makalah psikologi dkb kel.7
Post on 22-Jan-2018
244 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH PSIKOLOGI
DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
Disusun oleh :
Aprilia Mantayani (14312241028)
Yuli Arti (14312241033)
Galih Widi Astuti (14312241044)
Donna Meylinda (14312244002)
KELOMPOK 7
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas
guru tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses
pembelajaran. Guru dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik.
Hal itu karena perkembangan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung
dari peserta didik tersebut.
Perkembangan yang diamati dalam kasus ini adalah perkembangan mengenai
pemahaman dalam menerima materi pelajaran. Perkembangan pemahaman peserta didik
dalam pembelajaran dapat diamati dengan cara diagnosis kesulitan blajar, karena
pemahaman peserta didik dapat diamti daritingkat kesulitan belajar yang dapat dialami
peserta didik. Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak pada peserta didik
yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah standar yang
ditetapkan.
Adapun pengertian diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan
masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar. Pemahaman dan konsep
mengenai diagnosis kesulitan belajar perlu dikaji lebih lanju olrh seorang guru atau
pendidik. Oleh karena itu makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih
lanjut mnegenai diagnosis kesulitan belajar.
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang:
1. Pengertian diagnostik kesulitan belajar
2. Kedudukan diagnostik kesulitan belajar dalam pembelajaran
3. Factor – faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
4. Prosedur pelaksanaan diagnostik kesulitan belajar
5. Pengajaran remedial dan program pengayaan dalam pembelajaran
BAB II
ISI
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
A. Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar
Tidak semua peserta didik mampu menguasai bahan pelajaran yang disampaikan
guru. Karenanya guru sebagai penanggung jawab atas perkembangan peserta didik
dituntut untuk memiliki kemampuan mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar, mencari faktor penyebabnya, kemudian menentukan teknik untuk membantu
mengatasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan
belajar peserta didik tersebut dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar.
Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan atau ketidakmampuan
dengan meniliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
yang tampak. Sedangkan kesulitan belajar yaitu suatu gejala yang nampak pada peserta
didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma
yang telah ditetapkan atau prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas
intelegensinya.
Blassic dan Jones menyatakan bahwa, kesulitan belajar menunjukkan adanya suatu
jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan yang dicapai. Peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar adalah peserta didik yang memilki inteligensi normal, tetapi
menunjukkan kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi,
ingatan, perhatian, dan atau fungsi motoriknya. Dengan kata lain, peserta didik dikatakan
mengalami kesulitan belajar bila prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan
kapasitas inteligensinya. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh inteligensi yang
rendah, namun dapat disebabkan oleh faktor fisiologik, psikologik, instrumen, dan
lingkungan belajar.
Dari uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai proses menentukan masalah atau ketidak-mampuan peserta didik dalam
belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan menganalisis
gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
Kesulitan belajar setiap peserta didik, jenis, sifat maupun manifestasinya tidak selalu
sama, sehingga guru atau pembimbing harus mencermati jenis, sifat, dan manifestasi
kesulitan belajar peserta didik, sehingga pendekatan dengan peserta didik tersebut dapat
dilakukan dengan lebih tepat.
Berikut adalah permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri dkk. (1990),
1. Kekacauan Belajar (Learning Disorder)
Suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan, sehingga anak tidak dapat menguasai atau memahami bahan yang
dipelajari dengan baik. Sebenarnya anak tersebut memiliki potensi dasar yang tidak
diragukan lagi.
2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability)
Suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan
berbagai sebeb sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi
intelektualnya.
3. Learning Disfunctions
Mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik walaupun
anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun
gangguan psikologis yang lain. Misalnya, anak sudah belajar dengan tekun tetapi tidak
mampu menguasai bahan belajar dengan baik.
4. Under Achiever
Terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi
prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah, tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan
yang dimiliki.
5. Lambat Belajar (Slow Learner)
Disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan
kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain
yang memiliki tingkat potensi intelektual sama.
B. Kedudukan Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
Berkaitan dengan konsep belajar tuntas (mastery learning), tingkat penguasaan bahan
pelajaran biasanya ditetapkan antara 75 % - 90%. Bila peserta didik belum mampu
meguasai bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut
harus dibantu hingga mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah
ditetapkan. John B. Caroll (1968) mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik
dipengaruhi oleh :
1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan
2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran
3. Bakat yang dimiliki peserta didik
4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran
5. Kemampuan peserta didik untuk dapat mendapat manfaat optimal dari
keseluruhan proses pembelajaran yang sedang dihadapi.
Agar proses pembelajaran berhasil maka guru harus berusaha menemukan letak dan
jenis kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya. Dengan demikian kedudukan
diagnosis kesulitan belajar dalam proses pembelajaran sangatlah penting demi
keberhasilan proses pembelajaran.
C. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedang faktor
ekternal adalah faktor yang ada diluat individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah
dan faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kelelahan. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar adalah faktor keluarga ( cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi
keluarga, pengetian dan perhatian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor
sekolah (metode mengajar, metode belajar, tugas rumah, kurikulum, relasi antar guru
dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, dan keadaan gedung) faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan media massa).
Dimyati dan mudijono (1994:228-235) mengemukakan faktor-faktor internal yang
mempengaruhi proses belajar:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan ajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasila belajar
10. Cita-cita siswa
Muhibbinsyah (1997) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
1. Faktor Internal yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa,
2. Faktor eksternal yang meliputi kondisi lingkungan disekitar siswa,
3. Faktor pendekatan belajar yang meliputi jenis upaya belajar siswa yang berupa
setrategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.
Ditinjau dari faktor pendekatan belajar, terdapat 3 bentuk dasar pendekatan belajar
siswa menurut hasil penelitian Biggs(1991) yaitu :
1. Pendekatan surface (permukaan/bersiafat lahiriah) yaitu kecenderungan belajar
siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya mau belajar
karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi orangtua. Oleh karena itu gaya
belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementigkan pemahaman yang
mendalam.
2. Pendekatan deep (mendalam) yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya
dorongan dari dalam (intrinsik) misalnya mau belajar karena memang tertarik
pada materi dan meraa membutuhkannya. oleh karena itu gaya belajarnya serius
dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi), yaitu kecenderungan belajar
siswa karena adanya doronga untuk mewujudkan ego enhancement yaitu ambisi
probadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara
meraih prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar yang seperti ini merupakan
gaya belajar siswa ini lebih serius dripada siswa yang menggunakan pendekatan
belajar yang lain.
Terdapat ketrampilan belajar yang baik dalam arti memiliki kemampuan tnggi
dalam mengatur ruang belajar/kerja, membagi waktu dan menggunakannya
secara efisien, serta memiliki ketrampilan tinggi dalam penelaahan silabus.
Disamping itu siswa dengan pendekatan ini sangat disiplin, rapi, sistematis,
memiliki perencanaa kedepan (plans ahead), dan memiliki dorongan
berkompetisi tinggi secara positif.
D. Prosedur Pelaksanaan Diagnostik Kesulitan Belajar
Kegiatan untuk menentukan masalah atau kesulitan belajar peserta didik disebut
dengan diagnosis keuslitan belajar. Adapun prosedur dalam melaksanakan diagnosis
kesulitan belajar adalah sebagai berikut(Sugihartono, dkk, 2013: 165).
1. Mengidentifikasi Peserta Didik yang Diperkirakan Mengalami Kesulitan Belajar
Kegiatan di sini adalah metenapkan peserta didik ynag keuslitan belajar, dengan
cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikoolgis(Sugihartono,
dkk, 2013: 165). Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui:
a. Analisis Perilaku
Peserta didik yang kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau
laporan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui:
1) Cepat Lambatnya Menyelesaikan Tugas
Dalam proses pembelajaran, guru sering memberikan tugas kepada peserta
didik,, baik tugas individu, kelompok ataupun ujian yang ditentukan batas
waktunya. Batas waktu tersebut dapat digunakan sebagai tolak ukur
kemampuan belajar dalam hal cepat atau lambatnya dalam mengumpulkan
tugas. Peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar adalah peserta
didik yang paling lambat mengumpulkan tugas. Namun tolak ukur tersebut
dinilai kurangakurat, karena bisa jadi peserta didik yang pintar juga
mempunyai kemungkinan untuk mengumpulkan tugas tidak tepat waktu
karena mempunyai sifat yang malas.
2) Kehadiran dan Ketekunan dalam Proses Belajar
Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran secara tertib merupakan
indokator bahwa beserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik. Sebaliknya peserta didik yang sering absen, membolos, tidka tekun,
malas, acuh terhadap guru, dapat diduga peserta didik tersebut mengalami
kesulitan belajar.
3) Peran Serta dalam Tugas Kelompok
Pada mata pelajaran tertentu peserta didik seirng dituntut kemampuanya untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan temna-temennya dalam satu
kelompok, misalnya kemampuan dalam mengemukakan pendapat, bertanya,
menyanggah, menolak atuau menerima pendapat teman lain dan sebgaainya.
Dengan mengamati dan mencatat aktivitas peserta didik dalam pembicaraan
dengan segala kualifikasinya, kita akan memperoleh gambaran tentang peran
serta peserta didik dalam kelompoknya dan dapat juga mrenemukan peserta
didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.
4) Kemampuan Kerjasama dan Penyesuaian Sosial
Pada mata pelajaran tertentu peserta didik dituntut untuk mampu bekerja
dalam kelompok. Untuk itu peserta didik dituntut agar mampu bekerjasama,
saling menerima, saling percaya, dan daling menyayangi di antara sesaa
anggota kelompok. Karena itu guru harus mengetahui hubungan sosialnya
sehari-hari dalam kelas atau menggunakan sosiometri untuk mengetahui
hubungan sosial peserta didiknya.
b. Analisis Prestasi Belajar
Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat
dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta
menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar peserta didik haris digunakan
norma, sedang norma yang digunakan untuk menentukan baik buruknya hasil
belajar peserta didik adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
AcuanPatokan (PAP).
Penilaian acuan norma sering disebut norma kelompok yang wujudnya adalah
skor rerata yang dijadikan norma. Jadi peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan belajar yaitu apabila skor hasil belajar yang dicapai di bawah dan
semakin jauh dari rerata kelas atau kelompok. Sedangkan penilaian acuan
patokan merupakan skor minimal yang seharusnya dicapai oleh peserta didik,
sehingga peserta didik yang hasil belajarnya belum mencapai syarat minimal,
diduga mereka belum menguasai bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai.
Dengan kata lain peserta didik yang skor hasil belajarnya kurang dari syarat
minimal dapat diduga mereka mengalami kesulitan belajar, apalagi skor yang
diperoleh lebih jauh dari syarat minimal yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar
Setelah kita menemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan
belajar, maka langkah selanjutnya adalah menemukan di mana letak eksulitan
belajar yang dialami peserta didik. Dalam hal ini dapat kita lakukan dengan cara
mengetahui dalam mata pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi,
kemudian aspek atau bagian mana kesulitan itu dirasakan oleh peserta
didik(Sugihartono, dkk, 2013: 167).
Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan belajar
dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor prestasi yang diperoleh peserta
didik dengan nilai rerata dari maisng-masing bidang studi. Apabila skor hasil belajar
peserta didik di bawah skor rerata bidang studi, maka peserta didik tersebut diduga
mengalami kesulitan dalam bidang studi tersebut.
Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu
dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan dengan memeriksa pekerjaan tes.
Apabila peserta didik tidak dapat menjawab dengan benar ats pertanyaan mengenai
pokok bahasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik tersebut
mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut.
3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Untuk menentukan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan dengan
cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik (internal) dan faktor-
faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal) yang menghambat proses belajar
atau pembelajaran(Sugihartono, dkk, 2013: 168).
Faktor internal penyebab kesulitan belajar peserta didik pada garis besarnya
bersumber pada aspek fisik yang meliputi kondisi dan kesehatan tubuh misalanya
kecacatan tunbuh dan penyakit yang diduga mengganggu proses belajarnya, dan
aspek psikologis yang meliputi kecerdasan, bakat, minat, kemampuan, kemauan,
perhatian, dorongan, konsentrasi, ketekunan, dan ketrampilan yang kurang memadai.
Sebagai faktor eksternal penyebab kesulitan belajar peserta didik pada garis
besarnya bersumber pada dua faktor yaitu faktor lingkungan sosial yang meliputi
lingkungan ynag berupa manusia dan lingkungan non-sosial yang berupa alam, dan
faktor instrumen yang meliputi fasilitas barang yang berupa perangkat lunak
(software) dan perangkat keras (hardware). Serta guru yang kurang mendukung
proses kegiatan belajar peserta didik.
4. Memperkirakan Alternarif Bantuan
Lengkah keempat ini merupakan langkah yang akan ditempuh dengan cara
menajawab beberapa pertanyaan di berikut ini (Sugihartono, dkk, 2013: 168).
a. Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya?
Bila peserta didik tidak mungkin ditolong karena tingkat kesulitannya yang
berat, maka kita harus berusaha untuk mencairkan jalan keluar yang tepat bagi
peserta didik yang bersangkutan, misalnya dengan menyarankan peserta didik
untuk pindah ke lembaga yang sesuai dengan keadaannya.
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan peserta didik?
Memperkirakan kebuuthan waktu sangat penting dalam kaitannya dengan
efektivitas program bantuan dan kegiatan yang lain.
c. Kapan dan di mana pertolongan dapat diberikan kepada peserta didik?
d. Siapa yang memberi pertolongan?
Dalam hal ini adalah menentukan personil yang tepat untuk memberikan
pertolongan, karena harus disesuaikan dengan latar belakang kesulitan dan
faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Personalian
yang dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik adalah konselor,
guru bidang studi, atau ahli lain misalnya dokter, psikolog, dan akli lain yang
relevan. Dalam menentukan personalian yang dapat membantu pemecahan
masalah yang dihadapi peserta didik harus mempertimbangkan peranan atau
sumbangan yang dapat diberikan oleh masing-masing ahli dalam menolong
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut.
5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya
Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau usaha
penyembuhan yang diperlakukan peserta didik, dalam menentukan bantuan
penyembuhan perlu dikomunikasikan atau didiskusikan dengan berbagai pihak yang
dipandang berkepentingan atau yang diperkirakan akan terlibat dalam pemberian
bantuan. Selanjutnya peserta didik harus disesuaikan dengan jenis kesulitan yang
dialami peserta didik(Sugihartono, dkk, 2013: 169).
Bantuan dapat diberikan melalui program remidial atau pengajaran perbaikan,
layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu mengirimakna peserta
didik kepada ahli yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
6. Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan langkah terakhir dalam proses diagnosis kesulitan
belajar yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Sugihartono, dkk, 2013:
170).
a. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada
langkah sebelumnya.
b. Melibatkan berbagai pihak ynag dipandang dapat memberikan pertolongan
kepada peserta didik.
c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap
bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki
kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yangdiberikan.
d. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani
kesulitan yang dialami peserta didik.
E. Pengajaran Remedial dan Program Pengayaan dalam Pembelajaran
Tidak semua peserta didik mampu melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik
sehingga hasil belajarnya pun kadang tidak memuaskan. Banyak pula pesrta didik yang
mengalami kesulitan belajar misalnya tidak mampu menyerap bahan pelajaran dengan
baik, tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan bahkan tidak mampu dalam
menyelesaikan tes. Bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga
prestasinya berkurang merupakan salah satu tanggung jawab dari guru atau konselor
sekolah. Sehingga sekolah memberikan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar yang lebih dikenal dengan istilah remedial.
Sedangkan bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar tidak didiamkan
begitu saja melainkan mendapatkan pelayanan tersendiri. Layanan bagi peserta didik
yang tidak mengalami kesulitan belajar ini lebih dikenal dengan istilah pengajaran
pengayaan atau enrichement.
1. Pengajaran Remedial dalam Pembelajaran
Ditinjau dari arti kata, “remedial” berarti “sesuatu yang berhubungan dengan
perbaikan”. Dengan demikian pengajaran remedial, adalah suatu bentuk pengajaran
yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran remedial merupakan
bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau menyembuhkan.
Pengajaran remedial bersifat individual, yang diberikan kepadapeserta didik yang
mengalami kesuitan belajar, agar peserta didik mampu mengikuti pelajaran secara
klasikal sehingga mencapai hasil belajar secara optimal.
Menurut Warkitri dkk (1990), pengajaran remedial sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran karena :
• Tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini menunjukkan adanya peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar.
• Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat tercapai perubahan ingkah laku
siswa secara bulat sebagai hasil belajar.
• Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan sesuatu teknik
bimbingan belajar. Salah satunya adalah dengan pembelajaran remedial.
a. Tujuan Pengajaran Remedial
Secara umum pengajaran remedial bertujuan untuk membantu siswa mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Jadi tujuan umum pengajaran remedial sama dengan tujuan pengajaran regular.
Secara khusus, tujuan pengajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses
penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar.
b. Fungsi Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang penting dalam proses pembelajaran.
Beberapa fungsi pengajaran tersebut bila dirinci adalah sebagai berikut:
1) Fungsi korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan perbaikan
terhadap sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan
dalam keseluruhan proses pembelajaran. Hal-hal yang diperbaiki dan dibetulkan
melalui pengajaran remedial antara lain: perumusan tujuan, penggunaan metode
mengajar, cara-cara belajar, materi dan alat pengajaran, materi dan alat
pengajaran, evaluasi dan segi-segi pribadi murid.
2) Fungsi pemahaman.Dalam proses pembelajaran remedial terjadi proses
pemahaman terhadap pribadi peserta didik, baik dari pihak guru ,pembimbing
maupun peserta didik itu sendiri. Dalam pengajaran remedial guru berusaha
membantu peserta didik untuk memahami dirinya dalam hal jenis dan sifat
kesulitan yang dialami, kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Pemahaman
terhadap kesulitan yang dialami membantu peserta didik dalam mengubah dan
memperbaiki cara belajar, memilih materi dan fasilitas belajar , sehoingga pada
akhirnya peserta didik dapat menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan baik.
3) Fungsi penyesuaian . Dalam pengajaran remedial peserta didik dibantu untuk
belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki sehingga tidak
merupakan beban bagi peserta didik. Penyesuaian beban belajar memberikan
peluang kepada peserta didik untuk memperoleh prestasi belajar yang baik. Hal
ini selanjutnya akan menjadi pendorong untuk belajar lebih giat, karena mereka
merasa mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya.
4) Fungsi pengayaan, artinya bahwa materi pengajaran remedial dapat memperkaya
varian/jenis metode pengajaran. Materi yang disampaikan dalam pengajaran
dalam pengajaran tidak menggunakan metode pembelajaran yang digunakan
dalam pengajaran reguler, metode pembelajaran yang digunakan dalam
pengajaran remedial lebih mengacu pada materi yang telah lalu yang sulit
dipahami, sehingga pengajaran lebih bersifat pengayaan.
5) Fungsi akselerasi. Akselerasi adalah usaha memercepat pelaksanaan proses
pembelajaran dalam arti menambah waktu dan materi pengajaran untuk mengejar
kekurangan yang dialami peserta didik. Jadi dalam pengajaran remedial guru
mempercepat pengajaran dengan menambah frekuensi pertemuan dan materi
pembelajaran.
6) Fungsi terauputik, artinya secara langsung maupun tidak langsung
menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian murid yang
diperkirakan menunjukan ada penyimpangan (bimbingan dan konseling).
c. Pendekatan Pengajaran Remedial
Pendekatan pengajaran remedial dibedakan menjadi tiga yaitu ;
1) Pendekatan kuratif dalam pengajaran remedial
Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok
selesai dilaksanakan dan dievauasi, guru akan menjumpai beberapa bagian
dari peserta didik yang tidak mapu meguasai seluruh bahan yang telah
disampaikan. Pelaksanaan pendekatan kuratif dialakukan dengan :
• Pengulangan (Repetition)
Pelaksanaannya dapat dilakukan pada tiap akhir jam pelajaran, tiap
akhir unit (satuan) pelajaran tertentu, maupuan setiap akhir pokok
bahasan. Sasaran dapat diberikan kepada perorangan (individual maupun
kelompok, tergantung kepada kebutuhan.
• Pengayaan dan Pengukuhan (Enrichment dan Reinforcement)
Sasarannya ditujukan kepada siswa yang mempunyai kelemahan
ringan atau bahkan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
(cerdas).program pengayaan ini dapat dilakukan dengan memberikan
tugas rumah atau tugas yang dikerjakan dikelas pada saat pelajaran
berlangsung.
• Percepatan (acceeleration, akselerasi)
Layanan percepatan ini diberikan kepada peserta didik yang berbakat
tetapi menunjukkan kesulitan psikososial.
2) Pendekatan preventif dalam pengajaran remedial
Pendekatan preventif diberikan kepada peserta didik yang diduga akan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan program yang akan ditempuh.
Siswa yang digolongkan dalam usaha tersebut adalah mereka yang
diperkirakan dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu
yang direncanakan, atau mereka yang diperkirakan akan lebih lambat dari
waktu yang telah diprogramkan.
Sesuai dengan penggolongan tersebut maka teknik layanan dapat
dilakukan dengan (1) kelompok belajar homogen (2) layanan Individual dan
(3) layanan pengajaran dengan kelas khusus.
3) Pendekatan Pengajaran Remidi bersifat Pengembangan (Developmental)
Sasarannya adalah agar peserta didik dapat mengatasi hambatan-
hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran .
4) Metode Pengajaran Remedial
• Metode pemberian tugas : Tugas dapat diberikan secara individual
ataupun kelompok. Jenis dan sifat tugas yang diberikan harus disesuaikan
dengan jenis ,sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi
peserta didik.
• Metode diskusi : Diskusi adalah suatu bentuk interaksi antarindividu
dalam kelompok untuk membahas suatu masalah. Diskusi digunakan
dalam pengajaran remedial untuk memperbaiki kesulitan belajar dengan
memanfaatkan interaksi antarindividu dalam kelompok.
• Metode Tanya jawab : Dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan
peserta didik. Keuntungan metode ini adalah agar terciptanya hubungan
yang akrab antara guru dengan peserta didik, meningkatkan motivasi dan
menumbuhkan harga diri peserta didik.
• Metode kerja kelompok; metode ini dapat meningkatkan pemahaman diri
masing-masing anggota, minat belajar, dan rasa tanggung jawab peserta
didik.
• Metode tutor sebaya : tutor sebaya adalah peserta didik yang ditunjuk
untuk membantu temannya atau peserta didik lainnya yang mengalami
kesulitan belajar.
• Metode pengajaran individual : yaitu proses pembelajaran yang hanya
melibatkan seorang guru dan seorang pesrta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Metode ini sangat intensif karena peayanan yang
diberikan disesuaikan dengan kesulitan dan kemampuan peserta didik.
5) Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Seperti yang dikemukakan oleh Warkitri (1990) bahwa untuk
melaksanakan pengajaran remedial harus megikuti lanngkah-langkah sebagai
berikut :
a. Pelaksanaan kembali kasus
Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
kasus yang dihadapi dan kemungkinan pemecahannya. Dalam langkah ini,
guru diharapkan memperoleh gambaran tentang peserta didik yang perlu
mendapatkan layanan, tingkat kesulitan yang dialami peserta didik , letak
terjadinya kesulitan, bagian ranah yang mengalami kesulitan dengan factor-
faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik.
b. Pemilihan alternative tindakan
Atas dasar karakteristik kasus yang ada maka guru harus memikirkan
alternative tindakan pemecahannya.
• Apabila kasusna ringan, tindakan yang ditempuh adalah pemberian
pengajaran remedial.
• Apabila kasusnya cukup berat atau berat, maka sebelum melaksanakan
pengajaran remedial, peserta didik harus diberi layanan konseling
untuk mangatasi hambatan emosional yang mempengaruhi kegiatan
belajarnya.
c. Pemberian layanan khusus
Layanan khusus yang dimaksud adalah layanan konseling yang
bertujuan agar peserta didik yang mengalami kasus atau permasalahan
terbebas dari hambatan emosional, sehingga dapat mengikuti pembelajaran
secara wajar.
Untuk menilai keberhasilan langkah ketiga ini dapat dilihat indicator-
indikator berikut :
• Menunjukkan minat untuk mencari pemecahan masalahnya.
• Menunjukkan kesediaan kerja sama dengan pembimbing atau konselor.
• Adanya sikap terbuka karena ketegangan mulai berkurang.
• Mulai menyadari masalahnya secara realistic.
• Menunjukkan sikap positif dalam memilih langkah pemecahan
berikutna.
• Menunjukkan kesediaan untuk mengadakan penyesuaian terhadap
lingkungan.
d. Pelaksanaan pengajaran remedial
Sasaran pokoklangkah ini adalah meningkatkan prestasi dan
kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh guru.
e. Pengukuran kembali hasil belajar
Pengukuran ini untuk mengetahui kesesuaian antara rencana dengan
pencapaian hasil yang diperoleh.
f. Re – evaluasi dan re-diagnostik
Hasil pengukuran akan ditafsirkan menggunakan cara dan kriteria yang
sesungguhnya . Hasil penafsiran tersebut akan menghasilkan tiga
kemungkinan sebagai berikut :
• Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaian mencapai kriteria keberhasilan minimum seperti yang
diharapkan.
• Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaian dirinya, tetapi belum sepenuhnya memadai criteria
keberhasilan minimum yang diharapkan.
• Pesrta didik menunjukkan perubahan yang berarti baik dalam
prestasinya maupun penyesuaian dirinya.
Sebagai tindakan lanjut dari pengajaran remedial ini ada tiga
kemungkinan kegiatan yang harus ditempuh guru yaitu :
• Bagi peserta didik yang berhasil, diberi rekomendasi untuk
melanjutkan keprogram pe,belajaran utama tahap berikutnya.
• Bagi peserta didik yang blum sepenuhnya berhasil, sebaiknya diberi
pengayaan dan pengukuhan prestasi sebelum diperkenankan
melanjutkan ke program selanjutnya.
• Bagi peserta didik yang belum berhasil, sebaiknya dilakukan re-
diagnostik untuk mengetahui letak kelemahan, kesalahan atau
kekurangan pengajaran remedial yang telah dilakukan, sehingga
mungkin perlu adanya ulangan dengan alternative yang sama atau
alternative yang lain.
2. Program Pengayaan dalam Pembelajaran
Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan
peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum
dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya. Program pengaaan dalam
pembelajaran merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah peserta didik
yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya.
a. Tujuan Program Pengayaan
Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat
menyelesaikan tugas belajarna ini dimaksudkan agar peserta didik :
• Lebih menguasai bahan pelajaran.
• Memupuk rasa social.
• Menambah wawasan peserta didik.
• Memupuk rasa tanggung jawab peserta didik.
b. Factor yang harus diperhatikan dalam program pengayaan
1. Factor anak atau factor peserta didik
Bagi guru atau pendidik harus menyadari dan memahami bahwa
peserta didik disarming mempunyai beberapa kesamaan tetapi juga
mempunyai perbedaan-perbedaan yang sifatnya individual. Karena itu dalam
memberikan kegiatan pengayaan harus memperhatikan sifat-sifat individual
peserta didiknya misalnya bakat minat ,hobi dan kertampilan yang dimiliki
peserta didik.
2. Factor kegaiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan harus bermanfaat bagi peserta didik dalam
menambah ilmu pengetahuan , keterampilan, dan pembentuk kepribadian.
3. Factor waktu
Kegiatan pengayaan untuk mengisi waktu yang dimilki peserta didik
yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya bervariasi, ada yang 25 menit dan
ada yang 15 menit.
c. Pelaksanaan program pengayaan
Apanila peserta didik yang sedikit kesulitan belajarnya dan yang mengalami
kesulitan belajar sudah menyelesaikan tugas belajarnya sesuai dengan yang
diharapkan makan kegiatan pengayaan dihentikan. Agar kegiatan pengayaan
terlaksana dengan baik, maka materi yang diberikan dan bentuk kegiatannya harus
disiapkan terlebih dahulu. Materi pengayaan harus disesuaikan dengan pokok bahasan
yang sedang dibicarakan dikelas, karena kegiatan pengayaan merupakan kegiatan
untuk memperdalam materi pelajaran bukan untuk menambah konsep baru .
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan atau ketidakmampuan
dengan meniliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-
gejala yang tampak. Sedangkan kesulitan belajar yaitu suatu gejala yang nampak
pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau
di bawah norma yang telah ditetapkan atau prestasi belajar yang dicapai tidak
sesuai dengan kapasitas intelegensinya.
2. Kedudukan Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran yang berkaitan
dengan konsep belajar tuntas (mastery learning), tingkat penguasaan bahan
pelajaran biasanya ditetapkan antara 75 % - 90%. Kedudukan diagnosis kesulitan
belajar dalam proses pembelajaran sangatlah penting demi keberhasilan proses
pembelajaran.
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar, terdapat dua faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedang faktor ekternal adalah
faktor yang ada diluat individu.
4. Prosedur Pelaksanaan Diagnostik Kesulitan Belajar
a. Analisis Perilaku
- Cepat Lambatnya Menyelesaikan Tugas
- Kehadiran dan Ketekunan dalam Proses Belajar
- Peran Serta dalam Tugas Kelompok
- Kemampuan Kerjasama dan Penyesuaian Sosial
b. Analisis Prestasi Belajar
Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat
dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta
menafsirkannya.
c. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar
Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan
belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor prestasi yang
diperoleh peserta didik dengan nilai rerata dari maisng-masing bidang studi
d. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Untuk menentukan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan
dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik (internal)
dan faktor-faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal) yang
menghambat proses belajar atau pembelajaran.
e. Memperkirakan Alternarif Bantuan
Dalam menentukan personalian yang dapat membantu pemecahan masalah
yang dihadapi peserta didik harus mempertimbangkan peranan atau
sumbangan yang dapat diberikan oleh masing-masing ahli dalam menolong
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut.
f. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya
Bantuan dapat diberikan melalui program remidial atau pengajaran
perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu
mengirimakna peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
g. Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan langkah terakhir dalam proses diagnosis kesulitan
belajar yang berupa memberikan pertolongan kepada peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah
ditetapkan pada langkah sebelumnya.
5. Pengajaran Remedial dan Program Pengayaan dalam Pembelajaran, tidak semua
peserta didik mampu melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga
hasil belajarnya pun kadang tidak memuaskan. Banyak pula pesrta didik yang
mengalami kesulitan belajar misalnya tidak mampu menyerap bahan pelajaran
dengan baik, tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan bahkan tidak mampu
dalam menyelesaikan tes. Bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
sehingga prestasinya berkurang merupakan salah satu tanggung jawab dari guru
atau konselor sekolah. Sehingga sekolah memberikan layanan bimbingan belajar
bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang lebih dikenal dengan
istilah remedial.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihartono, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
top related