makalah pplf gajah wong
Post on 23-Jul-2015
437 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
PENGAWASAN PENCEMARAN LINGKUNGAN FISIK
MONITORING KUALITAS LINGKUNGAN AIR
Disusun oleh:
Kelompok Praktikum Sungai Gajah Wong
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merosotnya kualitas lingkungan juga tidak akan menjadi perhatian
besar jika tidak terkait dengan kebutuhan hidup manusia sendiri sehingga
bahasan tentang pencemaran dan konsep penanggulangannya lebih mengarah
kepada upaya mengenai bentuk kegiatan manusia yang menjadi sumber
pencemaran. Pencemaran sering pula diklasifikasikan dalam bermacam-
macam bentuk pola.
Pengelompokan menurut jenis bahan pencemar menghasilkan
pencemaran biologis, kimiawi, fisik dan suara. Pengelompokan menurut
medium lingkungannya dapat menghasilkan pencemaran udara, air, tanah,
makanan dan sosial sedangkan pengelompokan menurut sifat sumber bisa
menghasilkan pencemaran langsung dan pencemaran tidak langsung.
Salah satu upaya dalam pengelolaan lingkungan adalah mengatur
beban pencemaran dari sumbernya baik sumber pencemaran udara, air
maupun limbah padat sehingga informasi tentang besarnya beban pencemaran
dari setiap sumber amat berguna dalam upaya pengelolaan lingkungan
tersebut.
Air merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dibutuhkan
oleh makhluk hidup untuk menopang kelangsungan hidupnya. Selain itu air
dibutuhkan untuk kelangsungan proses industri, kegiatan perikanan, pertanian
dan peternakan. Oleh karena itu apabila air tidak dikelola dengan baik dan
keliru akan menimbulkan kerusakan maupun kehancuran bagi makhluk hidup.
Secara alami sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat
diperbaharui dan yang mempunyai daya regenerasi mengikuti suatu daur
ulang yang disebut daur hydrologi (Suryani, 1987). Air yang sangat terbatas
ini pada umumnya oleh manusia dipergunakan untuk kebutuhan domestik,
industri, pembangkit tenaga listrik, pertanian, perikanan, rekreasi.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
kimia dan mikrobiologi.
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat pengambilan sampel dengan baik
dan benar.
3. Mahasiswa mampu menggunakan metode dan cara pengambilan sampel
dengan benar.
4. Mahasiswa terampil melakukan pemantauan kualitas air
sungai/penelusuran sungai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air menutupi dari 70% permukaan bumi. Sifat-sifat fisika dan kimia air
sangat penting dalam ekologi. Panas jenis, panas peleburan laten, serta panas
penguapan air latennya yang cukup tinggi berperan dalam pengaturan suhu
organisme. Air merupakan media pengangkutan yang ideal bagi molekul-molekul
melalui tubuh organisme, karena ia adalah pelarut yang kuat tanpa menjadi sangat
aktif secara kimia. Tegangan permukaan air yang tinggi menyebabkan pergerakan air
melewati organisme, dan juga bertanggung jawab bagi kenaikan tinggi air tanah.
Rapatan air yang nisbi tinggi tidak hanya mendukung bobot tubuh secara sebagian
maupun seutuhnya, namun juga memungkinkan hadirnya plankton.
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik
dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau
mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas
penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms,
badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan
status ekologi air.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.
Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan
manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan
air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat
membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air
tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran
pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek
wisata. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga
mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap
sebagai pencemaran.
Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan
evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat
internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa polusi air
adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, dan tercatat atas
kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya. Diperkirakan 700 juta orang India
tidak memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal karena penyakit
diare setiap hari. Sekitar 90% dari kota-kota Cina menderita polusi air hingga
tingkatan tertentu, dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air
minum yang aman. Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara
berkembang, negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah polusi
juga. Dalam laporan nasional yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat,
45 persen dari mil sungai dinilai, 47 persen dari danau hektar dinilai, dan 32 persen
dari teluk dinilai dan muara mil persegi diklasifikasikan sebagai tercemar.
Pencemaran air dapat terjadi baik pada air sumur, mata air, sungai,
bendungan, maupun air laut. Pencemaran di daerah hulu dapat menimbulkan dampak
di daerah hilir. Dampak dari pencemaran air yang sangat menonjol adalah punahnya
biota air misalnya, ikan, yuyu, udang, dan serangga air. Dampak lain adalah
munculnya banjir akibat got tersumbat sampah diikuti dengan menjalarnya wabah
muntaber.
Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat
dibedakan antara lain menjadi limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah
industri, kebocoran tanker minyak (pencemaran laut), dan penangkapan ikan dengan
menggunakan racun.
1. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.
Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kamudian
dimakan hewan atau manusia, maka orang yang memakannya akan keracunan. Untuk
mecegahnya upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus
membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba)
dan melakukan peneyemprutan sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obat ke
sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air dapat menyebabkan
penyuburan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan
tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam
kelestarian bandungan. Bendungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati
karenanya.
2. Limbah rumah tangga
Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari
limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur,
ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian
ikut aliran sungai. Ada pula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan
botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan
mengakibatkan banjir. Bahan pencemaran lain dari limbah rumah tangga adalah
pencemaran biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur.
Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan
pembusukan. Akibatnya kadar oksigen di dalam air turun drastis sehingga biota air
akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui adanya
cacing Tubifek berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk
bioligis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah
pemukiman. Di kota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang
menyengat. Di dalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali
bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah rumah tangga di
daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang ada.
3. Limbah industri
Ada sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam polutan
yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik
(berbau busuk), polutan anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan
yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air menjadi
panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air oleh
limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran.
Di laut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan
kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak
sampai ratusan kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut dan hewan-hewan laut
banyak yang mati karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa
mengapung agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat
yang dapat mengurai minyak.
4. Penangkapan ikan menggunakan racun
Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari
tumbuhan) atau potas (racun) untuk menangkap ikan. Racun ini tidak hanya
mematikan ikan tangkapan, melainkan juga semua biota air. Racun tersebut tidak
hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil. Dengan
demikian racun yang disebarkan akan memusnahkan jenis makhluk hidup yang ada di
dalamnya. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut mengakibatkan
pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan sumber daya perairan.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda.
1. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
2. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
3. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik,
yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
4. Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
5. pencemaran air oleh sampah
6. Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
zat kimia yang terlarut, perubahan pH
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air
adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen,
DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD)
serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
1. pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai
pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar
kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air
limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan
mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahab pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat
mempengaruhi proses biokimiawi perairan , misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi
perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5 Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit
menurun
Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas
tidak mengalami perubahan
5,5 – 6,0 Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan
bentos semakin tampak Kelimpahan total,
biomassa, dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan yang berarti
Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona
litoral
5,0 – 5,5 Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar
Terjadi penurunan kelimpahan total dan
biomassa zooplankton dan bentos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0 Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar
Penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat
bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu
Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena
pada pH 1,6
2. Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air
tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi
senyawa organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari
reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae
tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh
algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya.Kelarutan oksigen
dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan
oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L
(Warlina, 1985). Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan
pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain
membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan
oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berat yang
berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi organisme
akuatik,sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam
berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita
(Tebbut, 1992).
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen
oleh proses fotosintesa yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih
besar daripada oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi. Kadar oksigen
terlarut dapat melebihi kadar oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami
supersaturasi. Sedangkan pada malam hari,tidak ada fotosintesa, tetapi
respirasi terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen ini mengakibatkan
terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan eufotik perairan. Kadar
oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada pagi hari.
3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan
organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah
menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi
menjadi nitrit atau nitrat(nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya
dekomposisi tahap pertama yang berperan,sedangkan oksidasi bahan
anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.
Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi)
bahan buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.
Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organic berlangsung cukup lama.
Menurut Sawyer dan McCarty, 1978 (Effendi,2003) proses penguraian bahan
buangan organic melalui proses oksidasi oleh
mikroorganisme atau oleh bakteri aerobic adalah :
CnHaObNc + (n + a/4–b/2–3c/4)O2 → n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + c NH3
Bahan organic oksigen bakteri aerob. Untuk kepentingan
praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi penentuan
BOD selama 20 hari dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD
ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain
memperpendek waktu yang diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk
meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang menggunakan oksigen
juga. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% - 80% bahan organic
telah mengalami oksidasi. (Effendi, 2003).
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat
kebersihan air. Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih
sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan
buangan yang bersifat antiseptic atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin,
detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya,
jumlah mikroorganismenya juga relative sedikit. Sehingga makin besar kadar
BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar,
sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk
kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah
3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP,1992.Sedangkan
berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah
cair bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah
150mg/L.
4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan
yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan
organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan
sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta
sejumlah ion chrom.
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap
degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka
lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya
hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium
permanganat dalam suasana asam,diperkirakan 95% - 100% bahan organic
dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan
bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang
tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan
tercemar dapat lebih dari 200mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai
60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP,1992).
SUMBER – SUMBER PENCEMARAN
1. Sumber Langsung
Sumber – sumber langsung adalah buangan (effluent) yang berasal
dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan
limbah domestik berupa buangan tinja dan buangan air bekas cucian,serta
sampah. Pencemaran terjadi karena buangan ini langsung di buang ke dalam
badan air, (system) seperti sungai , kanal, parit atau selokan.
2. Sumber Tidak Langsung
Sumber – sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui
air tanah akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah
industri maupun dari limbah domestik. Mengingat bahwa air adalah
komponen dari lingkungan hidup, maka pencemaran air merupakan bagian
dari pencemaran lingkungan hidup. Pencemaran air perlu di kendalikan
karena akibat pencemaran air dapat mengurangi pemanfaatan air sebagai
modal dasar dan faktor utama pembangunan.
Istilah pencemaran air terbentuk akibat adanya cairan bekas pakai yang di
alirkan kembali begitu saja ke perairan terbuka, dan menimbulkan berbagai
dampak yang merugikan masyarakat ataupun lingkungan.
BAB III
PELAKSANAAN DAN CARA KERJA
A. Pengukuran Parameter Lapangan
1. Alat dan Bahan :
Alat Bahan
a. Jerigen @3 buah b. Air Sungai Gajah Wong
c. Botol Oksigen @3 buah
d. Termometer @1 buah
e. Roll meter @1 buah
f. Stopwatch @1 buah
g. Steroform @2 buah
2. Langkah Kegiatan
a. Pengamatan Sumber-sumber pencemar
1) Menyusuri sungai sepanjang 100 meter ke arah hulu dan hilir.
2) Mencatat dan menghitung jenis-jenis sumber pencemar yang ada.
b. Pengukuran Suhu Air
1) Memasukkan Thermometer ke dalam air selama 5-10 menit.
2) Mengangkat thermometer dan membaca hasilnya.
3) Mengulangi 2 atau 3 kali untuk penegasan.
4) Merata-rata hasil pembacaan suhu.
c. Pengukuran Debit Air
Pengukuran ini menggunakan metode benda apung :
1) Mengukur lebar (L) dan kedalaman sungai (d), untuk beberapa
titik.
2) Mengukur panjang (sesuai aliran air) 10 meter (P).
3) Menghitung volume (V) air dengan perkalian P x L x d.
4) Mengapungkan sepotong busa dan mencatat waktunya (t) detik.
5) Menghitung debit air (Q) = V/t
A p = 10m B
t?
d1 d2
Keterangan :
A : titik A
B : titik B d2
l : lebar sungai
t : waktu aliran
d : kedalaman sungai
B. Pengambilan Sampel
1. Sampel Kimiawi
a. Alat dan Bahan :
Alat Bahan
a) Jerigen @3 buah a) Air Sungai
Gajah Wong
b) Botol Oksigen @3 buah b) Pereaksi
oksigen
@ 2 ml
c) Tas Sampling @1 buah c) MnSO4 @ 2 ml
d) Alat Tulis
e) Kertas Label
b. Cara Kerja :
1) Memasukkan jerigen dan botol oksigen secara pelan – pelan ke
dalam air sungai Gajah Wong sampai penuh (tanpa aerasi atau
gelembung udara).
2) Mengarahkan mulut botol sesuai dengan arus sungai.
3) Mengangkat jerigen dan botol oksigen dan menutup dengan rapat.
4) Pada botol oksigen, ditambahkan MnSO4 dan pereaksi oksigen
untuk mengukur DOsegera.
5) Memberi label, yang berisikan tentang :
a) Nomor sampel
b) Lokasi sampling
c) Waktu sampling
d) Jenis pemeriksaan
e) Pengambil sampel
6) Menyimpan botol oksigen yang telah berisi sampel air ke dalam tas
sampling untuk dibawanya ke laboratorium.
2. Sampel Mikrobiologis
a. Alat dan Bahan :
Alat Bahan
a) Botol sampel steril @3 buah Air Sungai Gajah Wong
b) Tas sampling @1 buah
c) Alat Tulis
d) Kertas Label
e) Kertas Coklat
f) Tali
b. Cara Kerja :
1) Memasukkan botol sampel steril kedalam air hingga terisi 24
bagian.
2) Mengarahkan mulut botol sesuai dengan arus sungai.
3) Mengangkat botol dan menutup kembali dengan rapat.
4) Membungkus kembali botol sampel steril dengan kertas coklat.
5) Memberi label, yang berisikan tentang :
a) Nomor sampel
b) Lokasi sampling
c) Waktu sampling
d) Jenis pemeriksaan
e) Pengambil sampel
6) Menyimpan botol oksigen yang telah berisi sampel air ke dalam tas
sampling untuk dibawanya ke laboratorium.
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Biological Oksigen Demand (BOD)
a. Alat dan Bahan
Alat Bahan
a) Timbangan Analitik
b) Pipet Volume
c) Labu Erlenmeyer
d) Botol Oksigen
e) Buret Basa
f) Pengaduk
g) Gelas Kimia
h) Baki
i) Corong
a) Larutan MnSO4 atau MnCl2 20
%
b) Larutan iodida
c) Larutan standar
d) Aquadest
e) Larutan H2SO4 pekat
f) Larutan amylum 1 %
b. Cara kerja
1) Mengambil 700 ml untuk masing-masing sampel dalam dirigen
kosong dan menggojok sampai semua homogen.
2) Memasukkan sampel kedalam 4 botol oksigen sampai penuh.
3) Memberi label pada dua botol oksigen yang akan dieramkan sesuai
lokasi dan kelompok pengambil sampel.
4) Mengeramkan sampel dalam 2 botol oksigen selama 5 hari dengan
suhu 20 0C.
5) Meletakkan 2 botol oksigen lainnya pada nampan(baki) supaya air
tidak tercecer.
6) Menambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml R// O2(pereaksi oksigen) ke
dalam botol.
7) Menutup dan menggojok sampel.
8) Mendiamkan sebentar sampai mengendap.
9) Menambahkan 2 ml H2SO4 pekat.
10) Menggojok sampai larut
11) Mengambil 200 ml + X ml, memasukkan ke dalam labu erlenmeyer
ukuran 500 ml
12) Melakukan titrasi dengan larutan standar Na2SO3 0,025 N sampai
berwarna kuning muda, menambahkan indikator amilum 1-2 ml
13) Melanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang
14) Mencatat ml titrasi yang dibutuhkan
15) Melakukan kegiatan yang sama Untuk 2 botol yang dieramkan selama
5 hari dengan suhu 20 0 C dengan 2 botol yang tidak dieramkan
2. Pemeriksaan Mikrobiologi
a. Alat dan Bahan
Alat Bahan
a. Inkubator a. Sampel air
b. Rak Tabung reaksi
c. Bunsen Burner
d. Ose Tumpul
e. Pipet ukur
f. Media BGLB
g. Lampu spirtus
b. Cara Kerja
1) Hari Pertama
a) Meletakkan LB dan memisahkan antara LB Triple Strength yang
berjumlah 5 buah dan LB single strenght yang berjumlah 2 buah.
b) Mengambil 10 ml air sampel dan memasukkan secara steril Pad
LB Triple strength.
c) Mengisi 1 ml air sampel ke dalam LB single strengt 1 buah.
d) Mengisi 0,1 ml (setara dengan 2 tetes) air sampel ke dalam LB
Strengt 1 buah secara steril.
e) Memberi label pada setiap tabung.
f) Memasukkan ke dalam beaker glass.
g) Meletakkan dalam inkubator, mengeramkan(menginkubasikan)
dalam suhu 37 0C dalam waktu 2 X 24 jam.
2) Hari Ketiga
a) Memeriksa media LB yang telah dieramkan dalam inkubator
dengan suhu 37 0C selama 2 x 24 jam.
b) Mengamati pertumbuhan mikrobiologi pada media.
c) Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pemeriksaan Sample dari Sungai Gajah Wong Bagian Hulu
Parameter :
1. Debit :
a. Lebar : 5.15 m
b. Panjang : 10 m
c. Kedalaman :
Kiri : 1.5 cm ≈ 0,015 m
Tengah : 3 cm ≈ 0,03 m
Kanan : 4 cm ≈ 0,04 m
Rata-rata : 2,83 cm ≈ 0,0283 m
d. Waktu :
I : 00 : 00 : 10 : 32 s
II : 00 : 00 : 10 : 57 s
III : 00 : 00 : 10 : 30 s
IV : 00 : 00 : 10 : 14 s
V : 00 : 00 : 10 : 70 s
Rata-rata : 00 : 00 : 10 : 406 s
e. Debit dan Volume :
Volume = P x L x d
= 10 x 5.15 x 0,0283
= 1,45745 m3
s
Debit (Q) = Vt
= 1,4574810 , 406
= 0,14006 m3
s
= 140,06 dm3
s
2. Suhu : 260C
3. BOD
a. Pemeriksaan DO segera
X ml = 200⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 290290−4 )−1 ⌋
= 2,79 ml ≈ 2,8 ml
Data titrasi
Labu
Erlenmeyer
Volume awal
(ml)
Volume akhir
(ml)
Volume titrasi
(ml)
I 8 14,5 6,5
II 14,6 22,6 8.0
Rata-rata titrasi 7,5
Kadar DOsegera= 1000200
x a x f x N x 8
= 1000200
x 7,25 x 1 x 0,025 x 8
= 7,25 mgL
b. Pemeriksaan BODsegera
Karena kadar DOsegera adalah 7,25 mgL
maka dilakukan
pengenceran sebanyak 5x. (lihat tabel kadar DO)
R = 1p
x 700 ml
= 15
x 700 ml
= 140 ml
BOD AC dan AP
1) AC1
X ml = 200⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 280280−4 )−1 ⌋
= 2,89 ml ≈ 2,9 ml
2) AP1
X ml = 200⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 290290−4 )−1 ⌋
= 2,79 ml ≈ 2,8 ml
Data Titrasi
Labu V awal V akhir Vtitrasi
Erlenmeyer (ml) (ml) (ml)
ACsegera 0 8,3 8,3
APsegera 8,4 17,5 12,9
a) Kadar DO AC1 = 1000200
x a x f x N x 8
= 1000200
x 8,3 x 1 x 0,025 x 8
= 8,3 mgL
b) Kadar DO AP1 = 1000200
x a x f x N x 8
= 1000200
x 12,9 x 1 x 0,025 x 8
= 12,9 mgL
c. Pemeriksaan BODeram
1) AC2
X ml = 200⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 270270−4 )−1 ⌋
= 3 ml
2) AP2
X ml = 200⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 290290−4 )−1 ⌋
= 2,79 ml ≈ 2,8 ml
Data Titrasi
Labu
Erlenmeyer
Vawal
(ml)
Vakhir
(ml)
Vtitrasi
(ml)
AC2 0 3,4 3,4
AP2 3,4 6,4 3
a) Kadar DO AC2 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 3,4 x 1 x 0,025 x 8
= 3,4 mgL
b) Kadar DO AP2 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 3 x 1 x 0,025 x 8
= 3 mgL
d. Hasil :
BODAC = ( DOAC segera – DOAC eram)
= ( 8,3 – 3,4 )
= 4,9 mgL
BODAP = ( DOAP segera – DOAP eram)
= ( 12,9 – 3 )
= 9,9 mgL
BODsampel = ( BODAP – BODAC) x pengenceran
= ( 9,9 – 4,9 ) x 5
= 25 mgL
4. Bakteriologi :
Dari hasil penanaman yang dilakukan dengan media LB tripie strength
dan LB single strength di dapat hasil 5 : 0 :1 dengan jumlah bakteri 84
koloni bakteri per 100 ml
5. Jumlah sumber pencemar
a. Tempat mandi
b. Tempat BAB
c. Sampah rumah tangga
d. Limbah rumah sakit JIH
B. Data Hasil Pemeriksaan Sample dari Sungai Gajah Wong Bagian Tengah
Parameter :
1. Debit :
a. Lebar : 17 m
b. Panjang : 10 m
c. Kedalaman :
Kiri : 65 cm
Tengah : 33 cm
Kanan : 21 cm
Rata-rata : 39,6 cm = 0,396 m
d. Waktu :
I : 00 : 01 : 40 : 00 s
II : 00 : 00 : 42 : 04 s
III : 00 : 00 : 43 : 07 s
IV : 00 : 00 : 35 : 15 s
Rata-rata : 00 : 00 : 55 : 065 s
e. Debit dan Volume :
Volume = P x L x d
= 10 x 17 x 0,396
= 67,32 m3
Debit (Q) = Vt
= 67,32
55 ,065
= 1,22 m3
s
= 1220 dm3
s
2. Suhu : 270C
3. BOD
a. Pemeriksaan DO segera
X ml = 200⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 280280−4 )−1 ⌋
= 200 x 0,014
= 2,898 ml ≈ 3 ml
Data Titrasi
Labu
Erlenmeyer
Volume Awal
(ml)
Volume Akhir
(ml)
Volume Titrasi
(ml)
I 0 8,2 8,2
Kadar DOsegera= 1000200
x a x f x N x 8
= 1000200
x 8,2 x 1 x 0,025 x 8
= 8,2 mgL
b. Pemeriksaan BOD
Karena kadar DO segera sebesar 8,2 mg/L maka dilakukan 5 kali
pengenceran
R = 1p
x 700 ml
= 15
x 700 ml
= 140 ml
BOD AC dan AP ;
1) AC1
X ml = 200 ⌊( volume botol O2
volume botol O2 – 4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 300300−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 300296 )−1 ⌋
= 200 x 0,0135
= 2,7 ml
2) AP1
X ml = 200⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 290290−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 290286 )−1 ⌋
= 200 x 0,0014
= 2,79 ml ≈ 2,8 ml
Data Titrasi
Labu Volume Awal Volume Akhir Volume Titrasi
Erlenmeyer (ml)(ml)
(ml)
AC1 0 11,1 11,1
AP1 11,1 21,5 10,4
a) Kadar DO AC1 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 11,1 x 1 x 0,025 x 8
= 11,1 mgL
b) Kadar DO AP1 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 0,025 x 1 x 0,025 x 8
= 0,025 mgL
c) Kadar DOAC2 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 2,4 x 0,025 x 1 x 8
= 2,4 mg/L
d) Kadar DO AP2 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 4 x 0,025 x 1 x 8
= 4 mg/L
c. Hasil :
Kadar BOD AP = (DO AP1 – DO AP2)
= 10,4 – 4
= 6,4 mg/L
Kadar BOD AC = (DO AC1 – DO AC2)
= 11,1 – 2,4
= 8,7 mg/L
Kadar BOD Sample = (BOD AP – BOD AC) x P
= (8,7 – 6,4 ) x 5
= 2,3 x 5
= 11,5 mg/L
4. Bakteriologi :
Dari hasil penanaman yang dilakukan dengan media LB tripie strength
dan LB single strength di dapat 5 : 1 : 1 dengan jumlah bakteri 979 koloni
bakteri /100 mL.
5. Jumlah sumber pencemar
a. Rumah padat penduduk
( Limbah : dari pembuangan limbah rumah tangga ) yang
paling mendominasi
b. Museum
c. Jembatan
d. Bengkel motor
C. Data Hasil Pemeriksaan Sample dari Sungai Gajah Wong Bagian Hilir
Parameter :
1. Debit :
a. Lebar : 11,60 m
b. Panjang : 10 m
c. Kedalaman :
Kiri : 19 cm
Tengah : 17 cm
Kanan : 46 cm
Rata-rata : 27,67 cm = 0,2767 m
d. Waktu :
I : 00 : 20 : 16 s
II : 00 : 15 : 74 s
III : 00 : 16 : 81 s
IV : 00 : 16 : 07 s
V : 00: 15 : 70 s
Rata-rata : 16,892 s
e. Debit dan Volume :
Volume = P x L x d
= 10 x 11,60 x 0,2767
= 32,0972 m3
= 32097,2 dm3
Debit (Q) = Vt
= 32097 , 216,892
= 1900,142079 m3
s
2. Suhu : 270C
3. BOD
a. Pemeriksaan DO segera
X ml = 200 ⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 280280−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 280276 )−1 ⌋
= 200 x 0,014
= 2,898 ml ≈ 3 ml
Data Titrasi
Labu
Erlenmeyer
Volume Awal
(ml)
Volume Akhir
(ml)
Volume Titrasi
(ml)
I 8,5 25,3 16,8
Kadar DO segera = 1000200
x a x f x N x 8
= 1000200
x 16,8 x 0,025 x 1 x 8
= 16,8 mg/L
b. Pemeriksaan BOD
Karena kadar DO segera sebesar 16,8 mg/L maka dilakukan 5 kali
pengenceran.
R = 1p
x 700 ml
= 15
x 700 ml
= 140 ml
BOD AC dan AP
1) AC1
X ml = 200 ⌊( volume botol O2
volume botol O2 – 4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 300300−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 300296 )−1 ⌋
= 200 x 0,0135
= 2,7 ml ≈3 mL
2) AP1
X ml = 200⌊( volumebotol O2
volume botol O2−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 290290−4 )−1 ⌋
= 200 ⌊( 290286 )−1 ⌋
= 200 x 0,0014
= 2,79 ml ≈ 2,8 ml
Data Titrasi
Labu
Erlenmeyer
Volume Awal
(ml)
Volume Akhir
(ml)
Volume. Titrasi
(ml)
AC1 30 39,5 9,5
AP1 39,5 49,5 10
a) Kadar DO AC1 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 9,5 x 0,025 x 1 x 8
= 5 x 9,5 x 0,025 x 8
= 9,5 mg/L
b) Kadar DO AP1 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 10 x 0,025 x 1 x 8
= 5 x 10 x 0,025 x 8
= 10 mg/L
c) Kadar DO AC2 =1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 3,5 x 0,025 x 1 x 8
= 3,5 mg/L
d) Kadar DO AP2 = 1000200 x a x f x N x 8
= 1000200
x 5,3 x 0,025 x 1 x 8
= 5,3 mg/L
c. Hasil :
Kadar BOD AP = (DO AP1 – DO AP eram)
= 10 – 5,3
= 4,7 mg/L
Kadar BOD AC = (DO AC1 – DO AC eram)
= 9,5 – 3,5
= 6 mg/L
Kadar BOD Sample = (BOD AP – BOD AC) x P
= (6 – 4,7 ) x 5
= 1,3 x 5
= 6,5 mg/L
No. Kode SampelV Awal
(mL)
V Akhir
(mL)
V Titrasi
(mL)
V Botol
(mL)
1. DO segera 8,5 25,3 16,8 280
2. AC1 30 39,5 9,5 300
3. AC2 0 3,5 3,5 300
4. AP1 39,5 49,5 10 280
5. AP2 3,5 8,8 5,3 320
6. Air Sampel 10 10 0 290
Keterangan : AC : Air Campuran
AC1 : Air campuran diperiksa tanpa pengeraman
AC2 : Air campuran diperiksa setelah dieramkan
AP : Air Pengencer
AP1 : Air pengencer diperiksa tanpa pengeraman
AP2 : Air pengencer diperiksa setelah pengeraman
Air sampel : Diperiksa setelah pengeraman
4. Bakteriologi :
Dari hasil penanaman yang dilakukan dengan media LB tripie strength
dan LB single strength di dapat hasil 5:1:1 (979 koloni bakteri per 100 mL)
5. Jumlah sumber pencemar :
a. Rumah padat penduduk
( Limbah : dari pembuangan limbah rumah tangga ) yang paling
mendominasi
b. Pabrik kulit
c. Gembira Luka (kebun binatang)
REKAP HASIL PRAKTIK
1. Tanggal Praktik : 23 Mei 2012 (Rabu)
2. Sungai : Gajah Wong
NO. PARAMETERLOKASI
HULU TENGAH HILIR
1. DEBIT :
a. Lebar
b. Panjang
c. Kedalaman
d. Waktu
e. Debit :
Volume/waktu
Pukul
09.45 WIB
5,15 m
10 m
0,0283 m
10,406 s
14005 L/dt
Pukul
10.35 WIB
17 m
10 m
0,396 m
55,065 s
1220 L/dt
Pukul
11.20 WIB
11,60 m
10 m
0,2767 m
16,892 s
190014,2079
L/dt
2. SUHU 26 oC 27oC 27oC
3. PH - - -
4. BOD 25 mg/L 11,5 mg/L 6,5 mg/L
5. BAKTERIOLOGIS 5 : 0 : 1
(84 per 100 ml)
5:1:1
(979 per
100 mL)
5:1:1
(979 per 100
mL)
6. JUMLAH SUMBER
PENCEMAR
a. Sampah
b. Tempat
mandi
c. Tempat BAB
d. Limbah RS
JIH
1. Rumah
padat
penduduk
2. Museum
3. Bengkel
montor
a. Rumah padat
penduduk
b. Pabrik kulit
c. Gembira
Luka (kebun
binatang)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan kadar BOD sungai Gajah Wong dari Hulu,
Tengah dan Hilir semakin rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah
dan jenis sumber pencemar yang ada disekitar sungai tersebut, seperti :
a. Dibagian Hulu : sampah, tempat mandi dan dijadikan sebagai tempat
BAB, limbah RS JIH
b. Dibagian Tengah : Rumah padat penduduk, museum, bengkel motor.
c. Dibagian Hilir : Rumah padat penduduk, pabrik kulit, gembira loka
(kebun binatang).
Berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis Jumlah bakteri pada
Sungai Gajah Wong :
a. Bagian Hulu : 84 koloni bakteri per 100 ml
b. Bagian Tengah : 979 koloni bakteri per 100 mL
c. Bagian Hilir : 979 koloni bakteri per 100 mL
B. SARAN
Ditujukan kepada :
1. Pemerintah provinsi Yogyakarta untuk melakukan Prokasih dan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) disekitar bantaran sungai Gajah Wong.
2. Peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan untuk lebih peduli
terhadap lingkungan (bantaran sungai).
4. Masyarakat untuk ikut serta dalam menjaga kebersihan sungai.
LAMPIRAN ANGGOTA KELOMPOK :
1. Briliantina Aisyah Jasmin P07133111003
2. Danan Rizky Pranata P07133111004
3. Desi Ririn Nofita P07133111007
4. Evi Listrianti P07133111011
5. Gatot Aprianto P07133111016
6. Ika Arwaeni P07133111018
7. Inten Retno Asmeisti P07133111019
8. Mira Firdianti P07133111022
9. Mufti Afrizal P07133111023
10. Muhammad Andy Firmansyah P07133111024
11. Noor Fadli P07133111027
12. Nur Hidayati P07133111028
13. Sri Pangesti Dewi P07133111034
14. Valentino Oktavianto Prianggoro P07133111036
15. Yolamba Ervina Sujarwo P07133111037
16. Yolla Ayu Medikawanti P07133111038
17. Yuliastuti P07133111039
18. Yurasa Satnawatri P07133111040
top related