makalah tanaman kedelai di lahan rawa
Post on 28-Dec-2015
99 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu tanaman yang penting di Indonesia. Kedelai
merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Berdasarkan luas panen, di Indonesia kedelai menempati
urutan ke tiga sebagai tanaman palawija setelah ubi kayu dan jagung. Rata-rata luas
pertanaman per tahun sekitar 703.878 ha, dengan total produksi 518.204 ton
(Suprapto, 1999).
Kedelai dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi
masyarakat Dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.
Kedelai mengandung protein, isoflavon, dan serat untuk kesehatan. Kedelai adalah
sumber protein diet, termasuk semua asam amino esensial. Kedelai juga merupakan
sumber lesitin atau fosfolipid. Isoflavon dan lesitin kedelai telah dipelajari secara
ilmiah untuk kesehatan. Seperti isoflavon genistein yang diyakini memiliki efek
estrogen di tubuh, sebagai hasilnya kadang-kadang disebut fitoestrogen (Mayo
Foundation, 2010).
Komoditi ini hingga kini produksinya terus menurun. Produksi kedelai di
Indonesia pernah mencapai puncaknya pada tahun 1992 yaitu sebanyak 1.87 juta ton.
Produksi terus mengalami penurunan hingga hanya 0.672 juta ton pada tahun 2003.
Selama 11 tahun produksi kedelai merosot mencapai 64 persen. Penurunan produksi
ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah ketidakpastian dalam
penyediaan masukan-masukan pokok seperti pupuk dan pestisida, dan terutama
adalah lahan yang tersedia untuk kedelai terbatas dan digunakan untuk berbagai
tanaman palawija lainnya yang lebih kompetitif (Atman, 2009).
Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk maka permintaan akan kedelai
semakin meningkat. Permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi
dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya pemerintah masih mengimpor.
Impor ini pun dari tahun ke tahun terus meningkat (Manwan dan Sumarno, 1991).
Teknik budidaya kedelai yang dilakukan sebagian besar petani umumnya
masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan tanah, pemupukan dan
pemberantasan hama atau penyakitnya, sehingga produksinya masih relatif rendah.
Sebagian besar petani tidak melakukan pengolahan tanah, terutama tanah bekas padi
atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari jerami padi dan daun tebu, yang selanjutnya
bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang untuk penanaman biji
kedelai.
Selain itu kualitas bibitnya kurang baik, sehingga produksinya relatif rendah.
Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya secara intensif
atau semi intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali atau minim sekali
jumlahnya. Demikian juga dalam hal pemberantasan hama penyakit dapat dikatakan
kurang sekali, sehingga banyak kerugian atau rendahnya produksi akibat serangan
hama penyakit (Rukmini, 2006).
B. Tujuan
Untuk mengetahui fisiologi dan botani tanaman kedelai, syarat tumbuh,
teknik budidaya dan permasalahan dalam budidaya dan penyelesaiannya.
II. DASAR TEORI
A. Sistematika
Berikut adalah sistematika tanaman kedelai :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr. (http://www.plantamor.com/index.php?
plant=629)
B. Sejarah tanaman
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga
ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea,
Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak
abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa,
kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Pada
awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja
max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat
diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill.
C. Botani tanaman
Akar tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang, akar lateral, dan akar
serabut. Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada
tanah yang gembur, akar ini dapat menembus tanah sampai kedalaman 1,5 m. Pada
akar-akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian
dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30-100 cm. Setiap
batang dapat membentuk 3-6 cabang. Batang kedelai berasal dari poros janin
sedangkan bagian atas poros berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan
hypokotil merupakan bagian batang kecambah. Bagi an batang kecambah di bagian
atas kotyledon adalah epicotyl. Titik tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan
kuncup ketiak. Pertumbuhan batang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan
atas keberadaan bunga dan pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai
berbunga. Pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang
tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Begitu
juga dengan bentuk daun kedelai ada dua macam, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate) (Adisarwanto, 2005).
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak
daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning–kuningan. Bentuk
daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini
tergantung pada varietas masing–masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua,
maka daun–daunnya mulai rontok (AAK, 1989).
Daun sebagai organ fotosintesis sangat berpengaruh pada fotosintat berupa
gula reduksi. Fotosintat berupa gula diproduksi sebagai sumber energi untuk
tanaman (akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji atau organ
penimbun lain (sink), hasil fotosintesis yang tertimbun dalam bagian vegetatif
sebagian dimobilisasikan kebagian generatif (polong). Hasil fotosintesis dibagian
vegetatif tersimpan dalam berat kering biji tanaman (Budiastuti, 2000).
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga terdapat
alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga terletak pada
ruas-ruas batang berwarna ungu atau putih. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota
bunga masih menutup, sehingga kemungkinan terjadinya kawin silang secara alami
sangat kecil.Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Di Indonesia
tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30–50 hari (Fachruddin, 2000).
Polong kedelai pertama terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga
pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm, jumlah polong yang terbentuk pada
setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok.
Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan.
Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah
proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal
pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemungkinan diikuti oleh perubahan
warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak (Adisarwanto,
2005).
Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak di
antara keping biji. Warna kulit biji bermacam-macam, ada yang kuning, hitam, hijau
atau coklat. Ukuran biji berkisar antara 6 – 30 g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan
menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan
biji besar (13 g atau lebih/100 biji). Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat
dan hitam (Fachruddin, 2000).
D. Syarat Tumbuh Tanaman
1. Iklim
Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah
yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh tanaman
lain. Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20–25º C. Suhu 12–20º C adalah
suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat
menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta
pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30º C,
fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).
Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungisi sebagai
pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis, karena kekurangan
suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju absorbs air oleh
tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan generative, akan
menurunkan produksi. Kekeringan juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji
sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan pada musim tanam (Agung dan
Rahayu, 2004).
Jumlah air yang berlebih tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai, karena
mangakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi
aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Hasil observasi ini
menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60–70% (AAK, 1989).
Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat–tempat
yang terbuka dan bercurah hujan 100–400 mm per bulan. Oleh karena itu, kedelai
kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan
laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah beriklim kering
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai merupakan tanaman berhari pendek, yakni apabila penyinaran terlalu
lama melebihi 12 jam, tanaman tidak akan berbunga. Hampir semua varietas
tanaman kedelai berbunga dari umur 30–60 hari (Yustika, 1985).
2. Tanah
Pertumbuhan tanaman kedelai sangat peka terdahap perubahan lingkungan
tumbuh yang disebabkan oleh kondisi iklim. Baik mikro maupun makro. Dari saat
benih mulai tumbuh sampai tanaman mendekati panen banyak hama yang
menyerang tanaman. Walaupun sebagai tanaman palawijayang tidak banyak
memerlukan air, tetapi pada stadia awal tumbuh, berbunga, pembentukan dan
pengisian polong, ketersediaan air sangat diperlukan.
Pemanenan kedelai harus dilakukan pada saat umur masak optimal (masak
fisiologis) agar diperoleh mutu hasil dan produksi yang tinggi. umur masak optimal
sangat beragam sesuai dengan varietasnya. Pada umumnya varietas unggul
dikembangkan saat umur masak optimal 80-90 hari. Masa panen selain atas dasar
umur optimal juga dapat melalui tanda-tanda visual polong dan tanaman. Panen
dilakukan bila tanaman sudah matang dimana 95% polong telah matang, berwarna
kecoklatan, daun telah rontok (http://agribisnis.deptan.go.id./web/pustaka, 2003).
Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8 – 7, namun
pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah – tanah yang
cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah - tanah
podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,
pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau
kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).
3. Pupuk N
Tanaman menyerap atau mengabsorbsi anion seperti nitrat NO3 dan NH4
yang dapat memberikan efek fungsi metabolisme dalam respirasi dan fotosintesis.
Konsentrasi Nitrat - nitrogen dengan sel akar tanaman adalah ukurannya normal dari
pada dalam tanah. Nitrogen ini memicu pertumbuhan daun energi hasil produksi dari
hasil fotosintesis akan mengahasilkan gula melalui proses respirasi di sel. Teori
absorbsi anion, tetapi meka nisme karier telah mentranport ion dari membran sel.
Ketika ion nitrat banyak pada akar tanaman mereka akan ditransportasi ke bagian
lain. Metabolisme nitrat dimulai dari reduksi nitrat oleh nitrit. Produksi hara nitrogen
melalui sintesis amonia (NH3). Sintesa amonium melalui ion nitrogen dari atmosfer
dan hidrogen dari fosil dan air (Follet dan Muphy, dkk, 1989).
Penambatan nitrogen secara simbiosis. Bakteri yang terpenting, dari sudut
pandang pertanian yang mampu menggunakan nitrogen bebas dari udara adalah
bakteri-bakteri yang menyebabkan terbentuknya bintil-bintil akar pada tanaman
kacang-kacangan. Organisma ini bila ditumbuhkan didalam bintil akar tanaman
kacang-kacangan memperoleh makanan dan mineralnya dari tanaman kacang-
kacangan itu dan sebagai gantinya organisma ini menyediakan sebagaian dari
nitrogen bagi tanaman kacang-kacangan tersebut. Pertumbuhan bersama yang saling
menguntungkan ini disebut simbiosis, dan oleh kerana itu organisme tersebut
dinamai bakteri penambat nitrogen secara simbiosis. Diperkirakan hampir 2 juta ton
nitrogen ditambat setiap tahun oleh bakteri kacang-kacangan di Amerika Serikat
(Foth, 1994).
Sumber unsur hara nitrogen sebenarnya cukup banyak terdapat diatmosfer,
yaitu lebih kurang 79,2 % dalam bentuk N2 bebas, namun demikian unsur N ini baru
dapat digunakan oleh tanaman setelah mengalami perubahan ke bentuk yang terikat
yang kemudian dalam bentuk pupuk. Sumber utama dari nitrogen berasal dari N2
atmosfer yang terikat. Untul pembuatan pupuk adalah nitrogen dalam bentuk
amoniak (Hasibuan 2008).
Penyerapan NO3- dan NH4+ oleh tumbuhan memungkinkan tumbuhan
untuk membentuk berbagai senyawa nitrogen, terutama protein. Pupuk dan
tumbuhan yang mati, mikroorganisme, serta hewan, merupakan sumber penting
nitrogen yang dikembalikan ketanah, tapi sebagian besar nitrogen tersebut tidak larut
dan tidak segera tersedia bagi tumbuhan. Hampir semua tanah mengandung sedikit
asam amino, yang dihasilkan terutam dari perombakan bahan organik oleh mikroba,
tapi juga dari pengeluaran dari akar (Salisbury dan Ross, 1995).
Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2,
pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (Diameter lebih kurang 1 mm) pupuk ini
mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna dalam air, dan tidak
mengasamkan tanah (EA : 71) (Hasibuan 2008).
Pengaruh N dalam tanaman terhadap protein dalam tanaman, terutama, pada
biji-bijian serealia merupakan hal yang sangat penting dalam masalah pangan.
Pengaruh ini paling baik didasarkan pada lintasan-lintasan biokimia yang terlibat
dalam pergerakan N dari tanah ke tanaman. Nitrogrn masuk kedalam tanaman dari
tanah atau dari bintil – bintil pada akar legume sebagai nitrat (NO3-) atau ammonium
(NH4+). Di dalam tanaman NO3- direduksi ke NH4+ dan kemudian digabungkan
dengan kerangka C untuk membentuk 100 asam-asam amino yang berbeda. Asam-
asam amino ini mengandung N dalam bentuk NH2 dengan pengikat N pada C alfa
dari suatu asam organik. Sekitar 20 dari asam – asam amini yang berbeda tersebut
kemudian digabungkan kedalam rantai panjang yang disebut rantai polipeptida.
Rantai ini dapat mengandung beberapa ratus rangkaian asam amino. Urutan
keterdapatan asam – asam amino yang berbeda tersebut disepanjang rantai
polipeptida, dan oleh karena itu rasio dari asam – asam amino yang berbeda dalam
rantai tersebut, diatur oleh informasi genetik yang terkandung dalam asam – asam
nukleat dalam tanaman. Rantai polipeptida kemudian terlipat, tergulung, terangkai-
silang dan temodifikasi dengan cara – cara yang lain untuk membentuk protein.
Sebagian dari protein – protein ini dapat disimpan dalam biji untuk digunakan oleh
bibit baru setelah berkecambah. Mutu nutrisi dari setiap unit protein dikendalikan
oleh genetik tanaman (Engelstad, 1985).
Urea terhidrolisis dengan cepat dalam kondisi panas, tanah yang lembab
untuk membentuk amonium karbonat. Amonium mungkin digunakan secara
langsung oleh tanaman atau mungkin diubah menjadi nitrat dan kemudian digunakan
sebagai nitrat. Ureaformaldehida adalah salah satu pupuk nitrogen yang
dikembangkan baru-baru ini dan bersifat tidak larut dalam air. Nitrogen dalam
ureaformaldehida dilepaskan dengan lambat dalam bentuk yang dapat dipakai untuk
mengadakan persediaan nitrogen terus menerus selama musim tanam (Foth, 1994).
4. Pupuk P
Fosfor memainkan peran yang tidak dapat dikesampingkan sebagai bahan
bakar universal untuk kegiatan biokimia dalam sel hidup. Ikatan adenosin trifosfat
(ATP) yang berenergi tinggi melepaskan energi untuk kegiatan bila diubah menjadi
adenosin trifospat (ADP). Fosfor juga merupakan unsur yang penting untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Hubungan fosfor yang terdapat didalam tanah dan
tanaman dengan kesehatan hewan dan terdapatnya definisi fosfor secara luas pada
hewan – hewan pemakan rumput telah diketahui dengan baik (Foth, 1994).
Bila fosfat yang laruta dalam air ditambahkan kedalam tanah, maka terjadi
reaksi – reaksi kimia yang kompleks akan langsung di dalam tanah. Butiran pupuk
akan menyerap air dari tanah disekitarnya dan memasuki bagian dalam butir – butir
pupuk dan melarutkan fosfat yang akhirnya menghasilkan larutan jenuh atau
mendekati jenuh dan fosfat yang terlarut ini selanjutnya berdifusi keluar dari butir –
butir pupuk larutan tanah (Hasibuan, 2008).
Karbohidrat terutama gula membantu pembentukan klorofil daun-daun yang
tumbuh ditempat gelap. Tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut tidak mampu
menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain mendukung (Dwidjoseputro,
1985).
Unsur P diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar yang
maksimal. Unsur P ternyata diperlukan lebih banyak bagi pertumbuhan bintil akar
dibandingka n untuk pertumbuhan tanaman leguminosae. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan hasil uji tanaman leguminosae yang maksimal diperlukan penambahan
unsur P dalam bentuk pupuk yang cukup. (Islami dan Hadi 1995).
5. Pupuk K
KCL (Kalium Khlorida) mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak
asam, dan besifat higroskopis, khlor berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak
membutuhkannya, misalnya kentang, wortel, dan tembakau (Novizan, 2002). Unsur
hara kalium berfungsi pada pembentukan protein dan karbohidrat. Membantu
membuka dan menutup stomata.
Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit tanaman dan serangan hama
memperluas pertumbuhan akar tanaman. Efisiensi penggunaan air (ketahanan pada
masa kekeringan). Memperbaiki ukuran dan kwalitas buah pada masa generatif
danmenambah rasa manis/enak pada buah. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun,
bunga dan buah tidak mudah rontok. Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal
adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil
tambang. Endapan tambang kalium yang sangat terkenal ada di Prancis dan Jerman.
Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl dan sedikit K2SO4. Karena
umumnya tercampur dengan bahan lain, seperti kotoran. Pupuk, ini harus dimurnikan
terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60%(Musa dan
Mukhlis,2006).
Kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman.
Sifat-sifat positif kalium antara lain sebagai berikut : mendorong produksi hidrat
arang, mempunyai peran penting dalam menyangkut hidrat arang di dalam tanaman,
mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan, mengurangi kepekaan tanaman
terhadap hawa dingin dan hawa dingin malam, sedikit banyak mengurangi kerusakan
yang diakibatkan oleh beberapa penyakit, membantu menguatkan rumpun pada
tanaman gandum, sehingga tanaman ini tidak terlalu mudah rebah (Rinsema, 1993).
E. Manfaat Tanaman
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat
dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein
kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai
bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan
daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas, cat cair,
tinta cetak dan tekstil.
Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan
industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang
digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk
pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam
bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insectisida dan
farmasi.
Dilihat dari kandungan gizinya, kedelai merupakan sumber protein, lemak,
vitamin, mineral dan serat yang paling baik. Susunan asam amino pada kedelai lebih
lengkap dan seimbang. Kedelai sangat berkhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga
kondisi sel tubuh. Kedelai mengandung protein tinggi dan mengandung sedikit
lemak. Protein kedelai juga dibuktikan paling baik dibandingkan jenis kacang-
kacangan lainnya. Kandungan proteinnya setara dengan protein hewani dari daging,
susu dan telur (http://www.femina-online.com.htm, 2006).
F. Budidaya Tanaman
a. Pembibitan
- Persyaratan Benih
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus
yang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan
seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan
tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakan
varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahan terhadap
serangan hama penyakit. Beberapa varietas unggul kedelai adalah: Ainggit (137),
Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung, Guntur, Lakon,Limpo Batang,
Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter, Raung, Rinjani,Shakti, Taichung,
Tambora, Tidar, TK 5, Wilis.
- Penyiapan Benih
Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam
harus dicampur dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang
ditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya
Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau
kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan
hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara. Cara
pemberian legin: (1) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc; (2)
legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh kulit biji
terbungkus dengan inokulum; (3) setelah diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15
menit baru dapat ditanam. Dapat juga benih diangin-anginkan terlebih dahulu
sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik
adalah: kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun
daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji ≥ 13% dan
disimpan di ruangan bersuhu ≥ 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang ≥80%.
- Teknik Penyemaian Benih
Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat
diatasi dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek
jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe pertumbuhan tegak
dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang
bercabang banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang
satu dengan lainnya tidak terganggu.
- Pemindahan Bibit
Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu
memperhatikan cara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat
merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.
b. Pengolahan Media Tanam
- Persiapan
Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa
pengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan persiapan
dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah
tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan
terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk,
menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara waktu
pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.
- Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun dengan
bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara
drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.
- Pengapuran
Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-
kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik.
Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian
dicampur sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan
sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam
kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan
yang diinginkan.
Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai
sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur tidak
harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan pengapuran,
tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat.
Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan Molibdenum (Mo)
yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan tanaman kacang-
kacangan, karena erat hubungannya dengan perkembangan bintil akar.
c. Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40
cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm.
Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang
seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan
tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih
renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.
- Pembuatan Lubang Tanam
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan,
penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan
jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk
alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.
- Cara Penanaman
Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:
a) Sistem tanaman tunggal
Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperoleh
produksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam dengan sistem
ini, membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah
bekas ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan.
Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama dan penyakit. Kelemahan
sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif cepat, sehingga
penanaman kedelai dengan sistem ini memerlukan perhatian khusus. Jarak tanam
kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.
b) Sistem tanaman campuran
Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Umur tanaman tidak jauh berbeda.
2. Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar.
3. Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap hama dan
penyakit.
4. Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan kacang
tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai dengan ketela pohon.
c) Sistem tanaman tumpangsari
Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang mendapat pengairan terus
menerus sepanjang waktu, misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis. Untuk
mendapatkan kedelai yang bermutu baik, biasanya kedelai ditanam bersamaan.
- Waktu Tanam
Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih
muda tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas
yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam
menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih
mengandung cukup air.
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai
pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan
musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah
menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat
ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.
d. Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan dan Penyulaman
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak
semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak
seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh
sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau
Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai
lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.
- Penyiangan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu
setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2
(pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma
yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan
menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma
berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.
- Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak
merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang
berbahaya.
- Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi
tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi,
pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat
menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan
KCl=100 kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan
KCl=100 kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;
Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
- Pengairan dan Penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang
panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa
pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya. Kekeringan pada masa
pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan kegagalan panen.
Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak
ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu
tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan
tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah
penguapan air secara berlebihan.
Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus
diairi. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini
diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi
penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar
membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4
meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan
pada saat musim hujan.
- Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung
jenis hama dan pola penyerangannya.
a) Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih, dilakukan
sebelum benih ditanam.
b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC,
Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak 2 kali seminggu
setelah ditemukan telur.
c) Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide 25
EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atau
Tamaron pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari.
d) Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban 20
EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.
e) Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50 EC, Dursban
20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu pembentukan polong.
- Pemeliharaan Lain
Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari maka
membutuhkan tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindung akan selalu
muda sehingga proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit,
bahkan tidak berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa cabang
-cabang kering tanaman pelindung yang jatuh.
e. Panen
- Ciri dan Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,
tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah
warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah
kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat
akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit
polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan
gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya.
Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari,
tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang
akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan
untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-
betul sempurna dan merata.
- Cara Panen
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya
segera dapat dijemur.
a) Pemungutan dengan cara mencabut
Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu.
Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara
pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi
tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan
hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.
b) Pemungutan dengan cara memotong
Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup
tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu
dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah
buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara
memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil-bintilnya
yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam
tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan,
maka dengan memotong akan lebih cepat.
- Periode Panen
Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah
yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara
bertahap, beberapa kali.
- Prakiraan Produksi
Produksi kedelai yang didasilkan para petani Indonesia rata-rata 600-700
kg/ha.
e. Pasca panen
- Pengumpulan dan Pengeringan
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur.
Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai
semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan
mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna,
pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan
juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak
biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan
mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering.
Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji
tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen
tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %.
Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00
siang.
- Penyortiran dan Penggolongan
Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan.
Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara
langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan
ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah,
brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari
kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini
selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu
dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.
Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji
kedelai sekitar 18,2 %.
- Penyimpanan dan pengemasan
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup
lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung
kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung
menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka
setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.
Adisarwanto, T., 2005. Kedelai. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Agung, T dan A. Y. Rahayu. 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan
Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan
dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains. Vol 6 (2) : 70-74, Semarang.
Andrianto, T. T., dan N. Indarto, 2004. Budidaya Dan Analisis Usaha Tani Kedelai,
Kacang Hijau, Kacang Panjang. Penerbit Absolut, Yogyakarta.
Atman. 2009. Strategi produksi kedelai di Indonesia. Jurnal Ilmiah Tambua vol. VIII
no.1:39-45.
Budiastuti, Mth, S. 2000. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada Tanaman
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.). Agrosains Vol 2 (2) (2000).
Universitas 11 Maret, Surakarta.Suprapto, H.S., 1999. Bertanam Kedelai.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Engelstad, O. P., 1985. Teknologi dan Penggunaan Pupuk, terjemahan Didiek Hadjar
Goenadi. UGM Press, Yogyakarta. Hal 885-886, 888-889.
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 77 hal.
Foth, H. D., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gramedia. Jakarta.
Hasibuan, B. E., 2008. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian USU, Medan.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=629
Islami, T. dan W. Hadi, 1995. Hubungan tanah, air dan tanaman, IKIP Semarang
Press, Semarang.
Manwan. I., dan Sumarno. 1991. Kebijakan Penelitian Bagi pengembangan Produksi
Kedelai. Seminar dan Workshop Pengembangan Produksi Kedelai
Puslitbang. Tanaman Pangan dan PAU Bioteknologi IPB, Bogor.
Mayo Foundation for Medical Education & Research. 2010. Soy (Glycine max).
http://www.mayoclinic.com/health/soy/NSpatien-soy.
Musa, L dan Mukhlis, 2006. Diktat Kuliah Dasar Ilmu Tanah. USU Press, Medan
Rinsema. W. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Terjemahan Umi Saleh. Bahtera.
Jakarta
Rukmini, 2006. Budidaya dan Pemupukan yang Baik untuk Kedelai. Grafindo.
Surabaya
Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan
Gizi. Jilid 2. ITB Press, Bandung.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia
Tumbuhan. ITB Press. Bandung. 173 hal.
Yustika, S. B., 1985. Hubungan Iklim Dengan Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
top related