makalah masuknya islam indonesia
Post on 04-Aug-2015
2.907 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas Mata Kuliah Studi Hadits
“MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Studi Hadits
Dosen Pengampu : ......................
Disusun Oleh :
Marsudi
Wahyudi
Wahdaniya
Lailatul Masna
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL IBROHIMY
TANJUNGBUMI BANGKALAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat
dan HidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA”. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
menambah pengentahuan penyusun dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam.
Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca
semua, apabila ada kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.
Tanjunbumi, 12 November 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dari seluruh Negara di dunia, Indonesia dianggap sebagai negara yang memiliki
penduduk beragama Islam terbanyak di dunia. Masuknya agama Islam ke Indonesia dan
menjadi agama yang besar di Indonesia, tentunya tidak terjadi begitu saja, namun
mengalami proses yang cukup panjang. Proses itu meliputi jasa para da’i, mubalig, ulama,
dan pemimpin bidang masing-masing dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia.
Kedatangan Islam pada abad ke-7 M ke dunia, dianggap oleh sejarawan sebagai
pembangunan dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, kebudayaan serta
peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad sejak nabi Muhammad menyebarkan
ajaran-ajaran baru dalam bidang teologi monoteistis, bidang kehidupan individu, bidang
kehidupan masyarakat, dan kenegaraan, terbentanglah peradaban Islam dari wilayah
Spanyol sampai benteng Cina, dari lembah Sungai Wolga di Rusia sampai ke Asia
Tenggara, belakangan bahkan sudah hampir keseluruh dunia, yang dirintis oleh Rasul
Muhammad, Khulafa al-Rasyidin, Amawiyah, Abbasiyah.
Saat Islam datang ke Indonesia, sebenarnya kepulauan nusantara sudah mempunyai
peradaban yang bersumber dari kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budha
dari India, yang pengaruh penyebarannya tidak merata. Penyebaran Islam di sebagaian
daerah di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal itu disebabkan Islam yang dibawa oleh
pedagang maupun para da’i dan ulama, penyebarannya menyiarkan suatu rangkaian ajaran
dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari peradaban yang ada.
Dengan kedatangan Islam, masyarakat Indonesia mengalami transformasi dari masyarakat
agraris feodal pengaruh Hindu-Budha kearah masyarakat kota pengaruh Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari
wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman bin Affan RA mengirim delegasi ke Cina
untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di
kepulauan nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti
Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah
perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan
pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi
nusantara sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara
besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari kepulauan nusantara, adalah yang pertama
sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia
berdiri, yakni kerajaan Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat
persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang
menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari
Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di
Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin
yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam
Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah
binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada zaman
Kerajaan Singosari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli,
melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada peng-Islaman penduduk pribumi
nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi
memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya
penduduk nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum
Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti, yaitu ditandai dengan
berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam,
Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh
surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di nusantara seperti
Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.
Setiap kali para penjajah terutama Belanda menundukkan kerajaan Islam di
nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut
berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah
hubungan umat Islam nusantara dengan umat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah
terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan umat Islam
nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit
pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke
Indonesia, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka
mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama
seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali
mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama
dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha.
Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah
menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan
Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud
Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara
Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran
besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat,
yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah.
Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan
Banten, Fathahillah sempat berguru di Mekkah. Bahkan ikut mempertahankan Mekkah
dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad
kaum muslimin nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak
merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun
biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan,
terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat
dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa, Kondisi seperti ini
setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama nusantara
adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara
mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang
sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini
berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada
nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan
kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina),
Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad
18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri
(Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).
B. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Melalui Babak- Babak Yang Penting1
1. Babak pertama, abad 7 masehi (abad 1 hijriah).
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang
datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan
bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan
bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah
mulai merambah di pesisir-pesisir nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia
melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya
juga membawa akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami.
Masyarakat ketika berkenalan dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan
sebagai manusia dan ini yang membedakan masuknya agama lain sesudah maupun
sebelum datangnya Islam.
2. Babak kedua, abad 13 masehi.
Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di
nusantara, yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya
di daerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya
karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina
di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-raja
Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan
Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam
yang lainnya, walaupun masih bersifat lokal.
1 www. masuknya islam ke Indonesia.com Tgl 20 Februari, 17. 45
3. Babak ketiga, masa penjajahan Belanda.
Pada abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia
Belanda ke daerah nusantara yang awalnya hanya berdagang tetapi akhirnya
menjajah. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC,
semejak itu hampir seluruh wilayah nusantara dijajah oleh Hindia Belanda kecuali
Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di nusantara belum sempat
membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran
dakwah terpotong.
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan
antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan
oleh para Ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, mengubah pesantren-pesantren
menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri (peserta didik pesantren) menjadi
jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya
menjadi panglima perangnya. Hampir seluruh wilayah di Indonesia yang
melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah kaum muslimin beserta ulamanya.
Potensi-potensi tumbuh dan berkembang diabad 13 menjadi kekuatan
perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat
pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syairnya berisikan perjuangan.
Ulama-ulama menggelorakan Jihad melawan kaum kafir yaitu penjajah Belanda.
Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi:
Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau
mengadu domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang Padri di
Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.
Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar seorang
Guru Besar ke Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda juga seorang
orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia berpendapat agar
pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah
mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik
praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya
adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji
karena pada saat itulah terjadi pematangan perjuangan terhadap penjajahan.
4. Babak keempat, abad 20 masehi
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau
politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang
dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi
memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat
Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh
dari Al-Qur’an dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah, yang mendapat
pendidikanpun tidak seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi
(bangsawan), karena itu yang pemimpin-¬pemimpin pergerakan adalah berasalkan
dari golongan bangsawan.
Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat
organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam
merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun
1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi
wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yang masih bersifat
kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi
pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.
Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto yang
memimpin organisasi tersebut pada usia 25 tahun, seorang kaum priyayi yang
karena memegang teguh Islam maka diusir sehingga hanya menjadi rakyat biasa. Ia
bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah seorang inspirator utama bagi
pergerakan Nasional di Indonesia. Serikat Islam di bawah pimpinannya menjadi
suatu kekuatan yang diperhitungkan Belanda. Tokoh-tokoh Serikat Islam lainnya
ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang membina para pemuda yang tergabung
dalam Young Islamitend Bound yang bersifat nasional, yang berkembang sampai
pada sumpah pemuda tahun 1928.
Dakwah Islam di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi
seperti lahirnya Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Lembaga-
lembaga ke-Islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia)
yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin
Indonesia) yang anggotanya adalah para pimpinan institusi-institusi ke-Islaman
tersebut.
Di masa pendudukan Jepang, dilakukan strategi untuk memecah-belah
kesatuan kekuatan umat oleh pemerintahan Jepang dengan membentuk kementrian
Sumubu (Departemen Agama). Jepang meneruskan strategi yang dilakukan
Belanda terhadap umat Islam. Ada seorang Jepang yang faham dengan Islam yaitu
Kolonel Huri, ia memotong koordinasi ulama-ulama di pusat dengan di daerah,
sehingga ulama-ulama di desa yang kurang informasi dan akibatnya membuat umat
dapat terbodohi.
Pemerintahan pendudukan Jepang memberikan fasilitas untuk kemerdekaan
Indonesia dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan dilanjuti dengan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan lebih mengerucut lagi menjadi Panitia Sembilan,
Panitia ini yang merumuskan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Piagram
Jakarta merupakan konsensus tertinggi untuk menggambarkan adanya keragaman
Bangsa Indonesia yang mencari suatu rumusan untuk hidup bersama. Tetapi ada
kalimat yang kontroversi dalam piagam ini yaitu penghapusan “7 kata “
lengkapnya kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya
yang terletak pada alinea keempat setelah kalimat Negara berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa.
5. Babak kelima, abad 20 & 21.
Pada babak ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri
terjadinya globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam
internasional secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih utuh yang
meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak terjajah maka
proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat
kultural dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya
masuknya Islam yang secara manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat
yang sebagian besar kaum sudra (kelompok struktur masyarakat terendah pada
masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat. Sejarah membuktikan
bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yang
perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain
Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam
yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah mentakdirkan di Indonesia
merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi masih menjadi tanda
tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.
A. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia.
1. Teori Tentang Masuknya Islam Ke Indonesia
Datangnya Islam ke Indonesia, mula-mula melalui Parsi dan India, dan bukan
langsung dari timur tengah. Perubahan-perubahan terjadi mungkin secara lebih hebat
dari Eropa, seperti Portugis. Pada abad ke-16, bangsa Belanda pada abad ke-17 sampai
pada sebagian abad ke -20 agama Islam muncul dengan kegairahan baru. Kali ini dari
timur tengah pada pertengahan abad ke-19 dan sampai pada sebagian abad ke-20.
Akhirnya serangan sekali-sekali dari Tiongkok serta invasi militer Jepang pada perang
dunia II.2
Secara historis maupun sosiologis, masuknya Islam ke Indonesia, mengalami
banyak masalah baik tentang sejarahnya, maupun perkembangan awal Islam. Islam
dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru
agama (da’i) dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam kegiatan dakwah
pertama itu tidak bertendensi apapun, selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban
tanpa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu saja. Sehingga ada banyak
perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan dimana pertama kali Islam datang
ke Indonesia. Namun, secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sebagai berikut.
a. Pendapat pertama dipelopori oleh sarjana-sarjana Belanda, diantaranya Snouck
Hurgronje yang berpendapat bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M
dari Gujarat (bukan dari Arab langsung). Dengan bukti ditemukannya makam
Sultan yang beragama Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan
Samudra Pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat.
b. Pendapat kedua dikemukakan oleh sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof.
Hamka, yang mengadakan “Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” di
Medan tahun 1963. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah
datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah( + abad ke-7 sampai ke-8 M)
langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13.
c. Sarjana Muslim Kontemporer seperti Taufik Abdullah mengatakan, bahwa
memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau
abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah
di pelabuhan-pelabuhan. Dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-
2 Taufik Abdullah (editor), Islam di Indonesia , (Jakarta: Tinta Mas Indonesia, 1973), hlm. 34
13, barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik.
Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran Baghdad ibukota Abbasiyah oleh
Hulagu. Kehancuran Islam menyebabkan pedagang Muslim mengalihkan aktivitas
perdagangan ke arah Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia tenggara.3
C. Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.4
1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
1) Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan
perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat
utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648
diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
2) Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan
bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan
oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya
ke China.
3) Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya
menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan
Malaya antara tahun 606-699 M.
4) Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of
Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya
mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-
Indonesia pada 672 M.
5) Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia
mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke
Malaya.
6) Prof. S. Muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul
Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa
sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada
hubungannya dengan kaum Muslimin Indonesia.
7) W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled
From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang
3 Sunanto, Op.cit, hlm. 7-124 www.masuknya islam ke Indonesia. com. Tgl 20 Februari, 18.06 WIB
memberitahukan adanya Arab muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun
674). (Ta Shih = Arab Muslim).
8) T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of
The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia
pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
9) Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah
Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan
rombongannya. Pada makam itu terdapat prasasti huruf Arab Riq’ah yang
berangkat tahun 1802 M.
10) Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
1) Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya
kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.
2) K.F.H. van Langen, berdasarkan berita Cina telah menyebut adanya kerajaan
Pase (mungkin Pasai) di Aceh pada 1298 M.
3) J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met
Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-13.
4) Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan
Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke-13, berdasarkan sudah adanya beberapa kerajaaan Islam di
kawasan Indonesia.
5) Dengan datangnya para pedagang ke Indonesia, para da’i dan musafir juga
turut datang. Melalui jalur pelayaran itu pula mereka dapat berhubungan
dengan pedagang dari negeri-negeri di ketiga Benua Bagian Asia. Hal ini
memungkinkan untuk terjadinya hubungan timbal balik, sehingga
terbentuklah perkampungan masyarakat Muslim. Pertumbuhan
perkampungan ini tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi membentuk struktur
pemerintahan dengan mengangkat Meurah Silu, kepala suku Gampung
Samudra menjadi Sultan Malik as-Sholeh.
Tersebarnya Islam ke Indonesia dapat dibagi kedalam beberapa saluran, yaitu:
1) Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran.
2) Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig (sufi pengembara) yang berdatangan
bersama para pedagang .
3) Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubalig dengan
anak bangsawan Indonesia. Dengan perkawinan itu, secara tidak langsung
orang Muslim tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma
kebangsawanan. Apalagi jika pedagang Muslim menikah dengan putri raja,
maka keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan
dan sebagainya.
4) Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai
kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat
perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran
Islam. Misalnya, pusat-pusat pendidikan dan dakwah Islam di kerajaan
Samudra Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang didatangi
pelajar-pelajar dan mengirimi mubalig lokal, diantaranya mengirim Maulana
Malik Ibrahim ke Jawa.
5) Tasafuf dan tarekat. Datangnya para pedagang bersamaan denga para
ulama, da’I, dan sufi pengembara mengakibatkan pengangkatan para ulama
atau sufi menjadi penasehat dan pejabat agama di kerajaan. Misalnya, di
Aceh, ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar-
Raniri, Abd. Rauf Singkel.
Penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para sufi melalui dua cara, yaitu:
1) Dengan membentuk kader mubalig, agar mampu mengajarkan serta
menyebarkan agama Islam di daerah asalnya. Dengan demikian, Abd. Rauf
mempunyai murid yang kemudian menyebarkan Islam ditempat asalnya,
diantaranya Syaikh Burhanuddin Ulakan, kemudian Syaikh Abd. Muhyi
Pamijahan di Jawa Barat, dan sebagainya.
2) Melalui karya-karya tulis yang tersebar dan dibaca diberbagai tempat. Pada
abad ke-17, Aceh adalah pusat perkembangan karya-karya keagamaan yang
ditulis para ulama dan para sufi.
3) Kesenian. Saluran yang banyak dipakai untuk penyebaran Islam terutama di
Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan
banyak cabang seni untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang,
nyanyian, dan seni busana.
Secara kasar, penyebaran Islam di Indonesia dapat dibagi dalam tiga tahap,
yaitu:
1) Dimulai dengan kedatangan Islam, yang diikuti oleh kemorosostan
kemudian keruntuhan Majapahit pada abad ke-14 sampai ke-15.
2) Sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia
sampai abad ke-19.
3) Bermula pada awal abad ke-20 dengan terjadinya “liberalisasi”
kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahap pertama, penyebaran Islam masih relatif di kota pelabuhan.
Namun, tidak lama kemudian Islam mulai memasuki wilayah pesisir lainnya dan
pedesaan. Pada tahap ini pedagang, ulama-ulama guru tarekat (wali di Jawa)
dengan murid-murid mereka memegang peranan penting. Mereka memperoleh
patronase dari penguasa lokal dan dalam banyak kasus penguasa lokal juga ikut
berperan dalam penyebaran Islam. Islamisasi tahap ini sangat diwarnai aspek
tasafuf, meskipun aspek hukum (syariah) juga tidak diabaikan, hal ini disebabkan
Islam tasafuf dengan segala penafsiran mistiknya terhadap Islam dalam beberapa
segi tertentu cocok dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi
asketisme Hindu-Budha dan sinkritisme kepercayaan lokal.5
Pada mulanya Islam mendapatkan kubu-kubu terkuatnya di kota-kota
pelabuhan sekaligus jadi ibu kota kerajaan, seperti Samudra Pasai, Malaka, dan
kota-kota pelabuhan pesisir Jawa. Proses Islamisasi Nusantara berawal dari kota-
kota. Di perkotaan itu sendiri Islam adalah fenomena istana. Istana kerajaan
menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi penguasa
yang disusul kemunculan tokoh-tokoh ulama seperti, Hamzah Fansuri, Samsuddin
Sumatrani, Naruddin al-Raniri, Abd Rauf Singkel dikerajaan Aceh dan Wali Songo
di kerajaan Demak. Tokoh-tokoh ini mempunyai jaringan keilmuan yang luas, baik
di dalam maupun di luar negeri, sehingga menjadikan Islam Indonesia bersifat
Internasional.
5 Sunanto, Op.cit hlm. 13
Kota pelabuhan yang juga menjadi istana kerajaan yang kemudian
berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam didatangi murid-
murid yang nantinya akan menjadi da’i yang menyebarkan Islam lebih lanjut ke
daerah-daerah lain. Kota pelabuhan juga menjadi pusat penggemblengan kader-
kader politik, dan kelak menjadi raja-raja Islam pertama di kerajaan-kerajaan baru.
Tahap kedua, penyebaran Islam terjadi ketika VOC semakin mantap
menjadi penguasa di Indonesia. Pada abad ke-17 VOC baru merupakan salah satu
kekuatan yang ikut bersaing dalam kompetisi dagang dan politik di kerajaan Islam
Nusantara. Akan tetapi pada abad ke-18 VOC berhasil tampil sebagai pemegang
hegemoni politik di Jawa dengan terjadinya perjanjian Giyanti tahun 1755 yang
memecah Mataram menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian
tersebut menjadikan raja-raja Jawa tidak mempunyai wibawa karena kekuasaan
politik telah jatuh ke tangan penjajah, sehingga raja menjadi sangat tergantung
kepada VOC. Campur tangan VOC terhadap keraton makin luas termasuk masalah
keagamaan. Peranan ulama di keraton menjadi terpinggirkan. Oleh karena itu,
ulama keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan sambil memobilisasi petani
membentuk pesantren dan melawan kolonial, seperti kasus Syaikh Yusuf al-
Makassari.6
Tahap ketiga, terjadi pada awal abad ke-20, ketika terjadi liberalisasi
kebijaksanaan pemerintah Belanda mengalami defisit yang tinggi akibat
menanggulangi tiga perang besar, seperti perang Diponegoro, perang Paderi dan
perang Aceh, Belanda mengangkat Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch
memperkenalkan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) yang mengharuskan petani
membayar pajak dalam bentuk hasil pertanian yang dipaksakan. Dari situ, rakyat
mulai mengenal berbagai tanaman untuk perdagangan internasional, sehingga
terjadi revolusi ekonomi di Jawa.7
Pada tahun 1870 terjadi sistem ekonomi liberal, dimana kekuasaan elit lokal
merosot hanya sebagai mandor penanaman. Untuk keperluan ekonomi liberal
prasarana fisik dibangun, perkebunan diperbesar, irigasi, transportasi kereta api di
Jawa dan Sumatera, pengangkutan laut, pelabuhan-pelabuhan baru dibangun di
Tanjung Priuk pada tahun 1893.
6Sunanto, Op.cit, hlm. 147 Ibid, hlm. 15
Namun pada tahun 1963 M di kota Medan, dalam sebuah seminar yang
membicarakan tentang masuknya Islam ke Indonesia, menghasilkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Pertama kali Islam masuk Ke Indonesia pada abad 1 H/7M, yang langsung
datang dari negeri Arab.
2) Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah daerah pesisir Sumatera Utara.
Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam pertama, yaitu
Kerajaan Aceh.
3) Para da’i Islam yang pertama, mayoritas para pedagang. Pada saat itu dakwah
disebarkan dengan damai.8
8 Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, ( Jakarta: Akbar, 2004), hlm. 336
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia, kami
menyimpulkan bahwa:
1. Sebelum Islam datang ke Indonesia, sebenarnya kepulauan nusantara sudah
memiliki peradaban tersendiri, yaitu peradaban yang bersumber dari kebudayaan
asli pengaruh peradaban Hindu-Budha dari India. Sehingga dapat dikatakan
bahwa sebenarnya, Islam bukanlah peradaban pertama yang mendiami kepulauan
nusantara.
2. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia berlangsung dengan cepat dan pesat serta
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia, walaupun masuknya Islam ke
Indonesia berlangsung dalam beberapa bagian tahap atau babak. Cepat dan
pesatnya masuknya Islam ke Indonesia dibuktikan dengan cara penyebarannya
oleh para pedagang, da’i dan ulama, terutama dengan ajaran dan gaya hidup yang
lebih maju dari peradaban yang ada.
3. Dari beberapa sumber yang diperoleh, maka dapat dicatat adanya perbedaan
dalam menentukan kapan masuknya agama Islam di Indonesia. Sumber-sumber
yang dimaksud menetapkan bahwa masuknya Islam ke Indonesia adalah pada
abad ke-7, abad ke-11, dan abad ke-13.
4. Agama Islam terus mengalami perkembangan di Indonesia, walaupun tidak
sedikit tantangan yang datang dari koloniallisme Belanda dan juga para penjajah
dari bangsa lain. Perlawanan ini terutama ditunjukkan oleh kerajan-kerajaan
Islam, maupun organisasi-organisasi kedaerahan dan juga took-tokoh Islam.
Perkembangan selanjutnya pasca kolonialisme diwarnai dalam kekuatan politik
Islam dengan dakwah Islam nasional dan didukung internasional yang
menyentuh semua lapisan masyarakat hingga kini Indonesia menjadi Negara
Muslim terbesar di Dunia.
B. Saran
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
rahmatnya dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan untuk saya
hingga saya bisa menulis makalah ini, dan dengan kekurangan – kekurangan
yang ada pada penulisan maka dari itu saya mengharap saran dan kritik untuk
menuju kepada yang lebih baik.
Penulis mohon kepada para pembaca agar lebih banyak belajar sejarah islam
supaya lebih menyatu dan kuat dalam beragama danh memahami tentang para
pejuang islam. Ungkapan terimakasih kepada Dosen Pengampu sehingga kami
dapat menyelesaikan tulisan ini. Mudah-mudahan Allah SWT meridhoi apa yang
kita kerjakan. Amin
KEPUSTAKAAN
Abdullah Taufik 1973Islam di Indonesia , Jakarta, Tinta Mas Indonesia
Sunanto Musyrifah 2005 Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta, Rajagarafindo
Persada
www.sejarah Islam Nusantara.com
ww. masuknya Islam ke Indonesia.com
www.google.search.com
top related