makalah sumber pengetahuan
Post on 14-Apr-2017
394 Views
Preview:
TRANSCRIPT
54
D. SUMBER PENGETAHUAN
A. Penalaran
1. Pengertian Penalaran
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, penalaran berasal dari kata
nalar yang berarti pertimbangan baik buruk, budi pekerti dan akal budi. Dari
pengertian tersebut terdapat kata akal yang merupakan sarana untuk berfikir.
Kemampuan menalar hanya di miliki oleh manusia. Dengan kemampuan
menalar manusia dapat mengembangkan pengetahuan lainyang kian hari
kian berkembang.
Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran. Karekteristik tersebut ditandai
dengan pola berfikir yang runtut dengan menggunakan kaidah-kaidah yang
baku.Dari pengetahuan hasil penalaran, manusia dapat menentukan nilai
moral, etika dan estetika.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penalaran akan terus
berkembang.Tujuan manusia mengembangkan pengetahuan adalah untuk
mengatasi dan memenuhi tantangan hidup. Faktor yang menyebabkan
pengetahuan berkembang dengan pesat adalah bahasa dan kerangka
berfikir yang dimiliki manusia.
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif dan
penting dalam kehidupan manusia yang berfungsi untuk menyampaikan
55
informasi dan jalan fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut kepada
orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.
Kerangka berfikir yang dimaksud adalah di mulai dengan mengamati
fakta dan data, menganalisa hubungan sebab akibat sampai kepada
penarikan sebuah kesimpulan.
2. Hakikat Penalaran
Hakikat dari penalaran adalah berpikir secara logis dan sistematis
dengan mengikuti alur tertentu berdasarkan pengamatan dan penginderaan
dalam menemukan suatu kebenaran.
Sebagai suatu kegiatan berpikir, maka penalaran mempunyai ciri – ciri
tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola pikir yang disebut logika.
Dalam hal ini maka dapat dikatakan bahwa setiap bentuk penalaran
mempunyai logikanya sendiri. Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut
suatu pola tertentu, ciri yang kedua adalah bersifat analitik dari proses
berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang
digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan.
56
B. Logika
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu menghadapi perubahan
dan permasalahan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan
pemikiran yang teratur dan terarah agar didapat keputusan yang benar atas
penyelesaian masalah tersebut. Cara berfikir yang demikian disebut logika.
Menurut Dr.W. Poespoprojo, logika adalah ilmu kecakapan menalar
atau berfikir dengan tepat ( The Science and art of correct thingking ).
Pengertian diatas mengindikasikan bahwa berfikir atau menalar adalah
kegiatan akal budi manusia untuk mengolah pengetahuan yang kita terima
melalui panca indra dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran.
Berfikir menunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan
terarah. Dalam katagori ini hasil lamunan dan hayalan tidak termasuk
kegiatan berfikir. Suatu pemikiran dikatakan tepat dan jitu bila dilakukan
dengan penganalisaan, pembuktian dengan alasan-alasan tertentu dan
adanya kaitan antara yang satu dengan lainnya. Pemikiran yang demikian
disebut dengan logis.
Jalan pemikiran yang mengesampingkan hal-hal tersebut diatas
dikatagorikan pemikiran yang tidak logis. Logika merupakan ilmu yang
fundamental yang secara sistematis menyelidiki, merumuskan dan
menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan
tepat, lurus dan teratur.
57
Maksud dan tujuan logika adalah kecakapan menerapkan aturan-
aturan pemikiran yang tepat terhadap persoalan-persoalan yang kongrit
yang kita hadapi , serta pembiasaan sikap ilmiah, kritis dan obyektif.
Untuk sampai kepada suatu pemikiran yang tepat , logika menganalisa
unsur-unsur pemikiran manusia. Materi logika antara lain :
1. Permasalahan
Yaitu memahami apa yang menjadi permasalahan yang sedang di
hadapi.Kegiatan mengerti ini dapat di bangun melalui penginderaan misalnya
dengan mengamati.
2. Adanya kausualitas
Yaitu adanya keterkaitan. Pekerjaan otak selanjutnya setelah mengerti
permasalahan adalah membangun hubungan yang ada antara berbagai
fakta.
3. Adanya kesimpulan
Pekerjaan akal yang ketiga adalah membangun kesimpulan . Kesimpulan ini
didapat atas serangkaian kegiatan mulai dari mengerti hubungan
permasalahan dan fakta yang dari keduanya dapat ditarik kesimpulan.
C. Sumber – Sumber Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman dan potensi untuk menindaki, yang lantas melekat di benak
58
seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif
terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.
Banyak sekali makna pengatahuan dari berbagai ahli,disaini saya akn coba
merangkum mkana dari pengetahuan itu sendiri Adapun pengetahuan
menurut beberapa ahli adalah:
Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari
manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui
objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas
bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang
mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci
oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan
yang sesuai.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil
dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapatdisimpulkan
bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh
seseorang dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.
59
Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat,
mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan
bersikap dan bertindak. pengetahuan merupakan ingatan atas bahan-bahan
yang telah dipelajari,dilihat , didengar sebelumnya.
Menurut Jujun S. Suriasumantri, sumber pengetahuan itu ada empat;
masing – masing Empirisme, Rasionalisme, Intuisi, Wahyu.
1. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman
yang dimaksud adalah pengalaman inderawi.(Ahmad Tafsir, 200).Dalam hal
ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek)
dan cara mengetahui (pengalaman).
Kaum empiris menggunakan metode induktif dalam menyusun
pengetahuannya. Mereka berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu
bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang bersifat abstrak, tetapi lewat
fakta / pengalaman yang konkrit. Gejala – gelaja alamiah menurut kaum
empiris ini adalah bersifat konkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan
panca – indera manusia.
60
Teori empirikal mengatakan bahwa penginderaan adalah satu-
satunyayang membekali akal manusia dengan konsepsi-konsepsi dan
gagasan-gagasanadalah potensi yang tercermin dalamberbagai persepsi
inderawi.Jadi, ketika kita mengindera sesuatu, kita dapat memiliki suatu
konsepsi tentangnya yakni menangkap pola dari sesuatu itu dalam akal-budi
kita.(Baqir Ash-Shadr, Muhammad, 1994).
Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara
empiris ini, adalah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung
untuk menjadi suatu kumpulak fakta – fakta. Kumpulan tersebut belum tentu
bersifat konsisten, dan mungkin saja terdapat hal – hal yang bersifat
kontradiktif. Suatu kumpulan mengenai fakta, atau kaitan mengenai berbagai
fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang
sistematis. Seperti dikatakan Albert Einstein dalam bukunya, Physic and
Reality mengingatkan bahwa “tak ada metode induktif yang memungkinkan
berkembangnya konsep dasar suatu ilmu…”. Kaum empiris menganggap
bahwa dunia fisik adalah nyata, karena merupakan gejala yang tetangkap
oleh pancaindera manusia.
Dan berikut merupakan tokoh-tokoh dalam empirisme :
a. Francis Bacon (1210-1292 M),
Bacon dianggap sebagai bapak ilmu pengetahuan modern, oleh
banyak sejarawan. Filsafat dan tulisannya sangat berpengaruh dalam
61
mengobarkan revolusi pengetahuan pada abad ke 17. Filsafat Bacon
menekankan empirisme (teori yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya
dapat diperoleh dari pengalaman langsung) dan induksi. Inti filsafat Bacon
adalah metode induksi berlawanan dengan metode deduksi untuk memahami
sifat alam semesta.
b. Thomas Hobbes (1588-1679 M),
Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan
diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala
pengetahuan,juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan
diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari
pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi
jaminan kepastian
c. John Locke (1632-1704M),
Menurut Locke, pengalamanlah yang menjadi dasar dari segala
pengetahuan. Namun demikian, empirisme dihadapkan pada sebuah
persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa dipecahkan secara
memuaskan oleh filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan bagaimana kita
mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja
pikiran itu sendiri.
d. David Hume (1711-1776M),
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat
yaitu I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu
62
memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume
menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari
rangkaian-rangkaian kesan (impression).
2. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah
alatpencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal,
temuannyadiukur dengan akal pula. Dicari dengan akal itulah dicari dengan
berfikir logis.Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau
tidak. Bila logisbenar; bila tidak salah. Dengan akal inilah aturan untuk
manusia dan alam itudibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu bersumber
pada akal (A. Tafsir,2004).
Teori rasionalis adalah teori para filosof Eropa seperti Descartes
(1596–1650) dan Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ) dan lain-lain. Teori-teori
tersebutterangkum dalam kepercayaan adanya dua sumber bagi konsepsi.
Pertama,penginderaan (sensasi). Kita mengkonsepsikan panas, cahaya,
rasa, dan suarakarena penginderaan kita terhadap semua itu.
Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis menggunakan
metode deduktif. Premis yang dipakai dalam penalarannya, didapatkan dari
ide-ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide-ide ini
menurut mereka bukanlah ciptaan pemikiran manusia. Prinsip itu sendiri jauh
63
sudah ada sebelum manusia memikirkannya. Akhirnya paham semacam ini
kita kenal sebagai paham Idealisme.
Selanjutnya Muhammad Baqir Ash-Shadr (1994) mengatakan
dalampandangan kaum rasionalis, pengetahuan manusia terbagi menjadi
dua, pertama, pengetahuan yang mesti, yaitu bahwa akal mesti mengakui
suatuproporsi tertentu tanpa mencari dalil atau bukti kebenarannya. Akal,
secaraalami mesti mencarinya, tanpa bukti dan penetapan apapun, kedua,
informasidari pengetahuan teoritis, akal tidak akan mempercayainya
kebenaran beberapaproporsi, kecuali dengan pengetahuan-pengetahuan
pendahulu.
Kaum rasionalis memakai faham rasionalisme. Kaum ini menggunakan
metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai
dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas
dan dapat diterima (idealisme).
Fungsi pikirannya hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu
menjadi pengetahuannya, sementara pengalaman tidak memiliki
prinsip. Masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari
kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif.
Adapun asas pemikiran yang sebagai mana di ketahui pangkal atau
asal dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka asas pemikiran
adalah pengetahuan di mana pengetahuan muncul dan dimengerti. Asas ini
dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu:
64
a. Asas Identitas ( Prinsipium Identitatis )
Asas identitas adalah dasar dari semua pemikiran prinsip ini
mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya.
b. Asas Kontradiksi ( Prinsipium Contradictoris )
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin
sama dengan pengakuannya. Jika di akui bahwa sesuatu itu bukan A
maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A.
c. Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga ( Principium Exclusi Tartii
Qanun Imtina)
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran
terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan
pertantangan mutlak.
3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan.
Sebagian dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini
tidak dapat diandalkan.
Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah
tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Jawaban
atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan
65
kebenaran yang membukakan pintu. Suatu masalah yang kita pikirkan, yang
kemudian kita tunda karena menemui jalan buntu, tiba-tiba muncul dibenak
kita yang lengkap dengan jawabannya (Jujun, 2005).
Selanjutnya menurut Jujun (2005: 53), Intuisi bersifat personal dan
tidak bisa diramalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai
hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya
pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa saling
membantu dalam menentukan kebenaran. Bagi Maslow intuisi merupakan
pengalaman puncak (peak experience) sedangkan bagi Nietzchen intuisi
merupakan inteligensi yang paling tinggi.
Menurut Henry Bergson, intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman
yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan
dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan
suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang
utuh, yang tetap, yang unique. Instuisi ini menangkap objek secara langsung
tanpa melalui pemikiran. Jadi, akal dan indera hanya mampu menghasilkan
pengetahuan yang tidak utuh (spatial), sedangka instuisi dapat menghasilkan
pengetahuan yang utuh, tetap.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi
analisis selanjutnya dalam menentukan kebenaran. Pengalaman intuitif
seringa hanya dianggap sebagai sebuah halusinasi atau bahkan sebuah ilusi
belaka. Sementara itu oleh kaum beragama intuisi (hati) dipandang sebagai
66
sumber pengetahuan yang mulia. Dari riwayat hidup matinya Sokrates,
pengetahuan intuitif disebutnya sebagai “theoria” dimana cara untuk sampai
pada pengetahuan itu adalah refleksi terhadap diri sendiri.
Perpaduan antara rasa, naluri, dan pengalaman yang mendalam
terhadap permasalahan. Sehingga menimbulkan tingkat pemahaman yang
melampaui batas-batas logika. Kemampuan intutif bagi seorang seniman
dianggap penting, Terutama untuk memutuskan berbagai pekerjaan
kompleks tanpa harus melampaui perhitungan dan pembuktian lapangan.
Jadi, Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa
melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu
tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan diluar kesadaran. Misalnya saja,
seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di
dalam buku tersebut ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama
bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah
tempat, ternyata disana ia menemukan penemuan besar yang mengubah
hidupnya. Namun tidak semua intuisi berasal dari kekuatan psikologi, tetapi
sebagian intuisi bisa dijelaskan sebab musebnya.
4. Wahyu
Wahyu, dalam arti bahasanya adalah isyarat yang cepat. Wahyu
adalah sumber pengetahuan yang bersandar pada otoritas Tuhan sebagai
67
sang Maha Ilmu. Wahyu Allah dikodifikasikan dalam tiga buah kitab suci
yaitu: Taurat, Injil, Alquran.
Sumber pengetahuan yang disebut “wahyu” identik dengan agama
atau kepercayaan yang sifatnya mistis. Ia merupakan pengetahuan yang
bersumber dari tuhan melalui hambanya yang terpilih untuk menyampaikan
nabi dan rasul. Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang
sejumlah penegetahuan. Baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh
manusia.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan tuhan kepada
manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang di utusannya
sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai
kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup
masalah-masalah yang bersifat trasendental seperti latar belakang
penciptaan manusia dan hari kemudian di akherat nanti. Pengetahuan ini
didasarkan pada kepercayaan kepada tuhan yang merupakan sumber
pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan
terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari
penyusunan pengetahuan ini. Kepercayaan adalah titik tolak dalam agama.
Suatu pernyataan harus dipercaya dahulu utuk dapat diterima, pernyataan ini
bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain. Secara rasional bisa dikaji
umpamanya apakah pernyataan-pernyataaan yang terkandung didalamnya
bersifat konsisten atau tidak. Dipihak lain secara empiris bisa dikumpulkan
68
fakta-fakta yang mendukung pernyataan tersebut atau tidak. Singkatnya
agama dimulai dengan rasa percaya, dan lewat pengajian selanjutnya
kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun. Pengetahuan lain seperti ilmu
perumpamaannya. Ilmu dimulai dengan rasa tidak percaya, dan setelah
melalui proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada
pendirian semula.
D. Kriteria Kebenaran
Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan
kebenaran. Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi
orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau criteria kebenaran.
Ada tiga jenis kebenaran yaitu: kebenaran epistemology (berkaitan dengan
pengetahuan), kebenaran ontologism (berkaitan dengan sesuatu yang ada
atau diadakan), dan kebenaran semantic (berkaitan dengan bahasa dan
tuturkata).
Ada 4 teori kebenaran: yaitu teori Korespondensi, Teori Koherensi,
Teori Pragmatisme, dan Teori Kebenaran Religius. Ketiga teori pertama
mempunyai perbedaan paradigma. Teori koherensi mendasarkan diri pada
kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran faktual, dan teori
fragmatisme fungsional pada fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri.
Tetapi keempatnya memiliki persamaan. Yaitu pertama, seluruh teori
melibatkan logika, baik logika formal maupun material (deduktif dan induktif),
69
kedua melibatkan bahasa untuk menguji kebenaran itu, dan ketiga
menggunakan pengalaman untuk mengetahui kebenaran itu.
1. Teori Korespondensi
Teori korespondensi (Correspondence Theory of Truth) menerangkan
bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu terbukti benar bila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan dengan objek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan
dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi
aktual.
Dengan demikian ada lima unsure yang perlu yaitu pernyataan
(statement), persesuaian (agreement), situasi (situation), kenyataan (realitas)
dan putusan (judgement). Kebenaran adalah fidelity to objective reality. Atau
dengan bahasa latinnya: edaequatio intelectus et rei (kesesesuaian pikiran
dengan kenyataan).
Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya Plato, Aristoteles dan
Moore. Dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas diabad
skolastik, serta oleh Bertrand Russel pada abad Modern. Cara berfikir ilmiah
yaitu logika induktif menggunakan teori korespondensi ini.
70
2. Teori Koherensi
Teori koherensi (The Coherence Theory of Truth) menganggap suatu
pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren
dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu
dilaksanakan atas petimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang
telah diterima kebenarannya. Rumusan kebenaran adalah, truth is a
systematic coherence, dan truth is consistency.
Jika A = B dan B = C, maka A = C. Logika matematik yang deduktif
memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa
kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori
ini digunakan oleh aliran metafisikus-rasionalis dan idealis.
Teori ini sudah ada sejak pra Socrates, kemudian dikembangkan oleh
Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggap benar apabila
telah dibuktikan (justifikasi) benar dan tahan uji (testable). Kalau teori ini
bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang
benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme
Teori pragmatism (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu
pernyataan, teori itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat
bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan kriteria
71
kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), dan
akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena itu tidak
ada kebenaran yang mutlak/tetap, kebenarannya tergantung pada kerja,
manfaat dan akibatnya. Akibat/hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis
adalah :
a. Sesuai dengan keinginan dan tujuan.
b. Sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen.
c. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari para filsup Amerika.
Tokohnya adalah Charles S. Pierce (1839–1914) dan diikuti oleh William
James dan John Dewey (1859–1952).
E. Kebenaran Religius
Berpendirian bahwa kebenaran ialah kebenaran Ilahi = divine truth,
kebenaran yang bersumber dari tuhan, kebenaran ini disampaikan melalui
wahyu. Manusia bukan semata makhluk jasmani yang ditentukan oleh hukum
alam dan kehidupan saja. Ia juga makhluk rohaniah sekaligus, pendukung
nilai. Kebenaran tidak cukup diukur dengan rasio individu, akan tetapi harus
bisa menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat.
Karena itu kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah manusia.
72
Kebenaran religius menjadi sebuah kebenaran yang mutlak untuk tiap
penganutnya sekalipun dalam tiap kitab suci dan sabda yang dijadikan
pedoman dalam teori kebenaran memiliki perbedaan pemahaman, tafsir,
pendapat sebab kebenaran disini tidak hanya diperuntukan untuk
kepentingan kelompok (bersifat universal) maka perlu adanya orang – orang
yang ahli untuk membahasakannya supaya tidak menjadikan kebenaran
sebagai sumber konflik.
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta,
realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama
digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari
kebenaran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui
agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren
dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama
dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala
persoalan manusia, termasuk kebenaran.
top related