makalah nutrisi ternak kecernaan
Post on 22-Dec-2015
90 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan ternak untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam
suatu usaha peternakan. Lahan pertanian yang semakin sempit menyebabkan
ketersediaan hijauan semakin berkurang. Salah satu solusi untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan pemberian pakan alternatif yang berasal dari
limbah pertanian dan agroindustri ataupun bahan pakan seperti jagung kuning,
bekatul, dedak gandum dan bungkil-bungkilan. Pakan adalah yang paling besar
mempengaruhi produktitivitas ternak, karena 60% dari biaya produksi berasal
dari pakan (Williamson dan Payne, 1993). Meskipun potensi genetik seekor
Ternak tersebut tinggi, namun tanpa dukungan pemberian pakan yang
berkualitas baik, maka produksi dari seekor ternak yang diinginkan tidak akan
mencapai optimal.
Meskipun analisis kimiawi dari suatu bahan ada hubungannya dengan
nilai makanan bagi hewan Ternak, hal tersebut sebenarnya tidak menunjukan
daya cernanya. Hewan Ternak per individu dari spesies yang sama, agak
berbeda dalam kesanggupannya untuk mencerna setiap macam makanan yang
diberikan padanya. Oleh sebab itu untuk bahan makanan tertentu perlu
dideterminasi dengan melakukan percobaan- percobaan pencernaan. Banyak
percobaan makanan telah dilakukan dan presentase daya cerna dari bahan
makanan tertentu telah dideterminasi. Hasil yang diperoleh adalah suatu nilai
rata- rata dan tidak dapat digunakan secara seksama terhadap Ternak sendiri-
sendiri atau terhadap jenis Ternak yang berbeda. Nilai kecernaan suatu bahan
pakan, menunjukkan bagian dari zat-zat makanan yang dapat diserap oleh
saluran pencernaan sehingga siap untuk proses metabolisme dalam tubuh
ternak.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Kecernaan?;
1.2.2 Apa saja faktor yang mempengaruhi Kecernaan suatu bahan pakan?;
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Energi?; dan
1.2.4 Bagaimana penentuan nilai Energi pada bahan pakan?
1.3 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian Kecernaan;
1.2.2 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Kecernaan suatu bahan
pakan;
1.2.3 Untuk mengetahui pengertian Energi; dan
1.2.4 Untuk mengetahui penentuan nilai Energi pada bahan pakan.
II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Kecernaan
Kecernaan adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase bahan
makanan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan. Kecernaan
merupakan pencerminan dari kemampuan suatu bahan pakan yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak. Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme di
mana suatu makhluk hidup memproses sebuah zat, dalam rangka untuk
mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi.
Bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang memiliki kecernaan
tinggi sehingga dapat meningkatkan konsumsi pakan, dan kebutuhan nutrien
Ternak dapat terpenuhi, sehingga produksi ternak dapat mencapai optimal.
Kecernaan pakan biasanya dinyatakan berdasarkan BK dan sebagai suatu
koefisien atau presentase. (McDonald et al., 2002).
Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan memberikan arti seberapa
besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang dapat
dicernakan ke dalam saluran pencernaan. Kecernaan dapat dipergunakan
sebagai salah satu cara untuk menentukan nilai pakan dan selanjutnya
dikatakan tinggi nilainya kecernaan suatu bahan pakan penting karena:
1. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan makin besar zat-zat
makanan yang diserap.
2. Walaupun tinggi kandungan zat makanan, jika nilai kecernaannya rendah,
maka tidak ada gunanya.
3. Untuk mengetahui seberapa besar zat-zat yang dikandung pakan yang
dapat diserap untuk kehidupan pokok, pertumbuhan dan produksi.
Nilai kecernaan suatu bahan pakan menunjukkan bagian dari zat-zat makanan
yang dicerna dan diserap, sehingga siap untuk mengalami metabolisme.
3
Pengujian kecernaan dilakukan untuk mengetahui kualitas dari suatu bahan
pakan, karena salah satu faktor penting yang harus dipenuhi oleh suatu bahan
pakan adalah tinggi rendahnya daya cerna bahan tersebut.
2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kecernaan Suatu Bahan Pakan
Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi daya cerna bahan makanan
adalah penting, karena hal tersebut berguna dalam mempertinggi efisiensi
konversi makanan. Dari factor- factor tersebut yng perlu mendapat perhatian
adalah:
1. Suhu
Suhu sekeliling dapat mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap
nafsu makan hewan dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Hal ini
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap derajat daya cerna suatu
bahan makanan.Penelitian dengan sapi perah menunjukan bahwa kenaikan
suhu sampai 900F diiringi dengan kenaikan sesuai dengan daya cerna
bahan makanan.
2. Laju perjalanan melaui alat pencernaan
Bila oleh beberapa hal makanan yang dikonsumsi terlalu cepat melalui alat
pencernaan, maka tidak cukup waktu untuk mencerna zat- zat makanan
secara menyeluruh oleh enzim-enzim pencernaan. Ada kemungkinan pula
bahwa bila laju perjalanan bahan makanan terlalu lambat maka
kehilangan akibat fermentasi akan lebih besar daripada yang dikehendaki,
terutama pada hewan yang makan rerumputan. Pada umumnya data
penelitian menunjukan bahwa perjalanan bahan makanan yang lebih cepat
ada hubungannya dengan daya cerna yang rendah dari bahan makanan
yang dimakan.
3. Bentuk fisik bahan makanan
Pengaruh bahan makanan yang digiling terhadap daya cerna, tergantung
pada bagaimana hewan mengunyah bahan makanan tersebut sebelum
bahan makanan melalui alat pencernaan. Hewan yang sangat muda dan
hewan yang sangat tua yang tidak mempunyai gigi sempurna, tidak dapat
mengunyah makanannya sebaik hewan dewasa dengan gigi yang baik.
Butir- butiran yang digiling untuk hewan memberikan permukaan yang
luas terhadap getah pencernaan dan karenanya dapat mempertinggi daya
cerna. Terdapat bahan makanan berbentuk pellet, ransum yang berbentuk
pellet mempertinggi laju dan efisisensi pertambahan berat badan pada
domba dan sapi. Pemanasan akan memepertinggi daya erna bahan
makanan untuk sebagian ternak
4. Komposisi ramsum
5. Pengaruh terhadap perbandungan dari zat makanan lainnya
Penambahan molase atau gula ke dalam ransum hewan ruminansia dapat
sedikit menurunkan daya cerna, terutama terhadap protein. Karena bakteri
dalam rumen akan mencerna terlebih dahulu gula daripada serat kasar dan
sisa- sisa karbohidrat lainnya dalam ransum yang sulit dicerna. Namun
penambahan garam dan asam yang diencerkan seperti asam laktat (asam
utama dalam susu dan dalam silase) atau asam sulfat ke dalam ransum,
tidak mempengaruhi pencernaan meskipun dalam jumlah besar.
2.3 Pengertian Energi
Energi membuat hewan sanggup melakukan suatu pekerjaan dan
proses- proses produksi lainnya. Semua bentuk energi diubah menjadi panas.
Jadi energi yang ada hubungannya dengan proses- proses tubuh dinyatakan
unit panas (kalori). (Angggorodi, 1994)
Energi pakan yang dikonsumsi ternak dapat digunakan dalam 3 cara:
- Menyediakan energi untuk aktivitas;
- Dapat dikonversi menjadi panas; dan
- Dapat disimpan sebagai jaringan tubuh.
Kelebihan energi pakan yang dikonsumsi setelah terpenuhi untuk kebutuhan
pertumbuhan normal dan metabolisme biasanya disimpan sebagai lemak.
5
Kelebihan energi tersebut tidak dapat dibuang (diekskresikan) oleh tubuh
ternak. Energi disimpan di dalam karbohidrat, lemak dan protein dari bahan
makanan. Semua bahan tersebut mengandung karbon (C) dan hidrogen (H)
dalam bentuk yang bisa dioksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air
(H2O) yang menunjukan energi potensial untuk ternak.
2.4 Penentuan Nilai Energy pada Bahan Pakan
Penentuan nilai energi yang umum adalah dalam istilah energi bruto, energy
dapat dicerna, energy mertabolis, atau energy netto.
2.4.1 Energi Bruto (EB)
Energi Bruto suatu bahan makanan dapat ditentukan dengan
membakar sejumlah bahan tersebut sehingga diperoleh hasil- hasil
oksidasi yang berupa karbon dioksida, air, dan gas- gas lainnya. Untuk
tujuan ini digunakan suatu kalorimeter bom guna mengukur panas
yang ditimbulkan oleh pembakaran tersebut. Penentuan energi bruto
menyatakan jumlah energi kalori dalam bahan pakan.
2.4.2 Energi Dapat Dicerna ( EDD)
Energi dapat dicerna suatu bahan pakan menyatakan dengan bagian
dari bahan pakan yang dimakan yang tidak diekskresi dalam feses.
Bahan makanan diberikan pada hewan dan energi yang terdapat dalam
feses ditentukan dengan calorimeter bom. Perbedaan antara energy
bruto dalam bahan makanan dan energy bruto yang terdapat dalam
feses disebut energy dapat dicerna. Dalam pencernaan dan
penggunaan bahan pakan terdapat tiga macam bentuk kehilangan
energi lainnya yaitu:
- Energi yang hilang dalam urin dan hasil sisa nitrogen lainnya yang
dikeluarkan dalam urin
- Sejumlah kecil energy hilang dalam gas- gas yang terbakar
terutama metana, hasil fermentasi selulosa, pentosan, dan
karbohidrat lainnya dalam pencernaan, terutama dalam rumen
ruminansia.
- Kehilangan energy lebih besar terjadi pada proses seperti
mengunyah, mencerna, dan asmilasi bahan makanan.
2.4.3 Energi Metabolis (EM)
Energi yang hilang dalam feses, pembakaran gas- gas, dan dalam urin,
merupakan sejumlah kehilangan bagi hewan. Energy diubah menjadi
pans untuk menghangarkan tubuh. Hanya energy yang hilang dalam
feses, pembakaran gas- gas, dan urin yang dikurangkan dari jumlah
seluruh energy dalam makanan dan sisanya disebut energy
metabolism. Energy metabolis memperlihatkan nilai suatu bahan
makanan untuk memelihara suhu tubuh.
2.4.4 Energi Netto (EN)
Energi netto adalah bagian dari energy bruto yang ringgal dalam tubuh
untuk tujuan- tujuan yang bermanfaat: tatalaksana, pertumbuhan,
produksi lemak tubuh, roduksi susu, produksi telur, produksi wol, dan
pekerjaan otot.
Sejumlah energi netto yang berasal dari bahan makanan harus
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan sehari- hari dari
hewan. Juga bila hewan tidak makan, sejumlah tertentu dari energy
dibutuhkan untuk fungsi tubuh yang sempurna, termasuk di
anataranya pekerjaan jantung, paru- paru, dan alat- alat tubuh lainnya
dan pekerjaan yang dilakukan urat dagingdalam menghasilkan
pergerkan- pergerakan tubuh.
Apabila terdapat kelebihan energy netto setelah kebutuhan untuk
memelihara tubuh tersebut dipenuhi, maka kelebihan energy netto
tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan, untuk pembentukan
lemak tubuh, untuk produksi susu atau wol, atau untuk pekerjaan-
pekerjaan urat daging.
2.4.5 Energi Netto yang Diperkirakan
7
Nilai energy netto yang diperkirakan dari suatu bahanmakanan dapat
dihitung dengan membandingkan produksi dari bahan makanan
tersebut dengan produksi bahan makanan lainnya yang nilai energy
netto nya belum diketahui.
III
KESIMPULAN
- Kecernaan adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase bahan
makanan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan.
- Faktor- faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah suhu, laju perjalanan
melaui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ramsum,
pengaruh terhadap perbandungan dari zat makanan lainnya
- Energi membuat hewan sanggup melakukan suatu pekerjaan dan proses-
proses produksi lainnya.
- Penentuan nilai energi yang umum adalah dalam istilah energi bruto,
energy dapat dicerna, energy mertabolis, atau energy netto.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum
McDonald, P.; Edwars, R.A.; Greenhalgh, J. F. D., 2002. Animal Nutrision. 6th Edition. Longman, Londin and New York. 543 pp
Williamson, G dan W. J.A Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
top related