makalah perubahan sosial di ambon
Post on 28-Jul-2015
132 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan
manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu
(manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh
kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.Namun bukan berarti semua himpunan manusia
dapat dikatakan kelompok sosial.Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-
persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun susunan masyarakatnya
akan terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut merupakan sebuah keniscayaan.
Karena perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya.
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau
komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta “pran”.
Dengan demikina, istilah yang lebih lengkap mestinya adalah “perubahan sosial-kebudayaan”
karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan itu sendiri.
Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai
segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam masyarakat itu “bergerak” (direction of
change)”, yang jelas adalah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah.
Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu
bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi boleh pula bergerak kepada suatu bentuk yang
sudah ada di dalam waktu yang lampau.
B. PERUMUSAN MASALAH
Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas antara lain:
1. Apa definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat?
2. bagaimana pendapat para ahli tentang perubahan sosial?
3. Perubahan sosial apa yang terjadi di Ambon
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui macam-macam definisi dari perubahan sosial dari masyarakat
2. Untuk mengetahui hakekat perubahan sosial yang terjadi di Kota Ambon.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem
sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi
oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa tediri dari
tiga tahap:
Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan
Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.
Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat
pengadopsian atau penolakan inovasi.Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide
baru itu mempunyai akibat.
Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu diselesaikan
ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial (dan Wilbert E. Maore, Order and
Change, Essay in Comparative Sosiology, New York, John Wiley & Sons, 1967 : 3.
perubahan kebudayaan) itu sendiri. Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak
membicarakannya.
Menurut Max Weber dalam Berger (2004), bahwa, tindakan sosial atau aksi sosial (social
action) tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh
pelaku. Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut motifnya:
(1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu, (2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai
tertentu, (3) tindakan emosional, serta (4) tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan
(tradisi).
Anonim dalam Media Intelektual (2008) mengungkapkan bahwa, aksi sosial adalah aksi yang
langsung menyangkut kepentingan sosial dan langsung datangnya dari masyarakat atau suatu
organisasi, seperti aksi menuntut kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan
kesehatan, dan lain-lain. Aksi sosial adalah aksi yang ringan syarat-syarat yang
diperlukannya dibandingkan dengan aksi politik, maka aksi sosial lebih mudah digerakkan
daripada aksi politik.Aksi sosial sangat penting bagi permulaan dan persiapan aksi
politik.Dari aksi sosial, massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke aksi politik.Aksi
sosial adalah alat untuk mendidik dan melatih keberanian rakyat. Keberanian itu dapat
digunakan untuk: mengembangkan kekuatan aksi, menguji barisan aksi, mengukur kekuatan
aksi dan kekuatan lawan serta untuk meningkatkan menjadi aksi politik. Selanjutnya Netting,
ii
Ketther dan McMurtry (2004) berpendapat bahwa, aksi sosial merupakan bagian dari
pekerjaan sosial yang memiliki komitmen untuk menjadi agen atau sumber bagi mereka yang
berjuang menghadapi beragam masalah untuk memerlukan berbagai kebutuhan hidup.
Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi
merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang
diambil oleh anggota masyarakat.Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang
menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen
perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus
melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah. Konsepnya dikenal dengan model force-
field yang diklasifikasi sebagai model power-based karena menekankan kekuatan-kekuatan
penekanan.Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap
kelompok, individu, atau organisasi.Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving
forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat
terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences to change.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan, yaitu: (1) Unfreezing,
merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah,
(2) Changing, merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving forces maupun
memperlemah resistences, dan (3) Refreesing, membawa kembali kelompok kepada
keseimbangan yang baru (a new dynamic equilibrium). Pada dasarnya perilaku manusia lebih
banyak dapat dipahami dengan melihat struktur tempat perilaku tersebut terjadi daripada
melihat kepribadian individu yang melakukannya.Sifat struktural seperti sentralisasi,
formalisasi dan stratifikasi jauh lebih erat hubungannya dengan perubahan dibandingkan
kombinasi kepribadian tertentu di dalam organisasi.
B. KARAKETERISTIK UMUM (Macionis, 1989: 612-613).
Bersifat universal dan berubah-ubah. Walaupun beberapa dimensi dari pengalaman
manusia tetap sama pada setiap waktu. Namun, tidak dapat disankal setiap masyarakat
dipengaruhi oleh perubahan sosial, walapun pada tingkat yang berbeda.
Direncanakan dan yang tidak direncanakan.
Bersifat kontroversial. Pembangunan sarana-sarana transportasi tidak saja memudahkan
mobilitas manusia, tetapi juga dapat menimbulkan konflik, penemuan pesitisida tidak saja
melipatgandakan panenan para petani, tetapi juga mengacam kehidupan manusia karena sat
kimia yang dikandungnya.
Berbeda dari segi durasi dan konsekwensinya. Ada perubahan yang cepat, namun adapula
perbuhan yang lambat. Perubahan yang lambat bersifat evolutif sedangkan perubahan yang
ii
cepat bersifat revolutif. Demikianpun dengan konsekwensinya berbeda-beda pada setiap
kelompok masyarakat atau individu.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN SOSIAL
1. Mendorong
a. Kontak dengan kebudayaan lain,
b. Kemajuan pendidikan,
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju,
d. Sistem terbuka lapisan masyarakat,
e. Penduduk yang heterogen,
f. Ketidakpuasan masyarakat terhadap aspek-aspek kehidupan,
g. Nilai bahwa manusiaharus senantiasa berusaha untuk memperbaiki hidupnya.
2. Menghambat
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain,
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
Sikap masyarakat yang sangat tradisional,
Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat,
Rasa takut akan terjadinya perubahan kebudayaannya,
Sikap tertutup terhadap Pengembangan hal-hal baru / asing,
Adat atau kebiasaan
Hambatan- hambatan yang bersifat idiologis,
Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya tidak dapat diperbaiki.
Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup.
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
Adat atau kebiasaan
Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin di perbaiki
Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
Faktor intern
- Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan
mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, c/o: bidang
perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan
pangan, sandang, dan papan.
ii
- Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu
masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk
setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan
penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
- Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana
banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan
ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan
dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
- Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang
membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga
membentuk tegalan.Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini
disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan
setempat.
Faktor ekstern
- Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah
bahkan Eropa Barat.Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-
pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada
masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran
budaya yang ada.
- Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses
penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-
unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.
- Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras
dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsure-unsur
budaya bangsa asing ke Indonesia.
ii
D. INTERPRETASI PERUBAHAN SOSIAL
1. Model tradisional
Perubahan sosial berlangsung menurut pola biologis (organis)➔ siklis. Perubahan
yang ada hanyalah pengulangan pola-pola yang sama..lahir..dewasa…matiSiklus ➔
masa lalu..masa kini..masa depan.
Masyarakat merupakan sistem dimana tidak ada individu/bagian masyarakat yang
bersifat menyendiri (atomistik). Semua terkoneksi.
Masyarakat dipandang sebagai piramida sosial. Bagian puncak (elit penguasa) yg
mengendalikan yg bawah.Elit yg menentukan proses sosial:
a. Peraturan
b. Hak/kewajiban masyarakat
c. Kesejahteraan umum
Konflik/perbedaan merupakan penyimpangan
Metafor yang digunakan adalah tubuh manusia. Kepala yang memutuskan apa yg
harus dilakukan organ2 tubuh yang lainnya.
2. Model Liberal
1. Lebih berorientasi ke masa depan
2. Model ini tidak menentang perubahan (mengapa?)
3. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang mengalir
4. Perubahan terjadi dalam keteraturan. Dalam kontrol ➔ mekanistis
5. Perubahan bersifat evolusioner..linier
6. Gerakan sejarah masyarakat bersifat progresif tidak siklis.
7. Masyarakat melangkah maju ke depan.
8. Invisible hand mengatur kompetisi dalam sistem pasar bebas.
9. Pemikiran bebas merupakan kunci perubahan ke arah yg maju…inovasi &
individualisme didukung.
10. Prinsip yg berlaku adalah manajerial…berdasar rasionalitas. Manajemen ini
punya tugas poko:
11. Mengekang bagian2 dari gerak2 ekstrim (anarki & otoritarianisme).
12. Menjaga keseluruhan bagian bergerak bersama ke arah kemajuan.
13. Metafora yang digunakan adalah mesin (mekanis)
ii
3. Model Radikal
Model ini melihat perubahan bersifat transformatif. Jika tradisional suka status
quo, liberal melihat perubahan tidak akan merubah struktur..maka radikal melihat
perlunya perubahan struktural.
Peristiwa sejarah menetukan tahap baru. Ada kaitan dialektis antara masa lalu,
masa kini dan masa depan.
Mengakui adanya interdependensi bagian2. Interdependensi ini bersifat kreatif
tidak statis (spt pandangan tradisional).
Partisipasi mendapat perhatian
Input langsung dr masyarakat diperlukan
Metafora model ini adlah karya seni. Karya seni merupakan hasil kerja kreatif
dan dialektis.
Konflik dilihat memiliki potensi kreatif. Respon thd konflik adalah menyediakan
alternatif2 kreatif yg bisa jadi akan merubah struktur…diperlukan transformasi
struktural yg mendasar
E. DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
Manusia menemukan sistem penilaian dan filsafat hidup yang baru (sebagai
paradigma baru yang pada akhirnya menjadi jalan bagi manusia keluar dari krisis;
lahirnya sebuah “pencerahan” atau “keseimbangan baru”). Pencerahan
bergantung pada :
Besarnya ketegangan/kekuatan-kekuatan; seberapa besar perubahan mengganggu
sistem yang telah ada
Bagaimana pengaruh suatu kekuatan atas bidang lain
Seberapa jauh ketegangan yang baru akan menimbulkan ketegangan yang lebih
luas lagi
Seberapa jauh dan cepat perubahan masyarakat yang terjadi mempengaruhi
keseluruhan masyarakat
Manusia tenggelam di dalam persoalan-persoalan yang dihadapinya dan tidak
dapat mengambil sikap (=keputusan) terhadap keadaan sehingga manusia
mengalami frustas
ii
F. BENTUK PERUBAHAN SOSIAL
a. Evolusi : perkembangan yang gradual (bertahap), yaitu karena adanya “kerjasama”
antara manusia dan lingkungannya. Berlangsung lama.
b. Gerakan Sosial : Suatu keinginan akan perubahan yang diorganisir. Disebabkan oleh
adanya penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan karena didorong oleh keinginan
manusia akan kehidupan dan keadaan yang lebih baik, serta penggunaan dan
penemuan-penemuan baru
c. Revolusi : Didorong oleh adanya ketidakpuasan dari golongan-golongan tertentu.
Pada umumnya telah didahului oleh tersebarnya suatu ide baru.
G. PERUBAHAN SOSIAL YANG TERJADI DI AMBON
Masyarakat Maluku umumnya dan Kota Ambon khususnya lebih mengakrabi hidup
kerakyatan yang berpusat pada ” rumah adat ” sebagai pusat pengemban kearifan demokrasi
yang berbasis nilai-nilai kekerabatan, kemanusiaan dan persaudaraan sejati. Kenyataan itulah
yang telah mencetak sebuah sistem kehidupan sosial yang khas bagi masyarakat Maluku
( Watloly : 2005. 251 ).
Sebelum konflik yang bernuansa SARA yang terjadi di Maluku masyarakat ada dalam
sebuah hidup kebersamaan yang teratur dengan kehidupan persaudaraan begitu indah tanpa
memandang latar belakang Suku, Agama, RAS dan Golongan, tidak hanya masyarakat yang
homogen namun yakni heterogen dimana bukan saja masyarakat lokal Maluku namun juga
etnis pendatang seperti halnya Buton, Bugis bahkan Cina dan lain-lain. Dalam aktivitas
kehidupan bersama selalu adanya komunikasi yang terbangun sebagai bagian dari interaksi
sosial, sebuah kerja sama dalam segala bentuk yang pada dasarnya saling melengkapi apa
yang menjadi kebutuhan masing-masing.
Dalam hubungan interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat
tidaklah hanya merupakan suatu bentuk aktivitas kehidupan manusia yang berjalan secara
baik, dengan pengertian selalu adanya sifat saling memahami satu dengan yang lainnya,
namun dari proses interaksi sosial yang terjadi itupun juga dapat menjadi perpecahan karena
kepentingan ataupun juga keegoisan yang terjadi oleh masing-masing individu. Seperti
halnya yang dikemukakan Gillin,
Menurut Gillin, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya
interaksi sosial yakni Asosiatif yaitu suatu proses sosial yang mengindikasikan adanya gerak
pendekatan atau penyatuan (mis. Kooperasi, akomodasi, asimilasi dan akulturasi) dan
Dissosiatif yaitu mengindikasikan pada gerak keaarah perpecahan (mis. Kompetisi, konflik
dan kontravensi (Gillin dalam Rusdiyanta ;2009. 28).
ii
Sehingga pikiran Gillin dapat dilihat interaksi Sosial yang terjadi di dalam masyarakat
bukanlah hanya sebagai bentuk hubungan kemanusiaan yang bersifat baik dalam hal ini
membangun kebersamaan lewat komunikasi-komunikasi dalam interaksi tadi, tetapi juga
dapat menimbulkan perpecahan atau lebih dikenal dengan konflik yang pada dasarnya karena
tindakan-tindakan individu ataupun kelompok yang tidak diterima secara seluruhnya oleh
individu di dalam masyarakat itu sendiri.
Pada waktunya beberapa tahun yang lampau ketika kepentingan-kepentingan pribadi
orang-orang yang tidak bertangggung jawab yang adalah bagian dari kepentingan-
kepentingan politik penguasa dengan mengorbankan rakyat kecil sehingga memprovokasi
dengan mendesain konflik bernuansa SARA pada tahun 1999, yang berlangsung kurang lebih
6 tahun lamanya menghancurkan hubungan interaksi yang berjalan baik di Maluku dan Kota
Ambon khususnya mengalami pergeseran, peperangan terjadi sehingga masing-masing
komunitas baik itu agama, suku, dan lain-lain berusaha untuk memisahkan diri satu sama
lainnya.
Dalam teori konflik jika dilihat dan dikaji secara teliti maka dapat ditemukan
keteraturan yang terdapat di dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya
tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa dengan memiliki
berbagai kepentingan yang pada dasarnya mengorbankan kaum-kaum lemah dengan segala
skenario konflik yang dimainkan.
Dahrendorf yang adalah tokoh teori konflik berpendapat bahwa teori konflik menilai
keteraturan yang terdapat di dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya
tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa (Dahrendorf dalam
Ritzer ;1980.26)
Di kota Ambon yang adalah merupakan Ibu Kota Provinsi tak luput juga dari proses
konflik yang sama. Ketika diamati secara baik masyarakat asli Maluku atau Ambon dalam
hal ini etnis lokal, dalam keseharian hidupnya yang berada pada tataran ekonomi di bawah
dan tidak memiliki pekerjaan tetap, tidaklah melakukan aktivitas sebagai pedagang pasar,
baik itu pedagang besar maupun pedagang kaki lima. Inilah memang realita yang dimiliki
oleh masyarakat Maluku yang hanya ketika membutuhkan apa yang menjadi bagian dari
kebutuhan pokok mereka, lalu membeli dari pedagang yang adalah merupakan etnis
pendatang seperti halnya, Suku Buton, Bugis, Bahkan Cina dan lain-lain. Tetapi setelah
konflik terjadi kurang lebih 6 tahun tadi maka dengan serempak perubahan perilaku
masyarakat kota Ambon beralih dari dahulu sebelum konflik hanya berdiam diri di rumah
dan tidak melakukan aktivitas demi untuk melangsungkan kehidupan karena tidak memiliki
pekerjaan tetap, mencari nafkah dengan melakukan aktivitas berdagang seperti halnya
ii
pedagang-pedagang di kios-kios besar sampai dengan pedagang kaki lima dengan menjual
kebutuhan pangan yang diantaranya sayur, ikan dan lain-lain, dan dari tindakan mereka inilah
perubahan kehidupan mereka yang dahulunya dapat dikategorikan sebagai masyarakat
ekonomi bawah mengalami peningkatan ke ekonomi menengah bahkan ekonomi atas, yang
pada hakekatnya dapat terpenuhi kehidupan hidup sehari-hari. Dapat ditemukan di beberapa
lokasi yang pada waktunya sebelum konflik tidak ditemukan tempat-tempat berjualan
tersebut salah satu diantaranya Pasar Batu Mejah yang seluruh pedagangnya adalah
masyarakat asli Maluku, dan situasi yang terjadi ini terbawa terus sampai pada waktu selesai
konflik hingga sekarang. Dan inilah perubahan perilaku yang dimiliki oleh masyarakat
Maluku terlebih khusus yang berada di daerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon.
Dalam pikiran Dahrendorf penggunaan kekuasaan dan perlawanan terhadapnya (yang
adalah bagian dari teori konflik itu) mencerminkan faktor kedinamisan masyarakat yang
mendasar dalam menciptakan perubahan sosial. (Dahrendorf dalam Wirutomo ; 2003. 209).
Hal yang terpenting dari perubahan sosial itu sendiri ialah ketika ada faktor dinamika
manusianya yang kreatif, dengan menciptakan kondisi perubahan terutama di bidang
ekonomi dan pola hidup sehari-hari. Perubahan sosial bersifat berantai melibatkan segala
aspek kehidupan dan kadang diselingi gejolak konflik berupa proses perubahannya.
Menurut Soemardjan dan Sumardi penyebab perubahan sosial itu secara umum,
yakni, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jumlah Penduduk, Perubahan Dalam
Sistem Sosial, Pertentangan ( Konflik ). (Syarbaini dan Rusdiyanta ;2009. 25-26).
ii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perubahan yang terjadi pada masyarakat disebut dengan perubahan sosial.Apakah perubahan
itu mengenai pakaian, alat transportasi, pertambahan penduduk, ataupun tingkah laku anak
muda. Pada beberapa pemikir terdapat tiga tipe perubahan yaitu: perubahan peradaban,
perubahan, budaya dan perubahan sosial. Perubahan peradaban biasanya dikaitkan dengan
perubahn-perubahan elemen atau aspek yang lebih bersifat fisik, seperti transportasi,
persenjataan, jenis-jenis bibit unggul yang ditemukan, dan sebagainya.
Perubahan budaya berhubungan dengan perubahan yang bersifat rohani seperti keyakinan,
nilai, pengetahuan, ritual, apresiasi seni, dan sebagainya.Sedangkan perubahan sosial terbatas
pada aspek-aspek hubuingan sosial dan keseimbangannya. Meskipun begitu perlu disadari
bahwa sesuatu perubahan di masyarakat selamanya memiliki mata rantai diantaranya elemen
yang satu dan eleman yang lain dipengaruhi oleh elemen yang lainnya. Berikut adalah teori
yang membahas tentang perubahan sosial Untuk itu, terlebih dahulu perlu dicatat bagaimana
tingkat dan sifat peralihan dari perubahan itu sendiri di masyarakat.Pada masyarakat yang
tergolong bersahaja relatif jarang dan lamban terjadinya perubahan-perubahan.
Pada masyarakat semacam itu elemen-elemen dasarnya seperti trdisi, ritual dan hirarki sosial
yang berlangsung, biasanya dipegang kuat oleh para warganya secara bersama-sama.
Pergolakan revolusi dan gerakan emansipasi sertapenemuan-penemuan baru dibidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi
B. SARAN
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer George. 1980. Sosiologi : Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta.
Rajawali Pers
Rusdianta. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Jakarta. Graha Ilmu
Watloly Aholiab. 2005. Maluku Baru. Jakarta. Kanesius
Wirutomo Paulus. 2003. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta. Rajawali
Pers
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini penulis membahas mengenai “PERUBAHAN SOSIAL DAN
PEMBANGUNAN YANG TERJADI DI AMBON”, dengan makalah ini penulis
mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Raha, Agustus 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.... ................................................................................... 1
A. Devinisi Perubahan Sosial............................................................................. 2
B. Karakteristik Umum....................................................................................... 3
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sosial ................................ 4
D. Interpretasi Perubahan Sosial........................................................................ 6
E. Dampak Perubahan Sosial............................................................................ 7
F. Bentuk Perubahan Sosial............................................................................... 8
G. Perubahan Sosial Yang Terjadi Di Ambon................................................... 8
BAB II PENUTUP................................................................................................... 11
A. Kesimpulan.................................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 12
ii
MAKALAH
PERUBAHAN SOSIAL
DAN PEMBANGUNAN
YANG TERJADI DI AMBON
DISUSUN OLEH :
NAMA : ANDRA
ASRIANI
JURUSAN : GEOGRAFI
SEMESTER : II
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KELAS RAHA
2013
ii
top related