makalah tsunami viic
Post on 31-Dec-2015
160 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN BENCANA PADA BENCANA TSUNAMI
MAKALAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Manajemen Bencana
dari dosen pengampu : Dwi Effendi W., SKM
Oleh:
Kelompok 1 PSIK VII C
1. Ismatul Maulina2. Kukuh Puji A.3. Sri Puji L.4. Trio Susila B.5. Sandra Budi M.6. M. Eko Nugroho7. Sulistyaningrum8. Titik Sugiarti9. Sofiah10. Dhedik Kurniawan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK)
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah Manajemen Bencana pada Bencana Tsunami ini
kami susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Manajemen Bencana. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak
perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulus ikhlas kami
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dwi Effendi W., SKM
selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini, serta
teman-teman yang telah memberikan bantuan dan
partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil untuk
keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada
guna dan manfaatnya bagi para pembaca. Amin.
Kudus, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………
B. Tujuan…………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Tsunami………………………………………………………
B. Penyebab Terjadinya
Tsunami…………………………………………..
C. Historis Tsunami
D. Peran Perawat dalam Manajemen Bencana
BAB III PEMBAHASAN
A. Manajemen Bencana pada Bencana Tsunami
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana tsunami merupakan salah satu jenis bencana yang kerap
melanda Indonesia yang menyebabkan kerusakan yang luas dan jumlah
korban yang besar. Dalam kurun satu decade terakhir, Indonesia telah
dilanda beberapa kali bencana tsunami dengan kerusakan dan jumlah
korban yang begitu banyak seperti peristiwa tsunami tahun 2004 di Aceh
dan Nias, tsunami di Pangandaran tahun 2006, dan tsunami di Kepulauan
Mentawai di tahun 2010. Mengingat begitu banyak jumlah penduduk,
perkotaan, dan infrastruktur yang berada di kawasan yang rawan terhadap
bencana tsunami, maka penanggulangan bencana tsunami di Indonesia
semestinya mendapatkan perhatian yang memadai. Indonesia terletak pada
pertemuan empat lempeng bumi yang aktif, yaitu lempeng Indo- Australia,
Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Lempeng
tersebut saling mendorong satu sama lain. Aktifitas lempeng tersebut
adalah penyebab tsunami paling sering di wilayah Indonesia.
Tulisan ini bertujuan menguraikan bencana tsunami Indonesia dari
sisi sejarah dan potensi bencana, serta menguraikan kesiapsiagaan dan
mitigasi bencana tsunami yang telah dan perlu dilaksanakan. Telaah
terhadap kajian terdahulu yang bersandarkan pada penelitian atau
investigasi lapangan digunakan untuk menyusun makalah ini. Dua kali
Focus Group Discussion (FGD) dan dua kali workshop telah dilakukan
untuk mendapatkan hasil telaahan yang melibatkan para peneliti tsunami
yang berasal dari Perguruan Tinggi dan Kementerian/Lembaga terkait.
Kegiatan ini merupakan bagian dari proses penyusunan Naskah Akademik
Penanggulangan Bencana Tsunami Indonesia yang dilaksanakan pada
tahun 2013.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa mampu memahami
management bencana tsunami.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan mahasiswa memahami definisi tsunami.
b. Diharapkan mahasiswa memahami penyebab tsunami.
c. Diharapkan mahasiswa memahami proses terjadinya tsunami.
d. Diharapkan mahasiswa memahami management pra, intra dan pasca
bencana tsunami.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DefinisiBencana adalah suatu peristiwa dimana kondisi normal dari suatu
komunitas mengalami gangguan baik dari faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengalami kegawatan yang
mengakibatkan terjadinya dampak yang melebihi kemampuan komunitas
untuk melakukan penanganan secara mandiri dengan efektif baik dari segi
fisik, kerugian harta benda dan psikologis (National Academy of Science,
2007; WHO, 2011).
Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh
pusaran air bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi
gunungapi, dan jatuhnya meteor. Tsunami dapat bergerak dengan
kecepatan sangat tinggi dan dapat mencapai daratan dengan ketinggian
gelombang hingga 30 meter. Tsunami berasal dari bahasa jepang, yaitu tsu
: pelabuhan dan nami : gelombang.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja
yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban
jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan
pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama
yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad
ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim.
Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami
sebagai “gelombang laut seismik”.
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat
menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami
yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika
badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski
sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan.
Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei
2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific
Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan
peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah
ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang
membangun Indian Ocean Tsunami Warning System
(IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia. Bukti-bukti
historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja
terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat
tenggelam.
B. Penyebab Tsunami1. Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang
menyebabkan perpindahan sejumlah besar air atau
ombak raksasa, letusan gunung api, gempa bumi,
longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun,
90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan
oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya
Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat
mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-
tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air
yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan
terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada
kedalaman laut dimana gelombang terjadi, yang
kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan
menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat
merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut
tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga
beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi
gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai
tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus
meter bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal
ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa
bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana
lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng
benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta
runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami.
Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan
bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba
sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis
atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor
atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.
2. Penyebab terjadinya tsunami
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan
terjadinya tsunami. Faktor penyebab terjadinya
tsunami itu adalah:
a. Gempa bumi yang berpusat dibawah laut, Meskipun
demikian tidak semua gempa bumi dibawah laut
berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi
dibawah laut yang dapat menyebabkan terjadinya
tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai
berikut
Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR
Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar
naik atauturun).
b. Letusan gunung berapi, letusan gunung berapi dapat
menyebabkan terjadinya gempa vulkanik. Tsunami
besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat
meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat
Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa
Tenggara Barat pada tanggal 10-11 April 1815 juga
memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa
Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara
kepulauan yang berada di wilayah ring of fire (sabuk
berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
c. Longsor bawah laut, longsor bawah laut ini terjadi
akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera
dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan
terjadinya palung laut dan pegunungan. Tsunami
karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan
nama tsunamic submarine landslide.
d. Hambatan meteor laut, jatuhnya meteor yang
berukuran besar di laut juga merupakan penyebab
terjadinya tsunami.
3. Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-
beda, tergantung pada kedalaman laut. Di laut dalam,
kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per
jam atau setara dengan kecepatan pesawat terbang
namun ketinggian gelombangnya hanya sekitar 1
meter.Ketika gelombang tsunami ini sudah
mendekati pantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar
30 km per jam, namun ketinggian gelombangnya bisa
mencapai puluhan meter. Ini sebabnya banyak orang
yang sedang berlayar di laut dalam tak menyadari
adanya tsunami. Mereka baru mengetahui tsunami telah
terjadi ketika tiba di daratan dan menyaksikan
kehancuran mengerikan yang disebabkan oleh tsunami.
4. Tanda-tanda akan terjadi Tsunami
Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir
pantai adalah :
a. Air laut yang surut secara tiba-tiba.
b. Bau asin yang sangat menyengat.
c. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara
gemuruh yang sangat keras.
C. Historis Tsunami
1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal
menghancurkan Lisbon, Portugal dan pegunungan di
Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan
perahu. Namun Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa
mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh lebih
dari 60 ribu orang.
27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu
terjadinya tsunami yang menenggelamkan 36 ribu orang
Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat dan
utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600
ton blok terumbu karang menuju tepi pantai bersama
dengan arus tsunami yang besar.
15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan
oleh gempa bumi menyapu pantai timur Jepang.
Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa
yang terjadi di Alaska, membunuh 159 orang, dan
kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang
pernah dicatat oleh masa modern, Gempa di Teluk Lituya
Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya
dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter.
Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut
relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka
tsunami tidak menyebabkan banyak kerusakan. Tapi
hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh
dua orang
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat
manusia terjadi di Chile sebesar 8,6 skala richter,
menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile
dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi
25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan
Hawaii,menjadi tsunami yang cukup besar.
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday
Alaska, dengan kekuatan sekitar 8,4 skala richter
menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami
di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh
lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang menjadi korban
di kota Crescent, di utara California, yang sempat
menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter
23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina
membunuh 8 ribu korban jiwa akibat gempa bumi yang
terjadi 30 menit setelah adanya gempa.
17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala
richter menyebabkan tsunami di Papua Nugini yang
membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1
dan 9,3 skala richter setinggi 3,5 meter mengguncang
Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar
karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai
gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi
kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia.
Gelombang yang terjadi menimpa banyak belahan dunia
lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
2006 – 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan
pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di
Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang.
Dan berasal dari selatan kota Ciamis
2007 – 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang.
Ketinggian tsunami 3-4 m.
2010 – 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang
tidak sedikit.
2010 –
http://id.wikipedia.org/wiki/26_Oktober”>26
Oktober,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Mentawai”
>Kepulauan Mentawai, Indonesia,yang meluluh-
lantahkan sebagian besar kepulauan Mentawai dan
memakan banyak korban jiwa.
Tabel Kejadian Tsunami Yang Signifikan di
Indonesia
No
.
Tahu
nTempat
Magnitu
daKorban
1. 1883 G.Krakatau - 36.000
2. 1833Sumbar, Bengkulu,
Lampung8,8
Tak
tercatat
3. 1938 Kep. Kai – Banda 8,5Tak
tercatat
4. 1967 Tinambung - 58
5. 1968 Tambu, Sulteng 6 200
6. 1977 Sumbawa 6,1 161
7. 1992 Flores 6,8 2.080
8. 1994 Banyuwangi 7,2 377
9. 1996 Toli – toli 7 9
10. 1996 Biak 8,2 166
11. 2000 Banggai 7,3 50
12. 2004 Nanggroe Aceh 9 250.000
Darussalam
D. Peran perawat dalam manajemen bencana
1. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra
bencana ini, antara lain:
a. mengenali instruksi ancaman bahaya;
b. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency
(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
c. melatih penanganan pertama korban bencana.
d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi
ancaman bencana kepada masyarakat.
2. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)
a. Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat
setelah keadaan stabil.
b. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey
mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan,
begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.
c. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan
tindakan pertolongan pertama.
d. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase )
1) Merah --- paling penting, prioritas utama.
Keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien
mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma
kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
2) Kuning --- penting, prioritas kedua
Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum
jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien
masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain
fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,
laserasi, luka bakar derajat II
3) Hijau --- prioritas ketiga
Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor,
minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
4) Hitam --- meninggal
Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana,
ditemukan sudah dalam keadaan meninggal
3. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
4. Peran perawat dalam fase post impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial,
dan psikologis korban.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk
kembali pada kehidupan normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka
waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan
dimana kecacatan terjadi
BAB III
PEMBAHASAN
A. Manajemen Bencana pada Bencana Tsunami
1. Pra Bencana Tsunami
1) Membangun system peringatan dini (early warning sistem).
Peringatan Tsunami diinformasikan sebelum kejadian
supaya masyarakat segera melakukan evakuasi. Tetapi apabila
informasi tersebut datang setelah kejadian maka disebut dengan
peringatan darurat (emergency) yang bertujuan untuk
penyelamatan.
Peringatan dini Tsunami diperlukan untuk meningkatkan
kewaspadaan dan melakukan evakuasi sebelum Tsunami datang,
karena selang waktu antara gempa bumi dan Tsunami sangat
singkat maka kecepatan informasi peringatan dini sangat penting.
Berdasarkan selang waktu tersebut dapat di bedakan jenis-jenis
peringatan-peringatan dini yang diperlukan. Tanda-tanda sebelum
terjadi Tsunami adalah getaran yang kuat dan sering diikuti oleh
pasang naik dan pasang surut air laut. Tanda-tanda ini dapat
ditangkap oleh system peralatan yang dilengkapi dengan alarm.
Peralatan tersebut antara lain adalah sebaga berikut:
1). Accelerograph
Dipasang untuk getaran kuat saja. Accelerograph dilengkapi
dengan alarm dan system komunikasi untuk menyebarkan berita,
control operasional dan perawatan jarak jauh, Accelerograph
disebut juga strong motion seismograph.
2). Tide Gauge
Tide Gauge adalah perangkat untuk mengukur perubahan muka
laut. Informasi yang diperlukan untuk peringatan dini adalah
pasang naik dan pasang surut seketika sebelum terjadinya
tsunami. Peringatan pertama untuk kewaspadaan dari
accelerogfraph apabila mencatat getaran-getraan kuat dan
peringatan kedua datang dari tide gauge setelah mencatat
perubahan mendadak muka laut.
Dua peringatan tersebut kemudian disampaikan kepada:
Masyarakat setempat berupa alarm
Aparat setempat yang bertugas untuk koordinasi evakuasi
BMG pusat untuk system monitoring dan informasi darurat
agar disebarkan ke lokasi lain.
Mengingat pentingnya informasi peringatan dini Tsunami maka
diperlukan system komunikasi yang terdiri atas :
Komunikasi dari stasiun ke aparat setempat
Komunikasi dari stasiun BMG setempat
Komunikasi dari BMG pusat ke jaringan peringatan lainnya.
2) Relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami
(population of park).
Relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami sangat
penting dilakukan karena berguna untuk mengurangi korban jiwa.
Relokasi ini dapat berupa pemindahan penduduk yang berada
pada daerah rawan bencana ke tempat yang dianggap bebas dari
dampak bencana. Namun kesulitan yang biasa dihadapi adalah
persetujuan dari masyarakat, yang biasanya menolak untuk
direlokasi. Misalnya pada masyarakat di kepulauan Mentawai
yang berdomisili di dekat pantai yang menolak untuk di relokasi,
sehingga timbullah banyak korban pada bencana Tsunami
Mentawai beberapa waktu lalu.
3) Membuat jalur evakuasi dan persedian lahan (evacuation of
route and emergency shelter).
Mengapa hal ini sangat penting? Karena pembuatan jalur
evakuasi akan mempermudah penyelamatan atau evakuasi baik
diri sendiri maupun orang lain menuju ke tempat yang aman dari
dampak bencana.
Penyediaan lahan pun juga sangat berguna untuk
menampung dan menjadi tempat berlindung. Selain itu apabila
telah disediakan lahan pengungsian warga pun tak akan susah-
susah untuk mencari tempat berlindung. Selain itu pada areal
pengungsian biasanya telah dibangun fasilitas-fasilitas umum
seperti dapur umum, MCK, dan fasilitas kesehatan yang akan
sangat membantu bagi para pengungsi.
Di Kota Padang misalnya, telah direncanakan
Pembangunan bukit artifisial untuk kepentingan evakuasi warga
saat bencana tsunami yang diprediksi menghantam Kota Padang
yang akan dimulai tahun 2011. Sebelumnya studi kelayakan
mengenai pembangunan bukit buatan itu telah dimulai sejak
Maret 2009 oleh GeoHazards International dalam proyek
bernama Project on Vertical Evacuation yang dipimpin oleh
Veronica Cedillos. Bukit-bukit buatan yang secara teknis
dinamakan Tsunami Evacuation Raised Earth Park (TEREP) itu
berupa lokasi berupa tempat umum yang lapang dan mudah
dijangkau, untuk kemudian dijadikan bukit artifisial dengan
ketinggian antara lima hingga sepuluh meter dengan timbunan
material tanah yang digali dari lokasi lain.Hingga saat ini telah
ada sepuluh calon lokasi untuk pembangunan bukit buatan
tersebut.
4) Membentuk tim penanganan bencana Tsunami (disaster
management and disaster assessment).
Pembentukan tim ini bertujuan untuk meneliti tentang
bencana Tsunami, sehingga dapat ditemukan solusi untuk
mengurangi dampak buruk dari bencana Tsunami.
Selain itu tim penanggulangan ini juga akan memberikan
informasi tentang peringatan terjadinya bencana Tsunami. Pusat
Tsunami Internasional (International Tsunami warning Center)
didirikan di Hawai untuk memantau terjadinya gempa bumi
disekitar Samudra pasifik dan memberikan informasi
kemungkinan Tsunami akan terjadi.
5) Melakukan simulasi, sosialisasi dan memasukkan pembahasan
dan penanggulangan Tsunami dalam kurikulum pendidikan.
Simulasi bertujuan untuk mengajarkan langkah-langkah
yang harus dilakukan saat terjadi bencana Tsunami.
Sosialisasi bertujuan untuk memberikan pemahaman dan
pengetahuan tentang bencana Tsunami dan cara untuk
menanggulanginya beserta langkah-langkah yang harus dilakukan
saat bencana terjadi.
Memasukkan pembahasan mengenai Tsunami dalam
kurikulum pendidikan berfungsi untuk memberikan pengetahuan
akan bencana Tsunami, Sosialisasi tentang bencana Tsunami serta
memperkenalkan cara antisipasi dan langkah-langkah yang harus
dilakukan saat bencana Tsunami sejak dini.
6) Membentuk dan menerapkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) untuk antisipasi bencana.
Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
bencana Tsunami.
2. Saat Bencana Tsunami
Langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana Tsunami terjadi
adalah sebagai berikut:
1) Jika dirasakan bumi bergetar di pinggir laut maka segera berlari
sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi atau menuju tempat
evakuasi yang sudah diatur (apabila situasi memungkinkan).
2) Jangan Panik.
3) Jika situasi tidak memungkinkan ke tempat evakuasi, maka
carilah bangunan bertingkat bertulang baja untuk menuju lantai
paling atas.
4) Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu
kapal anda kearah laut yang lebih dalam.
5) Jika anda berada di pantai atau di dekat pantai, segera panjat
bangunan atau pohon yang tinggi, yang paling dekat dari tempat
anda berada. Ingat waktu kita untuk berlari dari kejaran
gelombang tsunami itu hanya kurang dari 20 menit.
6) Segera selamatkan diri anda apabila anda menemui gejala-gejala
berikut ini:
a. Air laut yang surut secara tiba-tiba.
b. Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
c. Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara
tiba-tiba.
d. Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet
atau pesawat supersonik atau suara ledakan bom runtuh.
Kegiatan-kegiatan tanggap darurat saat terjadi Tsunami :
1) Melaksanakan rencana-rencana penanggulangan bencana
yang pernah disusun.
2) Segera melakukan pencarian dan penyelamatan korban.
a. Pemeriksaan status kesehatan korban (triage)
b. Memberikan pertolongan pertama
c. Mempersiapkan korban untuk tindakan rujukan
3) Memberikan pelayanan kesehatan darurat, seperti
(pengobatan, gizi, air bersih)
4) Mobilisasi bantuan kesehatan
5) Surveilans epidemiologi
6) Penanganan Post Traumatic Stress
3. Pasca Bencana Tsunami
1) Periksa kesediaan makanan dan minuman.
Makanan apapun yang terkena air mungkin sudah
tercemar dan harus dibuang.
2) Segera membangun tenda pengungsian apabila
keadaan untuk kembali ke rumah tidak
memungkinkan.
3) Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi
tsunami susulan sebelum kembali ke rumah. Bila
keadaan rumah tidak memungkinkan untuk
ditempati carilah tempat tinggal yang bisa
ditempati atau kembali ke tempat pengungsian.
4) Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan
resuplay serta pendistribusian logistik yang
diperlukan.
5) Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi
antar daerah atau kota.
6) Melakukan pembersihan kota yang hancur dan
penuh puing dan lumpur.
7) Menggunakan dana pemerintah untuk
penanggulangan bencana dan gunakan pula
dengan tepat sumbangan dana baik dari dalam
maupun luar negeri.
8) Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil
society.
9) Surveilans epidemiologi
BAB IV
PENUTUP
A. SimpulanDari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa
bumi, tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
2. Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang
menyebabkan perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan,
seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor
yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa
bumi bawah laut.
3. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah
dan banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu
adanya upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan
waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.
B. Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai
saat ini belum bisa diprediksikan dengan tepat kapan
dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif
informasi tentang bahaya tsunami dari pihak yang
berwenang terhadap adanya potensi tsunami
terutama penduduk yang bermukim didekat pantai.
2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi
dan aman jika terjadi tsunami.
3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum
untuk keperluan darurat dan pengungsian.
4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi)
barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat
pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-
obatan.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F & Makfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
National Academy of Science. (2007). Successful response starts with a map:
improving geospatial support for disaster management. Washington: NAP.
Syamsidik dkk, 2013. Analisis pendahuluan penanggulangan bencana tsunami
Indonesia, net / wp- content/ uploads/2013/10/12-makalh-naskah-akademi-
banjir-bandang-pdf. 29 Oktober 2013. Mataram.
http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami. Diakses Oktober 2013
http://www.wikipedia.com/tsunami. Diakses Oktober 2013
top related