manajemen pendidikan madrasah aliyah berbasis...

152
i MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK PESANTREN DI MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN DEMAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh Ninik Maghfiroh Nim (23010 15 0141) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH

    BERBASIS PONDOK PESANTREN

    DI MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN DEMAK

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    oleh

    Ninik Maghfiroh

    Nim (23010 15 0141)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2019/2020

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    ُ الَِّذْیَن ٰاَمنُْوا ِمْنُكْمۙ َوالَِّذْیَن اُْوتُوا اْلِعْلَم َدَرٰجتٍۗ یَْرفَِع �ّٰ

    Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara

    kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

    (Qur’an Surat Al-Mujadalah: 11).

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, saya persembahkan skripsi ini

    kepada:

    1. Ibu dan Bapak tercinta yang telah menjadi motivator terbesar dalam

    hidup saya, yang tidak pernah lelah mendoakan, membimbing, dan

    menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku

    sampai ke titik akhir dalam menyelesaikan skripsi saya baik

    dukungan moril maupun materil. Attholallohu ‘umrohuma wa barik

    fi hayatihima.

    2. Masyayikhina al kirom, abah, umah dan segenab dewan Asatidz

    Pondok Pesantren Ittihadul Asna yang telah membimbing,

    mendoakan serta mengajarkan ilmu. Jazakumulloh ahsanal jaza’ wa

    ‘alaina barokatahum.

    3. Kakak-kakakku tersayang yang menjadi semangatku, yang

    mencintaiku tiada tara dan telah tulus ikhlas membiayai pendidikan

    hingga akhir,

    4. Ustadz Malik Maulana yang senantiasa memberi support.

    Terimakasih telah memberi semangat dan inspirasi dalam

    menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang

    terbaik yang diberikan menjadikan penulis orang yang baik pula.

    5. Untuk semua keluarga yang telah membantu dan selalu memberikan

    dukungan serta dorongan dengan penuh dalam penulisan skripsi ini.

  • ix

    6. Sahabat, kakak, dan adik-adikku, Nanik Puji Astuti, Puji Lestari, Siti

    Rahmania, Umdzatul Atika, Usfatul Rismawati, Nurrotul Istiqomah,

    Eka Septiani, Erika Rahmawati, dan semua keluarga besar santri

    putri Pondok Pesantren Ittihadul Asna yang selalu menghibur dan

    memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang serta membantu

    dalam menyeslesaikan skripsi ini.

    7. Keluarga besar Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 yang telah bersedia

    menjadi tempat penelitian dan yang telah banyak membantu dalam

    peneyelesaian skripsi ini.

    8. Kepada pihak sekolah SMK Negeri 3 Salatiga yang memberikan

    pengalaman luar biasa kepada penulis dan juga teman-teman PPL

    SMK Negeri 3 salatiga.

    9. Seluruh warga Desa Jumo, Kedungjati dan seluruh teman-teman

    KKN disana yang memberikan kesan perjuangan yang luar biasa.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum, Wr.Wb

    Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pencipta semesta alam, yang

    maha pengasih, lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah

    melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita tetap

    berada dalam tuntunan syariat-Nya. Semoga shalawat dan salam selalu

    tercurahkan kepada uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW

    beserta keluarga, dan para sahabatnya yang telah berjuang dengan hati

    mulia membimbing umatnya pada jalan yang Allah ridhoi. Tidak lupa

    penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala partisipasi, dan

    semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “MANAJEMEN

    PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS PONDOK

    PESANTREN DI MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN DEMAK

    TAHUN PELAJARAN 2019/2020”.

    Sesuai dengan harapan penulis, sehingga skripsi ini dapat penulis

    selesaikan berkat rahmat Allah Azza wa Jalla dan pihak-pihak terkait,

    karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy selaku rektor Institut Agama

    Islam Negeri (IAIN) Salatiga

    2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku DEKAN FTIK Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  • xi

    3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan

    Agama Islam jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga.

    4. Ibu Dra. Nurhasanah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

    membantu, dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

    dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Keluarga besar Yayasan Pondok Pesantren Futuhiyyah dan

    Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 Mranggen Demak yang telah

    memberikan izin dalam penelitian dengan baik.

    6. Bapak dan ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membimbing dan

    memberi bekal ilmu pengetahuan.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik

    isi maupun susunannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

    menambah wawasan bagi penulis juga bagi para pembaca. Penulis

    sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk skripsi

    ini.

    Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

    Salatiga, 25 Agustus 2019

    Penulis

    Ninik Maghfiroh Nim 23010150141

    ABSTRAK

    Maghfiroh, Ninik. 2019. Manajemen Pendidikan Madrasah Aliyah Berbasis Pondok Pesantren Studi Pada MA Futuhiyyah 2 Mranggen,

  • xii

    Kabupaten Demak Tahun 2019. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam . Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.

    Kata Kunci : Manajemen Pendidikan, Madrasah Aliyah dan Berbasis

    Pesantren Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pendidikan madrasah di MA Futuhiyyah 2 Mranggen, Kab. Demak tahun 2019. Beberapa pertanyaan yang ingin di jawab melalui penelitian ini yaitu: 1) bagaimana manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen, Kab. Demak tahun 2019 yang meliputi: bagaimana manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, dan manajemen hubungan masyarakat, manajemen ketatausahaan (TU), dan manajemen personalia di MA Futuhiyyah 2 Mranggen, Kab. Demak. 2) Apa faktor penunjang dan penghambat dalam manajemen pendidikan madrasah aliyah berbasis pondok pesantren di Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 Mranggen, Kab. Demak tahun pelajaran 2019. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Karena peneliti bertindak langsung untuk mencari dan menemukan informasi dalam penelitian. Karena data dan hasil penelitian yang diperoleh dijelaskan berdasarkan deskripsi penulis. Sumber data dari penelitian ini meliputi sumber primer dan sekunder. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Manajemen pendidikan madrasah aliyah berbasis pondok pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak tahun pelajaran 2019 menunjukkan bahwa kegiatan pelaksanaan manajemen kurikulum di MA Futuhiyyah 2 dilaksanakan dengan baik dan sistematis. 2. Manajemen kesiswaan sudah dilaksanakan sesuai dengan program-program dalam kegiatan kesiswaan secara efektif dan efisien. 3. Manajemen sarana dan prasarana sudah dilaksanakan sesuai dengan fasilitas-fasilitas yang ada dalam kegiatan penunjang belajar mengajar siswa. 4. Manajemen keuangan sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana pengeluaran dan pemasukan anggaran madrasah. 5. Manajemen hubungan masyarakat sudah dilaksanakan dengan mengadakan suatu hubungan kerjasama antara sekolah dan masyarakat sekolah. Adapun faktor penunjang dan penghambat maanjemen pendidikan madrasah aliyah berbasis pondok pesantren di MA Futuhiyyah 2 yaitu: 1) faktor penunjang sebagai berikut, Proses pembelajaran di Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tuntunan kurikulum yang berlaku yang berdasarkan nilai-nilai pondok pesantren, terlaksananya tata tertib dan segala ketentuan yang mengatur operasional madrasah baik para guru, pegawai maupun siswa, semua fasilitas dan sarana prasarana di

  • xiii

    Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 sudah terpenuhi dengan baik sesuai dengan kebutuhan siswa, pelaksanaan tugas humas banyak mendapat dukungan dari masyarakat kepada madrasah dalam meningkatkan pengetahuan dan mutu madrasah dilingkungan masyarakat, dalam pengelolaan anggaran dana dilakukan dengan baik sebagai penunjang fasilitas madrasah. 2) faktor penghambat sebagai berikut, masih banyaknya siswa atau santri yang melanggar peraturan sekolah, terbiasanya siswa yang terlambat pada saat mata pelajaran mengakibatkan terhambatnya proses kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien, keberhasilan belajar di MA Futuhiyyah 2 ditentukan oleh kemampuan seorang pendidik dalam mengajar. Masih terbatasnya metode dan media dalam keberlangungan pembelajaran sehingga siswa kesulitan dalam menerima pembelajaran.

    DAFTAR ISI

  • xiv

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

    HALAMAN BERLOGO ............................................................................ ii

    HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. v

    MOTTO ....................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

    ABSTRAK ................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

    B. Fokus Penelitian ................................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

    E. Penegasan Istilah ............................................................................... 6

    F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 9

    BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................ 10

    A. Manajemen Pendidikan di Madrasah Aliyah .................................... 10

  • xv

    B. Manajemen Pondok Pesantren .......................................................... 32

    C. Manajemen Madrasah Aliyah Berbasis Pondok Pesantren ............... 45

    D. Penelitian Yang Relevan ................................................................... 48

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 52

    A. Metode dan Jenis Penelitian .............................................................. 52

    B. Kehadiran Peneliti ............................................................................. 53

    C. Subjek dan Objek Peneliti ................................................................. 53

    D. Lokasi Penelitian ............................................................................... 54

    E. Sumber Data ...................................................................................... 55

    F. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 56

    G. Analisis Data ..................................................................................... 59

    H. Pengecekan Keabsahan Data............................................................. 61

    I. Tahap-Tahap Penelitian .................................................................... 62

    BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN

    PEMBAHASAN .......................................................................................... 63

    A. Paparan Data ..................................................................................... 63

    B. Hasil Penelitian ................................................................................. 75

    C. Pembahasan ....................................................................................... 95

    BAB V PENUTUP ....................................................................................... 112

  • xvi

    A. Kesimpulan ....................................................................................... 112

    B. Saran-saran ........................................................................................ 115

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 116

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 117

    DAFTAR TABEL

  • xvii

    Tabel 4.1 : Data Struktur Organisasi di MA Futuhiyyah 2 Mranggen

    Tabel 4.2 : Data Jumlah Tenaga Kependidikan di MA Futuhiyyah 2

    Tabel 4.3 : Data Jumlah Siswa-Siswi di MA Futuhiyyah 2 Mranggen

    Tabel 4.4 : Data Prestasi siswa-Siswi di MA Futuhiyyah 2 Mranggen

    Tabel 4.5 : Data Tugas Mengajar di MA Futuhiyyah 2 Mranggen

    Tabel 4.6 : Data Daftar Sarana dan Prasarana di MA Futuhiyyah 2

    Tabel 4.7 : Data Daftar Rincian Biaya di MA Futuhiyyah 2 Mranggen

    DAFTAR LAMPIRAN

  • xviii

    1. Daftar Riwayat Hidup Penulis

    2. Pedoman Observasi

    3. Surat Izin Penelitian

    4. Surat Bukti Penelitian

    5. Surat Keterangan Kegiatan

    6. Lembar Konsultasi

    7. Dokumentasi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Manajemen adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

    secara efisien dan efektif menggunakan sumber daya organisasi untuk

    mencapai tujuan organisasi. Manajemen pendidikan pada gilirannya

    diarahkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mendukung

    strategi pencapaian tujuan pendidikan yang bermutu, bermartabat, dan

    berdaya saing tinggi (Onisimus, 2013: 1).

    Engkoswara (2001:20) mendefinisikan manajemen pendidikan

    sebagai “ ilmu bagaimana menata sumber daya dan bagaimana

    menciptakan suasana yang baik untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan sebelumnya secara produktif (Aedi, 2015: 49).

    Manajemen pendidikan memang memerlukan suatu tindakan dan

    langkah-langkah yang terus mendorong mutu pendidikan. Dengan kata

    lain, manajemen pendidikan memandu segenab tenaga, pikiran, waktu dan

    biaya untuk menciptakan suatu proses dinamika pendidikan menuju

    kemandirian sejati.

    Keberhasilan suatu lembaga pendidikan berhubungan dengan

    manajemen yang diterapkan, sebagai pemaknaan yang universal dari seni

  • 2

    dan ilmu dalam melaksanakan fungsi perencanaan, pengendalian,

    pengawasan, personalia, dan profesionalitas (Hikmat, 2014: 19).

    Manajemen pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik

    tersendiri yang berbeda dengan ilmu manajemen lain. Perbedaan

    manajemen pendidikan dengan manajemen lain terletak pada prinsip-

    prinsip operasionalnya bukan prinsip yang sifatnya umum.

    Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan

    tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.

    Alasannya tanpa menajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat

    diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Konsep tersebut berlaku

    disekolah yang memerlukan menajemen yang efektif dn efisien (Mulyasa,

    2009: 20).

    Salah satu realita kependidikan yang telah membudaya dikalangan

    sebagian bangsa, terutama dikalangan sebagian umat Islam yang

    merupakan golongan mayoritas di Indonesia ini adalah pesantren.

    Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang

    bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan

    mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian atau disebut

    tafaqquh fiddin (Idrus, 2009: 94).

    Pesantren mulai membuat sistem pengajaran sendiri, seperti cara

    pembelajaran dan diadakannya pendidikan formal yang berbasis islami

    atau pondok pesantren. Dengan semakin berkembangnya sumber-sumber

    belajar dan berkembangnya pendidikan formal dalam pesantren, maka

  • 3

    semakin beragam jenis-jenis pendidikan yang diselenggarakannya, dan

    semakin menyatu dengan sistem pendidikan nasional. Kedua jenis

    pendidikan formal tersebut merupakan jembatan bagi santri-santri untuk

    memasuki sekolah-sekolah formal yang lebih tinggi tingkatannya dalam

    sistem pendidikan nasional. Era globalisasi pada saat ini sedang dan akan

    mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

    pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pondok pesantren

    khususnya. Masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari proses

    globalisasi tersebut, apalagi jika ingin survive dan berjaya di tengah

    perkembangan dunia yang kian kompetitif di masa kini dan masa depan

    (Idrus, 2009: 99).

    Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 adalah sekolah formal berbasis

    pondok pesantren yang dinaungi oleh yayasan pondok pesantren

    futuhiyyah dan didirikan oleh KH Abdurrahman bin KH. Qasidil

    Haq.Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 salah satu dari sembilan pendidikan

    sekolah yang didirikan dan dikelola Pondok Pesantren Futuhiyyah yang

    meliputi pendidikan agama dan juga umum.

    Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 dalam sistem pendidikan

    menggunakan kurikulum yang sama dengan pendidikan lainnya yaitu

    mengacu pada kurikulum Departemen agama, namun selain mengacu pada

    kurikulum Departemen Agama, MA Futuhiyyah 2 juga menggunakan

    kurikulum pondok yang menekankan pada pendalaman kitab kuning.

    Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 berkembang ditengah-tengah

  • 4

    lingkunganpondok pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak. Letak

    madrasah yang strategis dengan pendidikan pondok pesantren dijadikan

    wadah dalam mengembangkan pendidikan agam yang diharapkan dapat

    membentuk dan mencetak generasi yang tangguh, dan berbudi baik dalam

    masyarakat.

    Dalam menyikapi semua itu, kita dapat mendalami pemahaman

    mengenai suatu pendidikan yang menekankan bukan sekedar pengetahuan

    umum yang didapat akan tetapi juga ilmu agama yang akan kita terapkan

    dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut penulis akan

    menganalisa dan mendiskripsikan bagaimana pengelolaan manajemen

    pendidikan formal pondok pesantren yang akan penulis kemas dalam judul

    penelitian yaitu “MANAJEMEN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH

    BERBASIS PONDOK PESANTREN DI MA FUTUHIYYAH 2

    MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2019/2020.

    B. Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dikaji

    melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Bagaimana manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok

    Pesantren di MA Futuhiyyah 2?

    2. Apa saja faktor penunjang dan penghambat terhadap manajemen

    pendidikan Madrsah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di MA

    Futuhiyyah 2?

    C. Tujuan Penelitian

  • 5

    Setelah menentukan rumusan masalah, maka dapat dijabarkan tujuan

    dari penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka

    yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok

    Pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen.

    2. Mengetahui faktor penghambat dan penunjang dalam pelaksanaan

    manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di

    MA Futuhiyyah 2?

    D. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

    1. Kegunaan Teoritis

    a. Penelitian ini diharapkan agar memberikan manfaat secara teoritis,

    Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan terutama ilmu

    pendidikan Islam, sehingga dapat memperkaya dan menambah

    wawasan Berupa pengetahuan mengenai pendidikan formal

    berbasis pondok pesantren yang di terapkan Madrasah Aliyah

    Futuhiyyah 2 ataupun sekolah-sekolah lainnya.

    b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi para akademis yang

    mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru

    tentang manjemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok

    Pesantren.

    2. Kegunaan Praktis

  • 6

    a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang

    manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok

    Pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak.

    b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai

    bahan pertimbangan dalam mengembangkan manajemen

    pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di

    sekolah-sekolah formal lainnya.

    E. Penegasan Istilah

    Agar penelitian ini dapat mendiskripsikan dengan jelas dan tidak

    menimbulkan kesalahpahaman penafsiran, maka peneliti perlu

    memberikan penegasan istilah. Berikut ini istilah-istilah yang ada pada

    judul penelitian ini, yaitu:

    1. Manajemen Pendidikan

    Manajemen adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

    secara efisien dan efektif menggunakan sumber daya organisasi untuk

    mencapai tujuan organisasi. Manajemen pendidikan pada gilirannya

    diarahkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mendukung

    strategi pencapaian tujuan pendidikan yang bermutu, bermartabat, dan

    berdaya saing tinggi (Onisimus, 2013: 1).

    Gaffar mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung

    arti sebagai sesuatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan

    komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

    Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu

  • 7

    yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,

    menengah, maupun tujuan jangka panjang (Mulyasa, 2009: 19).

    Suatu pandangan yang bersifat umum menyatakan bahwa

    manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak

    berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan.

    Yang dimaksud sumber di sini ialah mencakup orang-orang, alat-alat,

    media bahan-bahan, uang, dan sarana. Semuanya diarahkan dan

    dikoordinasi agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.

    Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas

    memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha

    mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya (Made,

    2011: 8).

    Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen pendidikan

    merupakan proses pengelolaan pendidikan untuk mencapai suatu

    tujuan pendidikan tersebut secara efisien dan efektif. Begitu juga

    manajemen pendidikan di MA Futuhiyyah 2 dalam pengelolaan

    pendidikan berbasis pondok pesantren yang di dalam penerapannya

    bertujuan untuk mencetak generasi-generasi yang kreatif dan juga

    berakhlak mulia.

    2. Berbasis Pondok Pesantren

    Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam

    untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran

  • 8

    Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai

    pedoman perilaku sehari-hari (Idrus, 2009: 96).

    Sebagai lembaga pendidikan yaitu pesantren menyelenggarakan

    pendidikan formal (madrasah, sekolah umum, dan perguruan tinggi),

    dan pendidikan non formal yang secara khusus mengajarkan agama

    yang sangat kuat dipengaruhi pikiran-pikiran ulama fiqih, tafsir,

    tauhid, dan tasawuf. Fungsi pesantren sebagai lembaga sosial yaitu

    pesantren menampung anak dari segala lapisan masyarakat tanpa

    membedakan tingkat sosial ekonomi orangtuanya (Idrus, 2009: 97).

    Kehadiran lembaga madrasah di pesantren memiliki konsekuensi

    yang siginifikan karena system pendidikan yang dibawa madrasah ini

    dalam banyak hal berbeda dengan system pendidikan pesantren murni.

    Pada madrasah terdapat tujuan institusional yang tertulis, kurikulum

    yang terstandarkan, metode-metode pengajaran yang ditentukan,

    seleksi penerimaan siswa baru tersebut persyaratannya, tenaga

    pengajar yang mempunyai kelayakan, masuknya ilmu-ilmu umum

    bahkan eksakta, evaluasi dan sebagainya.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah

    menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu

    kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak

    mulia, bermanfaat bagi masyarakat. Ternyata pesantren tidak hanya

    berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai

    lembaga sosial dan penyiaran agama.

  • 9

    F. Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan skripsi ini antara lain:

    BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang: Latar Belakang Masalah,

    Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan

    Istilah, Metode Penelitian, pengecekan keabsahan data, dan sistematika

    penulisan sebagai gambaran dalam penelitian.

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, Yang terdiri dari dua sub yaitu sub

    bab pertama tentang landasan teori yang relevan mengenai manajemen

    pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren di MA

    Futuhiyyah 2 dan sub kedua meliputi kajian penelitian terdahulu.

    BAB III METODE PENELITIAN, Meliputi jenis penelitian,

    pendekatan, model penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,

    prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA, Meliputi: Analisis

    manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis Pondok Pesantren yang

    ada di MA Futuhiyyah 2, komponen-komponen apa saja yang diterapkan

    dalam manajemen pendidikan berbasis pondok pesantren di MA

    Futuhiyyah 2, apa saja factor penghambat dan penunjang terhadap

    manajemen pendidikan berbasis pondok pesantren di MA Futuhiyyah 2.

    BAB V PENUTUP, meliputi simpuan dan saran.

  • 10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Manajemen Pendidikan di Madrasah Aliyah

    1. Pengertian Manajemen Pendidikan di Madrasah Aliyah

    Manajemen pendidikan (Usman, 2009: 2) dapat didefinisikan

    sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

    secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

    mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

    negara.

    Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan

    ilmu mengelola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan

    secara efektif dan efisien. Sumber daya pendidikan adalah sesuatu yang

    dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan.

    Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen

    pendidikan di dalam sekolah sangat penting dalam memajukan mutu

    pendidikan yang diterapkan di sekolah. Madrasah Aliyah Futuhiyyah

    2untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah mempunyai cara dalam

    mengembangkan potensi peserta didik dengan menjalankan manajemen

    pendidikan yang efisien dan terarah.

  • 11

    Menurut Daryanto (2013: 39) manajemen adalah melakukan suatu

    pekerjaan melalui orang lain (Manajement is getting done through other

    people). Definisi tersebut masih belum lengkap, karena manajemen

    sebagai penggerak dalam organisasi itu untuk mencapai tujuan. Disamping

    itu, perlu juga dijelaskan bagimana orang lain itu mencapai tujuan melalui

    kerja sama. Oleh karena itu, definisi yang kemudian berkembang adalah

    bahwa “manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kegiatan-

    kegiatan dan kerjasama orang-orang lain.

    Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

    Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari

    fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses

    untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan (Hasibuan, 2005: 1).

    Selanjutnya, kata benda “manajemen atau management dapat

    mempunyai berbagai arti. Pertama seba gai pengelolaan, pengendalian

    atau penanganan (“managing”). Kedua, perlakuan secara terampil untuk

    menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga, gabungan dari dua

    pengertiam tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan suatu

    perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama dalam mencapai

    suatu tujuan tertentu (Herujito, 2001: 1).

    Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian,

    pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai

    tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah

    manajemen sekolah atau madrasah yang meliputi: perencanaan program

  • 12

    sekolah, kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah, pelaksanaan

    program sekolah, pengawas atau evaluasi, dan sistem informasi sekolah

    (Usman, 2010: 5).

    Berikut ini penulis mengutip beberapa pengertian manajemen menurut

    para ahli diantaranya:

    a. Parker (Stoner & Freeman, 2000) mengatakan bahwa

    manajemen ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-

    orang (the art of getting things done through people).

    b. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan dalam bukunya Manajemen

    Dasar, Pengertian dan Masalah mengatakan bahwa manajemen

    adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

    daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan

    efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

    c. George R. Terry menyatakan manajemen adalah suatu proses

    yang berbeda terdiri dari planning, organizing, dan controlling

    yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan

    menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. Dengan kata

    lain, berbagai jenis kegiatan yang berbeda itulah yang

    membentuk manajemen sebagai suatu proses yang tidak

    dipisah-pisahkan dan sangat erat hubungannya (Herujito, 2001:

    3).

    d. Ricky W. Griffin berpendapat bahwa manajemen sebagai

    sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

  • 13

    pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk

    mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif

    berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,

    sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan

    secara benar, terorganisir dan sesuai dengan jadwal (Mustari,

    2014: 3).

    Jadi dari pendapat-pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan

    bahwa pengertian manajemen pendidikan yaitu sebagai proses

    mengkoordinasikan suatu rencana pembelajaran di sekolah untuk

    mencapai tujuan pendidikan yang baik dan terarah. MA Futuhiyyah,

    bahwa dalam manajemen pendidikan yang efektif dan efisien akan

    memberikan pengaruh yang baik dalam mengembangkan program-

    program pendidikan di MA Futuhiyyah 2 sendiri.

    Menurut Mutohar (2013: 34) Manajemen dalam Islam, terdapat

    pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir

    (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur)

    yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an seperti firman Allah Swt.:

    “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu

    naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun

    menurut perhitunganmu. (QS. Al Sajdah [32]:5)

    Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah adalah pengatur alam

    (Manager). keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah

  • 14

    dalam mengelola alam semesta. Akan tetapi dalam konteks ini Allah telah

    menciptakan manusia dan telah dijadikannya sebagai khalifah (pemimpin)

    dibumi. Maka manusia diberikan tugas dan tanggung jawab untuk

    mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah

    mengatur alam raya beserta isi (Mutohar, 2013: 35).

    Pada sisi lain, makna manajemen juga bisa ditekankan pada

    tanggung jawab, pembagian kerja, efektivitas, dan efisiensi. Berkaitan

    dengan tanggung jawab dapat dilihat dalam Surah Al- Zalzalah (99): 7-8,

    sebagai berikut (Mutohar, 2013: 36).

    “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun,

    niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang

    mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat

    (balasan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah [99]: 7-8).

    Pada ayat tersebut mengandung makna nilai tanggung jawab

    (akuntabilitas) merupakan hal yang harus diperhatikan dan diutamakan,

    serta menjadi penekanan terhadap segala aktivitas yang dilaksanakan

    dalam kehidupan sehari-hari. Niat dan perencanaan yang baik serta

    dilaksanakan dengan baik, akan menghasilkan sesuatu yang baik.

    Mengelola lembaga pendidikan Islam harus dimulai dengan niat yang baik

    dan dilanjutkan dengan membuat perencanaan yang baik untuk

    meningkatkan mutu lembaga pendidikan Islam (Mutohar, 2013: 37).

  • 15

    Teori manajemen mempunyai peran dalam membantu menjelaskan

    perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, prosuktivitas, dan

    kepuasan. Proses manajemen yang bisa dilaksanakan dalam lembaga

    pendidikan Islam adalah Planning, organizing, actuating, controlling

    (POAC) yang dijelaskan oleh Mutohar (2013: 40-51).

    1. Perencanaan Lembaga Pendidikan Islam

    Perencanaan merupakan sejumlah kegiatan yang ditentukan

    sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu guna

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan memegang

    peranan yang sangat penting dalam proses manajemen, sebab dari

    perencanaan inilah seperangkat keputusan bisa diambil dalam

    meningkatkan mutu pendidikan di sekolah madrasah.

    2. Pengorganisasian Lembaga Pendidikan Islam

    Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan

    suatu proses yang dinamis. Pengorganisasian dapat diartikan

    sebagai proses penentu pekerjaan yang harus dilakukan ,

    pengelompokan tugas dan membagi pekerjaan kepada setiap

    personalia, penetapan departemen, serta penentuan hubungan-

    hubungan. Kegiatan menyusun berbagai elemen dalam sebuah

    lembaga pendidikan maupun instansi merupakan kegiatan

    manajemen yang secara khusus disebut sebagai pengorganisasian.

    3. Pelaksanaan dalam Lembaga Pendidikan Islam

  • 16

    Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan

    merupakan fungsi manajemen yang utama. Pelaksanaan tidak lain

    merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi

    kenyataan, dengan berbagai pengarahan dan pemotivasian agar

    setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal

    sesuai dengan peran, tugas,dan tanggung jawabnya

    4. Pengawasan Lembaga Pendidikan Islam

    Pengawasan atau bisa disebut dengan pengendalian

    merupakan bagian akhir dari fungsi manajemen. Fungsi

    manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan,

    pengorganisasian, penggerakan atau pelaksanaan, dan

    pengendalian itu sendiri. Oleh karena itu, pengawasan memegang

    perananan yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas

    kerja organisasi sekolah sehingga terdapat kesesuaian antara apa

    yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya serta hasil yang

    diperoleh (Mutohar, 2013:50).

    Dari beberapa uraian tentang kaidah manajemen menurut

    Islam penulis dapat menarik kesimpulan bahwa manajemen dalam

    pendidikan adalah suatu tugas dalam mengemban amanat dari Allah

    untuk menjadikan suatu pendidikan yang Rahmatallil Alamin.

    2. Fungsi Manajemen

  • 17

    Pada abad ke-20 Henry Fayol memperkenalkan fungsi manajemen

    ke dalam lima fungsi yaitu 1) merancang, 2) mengorganisir, 3)

    memerintah, 4) mengkoordinasi, dan 5) mengendalikan (Aedi, 2015:

    52). Dalam abad yang sama Ernes Dale secara terperinci memberikan

    konsep yang lebih luas mengenai fungsi manajemen yaitu:

    a. Planning, Stoner mendefinisikannya sebagai proses yang perlu

    untuk menetapkan sasaran dan atau tindakan dalam mencapai

    sasaran tersebut.

    b. Organizing, dapat diartikan sebagai proses pembentukan

    mekanisme kerja berdasarkan pada tugasnya pada suatu urutan

    tertentu secara terintegrasi dalam wewenang dan tanggung

    jawabnya masing-masing untuk mencapai sasaran spesifik yang

    telah ditentukan dalam perencanaan.

    c. Staffing, staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa

    penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut

    tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap

    tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.

    d. Directing/ Comanding, yaitu fungsi manajemen yang dilakukan

    setelah langkah pengorganisasian dilakukan dan tergambar

    tanggung jawab pada masing-masing, maka langkah selanjutnya

    adalah memberikan bimbingan atau menjelaskan intruksional

    bagaimana tindakan itu dilaksanakan untuk mencapai sasaran

    secara tepat.

  • 18

    e. Coordinating, merupakan salah satu fungsi manajemen untuk

    mengkoordinasikan prosedur kerja yang telah ditentukan kepada

    yang memiliki keterkaitan tindakan diantara struktur dan luar

    struktur yang telah ditentukan.

    f. Controlling, yaitu fungsi untuk mengendalikan agar proses

    pelaksanaan tindakan tetap terkoordinasi dengan baik sesuai

    prosedur yang telah ditetapkan, tindakan yang dilakukan dalam

    langkah ini adalah melakukan pengawasan, penilaian atau

    pengukuran dan sekaligus memberikan supervisi klinis terhadap

    penyimpangan negatif dan memberikan dorongan terhadap

    penyimpangan yang bersifat positif.

    g. Reporting, adalah salah satu fungsi manajemen yang dilakukan

    oleh masing-masing pihak sesuai dengan tanggung jawab dan

    wewenang yang telah ditentukan menyampaikan perkembangan

    mengenai pelaksanaan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya

    tersebut yang telah ditentukan.

    h. Forecasting yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau

    mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan

    terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan.

    3. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

    Manajemen pendidikan secara umum memiliki ruang lingkup yang

    lebih luas daripada manajemen sekolah. Manajemen pendidikan tidak

    hanya menyangkut penataan pendidikan formal (sekolah, madrasah,

  • 19

    dan perguruan tinggi), tetapi juga pendidikan luar sekolah atau

    pendidikan nonformal, seperti TPA/TPQ, pondok pesantren, lembaga-

    lembaga kursus maupun lembaga-lembaga pendidikan yang

    berkembang di masyarakat.

    Secara umum, semakin besar dan maju suatu lembaga pendidikan,

    semakin banyak ruang lingkup manajemen yang harus ditangani

    sekolah. Dekmikian juga sebaliknya, semakin rendah dan kecil sekolah

    semakin sedikit ruang lingkup manajemen yang harus ditangani.

    Misalnya manajemen sekolah yang tergolong kecil dan mutu rendah

    lebih sederhana pengelolaannya seperti sekolah-sekolah dasar yang

    ada di pelosok desa (Mulyono, 2008: 186).

    Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai

    proses yaitu:

    a. Perencanaan

    b. Pengorganisasian

    c. Pengarahan (motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan

    keputusan, komunikasi, koordinasi, negosiasi, manajemen konflik,

    perubahan organisasi, keterampilan interpersonal, membangun

    kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja)

    d. Pengendalian meliputi pemantauan, penilaian dan pelaporan

    (Usman, 2009: 15).

    Adapun ruang lingkup garapan manajemen pendidikan terdiri atas:

    1) manajemen merupakan koordinasi kegiatan dalam organisasi

  • 20

    pendidikan, 2) manajemen merupakan alat untuk mengenai tujuan

    organisasi pendidikan, 3) manajemen menyertakan banyak orang

    dalam proses pendidikan seperti peserta didik, guru, pegawai tata

    usaha, dan orangtua murid, 4) partisipasi guru dan orang lain dalam

    organisasi pendidikan (Aedi, 2015: 85).

    Secara yuridis, ruang lingkup manajemen pendidikan yang

    dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah mengacu pada

    Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Sekolah/

    Madrasah adalah:

    1. Rencana Program Sekolah

    2. Pelaksanaan Program Sekolah

    3. Kepemimpinan

    4. Pengawasan/evaluasi

    Ruang lingkup yang ada dalam manajemen pendidikan disini

    penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak hanya pada lingkup

    pendidikan formal tetapi dalam sumua bentuk pendidikan baik sekolah

    yang mempunyai suatu kemajuan pendidikan yang baik sampai yang

    bermutu rendah sekalipun.

    4. Prinsip Manajemen Pendidikan

    Henry Fayol mengemukakan prinsip-prinsip umum manajemen

    (general principle of management), yaitu sebagai berikut:

  • 21

    a. Division of work (asas pembagian kerja)

    Seorang manajer perlu menerapkan asas tersebut. Bekerja

    secara efektif dengan metode kerja yang terbaik untuk

    mencapai hasil yang optimal perlu dipahami dan diresapi. Asas

    devision of work sangat penting diterapkan dalam sebuah

    manajemen dengan alasan setiap orang memiliki kecerdasan

    yang berbeda-beda, mentalitas pekerja yang berbeda

    (Saefullah, 2011: 11).

    b. Authority and responsibility (wewenang dan tanggung jawab)

    Adanya otoritas atau wewenang memberikan

    pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan

    kewajiban. Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang

    untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau

    diikuti pertanggungjawaban.

    c. Discipline (disiplin)

    Disiplin berakar pada proporsionalitas antara wewenang

    dan tanggung jawab yang dipikul oleh seluruh anggota

    organisasi. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh

    terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini

    berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak

    berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang.

    d. Unity of command (kesatuan perintah)

  • 22

    Kesatuan perintah artinya berada ditingkat pimpinan

    tertinggi kepada bawahannya. Dalam melaksanakan pekerjaan,

    karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah

    sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.

    e. Unity of direction (kesatuan pengarahan)

    Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya,

    karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan

    pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan

    pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah.

    Prinsip-prinsip di atas memiliki esensi bahwa manajemen dalam

    ilmu dan praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-

    tugas, dan nilai-nilai. Tujuan dirumuskan dengan tepat sesuai dengan

    arah organisasi, tuntutan zaman, nilai-nilai yang berlaku.

    5. Komponen-Komponen Manajemen Pendidikan di Madrasah

    Dalam manajemen sendiri terdapat beberapa komponen yang harus

    ada dalam penerapan manajemen pendidikan di sekolah, yaitu:

    a. Manajemen kurikulum

    Manajemen kurikulum adalah pengaturan yang dilakukan

    untuk keberhasilan kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran

    agar kegiatan tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal. Ruang

    lingkup manajemen kurikulum sesuai dengan lingkupnya, meliputi

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Mustari, 2014: 57).

  • 23

    Manajemen kurikulum menurut Rusman (2009) yaitu

    sebagai sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif,

    komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan

    ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya,

    manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks

    Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat

    Satuan Nasional (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan

    pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum

    secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan

    ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau

    sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah

    ditetapkan (Mustari, 2014: 57)

    Kurikulum di sekolah merupakan penentu utama kegiatan

    sekolah, berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah mulai dari

    bukanya pintu sekolah dengan lonceng pulang.Demikian juga

    dengan siswa yang mulai masuk sekolah, mereka melakukan

    kegiatan belajar berdasarkan kurikulum yang beralaku dan selalu

    disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi.Begitu pula, kurikulum yang dirumuskan harus sesuai

    dengan filsafat dan cita-cita bangsa perkembangan siswa, tuntutan

    dan kemajuan masyarakat.

    Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat

    untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian,

  • 24

    1) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan

    pendidikan nasional.

    2) Kurikulum merupakan program yang harus dilaksanakan

    oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna

    mencapai tujuan-tujuan itu.

    3) Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar

    terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam

    rangka mencapai tujuan pendidikan.

    Jadi dapat penulis simpulkan bahwa kurikulum adalah suatu

    rencana pembelajaraan atau kegiatan pembelajaran yang digunakan

    sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang dijadikan

    sebagai pedoman mutu pendidikan di sekolah.

    b. Manajemen Kesiswaan atau Pesera Didik

    Peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang RI

    No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah

    anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri

    melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan

    jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah orang yang

    mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita

    dan harapan masa depan (Mustari, 2014: 108).

    Manajemen kesiswaan dimulai saat siswa masuk sekolah

    dengan memulai seleksi yang adil dan jujur, rekruitmen dan

    pembinaan terhadap siswa, serta melaksanakan layanan bimbingan

  • 25

    dan konseling bagi pemecahan masalah dan perkembangan karir

    belajar siswa (Asmani, 2012: 12)

    Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-

    kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang

    proses pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut dapat berjalan

    dengan lancar dan tertib. Dan fungsi manajemen peserta didik

    adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan

    diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dalam segi-segi

    individualitasnya, sosial, aspirasi, kebutuhan dan potensi peserta

    didik lainnya (Mustari, 2014: 109).

    Dengan demikian, manajemen kesiswaan itu bukan dalam

    bentuk-bentuk kegiatan pencatatan peserta didik, melainkan

    meliputi aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat

    dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan

    perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan.

    c. Manajemen Sarana dan Prasarana

    Manajemen sarana dan prasarana menurut Mulyono (2008:

    184) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan

    diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta

    pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan, agar

    senantiasa siap pakai dalam PBM. Manajemen ini dilakukan demi

    tujuan pendidikan yang tidak ditetapkan dapat tercapai secara

    efektif dan efisien. Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan

  • 26

    salah satu komponen penting yang harus terpenuhi dalam

    menunjang manajemen pendidikan yang baik. Menurut Ketentuan

    Umum Permendiknas No. 24 Tahun 2007, sarana adalah

    perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah,

    sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan

    fungsi sekolah.

    Secara kronologis, (Mulyono, 2008: 185) kegiatan manajemen

    sarana dan prasarana ini meliputi:

    1) Perencanaan pengadaan barang.

    2) Prakualisasi rekanan.

    3) Pengadaan barang.

    4) Penyimpanan, inventarisasi, penyaluran.

    5) Pemeliharaan, rehabilitas.

    6) Penghapusan dan penyingkiran.

    7) Pengendalian.

    Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen sarana

    prasarana adalah suatu proses kegiatan sekolah yang direncanakan

    untuk mengatur dan bertanggung jawab dalam pengelolaan barang-

    barang yang diperlukan pada setiap sekolah sebagai fasilitas

    penunjang pembelajaran.

    d. Manajemen Hubungan Masyarakat (Humas)

    Menurut Anggoro (2002), definisi kamus terbitan Institute

    of Public Relations (IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka

  • 27

    di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 1987, “humas

    adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana

    dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara

    niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan

    segenab khalayaknya”. Jadi, humas adalah suatu rangkaian

    kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu

    rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu

    berlangsung secara berkesinambungan dan teratur (Muyono, 2008:

    202).

    Menurut Mulyasa (2011: 50) hubungan sekolah dengan

    masyarakat bertujuan antara lain:

    1) Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.

    2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup

    dan penghidupan masyarakat, dan

    3) Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan

    dengan sekolah.

    Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri,

    humas mempunyai tujuan yaitu:

    1) Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    terutama dalam bidang mental spiritual.

    2) Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai

    masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

  • 28

    3) Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan

    masyarakat.

    4) Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang

    makin meningkat kemampuannya (mulyono, 2008: 211-

    212).

    Jadi dalam konteks ini jelas bahwa humas adalah termasuk

    salah satu elemen yang penting dalam suatu organisasi kelompok

    atau secara individu dalam merealisasikan kepentingan yang

    berhubungan antara lembaga sekolah dan masyarakat dalam suatu

    lembaga pendidikan.

    e. Manajemen Keuangan

    Dalam implementasinya di sekolah, manajemen keuangan

    merupakan salah satu substansi manajemen sekolah yang akan

    turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah.

    manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan atau

    ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,

    pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan.Dengan

    demikian, manajemen sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian

    aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,

    pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban

    keuangan sekolah (Mustari, 2014: 168).

    Komponen utama manajemen kuangan meliputi:

    1) Prosedur anggaran.

  • 29

    2) Prosedur akuntansi keuangan.

    3) Pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian.

    4) Prosedur investasi.

    5) Prosedur pemeriksaan.

    Penataan keuangan sekolah harus didasarkan pada keadilan dan

    transparansi. Keuangan sekolah meliputi penggalian sumber-

    sumber dana pendidikan, pemanfaatan dana dan

    pertanggungjawabannya. Manajemen dana pendidikan mulai dari

    pembuatan RAPBS yang disusun sekolah dengan memanfaatkan

    dana yang tersedia dan diproyeksikan akan diterima secara rutin

    dari pemerintah (Asmani, 2012: 16).

    Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan

    pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan

    pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk

    membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.

    Adapun tujuan manajemen keuangan yaitu:

    1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan

    keuangan sekolah

    2) Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan

    sekolah.

  • 30

    3) Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.

    Jadi berdasarkan tujuan diatas terdapat fungsi-fungsi

    manajemen keuangan yang harus dijalankan (Mustari, 2014: 167-

    168), yaitu:

    1) Perencanaan keuangan, membuat rencana pemasukan dan

    pengeluaran serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode

    tertentu.

    2) Penganggaran keuangan, tindak lanjut dari perencanaan

    keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan

    pemasukan.

    3) Pengelolaan keuangan, menggunakan dana sekolah untuk

    memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.

    4) Pencarian keuangan, mencari dan mengeksploitasi sumber

    dana yang ada untuk operasional kegiatan sekolah.

    5) Penyimpanan keuangan, mengumpulkan dana sekolah serta

    menyimpan dan mengamankan dana tersebut.

    6) Pengendalian keuangan, melakukan evaluasi serta

    perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada

    sekolah.

    7) Pemeriksaan keuangan, melakukan audit internal atas

    keuangan sekolah yang ada agar tidak terjadi

    penyimpangan.

  • 31

    8) Pelaporan keuangan, penyediaan informasi tentang kondisi

    keuangan sekolah sekaligus sebagai bahan evaluasi.

    Berdasarkan aspek-aspek yang sudah disebutkan di atas,

    maka dapat disimpulkan bahwa seorang manajer berhubungan

    langsung dengan keputusan organisasi atau sekolah yang akan

    memengaruhi nilai organisasi tersebut.

    f. Manajemen Tenaga Kependidikan

    Manajemen tenaga kependidikan atau personalia

    pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga

    kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang

    optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.

    Sehubungan dengan itu fungsi personalia yang harus dilaksanakan

    pimpinan adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan

    memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem (Mulyasa,

    2011: 42).

    Manajemen tenaga kependidikan mencakup (guru dan

    personil) 1) perencanaan pegawai, 2) pengadaan pegawai, 3)

    pembinaan dan pengembangan pegawai, 4) promosi dan mutasi,

    5) pemberhentian pegawai, 6) kompensasi, 7) dan penilaian

    pegawai (Mulyasa, 2011: 42).

  • 32

    B. Manajemen Pondok Pesantren

    1. Pengertian Pondok Pesantren

    Dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren disebut dengan

    pondok atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren.

    Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna yang sama.

    Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari dapat dipandang

    sebagai pembeda antara pondok dan pesantren.

    Pesantren merupakan tempat para santri belajar ilmu agama Islam.

    Kata pesantren berasal dari kata “santri” artinya murid yang belajar

    ilmu agama Islam. Disebut pesantren karena seluruh murid yang

    belajar di pesantren disebut santri. Tidak dikenal sebutan siswa atau

    murid. Meskipun maknanya sama dengan siswa sebutan santri

    memiliki perbedaan substansial sebab sebutan santri hanya berlaku

    bagi siswa yang belajar di pesantren dan objek kajian yang

    dipelajarinya ilmu agama Islam (Hamdani, 2011: 121).

    Menurut M. Arifin, pondok pesantren merupakan suatu pendidikan

    agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan

    sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan

    agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya

    berada di bawah kedaulatan dari leader ship seorang atau beberapa

    orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta

    independen dalam segala hal (Qomar, 2002: 2).

  • 33

    Lembaga research Islam (Pesantren luhur) mendefinisikan

    pesantren adalah tempat yang tersedia untuk para santri dalam

    menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat

    berkumpul dan tempat tinggal para santri (Qomar, 2002: 2).

    Pesantren merupakan hasil usaha mandiri kiai yang dibantu santri

    dan masyarakat, sehingga memiliki berbagai bentuk. Setiap pesantren

    memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera kiai dan keadaan sosial

    budaya maupun sosial geografis yang mengelilinginya.

    Istilah pondok pesantren dimaksudkan sebagai bentuk pendidikan

    keislaman yang melembaga di Indonesia. Kata pondok berarti kamar,

    gubuk, rumah kecil yang dalam bahasa Indonesia menekankan pada

    kesederhanaan bangunan. Keadaan Pondok pada masa kolonial

    digambarkan terdiri atas sebuah gedung berbentuk persegi, biasanya

    dibangun dari bambu. Pada awalnya pondok pesantren merupakan

    lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya

    diberikan dengan cara non-Klasikal (sistem pesantren), yaitu seorang

    kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam

    bahasa Arab oleh ulama-ulama besar dari abad pertengahan (abad ke-

    12 sampai abad ke-16).

    Kemudian perkembangan pondok pesantren semakin baik.

    Pesantren merupakan gabungan antara sistem pondok dan pesantren,

    yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan

    sistem non-Klasikal. Santrinya dapat bermukim dipondok yang

  • 34

    disediakan atau menjadi santri kalong. Pondok pesantren ini pun pada

    gilirannya menyelenggarakan sistem pendidikan klasikal, baik yang

    bersifat pendidikan umum maupun agama yang lazim disebut

    madrasah (Hamdani, 2011: 122-124).

    Jadi penulis dapat mendefinisikan pesantren sebagai lembaga

    pendidikan yang bersifat tradisional dan tempat pengajaran pendidikan

    agama Islam dimana santrinya tinggal dan mukim ditempat tersebut.

    2. Fungsi Pondok Pesantren

    Dimensi fungsional pondok pesantren tidak bisa lepas dari

    hakekat-hakekat dasarnya bahwa pondok pesantren tumbuh dan

    berawal dari masyarakat sebagai lembaga informal desa dalam bentuk

    yang sangat sederhana. Dengan kondisi lingkungan desa dan pesantren

    yang sedemikian rupa, maka pondok pesantren memiliki fungsi

    sebagai berikut (Ghazali, 2003: 35-39):

    a. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan

    Pemahaman fungsi pondok pesantren sebagai lembaga

    pendidikan terletak pada kesiapan pesantren dalam menyiapkan

    diri untuk ikut serta dalam pembangunan dibidang pendidikan

    dengan jalan adanya sistem perubahan pendidikan sesuai dengan

    arus perkembangan zaman dan erat teknologi secara global.

    b. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Da’wah

    Pengertian sebagai lembaga da’wah benar melihat kiprah

    pesantren dalam kegiatan melakukan da’wah dikalangan

  • 35

    masyarakat, dalam arti kata melakukan suatu aktifitas

    menumbuhan kesadaran beragama atau melaksanakan ajaran-

    ajaran agama secara konsekuensi sebagai pemeluk agama Islam.

    c. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Sosial

    Fungsi pondok pesantren sebagai lembaga sosial

    menunjukkan keterlibatan pesantren dalam menangani masalah-

    masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Atau dapat juga

    dikatakan bahwa pesantren bukan saja sebagai lembaga pendidikan

    dan da’wah tetapi lebih jauh daripada itu ada kiprah yang besar

    dari pesantren yang telah disajikan oleh pesantren untuk

    masyarakatnya.

    Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi pondok

    pesantren bukan hanya terbatas kegiatan pendidikan keagamaan

    tetapi juga pendidikan dalam mengembangkan diri yang akan

    diterapkan dilingkungan masyarakat. Oleh karena itu, pondok

    pesantren sejak awal merupakan ajang mempersiapkan kader masa

    depan dengan akhlakul karimah.

    3. Tipologi Pondok Pesantren

    Keberadaan pondok pesantren dan masyarakat merupakan dua sisi

    yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling mempengaruhi.

    Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami

    perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama sekali

  • 36

    adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ghazali,

    2003).

    Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang

    berkembang dalam masyarakat, meliputi:

    a. Pondok Pesantren Tradisional

    Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk

    aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh

    ulama abad ke 15 dengan menggunakan bahasa Arab. Pola

    pengajarannya dengan menerapkan sistem halaqoh yang

    dilaksanakan di masjid atau surau. Hakekat dari pengajaran

    halaqah adalah penghafalan yang titik akhirnya dari segi

    metodologinya cenderung pada terciptanya santri yang menerima

    dan memiliki ilmu. Artinya ilmu itu tidak berkembang ke arah

    paripurnanya ilmu itu, namun hanya terbatas kepada apa yang

    diberikan oleh kiainya. Kurikulumnya tergantung pada kiai

    pengasuh pondoknya.

    b. Pondok Pesantren Modern

    Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe

    pesantren karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi

    seluruh sistem belajar secara klasik dan meninggalkan sistem

    belajar tradisional. Penerapan sistem belajar modern ini terutama

    nampak pada penggunaan kelas-kelas belajar baik dalam bentuk

    madrasah maupun sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah

  • 37

    kurikulum sekolah atau madrasah yang berlaku secara nasional.

    Santrinya ada yang menetap ada yang tersebar di sekitar desa itu.

    c. Pondok Pesantren Komprehensif

    Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena

    merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara

    tradisional dan modern. Artinya di dalamnya diterapkan

    pendidikan dan pengajaran kitab kuning dangan metode sorogan,

    bandongan, watonan dan sebagainya, namun secara reguler sistem

    persekolahan terus dikembangkan. Bahkan pendidikan

    keterampilan diaplikasikan sehingga menjadikannya berbeda dari

    tipologi yang pertama dan kedua tadi.

    4. Unsur-Unsur Pondok Pesantren

    Ada beberapa ciri yang secara umum dimiliki oleh pondok

    pesntren sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosial

    yang secara informal itu terlibat dalam pengembangan masyarakat

    pada umumnya (Ghazali, 2003: 17-23). Zamarkhsyari Dhofier

    mengajukan lima unsur pondok pesantren, yaitu:

    a. Masjid

    Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan

    muslimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun duniawi dalam

    ajaran Islam. Di dunia pesantren masjid dijadikan ajang atau

    sentral kegiatan pendidikan Islam baik dalam pengertian modern

    maupun tradisional. dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang

  • 38

    menjadi pesntren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar-

    mengajar adalah masjid. Di dalam masjid santri dibinsa mental

    dipersiapkan agar mampu mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh

    karena itu masjid di samping di jadikan wadah pelaksanaan ibadah

    juga sebagai tempat latihan.

    b. Pondok

    Kedudukan pondok bagi santri sangatlah esensial sebab

    didalamnya santri tinggal belajar dan ditempa diri pribadinya

    dengan kontrol seorang ketua asrama atau kiai yang memimpin

    pesantren itu. Pondok sebagai wadah pendidikan manusia

    seutuhnya sebagai operasionalisasi dari pendidikan yakni mendidik

    dan mengajar. Mendidik secara keluarga berlangsung di pondok

    sedangkan mengajarnya di kelas atau mushola. Hal inilah yang

    merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas manusia

    sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan.

    Oleh karena itu pondok pesantren merupakan lembaga

    pendidikan yang pertama mengembangkan lingkungan hidup

    dalam arti kata pengembangan sumber daya manusia dari segi

    mentalnya.

    c. Kyai

    Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah

    adanya seorang kyai. Kyai pada hakikatnya adalah gelar yang

  • 39

    diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu di bidang

    agama yaitu agama Islam. Keberadaan kyai dalam pesantren sangat

    sentral sekali. Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren

    apabila memiliki tokoh sentral yang disebut kyai. Jadi kyai dalam

    dunia pesantren sebagai penggerak dalam mengemban dan

    mengembangkan pesantren sesuai dengan pola yang dikehendaki.

    Dengan demikian kemajuan dan kemunduran pondok

    pesantren benar-benar terletak pada kemampuan kyai dalam

    mengatur opersionalisasi atau pelaksanaan pendidikan di dalam

    pesantren.

    d. Santri

    Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai

    pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu

    pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin

    sebuah pesantren.

    Di dalam proses belajar mengajar ada dua tipologi santri yang

    belajar di pesantren:

    1) Santri Mukim

    Santri mukim yaitu, santri yang menetap, tinggal

    bersama kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang

    kyai. Dapat juga secara langsung sebagai pengurus

    pesantren yang ikut bertanggung jawab atas keberadaan

    santri lain.

  • 40

    2) Santri Kalong

    Santri kalong pada dasarnya adalah sorang murid

    yang berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola

    belajarnya tidak dengan jalan menetap di dalam pondok

    pesantren, melainkan semata-mata belajar dan secara

    langsung pulang ke rumah setelah belajar di

    pesantren.Sebuah pesantren yang besar didukung oleh

    semakin banyaknya santri yang mukim dalam pesantren di

    samping terdapat santri kalong yang tidak banyak

    jumlahnya.

    5. Sistem Pendidikan dan Pengajaran di Pondok Pesantren

    Berangkat dari pemikiran dan kondisi pesantren yang ada, maka

    ada beberapa sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren

    (Ghazali, 2003: 28-33):

    a. Sistem Pendidikan dan Pengajaran yang Bersifat Tradisional

    1) Sorogan

    Sistem pengajaran dengan pola sorogan

    dilaksanakan dengan jalan santri yang biasanya pandai

    menyorogan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca

    dihadapan kyai. Di pesantren besar “sorogan” dilakukan

    oleh dua atau tiga orang santri saja. Yang biasa terdiri dari

    keluarga kyai atau santri-santri yang diharapkan kemudian

    hari menjadi orang alim.

  • 41

    2) Wetonan

    Sistem pengajaran dengan jalan wetonan

    dilaksanakan dengan cara kyai membaca suatu kitab dalam

    waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab yang

    sama dengan mendengarkan dan menyimak bacaaan kyai.

    Dalam sistem pengajaran yang semcam itu tidak dikenal

    absensinya. Santri boleh datang boleh tidak, dan tidak ada

    ujian.

    3) Bandongan

    Sistem pengajaran yang serangkaian dengan sistem

    sorogan dan wetonan adalah bandongan yang dilakukan

    saling kait-mengkait dengan sebelumnya. Sistem

    bandongan, seorang santri tidak harus menunjukkan bahwa

    ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para kyai

    biasanya membaca dan menterjemahkan kata-kata yang

    mudah.

    4) Metode Musyawarah/ Bathsul Masa’il

    Metode musyawarah merupakan metode

    pembelajaran yang mirip dengan metode diskusi atau

    seminar. Dalam pelaksanaannya, para santri dengan bebas

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapat. Dengan

    demikian metode ini lebih menitik beratkan pada

    kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan

  • 42

    memecahkan suatu persoalan dengan argumen logika yang

    mengacu pada kitab-kitab tertentu. Musyawarah dilakukan

    juga untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah

    kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya (Depag,

    2003: 43).

    5) Metode Hafalan (Muhafadzah)

    Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan

    cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan

    pengawasan kiai atau ustadz. Materi pembelajaran dengan

    metode hafalan umumnya berkenaan dengan Al-Qur’an,

    nadzam-nadzam untuk nahwu, sharaf, tajwid ataupun untuk

    teks-teks nahwu sharaf dan fiqih.

    6) Metode Demonstrasi (Praktik Ibadah)

    Metode ini ialah cara pembelajaran yang dilakukan

    dengan memeperagakan suatu keterampilan dalam hal

    pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara

    perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk dan

    bimbingan kyai atau ustadz (Depag, 2003: 46-47).

    b. Sistem Pendidikan dan Pengajaran yang Bersifat Modern

    Disamping pola tradisional yang termasuk ciri pondok-pondok

    salafiyah, maka gerakan khalafiyah telah memasuki perkembangan

    pondok pesantren. Ada dua sistem yang diterapkan:

  • 43

    1) Sistem Klasikal

    Pola penerapan sistem klasikal ini adalah dengan

    pendirian sekolah-sekolah baik kelompok yang mengelola

    pengajaran agama maupun ilmu yang dimasukkan dalam

    kategori umum, dalam arti termasuk di dalam disiplin ilmu-

    ilmu kauni, “Ijtihadi” (hasil perolehan manusia) yang

    berbeda dengan agama yang sifatnya “Tauqifi” (dalam arti

    kata langsung diterapkan bentuk dan wujud ajarannya).

    Kedua disiplin ilmu itu di dalam sistem

    persekolahan diajarkan berdasarkan kurikulum yang telah

    baku dari Departemen Agama dan Departemen Pendidikan.

    Bentuk-bentuk lembaga yang dikembangkan di dalam

    pondok pesantren terdiri dari dua departemen yang lebih

    banyak mengelola bidang Pendidikan dan kebudayaan dan

    Departemen Agama.

    2) Sistem Kursus-Kursus

    Pola pengajaran yang ditempuh melalui kursus

    (Takhassus) ini ditekankan pada pengembangan

    keterampilan bahasa Inggris. Disamping itu diadakan

    ketermpilan tangan yang menjurus kepada terbinanya

    kemampuan psikomotorik seperti kursus menjahit. Sistem

    pengajaran ini mengarah kepada terbentuknya santri yang

    memiliki kemampuan praktis guna terbentuknya santri-

  • 44

    santri yang mandiri menopang ilmu-ilmu Agama yang

    mereka tuntut dari kyai melalui pengajaran sorogan,

    wetonan.

    3) Sistem Pelatihan

    Pola pelatihan semacam ini yang dikembangkan adalah

    menumbuhkan kemampuan praktis seperti: pelatihan

    tukang, perkebunan, perikanan, dan kerajinan-kerajinan

    lainnya yang mendukung terciptanya kemandirian

    integratif. Atas dasar pembentukan kemandirian itu maka

    sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren adalah

    sistem terpadu. Kemandirian itu nampak dari keberadaan

    bangunan sekolah, pondok, dan masjid sebagai

    pembentukan jati diri.

    C. Manajemen Madrasah Aliyah Berbasis Pondok Pesantren

    Madrasah aliyah berbasis pondok pesantren merupakan sistem

    pendidikan sekolah dengan menggunakan kurikulum ganda, yaitu

    kurikulum Departemen Agama dan kurikulum yang diselenggarakan oleh

    pesantren. Penyelenggaraan pendidikan madrasah berbasis Pondok

    Pesantren ini berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu-

    ilmu agama yang ada di sekolah.

    Madrasah atau sekolah yang diselenggarakan oleh pondok

    pesantren menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum di

    madrasah atau sekolah lain, yang telah dibakukan oleh Departemen

  • 45

    Agama atau Departemen Pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan

    formal lain yang diselenggarakan oleh pondok pesantren selain madrasah

    dan sekolah, kurikulumnya disusun oleh penyelenggara atau pondok

    pesantren yang bersangkutan (Depag, 2003: 31).

    Menurut Karel A Streenbrink pada LP3ES Dalam pendidikan

    agama, kita sudah melihat beberapa prakarsa dari pendidikan Islam untuk

    menyesuaikan diri dengan pendidikan umum dengan menggunakan

    kebijaksanaan dengan perundang-undangan serta subsidi pemerintah

    Belanda. Akan tetapi kebanyakan lembaga pendidikan Islam memilih satu

    jalan lain misalnya, sejumlah lembaga pengajian Qur’an yang sederhana

    serta sejumlah pesantren tidak mengadakan perubahan sebelum 1945.

    Tetapi sejumlah besar lainnya makin lama makin berkembang dengan

    mengubah metode, memasukan sistem klasikal, dengan tahun pelajaran

    yang teratur, mengubah isi pendidikan, memberikan pendidikan umum di

    samping agama yang merupakan bagian yang paling penting dalam

    kurikulumnya.

    Lembaga agama itu memang berkembang kearah yang mirip

    dengan sistem sekolah. Namun ia berbeda karena lebih menekankan

    pengajaran agama. Sistem pendidikan ini kita sebut dengan sistem

    madrasah, karena pengajaran Qur’an dan kitab yang sudah memakai

    sistem kelas ini di Indonesia pada umumnya disebut madrasah, baik yang

    sudah ditambah pelajaran umum maupun yang 100 persen agama.

  • 46

    Sistem madrasah dan pengajaran agama yang diberikan dengan

    sistem sekolah termasuk wewenang Departemen Agama. Tujuan utama

    dari kebijaksanaan Departemen Agama ini adalah untuk menghapuskan

    perbedaan antara sistem sekolah dan madrasah. Departemen Agama tidak

    begitu campur tangan dalam sistem pesantren dan beberapa bentuk

    pengajian Qur’an. Ia hanya menganjurkan untuk mengadakan modernisasi

    dan mengambil alih sistem madrasah. Hal ini berarti di satu pihak

    memberikan kebijaksanaan memasukkan sebanyak mungkin pengajaran

    agama dalam sistem sekolah, sedang dipihak lain berarti memberikan

    perhatian kepada golongan umum dalam sistem madarasah. Melalui

    konvergensi yang secara perlahan-lahan diharapkan kedua sistem

    pendidikan yang terpisah sejak abad XX dapat dipersatukan lagi. Dalam

    garis besarnya, kebijaksanaan Departemen Agama selalu bertujuan untuk

    mewujudkan persatuan ini.

    (Mujamil, 2002: 94) Eksistensi madrasah di dalam pesantren

    makin mempertegas keterlibatan lembaga pendidikan Islam tertua ini

    dalam memperbaiki sistem pendidikannya, dan menunjukkan adanya

    persaingan menghadapi model pendidikan yang dikembangkan Belanda.

    Penilaian James A. Boon menunjukkan bahwa lembaga pendidikan

    tradisional dalam bentuk pesantren berikut madrasah inilah yang berfungsi

    sebagai institusi tandingan.

    Kehadiran lembaga madrasah di pesantren memiliki konsekuensi

    yang siginifikan karena sistem pendidikan yang dibawa madrasah ini

  • 47

    dalam banyak hal berbeda dengan sistem pendidikan pesantren murni.

    Pada madrasah terdapat tujuan institusional yang tertulis, kurikulum yang

    terstandarkan, metode-metode pengajaran yang ditentukan, seleksi

    penerimaan siswa baru tersebut persyaratannya, tenaga pengajar yang

    mempunyai kelayakan, masuknya ilmu-ilmu umum bahkan eksakta,

    evaluasi dan sebagainya.

    Secara formal, tidak jauh berbeda dengan sekolah umum lainnya,

    kurikulum sekolah atau madrasah yang ada di pondok pesantren juga sarat

    dengan muatan topik tentang fenomena alam. Namun demikian, kurikulum

    madrasah berbasis pondok pesantren lebih banyak menyampaikan

    pendidikan nilai-nilai agama.

    Sebagaimana telah diketahui, terdapat tiga fungsi pokok pesantren:

    pertama, transmisi ilmu pengetahuan Islam. Pendidikan Islam tersebut

    tentunya tidak hanya meliputi pengetahuan agama tetapi juga mencakup

    seluruh pengetahuan yang ada. Kedua, pemeliharaan tradisi Islam, dan

    ketiga pembinaan calon-calon ulama (Basyuni, 2006: 89).

    Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa sekolah

    berbasis pondok pesantren dituntut melakukan terobosan-terobosan yang

    dapat memajukan talenta peserta didik, baik dalam ilmu pengetahuan,

    teknologi, kewirausahaan, dan pengetahuan agama islam khususnya

    sebagai aktualisasi diri di tengah-tengah masyarakat nantinya.

  • 48

    D. Penelitian Yang Relevan

    Kajian pustaka digunakan untuk membandingkan penelitian yang

    sudah dilakukan sebelumnya baik dari segi kekurangan maupun dari segi

    kelebihannya. Penelitian ini diharapkan mempunyai andil dalam

    pengembangan pendidikan agama Islam dan dapat dijadikan bahan

    informasi dalam pendidikan Islam sendiri.

    Sebelum penulis membahas penelitian di Madrasah Aliyah Futuhiyyah

    2 secara terperinci dan mendalam mengenai Manajemen Pendidikan

    Madrasah Aliyah Berbasis Pondok Pesantren. Penulis akan menelaah

    skripsi yang sudah ada untuk dijadikan suatu perbandingan dalam

    penulisannya. Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, penulis

    menggunakan kajian yang sudah ada, yaitu:

    1. Skripsi yang berjudul “Manajemen Pendidikan Sekolah Menengah

    Pertama Berbasis Pondok Pesantren Studi Kasus di SMP Islam Bina

    Insani” yang ditulis oleh Nur Azizah (2017) Fakultas Tarbiyah dan

    Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (IAIN) Salatiga.

    Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan melalui proses

    pengumpulan data menunjukkan bahwa manajemen kurikulum dan

    pengajaran yang ada di SMP Islam Bina Insani semua dilaksanakan

    dengan baik dan terarah. Tenaga kependidikannya juga terlaksana

    dengan baik sesuai dengan program kerja, manajemen kesiswaan

    sudah terlaksana dengan adanya suatu kegiatan ekstrakurikuler untuk

    mengembangkan minat dan bakat siswa.

  • 49

    2. Skripsi yang berjudul “ Manajemen Pendidikan Life Skill (Studi Kasus

    Di Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah Semarang) yang

    ditulis oleh Nurul Azizah S.J (2015) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu

    Keguruan di UIN Walisongo Semarang. Dalam penelitian ini,

    menghasilkan penemuan bahwa proses peaksanaan pendidikan Life

    Skill di pondok pesantren Daarun Najaah sudah berjalan dengan baik,

    dari kegiatan yang dimulai kegiatan pagi sampai kegiatan malam hari.

    Tahap pengorganisasian sudah berjalan sesuai dengan kebutuhan yang

    diingikan di pondok pesantren Daarun Najaah.

    3. Skripsi yang berjudul “ Pendidikan Pondok Pesantren Tradisional

    Dalam Perspektif Pendidikan Islam Indonesia” yang ditulis oleh

    Sujari (2008) Program Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi

    Agama Islam Negeri Jember. Dalam penelitian ini menunjukkan

    bahwa dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia, pendidikan

    pondok pesantren tradisional yang memberikan pencerahan bagi

    peserta didik secara integral baik afektif, kognitif, maupun

    psikomotorik. Adapun visi dan misi pondok pesantren tradisional

    diantaranya yaitu: menekankan pada prinsip panca jiwa, yakni

    kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan kebebasan.

    4. Skripsi yang berjudul “ Manajemen Peserta Didik Berbasis Pesantren

    Dalam Pembentukan Karakter (Studi di MA Salafiyah Mu’adalah

    Pondok Tremas Pacitan) yang ditulis oleh Arif Shaifudin (2015)

    Program Pascasarjana di UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. Penelitian

  • 50

    ini menunjukkan bahwa manajemen peserta didik berbasis pesantren

    dalam pembentukan karakter di MA Salafiyah Mu’adalah Pondok

    Pesantren Tremas Pacitan menggunakan tiga langkah strategi, yaitu

    moral knowing, moeal feeling, dan moral action. Keberhasilan

    manajemen tersebut dalam pembentukan karakter ini dapat dilihat dari

    ketercapaian indikator yang ada dilapangan, yaitu ada sembilan nilai

    karakter : religius, jujur, tasamuh, disiplin, mandiri, bersahabat atau

    komunikatif, gemar membaca, peduli lingkungan, dan hormat atau

    menghargai.

    Dari kajian pustaka yang dilakukan, penulis tidak menemukan

    kajian mengenai manajemen pendidikan Madrasah Aliyah berbasis

    Pondok Pesantren di MA Futuhiyyah 2 yang sama dengan kajian

    sebelumnya. Jadi penelitian yang penulis tulis memiliki orisinalitas yang

    dapat dipertanggungjawabkan dari penelitian sebelumnya.

  • 51

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dimana

    penelitian kualitatif sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami

    masalah sosial, manusia, maupun pendidikan yang dibentuk dengan kata-

    kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun

    dalam sebuah latar ilmiah (Patilima, 2016: 3). Penelitian kualitatif

    dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Oleh karena itu

    peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas untuk

    menganalisis objek yang diteliti.

    Menurut Norman K. Denzim, Profesor Sosiologi University of illionis

    dan Yvonna S. Lincoln, Profesor Higher Education Texas A & M

    University (2009: 2) bahwa “Penelitian kualitatif merupakan fokus

    perhatian dengan beragam metode, yang mencakup pendekatan

    interpretative dan naturalistic terhadap subjek kajiannya.” Artinya peneliti

    kualitatif mempelajari benda-benda didalam konteks alamiahnya, yang

    berupaya untuk memahami, atau menafsirkan fenomena dilihat dari sisi

    makna yang dilekatkan pada manusia (peneliti) kepadanya. Hal yang

    menjadi catatan bahwa “Penelitian kualitatif mencakup penggunaan subjek

    yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris, studi kasus, pengalaman

    pribadi, introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks hasil pengamatan

  • 52

    yang menggambarkan saat dan makna keseharian dan problematis dalam

    kehidupan seseorang.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode

    fenomenografi, suau cara untuk memahami dan memberi makna pada apa

    yang tampak, mencari makna itu dari sudut pandang subjek yang diteliti.

    Oleh karena itu, analisis dikaitkan dengan catatan harian, diperdalam

    melalui diskusi dan wawancara (Putra & Lisnawati, 2013: 54).

    Dalam pendekatan tersebut tidak dikenal adanya sampel, tetapi

    penelitian harus dilakukan secara teliti, mendalam dan menyeluruh untuk

    memperoleh gambaran mengenai prinsip-prinsip umum atau pola yang

    berlaku umum sehubungan dengan gejala-gejala yang ada dalam

    kehidupan sosial masyarakat yang diteliti sebagai kasus itu sendiri.

    B. Kehadiran Peneliti

    Pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan.

    Hal ini dikarenakan instrument penelitian dalam penelitian kualitatif

    adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian ini, penelit imerencanakan,

    melaksanakan penelitian dengan terjun langsung kedalam Madrasah

    Aliyah Futuhiyyah 2 untuk mengamati, melakukan pendekatan

    naturalistik, dan mengumpulkan beberapa data yang diperlukan kemudian

    menganalisisnya sebagai bahan laporan.

    C. Subjek dan Objek Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis mengambil objek dari penerapan dan

    pelaksanaan manajemen pendidikan Madrasah Aliyah Berbasis Pondok

  • 53

    Pesantren di MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak yang berada dalam

    naungan pondok pesantren Futuhiyyah Mranggen.

    Subjek penelitian adalah sesuatu yang dapat dijadikan bahan untuk

    menemukan informasi dalam penelitian. Adapun subjek penelitian yang

    penulis ambil diantaranya yaitu:

    1. Kepala Sekolah

    2. Waka Kurikulum

    3. Waka Kesiswaan

    4. Waka Ketenagaan

    5. Waka Keuangan

    6. Waka Sarana Dan Prasarana

    7. Waka Humas

    8. Waka Personalia.

    D. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini dilakukan di MA Futuhiyyah 2 yang berada di

    Jl. Suburan Tengah Mranggen Demak. Adapun alasan pemilihan tempat

    penelitian di MA Futuhiyyah 2 adalah karena di sekolah tersebut

    mempunyai manajemen pendidikan yang menarik, bukan hanya sebagai

    sekolah pendidikan umum tetapi juga berbasis pondok pesantren. Dimana

    kurikulumnya tidak hanya menggunakan kurikulum kementerian agama

    tetapi juga menggunakan kurikulum pondok pesantren di bawah naungan

    pondok pesantren Futuhiyyah.

  • 54

    E. Sumber Data

    Pencatatan sumber data pada tahap ini penulis mempunyai peran

    penting dalam menemukan berbagai macam informasi, data, dokumen

    yang menjadi tujuan penelitian yang diharapkan dicapai untuk

    memecahkan sejumlah masalah penelitian yang dilakukan. Adapun

    sumber data yang penulis lakukan diantaranya:

    1. Data Primer

    Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama (primer) dalam

    penelitian kualitatif ialah wawancara, dan tindakan, selebihnya adalah

    data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama

    melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil

    usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya

    (Moleong, 2008: 157).

    Adapun data primer yang penulis lakukan yaitu berada di

    Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 Mranggen Demak yang melibatkan

    beberapa informan disana yaitu meliputi kepala sekolah, waka

    kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana. Waka humas,

    dan juga Bendahara. Untuk mendapatkan informasi dan data penulis

    men ggunakan metode wawancara dengan mengajukan beberapa

    pertanyaan kepada informan.

    2. Data Sekunder

    Pengumpulan data sekunder relative lebih mudah karena hanya

    didasarkan atas laporan atau publikasi yang ada berdasarkan penelitian

  • 55

    sebelumnya, atau dari laporan-laporan Lembaga yang menerbitkan