makalah pend. kons kelompok (analisis transaksional)
Post on 29-Dec-2015
119 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
PENDIDIKAN KONSELING KELOMPOK
ANALISIS TRANSAKSIONAL
OLEH KELOMPOK 6:
1. RISTA APRILIA INDRA PURI (4A/10121.002)
2. DINA AYU PAMUNGKAS (4A/10121.015)
3. AYU RETNO ASTRINI (4A/10121.018)
4. FIFIT NOVIYANTI (4A/10121.032)
5. NOVI DWI JAYANTI (4A/10121.037)
PROGRAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah berkat limpahan rahmat dan hidayah dari Allah SWT. kami
menyelesaikan tugas menyusun Makalah Analisis Transaksional selesai tepat pada
waktunya. Berkenan dengan ini pula penyusun mengangkat tema tentang Makalah Analisis
Transaksional. Penyusun bermaksud ikut menyumbangkan pengetahuan kami tentang
pemahaman Makalah Analisis Transaksional dan menambah wawasan pembaca pada
umumnya.
Pada kesempatan ini penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Ibnu Mahmudi M.M. selaku dosen profesi Pendidikan Konseling
Kelompok dalam menyelesaikan tugas ini dengan penuh kesabaran.
2. Teman-teman yang turut membantu dalam menyelesaikan Makalah Analisis
Transaksional.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami berharap kritik dan saran dari pembaca.
Akhirnya semoga langkah dan usaha kami mendapat ridho dari Allah SWT. serta
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Madiun, 1 April 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan.................................................................... 2
BAB II DEFINISI, KONSEP DASAR, dan ASUMSI PERILAKU
BERMASALAH
A. Definisi Analisis Transaksional............................................... 3
B. Konsep Dasar Analisis Transaksional...................................... 3
C. Asumsi Perilaku Bermasalah................................................... 10
BAB III TUJUAN KONSELING DAN PERAN KONSELOR
ANALISIS TRANSAKSIONAL
A. Tujuan Konseling Analisis Transaksional............................... 12
B. Peran Konselor dalam Konseling Analisis Transaksional....... 14
BAB IV DESKRIPSI PROSES KONSELING DAN TEKNIK
KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL
A. Deskripsi Proses Konseling...................................................... 16
B. Teknik Konseling Analisis Transaksional................................ 18
BAB V KELEBIHAN DAN KETERBATASAN SERTA
CONTOH PENERAPAN
A. Kelebihan Analisis Transaksional............................................ 20
B. Kelemahan Analisis Transaksional.......................................... 22
C. Contoh Penerapan Analisis Transaksional............................... 24
3
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem
yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu
waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak
lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam
TA ada tiga sekolah diakui klasik, Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland
dua sekolah tidak resmi diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua.
Redecisional sekolah yang telah diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari
bab ini.
Tujuan dari analisis transaksional adalah otonomi, yang didefinisikan sebagai
kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk keintiman. Dalam mencapai otonomi orang
mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru (redecide), sehingga
memberdayakan diri mereka sendiri dan mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian
dari proses terapi TA, klien belajar bagaimana mengenali tiga status ego Parent,
Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien juga belajar bagaimana perilaku
mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh aturan-aturan yang mereka terima dan
dimasukkan sebagai anak-anak dan bagaimana mereka dapat mengidentifikasi
“lifescript” yang menentukan tindakan mereka. Pendekatan ini berfokus pada
keputusan awal bahwa setiap orang telah dibuat, dan menekankan kemampuan klien
untuk membuat keputusan-keputusan baru untuk mengubah aspek kehidupan mereka
yang tidak lagi bekerja.
TA adalah terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan
putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan
arah dari proses terapeutik. Klien dalam membangun TA dan arah tujuan mereka dan
menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak
mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan terapis
dan klien. Ini adalah tanggung jawab klien untuk memutuskan apa yang mereka akan
berubah. Untuk mengubah keinginan mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan
untuk secara aktif mengubah perilaku mereka.
5
B. Rumusan Masalah
Makalah ini membahas tentang Analisis Transaksional. Pembahasan dalam
makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian definisi analisis transaksional?
2. Bagaimana konsep dasar analisis transaksional?
3. Bagaimana asumsi perilaku bermasalah?
4. Apa tujuan konseling analisis transaksional?
5. Bagaimana peran konselor dalam analisis transaksional?
6. Bagaimana deskripsi proses konseling dalam teknik analisis transaksional?
7. Bagaimana teknik konseling menggunakan analisi transaksional?
8. Apa kelebihan dan kelemahan serta contoh penerapan analisis transaksional?
C. Tujuan Penulisan
Secara terperinci tujuan pembahasan dalam makalah Analisis Transaksional
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian definisi analisis transaksional.
2. Untuk mengetahui konsep dasar analisis transaksional.
3. Untuk mengetahui asumsi perilaku bermasalah.
4. Untuk mengetahui tujuan konseling analisis transaksional.
5. Untuk mengetahui peran konselor dalam analisis transaksional.
6. Untuk mengetahui deskripsi proses konseling dalam teknik analisis transaksional.
7. Untuk mengetahui teknik konseling menggunakan analisi transaksional.
8. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan serta contoh penerapan analisis
transaksional.
D. Manfaat Penulisan
Pembahasan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Bahan diskusi pada mata kuliah Pendidikan Konseling Kelompok.
2. Bahan informasi dan telah yang berguna bagi pengembangan pengetahuan dan
wawasan tentang Analisis Transaksional.
6
BAB II
DEFINISI, KONSEP DASAR, ASUMSI PERILAKU
BERMASALAH,
A. Definisi Analisis Transaksional
Dalam konseling terdapat beberapa pendekatan, salah satunya adalah
pendekatan konseling analisis transaksional. Menurut Corey (1990; 10, 373), analisis
transaksional dipelopori oleh Eric Berne (1910 – 1970 ) sekitar tahun 1950,
merupakan model yang bersandar pada aspek kognitif dan behavioral. Didesain
untuk menolong orang dalam mengevaluasi keputusan-keputusannya yang telah
dibuatnya pada masa yang lalu disesuaikan dengan ukuran yang sesuai dengan masa
kini. Pendekatan ini menyediakan kerangka transaksi antar orang, dan dalam diri
seseorang, berdasarkan pada konsep dari tiga status ego, yaitu orang tua, orang
dewasa dan anak-anak.
Penerapan analisa transaksional dalam psikoterapi menekankan pada
hubungan transaksional antara konselor dan konseli (interaksi, tindakan yang
diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu sama lain
untuk mencapai tujuan tertentu.
Transaksi merupakan persetujuan jual beli antara dua pihak, pelunasan
(pemberesan) pembayaran (seperti dalam bank). Transaksi menurut Berne
merupakan manivestasi hubungan sosial.
B. Konsep Dasar
Analisis Transaksional (AT) lebih menekankan pada aspek kognitif,
rasional dan behavioral tentang kepribadian serta berorientasi pada peningkatan
kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan dan rencana
baru bagi kehidupannya. Analisis Transaksional dipandang sebagai sesuatu yang
positif, karena manusia secara filosofis dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah
secara langsung melalui proses yang aman, menggairahkan dan bahkan
menyenangkan. Secara keseluruhan dasar filosofis Analisis Transaksional bermula
dari asumsi bahwa semuanya baik atau OK, artinya bahwa setiap perilaku individu
mempunyai dasar menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk
7
berkembang dan mengaktualisasikan diri. Di dalam melakukan hubungan dengan
orang lain, sangat perhatian dan mengayomi lawan bicaranya, mengundang individu
lain untuk senang, cocok dan saling mengisi, yang di dalam dasar teori dan praktek
AT disebut I`m OK and you`re OK (Saya Oke dan Anda Oke). Teori Analisis
Transaksional mendasarkan pada decisional model, artinya setiap individu
mempelajari perilaku yang spesifik dan memutuskan rencana hidupnya dalam
menghadapi hidup dan kehidupannya. Meskipun sewaktu masa kanak-kanak
dipengaruhi oleh orang tuanya atau orang lain akan tetapi individu memutuskan
sesuatunya secara khas.
Adapun konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey (2005)
adalah:
1. Pandangan tentang manusia. Analisis transaksional berakar pada filsafat yang
anti determinasi serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui
pengkondisian dan pemograman awal.
2. Perwakilan perwakilan Ego. Analisis transaksional adalah suatu system terapi
yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku
atau perwakilan ego yang terpisah; orang tua, orang dewasa dan anak
3. Scenario scenario kehidupan dan posisi psikologi dasar. Adalah ajaran ajaran
orang tua yang kita pelajari dan putusan putusan awal yang dibuat oleh kita
sebgai anak dewasa.
Kebutuhan manusia akan belaian. Pada dasarnya setiap manusia
memerlukan belaian dari orang lain, baik itu yang berlainan dalam bentuk fisik
maupun emosional.
Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam
istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games,
Stroke, Egogram, dan Skript.
1. Ego State (Keadaan Ego)
Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya kadang-
kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak, tapi di lain
kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa. Berdasarkan
pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan bahwa manusia memiliki
berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya dengan ego state. Status ego
manusia itu ada tiga macam yaitu :
a. Orang tua (Parent = Exteropsyche)
8
b. Dewasa (Adult = Neopsyche)
c. Anak-anak (Child = Archaeopsyche)
Kondisi ego orang tua (O) atau disebut oleh Berne dengan Exteropsyche
adalah prototype yang ditampilkan seseorang seperti layaknya seorang ayah atau
ibu. Yakni penampilan yang terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian
kepercayaan. Bentuk nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu
mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik,
mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb.
Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu,
maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dikatakan dalam status ego orang
tua. Oleh karena setiap individu mempunyai pengalaman pendidikan, sikap,
pandangan dan pendapat yang khas dari kedua orang tuanya, maka setiap individu
akan berbeda status ego Orang tuanya.
Ada dua bentuk sikap orang tua yaitu:
a. Orang tua yang mengkritik-merugikan:
Ditunjukkan dengan sikap yang selalu menuduh, mencela, dan jika menerima
dirasa tidak mengenakkan dan mencemaskan.
b. Orang tua yang sayang:
Merupakan suatu sikap yang positif, misalnya mendorong,memberi semangat,
menerima, memberikan rasa aman, menghargai dan penuh perhatian.
Keadaan ego Dewasa (D) adalah reaksi yang bersifat realistis dan logis.
Status ego ini sering disebut komplek Karena bertindak dan mengambil keputusan
berdasarkan hasil pemerosesan informasi dari data dan fakta lapangan (realita).
Karena itu, Berne menyebut status ego ini dengan Neopsyche. Kata-kata yang
sering dipergunakan adalah benar, salah, praktis, dsb. Status ego dewasa dapat
dilihat dari tingkah laku yang bertanggungjawab, tindakan yang rasional dan
mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan
menggunakan akal.
Keadaan ego Anak-anak (A) atau archaeopsyche, merupakan keadaaan
dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif, intuitif, kreatif, dan emosional,
tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas, ingin terbebas dari pengaruh orang
lain. Kata-kata yang sering digunakan dapat berupa “Wah !”, Tidak mau. Tidak
bisa, dsb.
9
Ketiga status ego dari Berne ini mempunyai perbedaaan nyata dengan
konsep Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego. Keunggulan konsep Berne
mengenai status ego ini, karena ketiga macam status ini dapat diamati secara
nyata, ketimbang konsep Freud yang abstrak.
Menurut Berne, ketiga macam statu ego ini, O, D, A, dapat dilihat secara
terpisah pada setiap orang. Artinya, dalam keadaan atau waktu yang berbeda
orang dapat menampilkan status ego yang berbeda pula. Orang normal (sehat)
adalah orang yang dapat melahirkan status ego yang sesuai dengan keadaan
lingkungannya.
Berne melukiskan adanya tiga macam bentuk ego yang berada dalam diri
seseorang. Normal, Kontaminasi (Campuran) dan Eksklusi. Normal adalah
bersifat terpisah, Kontaminasi adalah dua atau lebih status ego tercampur seperti
tercampurnya status ego O dengan A. Sedangkan eksklusi yaitu salah satu ego
yang menguasai seseorang dalam waktu yang lama sehingga menyingkirkan dua
ego lainnyaStruktur Kontaminasi Eksklusi Kepribadian Normal ( Delusion)
(Fixation).
Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika
masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-
kanak. Jika individu berbuat, berperasaan, bersikap seperti yang individu lakukan
pada waktu masih kecil, maka individu tersebut dalam status ego anak. Setiap
individu akan mempunyai pengalaman dan masa kanak-kanak yang berbeda-beda,
maka status ego anak untuk setiap individu akan berbeda. Sedangkan status ego
anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu:
a. Anak yang menyesuaikan: ini diwujudkan dengan tingkah
laku yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak
bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan dan
patuh, sebagai akibatnya, anak akan menarik diri, takut, manja.
b. Anak yang wajar: akan terlihat dalam tingkah laku nya
seperti lucu, tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau
kalah dan pemberontak.
2. Transaksi
Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi sebenarnya
adalah istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan komunikasi. Sesuai
10
dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai hubungan stimulus respons atau dua
ego state. Transaksi akan terjadi bila seseorang (A) memberikan rangsangan
(stimulus) kepada orang lain (B), B memberi respons dan pada gilirannya respons
B itu menjadi stimulus bagi A dan begitu seterusnya.
Menurut Berne, transaksi itu terjalin antar ego state. Kalau dua orang
beraada pada suatu ruanngan, berarti pertemuannya 6 ego state. Dari sudut Ego
state ini, Berne mengemukakan adanya 3 macam, yaitu transaksi yang bersifat
Komplementer, Crossed (Silang) dan Ulterior (tersamar atau semu).
Transaksi Komplementer adalah transaksi antar dua ego state yang sama,
seperti O dengan O, D dengan D, atau A dengan A Transaksi O-O lihatlah orang
yang tengah bertengkar. Contoh D-D seperti seminar. Contoh A-A orang lagi
pacaran.
Transaksi silang merupakan transaksi antar dua ego state yang berbeda. Ada tiga
bentuk dengan contohnya: O–D (ujian skripsi), O–A (guru di kelas) D–A (dokter-
pasien).
Transaksi tersamar atau semu adalah transaksi antar dua ego namun diikuti
terjadinya transaksi dua ego lain yang tidak kelihatan atau tertutup, namun
dirasakan oleh orang yang melakukannya. Transaksi yang tak kelihatan itu
mengandung kesan psikologis.
Bentuk ketiga transaksi tersebut adalah : Komplementer, Silang, Tersamar
Dari ketiga macam transaksi tersebut diatas, maka transaksi yang baik adalah
Transaksi antara ego state Dewasa dengan Dewasa, karena lebih bersifat realities
dan logis.
3. Permainan (Games)
Komunikasi antara dua manusia sebenarnya bagaikan sebuat permainan
(games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang menang (penindas). Orang
yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau yang kalah berhasil mencari
penyelamatan, dia akan bergerak menjadi penindas dan mengeser lawannya jadi
korban, dan begitulah seterusnya.
Orang menjadi pemenang akan merasa puas. Penindas diinndikasikan
bilamana ia berhasil menggunakan egostate O. Namun bila lawannya berhasil
mencari penyelamatan dan kemudian menggunakan egostate O terhadapnya ia
11
akan merasa terhina. Sehingga oleh Compos disebut Orang yang menang disebut
pendulang kopon emas, dan yang kalah disebut pengumpul kopon cokelat.
Oleh karena itu perilaku seseorang dapat berubah dalam setiap transaksi
dengan orang lain. Kadang-kadang dia bersifat penindas, dan kadang-kadang
sebagai korban. Perubahan bentuk peranan ini dapat digambarkan dalam drama
segi tiga (threangle) di bawah. Penindas Penyelamat Korban.
4. Stroke (Dorongan atau Perhatian)
Dalam teori analisis transaksional, stroke biasa diartikan belaian. Sebuah
belaian merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang
optimal kepada individu. Belaian ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi
sosial dan menyehatkan. Belaian ini tidak hanya dibutuhkan dan terjadi pada
anak, akan tetapi juga pada masa dewasa dan belaian yang diterima atau yang
diberikan akan menguatkan posisi hidup seseorang.
Menurut Corey (1990: 379), stroke diartikan semacam pengakuan untuk
berkomunikasi satu sama lain. Stroke positif berupa ungkapan yang menyejukan,
stroke negatif berupa penolakan. Penstrokan positif harus ada dalam konseling
demi perkembangan psikologis yang sehat.
Interaksi antar manusia membutuhkan stroke atau berupa dorongan atau perhatian
agar tercipta perubahan.
Stroke ini dapat dibedakan atas stroke negatif dan positif, stroke bersyarat
dan tanpa syarat.Stroke positif adalah stroke yang mengakibatkan seseorang
merasa dihargai dan diperhatikan sehinga menimbulkan motivasi yang kuat
baginya untuk melakukan perubahan. Stroke negatif adalah yang mengakibatkan
seseorang merasa kecewa atau penyesalan. "Saya tidak jadi berimu hadiah, karena
kamu telat" Stroke bersyarat adalah dorongan atau perhatian yang diberikan bila
dia berhasil melakukan suatu prasyaratnya terlebih dahulu. “Kamu akan saya
sayangi bila kamu patuh”. Sedangkan stroke tanpa syarat seperti “ Ibu
menyayangimu nak“
5. Skript (Script)
Istilah skript bagi Berne dipergunakan untuk menunjukan pola kehidupan
yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang diyakini, sebagai cara, nasib, atau
modus bagi dirinya. Tidak jarang pula skript boleh menjadi batas atau standar
12
sukses yang ditanamkan orang tuanya. Skript ini bisa mempengaruhi interaksi
seseorang dengan orang lain. Kendatipun hal ini tidak disadarinya. Skript ini bisa
mempengaruhi sehat tidaknya (OK tidak OK) seseorang dalam memandang diri
dan lingkungannya. Skript ini menurut AT dapat dirubah dengan memahami
kembali atau mendefinisikannya kembali melalui interaksi seseorang dengan
terapist.
6. Egogram (Takaran Energi Ego)
Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay yang dipakai untuk menunjukan
fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat pada masing-masing ego state,
terutama yang berhubungan dengan aspek emosional. Kendatipun Berne membagi
ego state atas O, D dan A, Dusay membagi Egogram manusia atas 5 macam yang
dikembangkan dari Ego state tersebut.
Status Ego Egogram
Parent : Orang tua (O)
Critical Parent : Kritikan O (KO)
Nurturing Parent : Pemeliharaan O (PO)
Adult : Dewasa (D)
Child : Anak-anak (A)
Free Child : Kebebasan Anak (KA)
Adapted Child : Adaptasi Anak (AA)
Kelima macam Egogram ini mempunyai energi yang berbeda untuk setiap
orang. Perbedaan energi egogram inilah yang menyebabkan perbedaan
kepribadian seseorang.
Orang yang rendah energi KO, bersifat mudah tergoda, rendah NO kesepian
atau depresi, rendah D kesulitan konsentrasi atau memecahkan masalah, rendah
KA kehilangan kreativitas, intuitif dan semangat hidup, sedangkan rendah AA
bersikap tidak kompromi atau konfrontasi.
Seseorang yang baik jadi Konselor adalah punya D sangat tinggi, PO lebih tinggi
dari KO, AA lebih rendah dari KA serta sangat rendah KA
Life Position (posisi hidup)
Merupakan akibat dari suatu keputusan yang dibuat dalam rangka merespon
bagaimana reaksi figure orang tua terhadap ekspresi awal anak akan kebutuhan
13
dan perasaanya, serta merupakan komponen dasar dari individu. Harris
mendaskripsikan empat sikap hidup terhadap diri sendiri dan orang lain, yaitu :
a. I`m OK-You`re OK
Posisi ini merefleksikan bahwa individu mempunyai kepercayaan terhadap diri
sendiri dan percaya pada orang lain. Individu tidak takut berhubungan dengan
orang lain.
b. I`m OK-You`re not OK
Posisi ini merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang lain akan tetapi
tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa superior, merasa mempunyai
hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya.
c. I`m not OK-You`re OK
Posisi ini merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi kebutuhannya
dan merasa bersalah.Posisi ini merupakan posisi yang paling umum yang biasa
disebut depresif. Individu merasa bersalah, inferior, depresi, ketidakpercayaan
dan rasa takut.
d. I`m not OK-You`re not OK
Posisi ini merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan orang lain pun
juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif, individu akan
menyerah dan merasa tidak berdaya.
C. Asumsi Perilaku Bermasalah
Setiap individu dalam kehidupannya tidak ada yang sepi dari masalah. Adanya
kekuatan internal dan eksternal dalam perejalanan hidup seseorang akan berpengaruh
besar bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian seseorang. Jika kedua faktor
tersebut dapat dikelola dengan baik, maka individu akan memiliki tingkah laku sehat.
Sebaliknya jika ia tidak memfungsikannya dengn baik maka ia akan menjadi
individu yang bermasalah. Individu bermasalah menurut teori analisis transaksional
terjadi karena:
a. Ia tidak memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang bermakna bagi
dirinya pada awal-awal kehidupannya, karena sangat mudah terkontaminasi oleh
faktor-faktor diluar dirinya. Ia tidak kuasa untuk melawan sesuatu yang diluar
kekuasaan dirinya. Sehingga ia tidak dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan
keinginannya. Individu semacam ini akan terbelenggu dengan keputusan yang
telah diambilnya karena ia tidak mampu melawan. Faktor eksternal sangat
14
mendominasi dirinya. Kekuatan internal yang dimilikinya tak berfungsi dengan
baik. Sehingga ia akan menjadi individu yang lemah, kurang percaya diri dan
motivasi menuju kesuksesan rendah.
b. Individu tidak mempunyai kemampuan untuk memahami keputusan-keputusan
yang mereka buat pada masa lalu. Ia memiliki keterbatasan untuk dapat
memahami dirinya sendiri, tentang keputusan yang telah diambilnya. Karena
keterbatasan ini biasanya ia sangat kesulitan ketika harus berhadapan dengan
sesuatu yang baru yang mengharuskan dia mengubah keputusan yang telah
diambilnya. Ia akan menjalani kehidupannya dengan tanpa arah.
c. Pengaruh lingkungan yang sangat dominant dalam membentuk perilaku, pikiran
dan perasaan individu. Jika ia berada dalam lingkungan yang positif tentu akan
menguntungkan bagi dirinya, tetapi bila ia berada dalam lingkungan yang tidak
mendukung bagi hidup dan kehidupannya, maka ia akan menjadi individu yang
bermasalah sepanjang hidupnya. Desakan-desakan orang penting dalam
lingkungannya sangat berpengaruh bagi pembentukan kepribadiannya. Asumsi
tingkah laku bermasalah akan terjadi jika lingkungan dimana ia tinggal sangat
tidak kondusif.
d. Individu kurang memiliki kesadaran akan pentingnya sebuah kemandirian. Meski
ia punya peluang untuk mempebaiki keputusannya dimasa lalu yang dianggapnya
kurang sesuai, tapi ia tidak dapat secara mandiri membuat keputusan yang
menguntungkan bagi dirinya. Individu semacam ini biasanya menggantungkan
hidupnya pada orang lain. Ia tidak akan merasa memiliki makna hidup tanpa
bantuan orang lain.
e. Individu yang memiliki ketidakseimbangan diantara ketiga ”ego state” yang
dimilikinya. Ia tidak dapat memfungsikan kapan ego orang tua harus diperankan,
kapan ego dewasa dan ego anak-anak dijalankan dalam menghadapi masalah yang
sedang ia hadapi. Ego orang tua yang pengkritik dan tidak demokratis kadang
mendominasi ego dewasa dan ego anak-anak, ego dewasa yang paling realistis
kadang mendominasi ego orang tua yang penyayang dan ego anak-anak, atau
kadang-kadang ego anak-anak yang mengalahkan ego-ego lainnya. Jika ketiga
ego state ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak berperan pada waktu
dan tempatnya, maka individu ini akan bermasalah dalam hidupnya.
15
BAB III
TUJUAN KONSELING DAN PERAN KONSELOR ANALISIS
TRANSAKSIONAL
Sasaran dasar dari analisis transaksional, adalah menolong klien untuk membuat
keputusan baru mengenai perilaku mereka pada saat ini dan arah hidup mereka. Para
individu mempelajari alternatif dari cara hidup yang banci dan deterministik. Esensi dari
terapi ini adalah menggantikan suatu gaya hidup yang berciri memainkan permainan dan
suratan hidup menaklukkan diri sendiri yang manipulatif dengan gaya hidup yang berciri
kesadaran, spontanitas dan keakraban.
Tugas terapis adalah menolong klien mendapatkan perangkat yang diperlukan untuk
mendapatkan perubahan. Terapis mendorong serta mengajar klien untuk menaruh
kepercayaan pada Orang Dewasa mereka sendiri dan bukan pada Orang Dewasanya
terapis. Praktik AT kontemporer menekankan bahwa tugas kunci konselor adalah
menolong klien untuk menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan
perubahan dengan jalan mengambil keputusan yang lebih cocok sekarang, sebagai lawan
dari terus saja hidup berdasarkan keputusan yang telah mereka buat pada masa kanak-
kanak. Tugas sebenarnya dari terapis adalah membiarkan klien menemukan kekuatan
mereka sendiri.
A. Tujuan Konseling Analisis Transaksional
Konseling analisis transaksional bertujuan untuk membantu individu
mencapai kemandirian. Individu dikatakan mencapai kemandirian bilamana ia
memiliki :
a. Kesadaran, yaitu pemahaman yang realistis tentang dunianya.
b. Spontanitas, yakni kemampuan untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk yang
tidak terhalangi dan bebas dari permainan.
c. Keakraban, yaitu kemampuan untuk berbagi kasih sayang dan kedekatan dengan
orang-orang lain.
Menurut Mary Goulding (1987), esensi terapi mengambil keputusan ulang
terdiri dari perubahan kontraktual. Dengan melalui kerjasama, konselor dan klien
menegakkan sasaran terapi yang spesifik. Kemudian klien dibantu dalam hal
memegang kontrol atas pikiran, perasaan dan perbuatan meraka.
16
Berbagai pandangan selain dari sasaran AT yang telah disebutkan, dan
beberapa diantaranya tujuan konseling menurut Corey (1990: 385) adalah:
a. Menjadi katalisator untuk memungkinkan klien memobilisasikan usaha mereka
(Dusay & Dusay, 1989)
b. Menolong klien untuk bisa mengadakan ”perceraian” baik-baik dengan orang tua
meraka (Berne, 1964)
c. Menolong klien mendobrak sederetan impas yang bermuara dari injunksi dan
keputusan awal (M.Goulding & Goulding, 1979)
d. Mengajar klien untuk bergerak bebas diantara status anak-anak, Orang Dewasa
dan Orang Tua (Haris, 1967)
Tujuan konseling analisis Transaksional :
a. Membantu klien dalam memprogram pribadinya.
b. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi
orang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan.
c. Klien dibantu mengkaji keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan
baru atas dasar kesadaran.
d. Teknik-teknik daftar cek, analisis script atau kuisioner digunakan untuk
mengenal keputusan yang telah dibuat sebelumnya.
e. Klien berpartisipasi aktif dalam diagnosis dan diajar untuk membuat tafsiran
dan pertimbangan nilai sendiri.
f. Teknik konfrontasi juga dapat digunakan dalam analisis transaksional dan
pengajuan pertanyaan merupakan pendeatan dasar. Untuk berlangsungnya
konseling kontrak antara konselor dan klien sangat diperlukan.
Jadi dari beberapa pemapaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
konseling analisis transaksional dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Tujuan umum konseling Analisis Transaksional adalah menyadarkan
klien akan hambatan-hambatan yang diciptakannya sendiri dalam bertransaksi
dengan orang lain, dan kemudian mengembangkan pola-pola interaksi sosial yang
sesuai dengan situasinya.
b. Tujuan khusus konseling Analisis Transaksional adalah (1) membantu
klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan, (2) membantu
mengembangkan kepastian diri dalam menggunakan status ego yang cocok, (3)
membantu klien mengembangkan status ego dewasa yang rasional, obyektif dan
17
logis, (4) membantu klien membebaskan dari rencana hidup (spirit) yang kurang
cocok dan menggantinya dengan rencana hidup yang baru dan lebih produktif.
B. Peran Konselor
Menurut Corey (1990: 385), Analisis transaksional didesain untuk
mendapatkan pemahaman emosional dan juga intelektual, tetapi dengan difokuskan
pada aspek-aspek yang jelas dan rasional, peranan terapis sebagian besar terletak
pada menaruh perhatian pada isu kognitif dan didaktis. Konselor berperan membantu
klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan, yaitu
yang menentukan keputusan awal, menggunakan rencana hidup, serta
mengembangkan strategi dalam hal menangani orang-orang pada saat ini ingin
mereka pertimbangkan kembali.
Tugas konselor adalah menolong konseli mendapatkan media yang
diperlukan untuk mendapatkan perubahan, mendorong serta mengajar konseli untuk
menaruh kepercayaan pada Orang Dewasa mereka sendiri dan bukan pada Orang
Dewasanya terapis, menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan
perubahan dengan jalan mengambil keputusan yang lebih cocok saat ini.
Selanjutnya peran konselor dalam konseling, menurut Corey (1990: 387), adalah
menjalin hubungan penyembuhan antara Terapis/konselor dan Klien/konseli.
Dusay dan Dusay dalam Corey (1990: 387) menulis bahwa terapi AT
didasarkan pada persetujuan Orang Dewasa dan Orang Dewasa antara terapis dan
klien mengenai sasaran dan proses. Terapis mengajukan pertanyaan yang merupakan
bagian dasar dari terapi kontraktual: ”Bagaimana saya dan Anda tahu pada waktu
Anda telah mendapatkan apa yang Anda cari dengan datang kemari?” Sikap dasarnya
adalah bahwa mereka itu bersekutu dan mau kerja sama untuk mencapai sasaran
yang sama-sama disetujui. Selama kegiatan terapi itu berjalan, demikian Dusay dan
Dusay menulis, terapis dan klien menentukan pertanggungan jawab mereka dalam
hal mencapai sasaran. Terapis tidak menganggap dirinya pemegang peran yang pasif
dan sebagai penonton, dan si klien pun tidak duduk secara pasif dan menunggu
terapis dan memberikan mukjizat penyembuhan.
Penekanan yang diberikan pada kontrak spesifik merupakan salah satu dari
sumbangan AT yang utama pada konseling dan terapi. Pendekatan kontraktual dari
AT didasarkan pada suatu harapan bahwa klien memfokus pada sasaran mereka dan
18
ada komitmen. Pendekatan itu menekankan pada bagian dari pertanggungjawaban
dan menyediakan tumpuan untuk memulai pekerjaan.
Dengan jelas pendekatan kontraktual menyertakan pertanggungjawaban
bersama. Dengan berbagi tanggungjawab dengan terapis maka klien menjadi rekan
dalam tugas perawatannya. Ada beberapa implikasi yang terkait dengan hubungan
ini. Pertama, tidak ada kesenjangan yang tidak bisa dijembatani mengenai saling
pengertian antara klien dan terapis. Mereka saling memiliki kosa kata dan konsep
yang sama dan memiliki pemahaman terhadap situasi yang ada. Kedua, selama
dalam kegiatan terapi ada persamaan hak antara klien dan terapis. Ini berarti bahwa
klien tidak dipaksa untuk mengungkapkan kata apapun yang tidak ingin ia
ungkapkan. Ketiga, kontraknya mengurangi status diferensialnya dan menekankan
kesamaan hak antara klien dan terapis.
19
BAB IV
DESKRIPSI PROSES KONSELING DAN TEKNIK KONSELING
ANALISIS TRANSAKSIONAL
Berikut ini adalah deskripsi singkat dari proses dan prosedur dalam praktek
Konseling Analisis Transaksional. Selanjutnya juga dipaparkan tentang teknik konseling
Analisis Transaksional.
A. Deskripsi Proses Konseling
Deskripsi proses konseling dalam analisis transaksional menurut Corey (1990:
388) adalah sebagai berikut.
1. Analisis struktural.
Analisis struktural menolong mereka untuk menyelesaikan pola yang
dirasakan telah menjeratnya. Analisis itu menjadikan mereka dapat menemukan
pada status ego di mana dia berpijak.
Dua problema yang berhubungan dengan struktur kepribadian dapat
dijadikan pertimbangan oleh analisis struktural. Kontaminasi ada manakala isi dari
sebuah status ego bercampur dengan yang lain. Kontaminasi dari si Orang Tua
biasanya dimanifestasikan dalam bentuk gagasan serta sikap yang berdasar
prasangka, kontaminasi dari pihak Anak-anak mencakup persepsi realitas yang
rancu. Contoh dari ungkapan yang merefleksikan kontaminasi dari Orang Tua
adalah “Jangan bergaul dengan orang-orang di luar kelompok kita”; mereka akan
selalu mengakalimu”; “Anak muda tidak bisa kita handalkan”. Contoh adanya
kontaminasi dari Anak-anak adalah ungkapan-ungkapan sebagai berikut
“Semuanya selalu menyalahkan saya”.
Orang yang mengalaminya mungkin terbatas dalam hal mengadakan
hubungan terutama sebagai Orang Tua, sebagai Anak-anak, sebagai Orang
Dewasa.
Mereka sering berperilaku dengan cara mendominasi dan otoriter. Anak-
anak Konstan yang mengeklusi Orang Dewasa dan Orang Tua, dalam keadaan
yang ekstrim, adalah seorang psikopat yang tanpa hati nurani.
2. Analisis transaksional.
Analisis transaksional pada dasarnya adalah suatu dekripsi tentang apa
20
yang dikerjakan dan dikatakan orang itu tentang dirinya sendiri dan tentang orang
lain. Ada tiga jenis transaksi: komplementer, lintas dan tersembunyi. Transaksi
komplementer terjadi manakala pesan yang dikirim dari status ego yang
sebelumnya dari status ego spesifik dari orang lain. Contohnya ialah transaksi
Anak-anak/Anak-anak seperti yang dilukiskan pada Gambar 9-4 (Corey, h.390).
Transaksi lintas terjadi mana kala suatu tanggapan yang tidak diramalkan diberikan
terhadap pesan yang dikirimkan seseorang.
Transaksi itu menyangkut lebih dari dua status ego, dan sebuah pesan
terselubung dikirimkan.
3. Pemodelan keluarga.
Pemodelan keluarga, satu pendekatan lagi yang dipakai dengan analisis
sruktural, terutama berguna untuk menangani Orang Tua Konstan. Diskusi,
perbuatan, dan evaluasi yang kemudian menyusul akan bisa meningkatkan
kesadaran tentang situasi yang spesifik dan makna personal yang oleh klien masih
dianggap berlaku.
4. Analisis dari ritual dan waktu senggang
Analisis atas suatu transaksi mencakup identifikasi ritual dan masa
senggang yang digunakn untuk menstrukturkan waktu. Orang yang mengisi
hari-harinya terutama dengan ritual dan masa senggang mungkin mengalami
kekurangan stroke, dan oleh karenanya dia tidak memiliki keakraban dalm
bertransaksi dengan orang lain.
5. Analisis permainan dan raket
Analisis dari permainan dan raket merupakan aspek penting untuk
memahami transaksi dengan orang lain. Bagi sebagian besar permainan,
yang menjadi klimks adalah perasaan “tidak enak” yang dialami si pemain.
Belajar memahami raket seseorang dan bagaimana raket itu berkaitan
dengan permainan, keputusan, dan suratan hidup orang itu merupakan
proses yang penting dalam terapi AT. Manakala dia akhirnya bisa
menyimpulkan perasaan depresi dalam hal ini bagi orang yang telah
mengikutsertakan pesan “Jangan ada di dunia ini”. Seseorang mungkin
belajar untuk mengkonversikan amarah menjadi kepedihan dan pada
akhirnya depresi setelah bertahun-tahun berbenturan dalam keadaan marah,
tidak pernah menyuruh agresor itu untuk berhenti.
Raket mencakup “pengumpulan perangko” yang dihari kemudian
21
diperdagangkan untuk dibayar dengan harga psikologis. Pendekatan murni macam
apapun yang datang dari orang lain akan langsung ditamengi oleh penolakannya
untuk menerima apapun dari siapapun.
Raket sama pentingnya dengan permainan dalam hal memanfaatkan orang
lain, oleh karena raket merupakan metode utama dalam hal menopengi manusia
dari dunia nyata kompeten untuk bisa memilah-milah antara amarah, kesedihan,
dan rasa takut yang digunakan sebagai raket dengan ungkapan emosi yang jujur.
6. Analisis suratan
Aspek penting dari suratan hidup adalah pemaksaan kualitas yang
menggiring orang untuk memainkannya.
Pada mulanya penyuratan terjadi secara non verbal pada masa balita, dari
pesan-pesan orang tua. Kemudian, penyuratan terjadi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Misalnya, dalam suatu keluarga pesan-pesan seperti berikut ini
mungkin bisa diberikan: “Di keluarga ini, orang laki-laki menjadi tuan di rumah”.
“Kalau kau seperti itu, kau tak akan pernah bisa naik ke bukit kacang”. “Jangan
pernah mempertanyakan hak kekuasaan saya, dan kau harus berusaha untuk
bersikap hormat dan patuh”.
Analisis suratan merupakan bagian dari proses terapeutik yang akan bisa
mengidentifikasi pola hidup yang diikuti oleh klien. Analisis itu bisa menunjukkan
kepada klien suatu proses yang darinya bisa didapatkan suratan dan jalan di mana
mereka bisa menghalalkan perbuatan suratan meraka.
Analisis suratan membuka kemungkinan dipilihnya alternatif baru pada
saat orang menjalani kehidupan, mereka tidak perlu lagi merasa dipaksa untuk
melakukan permainan demi terkumpulnya pembayaran upah untuk menghalalkan
suatu tindakan tertentu yang dihadirkan dalam suratan hidup mereka.
Analisis suratan bisa dilaksanakan dengan sarana daftar isian suratan yang
berisi butir-butir yang ada hubungannya dengan posisi hidup, raket, dan permainan
yang kesemuanya merupakan komponen fungsional kunci dari suratan hidup orang
itu.
B. Teknik Konseling Analisis Transaksional
Menurut Corsini (2003: 373), manajemen teknik konseling analisa
transaksional meliputi beberapa hal, yang dipaparkan sebagai berikut :
1. Pengaturan (Setting)
22
Tempat pertemuan untuk konseling TA dapat menggunakan ruang-
ruang dalam rumah, dalam kantor ataupun di tempat-tempat formal lainnya.
Berne lebih menyukai tempat atau ruangan yang indah, cahayanya terang,
dan tidak gaduh. Alat perekam diperlukan terutama berkaitan dengan
supervisi, pelatihan dan penilaian terhadap konselor.
2. Hubungan
Konselor harus menjaga hubungan terutama dalam hal kerahasiaan konseli
dalam proses konseling dan konselor telah menyediakan alat untuk pengungkapan
diri konseli misalnya data konseli, panduan wawancara, dan kuesioner.
Konselor harus bersikap ramah, gaul dan nyantai , serta bersikap
informal dengan konselinya, menggunakan bahasa sehari-hari.
3. Problem-problem Konseli
Karena problem-problem konseli tidak dapat dikelompokan, maka
dalam melaksanakan konseling analisis transaksional, konselor harus
menggunakan status atau sifat ego Dewasa dan diharapkan pihak konseli
menyesuaikan dengan menggunakan status ego Dewasa sehingga hubungan
antara konselor dan konseli berkualitas dan mengarah pada target-target
tertentu.
23
BAB V
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN SERTA CONTOH
PENERAPAN
Dalam semua teori pendekatan konseling, terdapat kelebihan dan keterbatasan.
Dalam teori pendekatan konseling analisis transaksional ini dipaparkan contoh penerapan.
A. Kelebihan dan Keterbatasan
1. Kelebihan
Menurut Corey (1999: 396), kelebihan atau manfaat pendekatan
Analisis Transaksional adalah :
a. Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah
menggunakannya.
b. Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
c. Integrasi antara konsep dan praktek AT dengan konsep tertentu dari terapi
Gestalt amat berguna karena konselor bebas bebas menggunakan prosedur dari
pendekatan lain.
d. Memberikan sumbangan kepada konseling multi kultural karena konseling
diawali dengan larangan mengkaitkan permasalahan pribadi dengan
permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri.
Dengan melihat Konsepsi, penekanan, pelaksanaan serta penerimaan pada
klien, maka ada beberapa kebaikan dari AT:
a. Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
Seperti telah disebutkan pada bab terdahulu, AT memandang manusia dapat
berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah
yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia
bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh.
Karena itu AT lebih Optimis dan realistis memandang manusia.Bila kita
bandingkan dengan Psikoanalisa, Freud, AT nampak selangkah lebih maju.
Psikoanalisis memandang manusia deterministik.
Perilaku manusia bagaikan suatu rotasi dari pengalaman masa kecil,
kendatipun pengalaman masa kecil itu tak diingatnya lagi (Unconscious). AT
24
tidak menolak adanya pengaruh masa kecil ini. Konsepnya tentang skript
kehidupan mengakui adanya kontribusi pengalaman masa kecil atas kehidupan
sekarang. Tapi karena manusia punya kehendak dan kemauan untuk bebas,
“pengalaman itu dapat dirubah “ (Shertzer & Stone, 1982, 237).
Skript kehidupan manusia diakui AT bersisi dua, ada yang negatif dan ada
yang positif. Sesuai dengan nilai-nilai yang diterimanya dari orang tuanya atau
interaksinya dengan lingkungan. Karena skrip itu mempengaruhi seseorang
untuk mengambil kesimpulan, maka keputusan orang itu dapat Oke atau Tidak
Oke terhadap diri dan lingkungannya. Hal ini juga lebih realitis dari konsep
Rogers yang memandang manusia baik, rasional dapat dipercaya, dapat
mengubah dirinya lebih baik atau dapat merealisasikan dirinya menjadi makhluk
Insanul Kamil.
b. Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar dia punya
kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Untuk
mengatasi masalah klien itu, AT berusaha membangkitkan kemauan dan
kemampuan orang dengan melakukan analisis interaksinya dengan orang lain.
Hal ini dimulai dengan mennganalisis interaksinya dengan terapist. Analisis
seperti di atas, analisis interaksi klien dengan terapist atau orang lain, adalah
persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now).
Metoda analisis struktur, status ego dengan egogram, analisis permainan
semuanya merupakan analisis terhadap perilaku yang di tampilkan klien pada
saat ini, di sini di hadapan konselor. Kalau analisis itu (struktur, ego state, dan
mainan) tidak mencapai hasil baru AT menggunakan analisis skrip, yang
orientasinya pada masa lalu. Alternatif ini dipergunakan AT sebagai cara
terakhir, bila analisis sebelumnya gagal merenggut hasil
c. Mudah Diobservasi.Banyak teori yang lahir dibelakang labor ilmiah, tak
terkecuali untuk teori-teori Psikologi.
Pada umumnya teori yang muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena
itu terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya
merupakan konstruk pikiran manusia penemunya.
Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah
konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau komunikasi
manusia.Status ego Berne jauh lebih observable dari teori Freud mengenai Id,
25
Ego dan Super Ego, yang hanya dapat dijadikan konstruk pikiran kita atas
perilaku seseorang. Lain dengan Ego Orang tua, Dewasa dan Anak, dia dapat
diamati secara jelas tanpa menggunakan laboratorium. Begitu juga dengan sikap
dasar manusia yang memilah manusia atas 4 posisi (saya tidak oke-kamu yang
oke, saya dan kamu tidak oke, saya oke-kamu tidak oke, dan saya dan kamu oke)
yang dikembangkan Harris, jauh lebih maju dari konsep karen Horney yang
hanya mengemukakan 3 disposisi manusia. Helpless (minta pertolongan),
hostility (menyerang) dan issolation (mengasingkan diri) (Bischof, 1970, 212).
Horney membagi 3 disposisi ini dari sudut orang lain. Helpless, punya arah
gerak kepada orang lain (Moving toward people). Menyerang merupakan arah
menentang orang lain (moving againts people), sedangkan isolasi punya arah
melarikan diri dari orang lain (moving away from people).Sedangkan Harris
membagi sikap dasar manusia itu atas dasar pandangan terhadap diri sendiri dan
orang lain. Karena itu, konsep ini lebih maju dari Horney yang hanya melihat
dari orang lain saja, pandangan terhadap diri sendiri juga mempengaruhi
hubungan dengan orang lain.
d. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi, maka
treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang
dipergunakannya dalam berkomunikasi. Analisis terhadap interaksi klien
pada ruangan konseling, memberi kesempatan kepada klien untuk
memperbaiki cara interaksinya dan komunikasinya baik di dalam ruangan
Konseling. Karena itu, AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap,
persepsi, atau pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus
mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi
dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan
lainnya.
2. Keterbatasan
Disamping decak kagum orang atas ajaran Berne ini, yang telah berhasil
merekrut teori-teori komunikasi kelapangan psikologi, bukanlah berarti teori ini
tidak punya kelemahan, banyak kritik dilontarkan pada AT, diantaranya :
26
a. Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment
AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien harus terjadi
antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya menghendaki bahwa klien mengikat
kontrak secara realistis, sebagai orang yang membutuhkan pertolongan.
Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak klien yang
punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit
tercapainya kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang
sebenarnya diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan.
Hal semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.
b. Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.
Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau
Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif. Mungkin dalam hal yang
ekstrim tidak ada perbedaan dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu
mendekati dua macam status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda
antara orang yang satu dengan yang lainnya. Kesalahan atau perbedaan dalam
menafsirkan status ego ini telah dibuktikan oleh Thomson dalam Dusay
(Corsini, 1984) yang telah merekam suatu wawancara konseling, kemudian
kepada konselor dan calon konselor AT disuruh menganalisis wawancara itu
dari 3 macam status ego. Hasilnya memperlihatkan adanya perbedaan
penafsiran diantara konselor dan calon konselor tadi.
Di pihak lain error dari pihak klien mungkin pula muncul kepermukaan.
Secepat ia memasuki ruangan konseling secepat itu pula terjad perubahan pola
komunikasinya. Interaksinya diluar ruangan konseling tidak sama dengan
didalam ruangan konseling. Bisa diluar lebih baik dengan menampilkan status
ego dewasa, tapi di dalam ruangan konseling lebih banyak menampilakn status
ego Anak-anak.
Latar belakang kebudayaan serta bahasa sangat mempengaruhi
pemahaman mengenai status ego ini. Karena itu analisis terhadap status ego ini
bila antara konselor dengan klien punya latar belakang kebudayaan dan bahasa
yang sama. Dan adalah sangat sulit terciptanya penafsiran yang sama pada
masyarakat yang punya strata sosial berbeda, paternalis dsb. Perbedaan dalam
memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan dalam menakar
egogram klien.
27
c. Kurang Petunjuk Mengenai Tingkah laku Konselor
Bagi orang yang ingin mempraktikkan AT ini perlu petunjuk bagaimana
menganalisis transaksi itu secara tepat dan hemat. Termasuk persoalan bentuk-
bentuk responsnya, dan konten dari ungkapan klien. Mungkin di atas telah
disebutkan adanya analisis struktur, permainan, Skrip dengan penggunaan
beberapa teknik, namun teknik mana yang dipakai dalam menganalisis itu
tidak / belum dikembangkan secara khusus dalam teori AT ini. Karena belum
adanya petunjuk khusus ini, orang menganggap AT kurang terinci, karena
tidak ada petunjukanya
Menurut Corey (1990: 398), keterbatasan pendekatan konseling AT
adalah:
a. Banyak terminologi atau istilah yang digunakan dalam Analisis
Transaksional cukup membingungkan.
b. Penekanan AT pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
c. Konseli bisa mengenali semua benda, namun mungkin tidak
merasakan dan menghayati aspek-aspek diri mereka sendiri.
d. Konsep serta prosedurnya, dipandang dari perspektif behavioral,
tidak dapat diuji keilmiahannya.
B. Penerapan
Yang ideal adalah bahwa praktek AT itu diterapkan pada kelompok.
Mereka bisa memahami struktur dan berfungsinya kepribadian mereka masing-
masing dan belajar bagaimana mereka bertransaksi dengan orang lain.
Keseluruhan proses mengamati orang lain yang maju dalam kecepatan serta
tingkat perubahan yang berbeda-beda ini akan membenarkan tingkat laju
perubahan si klien itu sendiri.
Interaksi dengan anggota kelompok lain memberikan kepada mereka
kesempatan yang amat luas untukk memraktekkan tugas dan memenuhi kontrak.
Transaksi dalam kelompok memungkinkan anggauta kelompok untuk meningkatkan
kesadaran mereka baik tentang diri mereka sendiri maupun tentang orang lain dan
oleh karenanya memfokuskan pada perubahan serta keputusan ulang yang akan
mereka lakukan dalam hidup mereka. Dipandang dari perspektif keputusan ulang
terapi kelompok adalah suatu pengobatan tentang penentuan pilihan. Banyak
kesamaannya dengan fungsi kelompok Gestalt dalam masa sekarang dan di sini,
28
kelompok AT meminta klien untuk menghidupkan kembali skenario masa silam
seolah-olah terjadi pada masa sekarang. Dengan adanya interaksi dalam kelompok,
para anggauta diberikan banyak kesempatan untuk meninjau kembali serta menantang
keputusan mereka di mana dan bereksperimen dengan keputusan yang baru. Salah
satu rasional dari konseling kelompok adalah bahwa konseling kelompok ini bisa
memberikan pengalaman hidup yang bisa diimplementasikan oleh peserta dalam
interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui proses kelompok anggauta menghayati suatu titik di mana mereka
merasa terbelenggu. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka
membuat keputusan lebih awal, yang beberapa diantaranya sudah tidak fungsional
lagi, dan mereka belajar membuat keputusan baru yang sesuai.
29
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem
yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu
waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak
lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik.
Konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey (2005) adalah:
pandangan tentang manusia, perwakilan perwakilan ego, dan scenario scenario
kehidupan dan posisi psikologi dasar.
Sasaran dasar dari analisis transaksional, adalah menolong klien untuk
membuat keputusan baru mengenai perilaku mereka pada saat ini dan arah hidup
mereka. Para individu mempelajari alternatif dari cara hidup yang banci dan
deterministik.
Analisis transaksional didesain untuk mendapatkan pemahaman emosional dan
juga intelektual, tetapi dengan difokuskan pada aspek-aspek yang jelas dan rasional,
peranan terapis sebagian besar terletak pada menaruh perhatian pada isu kognitif dan
didaktis. Konselor berperan membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu
yang tidak menguntungkan, yaitu yang menentukan keputusan awal, menggunakan
rencana hidup, serta mengembangkan strategi dalam hal menangani orang-orang
pada saat ini ingin mereka pertimbangkan kembali.
30
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 1990. Teori dan Praktik dari Konseling dan Psikoterapi, Semarang: IKIP
Seamarang Press (1995).
Corsini, Raymond. 1972. Psikoterapi Dewasa Ini.Surabaya : Ikon Teralitera (2003).
31
top related