manajemen pembelajaran pondok pesantren...
Post on 27-May-2019
276 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA
KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO
KOTA SALATIGA TAHUN 2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
MILATUR RODIYAH
NIM: 111-12-184
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
vi
MOTTO
مه تعلم القرآن وعلمه خيركم
“ Orang yang paling baik diantara kalian adalah seseorang
yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya “.
(HR.Bukhori)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu Siti Puji Astutik dan Bapak Puryadi yang senantiasa memberikan nasehat
dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga
ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang
bermanfaat untuk sesama.
2. Adik-adiku tersayang Atsiilah Khoirun Nisa‟ dan Muhammad Bachrul Ulum
yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.
3. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho AH selaku pengasuh pondok pesantren tahfidzul
Qur’an al-muntaha yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan
berkah ilmunya.
4. Mas Ali Wachid Murtadlo yang selalu memberikan doa”, semangat, motivasi
dan kasih sayang yang tiada henti.
5. Aidul, putrek, one, bu kum, mak jannah, sopi, dek hurun, apip, mb pitri, mb
faizah, sukenul, mafa dan seluruh sahabatku PPTQ al-Muntaha yang selalu
membersamai dalam setiap langkah.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “MANAJEMEN
PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL-
MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO
KOTA SALATIGA TAHUN 2016”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
ix
4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Pengasuh, ustadzah, dan santri PPTQ al-Muntaha Salatiga yang telah
memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di
pondok pesantren tersebut.
8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
9. Keluarga Ma‟had Putri IAIN Salatiga, PAI E, Keluarga PPL SMP
Muhammadiyah Suruh dan Kelompok KKN posko 25 yang telah
memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 1 September 2016
Penulis
Milatur Rodiyah
NIM. 111-12-184
x
ABSTRAK
Rodiyah, Milatur. 2016. “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an al-Muntaha Kelurahan Argomulyo Kecamatan Cebongan
Kota Salatiga” Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.
Kata kunci: Manajemen Pembelajaran, Pondok Pesantren, Tahfidzul Qur’an
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen
pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan
Argomulyo Kecamatan Cebongan Kota Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab
melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana manajemen pembelajaran pondok
pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha. 2) Problematika yang dihadapi dalam
manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan
metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Subyek penelitian adalah santri, ustadzah, pengasuh, dan pengelola
pondok pesantren.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) manajemen pembelajaran
tahfidzul Qur’an di pondok pesantren al-Muntaha terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengawasan
pembelajaran, dan pengevaluasian. Perencanaan pembelajaran terdiri dari proses
penentuan tujuan, metode atau cara yang ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul
Qur’an, menentukan materi pembelajaran dan menentukan sistem penilaian
pembelajaran yang dilakukan. Proses pengorganisasian pembelajaran terdiri dari
sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran, pengelolaan pendidik dan
peserta didik/santri, materi, serta waktu pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya,
proses pelaksanaan pembelajaran meliputi pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode sorogan, bandongan dan metode pemberian hukuman,
sedangkan media yang digunakan berupa media cetak dan media elektronik
seperti kitab al-Qur‟an dan Terakhir adalah pengawasan serta evaluasi
pembelajaran. Pengawasan terhadap pembelajaran dilakukan oleh penanggung
jawab pembelajaran tahfidzul Qur’an yaitu pengasuh/asatidz pondok. Sedangkan
evaluasi secara formal tidak ada, tetapi lebih ditekankan secara praktis dan lisan
yang dilakukan setiap saat. 2) Problematika terkait pembelajaran tahfidzul Qur’an
terdiri dari problematika pengelola, pengurus, dan santri. Problematika terkait
pengelola yaitu masih minimnya jumlah guru/ustadz sedangkan santri kurang
disiplin sehingga ketika kegiatan pembelajaran berlangsung mengakibatkan
pembelajaran kurang berjalan lancar. Problematika selanjutnya datang dari
pengurus yaitu sikap pengurus yang kurang tegas dalam menjalankan tugas serta
kesulitan dalam mengawasi atau mengatur santri. Hal ini dikarenakan pengurus
merupakan bagian dari santri yang juga mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kemudian problematika juga datang dari santri yaitu adanya gadget yang mereka
gunakan justru menghambat hafalan mereka karena santri lebih fokus bermain
gadget.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 6
F. Metode Penelitian .......................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 16
A. Manajemen Pembelajaran .............................................................. 16
B. Pondok Pesantren ........................................................................... 25
xii
C. Tahfidzul Qur‟an ............................................................................ 31
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 38
A. Paparan Data Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an
al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga .................................. 37
B. Temuan Penelitian ......................................................................... 45
1. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur‟an al-Muntaha .................................................................. 45
2. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha ................................. 59
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 63
A. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur‟an al-Muntaha ........................................................................ 63
B. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha........................................................ .74
BAB V PENUTUP ........................................................................................... .79
A. Kesimpulan.................................................................................... .79
B. Saran .............................................................................................. .80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .83
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ .84
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri ......................................................... 44
Tabel 3.2 Kegiatan Ekstrakurikuler Santri ....................................................... 45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Instrumen Pengumpulan Data
7. Kode Penelitian
8. Hasil Wawancara
9. Daftar Santri
10. Daftar Pengajar
11. Daftar Prestasi Santri
12. Dokumentasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an kitab yang sangat mengagumkan bagi orang-orang yang
mau menggunakan akal dan mata hati untuk memikirkan dan
merenungkannya. Hifzhi al-Qur’an adalah menghafal al-Qur‟an sesuai
dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-
Fatihah hingga surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan
memelihara kalam Allah (Munjahid, 2007:74). Di dalam diri setiap
muslim terdapat hasrat yang kuat untuk menghafal al-Qur‟anul karim. Al-
Qur‟an adalah kitab suci agama islam yang abadi, petunjuk bagi seluruh
umat manusia. Barang siapa yang mengamalkannya, maka ia akan
mendapat pahala; barang siapa menyuruh padanya, maka ia telah ditunjuki
pada jalan yang lurus; barang siapa yang berpegang teguh padanya, maka
ia telah berpegang tali yang kuat yang tidak akan pernah terpecah-pecah ;
dan barang siapa yang berpaling darinya dan mencari petunjuk selainnya,
maka ia telah sangat sesat (Badwilan, 2009:264). Diantara cara Allah
menjaga kemurnian al-Quran adalah dia menjadikan sebagian dari hamba-
Nya menjadi para penghafal al-Quran.
Membaca al-Qur‟an termasuk ibadah yang paling utama yang
dijadikan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah,
sebagaimana dalam firman-Nya:
2
“sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugrahkan
kepadanya secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Faathir [35]:
29).
Untuk menyukseskan program program tahfidz suatu lembaga
harus memiliki manajemen yang baik. Manajemen dapat diartikan sebagai
sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan,
pengorganisasian, penggiatan, dan juga pengawasan. Ini semua juga
dilakukan untuk menentukan atau mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia, dan juga sumber-
sumber lainnya (Sunarto, 2005:71). Perencanaan merupakan bagian awal
yang terpenting dari suatu kerja. Perencanaan merupakan fungsi pemulaan
dalam manajemen (Suparlan, 2014:43). Memang menyelenggarakan
pembelajaran menghafal al-Qur‟an bukanlah persoalan mudah, melainkan
dibutuhkan pemikiran dan analisis mendalam dari hal perencanaan,
metode, alat dan sarana prasarana, target hafalan, evaluasi hafalan dan
sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkan pula manajemen pembelajaran al-
Qur‟an yang tepat dan betul-betul dapat memahami kondisi anak.
Manajemen pembelajaran menghafal al-Qur‟an yang terdiri dari
bagaimana bentuk perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan.
Gairah umat islam dalam Al-Qur‟an jika diperhatikan dewasa ini
semakin meningkat. Banyak lembaga yang mengunggulkan program
3
tahfidz dengan lahirnya banyak lembaga tahsin dan tahfidz atau bahkan di
lembaga-lembaga pendidikan formal. Tumbuhnya lembaga-lembaga keal-
Qur‟anan, baik kecil maupun besar, baik swasta maupun memiliki
keterkaitan dengan pemerintah setempat. Bahkan, statistiknya
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Begitu saja, di sekolah-
sekolah umum unggulan yang berbasis islam (biasanya menggunakan
istilah “Islam Terpadu”, seperti SDIT), menggunakan tahfidz (hafalan al-
Qur‟an), sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core
kompetensinya. Salatiga sendiri ada beberapa lembaga program tahfidz
diantaranya, SD tahfidz An-nida, rumah tahfidz, pondok pesantren
tahfidzul quran al-Muntaha. Tentu saja, ini merupakan suatu
perkembangan yang positif, terutama dalam upaya memelihara otentisitas
al-Quran.
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan
merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional.
Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman,
tetapi juga mengandung makna keaslian indonesia (Madjid, 1997:3). Salah
satunya pondok pesantren al-Muntaha. Ini merupakan sebuah pondok
pesantren khusus putri yang memiliki takhassus pada bidang hafalan al-
Qur‟an, dengan corak pesantren semi tradisional-modern. Semua santri
dikonsentrasikan untuk menghafal, namun bagi yang belum sanggup
membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar diperkenankan juga mengaji
al-Qur‟an bin-nazhar. Pesantren ini tidak memberi batasan waktu dan usia
4
bagi para santri, terbuka bagi mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga
Perguruan Tinggi, maupun santri yang hanya ingin berkonsentrasi belajar
mondok saja. Sudah banyak sekali prestasi yang diraih oleh santri maupun
alumni pondok pesantren al-Muntaha. Antara lomba MTQ juara I, MHQ
juara I, Syarhil Qur‟an juara II, Kaligrafi Juara 1, English Debate juara II,
Pidato bahasa inggris juara I, Stand up comedy juara harapan II dan Cipta
puisi juara II.
Sebagai salah satu pondok tahfidz di Salatiga, Pondok Pesantren al
Muntaha telah melahirkan banyak santri yang berhasil menghafal al
Qur‟an dengan baik. Keberhasilan ini tentu didorong oleh sistem
manajemen pondok yang baik. Dari latar belakang inilah peneliti
bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “MANAJEMEN
PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN
AL-MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN
ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul
Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota Salatiga
Tahun 2016?
5
2. Apa problematika manajemen pembelajaran pondok pesantren
tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Salatiga
Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui manajemen pembelajaran pondok pesantren
tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota
Salatiga Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui problematika dalam manajemen pembelajaran
pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec.
Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun
teoritis, antara lain :
a. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan
agama Islam khususnya di bidang pendidikan tahfidzul qur‟an.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Pondok Pesantren: untuk memberi gambaran sistem
manajemen pondok pesantren yang baik guna melahirkan para
hafidz al Qur‟an.
6
2. Bagi Masyarakat: untuk memberi pengetahuan mengenai pondok
pesantren yang memiliki sistem manajemen yang unggul.
3. Bagi Peneliti: untuk menambah pengetahuan mengenai manajemen
pondok pesantren tahfidzul qur‟an.
E. Penegasan Istilah
1. Manajemen pembelajaran
Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu
manajemen dan pembelajaran. Istilah pembelajaran (instruction)
bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau
kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi,
metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan (Majid, 2012:109). Sedangkan menurut George R. Terry
Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui
pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Sunarto, 2005:71).
Sedangkan menurut Mary Parker Follet , telah mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini bermakna bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk secara sinergi mencapai tujuan
organisasi (Suparlan, 2014:41).
7
2. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan
merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan
nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan
makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia
(indigenous). Lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dulu (madjid,
1997:3).
Sedangkan tahfidz atau menghafal merupakan bahasa indonesia
yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi
kembali tanggapan-tanggapan yang diperoleh melalui pengamatan.
Sedangkan menurut istilah hifzhi al-Qur‟an adalah menghafal al-
Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani
mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nash dengan maksud
beribadah, memelihara kalam Allah (Munjahid, 2007:74). Kita akan
mengetahui berbagai anugrah dan keistimewaan agung yang diperoleh
para penghafalnya (Syinqithi, 2011:4). Jadi pondok pesantren tahfidzul
Qur‟an merupakan suatu lembaga yang khusus pada bidang hafalan al-
Qur‟an.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendeketan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif, Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
8
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor dalam Meoleong
(2009:4). Metode Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data secara deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data
yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup laporan dan
foto-foto. Jadi hasil penelitian ini adalah berupa deskripsi atau
gambaran manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul
Qur‟an al-Muntaha Kota Salatiga Tahun 2016.
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti hadir secara langsung pada obyek penelitian dalam rangka
pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti tinggal di obyek
penelitian, sehingga peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam
rangka pengumpulan data.
3. Lokasi
Lokasi pesantren Jl. Soekarno-Hatta no 39, Kel. Cebongan, Kec.
Argomulyo, Kota salatiga. Terletak di tepi jalan utama Solo-Semarang,
9
sangat strategis dan mudah transportasi. Fasilitas pendukung yang ada
diantaranya Masjid, Laudry, dan Rumah Makan Barokah.
4. Sumber Data
Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan
berbagai sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti. Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data
pendukung (skunder).
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau
kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku
yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto,
2010:22). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber
data primer berasal dari santri, pengurus pondok, ustadz ustadzah
pondok, dan pengasuh Pondok Pesantren al-Muntaha Salatiga.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain),
foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat
memperkaya data primer (Arikunto, 200:20). Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara.
Adapun sumber data sekunder yang digunakan adalah buku-buku
10
yang terkait dengan manajemen pembelajaran, arsip-arsip,
dokumen, catatan dan laporan Pondok Pesantren al-Muntaha.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
(Asmani, 2011:23). Metode observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan
fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan. Adapun cara
yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di
pondok pesantren al-Muntaha dengan cara melihat dan
pengindraan lainnya. Observasi secara langsung mempunyai
maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-
kegiatan manajemen yang dilakukan. Dalam observasi ini yang
menjadi objeknya antara lain aktifitas kegiatan pembelajaran
sehari-hari yang di lakukan oleh pengasuh dan dewan asatidz.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini
harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data
yang detail dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian
ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan
terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui
11
bahwa mereka sedang diwawancarai, penelitian sudah
menetapkan dan menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang
tersusun secara sistematis. Dalam penelitian ini metode
wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data
dalam pembelajaran pesantren dan bagaimana peran masing-
masing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam
menerapkan dan mengorganisir sistem pembelajaran pondok
pesantren tahfidzul Qur‟an.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-
hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto,
2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini di perlukan untuk
memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu
dengan cara mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis
dari Pondok Pesantren al-Muntaha.
6. Analisis Data
Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir
pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak
menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan
ferifikasi atas data yang diperole hal ini dimaksudkan untuk lebih
mempermudah pemahaman dan kejelasan.
12
Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses
mengorganisasaikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang
digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan
(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan
penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan
dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan
observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup.
Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik
pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
(Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan triangulasi
dengan terknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara dan triangulasi dengan
sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar
narasumber terkait serta membandingkan data hasil dokumentasi antar
dokumen.
13
8. Tahap-Tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap
sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,
dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:
a. Tahap Sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada
subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
b. Tahap Pekerja Lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan peran pembelajaran pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha.
Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
c. Tahap Analisis Data
Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiono (2007:337)
aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
1) Mereduksi atau merangkum data, memiliki hal-hal pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak perlu.
2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya naratif.
14
3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum
pernah ada.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data
hasil temuan penelitian secara sistematis. Dalam penulisan laporan
penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai
dari tahap awal penelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan
kesimpulan. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian
dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-
saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang
rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Membahas secara tuntas judul yang ada
sesui dengan teori yang mendukungnya. Yaitu pengertian manajemen
pembelajaran dan pondok pesantren tahfidzul Qur‟an.
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Berisi
Gambaran Umum Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo
Salatiga Tahun 2016 yang meliputi sejarah singkat pesantren, visi dan
15
misi, letak geografis, profil pondok, struktur kepengurusan, sumber dana,
daftar santri, jadwal pelajaran, jadwal kegiatan harian, struktur organisasi,
tata tertib pondok.
BAB IV: PEMBAHASAN. Meliputi manajemen pembelajaran pondok
pesantren, problematika yang dihadapi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an
al-Muntaha.
BAB V: PENUTUP. Meliputi kesimpulan dan saran.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Pembelajaran
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu
manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa (etimologi) manajemen
berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti mengatur (Hasibuan,
2007:1).
Adapun menurut istilah (terminologi) terdapat banyak pendapat
mengenai pengertian manajemen salah satunya menurut George R.
Terry manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-
tindakan yang dicapai melalui perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai
tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Hasibuan,
2007:3).
Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata
“instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya
adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan
sumber belajar, dan anak dengan pendidikan (Mansur, 2007:163).
Menurut Undang-undang Ri No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
17
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa
manajemen pembelajaran merupakan usaha untuk mengelola
pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.
2. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran
Dalam kegiatan manajemen pembelajaran ini terdapat fungsi
manajemen yang harus dilaksanakan. Diantaranya yaitu perencanaan
pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran yang juga meliputi
kegiatan evaluasi pembelajaran.
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah aktivitas pengambilan
suatu keputusan mengenai sasaran dan tujuan pembelajaran,
strategi dan metode yang harus dilakukan, siapa pelaksana tugas
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dalam pengertian lain perencanaan pembelajaran diartikan sebagai
proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media,
penggunaan pendekatan dan metode, dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17).
18
b. Pengorganisasian Pembelajaran
Pengorganisasian pembelajaran adalah keseluruhan proses
pengelompokan pendidikan, peserta didik, materi dan sumber
belajar serta sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta
suatu proses pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini
akan ditentukan materi materi pelajaran beserta siapa pengajarnya
dan untuk siapa materi itu diberikan, bagaimana cara
menyampaikan, serta kapan pelajaran itu akan diberikan.
Menentukan materi pembelajar berarti melakukan kegiatan
pengelolaan materi pembelajaran, hal ini harus memperhatikan
prinsip keragaman anak, tujuan moral (kognitif, emosional, dan
kinetik) dan aspek psikologis lain (Maimun dan Fitri, 2010:108).
Dengan demikian pelajaran yang akan diajarkan dapat ditambah
sesuai dengan kebutuhan pondok pesantren guna menunjang
tercapainya target program pondok yang sedang dikembangkan.
Usman mendefinisikan pengorganisasian merupakan penyusunan
struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber
daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya
(Usman, 2010: 146).
Pengorganisasian pembelajaran menurut Syaiful Sagala
(2010:143) meliputi beberapa aspek :
19
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang
diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam
melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan
pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan untuk
menyelesaikannya.
2) Mengelompokkan komponen pembelajaran dalam struktur
sekolah secara teratur.
3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi
pembelajaran.
4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur
pembelajaran.
c. Pelaksanaan Pembelajaran
Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang
pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai
panduan yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan
menggunakan unsur-unsur belajar seperti, materi/bahan ajar,
sumber belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar
sehingga peserta didik mau dan bisa belajar dengan senang dan
sungguh-sungguh guna mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai sesuai rencana.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
seorang guru harus memiliki keterampilan dalam penyampaian
materi pelajaran dan mampu menggunakan metode mengajar
20
secara tepat. Oleh karena itu penguasaan terhadap metode
pembelajaran baik metode konvensional maupun inkonvensional
merupakan hal yang urgen. Metode adalah cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Suwardi,
2007:61). Jadi metode pembelajaran adalah cara yang diguna-kan
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Penggunaan metode belajar mengajar harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran, kemampuan guru, anak didik, materi yang
dipelajari, ketersediaan fasilitas atau alat, dan durasi waktu belajar.
Diantara jenis-jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan
dalam KBM adalah sebagai berikut:
1. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat
dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap,dan
bertindak sesuai dengan ajaran, norma, dan aturan yang berlaku
(Arief, 2002:110).
2. Metode keteladanan
Metode keteladanan adalah cara mengajar yang
dilakukan dengan memberikan contoh-contoh yang baik yang
dapat dicontoh atau ditiru dari seseorang oleh orang lain (Arief,
2002:117).
3. Metode pemberian ganjaran
21
Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara
memberikan ganjaran atau hadiah atas perilaku baik maupun
keberhasilan belajar peserta didik sebagai pendorong dan
motivasi belajar (Arief, 2002:127).
4. Metode pemberian hukuman
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang
dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak
baik atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131).
5. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah
materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau
khalayak ramai (Arief, 2002:136). Dalam pengertian lain
ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan
secara lisan oleh guru di muka kelas (Usman, 2002:34).
6. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab yaitu penyampaian pelajaran
dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab
(Arief, 2002:140). Pada pendapat lain metode tanya jawab
adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau
sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru
menjawab pertanyaan (Usman, 2002:43).
22
7. Metode Sorogan
Sorogan berasal dari bahasa Jawa (sorog) yang artinya
menyodorkan (Nasir, 2005:110). Metode sorogan ialah sebuah
sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru
untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun
menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150).
8. Metode bandongan/weton
Metode bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier
dalam Arief (2002:153) adalah metode belajar di mana
sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan seorang
guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering
kali mengulas buku Islam dalam bahasa Arab, kemudian setiap
murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan
(baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah
fikiran yang sulit. Metode bandongan atau sistem weton ini
merupakan metode belajar tertua di pondok pesantren
menyertai metode sorogan dan tentunya merupakan inti dari
pengajaran di suatu pesantren (Nasir, 2005:113).
9. Metode drill
Menurut Rustiyah dalam Arief (2002:174) metode drill
adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara
mengajar di mana siswa melaksanakan latihan-latihan agar
23
memiliki keterampilan ataupun ketangkasan yang lebih tinggi
dari apa yang telah dipelajari.
10. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok ialah cara menyajikan materi
pelajaran di mana siswa dikelompokkan ke dalam beberapa
kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah
ditetapkan dengan cara bersama dan bergotong royong (Arief,
2002:196).
Selain metode yang tepat efektivitas pembelajaran juga
dipengaruhi oleh ketepatan penggunaan media belajar. Media
pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara
penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran
(Suwardi, 2007:76). Diantara media belajar yang dapat digunakan
adalah gambar/poster, slides, video, buku teks, modul, dan lain-
lain.
d. Pengawasan dan Evaluasi
Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yang dapat
diterapkan pada manusia, benda dan organisasi. Pengawasan
dimaksudkan untuk memastikan anggota organisasi melaksanakan
apa yang dikehendaki dengan mengumpulkan, menganalisis dan
mengevaluasi informasi serta memanfaatkan untuk mengendalikan
organisasi (Hasibuan, 2007:197).
24
Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran
telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru
menyimpang dari rencana semula. Dalam melakukan pengawasan
pembelajaran ini seorang pemimpin ataupun guru harus
mengetahui dan memahami program pembelajaran yang telah
direncanakan, sehingga diharapkan tidak ada satupun celah lolos
dari pengawasan. Kegiatan pengawasan dalam pembelajaran ini
biasanya diikuti dengan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
tujuan pembelajaran sehingga kemudian dilaksanakan perbaikan
pada kegiatan berikutnya.
Evaluasi menurut National Committee on Evaluation dari
UCLA (Stark & Thomas, 1994:12) yang dikutip oleh Widoyoko
(2009:4) berarti kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan
penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya.
Dengan demikian evaluasi pembelajaran adalah kegiatan memilih,
mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi mengenai
kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai dasar mengambil
keputusan dan menyusun program pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan evaluasi pembelajaran ini diawali dengan pengukuran
hasil belajar, kemudian penilaian, dan setelah dua kegiatan tersebut
selesai barulah dilaksanakan evaluasi.
25
Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses
sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses
pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran
secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan
baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi
pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan
pembelajaran.
B. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pondok pesantren berasal dari kata funduk, (bahasa arab)
yang berarti rumah penginapan, sedangkan pondok pesantren adalah
lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran
serta mengembangkan dan menyebarkan agama islam (Nasir,
2005:80). Pendapat lain tentang pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan islam indonesia yang bersifat “tradisional” untuk
mendalami ilmu tentang agama islam dan mengamalkannya sebagai
pedoman hidup keseharian (Dauly, 2004:27).
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama
islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem
asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa
orang kyai (Farida, 2007:8).
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan
26
ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman prilaku sehari-hari (Rofiq, 2005:1).
Pondok pesantren secara definisi tidak dapat diberikan batasan
yang tegas, melainkan makna yang luas tentang pengertian yang
memberikan cirri-ciri pondok pesantren, pada zaman dahulu Pondok
adalah tempat pendidikan tradisional yang di kelola oleh kyai, bunyai
dan ada muridnya melakukan kegiatan pembelajaran untuk mendalami
ilmu agama Islam dan ilmu yang lainnya, sampai sekarang pondok
pesantren ini berkembang luas mempunyai pengertian yang luas sesuai
dengan kebutuhan di era sekarang ini.
2. Macam-macam pesantren
Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok
pesantren baik tempat, sistem pengajaran, sistem pengorganisasin yang
telah mengalami perubahan. Pesantren di zaman sekarang ada yang
sudah tidak memakai kebiasaan-kebaisaan tradisional pada zaman
dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan sesuai dengan
berkembangnya zaman dimasa sekarang.
a. Pondok Pesantren Tradisional
Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan
kitab-kitab klasik dan tanpa di berikan pengetahuan umum, model
pengajarannyapun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu
dengan metode sorogan dan wetonan (Ghazali, 2003:14).
b. Pondok pesantren Modern
27
Yaitu pesantren yang menerapkan sisitem pengajaran
klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta
juga memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003:14).
c. Pondok Pesantren Campuran/kombinasi
Berbagai macam pondok pesantren yang berkembang pada
masa sekarang, pasti mempunyai kelebihan sendiri-sendiri untuk
mencetak manusia sebagai khalifah di bumi (khalifatu filard),
untuk menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara menurut
ajaran agama islam.
3. Elemen-elemen pondok pesantren
Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-
kegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri
menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu
pondok pesantren sejak semula merupakan ajang mempersiapkan
kader masa depan dengan perangkat-perangkat sebagai berikut
(Ghazali, 2003:18).
a. Masjid
Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan
mulimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun maknawi masjid
memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam
mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid
(Ghazali, 2003:19).
b. Pondok
Pondok adalah asrama bagi para santri yaitu sebuah asrama
pendidikan Islam tradisional dimana para siswa tinggal bersama
28
dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang di
kenal dengan sebutan kyai (Ghofur, 2009: 9).
c. Kyai/Nyai
Ciri yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah
kyai. kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada
seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama dalam hal ini
agama Islam (Ghazali, 2003:22).
d. Santri
Istilah santri hanya ada di pesantren sebagai
pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin
sebuah pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan
erat dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghozali, 2003:24).
Santri terbagi menjadi dua:
1) Santri Mukim
Santri mukim adalah para santri datang tempat yang
jauh sehingga ia tinggal dan menetap di pondok (asrama)
pesantren (Maksum, 2003:14).
2) Santri Kalong
Adalah santri yang berasal dari wilayah sekitar
pesantren sehingga mereka tidak memerlukan untuk tinggal dan
menetap di pondok pesantren mereka bolak balik dari
rumahnya masing-masing (Maksum, 2003:15).
29
e. Pengkajian kitab-kitab kuning
Secara lughowi (bahasa) kitab kuning diartikan sebagai
kitab yang berwarna kuning, kerena kertas-kertas yang
dipergunakan berwarna kuning atau karena terlalu lamanya kitab
tersebut tersimpan sehingga berwarna kuning (Ghofur, 2009: 28).
Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning
yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh
ulama-ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman
seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq.
4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren
Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren
sebagai berikut :
a. Sorogan
Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi santri
yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan
perseorangan (individu) di bawah bimbingan seorang ustadz atau
kyai (Departemen Agama RI, 2003:74).
b. Bandongan
Metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada
metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan
dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok
30
peserta didik, atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa
yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI,
2003:86).
c. Metode musyawarah (Bahtsul Masail)
Metode musyawarah atau dalam istilah lain biasa disebut
dengan bahtsul masail merupakan metode pembelajaran yang lebih
mirip dengan metode diskusi atau seminar (Departemen Agama RI,
2003:92).
d. Metode Hafalan Muhafadzoh
Kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks
tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai,
santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka
waktu tertentu (Departemen Agama RI, 2003:100).
Metode ini menjadikan santri untuk berlatih kebiyasaan
istiqomah (ajek) karena dalam menghafal ini santri harus
mengulang-ulang bacaan atau lafadz yang di hafalkan sesuai tarjet
yang di tentukan, juga melatih kecerdasan otak santri untuk
mengingat-ingat materi pembelajaran, biasanya metode ini di
tekankan pada pelajaran alatnya (nahwunya) seperti, jurumiyah,
tasrif, imriti dan alfiyah ibnu malik, tetapi ada juga pelajaran lain di
pondok pesantren yang mengguakan metode hafalan ini.
5. Fungsi Pondok Pesantren
Fungsi pondok pesantren sebagai berikut :
31
1) Pesantren sebagai lembaga pendidikan
2) Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah
3) Pondok pesantren sebagai lembaga sosial
Fungsi pondok pesantren disini sangat mempengaruhi
menjadikan citra pondok pesantren benar-benar baik untuk mencetak
generasi yang Islami dan siap untuk di terjunkan ketengah-tengah
masyarakat untuk diharapkan menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang telah
di dapatkannya ketika di pondok pesantren.
C. Tahfidzul Qur’an
1. Pengertian Tahfidzul Qur’an
Menurut istilah, yang dimaksud dengan hifzhi al-Qur‟an adalah
menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf
Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nas dengan
maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang
merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada nabi dan Rasul terakhir
dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf
yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir
(Munjahid, 2007:74).
Sedangkan al-Qur‟an secara bahasa artinya “bacaan”. Menurut
Ali as-Sabuni dalam bukunya at-Tibyan definisi al-Qur‟an adalah
kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dengan perantara Jibril, dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita
32
secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan
ibadah, yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan
Surah an-Nas (Faizah, 2008: 97).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz al-Qur‟an
adalah menghafal al-Qur‟an mulai dari surat Al-Fatihah sampai Surat
An-Nas dengan tujuan beribadah kepada Allah, menjaga memelihara
kalam Allah.
2. Hukum Menghafal al-Qur’an
Menghafal al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Apalagi sebagian
orang melakukannya maka gugurlah dosa dari yang lain. Tidak ada
sesuatu yang lebih baik selain mempelajari al-Qur‟an. Karena
didalamnya. Terkandung ilmu-ilmu agama yang merupakan dasar bagi
beberapa ilmu syariat yang menghasilkan pengetahuan manusia
tentang Tuhannya dan mengetahui perintah agama yang diwajibkan
dalam aspek ibadah dan muamalah (Badwilan, 2009: 23-24).
3. Syarat-syarat Tahfidz al-Qur’an
Seorang penghafal harus mempunyai persiapan yang matang
agar proses menghafal berjalan dengan baik dan benar, yaitu: (1) Niat
yang Ikhlas, (2) Meminta izin orang tua atau suami, (3) Mempunyai
tekad yang besar dan kuat, (4) Istiqomah, (5) Memanfaatkan waktu
yang tepat, (6) Lancar membaca al-Qur‟an (Wahid, 2014: 27).
Menurut Sugianto (2004: 52), seorang penghafal hendaknya
memenuhi beberapa syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah.
33
Adapun syarat-syarat tersebut adalah persiapan pribadi, bacaan al-
Qur‟an yang benar dan baik, mendapat izin dari orang tua, wali, dan
suami bagi wanita yang telah menikah, memiliki sifat mahmudah,
kontinuitas dalam menghafal al-Qur‟an, sanggup memelihara hafalan,
memiliki mushaf sendiri.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
penghafal al-Qur‟an harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Niat yang ikhlas
Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan
seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi
perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang
merintanginya (Ahsin, 2000: 49). Dalam surat Az-Zumar ayat 11
Allah berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama.” (Depag, 2009: 747).
Syarat terpenting menghafal al-Qur‟an adalah mempunyai
niat yang ikhlas dan menjadikan hafalan al-Qur‟an serta perhatian
padanya hanya karena Allah, mendapat surga, dan keridhaan-Nya.
b. Memiliki Keteguhan dan Kesabaran
Keteguhan dan kesabaran merupakan hal yang terpenting
bagi orang yang sedang proses menghafal al-Qur‟an. Dalam proses
menghafal al-Qur‟an akan banyak sekali ditemui berbagai macam
kendala, seperti: jenuh, gangguan lingkungan karena bising atau
34
gaduh, gangguan batin atau karena menghadapi ayat-ayat tertentu
yang dirasa sulit menghafalnya (Ahsin, 2000: 50).
Oleh karena itu, keteguhan dan kesabaran menjadi penting
bagi seorang penghafal al-Qur‟an. Seorang yang teguh dan sabar
tidak akan mudah putus asa dengan cobaan yang menghampirinya.
c. Istikomah (kontinuitas)
Menghafal al-Qur‟an harus istiqomah (kontinuitas) dalam
arti memiliki kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun
disiplin terhadap materi-materi hafalan (Sugianto, 2004:54)
d. Meninggalkan maksiat
Perbuatan maksiat dan sifat tercela merupakan perbuatan
yang harus dijauhi bukan hanya bagi para penghafal Al-Qur‟an
saja, akan tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Keduanya
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam
proses menghafal Al-Qur‟an (Badwilan, 2009: 131).
e. Meminta ijin orang tua atau suami
Hal ini juga ikut mendukung dalam keberhasilan sang
penghafal al-Qur‟an. Dengan izin mereka, maka sang penghafal al-
Qur‟an dapat leluasa manfaatkan waktunya (Wahid, 2014:30).
f. Lancar membaca al-Qur‟an
Sebelum menghafal al-Qur‟an, sangat dianjurkan agar sang
penghafal al-Qur‟an lebih dahulu lancar dalam membaca al-
35
Qur‟an. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak
didik yang diampunya untuk menghafal Al-Qur‟an sebelum
terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin-nadzar (dengan
melihat tulisan) (Wahid, 2014: 52).
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa, para calon
hafidz dan hafidzah yang sedang dalam proses menghafal al-
Qur‟an harus memahami syarat-syarat tersebut di atas dan
diusahakan untuk memenuhinya.
4. Metode Tahfidz al-Qur’an
Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam
rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal al-Qur‟an.
a. Metode wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat
yang hendak dihafalkannya.
b. Metode kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat
yang akan dihafalkan pada secarik kertas yang telah tersedia.
c. Metode gabungan, yaitu gabungan antara metode wahdah dan
metode kitabah, hanya saja pada kitabah lebih berfungsi untuk uji
coba terhadap ayat yang telah dihafalkan.
d. Metode jama’, yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif
yang dipimpin oleh seorang instruktur. (Ahsin, 2000: 22-24).
Menurut abdul aziz abdur Rouf ada beberapa cara dalam
menghafal al-Qur‟an, yaitu :
36
1. Memahami ayat yang akan dihafal
Ayat-ayat yang akan dihafal difahami terlebih dahulu.
Dapat digunakan menggunakan terjemah al-Qur‟an Departemen
Agama. Lebih ideal kalau difahami melalui kitab tafsir, hingga
terasa makna yang luasdalam setiap ayatnya.
2. Mengulang-ulang sebelum menghafal
Mendengarkan murattal melalui al-Qur‟an digital, MP3/4,
Handphone, computer dan lain sebagainya.
3. Menulis sebelum menghafal
Menulis ayat yang dihafal dengan tangan sendiri dapat
mempercepat proses menghafal. Dengan menulis ayat-ayat al-
Qur‟an dengan tangan sendiri dan indra penglihatan akan
membantu hafalan masuk dalam memori otak (Wahid, 2014: 100).
Dari beberapa metode diatas seorang penghafal al-Qur‟an
dapat menggunakan salah satu metode tersebut sebagai pedoman
dalam menghafal al-Qur‟an.
37
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Cebongan Argomulyo Salatiga
1. Profil Pondok Pesantren al-Muntaha
Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren Tahfidz al-Muntaha
No. Statistik : 510033730016
NPWP : 31.539.851.1-505.00
Alamat
Jalan : Soekarno-Hatta no. 39
Kelurahan : Cebongan
Kecamatan : Argomulyo
Kota/kabupaten : Kota Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
Badan Penyelenggara : Yayasan al-Muntaha Salatiga
Nama Pengasuh : Hj. Siti Zulaecho, AH
Status Tanah : Wakaf
Akta Notaris : Yayasan al-Muntaha Salatiga, no. 44 tgl 30
Mei 2012 MUHAMMAD FAUZAN, SH
(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha).
2. Sejarah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Yayasan pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1993,
dilatarbelakangi adanya keinginan masyarakat sekitar pada yayasan
38
pendidikan yang mampu menampung dan memberikan pengajaran pada
anak-anak mereka yang menginginkan anaknya menjadi hafidz. Pesantren
ini diasuh oleh Hj. Siti Zulaicho, AH. Beliau adalah alumnus Ponpes BUQ
Betengan Demak. Sejak kecil beliau sudah mengikuti event-event MTQ
dalam cabang tahfidzh baik di tingkat propinsi Jawa Tengah hingga tingkat
Nasional, dan beberapa kali menjadi juara. Hampir satu dekade ini diberi
mandat untuk menjadi juri pada MTQ baik ditingkat Kota maupun tingkat
propinsi. Pada tahun pertama pondok pesantren hanya mendapatkan murid
baru 4 orang santri, dan santri tersebut baru berasal dari daerah sekitar,
dulu masih bertempat tinggal satu rumah dengan pengasuh. Pada tahun
1996 dimaksukkan lembaga al-azar kedalam aktanotaris. Kemudian pada
tahun 2012 al-azar berpindah nama menjadi yayasan al-muntaha yang
sekarang dikelola oleh ibu siti zulaecho sendiri.
Pondok pesantren al-Muntaha merupakan salah satu komponen
lembaga yang berjuang mendidik masyarakat dengan pendidikan secara
holistik, yaitu dengan memberikan pendidikan agama maupun dengan
keilmuan dan kemampuan lain agar dapat membekali peserta didik siap
menjadi agen perubahan. Dengan program unggulan hafalan al-Qur‟an,
pengajian mingguan, semaan mingguan.
Pondok pesantren ini sejak awal memang khusus putri yang
memiliki takhassus pada bidang hafalan al-Qur‟an, dengan corak pesantren
semi tradisional-modern. Semua santri dikonsentrasikan untuk menghafal,
namun bagi yang belum sanggup membaca al-Qur‟an dengan baik dan
39
benar diperkenankan juga mengaji al-Qur‟an bin-nazhar. Pesantren ini
tidak memberi batasan waktu dan usia bagi para santri, terbuka bagi
mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, maupun santri
yang hanya ingin berkonsentrasi belajar mondok saja. Dengan semakin
berkembangnya pondok pesantren ini sekarang jumlah santri sudah
mencapai 56 santri, dari berbagai daerah sampai luar jawa.
(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)
3. Letak Geografis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Lokasi pesantren terletak ditepi jalan utama Solo-Semarang, sangat
strategis dan mudah transportasi. Fasilitas pendukung yang ada
diantaranya Masjid, Laudry, dan warung al-Barokah. Pondok pesantren ini
beralamat dijalan. Soekarno-Hatta no. 39, Kelurahan. Cebongan,
Kecamatan. Argomulyo, Kota Salatiga.
a. Barat : Eks Pabrik Mega Rager
b. Timur : Perumahan Tingkin Indah
c. Utara : Pinus Shofenir dan Persewaan
d. Selatan : Lampu Merah Jalan Pondok Joko Tingkir
(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)
4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
a. Visi
Mencetak muslimah penghafal al-Qur‟an yang berakhlakul karimah.
b. Misi
1. Menyelenggarakan ta‟lim al-Qur‟an yang komprehensif.
40
2. Membimbing santri menjadi muslimah yang berkarakter.
(Hasil Observasi, 18-06-2016, di Pondok Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah media/alat/bahan dalam melaksanakan
suatu pembelajaran. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha
sudah memiliki gedung sendiri. Ada beberapa sarana dan prasarana,
diantaranya adalah 1 gedung aula, 14 ruang kamar santri, 8 kamar mandi
santri, 1 ruang dapur, tempat wudlu dan 1 audio.
(W/U/NU/17-06-2016/08.30).
6. Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Pengurus pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha kota
salatiga berada di bawah yayasan al-Muntaha yang dipimpin oleh Hj. Siti
Zulaecho, AH yang mampu melakukan tanggung jawab sesuai dengan
jabatan yang sudah di pegang, untuk lebih mengetahui pengurus pondok
pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha kota salatiga, penulis menyusun
daftar nama pengurus sebagai berikut:
Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul al-Qur‟an al-Muntaha Masa
Bakti 2016 - 2017 :
Pembina : Ny. Hj. Siti Zulaecho, AH
Nashif „Ubbadah, Lc
Ketua : Maghfirotul Mafachir
Wakil Ketua : Ela Izzatul Laila
Sekertaris I : Miratus Sa‟adah
41
Sekertaris II : Eka Yuniyanti
Bendahara I : Siti Zubaedah
Bendahara II : Nurul Lailatul Hidayah
Seksi-Seksi
Seksi Keamanan
Ketua : Afif Fatimatuz Zahro
Anggota : Nurul Khikmah
Dahlia Dwi Kusuma W
Siti Shofiyanti
Seksi Pendidikan
Ketua : Annisa Isnaeni Hikmah
Anggota : Eva Roviana
Tri Oktaviani
Seksi Kebersihan
Ketua : Zahrotul Fuadah
Anggota : Avi Naila Fitriana,
Rizkiana Kadarwati,
Annisa Rizkiyandini
Seksi Koperasi
Ketua : Milatur Rodiyah
Anggota : Hurun‟in
Ika Fatmawati
42
Seksi Kesehatan
Ketua : Yusi Dahmayanti
Anggota : Dewi Endriyani
Heni Purwina
Himatul Uliyah
Seksi PHBI
Ketua : Mir‟atul Azizah
Anggota : Humaida Fatwati
Dewi Rahmawati
Putri Parameswari
(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha,17-06-2016)
7. Keadaan Guru/Ustadz
Guru/ustadz yang mengajar di pondok pesantren tahfidzul Qur’an
al-Muntaha harus memenuhi berbagai syarat. Syarat yang utama yang
harus dimiliki adalah hafidz dan bersanad walaupun masih dalam proses
minimal harus sudah mencapai 10 juz, menguasai ilmu tajwid, bacaan baik
dan profesional, insyaallah tujuan, visi dan misi dalam pendidikan akan
tercapai. Apalagi dalam hal al-Qur‟an. ( Sebagian kecil ustadz yang
mengajar khususnya bidang tahfidz adalah orang orang yang sudah hafidz
dan sebagian besar masih dalam proses hafidz. Ada 3 ustadz yang
mengajar di PP tahfidzul Qur‟an al-muntaha. Namun, terkadang jika
43
ustadz tidak bisa mengajar maka diganti santri yang memang sudah
ditunjuk bu nya’i yang mengajar khusus bidang tahfidz (SZ,17-06-2016).
8. Keadaan Santri
Dari hasil wawancara dengan NU pada 17 Juni 2016 diperoleh data
bahwa PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha memiliki 52 santri, semuanya
santri putri. Santri bil-ghoib ada 31 dan santri bin-nadzor ada 25. Rata-
rata santri berusia 12-24 tahun. Mereka juga rata rata berasal dari sekitar
salatiga. Namun ada juga yang berasal dari luar daerah ataupun provinsi,
seperti riau, kalimantan, purwodadi, demak dan lain sebagainya. Untuk
tingkat ekonomi pondok ini terbuka untuk berbagai kalangan maka dari
56 santri, rata-rata orang tua santri bekerja sebagai pekerja swasta dan
petani (NU, 17-06-2016).
9. Kegiatan Pembelajaran
Dalam melaksanakan program pembelajaran tahfidzul Qur‟an di
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha, maka disusunlah jadwal
kegiatan santri sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini :
Tabel. 3.1
Jadwal Kegiatan Harian Santri
No Waktu Jenis Kegiatan
1. 03.00-03.30 Jamaah Sholat Qiyamul Lail
(Wajib setiap malam jum‟at)
2. 04.30-04.45 Jamaah sholat subuh
44
3. 05.00-06.00 Makan pagi dan mandi
4. 06.00-07.30 Kegiatan mengaji al-Qur‟an
(Setiap hari minggu simaan bersama)
5. ISTIRAHAT
6. 14.00-15.00 Kegiatan mengaji al-Qur‟an
(bagi yang di pondok)
7. 15.30-16.30 Mengaji kitab (setiap kamis dan sabtu)
8 17.00-17.30 Makan sore
9. 17.55-18.15 Jamaah sholat magrib dan tadarusan
10. 18.15-18.50 Kegiatan mengaji al-Qur‟an
(bagi yang bin-nadzor)
11. 18.50-20.00 Jamaah sholat isya‟
12. 20.00-21.30 Tahfidz (setoran murajaah hafalan)
13 ISTIRAHAT
(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)
Para santri pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha juga
diharuskan melakukan kesunahan-kesunahan antara lain:
45
a. Qiyamullail, karena pada 1/3 malam adalah salah satu waktu
mustajabah.
b. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Mereka memilih waktu habis
subuh untuk setoran hafalan yang baru karena pikiran pada waktu
subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih mudah untuk menghafal
dan membentuk hafalan.
c. Kegiatan muroja’ah dilakukan sendiri oleh masing-masing santri
d. Tahfidz sehabis isya sehabis isya‟ adalah kegiatan setoran
pengulangan hafalan yang telah dihafal sebanyak ¼ juz atau lebih.
e. Setiap hari minggu santri tahfidz melakukan kegiatan simaan bersama
bu nya‟i dengan tujuan untuk menguji sampai mana kemampuan
santri.
Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Santri
No Hari Waktu Jenis Kegiatan
1. Minggu 14.00-15.00 Pelatihan Tilawatil Qur‟an
2. Minggu 08.00-09.00 Pelatihan Tartil Qur‟an
3. Jum‟at 16.00-17.00 Seni rebana
4. Minggu 10.00-11.00 Merias, Menjahid
5. Jum‟at 20.30-21.30 Khitobah
(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)
B. Temuan Penelitian
46
1. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
al-Muntaha
Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penelitian berupa fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengevaluasian yang diselenggarakan di pondok pesantren tahfidzul
Qur‟an al-Muntaha cebongan argomulyo salatiga.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber
ditemukan beberapa pernyataan yang mendukung proses
perencanaan.
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan program pembelajaran terlihat dari pernyataan
NU selaku pemimpin pondok pesantren:
“Agar santri dapat menghafal, santriwati mampu
memahami isi dari al-Qur‟an dan mampu mengajarkan
al-Qur‟an” (W/U/NU/08-08-2016/20.30 WIB).
SZ selaku pengasuh pondok pesantren berpendapat
hampir sama terkait tentang tujuan pembelajaran tahfidzul
Qur‟an.
“Agar santri diharapkan dapat mengetahui,
memahami bagaimana sebaiknya membaca dan
menghafalkan al-Qur‟an dengan baik dan benar”
(W/U/SZ/07-08-2016/16.00 WIB).
2) Metode Pembelajaran
47
Terkait metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an NU
menyatakan:
“Di pondok ini menggunakan dua metode sorogan
dan bandongan. Kalau sorogan mencakup setoran dan
taqrir, taqrir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau
yang bandongan contohnya seperti kegiatan minggu
legi” (W/U/NU/08-08-2016/20.31).
Pernyataan mengenai metode pembelajaran tahfidzul
Qur‟an juga diungkapkan IF:
“Metode atau cara yang ditempuh dalam
pembelajaran tahfidzul Qur‟an dengan menggunakan
metode sorogan dan bandongan. Dengan cara setoran
yaitu pengajuan atau setor bacaan dan hafalan langsung
kepada bu nya‟i, murojaah yaitu santri mengulang-
ulang bacaan atau hafaln, ayatan yaitu membaca ayat
per-ayat untuk mengevaluasi tajwid dan makhorijul
hurufnya, rutinan yaitu kegiatan rutin bulanan bagi para
tahfidz sebagai upaya untuk menjaga hafalannya”
(W/U/IF/08-08-2016/16.22).
Penjelasan mengenai metode pembelajaran juga
diungkapkan oleh ER :
“Kalau disini mengajinya menggunakan metode
sorogan, yaitu melalui setoran langsung kepengasuh
jika dinyatakan lancar tidak mengulang kalau belum
lancar mengulang” (W/S/ER/09-08-2016/10.00).
Hal sama diungkapkan FNR:
“Disini itu menggunakan metode sorogan dan
bandongan mbak, dimana santri maju satu per satu
untuk menyetorkan hafalannya kepada ustadzah dan
juga setiap minggu legi simaan bersama semua santri
tahfidz dipimpin langsung oleh bu nya‟i (FNR/S/07-08-
2016/09.00).
48
Hal ini selaras dengan hasil observasi, terlihat bahwa
semua santri maju satu satu untuk menyetorkan hafalannya
masing-masing kepada bu nyai/ustadzah (O/09-08-
2016/06.00).
3) Materi Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
Ketika peneliti menggali data mengenai sistem
pembelajaran atau materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an,
berikut ini pendapat beberapa narasumber:
ER menyampaikan:
“Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an diampu
langsung oleh para asatidz dan asatidzah dan semuanya
mengarah pada dasar-dasar pembelajaran tahfidzul
Qur‟an pada umumnya” (W/S/ER/09-08-2016/10.20).
MM mengungkapkan:
“Untuk pelajaran tahfidzul Qur‟an disini
meliputi al-Qur‟an, tajwid, tilawah, tahsinul Qur‟an”
(W/S/MM/08-08-2016/10.20).
Mengenai materi pembelajaran juga disampaikan oleh
IF:
“Materi pelajaran yang diajarkan dipondok yaa
al-Qur‟an dan tajwid materi ini sangat penting untuk
diberikan kepada santri agar santri dapat membaca al-
Qur‟an dengan baik dan benar. (W/U/IF/08-08-
2016/16.32).
Sebagai pengelola, NU memaparkan materi
pembelajaran:
49
“Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang
ada dipondok meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an,
tilawah, tajwid. Pemberian materi ini dengan tujuan
untuk santri baru diberi kursus kemampuan dasar agar
yang baru mengikuti bisa mengejar kemampuan yang
telah dimiliki santri senior” (W/U/NU/08-08-
2016/20.39).
Dari hasil observasi terlihat santri pondok pesantren
tahfidzul Qur‟an al-muntaha pada hari minggu jam 14.30
berkumpul di aula mengikuti kegiatan belajar tilawah bersama
ustadzah NH, setelah sholat magrib santri mengikuti
pembelajaran tajwid yang diampu langsung oleh ustadz NU
(O/08-08-2016/14.30).
4) Penilaian Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
Cara penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an berikut
menurut beberapa pendapat narasumber:
IF menyampaikan:
“Melalui setoran langsung kebunya‟i, jika
dinyatakan lancar santri dinyatakan tidak mengulang
namun sebaliknya jika santri setorannya tidak lancar
maka disuruh mengulang” (W/U/IF/08-08-2016/16.03).
Ungkapan hampir sama juga diungkapkan oleh ER:
“Dalam taqrir hafalan memiliki kesalahan
paling sedikit bacaan maka tidak mengulang, kalau
santri cara menghafalnya banyak kesalahan maka harus
mengulang sampai benar benar lancar” (W/S/ER/09-
08-2016/10.35).
SZ menyampaikan:
“Penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an untuk
penilaian kami melihat dari bacaan dan hafalan para
50
santri apakah sudah sesuai dan benar tajwid dan
makhorijul huruf” (W/U/SZ/07-08-2016/16.03).
Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 8
juni 2016 terlihat santri yang sudah selesai setoran perlembar
sampai satu juz, kemudian santri disuruh menyetorkan ¼
sampai 1 juz sekali duduk, apabila lancar lanjut juz berikutnya
apabila tidak lancar maka mengulang. (O/08-6-2016/06.23).
b. Pengorganisasian
Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil
struktur organisasi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha
sebagai dituturkan NU:
“Pastinya terdiri dari Pengasuh, ketua pimpinan,
ketua pengurus” (W/U/NU/08-08-2016/20.03).
Hal serupa hampir sama juga diungkapkan ER:
“Struktur organisasi pondok dibentuk seperti pada
umumnya. Terdapat ketua, bendahara, sekertaris, sie
kebersihan, keamanan, pendidikan, kesehatan dan semua
saling bekerja sama sesuai dengan tugasnya masing-
masing” (W/S/ER/09-08-2016/10.35).
Peneliti juga menanyakan mengenai penyusunan jadwal
MM mengungkapkan:
“Mengenai penyusunan jadwalnya sudah bagus,
namun dalam penerapannya masih banyak yang kurang,
tidak sesuai dengan apa yang sudah dipelajarkan dari nyai,
diantaranya tentang tajwid dan makharijul huruf”
(W/S/MM/08-08-2016/10.23).
IF juga mengungkapkan:
51
“Penyusunan jadwal disusun dengan kebutuhan
santri dimana mayoritas santri adalah para pelajar. Jadi
untuk jadwal pembelajaran dimulai dari subuh hingga jam
06.30 pagi. Dan dimulai lagi jam 16.00 hingga jam 21.00.
untuk rutinan di adakan pada hari libur sekolah
(W/U/IF/08-08-2016/16.25).
Peneliti lanjut menanyakan siapa pengajar kegiatan
pembelajaran di pondok ini, NU mengungkapkan:
“Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa pengajar
atau ustadzah di pondok ini yaitu langsung dari pengasuh
atau pengelola pondok terkadang kalau pengasuh ada acara
gak bisa mengajar diganti santri yang memang sudah
dipercaya untuk mengganti mengajar (W/U/NU/08-08-
2016/21.23).
NH memaparkan:
“Pengajarnya dari bu nya‟i sendiri sama anak dan
menantunya, terkadang kalo beliau gak bisa mengajar maka
diganti oleh santri yang sudah ditunjuk bu nya‟i untuk
menggantikan beliau mengajar (W/S/NH/07-08-
2016/16.03).
Hal ini terlihat dengan hasil observasi bahwa pengajar
kegiatan pembelajaran di pondok al-muntaha pada jam 06.00
adalah pengasuh atau bisa di panggil bu nya’i mengajar santrinya
di aula, pada siang jam 13.30 ustadzah IF yang mengajar tahfidz di
tempat aula dengan secara berkala dapat dibantu atau diwakili oleh
santri yang memang sudah dipercaya bu nya’i untuk mengganti
mengajar (O/07-08-2016/06.00).
SZ mengungkapkan mengenai kondisi saran dan prasarana:
“Kondisi sarana dan prasarana yang menunjang
pembelajaran selama ini masih kurang , selain al-Qur‟an
yang untuk individu seharusnya ada tambahan buku
panduan tajwid dan makharijul huruf untuk pegangan wajib
52
individu dalam pembelajaran tahfidznya (W/S/SZ/07-08-
2016/16.32).
FNR mengungkapkan:
“Bisa dilihat sendiri mbak kurangnya sarpra
dipondok pesantren, seperti tidak ada almari untuk menaruh
al-Qur‟an” (W/S/FNR/07-08-2016/09.21).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 9
agustus 2016 terlihat tidak terdapat almari untuk menaruh al-
Qur‟an, banyak al-Qur‟an yang berceceran dimeja mengaji (O/09-
6-2016/09.34).
c. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an
diperoleh dari beberapa narasumber sebagai berikut:
IF mengungkapkan:
“Proses pelaksanaan dilakukan di lingkungan
pondok mbak, untuk pelaksanaan pembelajaran semua
dilakukan di dalam gedung aula (W/U/IF/08-08-
2016/16.55).
MM menjelaskan:
“Pelaksanaan proses pembelajaran didalamnya
alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar sesuai dengan
apa yang telah direncanakan (W/S/MM/08-08-2016/09.45).
Lebih lanjut sebagai pengelola sekaligus ustadzah, SZ
memaparkan:
“Proses pembelajaran yang diterapkan diponpes
hampir 90% terlaksana sesuai perencanaan yang telah
direncanakan” (W/U/SZ/07-08-2016/16.45).
53
Keterangan hampir sama di utarakan ustadzah tahfidz,
FNR:
“Alhamduillah sudah berjalan sesuai dengan yang
direncanakan mbak, walaupun kadang masih ada 1 2 santri
yang kurang disiplin mengaji” (W/U/IF/08-08-2016/16.54).
Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa terlihat semua
santri mengikuti kegiatan pembelajaran pada pagi pukul 06.00-
07.30 di mana santri berjejeran maju satu-satu untuk menyetorkan
hafalannya pada bu nya‟i (O/08-08-2016/20.14).
Sebagai santri, NH menggambarkan bagaimana
pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an menyatakan:
“Pembelajaran tahfidzul Qur‟an merupakan
pembelajaran yang megarah pada al-Qur‟an (W/S/NH/05-
08-2016/15.00).
MA menjelaskan bagaimana metode yang digunakan dalam
pembelajaran tahfizul Qur‟an:
“Metode yang digunakan untuk individu dengan
membaca bin nadzor terlebih dahulu kemudian dihafalkan
kata demi kata dan ayat demi ayat. Namun untuk metode
yang diterapka disini ada beberapa, diantaranya metode
sima‟i (W/S/MA/09-08-2016/15.30).
Sebagai pengurus pendidikan, ER memaparkan:
“Untuk metode pembelajaran dalam pelaksanaannya
untuk setoran dan murojaah santri ada 3 waktu yang
ditetapkan yaitu pagi jam 06.00, siang 13.30 dan malam
jam 19.15 WIB. Untuk mengatur dan membagi antara
setoran murojaah itu diserahkan pada para santri itu sendiri.
(W/S/ER/09-08-2016/10.02).
H mengungkapkan:
54
“Untuk ayatan dilaksanakan pada hari libur ngaji
yaitu hari jum‟at jam 05.30 hingga 06.15 sedangkan rutinan
dilaksanakan pada hari ahad legi dan ahad kliwon
(W/S/H/09-08-2016/09.42).
Berdasarkan hasil observasi pada hari Jum‟at terlihat semua
santri yang suci setelah melakukan jamaah sholat subuh mereka
tetap berkumpul di aula untuk melaksanakan kegiatan ayatan
dimana santri membaca 1 ayat kemudian bergilir dengan teman
yang lain (O/06-08-2016/05.45).
Peneliti menanyakan tentang prestasi yang dicapai santri,
NU menjelaskan:
“Prestasi yang dicapai banyak sekali mulai dari
MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dll mulai dari tingkat daerah
sampai tingkat kota” (W/S/NU/08-08-2016/20.50).
Penjelasan yang sama juga diungkapkan IF:
“Banyak prestasi yang dicapai terutama untuk
lomba-lomba MTQ daerah, CCQ, dll” (W/U/IF/08-08-
2016/16.00).
H mengungkapkan:
“Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz disetiap
tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam
setiap perlombaan (W/S/H/08-08-2016/10.09).
Hal ini terlihat dalam buku dokumentasi PP tahfidzul
Qur‟an al-Muntaha bahwa yang telah dicapai oleh santri mulai dari
MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dan lain-lain (O/08-08-2016/10.34).
Sebagai ketua pengurus MM mengungkapkan beberapa
media yang digunakan dalam pembelajaran:
55
“Media yang digunakan dalam pembelajaran kami
sederhana yaitu al-Qur‟an, MP3, kitab tajwid, pengeras
suara spiker (W/S/MM/08-08-2016/10.23).
AZ menjelaskan:
“Medianya ya al-Qur‟an dan MP3” (W/S/SZ/07-08-
2016/16.08).
Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa beberapa santri
ketika membuat setoran hafalan di aula maupun di kamar
mengunakan al-Qur‟an dan MP3 (O/07-08-2016/16.02).
d. Pengawasan dan pengevaluasian
Terkait sistem pengawasan dan evaluasi pembelajaran
tahfidzul Qur‟an di pondok pesantren al-muntaha Cebongan
Salatiga NU Menyatakan:
“Ada yang langsung ketika pelaksanaan,
membenarkan bacaan yang keliru dengan melalui buku
laporan dan absen dan di adakan simaan minggu legi.
Pengawasan dari pengurus bagian pendidikan untuk
mempelajari tahfidz, pengurus juga menindak bagi yang
tidak mengikuti pembelajaran dalam hal ini pengurus
bertanggung jawab pada pengasuh” (W/U/NU/08-08-
2016/20.54).
SZ menjelaskan mengenai evaluasi pembelajaran tahfidzul
Qur‟an:
“Untuk proses evaluasi kami lihat dari beberapa
metode yang diterapkan yaitu ayatan dan rutinan. Dan
kegiatan tersebut kita memantau kurang atau telah berhasil
para santri dalam upaya belajar di pondok pesantren”
(W/U/SZ/07-08-2016/16.00).
IF memaparkan:
56
“Proses evaluasinya dengan setiap santri sudah
selesai menyetorkan 1 juz dan mau naik juz selanjutnya.
Maka diwajibkan bagi santri menyetorkan ¼ juz dulu
setelah itu baru menyetorkan 1 juz, apabila lanca maka
dinyatakan lanjut ke juz selanjutnya dan apabila belom
lancar maka harus mengulang” (W/U/IF/08-08-
2016/16.07).
Lebih lanjut MM menambahkan:
“Proses evaluasi ada simaan perbulan setiap minggu
legi dan tartilan perminggu dan setiap minggu kliwon,
tartilan di simakkan teman kemudian baru di tes bu nya‟i”
(W/S/MM/08-08-2016/10.35).
Berdasarkan hasil observasi terlihat pada hari minggu jam
07.00-07.30 santri yang menghafal al-Qur‟an disimakkan
temannya kemudian pada saat minggu legi baru di simakkan
langsung oleh bu nya’i (O/08-08-2016/07.35).
Peneliti lanjut menanyakan tentang pengevaluasian untuk
materi tajwid dan tilawatil Qur‟an, NH mengungkapkan:
“Untuk evaluasi tilawatil Qur‟an kami
menggunakan dengan cara santri ditunjuk ustadzah untuk
maju ke depan dan melafalkan apa yang sudah dipelajari”
(W/U/NH/07-08-2016/15.00).
Lanjut NU mengungkapkan :
“Untuk pengevaluasian materi tajwid santri ditunjuk
satu per satu dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari
(W/U/NU/08-08-2016/20.45).
Pernyataan hampir sama juga di paparkan MM:
“Di sini cara evaluasinya dengan cara santri
ditunjuk ustadz-ustadzah untuk maju satu satu dan
melafalkan apa yang sudah mreka pelajari, baik dari materi
tajwid maupun tilawatil Qur‟an (W/S/MM/08-08-
2016/10.34).
57
Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 8
agustus 2016 bahwa, terlihat semua santri yang mengikuti kegiatan
pembelajaran tajwid dan tilawatil Qur‟an di tunjuk satu-satu oleh
ustadz maupun ustadzah untuk melafalkan atau mempraktekkan
apa yang sudah dipelajari (O/08-08-2016/14.45).
Mengenai proses pengawasan pembelajaran tahfidzul
Qur‟an, MM menerangkan:
“Pengawasan langsung dilakukan oleh pengasuh
dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol
dengan baik” (W/S/MM/07-08-2016/10.25).
Hal senada diungkapkan oleh IF:
“Pengawasan langsung oleh pengasuh, para asatidz-
asatidzah dan pengurus sudah berjalan namun masih kurang
terkontrol terkadang masih ada santri yang tidak mengikuti
kegiatan” (W/U/IF/08-08-2016/17.00).
Selaku santri, juga mengungkapkan keluh kesah tentang
pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an, NH menyatakan:
“Dilakukan oleh pengasuh di bantu asatidz-
asatidzah dan para pengurus, namun belom berjalan dengan
baik, mungkin karna minimya pengajar tahfidz sehingga
menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa
terkontrol dengan baik terutama dari segi pembelajaran al-
Qur‟an” (W/S/NH/07-08-2016/15.23).
SZ juga mengungkapkan :
“Dari pelaksanaan pembelajarannya sudah bagus,
dari pengurus masih kurang tegas, sehingga masih ada
santri yang tidak mengikuti kegiatan pondok” (W/S/SZ//07-
08-2016/16.34).
Alasan selanjutnya diungkapkan FNR:
58
“Kedisiplinan di pondok ini masih kurang, dari
pengurus harusnya sering mengontrol santri, dan dipastikan
semua santri ikut dalam kegiatan” (W/S/FNR/07-08-
2016/09.14).
Ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang adakah
hukuman ketika santri tidak mengikuti kegiatan, berikut pernyataan
beberapa dari narasumber:
MM selaku ketua pengurus pondok memaparkan:
“Pengawasan langsung dilakukan oleh pengasuh
dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol
dengan baik” (W/S/MM/07-08-2016/09.45).
Hal yang sama diungkapkan oleh H:
“Hukumannya ada mbak kalau dipodok namanya
takziran, kalau gak mengaji di dendan 5.000 kalau gak ya
kadang disuruh bersih-bersih pondok” (W/S/H/09-08-
2016/10.00).
“Takzirannya didenda 5.000 mbak”(W/S/HS/07-08-
2016/09.08).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 7
agustus 2016. Bahwa, ada beberapa santri yang ketahuan tidak
mengikuti pembelajaran kemudian dari pengurus pendidikan
langsung menegur sang anak dan menyatat nama sang anak dalam
buku pelanggaran (O/07-08-2016/19.02).
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai pembelajaran
tahfidzul Qur‟an dipondok pesantren al-muntaha, beberapa
narasumber mengungkapkan:
FNR memaparkan:
59
“Bagus, sebelum bandongan 1 juz, santri
diharapkan menyetorkan tiap ¼ juz, terus kalau sudah hafal
5 juz diwajibkan taqrir 1-5, 5-1 naik turun, begitu pula
seterusnya” (W/S/FNR/07-08-2016/09.45).
Hal senada diungkapkan AFZ:
“Pembelajarannya sudah bagus, setiap hafalan
sudah mencapai 1 juz, santri harus mengulang menyetorkan
¼ juz, setelah selesai baru menyetorkan langsung 1 juz
sekali duduk mengaji. Apabila sudah lancar maka boleh
lanjut juz setelahnya, apabila belom lancar maka harus
mengulang” (W/S/AFZ/09-08-2016/07.45).
DM mengungkapkan:
“Bagus, di sini setiap bulan sekali setiap minggu
legi ada simaan 30 juz di simak langsung dengan bu nya’i
menggunakan sound dan pengeras suara (W/S/DM/08-08-
2016/08.34).
H mengatakan:
“Di sini bu nyai tidak memberi paksaan dalam
menghafal. Sesuai dengan kemampuan santri, dari bu nyai
tidak pernah menarjet. Misalnya hari ini harus setor 1
lembar (W/S/H/09-08-2016/09.50).
2. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai problematika
pengelola terkait pembelajaran tahfidzul Qur‟an, berikut ini keterangan
narasumber.
“Kesulitan dalam pemerataan pengawasan dan evaluasi
pembelajaran para santri. Karena banyaknya santri untuk
memperhatikan perindividu dari para pengurus, pengelola,
mengalami kesulitan” (W/U/NU/08-08-2016/20.49).
Selaku pengasuh SZ juga menjelaskan:
60
“Minimnya guru/pengajar sehingga menyebabkan
keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan
baik, terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟annya”
(W/U/SZ/07-08-2016/16.10).
Lanjut IF mengungkapkan:
“Santri kurang disiplin saat mengaji, waktu
pembelajaranpun masih kurang lama” (W/U/IF/08-08-
2016/16.20).
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilaksanakan pada
tanggal 8 agustus 2016 bahwa terlihat pada kegiatan pembelajaran
siang hari pukul 13.30 banyak santri yang telat mengaji, ketika bu nyai
atau ustadzah sudah datang ke aula hanya ada 3 atau 4 santri yang
berada di aula (O/08-08-2016/14.00).
Lanjut menanyakan problematika pengurus dalam
pembelajaran tahfidzul Qur’an, menyatakan :
Sebagai ketua kepengurusan MM menyatakan:
“Karena pengurus juga santri, dimana dia juga
mempunyai kewajiban untuk belajar juga kadang merasa
kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada
para santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an”
(W/S/MM/07-08-2016/10.32).
Peneliti mengajukan pertanyaan tentang problematika santri
terkait dengan pembelajaran tahfidzul Qur’an, berikut ini keterangan
beberapa santri.
Sebagai seorang penghafal al-Qur‟an ER menjelaskan:
“Kesulitan dalam mengatur waktu untuk muroja’ah, dll.
Karena adanya media elektronik yang menjadi salah satu
pengganggu kecil dalam pembelajaran” (W/S/ER/O9-08-
2016/10.20).
61
NU juga mengungkapkan:
“Karna pondok ini diperbolehkan membawa barang
elektronik, ternyata juga berdampak santri lebih banyak waktu
mainan elektronik, ketimbang muroja‟ah (W/U/NU/08-08-
2016/21.01).
FNR memaparkan:
“Penghambat terberat dalam proses menghafal yaitu
ketika sudah bermain gadget bisa lupa waktu apalagi ketika
menonton film waktu muraja’ah hampir tidak ada. Dampaknya
ketika mengaji sudah dimulai hanya mengaji beberapa ayat saja
dan itupun tidak lancar” (W/S/FNR/07-08-2016/09.21).
NH sama menjelaskan:
“Ketika sudah bermain handphone lupa segalanya
mbak, niatnya mau nderes, gak jadi” (W/S/NH/07-08-
2016/15.00).
Hal ini terlihat beberapa santri tangan yang satu memegang al-
Qur‟an dan yang satunya memegang handphone (O/07-08-
2016/16.04).
Ketika peneliti menanyakan solusi apa yang diberikan untuk
problematika pembelajaran tahfidzul Qur’an, berikut pernyataan
beberapa narasumber:
“Yang diharapkan bisa menepati waktu pembelajaran
pelaksanaan, ada waktu yang lebih longgar untuk pembelajaran
di pagi dan siang hari dan juga harusnya pengurus memberi
motivasi agar santri dapat disiplin dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran” (W/S/NU/08-08-2016/21.05).
IF menyatakan:
62
“Mungkin bisa menambah guru atau pengajar baru, agar
setiap santri dapat terkontrol dengan baik dalam pengawasan
dan pengevaluasiannya” (W/U/IF/08-08-2016/16.36).
Pengasuh juga memaparkan, SZ:
“Menaati peraturan dan harus lebih disiplin lagi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran di ponpes” (W/U/SZ/07-08-
2016/16.02).
ER juga mencoba memberi solusi:
“Solusi yang saya coba tawarkan yaitu evaluasi ulang
manajemen pembelajaran dan organisasi yang ada diponpes.
Serta, dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh
penduduk ponpes baik pengurus, santri maupun asatidz
(W/S/ER/09-08-2016/10.17).
FNR Menjelaskan:
“Solusinya ya harus pintar-pintar memanaj waktu, harus
bisa seimbang antara mengaji dan bermain HP (W/S/FNR/07-
08-2016/09.48).
Hal senada juga diungkapkan NH:
“Harus pintar membagi waktu, dimana ada saatnya
bermain HP, mengaji dengan kegiatan yang lain (W/S/NH/07-
08-2016/15.00).
63
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Manajemen Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren al-
Muntaha
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di
Pondok Pesantren al-Muntaha menunjukkan bahwa fungsi manajemen
pembelajaran terbagi menjadi 4 bagian.
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah aktivitas pengambilan suatu
keputusan mengenai sasaran dan tujuan pembelajaran, strategi dan
metode yang harus dilakukan, siapa pelaksana tugas untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam pengertian lain
perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode,
dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid,
2008:17). Setiap program yang akan berlangsung, membutuhkan
perencanaan yang matang, termasuk pembelajaran tahfidzul Qur’an di
pondok pesantren al-Muntaha.
Proses perencanaan pembelajaran tahfidzul Qur’an pondok
pesantren al-Muntaha dilakukan melalui 4 tahap, yaitu:
64
a. Penentuan tujuan
Tujuan belajar yang jelas dan terukur merupakan aspek
penting untuk menentukan keberhasilan siswa melalui proses
pembelajaran (Sanjaya, :42). Setiap kegiatan pembelajaran seorang
pengajar juga menentukan target belajar atau tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Setiap kegiatan wajib diikuti oleh seluruh santri
yaitu sejumlah 52 orang pada jadwal yang telah ditentukan.
Pembelajaran di pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha
tidak didahului dengan penyusunan rencanaan pembelajaran
terlebih dahulu. Akan tetapi, kegiatan pembelajarannya sudah
disusun sejak awal berdirinya pondok. Tujuan pembelajaran
tahfidzul Qur’an pondok pesantren al-Muntaha menurut beberapa
narasumber adalah agar santri diharapkan dapat mengetahui serta
memahami bagaimana cara membaca dan menghafalkan Al-Qur‟an
dengan baik dan benar.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Wahid
(2014:52) bahwa sebelum menghafal Al-Qur‟an, sangat dianjurkan
agar sang penghafal Al-Qur‟an lebih dahulu lancar dalam
membaca Al-Qur‟an. Sebagian besar ulama bahkan tidak
memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal Al-
Qur‟an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin-
nadzar (dengan melihat tulisan).
65
b. Metode pembelajaran tahfidzul Qur’an
Selanjutnya, mengenai metode pembelajaran tahfidzul
Qur’an dipondok pesantren al-Muntaha. Metode atau cara yang
ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an dengan
menggunakan dua metode yaitu metode sorogan dan bandongan.
Hal ini dilakukan dengan cara setoran yaitu pengajuan atau setor
bacaan dan hafalan langsung kepada bu nya’i dan setiap satu bulan
sekali simaan bersama semua santri dan bu nya’i . Simaan adalah
sebuah kegiatan dimana salah satu santri menghafal dan
diperhatikan oleh seluruh santri dan ustadzah yang akrab dipanggil
bu nya’i.
Sebagaimana disebutkan Departemen Agama RI metode
sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi santri yang menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu)
di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai (Departemen Agama
RI, 2003:74). Arief juga menyebutkan metode sorogan ialah sebuah
sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru
untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun menyetorkan
hafalan (Arief, 2002:150). Sedangkan metode bandongan yaitu
metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada metode ini
berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan
oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok peserta didik,
66
atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang
dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI, 2003:86
c. Materi pembelajaran tahfidzul Qur’an
Menentukan materi pembelajaran berarti melakukan
kegiatan pengelolaan materi pembelajaran, hal ini harus
memperhatikan prinsip keragaman anak, tujuan moral (kognitif,
emosional, dan kinetik) dan aspek psikologis lain (Maimun dan
Fitri, 2010:108).
Materi pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren
al-Muntaha meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah dan tajwid.
tahsinul Qur‟an adalah memperindah dan memperbaiki bacaan al-
Qur‟an secara benar sesui dengan kaidah ilmu tajwid, tilawah
adalah membaca al-Qur‟an dengan bacaan yang menampakkan
huruf-hurufnya dan berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih
mudah untuk memahami makna-makna yang terkandung di
dalamnya selanjutnya tajwid adalah ilmu tentang tatacara membaca
al-Qur‟an yang baik dan benar, baik cara melafalkan huruf,
membunyikan hukum nun dan tanwin, bacaan mad, hukum waqaf
wal ibtida‟ dan lain-lain yang terkait dengan cara membaca al-
Qur‟an yang baik dan benar.
Semuanya mengarah pada dasar-dasar pembelajaran
tahfidzul Qur’an yang diampu langsung oleh asatidz dan asatidzah.
67
Hal ini bertujuan agar santri dapat membaca Al-Qur‟an dengan
baik dan benar.
d. Penilaian Pembelajaran Tahfidzul Qur’an
Fungsi penilaian menurut Suharsimi Arikunto (dalam
Mulyadi, 2010:11) Fungsi penilaian pendidikan ada beberapa hal,
yaitu: (a) Penilaian berfungsi sebagai penempatan, (b) Penilaian
berfungsi selektif, (c) Penilain berfungsi sebagai pengukur
keberhasilan , (d) Penilaian berfungsi diagnostik.
Penilaian pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok
pesantren al-Muntaha dengan cara melalui setoran langsung ke bu
nya’i melihat dari bacaan dan hafalan para santri sudah sesuai
tajwid dan makharijul huruf atau belum. Jika dalam taqrir hafalan
memiliki kesalahan paling sedikit bacaan maka tidak mengulang,
kalau santri menghafalnya terdapat banyak kesalahan maka harus
mengulang hafalannya sampai benar-benar lancar.
2. Pengorganisasian Pembelajaran
Pengorganisasian pembelajaran adalah keseluruhan proses
pengelompokan pendidikan, peserta didik, materi dan sumber belajar
serta sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta suatu proses
pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini akan ditentukan
materi materi pelajaran beserta siapa pengajarnya dan untuk siapa
68
materi itu diberikan, bagaimana cara menyampaikan, serta kapan
pelajaran itu akan diberikan (Maimun dan Fitri, 2010:108).
Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil bahwa
kondisi sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran selama ini
masih kurang. Menurut SZ seharusnya tidak hanya Al-Qur‟an saja,
akan tetapi para santri wajib memiliki buku panduan berupa buku yang
membahas tentang tajwid dan makharijul huruf. Mengenai jadwal
pelajaran sudah tersusun dengan baik. Materi yang diajarkan di pondok
pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha meliputi hafalan, tahsinul
Qur‟an, tilawah dan tajwid.
Usman juga mendefinisikan pengorganisasian merupakan
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi,
sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya
(Usman, 2010: 146). Struktur organisasi pembelajaran pondok
pesantren al-Muntaha meliputi pengasuh, ketua pimpinan, ketua
pondok, wakil pondok, ketua pendidikan beserta jajaran. Pengasuh
pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha adalah SZ pengasuh
selaku ustadzah tahfidz. Sedangkan pemimpinnya adalah NU dan yang
mengatur pembelajaran adalah pengurus meliputi ketua, wakil dan
bagian sie pendidikan
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang
pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai
69
panduan yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan
menggunakan unsur-unsur belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber
belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar sehingga peserta
didik mau dan bisa belajar dengan senang dan sungguh-sungguh guna
mencapai tujuan pembelajaran untuk itu perlu adanya penggunaan
penggunaan metode dan media dalam penyampaian materi
pembelajaran. Metode menurut Suwardi (2007:61) adalah cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan secara efekstif dan efisien. Jadi
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Metode pembelajaran
yang dapat digunakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
Muntaha bermacam-macam jenisnya, beberapa diantaranya yaitu:
a. Metode sorogan, yaitu sebuah sistem belajar di mana para murid
satu persatu menghadap guru untuk membaca dan menguraikan isi
kitab ataupun menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150. Pengajaran
dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri yang
biasanya menyorogkan sebuah kitab kepada ibu Nyai atau
ustadzah. Apabila ada salahnya, kesalahan itu langsung dibenarkan
seketika itu juga oleh ibu Nyai atau ustadzah tersebut. Pemakaian
metode diatas dimaksud sebagai upaya mempelajari al-Qur‟an di
pondok pesantren al-Muntaha.
b. Metode bandongan. Metode ini juga disebut dengan metode
wetonan, pada metode ini berbeda dengan metode sorogan.
70
Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz
terhadap sekelompok peserta didik, atau santri untuk
mendengarkan atau menyimak apa yang dibacanya dari sebuah
kitab (Departemen Agama RI, 2003:86). Sedangkan menurut
Zamakhsyari Dhofier dalam Arief (2002:153) adalah metode
belajar di mana sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan
seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan
sering kali mengulas buku islam dalam bahasa Arab, kemudian
setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan
(baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran
yang sulit. Metode ini juga digunakan dalam pembelajaran tahfidz
di mana pada minggu legi semua santri tahfidz mengikuti kegiatan
simaan yang dipimpin langsung oleh bu nya‟i (Wawancara ER).
metode bandongan di pondok pesantren al-Muntaha diawali
dengan ustadzah yang sering dipanggil bu nya‟i membaca ayat al-
Qur‟an kemudian dilanjut salah satu santri menghafal di depan
seluruh santri dan ustadzah.
c. Metode pemberian hukuman, adalah metode pembelajaran yang
dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik
atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131). Metode ini
diberlakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yaitu bagi
santri yang melanggar tidak mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hukumannya ialah santri yang melanggar tidak mengikuti kegiatan
71
pembelajaran akan dikenakan denda sebesar 5.000 dan juga
membersihkan sekeliling pondok. Hal ini bertujuan agar santri
lebih disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Unsur pembelajaran selanjutnya yang juga ikut andil dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran adalah media. Media
pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara
penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran
(Suwardi, 2007:76). Media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran di pondok pesantren hanya menggunakan
media berupa buku/kitab al-Qur‟an. Penggunaan media elektronik
berupa MP3 dari handphone.
Suksesnya kegiatan pembelajaran di pondok al-Muntaha
terlihat dari prestasi yang diraih oleh santri dalam berbagai
perlombaan seperti MHQ, tilawah, syahril qur‟an, CCQ, dan lain-lain.
Pada perlombaan MHQ tahun 2015 yang melipui tilawah, syahril
tilawah dan pidato mendapat juara 1 seprovinsi jawa tengah yang
diwakili oleh santri dewi Rahmawati, Ana rizkiyandini, Nurul
hidayah.
4. Pengawasan dan Evaluasi Pembelajaran
Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran
telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru
menyimpang dari rencana semula. Evaluasi ialah kegiatan pemilihan,
72
pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program
selanjutnya (Widoyoko, 2009:4). Jadi evaluasi pembelajaran adalah
kegiatan memilih, mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan
informasi mengenai kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai
dasar mengambil keputusan dan menyusun program pembelajaran
selanjutnya.
Pengawasan pembelajaran di pondok pesantren al-Muntaha
sebagian besar dilakukan oleh pengurus dan dewan asatidz-asatidzah,
tetapi pengasuh pun ikut mengawasinya secara tidak langsung. Dalam
hal ini yang berperan aktif dalam pengawasan kegiatan pembelajaran
adalah pengurus bagian pendidikan. Mengenai evaluasi pembelajaran
belum dilakukan secara formal melalui tes tertulis, tetapi evaluasi
pembelajaran dilakukan secara langsung baik oleh ustadzah maupun
pengasuh atau yang membantu.
Pembelajaran tahfidzul Qur‟an rata-rata guru/ustadzah
melakukan evaluasi langsung setelah santri selesai menyetorkan
hafalan per satu lembar sampai mencapai 1 juz. Setelah santri
menyetorkan hafalan sampai 1 juz kemudian santri menyetorkan
hafalan 1 juz sekali duduk. Hal ini merupakan upaya untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan santri dalam menghafal Al-Qur‟an. Jika dari
bacaan dan menghafal diketahui bahwa masih banyak yang salah maka
73
harus mengulang hafalannya dan apabila diketahui tidak banyak
kesalahan maka boleh melanjutkan menghafal ke juz berikutnya.
Selain itu untuk materi tertentu seperti tajwid dan tilawatil
Qur‟an evaluasi dilakukan dengan cara tes, ustadz maupun ustadzah
menunjuk santri untuk maju kedepan dan menyuruh santri untuk
melafalkan apa yang sudah dipelajari dari ustadzah. Dari kegiatan tes
itu tidak dilakukan penilaian, tetapi para ustadz-ustadzah hanya
mengamati dan kemudian melakukan pembenahan dalam
pembelajarannya atau mengulang penjelasan terhadap materi tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan dalam kegiatan pembelajaran
tahfidzul Qur’an tersebut evaluasi dilakukan dengan tes lisan baik
dengan bacaan maupun hafalan.
Pembelajaran tahfidz juga dievaluasi dengan cara bandongan.
Dimana setiap 1 bulan sekali tepat pada saat minggu legi, seluruh
santri tahfidz diwajibkan mengikuti kegiatan simaan 30 juz secara
bergilir yang dipimpin langsung oleh ibu Nyai. Hal ini dengan tujuan
agar santri selalu mengingat hafalan dan saling mengoreksi apabila ada
bacaan yang salah ibu Nyai atau teman sebaya bisa langsung
membenarkan. Dalam hal ini apabila ibu Nyai atau ustadzah tidak
dapat memimpin simaan, maka ibu Nyai menunjuk langsung santri
yang telah diberi kepercayaan untuk memimpin simaan.
Untuk hafalan tahfidz bu Nyai tidak memiliki target. Jumlah
ayat yang disetorkan tidak dibatasi baik jumlah minimal maupun
74
maksimalnya, hal ini lebih disesuaikan dan diserahkan kepada
kemampuan hafalan masing-masing santri. Hal tersebut bertujuan agar
santri tidak merasa dipaksa dalam menghafal Al-Qur‟an, melihat
bahwa mayoritas santri adalah pelajar maka waktunya dibagi antara
sekolah dan hafalan yang terpenting santri dapat menghafal dengan
bacaan benar, lancar dan tartil.
Pada saat tertentu diadakan lomba tahfidz. Bu nya’i menunjuk
beberapa santri untuk melakukan tes terlebih dahulu dengan cara ayat
acak yang kemudian santri melanjutkannya. Dengan demikian untuk
pembelajaran tahfidz pada saat pemilihan lomba bu nya’i melakukan
kegiatan evaluasi dengan cara tes lisan, jika sudah benar dan lancar
maka santri tersebut boleh diajukan dalam lomba tingkat kota maupun
provinsi tetapi jika belum benar dan masih kurang lancar maka tidak
dapat diajukan untuk mengikuti lomba.
Dari pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an sudah
terlaksana dengan baik. Namun, terkadang masih ada santri yang
kurang disiplin mengikuti kegiatan pembelajaran. Masih kurangnya
ketegasan pengurus, sehingga masih banyak anak yang sering
melanggar tidak mengikuti kegiatan pmbelajaran.
B. Problematika dalam Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan
seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai
75
terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya
(Ahsin, 2000: 49). Hasil penelitian menunjukkan kendala-kendala yang
dialami santri pada saat menghafal Al-Qur‟an walaupun dengan niat yang
kuat dan sungguh-sungguh tetapi kendala-kendala itu tetap datang
menghampiri. Dari keterangan beberapa narasumber, dapat disimpulkan
bahwa problematika yang ada bersumber pada santri, pengurus, pengelola
dan barang elektronik yang telah menjadi problematika tahfidzul Qur’an.
Berikut ini adalah beberapa problematika yang dialami pengelola,
pengurus santri beserta solusinya.
1. Problematika pengelola
Pengasuh dan guru yang kompeten sudah ada, tetapi jumlahnya
masih belum seimbang dengan santri yang diasuh. Seperti yang
dikatakan oleh SZ bahwa minimnya guru atau pengajar sehingga
menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol
dengan baik, terutama dari segi pembelajaran. Problematika lain juga
disampaikan oleh IF bahwa santri kurang disiplin pada saat mengaji
akibatnya guru yang menunggu santrinya bukan santri yang
menunggu guru atau ustadzahnya.
Untuk menciptakan suasana belajar santri di pesantren yang
tertib, penerapan disiplin belajar santri menjadi menu wajid yang
harus diperhatikan oleh para pengasuh dan pengajar santri agar
tercipta alumni-alumni yang memiliki kepribadian unggul. Disiplin
adalah suatu keadaan tata tertib dimana orang-orang yang bergabung
76
dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah
ada dengan rasa senang hati (Imron,2011:172).
Solusinya adalah melakukan pengkaderan guru mengaji tetap,
yang bisa diambil dari santri yang hafalan al-Qur‟annya sudah
mencapai banyak. Hal itulah yang nantinya akan membantu pengasuh
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan menegakkan disiplin
asrama yang ada. Sebagaimana di pondok Tahfidz Yanbuul Qur‟an
Kudus yang menerapkan sistem pengkaderan dan reorganisasi.
(Pengurus Ponpes Kudus). Dengan demikian kegiatan dan disiplin
pondok akan tetap dapat berjalan meski jumlah pengasuh belum
seimbang dengan jumlah santri, selain itu bisa dengan mengubah
jadwal kegiatan yang sekiranya pada waktu itu pengajar dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
2. Problematika Pengurus
Kepengurusan pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha
sudah terorganisasi dengan baik dan berjalan sesuai dengan tugas
masing-masing. Namun, dalam hal ini pengurus masih kurang tegas
dalam pelaksanaan tugas terutama bagian kepengurusan pendidikan,
seperti yang dijelaskan MM bahwa pengurus juga termasuk santri,
dimana dia juga mempunyai kewajiban untuk belajar terkadang juga
merasa kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada
para santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an.
77
Masalah lain menurut penjelasan ER, masih kurangnya
komunikasi yang baik antara pengelola, pengurus dan santri akibatnya
banyak santri yang menyepelekan ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung. Solusinya adalah mengevaluasi ulang manajemen
pembelajaran dan organisasi yang ada di ponpes al-Muntaha. Serta,
dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh penduduk ponpes
baik pengurus, santri maupun asatidz. Dengan demikian akan tercipta
hubungan dan kerjasama yang baik antara pengelola, pengurus dan
santri.
3. Problematika Santri
Di zaman yang sangat modern seperti saat ini, perkembangan
teknologi terus berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan
yang semakin tinggi. Teknologi diciptakan untuk memberikan
kemudahan bagi kehidupan manusia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari dan memberikan nilai yang positif. Namun demikian,
walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat
positif, disisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.
Menurut Ash-Shiddieqy (2009:78) Orang yang menghafal al-
Qur‟an lebih cenderung membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk
muroja‟ah atau mengulang-ulang hafalannya. Sedangkan orang yang
memegang atau menggunakan gadged hatinya akan cenderung
berkeinginan untuk menggunakan aplikasi yang ada didalamnya,
sehingga akan menyita banyak waktu serta konsentrasi dan bahkan
78
akan mengurangi jumlah waktu kegiatan aktifitasnya yang diantaranya
adalah menghafal al-Qur‟an.
Seperti halnya di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-
Muntaha. dimana santri diperbolehkan membawa barang elektronik
seperti handphone dan laptop. Kecuali, pada saat pembelajaran
berlangsung santri tidak diperbolehkan membawa HP maupun laptop.
Hampir 99 % santri membawa HP dan laptop karna memang sebagian
besar santri dari kalangan anak sekolah atau mahasiswa.
Dilihat dari segi kegunaannya, HP tidak terlalu membawa
pengaruh positif terhadap santri, akan tetapi justru banyak pengaruh
negatifnya. Contohnya penjelasan dari FNR penghambat terberat
dalam proses menghafal yaitu ketika sudah bermain gadget bisa lupa
waktu apalagi ketika menonton film waktu muraja’ah hampir tidak
ada. Dampaknya ketika mengaji sudah dimulai, santri hanya mengaji
beberapa ayat saja dan itupun tidak lancar. Dari sini terlihat bahwa
barang elektronik sangat memberikan dampak yang negatif daripada
dampak yang positif. Solusi yang dapat ditawarkan yaitu santri harus
lebih bisa membagi waktu antara mengaji dan bermain gadget atau
Hp.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen pembelajaran tahfidzul
qur’an di pondok pesantren al-Muntaha terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pembelajaran.
Perencanaan terdiri dari penentuan tujuan, metode atau cara yang
ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an, menentukan materi
pembelajaran dan menentukan sistem penilaian pembelajaran yang
dilakukan di pondok. Pada bagian pengorganisasian terdapat sarana dan
prasarana yang menunjang pembelajaran, pengelolaan pendidik dan
peserta didik/santri, materi, serta waktu pelaksanaan pembelajaran.
Kemudian pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode sorogan,
bandongan dan metode pemberian hukuman, sedangkan media yang
digunakan berupa media cetak dan media elektronik seperti kitab al-
Qur‟an dan Mp3. Terakhir adalah pengawasan serta evaluasi
pembelajaran. Pengawasan terhadap pembelajaran dilakukan oleh
penanggung jawab pembelajaran tahfidzul Qur‟an yaitu pengasuh/asatidz
pondok. Sedangkan evaluasi secara formal tidak ada, tetapi lebih
ditekankan secara praktis dan lisan yang dilakukan setiap saat.
Problematika terkait pengelola yaitu masih minimnya jumlah
guru/ustadz sedangkan santri kurang disiplin sehingga ketika kegiatan
80
pembelajaran berlangsung mengakibatkan pembelajaran kurang berjalan
lancar. Problematika selanjutnya datang dari pengurus yaitu sikap
pengurus yang kurang tegas dalam menjalankan tugas serta kesulitan
dalam mengawasi atau mengatur santri. Hal ini dikarenakan pengurus
merupakan bagian dari santri yang juga mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kemudian problematika juga datang dari santri yaitu adanya gadget yang
mereka gunakan justru menghambat hafalan mereka karena santri lebih
fokus bermain gadget.
B. Saran
1. Penyelenggaraan pembelajaran tahfidzul Qur’an dengan ciri khas
memberikan materi tahfidzul Qur’an maupun dengan keilmuan dan
kemampuan lain hendaknya lebih ditingkatkan dan dimantapkan.
2. Pondok pesantren al-Muntaha sebaiknya dapat menambah jumlah
ustadz yang ahli dalam bidang tahfidzul Qur’an supaya pembelajaran
menjadi lancar.
3. Pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur’an sebaiknya lebih
ditertibkan, dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan,
dan kedisiplinan yang sudah ditetapkan hendaknya diterapkan dengan
sungguh-sungguh sehingga tujuan dari pembelajaran tahfidzul Qur’an
yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahsin, W Alhafidz. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arief, Armani. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Jakarta Rineka Cipta.
Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal al-Qur’an. Jogjakarta:
DIVA Press (Anggota IKAPI).
Depag. 2009. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Timur: LPMA.
Departemen Agama Ri. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta
Faizah, Nur. 2008. Sejarah al-Qur’an. Jakarta: CV. Artha Rivera
Farida Anik 2007. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama.
Ghofur, abd. 2009. Pendidikan Anak Pengungsi. Malang: UIN Malang Press
Ghozali, Bahri. 2003. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti
Habibillah. 2011. Kiat Mudah Menghafal al-Qur’an. Surakarta: Gazza Media.
Haidar Putra Daulay. 2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Halim dkk. 2008. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik Bilik Pesantren. Jakarta: Para Madina.
Maimun, Agus dan Agus Zainul Fitri. 2010. Madrasah Unggulan: Lembaga
Pendidikan Altrnatif di Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Press.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Maksum dkk. 2003. Pola Pembelajaran Pendidikan Pesantren, Jakarta:
Departemen Agama Ri.
Malayu S P, Hsibuan. 2007. Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah.
Jakarta: PT bumi Aksara.
Mansur, Muslich. 2007. KTSP pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara.
Moeloeng, J Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Munjahid. 2007. Strategi Menghafal al-Qur’an 10 Bulan Khatam. Jogjakarta:
Idea Press.
Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rofiq A dll. 2005. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat-kiat Praktis Menghafal al-Qur’an. Bandung:
Munjahid Press.
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
Suparlan. 20013. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metode Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Press.
Wafa, abu khalid. 2013. Cepat dan Kuat Menghafal al-Qur’an. Sukoharjo:
Aslama Publishing.
Wahid, Wiwi Alawiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Menghafal al-Qur’an. Jogjakarta:
Diva Press (Anggota IKAPI).
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah:
1. Bagaimana manajemen pembelajaran pondok peserta tahfidzul Qur‟an
al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016?
2. Apa problematika manajemen pembelajaran pondok pesantren
tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Kota
Salatiga Tahun 2016?
Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
A. Pedoman observasi
1. Gambaran umum PonPes al-Muntaha dan kondisi pembelajaran
tahfidzul Qur’an
2. Kegiatan dan jadwal pembelajaran tahfidzul Qur’an
3. Manajemen pembelajaran tahfidzul Qur‟an (perencanaan pembelajaran,
pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
pengawasan dan evaluasi pembelajaran)
B. Pedoman wawancara
No. Rumusan Masalah Pertanyaan Narasumber
1. Manajemen
Pembelajaran
a. Perencanaan
Pembelajaran
Bagaimana proses
perencanaan perencanaan
pembelajaran di pondok
pesantren Tahfidzul Qur‟an
al-Muntaha
1. Apa tujuan program
pembelajaran tahfidzul
Qur‟an ?
2. Apa metode
pembelajaran tahfidzul
Qur‟an ?
3. Bagaimana materi
pembelajaran tahfidzul
qur‟an ?
4. Bagaimana penilaian
pembelajaran tahfidzul
Qur‟an ?
Pengasuh,
ustadz dan
santri
b. pengorganisasian Bagaimana proses
pengorganisasian
Pengurus, santri
dan ustadz-
pembelajaran di pondok
pesantren Tahfidzul Qur‟an
al-Muntaha
1. bagaimana penyusunan
jadwal pelajaran
tahfidzul Qur‟an?
2. bagaimana keadaan
ustadz dan santri?
3. bagaimana kondisi
sarpra yang menunjang
pembelajaran tahfidzul
qur‟an di pondok al-
muntaha?
4. bagaimana pembagian
tugas dalam struktur
organisasi pondok al-
muntaha ?
ustadzah
c. pelaksanaan Bagaimana pelaksana
pembelajaran di pondok
pesantren Tahfidzul Qur‟an
al-Muntaha
1. bagaimana proses di
dalamnya ?
2. metode apa yang
digunakan dalam
pelaksanaan
pembelajaran tahfidzul
Qur‟an?
3. adakah prestasi yang
telah berhasil dicapai
oleh santri?
4. media apa yang
digunakan untuk
mendukung proses
pembelajaran tahfidzul
Qur‟an?
Pengurus,
santri, ustadz-
ustadzah
d. pengawasan dan
evaluasi
1. Bagaimana proses
evaluasi pembelajaran di
pondok pesantren
Tahfidzul Qur‟an al-
Muntaha?
2. Bagaimana pengawasan
pembelajaran tahfidzul
Santri dan
Ustadz-
ustadzah
Qur‟an?
2. Problematika Bagaimana problematika
yang dialami
1. santri ?
2. pengelola ?
3. pengurus ?
4. bagaimana solusinya ?
Pengelola,
santri, pengurus
C. Pedoman dokumentasi
Meliputi:
a. Profil pondok pesantren
b. sejarah singkat Pondok Pesantren al-Muntaha
c. Letak geografis
d. visi dan misi
e. Struktur kepengurusan
f. ekstrakurikuler
g. prestasi santri
h. buku absen santri
i. foto-foto kegiatan pembelajaran tahfidzul Qur‟an PonPes
KODE PENELITIAN
1. Narasumber
a. Asatidz
1) Hj. Siti Zulaicho, AH (SZ)
2) Nashif „Ubbadah, L.c (NU)
3) Inayatul Fuaida, S.Pd.I (IF)
b. Santri
1) Eva Roviana (ER)
2) Magfirotul Mafakhir (MM)
3) Fitriani Ni‟matur R (FNR)
4) Nurul Hidayah (NH)
5) Afif Fatimatuz Zahra (AFZ)
6) Hurun‟in (H)
7) Mir‟atul Azizah (MA)
8) Dewi Maslahah (DM)
2. Metode
Kode Metode Penelitian
W Wawancara
O Observasi
D Dokumentasi
3. Kategori Data
Kode Keterangan
S Santri
U Ustadz/ustadzah
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Fitriani Ni‟matur Rohmah (FNR)
Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016
Waktu : 09.00
Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha
Jabatan : Santri
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi mbak Fitri, saya
bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul
“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
Tahun 2016”.
Narasumber : owalaaah.. iya silahkan mbak
Peneliti : Bagaimana metode pembelajaran di
pondok al-muntaha?
Narasumber : Disini itu menggunakan metode
sorogan dan bandongan mbak, dimana santri maju satu per satu untuk
menyetorkan hafalannya kepada ustadzah dan juga setiap minggu legi
simaan bersama semua santri tahfidz dipimpin langsung oleh bu nya‟i.
Peneliti : Bagaimana kondisi sarpra yang
menunjang pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Bisa dilihat sendiri mbak kurangnya
sarpra dipondok pesantren, seperti tidak ada almari untuk menaruh al-
Qur‟an.
Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan
pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Alhamduillah sudah berjalan sesuai
dengan yang direncanakan mbak, walaupun kadang masih ada 1 2
santri yang kurang disiplin mengaji.
Peneliti : Adakah keluh kesah mengenai
pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Kedisiplinan di pondok ini masih
kurang, dari pengurus harusnya sering mengontrol santri, dan
dipastikan semua santri ikut dalam kegiatan.
Peneliti : Bagaimana problematika yang
dialami anda dalam menghafal al-Qur‟an?
Narasumber : Penghambat terberat dalam proses
menghafal yaitu ketika sudah bermain gadget bisa lupa waktu apalagi
ketika menonton film waktu muraja’ah hampir tidak ada. Dampaknya
ketika mengaji sudah dimulai hanya mengaji beberapa ayat saja dan
itupun tidak lancar.
Peneliti : Adakah solusi untuk problematika
tersebut?
Narasumber : Solusinya ya harus pintar-pintar
memanaj waktu, harus bisa seimbang antara mengaji dan bermain HP.
Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak
fitri, maaf menggangu
Narasumber : sama-sama mbak milaa, gak papa
mbak.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Wawancara
Narasumber : Heni Safitri (HS)
Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016
Waktu : 14.45
Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha
Jabatan : Santri
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi mbak, saya
bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul
“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
Tahun 2016”.
Narasumber : Iya mbak
Peneliti : Adakah hukuman ketika santri tidak
mengikuti kegiatan?
Narasumber : Ada mbak, kalau disini namanya
ta‟ziran, biasanya didenda 5.000 mbak.
Peneliti : Langsung di tegur atau gimana?
Narasumber : Biasanya langsung ditegur mbak.
Peneliti : Terimakasih untuk waktunya, maaf
mengganggu
Narasumber : iya mbak, sami-sami.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Nurul Hidayah (NH)
Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016
Waktu : 15.00
Tempat Wawancara : Depan Ponpes al-Muntaha
Jabatan : Santri
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat sore mbak, saya bermaksud
mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen
Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun
2016”.
Narasumber : Sore juga mbak, iya silahkan
Peneliti : Siapa pengajar dalam pembelajaran
di pondok ini?
Narasumber : Pengajarnya dari bu nya‟i sendiri
sama anak dan menantunya, terkadang kalo beliau gak bisa mengajar
maka diganti oleh santri yang sudah ditunjuk bu nya‟i untuk
menggantikan beliau mengajar.
Peneliti : Menurut anda pembelajaran
tahfidzul Qur‟an itu apa?
Narasumber : Pembelajaran tahfidzul Qur‟an
merupakan pembelajaran yang megarah pada al-Qur‟an.
Peneliti : Bagaimana proses evaluasi
pembelajaran tahfidzul Qur‟an di ponpes al-Muntaha?
Narasumber : Untuk evaluasi tilawatil Qur‟an
kami menggunakan dengan cara santri ditunjuk ustadzah untuk maju
ke depan dan melafalkan apa yang sudah dipelajari.
Peneliti : Bagaimana proses pengawasan
dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Dilakukan oleh pengasuh di bantu
asatidz-asatidzah dan para pengurus, namun belom berjalan dengan
baik, mungkin karna minimya pengajar tahfidz sehingga menyebabkan
keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan baik
terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟an.
Peneliti : Adakah problematika santri terkait
dengan menghafal al-Qur‟an?
Narasumber : Ketika sudah bermain handphone
lupa segalanya mbak, niatnya mau nderes, gak jadi.
Peneliti : Adakah solusi ?
Narasumber : Harus pintar membagi waktu,
dimana ada saatnya bermain HP, mengaji dengan kegiatan yang lain
Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya
Narasumber : Iya mbak sama-sama.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Wawancara
Narasumber : Hj. Siti Zulaicho, AH (SZ)
Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016
Waktu : 16.00
Tempat Wawancara : Ruang tamu Bu Nyai
Jabatan : Pengasuh/Ustadzah
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum buk, mohon
maaf mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud
mewawancarai ibuk terkait skripsi kulo yang berjudul “Manajemen
Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha
Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun 2016”
Narasumber : Njih mbak mila, monggo nopo seng
ajeng ditangkletke
Peneliti : Apa tujuan program pembelajaran
tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : tujuan nipun njih meniko agar santri
diharapkan dapat mengetahui, memahami bagaimana sebaiknya
membaca dan menghafal al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran
teng pondok mriki?
Narasumber : Penilaian pembelajaran tahfidzul
Qur‟an untuk penilaian kami melihat dari bacaan dan hafalan para
santri apakah sudah sesuai dan benar tajwid dan makhorijul huruf.
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran tahfidzul Qur‟an di ponpes al-Muntaha?
Narasumber : Proses pembelajaran yang
diterapkan diponpes hampir 90% terlaksana sesuai perencanaan yang
telah direncanakan.
Peneliti : Media apa saja yang digunakan
dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Medianya ya al-Qur‟an dan MP3.
Peneliti : Bagaimana proses evaluasi
pembelajaran di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha?
Narasumber : Untuk proses evaluasi kami lihat
dari beberapa metode yang diterapkan yaitu ayatan dan rutinan. Dan
kegiatan tersebut kita memantau kurang atau telah berhasil para santri
dalam upaya belajar di pondok pesantren.
Peneliti : Adakah keluh kesah tentang
pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Dari pelaksanaan pembelajarannya
sudah bagus, dari pengurus masih kurang tegas, sehingga masih ada
santri yang tidak mengikuti kegiatan pondok.
Peneliti : Adakah problematika yang dialami
pengelola atau ustadzah dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Minimnya guru/pengajar sehingga
menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol
dengan baik, terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟annya.
Peneliti : Adakah solusi yang diberikan untuk
santri yang kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran?
Narasumber : Menaati peraturan dan harus lebih
disiplin lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di ponpes.
Peneliti : Matur suwun ibuk atas waktunya,
ngapunten ganggu.
Narasumber : Njih mbak mila, mboten nopo-
nopo.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Wawancara
Narasumber : Dewi Maslahah (DM)
Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016
Waktu : 08.34
Tempat Wawancara : Depan Aula PonPes
Jabatan : Santri
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi mbak, saya
bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul
“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.
Narasumber : Siap mbak mil, silahkan
Peneliti : Sebelumnya, lagi sibuk gak ni
mbak?
Narasumber : Kebetulan lago nganggur mbak.
Peneliti : Bagaimana menurut sampean
pembelajaran tahfidzul Qur‟an di pondok pesantren ini?
Narasumber : Bagus, di sini setiap bulan sekali
setiap minggu legi ada simaan 30 juz di simak langsung dengan bu
nya’i menggunakan sound dan pengeras suara
Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak
Narasumber : Iya mbak... sama-sama.
Hasil Wawancara
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Magfirotul Mafakhir (MM)
Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016
Waktu : 10.00
Tempat Wawancara : Aula PonPes al-Muntaha
Jabatan : Santri/Ketua Pengurus
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya
Milatur Rodiyah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai mbak
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”
Narasumber : Pagi juga mbak mila, iyaa
Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul
Qur‟an?
Narasumber : Untuk pelajaran tahfidzul Qur‟an disini
meliputi al-Qur‟an, tajwid, tilawah, tahsinul Qur‟an.
Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal
pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Mengenai penyusunan jadwalnya sudah
bagus, namun dalam penerapannya masih banyak yang kurang, tidak
sesuai dengan apa yang sudah dipelajarkan dari nyai, diantaranya
tentang tajwid dan makharijul huruf.
Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan
pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Pelaksanaan proses pembelajaran
didalamnya alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.
Peneliti : Adakah yang dicapai santri ?
Narasumber : Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz
disetiap tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam
setiap perlombaan.
Peneliti : Media apa yang digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Media yang digunakan dalam pembelajaran
kami sederhana yaitu al-Qur‟an, MP3, kitab tajwid, pengeras suara
spiker
Peneliti : Bagaimana proses evaluasi pembelajaran di
ponpes tahfidzul Qur‟an al-Muntaha?
Narasumber : Di sini cara evaluasinya dengan cara santri
ditunjuk ustadz-ustadzah untuk maju satu satu dan melafalkan apa
yang sudah mreka pelajari, baik dari materi tajwid maupun tilawatil
Qur‟an.
Peneliti : Bagaimana proses pengawasan tahfidzul
Qur‟an?
Narasumber : Pengawasan langsung dilakukan oleh
pengasuh dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol
dengan baik.
Peneliti : Adakah hukuman bagi santri yang tidak
mengikuti kegiatan pembelajaran?
Narasumber : Pengawasan langsung dilakukan oleh
pengasuh dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol
dengan baik.
Peneliti : Adakah problematika pengurus dalam
proses pembelajaran?
Narasumber : Karena pengurus juga santri, dimana dia
juga mempunyai kewajiban untuk belajar juga kadang merasa
kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada para
santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an.
Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak mafa,
maaf mengganggu.
Narasumber : iya mbak mila, sama-sama, biasa aja mbak
saya juga kebetulan lagi nganggur.
Hasil Wawancara
1. Identitas Wawancara
Narasumber : Inayatul Fuaida, S.Pd.I (IF)
Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016
Waktu : 16.00
Tempat Wawancara : Warung Depan
Jabatan : Ustadzah
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum ustadzah, mohon maaf
mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud
mewawancarai ustadzah terkait skripsi saya yang berjudul
“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-
Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun
2016”
Narasumber : Njih mbak mila, silahkan.
Peneliti : apa metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an
diponpes mriki?
Narasumber : Metode atau cara yang ditempuh dalam
pembelajaran tahfidzul Qur‟an dengan menggunakan metode
sorogan dan bandongan. Dengan cara setoran yaitu pengajuan atau
setor bacaan dan hafalan langsung kepada bu nya‟i, murojaah yaitu
santri mengulang-ulang bacaan atau hafaln, ayatan yaitu membaca
ayat per-ayat untuk mengevaluasi tajwid dan makhorijul hurufnya,
rutinan yaitu kegiatan rutin bulanan bagi para tahfidz sebagai
upaya untuk menjaga hafalannya.
Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul
Qur‟an?
Narasumber : Materi pelajaran yang diajarkan dipondok
yaa al-Qur‟an dan tajwid materi ini sangat penting untuk diberikan
kepada santri agar santri dapat membaca al-Qur‟an dengan baik
dan benar
Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran
tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Melalui setoran langsung kebunya‟i, jika
dinyatakan lancar santri dinyatakan tidak mengulang namun
sebaliknya jika santri setorannya tidak lancar maka disuruh
mengulang.
Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal pelajaran
tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Penyusunan jadwal disusun dengan
kebutuhan santri dimana mayoritas santri adalah para pelajar. Jadi
untuk jadwal pembelajaran dimulai dari subuh hingga jam 06.30
pagi. Dan dimulai lagi jam 16.00 hingga jam 21.00. untuk rutinan
di adakan pada hari libur sekolah.
Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan
pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Proses pelaksanaan dilakukan di
lingkungan pondok mbak, untuk pelaksanaan pembelajaran semua
dilakukan di dalam gedung aula.
Peneliti : Adakah prestasi yang dicapai oleh santri?
Narasumber : Banyak prestasi yang dicapai terutama
untuk lomba-lomba MTQ daerah, CCQ, dan lain-lain.
Peneliti : Bagaimana proses evaluasi pembelajaran di
pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha?
Narasumber : Proses evaluasinya dengan setiap santri
sudah selesai menyetorkan 1 juz dan mau naik juz selanjutnya.
Maka diwajibkan bagi santri menyetorkan ¼ juz dulu setelah itu
baru menyetorkan 1 juz, apabila lanca maka dinyatakan lanjut ke
juz selanjutnya dan apabila belom lancar maka harus mengulang.
Peneliti : Adakah problematika yang dialami
pengelola dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Santri kurang disiplin saat mengaji, waktu
pembelajaranpun masih kurang lama.
Peneliti : Solusi apa yang dapat ditawarkan untuk
masalah tersebut?
Narasumber : Mungkin bisa menambah guru atau
pengajar baru, agar setiap santri dapat terkontrol dengan baik
dalam pengawasan dan pengevaluasiannya.
Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Iya mbak, mboten nopo-nopo.
Hasil Wawancara
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Nashif „Ubbadah, Lc (NU)
Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016
Waktu : 20.00
Tempat Wawancara : Ruang Tamu Bu Nyai
Jabatan : Pembina
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum gus, mohon maaf
mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud
mewawancarai gus nashif terkait skripsi saya yang berjudul
“Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-
Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun
2016”
Narasumber : Owalah, iya mbak, monggo.
Peneliti : Apa tujuan pembelajaran tahfidzul Qur‟an
di ponpes mriki?
Narasumber : Tujuannya itu, agar santri dapat menghafal,
santriwati mampu memahami isi dari al-Qur‟an dan mampu
mengajarkan al-Qur‟an.
Peneliti : Apa metode pembelajaran tahfidzul
Qur‟an?
Narasumber : Dipondok ini menggunakan dua metode
mbak, metode sorogan dan bandongan. Kalau sorogan mencakup
setoran dan taqrir, tarir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau yang
bandongan contohnya seperti kegiatan minggu legi.
Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul
Qur‟an?
Narasumber : materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang
ada dipondok meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah, tajwid.
Pemberian materi ini dengan tujuan untuk santri baru diberi kursus
kemampuan yang telah dimiliki santri senior.
Peneliti : Bagaimana pembagian tugas dalam
struktur organisasi pondok al-Muntaha?
Narasumber : Pastinya terdiri dari pengasuh, ketua
pimpinan, ketua pengurus.
Peneliti : Siapa pengajar kegiatan pembelajaran
tahfidzul Qur’an ?
Narasumber : Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa
pengajar atau ustadzah di pondok ini yaitu langsung dari pengasuh atau
pengelola pondok terkadang kalau pengasuh ada acara gak bisa
mengajar diganti santri yang memang sudah dipercaya untuk
mengganti mengajar.
Peneliti : Adakah prestasi yang telah berhasil dicapai
oleh santri?
Narasumber : Prestasi yang dicapai banyak sekali mulai
dari MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dan lain-lain mulai dari tingkat
daerah sampai provinsi.
Peneliti : Bagaimana proses pengawasan dan
evaluasi pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Ada yang langsung ketika pelaksanaan,
membenarkan bacaan yang keliru dengan melalui buku laporan dan
absen dan diadakan simaan minggu legi. Pengawasan dari pengurus
bagian pendidikan untuk mempelajari tahfidz, pengurus juga menindak
bagi yang tidak mengikuti pembelajaran, dalam hal ini pengurus
bertanggung jawab pada pengasuh.
Peneliti : Bagaimana pengevaluasian untuk materi
tajwid?
Narasumber : Untuk pengevaluasian materi tajwid santri
ditunjuk satu per satu dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari.
Peneliti : Bagaimana problematika pengelola atau
ustadz dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Kesulitan dalam pemerataan pengawasan
dan evaluasi pembelajaran para santri. Karena banyaknya santri untuk
memperhatikan perindividu dari para pengurus, pengelola, mengalami
kesulitan.
Peneliti : Menurut njenengan solusi apa yang dapat
mengatasi permasalahan tersebut?
Narasumber : Yang diharapkan bisa menepati waktu
pembelajaran pelaksanaan, ada waktu yang lebih longgar untuk
pembelajaran di pagi dan siang hari dan juga harusnya pengurus
memberi motivasi agar santri dapat disiplin dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Peneliti : Bagaimana sarana prasarana yang ada
dipondok ini?
Narasumber : Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-
Muntaha sudah memiliki gedung sendiri. Ada beberapa sarana dan
prasarana, diantaranya adalah 1 gedung aula, 14 ruang kamar santri, 8
kamar mandi santri, 1 ruang dapur, tempat wudlu dan 1 audio.
Peneliti : Bagaimana keadaan santri ponpes al-
Muntaha?
Narasumber : PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha memiliki
52 santri, semuanya santri putri. Santri bil-ghoib ada 31 dan santri bin-
nadzor ada 25. Rata-rata santri berusia 12-24 tahun. Mereka juga rata
rata berasal dari sekitar salatiga. Namun ada juga yang berasal dari luar
daerah ataupun provinsi, seperti riau, kalimantan, purwodadi, demak
dan lain sebagainya. Untuk tingkat ekonomi pondok ini terbuka untuk
berbagai kalangan maka dari 56 santri, rata-rata orang tua santri
bekerja sebagai pekerja swasta dan petani.
Peneliti : Terimakasih gus atas waktunya
Narasumber : iya mbak, gak papa.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Afif Fatimatuz Zahra (AFZ)
Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016
Waktu : 07.45
Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha
Jabatan : Santri
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi mbak, saya bermaksud
mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen
Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun
2016”.
Narasumber : Njih mbak, silahkan
Peneliti : Menurut anda, bagaimana sistem
pembelajaran tahfidzul Qur‟an di PonPes ini?
Narasumber : Pembelajarannya sudah bagus, setiap
hafalan sudah mencapai 1 juz, santri harus mengulang menyetorkan ¼
juz, setelah selesai baru menyetorkan langsung 1 juz sekali duduk
mengaji. Apabila sudah lancar maka boleh lanjut juz setelahnya,
apabila belom lancar maka harus mengulang.
Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak
Narasumber : Iya, sama-sama mbak.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Wawancara
Narasumber : Hurun‟in (H)
Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016
Waktu : 09.45
Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha
Jabatan : Santri
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi dek, saya bermaksud
mewawancarai adek terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen
Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun
2016”.
Narasumber : Njih mbak mil, silahkan
Peneliti : Untuk kegiatan ayatan dan rutinan
dilaksanakan pada hari apa?
Narasumber : Untuk ayatan dilaksanakan pada hari libur
ngaji yaitu hari jum‟at jam 05.30 hingga 06.15 sedangkan rutinan
dilaksanakan pada hari ahad legi dan ahad kliwon.
Peneliti : Adakah prestasi yang dicapai oleh santri
dalam perlombaan tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz
disetiap tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam setiap
perlombaan.
Peneliti : Adakah hukuman untuk santri yang
melanggar tidak mengikuti kegiatan pembelajaran?
Narasumber : Hukumannya ada mbak kalau dipodok
namanya takziran, kalau gak mengaji di dendan 5.000 kalau gak ya
kadang disuruh bersih-bersih pondok.
Peneliti : Terimakasih untuk waktunya dek, maaf
mengganggu
Narasumber : iya mbak sami-sami, enggak mbak.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Eva Roviana S.Ey (ER)
Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016
Waktu : 10.00
Tempat Wawancara : Aula PonPes al-Muntaha
Jabatan : Santri
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya
Milatur Rodiyah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai mbak
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”
Narasumber : O.. ya mbak. Silahkan.
Peneliti : Apa metode pembelajaran tahfidzul
Qur‟an?
Narasumber : Kalau disini mengajinya menggunakan
metode sorogan mbak, yaitu melalui setoran langsung kepengasuh jika
dinyatakan lancar tidak mengulang kalau belum lancar mengulang.
Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran terkait
tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an
diampu langsung oleh para astatidz dan asatidzah dan semuanya
mengarah pada dasar-dasar pembelajaran tahfidzul Qur‟an pada
umumnya.
Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran
tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Dalam taqrir hafalan memiliki kesalahan
paling sedikit bacaan maka tidak mengulang, kalau santri cara
menghafalnya banyak kesalahan maka harus mengulang sampai benar-
benar lancar.
Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal pelajaran
tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Struktur Organisasi pondok dibentuk
seperti pada umumnya. Terdapat ketua, bendahara, sekertaris, sie
kebersihan, keamanan, pendidikan, kesehatan dan semua saling
bekerja sama sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Peneliti : Metode apa yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Untuk metode pembelajaran dalam
pelaksanaannya untuk setoran dan muroja‟ah santri ada 3 waktu yang
ditetapkan yaitu pagi jam 06.00, siang 13.30 dam malam jam 19.15
WIB. Untuk mengatur dan membagi antara setoran murojaah itu
diserahkan pada para santri itu sendiri
Peneliti : Mengenai problematika mbak apa yang
dialami santri saat ini?
Narasumber : Masalahnya itu kesulitan dalam mengatur
waktu untuk muraja‟ah, dll. Karena adanya media elektronik yang
menjadi salah satu pengganggu kecil dalam pembelajaran.
Peneliti : Solusi apa yang dilakukan ?
Narasumber : Solusi yang coba saya tawarkan yaitu
evaluasi ulang manajemen pembelajaran dan organisasi yang ada
diponpes. Serta, dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh
penduduk ponpes baik pengurus, santri maupun asatidz.
Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya, mohon
maaf mengganggu
Narasumber : Iya mbak, sama-sama. Enggak kok
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Mir‟atul Azizah S.Pd.I (MA)
Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016
Waktu : 15.30
Tempat Wawancara : Depan Aula PonPes
Jabatan : Santri
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat sore mbak, saya bermaksud
mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen
Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.
Narasumber : Iya mbak, silahkan
Peneliti : Baik, langsung saja ya mbak. Bagaimana
metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Metode yang digunakan untuk individu
dengan membaca bin nadzor terlebih dahulu kemudian dihafalkan kata
demi kata dan ayat demi ayat. Namun untuk metode yang diterapka
disini ada beberapa, diantaranya metode sima‟i.
Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak
Narasumber : Iya sama-sama mbak.
Daftar Nama Santri Pondok Pesantren al-Muntaha
Daftar Nama Santri Bil-Ghoib
No. Nama Santri Alamat Keterangan
1. Afif Fatimatuz Z Demak Mahasiswi
2. Afi Nela Fitriani Magelang Mahasiswi
3. Annisa Isnaeni Grobogan Mahasiswi
4. Annisa Rizkiyandini Susukan SMA
5. Azizatun Ni‟amah Sragen Mahasiswi
6. Dahlia Kusuma W Sragen Mahasiswi
7. Dewi Endriyani Boyolali Mahasiswi
8. Dewi Maslahah Kendal Mahasiswi
9. Dewi Rahmawati Temanggung Mahasiswi
10. Durrotun Nisak Grobogan SMA
11. Eka Yuniayanti Purworejo Mahasiswi
12. Ella Izzatul L Grobogan Mahasiswi
13. Eva Roviana Semarang S1
14. Fitriani Ni‟matur R Kalimantan Mahasiswi
15. Hana Lu‟luin Nihayah Purworejo Mahasiswi
16. Himatul Uliyah Purworejo Mahasiswi
17. Hurun‟in Demak Mahasiswi
18. Irdian Zuhdiana Salatiga Santr
19. Magfirotul Mafakhir Bojonegoro Mahasiswi
20. Maria Rosyidah Solo SMA
21. Milatur Rodiyah Grobogan Mahasiswi
22. Miratul Azizah Temanggung Guru
23. Miratus Saadah Grobogan Mahasiswi
24. Nurul Khikmah Kebumen Guru
25. Nurul Lailatul H Boyolali Mahasiswi
26. Rizkiyana Kadarwati Kebumen Mahasiswi
27. Shofiyanti Pati Santri
28. Siti Khotijah Pati Mahasiswi
29. Siti Zubaidah Purworejo Mahasiswi
30. Tri Oktaviani Riau Mahasiswi
31. Zahrotul Fuadah Magelang Mahasiswi
Daftar Santri Bin-Nadzor
No. NAMA SANTRI ALAMAT KETERANGAN
1. Ana Wahyuningsih Lampung MTs
2. Ani Sofia Purworejo Mahasiswi
3. Anik Yuliyanti Jepara Guru
4. Dewi Islamiyati Tuntang SMP
5. Diyah Puji L Ungaran Mahasiswi
6. Erna Rahma E Grobogan Mahasiswi
7. Faradelis Yumna Suruh MTs
8. Farichatul Chusna Magelang Mahasiswi
9. Heni Purwina Bogor Mahasiswi
10. Humaida F Salatiga Mahasiswi
11. Ika Fatma W Temanggung Mahasiswi
12. Nur Afni R Susukan SMA
13. Nur Ika Kumalasari Magelang Mahasiswi
14. Noviyana Dwi K Temanggung Mahasiswi
15. Putri Parameswari Bandongan Mahasiswi
16. Rani Arum Salatiga SMA
17. Ridha Kusuma W Grobogan Mahasiswi
18. Salsabila Salatiga SD
19. Siti Faizah Kalimantan Mahasiswi
20. Siti Miskiyah Bawen SMA
21. Siti Yuliyanti Grobogan SMA
22. Tsania Fathiyatul R Salatiga MTs
23. Uswatun Khasanah Temanggung Mahasiswi
24. Vina Auliyasari Grobogan SMA
25. Yusi Dahmayanti Ungaran Mahasiswi
(Sumber : Buku absen santri bil-ghoib dan bin-nadzor)
Daftar Nama Guru Pondok Pesantren al-Muntaha
No. Nama Guru Mengajar
1. Ny. Hj. Siti Zulaecho, AH a. al Qur‟an
b. Nashoikhul Ibad
2. Nashif „Ubbadah, Lc a. Tafsir Jalalaen
b. Fathul Khorib
c. Tajwid
3. K. Fauzan Majmuati Mawalidu
Wad‟iyah (Ndhiba‟)
4. Inayatul Fu‟aida, S.Pd.I al Qur‟an
Daftar Nama Prestasi Santri Pondok Pesantren al-Muntaha
Daftar Prestasi Santri Pondok Pesantren
No Nama Penyelenggara Event Prestasi
1. Siti Kholisoh LPTQ Salatiga MTQ, 2001 Juara 1
2. Eliyati LPTQ Salatiga MTQ, 2006 Juara 1
MHQ
3. Siti Faizah LPTQ Salatiga MTQ, 2008 Juara 1
4. Maimunatur R LPTQ Salatiga MTQ, 2008 Juara 1
MHQ 1 Juz
5. Innayatul F STAIN
Salatiga
MTQ, 2009 Juara 1
MHQ 1 Juz
6. Innayatul F STAIN
Salatiga
MTQ, 2009 Juara 1
MHQ 5 Juz
7. Sri Suharyanti LPTQ Salatiga MTQ, 2009 Juara II
MTQ
8. Arin Romizah,
Siti Faizah &
Khoirun Nisa
LPTQ
Semarang
MTQ, 2009 Juara I
Syahril
Qur‟an
9. Martini LPTQ Salatiga MTQ, 2010 Juara III
MHQ 5 Juz
10. Uswatun
Hasanah
LPTQ Salatiga MTQ, 2010 Juara II
MHQ 1 Juz
11. Shofia Magfur LPTQ Salatiga MTQ, 2010 Juara I
MHQ
12. Inayatul F LPTQ, Salatiga MTQ, Juara II
13. Maidatul
Fuaida
LPTQ, Salatiga MTQ, 2010 Juara III
MHQ 10
Juz
14. Innayatul F STAIN
Salatiga
MTQ,
Mahasiswa
Juara I
MHQ 1 Juz
15. Fachul Hidayah LPTQ,
Semarang
MTQ, 2011 Juara II
English
Debate
16. Farikhatul
Walidah
LPTQ,
Semarang
MTQ, 2011 Juara I
Kaligrafi
17. Gaby Candini LPTQ, Salatiga Nasional,
2013
JuaraI
Wusyu
Taijiquan
18. Inayatul F Kemenag,
Salatiga
Pospeda,
2013
Juara I
Pidato
Bahasa
Inggris
19. Khuloqot Nur Kemenag,
Salatiga
Pospeda,
2013
Juara II
Stan Up
Comedy
20. Shofia Magfur Kemenag,
Salatiga
Pospeda,
2013
Juara II
Cipta Puisi
21. Dewi
Rahmawati,
Ana
Rizkiyandini,
Nurul Hidayah
LPTQ Provinsi
Jawa Tengah
MHQ,2015 Juara I
Tilawah,
Syahril
Tilawah,
Pidato
(Sumber : Proposal Pembangunan Pondok Pesantren al-Muntaha)
top related