetapkan sasaran dan atau tindakan dalam mencapai
sasaran tersebut.
b. Organizing, dapat diartikan sebagai proses pembentukan
mekanisme kerja berdasarkan pada tugasnya pada suatu urutan
tertentu secara terintegrasi dalam wewenang dan tanggung
jawabnya masing-masing untuk mencapai sasaran spesifik yang
telah ditentukan dalam perencanaan.
c. Staffing, staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut
tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap
tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
d. Directing/ Comanding, yaitu fungsi manajemen yang dilakukan
setelah langkah pengorganisasian dilakukan dan tergambar
tanggung jawab pada masing-masing, maka langkah selanjutnya
adalah memberikan bimbingan atau menjelaskan intruksional
bagaimana tindakan itu dilaksanakan untuk mencapai sasaran
secara tepat.
-
18
e. Coordinating, merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
mengkoordinasikan prosedur kerja yang telah ditentukan kepada
yang memiliki keterkaitan tindakan diantara struktur dan luar
struktur yang telah ditentukan.
f. Controlling, yaitu fungsi untuk mengendalikan agar proses
pelaksanaan tindakan tetap terkoordinasi dengan baik sesuai
prosedur yang telah ditetapkan, tindakan yang dilakukan dalam
langkah ini adalah melakukan pengawasan, penilaian atau
pengukuran dan sekaligus memberikan supervisi klinis terhadap
penyimpangan negatif dan memberikan dorongan terhadap
penyimpangan yang bersifat positif.
g. Reporting, adalah salah satu fungsi manajemen yang dilakukan
oleh masing-masing pihak sesuai dengan tanggung jawab dan
wewenang yang telah ditentukan menyampaikan perkembangan
mengenai pelaksanaan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya
tersebut yang telah ditentukan.
h. Forecasting yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau
mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan
terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan.
3. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan secara umum memiliki ruang lingkup yang
lebih luas daripada manajemen sekolah. Manajemen pendidikan tidak
hanya menyangkut penataan pendidikan formal (sekolah, madrasah,
-
19
dan perguruan tinggi), tetapi juga pendidikan luar sekolah atau
pendidikan nonformal, seperti TPA/TPQ, pondok pesantren, lembaga-
lembaga kursus maupun lembaga-lembaga pendidikan yang
berkembang di masyarakat.
Secara umum, semakin besar dan maju suatu lembaga pendidikan,
semakin banyak ruang lingkup manajemen yang harus ditangani
sekolah. Dekmikian juga sebaliknya, semakin rendah dan kecil sekolah
semakin sedikit ruang lingkup manajemen yang harus ditangani.
Misalnya manajemen sekolah yang tergolong kecil dan mutu rendah
lebih sederhana pengelolaannya seperti sekolah-sekolah dasar yang
ada di pelosok desa (Mulyono, 2008: 186).
Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai
proses yaitu:
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan (motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan
keputusan, komunikasi, koordinasi, negosiasi, manajemen konflik,
perubahan organisasi, keterampilan interpersonal, membangun
kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja)
d. Pengendalian meliputi pemantauan, penilaian dan pelaporan
(Usman, 2009: 15).
Adapun ruang lingkup garapan manajemen pendidikan terdiri atas:
1) manajemen merupakan koordinasi kegiatan dalam organisasi
-
20
pendidikan, 2) manajemen merupakan alat untuk mengenai tujuan
organisasi pendidikan, 3) manajemen menyertakan banyak orang
dalam proses pendidikan seperti peserta didik, guru, pegawai tata
usaha, dan orangtua murid, 4) partisipasi guru dan orang lain dalam
organisasi pendidikan (Aedi, 2015: 85).
Secara yuridis, ruang lingkup manajemen pendidikan yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah mengacu pada
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Sekolah/
Madrasah adalah:
1. Rencana Program Sekolah
2. Pelaksanaan Program Sekolah
3. Kepemimpinan
4. Pengawasan/evaluasi
Ruang lingkup yang ada dalam manajemen pendidikan disini
penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak hanya pada lingkup
pendidikan formal tetapi dalam sumua bentuk pendidikan baik sekolah
yang mempunyai suatu kemajuan pendidikan yang baik sampai yang
bermutu rendah sekalipun.
4. Prinsip Manajemen Pendidikan
Henry Fayol mengemukakan prinsip-prinsip umum manajemen
(general principle of management), yaitu sebagai berikut:
-
21
a. Division of work (asas pembagian kerja)
Seorang manajer perlu menerapkan asas tersebut. Bekerja
secara efektif dengan metode kerja yang terbaik untuk
mencapai hasil yang optimal perlu dipahami dan diresapi. Asas
devision of work sangat penting diterapkan dalam sebuah
manajemen dengan alasan setiap orang memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda, mentalitas pekerja yang berbeda
(Saefullah, 2011: 11).
b. Authority and responsibility (wewenang dan tanggung jawab)
Adanya otoritas atau wewenang memberikan
pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban. Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang
untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau
diikuti pertanggungjawaban.
c. Discipline (disiplin)
Disiplin berakar pada proporsionalitas antara wewenang
dan tanggung jawab yang dipikul oleh seluruh anggota
organisasi. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh
terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini
berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak
berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang.
d. Unity of command (kesatuan perintah)
-
22
Kesatuan perintah artinya berada ditingkat pimpinan
tertinggi kepada bawahannya. Dalam melaksanakan pekerjaan,
karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah
sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.
e. Unity of direction (kesatuan pengarahan)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya,
karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan
pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan
pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah.
Prinsip-prinsip di atas memiliki esensi bahwa manajemen dalam
ilmu dan praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-
tugas, dan nilai-nilai. Tujuan dirumuskan dengan tepat sesuai dengan
arah organisasi, tuntutan zaman, nilai-nilai yang berlaku.
5. Komponen-Komponen Manajemen Pendidikan di Madrasah
Dalam manajemen sendiri terdapat beberapa komponen yang harus
ada dalam penerapan manajemen pendidikan di sekolah, yaitu:
a. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum adalah pengaturan yang dilakukan
untuk keberhasilan kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran
agar kegiatan tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal. Ruang
lingkup manajemen kurikulum sesuai dengan lingkupnya, meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Mustari, 2014: 57).
-
23
Manajemen kurikulum menurut Rusman (2009) yaitu
sebagai sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya,
manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat
Satuan Nasional (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan
pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum
secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau
sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah
ditetapkan (Mustari, 2014: 57)
Kurikulum di sekolah merupakan penentu utama kegiatan
sekolah, berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah mulai dari
bukanya pintu sekolah dengan lonceng pulang.Demikian juga
dengan siswa yang mulai masuk sekolah, mereka melakukan
kegiatan belajar berdasarkan kurikulum yang beralaku dan selalu
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Begitu pula, kurikulum yang dirumuskan harus sesuai
dengan filsafat dan cita-cita bangsa perkembangan siswa, tuntutan
dan kemajuan masyarakat.
Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian,
-
24
1) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
2) Kurikulum merupakan program yang harus dilaksanakan
oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna
mencapai tujuan-tujuan itu.
3) Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar
terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa kurikulum adalah suatu
rencana pembelajaraan atau kegiatan pembelajaran yang digunakan
sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang dijadikan
sebagai pedoman mutu pendidikan di sekolah.
b. Manajemen Kesiswaan atau Pesera Didik
Peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang RI
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah orang yang
mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita
dan harapan masa depan (Mustari, 2014: 108).
Manajemen kesiswaan dimulai saat siswa masuk sekolah
dengan memulai seleksi yang adil dan jujur, rekruitmen dan
pembinaan terhadap siswa, serta melaksanakan layanan bimbingan
-
25
dan konseling bagi pemecahan masalah dan perkembangan karir
belajar siswa (Asmani, 2012: 12)
Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang
proses pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut dapat berjalan
dengan lancar dan tertib. Dan fungsi manajemen peserta didik
adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan
diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dalam segi-segi
individualitasnya, sosial, aspirasi, kebutuhan dan potensi peserta
didik lainnya (Mustari, 2014: 109).
Dengan demikian, manajemen kesiswaan itu bukan dalam
bentuk-bentuk kegiatan pencatatan peserta didik, melainkan
meliputi aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat
dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan.
c. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana menurut Mulyono (2008:
184) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta
pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan, agar
senantiasa siap pakai dalam PBM. Manajemen ini dilakukan demi
tujuan pendidikan yang tidak ditetapkan dapat tercapai secara
efektif dan efisien. Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan
-
26
salah satu komponen penting yang harus terpenuhi dalam
menunjang manajemen pendidikan yang baik. Menurut Ketentuan
Umum Permendiknas No. 24 Tahun 2007, sarana adalah
perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah,
sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan
fungsi sekolah.
Secara kronologis, (Mulyono, 2008: 185) kegiatan manajemen
sarana dan prasarana ini meliputi:
1) Perencanaan pengadaan barang.
2) Prakualisasi rekanan.
3) Pengadaan barang.
4) Penyimpanan, inventarisasi, penyaluran.
5) Pemeliharaan, rehabilitas.
6) Penghapusan dan penyingkiran.
7) Pengendalian.
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen sarana
prasarana adalah suatu proses kegiatan sekolah yang direncanakan
untuk mengatur dan bertanggung jawab dalam pengelolaan barang-
barang yang diperlukan pada setiap sekolah sebagai fasilitas
penunjang pembelajaran.
d. Manajemen Hubungan Masyarakat (Humas)
Menurut Anggoro (2002), definisi kamus terbitan Institute
of Public Relations (IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka
-
27
di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 1987, “humas
adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara
niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenab khalayaknya”. Jadi, humas adalah suatu rangkaian
kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu
rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu
berlangsung secara berkesinambungan dan teratur (Muyono, 2008:
202).
Menurut Mulyasa (2011: 50) hubungan sekolah dengan
masyarakat bertujuan antara lain:
1) Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.
2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup
dan penghidupan masyarakat, dan
3) Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan
dengan sekolah.
Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri,
humas mempunyai tujuan yaitu:
1) Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
terutama dalam bidang mental spiritual.
2) Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
-
28
3) Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan
masyarakat.
4) Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang
makin meningkat kemampuannya (mulyono, 2008: 211-
212).
Jadi dalam konteks ini jelas bahwa humas adalah termasuk
salah satu elemen yang penting dalam suatu organisasi kelompok
atau secara individu dalam merealisasikan kepentingan yang
berhubungan antara lembaga sekolah dan masyarakat dalam suatu
lembaga pendidikan.
e. Manajemen Keuangan
Dalam implementasinya di sekolah, manajemen keuangan
merupakan salah satu substansi manajemen sekolah yang akan
turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah.
manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan atau
ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan.Dengan
demikian, manajemen sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,
pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban
keuangan sekolah (Mustari, 2014: 168).
Komponen utama manajemen kuangan meliputi:
1) Prosedur anggaran.
-
29
2) Prosedur akuntansi keuangan.
3) Pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian.
4) Prosedur investasi.
5) Prosedur pemeriksaan.
Penataan keuangan sekolah harus didasarkan pada keadilan dan
transparansi. Keuangan sekolah meliputi penggalian sumber-
sumber dana pendidikan, pemanfaatan dana dan
pertanggungjawabannya. Manajemen dana pendidikan mulai dari
pembuatan RAPBS yang disusun sekolah dengan memanfaatkan
dana yang tersedia dan diproyeksikan akan diterima secara rutin
dari pemerintah (Asmani, 2012: 16).
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Adapun tujuan manajemen keuangan yaitu:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan
keuangan sekolah
2) Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan
sekolah.
-
30
3) Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Jadi berdasarkan tujuan diatas terdapat fungsi-fungsi
manajemen keuangan yang harus dijalankan (Mustari, 2014: 167-
168), yaitu:
1) Perencanaan keuangan, membuat rencana pemasukan dan
pengeluaran serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode
tertentu.
2) Penganggaran keuangan, tindak lanjut dari perencanaan
keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan
pemasukan.
3) Pengelolaan keuangan, menggunakan dana sekolah untuk
memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4) Pencarian keuangan, mencari dan mengeksploitasi sumber
dana yang ada untuk operasional kegiatan sekolah.
5) Penyimpanan keuangan, mengumpulkan dana sekolah serta
menyimpan dan mengamankan dana tersebut.
6) Pengendalian keuangan, melakukan evaluasi serta
perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada
sekolah.
7) Pemeriksaan keuangan, melakukan audit internal atas
keuangan sekolah yang ada agar tidak terjadi
penyimpangan.
-
31
8) Pelaporan keuangan, penyediaan informasi tentang kondisi
keuangan sekolah sekaligus sebagai bahan evaluasi.
Berdasarkan aspek-aspek yang sudah disebutkan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa seorang manajer berhubungan
langsung dengan keputusan organisasi atau sekolah yang akan
memengaruhi nilai organisasi tersebut.
f. Manajemen Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan atau personalia
pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu fungsi personalia yang harus dilaksanakan
pimpinan adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan
memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem (Mulyasa,
2011: 42).
Manajemen tenaga kependidikan mencakup (guru dan
personil) 1) perencanaan pegawai, 2) pengadaan pegawai, 3)
pembinaan dan pengembangan pegawai, 4) promosi dan mutasi,
5) pemberhentian pegawai, 6) kompensasi, 7) dan penilaian
pegawai (Mulyasa, 2011: 42).
-
32
B. Manajemen Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren disebut dengan
pondok atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren.
Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna yang sama.
Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari dapat dipandang
sebagai pembeda antara pondok dan pesantren.
Pesantren merupakan tempat para santri belajar ilmu agama Islam.
Kata pesantren berasal dari kata “santri” artinya murid yang belajar
ilmu agama Islam. Disebut pesantren karena seluruh murid yang
belajar di pesantren disebut santri. Tidak dikenal sebutan siswa atau
murid. Meskipun maknanya sama dengan siswa sebutan santri
memiliki perbedaan substansial sebab sebutan santri hanya berlaku
bagi siswa yang belajar di pesantren dan objek kajian yang
dipelajarinya ilmu agama Islam (Hamdani, 2011: 121).
Menurut M. Arifin, pondok pesantren merupakan suatu pendidikan
agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan
sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan
agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya
berada di bawah kedaulatan dari leader ship seorang atau beberapa
orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta
independen dalam segala hal (Qomar, 2002: 2).
-
33
Lembaga research Islam (Pesantren luhur) mendefinisikan
pesantren adalah tempat yang tersedia untuk para santri dalam
menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat
berkumpul dan tempat tinggal para santri (Qomar, 2002: 2).
Pesantren merupakan hasil usaha mandiri kiai yang dibantu santri
dan masyarakat, sehingga memiliki berbagai bentuk. Setiap pesantren
memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera kiai dan keadaan sosial
budaya maupun sosial geografis yang mengelilinginya.
Istilah pondok pesantren dimaksudkan sebagai bentuk pendidikan
keislaman yang melembaga di Indonesia. Kata pondok berarti kamar,
gubuk, rumah kecil yang dalam bahasa Indonesia menekankan pada
kesederhanaan bangunan. Keadaan Pondok pada masa kolonial
digambarkan terdiri atas sebuah gedung berbentuk persegi, biasanya
dibangun dari bambu. Pada awalnya pondok pesantren merupakan
lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya
diberikan dengan cara non-Klasikal (sistem pesantren), yaitu seorang
kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam
bahasa Arab oleh ulama-ulama besar dari abad pertengahan (abad ke-
12 sampai abad ke-16).
Kemudian perkembangan pondok pesantren semakin baik.
Pesantren merupakan gabungan antara sistem pondok dan pesantren,
yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan
sistem non-Klasikal. Santrinya dapat bermukim dipondok yang
-
34
disediakan atau menjadi santri kalong. Pondok pesantren ini pun pada
gilirannya menyelenggarakan sistem pendidikan klasikal, baik yang
bersifat pendidikan umum maupun agama yang lazim disebut
madrasah (Hamdani, 2011: 122-124).
Jadi penulis dapat mendefinisikan pesantren sebagai lembaga
pendidikan yang bersifat tradisional dan tempat pengajaran pendidikan
agama Islam dimana santrinya tinggal dan mukim ditempat tersebut.
2. Fungsi Pondok Pesantren
Dimensi fungsional pondok pesantren tidak bisa lepas dari
hakekat-hakekat dasarnya bahwa pondok pesantren tumbuh dan
berawal dari masyarakat sebagai lembaga informal desa dalam bentuk
yang sangat sederhana. Dengan kondisi lingkungan desa dan pesantren
yang sedemikian rupa, maka pondok pesantren memiliki fungsi
sebagai berikut (Ghazali, 2003: 35-39):
a. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan
Pemahaman fungsi pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan terletak pada kesiapan pesantren dalam menyiapkan
diri untuk ikut serta dalam pembangunan dibidang pendidikan
dengan jalan adanya sistem perubahan pendidikan sesuai dengan
arus perkembangan zaman dan erat teknologi secara global.
b. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Da’wah
Pengertian sebagai lembaga da’wah benar melihat kiprah
pesantren dalam kegiatan melakukan da’wah dikalangan
-
35
masyarakat, dalam arti kata melakukan suatu aktifitas
menumbuhan kesadaran beragama atau melaksanakan ajaran-
ajaran agama secara konsekuensi sebagai pemeluk agama Islam.
c. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Sosial
Fungsi pondok pesantren sebagai lembaga sosial
menunjukkan keterlibatan pesantren dalam menangani masalah-
masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Atau dapat juga
dikatakan bahwa pesantren bukan saja sebagai lembaga pendidikan
dan da’wah tetapi lebih jauh daripada itu ada kiprah yang besar
dari pesantren yang telah disajikan oleh pesantren untuk
masyarakatnya.
Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi pondok
pesantren bukan hanya terbatas kegiatan pendidikan keagamaan
tetapi juga pendidikan dalam mengembangkan diri yang akan
diterapkan dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu, pondok
pesantren sejak awal merupakan ajang mempersiapkan kader masa
depan dengan akhlakul karimah.
3. Tipologi Pondok Pesantren
Keberadaan pondok pesantren dan masyarakat merupakan dua sisi
yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling mempengaruhi.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami
perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama sekali
-
36
adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ghazali,
2003).
Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang
berkembang dalam masyarakat, meliputi:
a. Pondok Pesantren Tradisional
Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk
aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh
ulama abad ke 15 dengan menggunakan bahasa Arab. Pola
pengajarannya dengan menerapkan sistem halaqoh yang
dilaksanakan di masjid atau surau. Hakekat dari pengajaran
halaqah adalah penghafalan yang titik akhirnya dari segi
metodologinya cenderung pada terciptanya santri yang menerima
dan memiliki ilmu. Artinya ilmu itu tidak berkembang ke arah
paripurnanya ilmu itu, namun hanya terbatas kepada apa yang
diberikan oleh kiainya. Kurikulumnya tergantung pada kiai
pengasuh pondoknya.
b. Pondok Pesantren Modern
Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe
pesantren karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi
seluruh sistem belajar secara klasik dan meninggalkan sistem
belajar tradisional. Penerapan sistem belajar modern ini terutama
nampak pada penggunaan kelas-kelas belajar baik dalam bentuk
madrasah maupun sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah
-
37
kurikulum sekolah atau madrasah yang berlaku secara nasional.
Santrinya ada yang menetap ada yang tersebar di sekitar desa itu.
c. Pondok Pesantren Komprehensif
Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena
merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara
tradisional dan modern. Artinya di dalamnya diterapkan
pendidikan dan pengajaran kitab kuning dangan metode sorogan,
bandongan, watonan dan sebagainya, namun secara reguler sistem
persekolahan terus dikembangkan. Bahkan pendidikan
keterampilan diaplikasikan sehingga menjadikannya berbeda dari
tipologi yang pertama dan kedua tadi.
4. Unsur-Unsur Pondok Pesantren
Ada beberapa ciri yang secara umum dimiliki oleh pondok
pesntren sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosial
yang secara informal itu terlibat dalam pengembangan masyarakat
pada umumnya (Ghazali, 2003: 17-23). Zamarkhsyari Dhofier
mengajukan lima unsur pondok pesantren, yaitu:
a. Masjid
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan
muslimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun duniawi dalam
ajaran Islam. Di dunia pesantren masjid dijadikan ajang atau
sentral kegiatan pendidikan Islam baik dalam pengertian modern
maupun tradisional. dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang
-
38
menjadi pesntren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar-
mengajar adalah masjid. Di dalam masjid santri dibinsa mental
dipersiapkan agar mampu mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh
karena itu masjid di samping di jadikan wadah pelaksanaan ibadah
juga sebagai tempat latihan.
b. Pondok
Kedudukan pondok bagi santri sangatlah esensial sebab
didalamnya santri tinggal belajar dan ditempa diri pribadinya
dengan kontrol seorang ketua asrama atau kiai yang memimpin
pesantren itu. Pondok sebagai wadah pendidikan manusia
seutuhnya sebagai operasionalisasi dari pendidikan yakni mendidik
dan mengajar. Mendidik secara keluarga berlangsung di pondok
sedangkan mengajarnya di kelas atau mushola. Hal inilah yang
merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas manusia
sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan.
Oleh karena itu pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang pertama mengembangkan lingkungan hidup
dalam arti kata pengembangan sumber daya manusia dari segi
mentalnya.
c. Kyai
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah
adanya seorang kyai. Kyai pada hakikatnya adalah gelar yang
-
39
diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu di bidang
agama yaitu agama Islam. Keberadaan kyai dalam pesantren sangat
sentral sekali. Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren
apabila memiliki tokoh sentral yang disebut kyai. Jadi kyai dalam
dunia pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan
mengembangkan pesantren sesuai dengan pola yang dikehendaki.
Dengan demikian kemajuan dan kemunduran pondok
pesantren benar-benar terletak pada kemampuan kyai dalam
mengatur opersionalisasi atau pelaksanaan pendidikan di dalam
pesantren.
d. Santri
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai
pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin
sebuah pesantren.
Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri yang
belajar di pesantren:
1) Santri Mukim
Santri mukim yaitu, santri yang menetap, tinggal
bersama kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang
kyai. Dapat juga secara langsung sebagai pengurus
pesantren yang ikut bertanggung jawab atas keberadaan
santri lain.
-
40
2) Santri Kalong
Santri kalong pada dasarnya adalah sorang murid
yang berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola
belajarnya tidak dengan jalan menetap di dalam pondok
pesantren, melainkan semata-mata belajar dan secara
langsung pulang ke rumah setelah belajar di
pesantren.Sebuah pesantren yang besar didukung oleh
semakin banyaknya santri yang mukim dalam pesantren di
samping terdapat santri kalong yang tidak banyak
jumlahnya.
5. Sistem Pendidikan dan Pengajaran di Pondok Pesantren
Berangkat dari pemikiran dan kondisi pesantren yang ada, maka
ada beberapa sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren
(Ghazali, 2003: 28-33):
a. Sistem Pendidikan dan Pengajaran yang Bersifat Tradisional
1) Sorogan
Sistem pengajaran dengan pola sorogan
dilaksanakan dengan jalan santri yang biasanya pandai
menyorogan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca
dihadapan kyai. Di pesantren besar “sorogan” dilakukan
oleh dua atau tiga orang santri saja. Yang biasa terdiri dari
keluarga kyai atau santri-santri yang diharapkan kemudian
hari menjadi orang alim.
-
41
2) Wetonan
Sistem pengajaran dengan jalan wetonan
dilaksanakan dengan cara kyai membaca suatu kitab dalam
waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab yang
sama dengan mendengarkan dan menyimak bacaaan kyai.
Dalam sistem pengajaran yang semcam itu tidak dikenal
absensinya. Santri boleh datang boleh tidak, dan tidak ada
ujian.
3) Bandongan
Sistem pengajaran yang serangkaian dengan sistem
sorogan dan wetonan adalah bandongan yang dilakukan
saling kait-mengkait dengan sebelumnya. Sistem
bandongan, seorang santri tidak harus menunjukkan bahwa
ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para kyai
biasanya membaca dan menterjemahkan kata-kata yang
mudah.
4) Metode Musyawarah/ Bathsul Masa’il
Metode musyawarah merupakan metode
pembelajaran yang mirip dengan metode diskusi atau
seminar. Dalam pelaksanaannya, para santri dengan bebas
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapat. Dengan
demikian metode ini lebih menitik beratkan pada
kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan
-
42
memecahkan suatu persoalan dengan argumen logika yang
mengacu pada kitab-kitab tertentu. Musyawarah dilakukan
juga untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah
kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya (Depag,
2003: 43).
5) Metode Hafalan (Muhafadzah)
Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan
cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan
pengawasan kiai atau ustadz. Materi pembelajaran dengan
metode hafalan umumnya berkenaan dengan Al-Qur’an,
nadzam-nadzam untuk nahwu, sharaf, tajwid ataupun untuk
teks-teks nahwu sharaf dan fiqih.
6) Metode Demonstrasi (Praktik Ibadah)
Metode ini ialah cara pembelajaran yang dilakukan
dengan memeperagakan suatu keterampilan dalam hal
pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara
perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk dan
bimbingan kyai atau ustadz (Depag, 2003: 46-47).
b. Sistem Pendidikan dan Pengajaran yang Bersifat Modern
Disamping pola tradisional yang termasuk ciri pondok-pondok
salafiyah, maka gerakan khalafiyah telah memasuki perkembangan
pondok pesantren. Ada dua sistem yang diterapkan:
-
43
1) Sistem Klasikal
Pola penerapan sistem klasikal ini adalah dengan
pendirian sekolah-sekolah baik kelompok yang mengelola
pengajaran agama maupun ilmu yang dimasukkan dalam
kategori umum, dalam arti termasuk di dalam disiplin ilmu-
ilmu kauni, “Ijtihadi” (hasil perolehan manusia) yang
berbeda dengan agama yang sifatnya “Tauqifi” (dalam arti
kata langsung diterapkan bentuk dan wujud ajarannya).
Kedua disiplin ilmu itu di dalam sistem
persekolahan diajarkan berdasarkan kurikulum yang telah
baku dari Departemen Agama dan Departemen Pendidikan.
Bentuk-bentuk lembaga yang dikembangkan di dalam
pondok pesantren terdiri dari dua departemen yang lebih
banyak mengelola bidang Pendidikan dan kebudayaan dan
Departemen Agama.
2) Sistem Kursus-Kursus
Pola pengajaran yang ditempuh melalui kursus
(Takhassus) ini ditekankan pada pengembangan
keterampilan bahasa Inggris. Disamping itu diadakan
ketermpilan tangan yang menjurus kepada terbinanya
kemampuan psikomotorik seperti kursus menjahit. Sistem
pengajaran ini mengarah kepada terbentuknya santri yang
memiliki kemampuan praktis guna terbentuknya santri-
-
44
santri yang mandiri menopang ilmu-ilmu Agama yang
mereka tuntut dari kyai melalui pengajaran sorogan,
wetonan.
3) Sistem Pelatihan
Pola pelatihan semacam ini yang dikembangkan adalah
menumbuhkan kemampuan praktis seperti: pelatihan
tukang, perkebunan, perikanan, dan kerajinan-kerajinan
lainnya yang mendukung terciptanya kemandirian
integratif. Atas dasar pembentukan kemandirian itu maka
sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren adalah
sistem terpadu. Kemandirian itu nampak dari keberadaan
bangunan sekolah, pondok, dan masjid sebagai
pembentukan jati diri.
C. Manajemen Madrasah Aliyah Berbasis Pondok Pesantren
Madrasah aliyah berbasis pondok pesantren merupakan sistem
pendidikan sekolah dengan menggunakan kurikulum ganda, yaitu
kurikulum Departemen Agama dan kurikulum yang diselenggarakan oleh
pesantren. Penyelenggaraan pendidikan madrasah berbasis Pondok
Pesantren ini berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu-
ilmu agama yang ada di sekolah.
Madrasah atau sekolah yang diselenggarakan oleh pondok
pesantren menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum di
madrasah atau sekolah lain, yang telah dibakukan oleh Departemen
-
45
Agama atau Departemen Pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan
formal lain yang diselenggarakan oleh pondok pesantren selain madrasah
dan sekolah, kurikulumnya disusun oleh penyelenggara atau pondok
pesantren yang bersangkutan (Depag, 2003: 31).
Menurut Karel A Streenbrink pada LP3ES Dalam pendidikan
agama, kita sudah melihat beberapa prakarsa dari pendidikan Islam untuk
menyesuaikan diri dengan pendidikan umum dengan menggunakan
kebijaksanaan dengan perundang-undangan serta subsidi pemerintah
Belanda. Akan tetapi kebanyakan lembaga pendidikan Islam memilih satu
jalan lain misalnya, sejumlah lembaga pengajian Qur’an yang sederhana
serta sejumlah pesantren tidak mengadakan perubahan sebelum 1945.
Tetapi sejumlah besar lainnya makin lama makin berkembang dengan
mengubah metode, memasukan sistem klasikal, dengan tahun pelajaran
yang teratur, mengubah isi pendidikan, memberikan pendidikan umum di
samping agama yang merupakan bagian yang paling penting dalam
kurikulumnya.
Lembaga agama itu memang berkembang kearah yang mirip
dengan sistem sekolah. Namun ia berbeda karena lebih menekankan
pengajaran agama. Sistem pendidikan ini kita sebut dengan sistem
madrasah, karena pengajaran Qur’an dan kitab yang sudah memakai
sistem kelas ini di Indonesia pada umumnya disebut madrasah, baik yang
sudah ditambah pelajaran umum maupun yang 100 persen agama.
-
46
Sistem madrasah dan pengajaran agama yang diberikan dengan
sistem sekolah termasuk wewenang Departemen Agama. Tujuan utama
dari kebijaksanaan Departemen Agama ini adalah untuk menghapuskan
perbedaan antara sistem sekolah dan madrasah. Departemen Agama tidak
begitu campur tangan dalam sistem pesantren dan beberapa bentuk
pengajian Qur’an. Ia hanya menganjurkan untuk mengadakan modernisasi
dan mengambil alih sistem madrasah. Hal ini berarti di satu pihak
memberikan kebijaksanaan memasukkan sebanyak mungkin pengajaran
agama dalam sistem sekolah, sedang dipihak lain berarti memberikan
perhatian kepada golongan umum dalam sistem madarasah. Melalui
konvergensi yang secara perlahan-lahan diharapkan kedua sistem
pendidikan yang terpisah sejak abad XX dapat dipersatukan lagi. Dalam
garis besarnya, kebijaksanaan Departemen Agama selalu bertujuan untuk
mewujudkan persatuan ini.
(Mujamil, 2002: 94) Eksistensi madrasah di dalam pesantren
makin mempertegas keterlibatan lembaga pendidikan Islam tertua ini
dalam memperbaiki sistem pendidikannya, dan menunjukkan adanya
persaingan menghadapi model pendidikan yang dikembangkan Belanda.
Penilaian James A. Boon menunjukkan bahwa lembaga pendidikan
tradisional dalam bentuk pesantren berikut madrasah inilah yang berfungsi
sebagai institusi tandingan.
Kehadiran lembaga madrasah di pesantren memiliki konsekuensi
yang siginifikan karena sistem pendidikan yang dibawa madrasah ini
-
47
dalam banyak hal berbeda dengan sistem pendidikan pesantren murni.
Pada madrasah terdapat tujuan institusional yang tertulis, kurikulum yang
terstandarkan, metode-metode pengajaran yang ditentukan, seleksi
penerimaan siswa baru tersebut persyaratannya, tenaga pengajar yang
mempunyai kelayakan, masuknya ilmu-ilmu umum bahkan eksakta,
evaluasi dan sebagainya.
Secara formal, tidak jauh berbeda dengan sekolah umum lainnya,
kurikulum sekolah atau madrasah yang ada di pondok pesantren juga sarat
dengan muatan topik tentang fenomena alam. Namun demikian, kurikulum
madrasah berbasis pondok pesantren lebih banyak menyampaikan
pendidikan nilai-nilai agama.
Sebagaimana telah diketahui, terdapat tiga fungsi pokok pesantren:
pertama, transmisi ilmu pengetahuan Islam. Pendidikan Islam tersebut
tentunya tidak hanya meliputi pengetahuan agama tetapi juga mencakup
seluruh pengetahuan yang ada. Kedua, pemeliharaan tradisi Islam, dan
ketiga pembinaan calon-calon ulama (Basyuni, 2006: 89).
Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa sekolah
berbasis pondok pesantren dituntut melakukan terobosan-terobosan yang
dapat memajukan talenta peserta didik, baik dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, kewirausahaan, dan pengetahuan agama islam khususnya
sebagai aktualisasi diri di tengah-tengah masyarakat nantinya.
-
48
D. Penelitian Yang Relevan
Kajian pustaka digunakan untuk membandingkan penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya baik dari segi kekurangan maupun dari segi
kelebihannya. Penelitian ini diharapkan mempunyai andil dalam
pengembangan pendidikan agama Islam dan dapat dijadikan bahan
informasi dalam pendidikan Islam sendiri.
Sebelum penulis membahas penelitian di Madrasah Aliyah Futuhiyyah
2 secara terperinci dan mendalam mengenai Manajemen Pendidikan
Madrasah Aliyah Berbasis Pondok Pesantren. Penulis akan menelaah
skripsi yang sudah ada untuk dijadikan suatu perbandingan dalam
penulisannya. Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan kajian yang sudah ada, yaitu:
1. Skripsi yang berjudul “Manajemen Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama Berbasis Pondok Pesantren Studi Kasus di SMP Islam Bina
Insani” yang ditulis oleh Nur Azizah (2017) Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (IAIN) Salatiga.
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan melalui proses
pengumpulan data menunjukkan bahwa manajemen kurikulum dan
pengajaran yang ada di SMP Islam Bina Insani semua dilaksanakan
dengan baik dan terarah. Tenaga kependidikannya juga terlaksana
dengan baik sesuai dengan program kerja, manajemen kesiswaan
sudah terlaksana dengan adanya suatu kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan minat dan bakat siswa.
-
49
2. Skripsi yang berjudul “ Manajemen Pendidikan Life Skill (Studi Kasus
Di Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah Semarang) yang
ditulis oleh Nurul Azizah S.J (2015) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan di UIN Walisongo Semarang. Dalam penelitian ini,
menghasilkan penemuan bahwa proses peaksanaan pendidikan Life
Skill di pondok pesantren Daarun Najaah sudah berjalan dengan baik,
dari kegiatan yang dimulai kegiatan pagi sampai kegiatan malam hari.
Tahap pengorganisasian sudah berjalan sesuai dengan kebutuhan yang
diingikan di pondok pesantren Daarun Najaah.
3. Skripsi yang berjudul “ Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional
Dalam Perspektif Pendidikan Islam Indonesia” yang ditulis oleh
Sujari (2008) Program Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Jember. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia, pendidikan
pondok pesantren tradisional yang memberikan pencerahan bagi
peserta didik secara integral baik afektif, kognitif, maupun
psikomotorik. Adapun visi dan misi pondok pesantren tradisional
diantaranya yaitu: menekankan pada prinsip panca jiwa, yakni
kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan kebebasan.
4. Skripsi yang berjudul “ Manajemen Peserta Didik Berbasis Pesantren
Dalam Pembentukan Karakter (Studi di MA Salafiyah Mu’adalah
Pondok Tremas Pacitan) yang ditulis oleh Arif Shaifudin (2015)
Program Pascasarjana di UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. Penelitian
-
50
ini menunjukkan bahwa manajemen peserta didik berbasis pesantren
dalam pembentukan karakter di MA Salafiyah Mu’adalah Pondok
Pesantren Tremas Pacitan menggunakan tiga langkah strategi, yaitu
moral knowing, moeal feeling, dan moral action. Keberhasilan
manajemen tersebut dalam pembentukan karakter ini dapat dilihat dari
ketercapaian indikator yang ada dilapangan, yaitu ada sembilan nilai
karakter : religius, jujur, tasamuh, disiplin, mandiri, bersahabat atau
komunikatif, gemar membaca, peduli lingkungan, dan hormat atau
menghargai.
Dari kajian pustaka yang dilakukan, penulis tidak menemukan
kajian mengenai manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis
Pondok Pesantren di MA Futuhiyyah 2 yang sama dengan kajian
sebelumnya. Jadi penelitian yang penulis tulis memiliki orisinalitas yang
dapat dipertanggungjawabkan dari penelitian sebelumnya.
-
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dimana
penelitian kualitatif sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami
masalah sosial, manusia, maupun pendidikan yang dibentuk dengan kata-
kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun
dalam sebuah latar ilmiah (Patilima, 2016: 3). Penelitian kualitatif
dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Oleh karena itu
peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas untuk
menganalisis objek yang diteliti.
Menurut Norman K. Denzim, Profesor Sosiologi University of illionis
dan Yvonna S. Lincoln, Profesor Higher Education Texas A & M
University (2009: 2) bahwa “Penelitian kualitatif merupakan fokus
perhatian dengan beragam metode, yang mencakup pendekatan
interpretative dan naturalistic terhadap subjek kajiannya.” Artinya peneliti
kualitatif mempelajari benda-benda didalam konteks alamiahnya, yang
berupaya untuk memahami, atau menafsirkan fenomena dilihat dari sisi
makna yang dilekatkan pada manusia (peneliti) kepadanya. Hal yang
menjadi catatan bahwa “Penelitian kualitatif mencakup penggunaan subjek
yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris, studi kasus, pengalaman
pribadi, introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks hasil pengamatan
-
52
yang menggambarkan saat dan makna keseharian dan problematis dalam
kehidupan seseorang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode
fenomenografi, suau cara untuk memahami dan memberi makna pada apa
yang tampak, mencari makna itu dari sudut pandang subjek yang diteliti.
Oleh karena itu, analisis dikaitkan dengan catatan harian, diperdalam
melalui diskusi dan wawancara (Putra & Lisnawati, 2013: 54).
Dalam pendekatan tersebut tidak dikenal adanya sampel, tetapi
penelitian harus dilakukan secara teliti, mendalam dan menyeluruh untuk
memperoleh gambaran mengenai prinsip-prinsip umum atau pola yang
berlaku umum sehubungan dengan gejala-gejala yang ada dalam
kehidupan sosial masyarakat yang diteliti sebagai kasus itu sendiri.
B. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan.
Hal ini dikarenakan instrument penelitian dalam penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian ini, penelit imerencanakan,
melaksanakan penelitian dengan terjun langsung kedalam Madrasah
Aliyah Futuhiyyah 2 untuk mengamati, melakukan pendekatan
naturalistik, dan mengumpulkan beberapa data yang diperlukan kemudian
menganalisisnya sebagai bahan laporan.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil objek dari penerapan dan
pelaksanaan manajemen pendidikan Madrasah Aliyah Berbasis Pondok
-
53
Pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak yang berada dalam
naungan pondok pesantren Futuhiyyah Mranggen.
Subjek penelitian adalah sesuatu yang dapat dijadikan bahan untuk
menemukan informasi dalam penelitian. Adapun subjek penelitian yang
penulis ambil diantaranya yaitu:
1. Kepala Sekolah
2. Waka Kurikulum
3. Waka Kesiswaan
4. Waka Ketenagaan
5. Waka Keuangan
6. Waka Sarana Dan Prasarana
7. Waka Humas
8. Waka Personalia.
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di MA Futuhiyyah 2 yang berada di
Jl. Suburan Tengah Mranggen Demak. Adapun alasan pemilihan tempat
penelitian di MA Futuhiyyah 2 adalah karena di sekolah tersebut
mempunyai manajemen pendidikan yang menarik, bukan hanya sebagai
sekolah pendidikan umum tetapi juga berbasis pondok pesantren. Dimana
kurikulumnya tidak hanya menggunakan kurikulum kementerian agama
tetapi juga menggunakan kurikulum pondok pesantren di bawah naungan
pondok pesantren Futuhiyyah.
-
54
E. Sumber Data
Pencatatan sumber data pada tahap ini penulis mempunyai peran
penting dalam menemukan berbagai macam informasi, data, dokumen
yang menjadi tujuan penelitian yang diharapkan dicapai untuk
memecahkan sejumlah masalah penelitian yang dilakukan. Adapun
sumber data yang penulis lakukan diantaranya:
1. Data Primer
Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama (primer) dalam
penelitian kualitatif ialah wawancara, dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama
melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil
usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya
(Moleong, 2008: 157).
Adapun data primer yang penulis lakukan yaitu berada di
Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 Mranggen Demak yang melibatkan
beberapa informan disana yaitu meliputi kepala sekolah, waka
kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana. Waka humas,
dan juga Bendahara. Untuk mendapatkan informasi dan data penulis
men ggunakan metode wawancara dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada informan.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder relative lebih mudah karena hanya
didasarkan atas laporan atau publikasi yang ada berdasarkan penelitian
-
55
sebelumnya, atau dari laporan-laporan Lembaga yang menerbitkan
top related