makalah dasgro acara 1
Post on 22-Dec-2015
38 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ACARA I
PERBANYAKAN VEGETATIF
I. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif.
2. Menguasai teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam usaha memperbanyak tanaman, digolongkan menjadi dua macam
cara yaitu cara generatif yang biasanya melalui bji dan cara vegetatif yang
biasanya melalui organ fisik seperti batang, daun, dan akar tanaman. Perbanyakan
vegetatif merupakan suatu cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman
dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti: ranting, batang, cabang,
pucuk, daun, umbi, dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki
sifat sama dengan induknya.. Perbanyakan vegetatif dilakukan tanpa melalui
proses penyerbukan dan pembuahan sehingga pembuahan ini tidak menggunakan
biji dari tanaman induk (Anonim, 2013). Pembiakan tanaman bertujuan untuk
memperbanyak jenis dan mempertahankan kelestarian jenisnya. Pembiakan
tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara pembaiakan aseksual
(vegetatif) dan cara pembiakan seksual (generatif). Kedua cara pembiakan
tersebut mempunyai perbedaan pada fenotipe dan genotipenya. Perbedaan
fenotipe antara kedua metode tersebut antara lain adalah waktu produksi dan
kesuksesan pembentukan. Secara genetik, keturunan vegetatif identik dengan
induknya, sedangkan pada generatif ditentukan oleh segregasi dan rekombinasi
(Fischer et al., 2008).
Dua sifat dasar sel tanaman yang berperan dalam perbanyakan vegetatif
adalah totipotensi dan dediferensiasi. Totipotensi merupakan potensi atau
kemampuan sebuah sel ntuk tumbuh dan berkembang menjadi individu baru yang
utuh. Implikasi dari totipotensi adalah bahwa semua informasi genetic suatu
tanaman yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan ada di dalam sel
(Fauzy, 2009). Menurut Syam’um (2012), faktor yang sangat berpengaruh
terhadap aktivitas pertumbuhan vegetatif seperti pembelahan, pembesaran, dan
diferensiasi sel antara lain disebabkan karena adanya ketersediaan N bagi
tanaman. N merupakan komponen penyusun klorofil, asam amino, dan protein
yang merupakan bagian penting dalam plasma sel. N sangat dibutuhkan oleh
tanaman pada awal pertumbuhan hingga pembentukan anakan.
Salah satu teknik perbanyakan vegetatif buatan adalah grafting
(penyambungan) dan budding (penempean). Grafting diartikan sebagai seni
penyambungan dua tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya dapat
bergabung, tumbuh, dan berkembang menjadi satu tanaman utuh. Budding adalah
salah satu bentuk grafting dengan ukuran batas atas tereduksi hanya terdiri atas
satu mata tunas (satu titik tumbuh) (Hartmann et al, 1997). Menurut Ashari
(1995), teknik perbanyakan ini dipilih dengan pertimbangan untuk memperbanyak
tanaman yang sukar atau tidak dapat diperbanyak dengan cara stek, perendukan,
pemisahan, ataupun dengan cangkok.
Teknik perbanyakan vegetatif yang lainnya adalah stek. Prinsip stek
adalah memotong, menanam, dan memelihara bagian-bagian tertentu dari
tanaman (akar, batang, dan daun) menjadi individu baru yang tumbuh menjadi
replica genetic dari tanaman induk (Abdullateef, 2012). Dari dasar-dasar itulah
muncul beberapa macam stek organ, yaitu: (Wudianto, 1991)
a. Stek batang (stek kayu)
Merupakan stek yag dikembangkan pada tanaman kayu (cambium).
b. Stek daun (stek pucuk)
Memotong daun tanaman dan ditanam, indikatornya adalah munculnya
tunas baru
c. Stek akar
Akar yang digunakan biasanya adalah akar muda yang masih bersifat
marestematik
Menurut Jumin (2010), pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara
pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh
menjadi individu baru. Contoh dari perkembangbiakan vegetatif antara lain:
1. Okulasi
Okulasi adalah memindahkan sebuah mata tunas ke pangkal bawah
tanaman lain yang sejenis untuk memperoleh tanaman yang mempunyai
sifat gabungan antara kedua tanaman itu. Asal mata tunas yang
ditempelkan mempunyai sifat tajuk baik, sedangkan batang bawah
mempunyai perakaran kuat sehingga kedua sifat tersebut tergabung pada
satu tanaman.
2. Cangkok
Apabila floem pada suatu tanaman diputus, maka hasil fotosintesis akan
berhenti dan terbentuk kalus. Kalus akan merangsang terbentuknya akar
jika menyentuh media yang basah. Cabang atau dahan tempat akar
terbentuk jika dipotong dan ditanam ke tanah akan dipeorleh tanaman
baru. Hal inilah yang dinamakan mencangkok. Keuntungan mencangkok
adalah sifat tanaman sama dengan induknya dan cepat memperoleh bibit
yang diinginkan. Kekurangannya adalah tanaman tidak mempunya akar
tunggang, memakan waktu yang banyak dan merusak pohon induk asal
atau cabang.
3. Stek
Bagian batang, cabang, ranting, atau pucuk yang dipotong untuk ditanam
disebut stek. Stek dibedakan menjadi stek batang, stek cabang, stek
ranting, stek pucuk, stek daun dan stek tunas. Kelemahan stek adalah
susahnya terbentuk akar pada jenis tanaman tertentu, misalnya kopi. Pada
stek batang, ada perlakuan tanaman stek direndam 15 menit dalam ZPT.
ZPT adalah zat pengatur tumbuh dan hormon tumbuh yang merupakan
senyawa organik dalam konsentrasi rendah mampu mendorong,
menghambat, atau secara kualitatif merubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Kusumah dkk., 2012). Faktor yang perlu
diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara lain adalah kondisi
lingkungan secara fisik dan fisiologis bahan yang digunakan sebagai stek.
Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan
terpenting. Ketiga faktor tersebut mempunyai peranan penting dalam
mempertahankan kesegaran stek serta mempengaruhi pembentukan dan
diferensiasi kalus menjadi akar (Robbins and Wilfred, 1966).
4. Sambung
Menyambung adalah menempatkan atau menyambung bagian tanaman ke
bagian lainnya sehingga tercapai persenyawaan yang membentuk tanaman
baru. Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat
berbuah, memperrbaiki bagian tanaman yang rusak, dan untuk
memperbaiki sifat batang atas.
5. Grafting
Grafting dapat dibedakan atas empat macam, yaitu:
a. Approach graft (penyambungan dekat) yaitu menyambung dua
tanaman yang masing-masing tanaman masih berhubungan dengan
akarnya. Bagian yang digabungkan antara dua tanaman itu adalah
bagian atasnya saja. Setelah cukup umur, salah satu batang bawah
dipotong atau dibiarkan terus sampai waktu tertentu.
b. Inarching adalah penyambungan (penyusukan) yang masing-
masing batang atas dan batang bawah tetap berhubungan dengan
akarnya. Hal ini untuk memperoleh tanaman yang daya hisap
haranya tinggi.
c. Detached scion graft adalah batang atas lepas dari akarnya,
diperoleh dari tanaman lainnya yang menjadi batang bawah.
d. Bridge grafting adalah penyambungan yang berbentuk seperti
jembatan, guna untuk mengganti kulit yang rusak.
Dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat diperoleh beberapa
keuntungan, antara lain keturunan yang didapat memiliki sifat genetic yang sama
dengan induknya, tidak memerlukan peralatan khusu, alat dan teknik yang tinggi
kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung
pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinu dengan mudah
sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar
yang dihasilkan dengan cara vegetatif umumnya relative dangkal, kurang
beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik
seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi
dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Adinugraha, dkk., 2007).
Menurut Adinugraha, dkk. (2007), pembiakan vegetatif sangat diperlukan karena
bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya sehingga
mempunyai struktur genetic yang sama, Keuntungan lain dari pembiakan secara
vegetatif adalah untuk pembangunan kebun benih klo, bank klon, dan
perbanyakan tanaman yang penting dari hasil kegiatan pemuliaan seperti hybrid
yang streil atau tidak dapat berproduksi secara seksual serta perbanyakan masal
tanaman terseleksi.
III. METODOLOGI PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-dasar Agronomi acara I, yang berjudul “Perbanyakan
vegetatif” telah dilaksanakan pada hari Selasa, 29 April 2014 di Laboratorium
Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada praktikum ini alat yang
digunakan antara lain: pisau, plastik pembungkus, tali raffia, label, gunting, dan
alat tulis. Bahan yang digunakan antara lain tanah, pupuk kandang atau pupuk
organik, tanaman Annona muncata L. (sirsak), tanaman Sanciviera sp. (lidah
mertua), dan tanaman Citrus sp. (jeruk).
Pada praktikum ini dilakukan 3 cara perbanyakan vegetatif, yaitu yang
pertama adalah cara sambung pucuk tanaman Annona muncata L. Cara kerjanya
yaitu dua tanaman Annona muncata L. yang cabangnya sama besar dipilih untuk
yang berdaun kecil untuk scion dan yang berdaun lebar untuk stock, kemudian
bagian pucuk scion 10-15cm dipotong tergantung besarnya cabang. Daun scion
dikurangi dan disisakan 2-3 helai. Setelah itu batang pangkal scion dipotong
membentuk huruf “V” atau baji, stock dibelah kebawah (dibagian tengah batang)
sepanjang 1-2cm tergantung dari besarnya cabang. Langkah terakhir scion
disisipkan pada stock kemudian diikat dengan tali (tidak boleh terlalu kuat atau
terlalu kendor). Setelah itu dibungkus dengan plastik untuk mengurangi laju
transpirasi pada scion. Untuk perlakuan B sama dengan perlakuan A, namun pada
langkah ketiga daun pada scion tidak disisakan. Perbanyakan vegetatif yang kedua
adalah stek daun, langkah kerjanya ialah daun Sanciviera sp. dan media tanam
disiapkan. Daun kemudian dipotong menjadi tiga bagian, yaitu: ujung, tengah, dan
pangkal. Terakhir bagian stek daun tersebut ditanam kedalam media tanah dan
disiram sampai kapasitas lapang untuk mempercepat pertumbuhan. Perbanyakan
vegetatif yang ketiga adalah stek batang, langkah kerjanya ialah bagian tanaman
yang akan dijadikan bahan stek dipilih dengan panjang 10-15cm dengan satu helai
daun yang disisakan. Bagian pangkal batang Citrus sp. dipotong dengan sudut 45E
lalu dikurangi luas permukaan daunnya dengan memotongnya hingga setengah
bagian. Bahan tanam tersebut ditanam dalam media tanam yang sudah disiapkan,
yaitu dicelup air biasa sebagai perlakuan A, dicelup air kelapa sebagai perlakuan
B, dan ZPT IBA 2000ppm sebagai perlakuan C dan semuanya dicelupkan selama
15 menit. Lalu ditanam dalam polybag dan disungkup dengan plastic dan dijaga
agar terus dalam kondisi lapang. Pemeriksaan stek dilakukan setelah satu bulan.
Stek yang hidup ditandai dengan tumbuhnya tunas daun dan munculnya akar, lalu
dibandingkan pengaruh pemberian ZPT terhadap keberhasilan stek dengan
variabel panjang akar dan tunas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Ujung Tengah Pangkal0
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
Histogram Rerata Panjang Akar Stek Daun
Panj
ang
Akar
Ste
k Da
un
Gambar 1.1 Histogram Rerata Panjang Akar Stek Daun
Ujung Tengah Pangkal0
0.5
1
1.5
2
2.5
Histogram Rerata Jumlah Akar Stek Daun
Jum
lah
Akar
Ste
k Da
un
Gambar 1.2 Histogram Rerata Jumlah Akar Stek Daun
Air Air Kelapa IBA0
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
Histogram Rerata Panjang Akar Stek Batang
Panj
ang
Akar
Ste
k Ba
tang
Gambar 1.3 Histogram Rerata Panjang Akar Stek Batang
Air Air Kelapa IBA0
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
Histogram Rerata Jumlah Akar Stek Batang
Jum
lah
Akar
Ste
k Ba
tang
Gambar 1.4 Histogram Rerata Jumlah Akar Stek Batang
Air Air Kelapa IBA0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
Histogram Rerata Jumlah Tunas Stek Batang
Jum
lah
Tuna
s Ste
k Ba
tang
Gambar 1.5 Histogram Rerata Jumlah Tunas Stek Batang
Berhasil Tidak0%
10%20%30%40%50%60%70%80%
67%
33%
Histrogram Rerata Keberhasilan Sambung Pucuk
Kebe
rhas
ilan
Sam
bung
Puc
uk
Grafik 1.6 Histogram Rerata Keberhasilan Sambung Pucuk
B. PEMBAHASAN
Dalam budidaya tanaman dikenal 2 teknik perbanyakan, yaitu teknik
perbanyakan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif merupakan
reproduksi seksual, Proses perkawinan antara dua tanaman induk yang terpilih
melalui organ bunga pada salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan
menghasilkan buah dengan kandungan biji di dalamnya. Biji ini dapat ditanam
untuk menumbuhkan tanaman yang baru yang memungkinkan terjadinya variasi
karakter, mulai dari sistem perakaran, batang, bunga dan daun yang tergantung
dari indukan yang terpilih.
Proses yang terjadi ialah pada saat setelah terjadinya penyerbukan, inti
generatif serbuk sari akan membelah menjadi dua sel sperma (gamet jantan). Satu
sperma membuahi sel telur untuk membentuk zigot. Sperma yang lain menyatu
dengan kedua inti sel yang terdapat di tengah kantung embrio untuk membentuk
endosperma. Penyatuan dua sel sperma dengan sel-sel yang berbeda dalam
kantung embrio disebut pembuahan ganda. Setelah fertilisasi ganda, bakal biji
akan berkembang menjadi biji dan bakal buah akan berkembang menjadi buah.
Yang akan ditanam untuk menghasilkan tanaman baru tadi ialah dengan jalan
menanam biji yang berada di dalam buah tersebut. Bisa tumbuh akibat proses
alam, ataupun dengan bantuan manusia yang menanamnya.
Apabila biji tersebut ditanam dan tumbuh, maka akan muncul bibit
tanaman yang memungkinkan terjadinya variasi atau keragaman karakter, baik itu
sistem perakaran, batang, daun, dan bunga. Hal ini tergantung dari indukan yang
terpilih. Perbanyakan generatif mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
perbanyakan generatif adalah sistem perakarannya lebih kuat, lebih mudah
diperbanyak, dan jangka waktu berbuah lebih panjang, biaya yang relatif murah,
penyimpanan dalam waktu lama memuaskan, daya hidupnya tetap tinggi bila
disimpan dalam lingkungan yang menghindari kondisi favorable untuk untuk
respirasi dan kegiatan enzimatik, serta memiliki keaneragaman genetic dari hasil
persilangan yang dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman. Kelemahan dari
perbanyakan generatif adalah waktu untuk mulai berbuah lebih lama, sifat turunan
tidak sama dengan tanaman induk dan baru dapat diketahui kualitasnya ketika
tanaman tersebut mulai tumbuh, serta kebanyakan benihnya sulit untuk
berkecambah. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang ada pada
perbanyakan secara generatif maka muncul solusi perbanyakan secara vegetatif.
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan aseksual yang mempunyai
pengertian perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif tanaman
dari induk yang terpilih. Secara umum perbanyakan vegetatif menjadi dua jenis,
yaitu: perbanyakan vegetatif secara alami dan buatan. Perbanyakan vegetatif
alami adalah perbanyakan tumbuhan yang terjadi tanpa disertai campur tangan
manusia, perbanyakan vegetatif secara alami meliputi perbanyakan melalui tunas
seperti pada pisang, umbi lapis seperti pada bawang, umbi batang seperti pada
kentang, umbi akar seperti pada singkong, geragih pada semanggi, spora pada
paku-pakuan, dan akar rimpang pada jahe.
Perbanyakan vegetatif buatan adalah perbanyakan tanaman yang tidak
terjadi secara alami, melainkan dibuat sengaja dengan campur tangan manusia
agar mendapatkan tanaman baru yang cepat dan dapat juga memperbaiki sifat
pada tanaman yang akan ditumbuhkan. Perbanyakan vegetatif buatan ini meliputi,
teknik cangkok yaitu dengan cara menguliti suatu bagian batang tanaman yang
ada, kemudian dibungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh, kemudian dipotong
dan ditanam pada media tanam yang lain. Kemudian sambung pucuk yaitu proses
menyambung pucuk atas tanaman dengan batang bawah suatu tumbuhan sejenis.
Tujuannya menggabungkan dua sifat baik pada tumbuhan sehingga dapat
menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas baik dari dua sifat tersebut. Stek
juga termasuk dalam salah satu teknik perbanyakan vegetatif buatan, stek
merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan
menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru.
Hasil akhir dari perbanyakan vegetatif ini adalah bibit atau tanaman yang
sama dengan induk yang terpilih. Perbanyakan vegetatif mempunyai kekurangan
dan kelebihan. Kelebihan dari perbanyakan vegetatif adalah mampu
memperbanyak tanaman yang tidak memiliki biji (generatif), tanaman lebih cepat
berbuah karena masa muda yang pendek, sifat turunan sesuai dengan induk, dan
tanaman dapat terdiri dari gabungan sifat-sifat yang diinginkan. Kelemahannya
adalah pohon induk akan rusak bentuknya karena pengambilan beberapa bagian
tubuhnya, perakaran yang kurang baik atau kurang kuat, dan terkadang lebih sulit
dikerjakan karena membutuhkan keahlian pada jenis tanaman tertentu. Pada
praktikum kali ini dilakukan tiga macam metode, yaitu stek daun dengan
komoditas Sanciviera sp., stek batang Citrus sp., dan sambung pucuk atau
grafting. Bagian batang, cabang, ranting, atau pucuk yang dipotong untuk ditanam
disebut stek. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru.
Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu
sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi
sebagai zat pengatur tumbuh.
Menurut Sasanti (2009), faktor intern yang paling penting dalam
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis
tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang
berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara
stek, tanaman sumber seharusnya adalah:
1. Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam
kondisi turgid.
2. Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga
27°C.
3. Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber
tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya
ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada
terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran
seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi
rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak
terkena cahaya penuh dan bebas dari hama atau penyakit.
Pada percobaan stek batang bahan tanaman yang digunakan adalah
tanaman Citrus sp. dengan diberikan perlakuan khusus yakni direndam dengan air
biasa, air kelapa dengan konsentrasi 50%, dan ZPT IBA selama 15 menit sebelum
ditanam. Pemilihan batang dilakukan dengan cara memilih 3 batang yang hampir
sama ukurannya untuk 3 perlakuan berbeda. Selain itu juga pada percobaan ini
jumlah daunnya dikurangi dan disisakan 2-3 helai daun untuk mengendalikan laju
transpirasi agar seminimal mungkin, oleh karena itu media tanam harus selalu
dalam kondisi lapang agar kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi dan dapat
muncul tunas baru seperti yang diharapkan.
Pada perlakuan 1 batang yang akan di stek di rendam dalam ZPT. ZPT adalah zat
pengatur tumbuh dan hormon tumbuh yang merupakan senyawa organik dalam
konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat, atau secara kualitatif
merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara fisiologis, ZPT
berfungsi dalam perkembangan dan diferensiasi sel yang dapat memacu
pertumbuhan organ-organ tanaman. Sementara itu pada perlakuan 2 batang
direndam dengan air kelapa 50%. ZPT dibedakan menjadi 6 kelompok, yaitu
auksin, giberelin, sitokinin, asam absisik (ABA), etilen dan retardan. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ZPT banyak digunakan
dalam pertanian modern untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas produk.
Beberapa fungsi ZPT menurut Purwanto (2013) diantaranya ialah :
AUKSIN
1. Perkecambahan biji. Auksin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak
mau berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan biji.
Perendaman biji/benih dengan Auksin juga akan membantu menaikkan
kuantitas hasil panen.
2. Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta
pertumbuhan akar dengan lebih baik.
3. Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang dan mempertinggi
prosentase timbulnya bunga dan buah.
4. Mendorong Partenokarpi. Partenokarpi adalah suatu kondisi dimana
tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan sehingga dapat
menghasilkan buah tanpa biji.
5. Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
6. Mematahkan dominansi pucuk/apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk
tanaman atau akar tidak mau berkembang.
SITOKININ
1. Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting
dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu
kecepatan pertumbuhan tanaman.
2. Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan
dormansi (tidak mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman.
3. Pembentukkan tunas-tunas baru,turut dipacu dengan penggunaan
Sitokinin.
4. Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih
awet.
5. Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
6. Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian
Sitokinin.
GIBERELIN
1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat
proses pembelahan sel.
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah
mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease
dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm
biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi
perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak
endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
4. Berperan pada pemanjangan sel.
5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan
buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini
dinamai partenokarpi.
Air kelapa mengandung kandungan mineral dan kaya akan potasium yang
dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan, sehingga dengan begitu pemberian ZPT
dan air kelapa akan mampu membuat pertumbuhan tanaman lebih cepat yang
nanti hasilnya akan dibandingkan dengan batang yang direndam dalam air biasa
sebagai perlakuan 3 atau control.
Pada percobaan stek daun bahan tanam yang digunakan adalah daun
Sanciviera sp. yang dibagi 3 bagian menjadi ujung, tengah , dan pangkal sebagai
bagian dari perlakuan dan ditanam dalam media tanam yang sama dengan diberi
penutup plastic dan terus dijaga media tanamnya dalam kondisi lapang. Bahan
awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Akar dan tunas
baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau meristem
sekunder. Pada beberapa species, akar dan tunas baru muncul darijaringan kalus
yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan. Masalah pada
stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar
adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan
pembentukan tunas adventif.
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan stek antara
lain adalah kondisi lingkungan secara fisik dan fisiologis bahan yang digunakan
sebagai stek. Suhu dan kelembaban suatu media merupakan faktor lingkungan
terpenting. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila
konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula
tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi hormon tumbuhan
merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Ketiga faktor tersebut
mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesegaran stek serta
mempengaruhi pembentukan akar dan tunas baru.
Metode selanjutnya adalah sambung pucuk atau grafting dengan bahan
tanam tanaman Annona muricata L.. Perbanyakan secara grafiting merupakan
teknik perbanyakan yang mahal karena memelukan banyak tegana terlatih dan
waktu. Grafting dapat dibedakan atas empat macam, yaitu approach graft
(penyambungan dekat), inarching, detached scion graft, dan bridge grafting.
Approach graft (penyambungan dekat) yaitu menyambung dua tanaman yang
masing-masing tanaman masih berhubungan dengan akarnya. Dalam percobaan
ini yang pertama kali dilakukan adalah mencari 2 tanaman Annona muricata L.
yang memiliki cabang sama besar dan lalu mulai menentukan scion dan stock
yang akan disambung. Bagian yang digabungkan antara dua tanaman itu adalah
bagian atas (scion) dan bawah (stock) nya saja. Teknik ini dipilih dengan
pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang tidak bisa atau sukar
diperbanyak dengan cara stek, rundukan, pemisahan atau dengan cangkok.
Penyambungan dilakukan dengan cara menyambungkan scion berupa
bagian pucuk atau tunas dari tajuk pada tanaman batang bawah yang telah
disediakan. Setelah tumbuh lalu disambung dengan ranting/cabang dari pohon
sejenis yang buahnya baik. Kemiringan potongan kurang lebih 45°. Diameter
batang atas harus sesuai dengan diameter batang bawah. Kedua sambungan itu
diikat dengan kuat. Diusahakan agar tidak terjadi infeksi.
Ujung Tengah Pangkal0
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
Histogram Rerata Panjang Akar Stek Daun
Panj
ang
Akar
Ste
k Da
un
Gambar 1.1 Histogram Rerata Panjang Akar Stek Daun
Pada percobaan stek daun dengan bahan tanam Sanciviera sp. diperoleh
hasil panjang akar sebagai berikut: pada bagian ujung daun diperoleh panjang akar
sebesar 0.183 cm; pada bagian tengah daun sebesar 0.316 cm; pada bagian
pangkal daun sebesar 0.85 cm. Daun yang akan digunakan untuk stek daun
haruslah yang memenuhi syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain adalah daun
yang digunakan harus cukup umur sehingga memiliki kandungan karbohidrat
tinggi. Warna daun yang dipilih juga harus berwarna hijau segar karena daun yang
kekuningan menandakan daun itu kekurangan nitrogen yang akan menghambat
pembentukan akar. Bagian daun yang paling baik untuk dilakukan stek daun
adalah bagian pangkal. Hasil percobaan kurang sesuai dengan teori yang ada
dimana seharusnya semua bagian daun dapat tumbuh perakaran baru dengan
persentase kesuksesan yang sama. Fenomena ini dapat terjadi karena saat
memotong daun menjadi 3 bagian daun terlalu lama dibiarkan di udara sehingga
daun mengering dan tentunya dapat mempengaruhi hasil perakaran yang nantinya
akan tumbuh. Selain itu prosentase kesuksessan yang berbeda-beda dapat
disebabkan oleh perlakuan yang sangat beragam karena seharusnya pada saat kita
menstek suatu tanaman, maka tanaman tersebut harus dalam kondisi yang
optimum untuk tumbuh salah satu faktornya adalah menjadi media tanam selalu
dalam kondisi lapangan dan beragamnya tingkat perlakuan mulai dari cara
memotong, kedalaman yang berbeda, sungkup kurang menutup, serta kondisi
media tanam yang berbeda-beda membuat nilai prosentase keberhasilan stek daun
ini sangat beragam.
Ujung Tengah Pangkal0
0.5
1
1.5
2
2.5
Histogram Rerata Jumlah Akar Stek Daun
Jum
lah
Akar
Ste
k Da
un
Gambar 1.2 Histogram Rerata Jumlah Akar Stek Daun
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil jumlah akar sebagai berikut:
pada bagian ujung daun diperoleh jumlah akar sebanyak 1, pada bagian tengah
daun diperoleh jumlah akar sebanyak 2.16, pada bagian pangkal daun diperoleh
jumlah akar sebanyak 1.16. Pertumbuhan akar yang paling baik pada stek daun
adalah pada bagian tengah daun.
Air Air Kelapa IBA0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Histogram Rerata Panjang Akar Stek Batang
Panj
ang
Akar
Ste
k Ba
tang
Gambar 1.3 Histogram Rerata Panjang Akar Stek Batang
Berdasarkan hasil percobaan stek batang dengan bahan tanam Citrus sp.,
diperoleh panjang akar sebagai berikut: pada perlakuan batang direndam ZPT IBA
diperoleh rerata panjang akar 0 cm; pada perlakuan batang direndam air kelapa
diperoleh rerata panjang akar 0 cm; pada perlakuan batang direndam air biasa
diperoleh rerata panjang akar 0 cm sehingga ketiganya dapat dikatakan bahwa
stek batang dalam percobaan ini gagal menumbuhkan akar. Fenomena ini tetap
terjadi walaupun sudah diberi perendaman dengan ZPT, yaitu zat pengatur
tumbuh dan hormon tumbuh yang merupakan senyawa organik dalam konsentrasi
rendah mampu mendorong, menghambat, atau secara kualitatif merubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu juga pada perendaman
dengan air kelapa tidak tumbuh akar padahal air kelapa mengandung kadar kalium
tinggi dan mineral lain yang tidak ditemukan pada air biasa yang dibutuhkan
tanaman untuk tumbuh.
Secara fisiologis, ZPT berfungsi dalam perkembangan dan diferensiasi sel
yang dapat memacu pertumbuhan organ-organ tanaman. Seharusnya pada
percobaan bahwa batang yang sebelumnya direndam dengan ZPT IBA
mempunyai rerata panjang akar yang paling tinggi. Air kelapa merupakan zat
pengatur tumbuh alami yang dapat merangsang pertumbuhan akar. Namun tetap
saja pemberian zat pengatur tumbuh baik secara alami lewat air kelapa dan buatan
lewat ZPT IBA masih belum mampu untuk menumbuhkan akar. Hal ini dapat
terjadi karena ZPT IBA yang digunakan kurang sesuai konsentrasinya dengan
kebutuhan tanaman, sedangkan untuk perlakuan dengan air kelapa bisa saja air
kelapa yang digunakan sudah teroksidasi karena terlalu lama di tempat terbuka
sehingga muncul bakteri pembusuk yang jika tanaman direndam kedalam air
kelapa yang sudah teroksidasi tadi tentu saja bukannya hormon pertumbuhan yang
diserap tetapi malah bakteri yang menghambat pertumbuhan yang diserap.
Sementara perlakuan untuk menjaga media tanam tetap dalam kondisi lapang juga
tidak dilakukan dengan baik, ada beberapa polybag tanaman yang terlihat sangat
kering dan tentu saja faktor kekurangan air seperti ini mempengaruhi tingkat
keberhasilan tumbuhnya akar dalam stek batang ini.
Air Air Kelapa IBA0
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
Histogram Rerata Jumlah Akar Stek Batang
Jum
lah
Akar
Ste
k Ba
tang
Gambar 1.4 Histogram Rerata Jumlah Akar Stek Batang
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil sebagai berikut: jumlah akar
stek batang dengan perlakuan ZPT IBA sebanyak 0; jumlah akar stek batang
dengan perlakuan air kelapa sebanyak 0; jumlah akar stek batang dengan
perlakuan air biasa sebanyak 0. Hasil percobaan kurang sesuai dengan teori
karena seharusnya jumlah akar pada stek batang yang direndam pada ZPT IBA
dan air kelapa lebih baik daripada air biasa. Hal ini dapat terjadi karena saat
pemotongan batang, alat yang digunakan tidak steril dan mengganggu
pertumbuhan akar. Selain itu banyak tanaman yang mengalami kehilangan (putus
atau lepas) daunnya bahkan sampai ada tanaman yang tidak tersisa daunnya
sehingga mempengaruhi fotosintesis dan transpirasi yang terjadi. Tanaman yang
kekurangan laju fotosintesis tentu akan kesulitan tumbuh karena kekurangan zat-
zat yang diperlukan untuk tumbuh dan tanaman yang memiliki laju transpirasi
kecil tentu memiliki kandungan air yang lebih banyak dan rentan busuk
dibandingkan dengan tanaman sejenis yang tumbuh pada kondisi normal.
Kesemua hal tadi dapat berpengaruh terhadap gagalnya tumbuh perakaran dalam
stek batang ini.
Air Air Kelapa IBA0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
Histogram Rerata Jumlah Tunas Stek Batang
Jum
lah
Tuna
s Ste
k Ba
tang
Gambar 1.5 Histogram Rerata Jumlah Tunas Stek Batang
Pada percobaan stek batang, diperoleh rerata jumlah tunas sebagai berikut:
pada perlakuan batang direndam ZPT IBA diperoleh rerata jumlah tunas sebesar
0.67; pada perlakuan batang direndam air kelapa diperoleh rerata jumlah tunas
sebesar 1; pada perlakuan batang direndam air biasa diperoleh rerata jumlah
sebesar 1.16. Hasil percobaan berbanding terbalik dengan teori, yaitu dimana
seharusnya hasil stek batang yang direndam dengan zat pengatur tumbuh lebih
besar daripada yang direndam dengan air biasa namun hasil percobaan
menunjukan hal sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena ZPT IBA yang digunakan
kurang sesuai konsentrasinya dengan kebutuhan tanaman, sedangkan untuk
perlakuan dengan air kelapa bisa saja air kelapa yang digunakan sudah teroksidasi
karena terlalu lama di tempat terbuka sehingga muncul bakteri pembusuk yang
jika tanaman direndam kedalam air kelapa yang sudah teroksidasi tadi tentu saja
bukannya hormon pertumbuhan yang diserap tetapi malah bakteri yang
menghambat pertumbuhan yang diserap. Sehingga pertumbuhan tunas lebih baik
terjadi pada perlakuan yang direndam dengan air biasa karena berada pada kondisi
normal yaitu tumbuh tanpa diberi zat pengatur tumbuh yang kurang sesuai.
Berhasil Tidak0%
10%20%30%40%50%60%70%80%
67%
33%
Histrogram Rerata Keberhasilan Sambung Pucuk
Kebe
rhas
ilan
Sam
bung
Puc
uk
Grafik 1.6 Histogram Rerata Keberhasilan Sambung Pucuk
Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh prosentase keberhasilan
sambung pucuk sebesar 67% sehingga dapat dikatakan berhasil secara rerata,
namun tingkat kegagalan juga cukup tinggi sekitar 33%. Kegagalan ini dapat
disebabkan karena ketidaksesuaian antara ukuran stock dengan scion sehingga
nutrisi tidak dapat berjalan dengan baik. Rongga yang ada diantara scion dan
stock secara tidak sengaja terkena air sehingga menyebabkan kebusukan pada
sambungan tersebut. Selain itu, kegagalan juga dapat disebabkan pengikatan
antara stock dan scion yang kurang atau terlalu kencang. Alat yang kurang steril
juga dapat menyebabkan kegagalan dalam sambung pucuk.
V. KESIMPULAN
Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan aseksual yang mempunyai
pengertian perbanyakan tanaman dengan menggunakan organ vegetatif
tanaman dari induk yang terpilih. Hasil akhir dari perbanyakan vegetatif
ini adalah bibit atau tanaman siap tanam yang memiliki sifat sama dengan
induk yang terpilih.
2. Teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dibagi 2 yaitu secara
alami dan buatan. Perbanyakan vegetatif buatan antara lain adalah okulasi,
stek daun, stek batang, cangkok, dan sambung pucuk atau grafting.
Sedangkan perbanyakan vegetatif alami antara lain adalah tunas, umbi
lapis, umbi batang, umbi akar, geragih, spora, dan akar rimpang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullateef, R. A. 2012. Effect of stem cutting types, position, and hormonal factors on rooting in Stevia rebaudiana. Journal od Agricultural Science 4:49-57.
Adinugraha, H.A., S. Pudjino, dan D. Yudhistiro. 2007. Pertumbuhan stek pucuk dari tunas hasil pemangkasan semai jenis Eucalptus pellita di persemaian. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 1:1-6.
Adinugraha, H.A., S. Pudjino, dan T. Herwan. 2007. Teknik perbanyakan vegetatif jenis tanaman Acacia mangium. Info Teknis Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 5:1-6.
Anonim. 2013. Pengembangan Teknologi Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. <http://bpthbalinusra.net/index.php?option:com-content&view:article&id:313:pengembangan-teknologi-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatif&catid:latest-news>. Diakses pada tanggal 5 Mei 2014.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Fauzy, R. S. 2009. Kultur Jaringan dan Teori Totipotensi. Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.
Fischer, M., E. Winkler, dan B. Schmid. 2008. Simulating the evolution of a clonal trait in plants with sexual and vegetatif reproduction. Journal Of Ecology (1): 161-171.
Hartmann, H. T., D. E. Keser, F. T. Davses, and R. L. Genece. 1997. Plant Propagation Principles and Practices 6th Edition. Prentice Hall, Englewood. New Jersey.
Jumin, H. B. 2010. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kusumah Y. A., Karno, dan Sutarno. 2012. Perbanyakan vegetatif cara stek Desmodium cinereum dan Hibiscus rosasinensis L. dengan pemberian zat pengatur tumbuhan alami dan auksin sintetis. Animal Agriculture Journal (1): 557-565.
Purwanto, W. T. 2013. Pengaruh zat pengatur tumbuh dalam kegiatan budidaya tanaman hortikultura. Jurnal Ilmu Pertanian 5:19-31.
Robbins dan Wilfred. 1966. Botany and Introduction to Plant Science. John Wiley and Sons, USA.
Sasanti, S. 2009. Tatacara Perbanyakan Tanaman dengan Cara Stek. Swasembada Karya Terang. Bogor.
Syam’um, E., Kasmuddin, dan A. Dachlan. 2012. Pertumbuhan vegetatif dan serapan N (nitrogen) tanaman yang diaplikasikan pupuk N anorganik dan mikroba penambat N non-simbiotik. Jurnal Agrivigor 11:251-261.
Wudianto, R. 1991. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
top related