makalah ba persidangan
Post on 14-Jul-2016
307 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
Dosen Pembimbing : Habibullah, S.Ag., MH.
BERITA ACARA PERSIDANGAN
Disusun oleh :
RONALDFRI WILIAM. NIM : 141.2189
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)
YAYASAN PENDIDIKAN PASAMAN (YAPPAS)
LUBUK SIKAPING
T.A. 2016 / 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
dengan judul “Berita Acara Persidangan”
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Hukum Acara Peradilan Agama, dan penulis mencoba untuk
memaparkan apa yang telah penulis tuliskan kedalam makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan banyak terima
kasih, khususnya kepada bapak Habibullah, S.Ag., MH., selaku dosen
mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam pembuatan makalah ini, Pustakawan /
Pustakawati serta dukungan dari seluruh rekan-rekan mahasiswa
Semester IV Hukum STIH Yappas Lubuk Sikaping.
Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini,
dan Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Lubuk Sikaping, Maret 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................. 2
BAB II BERITA ACARA PERSIDANGAN
A. Pengertian Berita Acara Persidangan ...................................3
B. Susunan Berita Acara Persidangan ...................................... 3
C. Tata cara penyusunan berkas Berita Acara Persidangan .....4
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................... 29
B. Saran .....................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berita Acara Persidangan (BAP) adalah sebuah potret jalanya proses
pemeriksaan perkara dalam persidangan yang dimulai dari awal dan
diakhiri sampai dibacakannya putusan / penetapan hakim. Hakim
dalam melaksanakan pemeriksa perkara harus benar-benar
menerapkan hukum acara yang berlaku serta kelaziman beracara, dan
apabila hakim melanggar rambu-rambu hukum acara maka dengan
sendirinya putusan atau penetapannya batal demi hukum.
Berita Acara Persidangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan
sebuah putusan atau penetapan hakim, sebaik apapun putusan atau
penetapan hakim tanpa didukung dengan suatu berita acara sidang
yang memadai, baik dan benar yang sesuai dengan fakta persidangan
maka hanyalah sebuah karangan mejelis hakim belaka.
Bagaimanakah sistematika dari sebuah Berita Acara Persidangan
serta tata cara penyusunan berkas Berita Acara Persidangan tersebut
sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Berita Acara Persidangan ?
2. Bagaimana susunan Berita Acara Persidangan ?, serta
3. Bagaimana tata cara penyusunan sebuah berkas Berita Acara
Persidangan ?
2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Berita Acara Persidangan.
2. Untuk mengetahui susunan Berita Acara Persidangan.
3. Untuk mengetahui tata cara penyusunan sebuah berkas Berita
Acara Persidangan.
BAB IIBERITA ACARA PERSIDANGAN
A. Pengertian Berita Acara Persidangan
Kata berita acara merupakan kata majemuk yang berasal dari kata
“berita” dan “acara”. Secara klasikal kata berita berarti1 cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa, kabar, Pemberitahuan,
pengumuman. Sedangkan kata acara berarti2; Hal atau pokok yang
akan dibicarakan; Hal atau pokok isi karangan; Kegiatan yang
dipertunjukkan, disiarkan atau diperlombakan; Pemeriksaan dalam
pengadilan.
Dalam bahasa Belanda berita acara disebut “dossier” atau “proces
verbaal” atau “verslag” yang artinya berita acara atau berkas perkara.
Sebutan yang sama dalam bahasa Inggris “dossier” atau “official
report” yang juga berarti berita acara.3
Berita acara dilihat dari hukum adalah akta resmi yang mempunyai
nilai autentik karena dibuat oleh pejabat resmi yang berwenang,
sedangkan bila dilihat dari segi fungsinya berita acara adalah akta
resmi yang memuat segala kejadian dalam persidangan pengadilan
berkaitan dengan perkara yang diperiksa, sebagai dasar pembuatan
putusan.4
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
berita acara persidangan adalah akta yang dibuat oleh pejabat resmi
yang berwenang tentang proses pemeriksaan perkara dalam
persidangan yang dijadikan pedoman hakim dalam penyusunan
putusan, sedangkan berita acara sebagai akta autentik, karena semua
1 Team Pustaka Phoenix, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pustaka Phoenix, hal 140
2 Djambatan, 2002, Kamus Hukum Belanda Indonesia , Jakarta, hal 105.3 Yan Pramdya Puspa, 1977, Kamus Hukum Edisi Lengkap, Bahasa Belanda,
Indonesia, Inggris, Semarang, Aneka Ilmu, hal 6864 MARI Pelatihan Tehnis Yustisial, 1995, Panitera dan Jurusita, Jakarta, Proyek
Pembinaan Tehnis Yustisial MARI, hal 14
4
yang tercantum dalam berita acara adalah keterangan resmi,
sepanjang tidak terbukti palsu. Jika ada orang yang menilai palsu
maka harus membuktikan kepalsuannya (Pasal 165 HIR/305 Rbg).
Pasal 97 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 menyebutkan :
“Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda dan Panitera Pengganti
bertugas membantu Hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya
sidang pengadilan”.
Penjelasan resmi pasal 97 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
menyatakan: “Berdasarkan catatan Panitera disusun berita acara
persidangan”.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami hal-hal berikut :
1. Istilah yang dipakai adalah “Berita Acara Persidangan”.
2. Berita Acara Persidangan (BAP) harus dibuat sesudah sidang
berdasarkan catatan sidang dari Panitera sidang.
Dalam buku II Edisi Revisi5 juga dipakai istilah “Berita Acara
Persidangan” dan disebutkan beberapa ketentuan sebagai berikut 6:
1. Hakim/Ketua Majelis bertangung jawab atas pembuatan dan
kebenaran berita acara persidangan dan menandatanganinya
sebelum sidang berikutnya.
2. Panitera Pengganti yang ikut bersidang wajib membuat BAP yang
memuat segala sesuatu yang terjadi di persidangan, yaitu memuat
susunan persidangan, siapa-siapa yang hadir, serta jalannya
pemeriksaan perkara tersebut dengan lengkap dan jelas.
3. Pada waktu musyawarah semua berita acara harus sudah selesai
dibuat dan ditandatangani sehingga dapat dipakai sebagai bahan
musyawarah oleh Majelis Hakim yang bersangkutan.
4. Perkembangan suatu perkara harus dilaporkan oleh Panitera
sidang kepada petugas register untuk dicatat dalam buku register.
5 Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag., 2013, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, hal 39.
6 Damang, Hukum Acara Peradilan Agama, http://www.damang.web.id/2012/09/ h-u-k-u-m-c-r-peradilan-agama.html, diakses pada hari Kamis tanggal 18 Februari 2016
5
Kedudukan BAP ditinjau dari segi hukum, BAP adalah akta autentik,
adapun nilai otentiknya terletak pada :
1. Dibuat oleh pejabat resmi yang berwenang untuk itu yaitu Panitera /
Panitera Pengganti.
2. Ditandatangani oleh Panitera sidang bersama Ketua sidang yang
bersangkutan.
3. Dibuat berdasarkan sumpah jabatan.
Sebagai akta otentik / resmi maka semua yang tertulis dalam berita
acara adalah sah dan resmi, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya
(misalnya dipalsukan). Keabsahan dan keresmian yang melekat pada
BAP ini diperlukan bagi kepastian hukum, sebab jika tidak maka tidak
dapat dijadikan sumber rujukan bagi Hakim dalam mengambil
keputusan dan akan berkait hancurnya seluruh hasil pemerksaan
perkara. Karena itu BAP harus dibuat, disusun dan diketik secara hati-
hati, teliti dan cermat serta jujur, disamping tepat waktu.
Berita acara Persidangan berfungsi sebagai sumber landasan fakta
dan data dalam pengambilan keputusan oleh Hakim karena dalam
BAP dicatat semua kejadian dalam persidangan termasuk di dalamnya
keterangan-keterangan Penggugat, Tergugat, saksi-saksi dan segala
sesuatu tentang alat bukti. Pertimbangan hukum oleh Hakim akan
selalu mengacu kepada fakta-fakta yang tercatat dalam BAP.
B. Susunan Berita Acara Persidangan.
Untuk mudahnya susunan dan berntuk BAP dapat kita bagi menjadi 3
(tiga) bagian yaitu Pendahuluan, Isi dan Penutup.
1. Bagian Pendahuluan BAP berisi
a. Judul (“Berita Acara Persidangan”)
b. Nomor Perkara yang disidangkan
c. Sidang ke berapa
6
d. Nama Pengadilan yang menyidangkan, jenis perkara yang
disidangkan, hari dan tanggal sidang serta tempat
dilangsungkannya sidang.
e. Nama, identitas dan kedudukan pihak-pihak berperkara.
f. Jika pihak prinsifal diwakili oleh kuasanya, maka lebih dahulu
disebut prinsifalnya baru kemudian kuasa hukumnya (pada
sidang pertama sebaiknya tanggal surat kuasa juga disebutkan)
g. Susunan Majelis Hakim dan Panitera dan Panitera sidang.
Pada Berita Acara Persidangan Pertama nama dan kedudukan
serta identitas lengkap Hakim dan Panitera serta para pihak ditulis
dengan lengkap, sedang pada sidang-sidang berikutnya cukup
ditulis : Susunan Persidangan sama dengan persidangan yang lalu
dan pihak-pihak cukup ditulis nama dan kedudukannya.
Jika terjadi perubahan susunan Majelis Hakim misalnya Hakim
Anggota berganti harus dicatat dalam BAP dengan menyebut nama
Hakim pengganti dan sebab-sebabnya, sedang apabila Ketua
Majelis yang diganti harus dibuatkan Penunjukan Majelis Hakim
(PMH) yang baru oleh Ketua Pengadilan Agama
2. Bagian isi BAP.
Bagian isi ini merupakan yang terpenting dari BAP, bagian ini
dimulai dari pernyataan Hakim tentang sidang dibuka dan
dinyatakan terbuka untuk umum, atau tertutup untuk umum, diakhiri
dengan pernyataan penundaan atau penutupan sidang. Dalam
bagian ini semua jalannya pemeriksaan dibuat dalam bentuk tanya
jawab.
Selain itu perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Hadir tidaknya para pihak.
b. Panggilan kepada pihak-pihak sudah patut atau belum, jika
belum patut sidang tidak dapat dilanjutkan.
7
c. Upaya perdamaian harus tergambar dalam BAP (Pasal 154
HIR/130 RBg., SEMA Nomor 2 Tahun 2003) kecuali perkara
volunteer (permohonan).
d. Pembacaan surat gugatan/permohonan.
e. Jawaban, replik dan duplik yang diajukan dengan tertulis, dapat
dijadikan menjadi bagian dari BAP dengan teknik tertentu.
f. Bukti tertulis berupa potocopy harus dijelaskan dibubuhi meterai
cukup atau tidak, dicocokkan atau tidak dengan aslinya, lalu
diminta tanggapan pihak lawan.
g. Bukti tertulis diberi kode untuk Penggugat diberi tanda P.1.
hitam, dst. Untuk Tergugat diberi tanda T.1. biru, dst.
h. Keterangan saksi harus dimuat secara lengkap, disumpah atau
tidak, hubungan dengan pihak-piak berperkara dan keterangan
saksi tersebut harus dimintai tanggapan pihak-pihak berperkara.
3. Bagian Penutup BAP
Bagian penutup ini berisi :
a. pernyataan hakim Ketua bahwa persiangan telah selesai dan
ditutup.
b. jika ada pihak yang tidak hadir, dicatat perintah Hakim Ketua
untuk memangil kembali pihak yang tidak hadir.
c. pada BAP sidang terakhir, mencatat penjelasan Hakim Ketua
kepada pihak-pihak tentang maksud isi amar dan upaya hukum
yang dapat ditempuh, danperintah melakukan pemberitahuan isi
putusan jika ada pihakyang tidak hadir.
d. Nama dan tandatagan Hakim Ketua dan panitera sidang.
C. Tata Cara penyusunan berkas Berita Acara Persidangan.
Secara rinci berita acara persidangan tersebut harus berisi hal-hal
pokok yang terjadi dalam persidangan yang dirangkaikan dalam
8
ungkapan kalimat- kalimat, dengan variable sebagaimana contoh
berikut : 7
1. Judul dan Nomor Perkara.
a. Pada persidangan pertama :
BERITA ACARA PERSIDANGANNomor : ..... / Pdt.G / 20.. / PA .....
b. Pada persidangan lanjutan, di bawah nomor perkara
ditambahkan kata lanjutan.
BERITA ACARA PERSIDANGANNomor : ..... / Pdt.G / 20.. / PA .....
lanjutan
2. Penyebutan tentang pengadilan yang memeriksa perkara dan
tentang hari, tanggal, bulan, dan tahun persidangan.
Pengadilan Agama ................. yang memeriksa perkara
tertentu dalam tingkat pertama pada hari ..................
tanggal ........................... 20.., dalam perkara ..................... antara :
3. Identitas dan kedudukan pihak dalam perkara.
a. Jika Penggugat mengajukan gugatannya sendiri.
.................... bin ........................, umur .... tahun, agama Islam,
pekerjaan .................... bertempat tinggal di ............................
RT ...... RW ......., Desa ....................
Kecamatan ........................., Kabupaten / Kota ..................,
selanjutnya disebut Penggugat, L a w a n
.................... bin ........................, umur .... tahun, agama Islam,
pekerjaan .................... bertempat tinggal di ............................
RT ...... RW ......., Desa .................... 7 Drs. H. Abu Amar, SH.,MH. Berita Acara Persidangan Pada Pengadilan Agama,
http://kuliahhukumindonesia.blogspot.co.id/2008/12/pembuatan-berita-acara-sidang.html, diakses pada hari Kamis tanggal 18 Februari 2016.
9
Kecamatan ........................., Kabupaten / Kota ..................,
selanjutnya disebut Tergugat,
b. Jika Penggugat memberikan kuasa dalam berperkara, maka
ditambahkan kalimat sebagai berikut :
yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya .................., Advokad /
Pengacara yang beralamat dan berkantor di ............,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal ................... terdaftar
pada Register kepaniteraan Pengadilan Agama ...................
tanggal .................
c. Jika Tergugat memberikan kuasa dalam berperkara, maka
ditambahkan kalimat sebagai berikut :
yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya .................., Advokad /
Pengacara yang beralamat dan berkantor di ............,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal ................... terdaftar
pada Register kepaniteraan Pengadilan Agama ...................
tanggal .................
4. Susunan Majelis Hakim dan Panitera sidang.
a. Dalam persidangan pertama :
Susunan persidangan adalah sebagai berikut :
Drs. ...................................., SH., MH sebagai Hakim Ketua
Dra. Hj. ..............................., SH. sebagai Hakim Anggota
............................................, SAg., SH., sebagai Hakim Anggota
............................................, SHI., sebagai Panitera Pengganti
b. Dalam persidangan lanjutan, apabila tidak ada pergantian
Majelis Hakim.
5. Pernyataan sidang dibuka dan terbuka untuk umum.
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum
oleh Hakim Ketua, maka para pihak dipanggil masuk ke ruang
persidangan.
10
6. Keterangan kehadiran dan ketidakhadiran para pihak atau
kuasanya.
a. Dalam hal Penggugat dan Tergugat hadir di persidangan.
Penggugat / Kuasa Penggugat hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
b. Dalam hal masing-masing pihak didampingi oleh kuasanya :
Penggugat hadir menghadap sendiri ke persidangan dengan
didampingi oleh Kuasanya.
Tergugat hadir menghadap sendiri ke persidangan dengan
didampingi oleh Kuasanya.
c. Dalam hal masing-masing pihak diwakili oleh kuasanya :
Untuk kepentingan Penggugat telah hadir kuasanya.
Untuk kepentingan Tergugat telah hadir kuasanya.
d. Dalam hal Penggugat tidak hadir, Tergugat hadir dan mohon
keputusan, diterangkan sebagai berikut :
Penggugat / Kuasa Penggugat tidak hadir menghadap sendiri
ke persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
Tergugat kemudian mohon keputusan.
e. Dalam hal Tergugat tidak hadir, Penggugat hadir dan mohon
keputusan, diterangkan sebagai berikut :
Penggugat / Kuasa Penggugat hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
Tergugat / Kuasa Tergugat tidak hadir menghadap sendiri ke
persidangan.
Penggugat kemudian mohon putusan.
11
f. Dalam hal Penggugat atau Tergugat tidak hadir
Penggugat / Tergugat tidak hadir dan tidak menyuruh orang lain
untuk menghadap sebagai wakilnya, meskipun ia menurut
relaas panggilan tanggal ................. yang telah dibacakan di
persidangan, telah dipanggil secara sah dan patut.
7. Pernyataan penundaan persidangan pada hari, tanggal, bulan,
tahun, jam yang telah ditentukan, dengan alasan :
a. Karena ketidakhadiran salah satu pihak Penggugat atau
Tergugat atau kedua belah pihak, dan Majelis Hakim
memandang perlu untuk menunda persidangan, maka Majelis
Hakim melalui Panitera Pengganti memerintahkan kepada Juru
Sita Pengganti untuk memanggil lagi pihak yang tidak hadir,
serta memerintahkan pihak yang hadir untuk menghadap
persidangan pada hari dan tanggal yang telah ditentukan tanpa
dipanggil lagi.
Penggugat / Tergugat tidak datang menghadap persidangan,
namun Majelis Hakim sesuai ketentuan pasal 150 RBg / 126
HIR, akan memanggil lagi yang bersangkutan, dan kemudian
menunda persidangan pada hari ............ tanggal ..............
jam ....., dengan memerintahkan kepada Juru Sita Pengganti
melalui Panitera Pengganti memanggil Penggugat / Tergugat
agar hadir pada hari dan tanggal persidangan yang telah
ditetapkan, serta memerintahkan kepada Tergugat / Penggugat
agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
b. Para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa
melalui mediasi berdasarkan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun
2008.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari ....... tanggal ................ untuk memberi kesempatan
12
para pihak menempuh proses mediasi tersebut, dengan
memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya
dan mediator agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa
dipanggil lagi, untuk melaporkan hasil mediasinya.
c. Untuk melaksanakan tahapan proses pemeriksaan perkara
dengan agenda penyampaian jawaban Tergugat, replik
Penggugat, duplik Tergugat, pembuktian, kesimpulan, dan
musyawarah Majelis Hakim dan lain-lainnya, disertai penjelasan
perintah kepada para pihak untuk hadir dalam persidangan
tanpa dipanggil lagi atau akan dipanggil lagi melalui juru sita.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari ....... tanggal ................ dengan agenda ..............,
dan memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau
kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa
dipanggil lagi.
d. Untuk memberikan kesempatan kepada Penggugat / Tergugat
mengajukan alat bukti.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari ....... tanggal ................ untuk memberikan
kesempatan kepada Penggugat / Tergugat mengajukan alat
pembuktian, dan memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat
atau kuasanya agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa
dipanggil lagi.
e. Untuk keperluan Majelis Hakim mendengarkan keterangan
Saksi Ahli.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari ....... tanggal ................ untuk meminta pendapat
seorang ahli ............... , dan kemudian memerintahkan kepada
13
Penggugat / Tergugat atau kuasanya agar hadir dalam
persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
f. Untuk keperluan Majelis Hakim melakukan Pemeriksaan
Setempat.
Ketua Majelis Hakim selanjutnya menunda persidangan sampai
dengan hari ....... tanggal ................ untuk terlebih dahulu
melakukan pemeriksaan setempat, dan kemudian
memerintahkan kepada Penggugat / Tergugat atau kuasanya
agar hadir dalam persidangan tersebut tanpa dipanggil lagi.
Pada pemeriksaan perkara di mana Hakim menunda persidangan
pada waktu yang telah ditentukan, maka langsung diikuti dengan
pernyataan penutupan sidang.
8. Dalam persidangan pertama dan lanjutan yang dihadiri para pihak,
memuat keterangan bahwa majelis hakim telah melakukan upaya
mendamaikan para pihak, berdasarkan ketentuan Pasal 154 RBg /
Pasal 130 HIR.
Ketua berusaha untuk mendamaikan para pihak, tetapi tidak
berhasil.
9. Keterangan tentang pelaksanaan mediasi.
a. Majelis Hakim memerintahkan kepada para pihak untuk
melakukan mediasi dengan menjelaskan prosedur mediasi
sesuai Perma Nomor 1 Tahun 2008, dan menunda proses
persidangan untuk memberikan kesempatan para pihak
menempuh proses mediasi.
Ketua Majelis Hakim menjelaskan kepada para pihak atau
kuasanya bahwa berdasarkan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun
2008, para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian
sengketa melalui mediasi. Ketua Majelis Hakim kemudian
memerintahkan kepada para pihak melaksanakan mediasi.
14
Selanjutnya Ketua Majelis mempersilahkan para pihak
meninggalkan ruang sidang untuk memberi kesempatan para
pihak berunding memilih mediator. Persidangan di skors.
Beberapa saat kemuadian skorsing dinyatakan dicabut, para
pihak dipersilahkan masuk ke ruang sidang. Para pihak
kemudian menyampaikan kepada Majelis bahwa mereka telah
berhasil/gagal memilih mediator. (pilih salah satu, berhasil atau
gagal).
b. Apabila para pihak berhasil memilih mediator.
Ketua Majelis Hakim kemudian membuat penetapan tentang
mediator yang dipilih yaitu ...................... dan memberitahukan
kepadanya untuk segera melaksanakan tugas.
c. Apabila para pihak gagal memilih mediator, diterangkan sebagai
berikut :
Ketua Majelis Hakim kemudian menunjuk mediator dari hakim
bukan pemeriksa pokok perkara yang bersertifikat (jila tidak ada,
dari hakim pemeriksa pokok perkara dengan atau tanpa
sertifikat) pada Pengadilan Agama ..............., dan membuat
penetapan tentang mediator yang ditunjuk tersebut serta
memberitahukan kepadanya untuk segera melaksanakan tugas.
10.Dalam persidangan berikutnya keterangan mengenai laporan para
pihak tentang pelaksanaan mediasi.
a. Apabila mediasi berhasil, isi kesepakatan dikuatkan dalam
bentuk akta perdamaian. Berita acara persidangan diawali
dengan judul berita acara persidangan, nomor perkara dan
keterangan lanjutan, setelah keterangan tentang kehadiran para
pihak atau kuasanya, kemudian diterangkan sebagai berikut :
15
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, mediator menyampaikan
pernyataan tertulis kepada Majelis Hakim, bahwa upaya mediasi
telah berhasil.
Para pihak kemudian menyampaikan hasil kesepakatan secara
tertulis yang ditandatangai oleh para pihak / kuasanya dan
mediator. Selanjutnya para pihak mohon kepada Majelis Hakim
untuk dikuatkan dalam Akta Perdamaian.
b. Apabila para pihak tidak menghendaki Akta Perdamaian, tetapi
ada kesepakatan untuk pencabutan gugatan atau menyatakan
perkara telah selesai sebagaimana dimuat dalam kesepakatan
tertulis, diterangkan sebagai berikut :
Para pihak kemudian menyampaikan hasil kesepakatan secara
tertulis yang ditandatangani oleh para pihak dan mediator.
Selanjutnya para pihak mohon kepada Majelis Hakim untuk
mencabut gugatannya / menyatakan perkaranya telah selesai.
Majelis Hakim kemudian memberikan Penetapan mengabulkan
permohonan pencabutan gugatan.
c. Apabila mediasi gagal, diterangkan sebagai berikut :
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, mediator menyampaikan
pernyataan tertulis tertanggal ................ kepada Majelis Hakim,
yang menyatakan bahwa upaya mediasi yang dilaksanakan
pada tanggal ............... telah gagal.
Ketua Majelis Hakim kemudian menyatakan untuk melanjutkan
pemeriksaan perkara ini.
11.Pernyataan sidang dilakukan tertutup untuk umum dalam hal
undang-undang menentukan bahwa pemeriksaan perkara yang
bersangkutan dilakukan dalam sidang tertutup untuk umum,
misalnya dalam pemeriksaan permohonan cerai talak dan atau
gugatan perceraian.
16
Selanjutnya Ketua Majelis Hakim menyatakan, karena persidangan
ini untuk memeriksa perkara permohonan cerai talak / gugatan
cerai, maka persidangan dinyatakan tertutup untuk umum.
12.Pembacaan surat gugatan.
a. Apabila Penggugat tetap pada isi gugatannya.
Lalu dibacakan surat gugatan (catatan gugatan secara lisan),
yang atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, Penggugat
menyatakan tetap pada isi gugatannya.
b. Apabila ada perubahan surat gugatan, dibuat pernyataan
sebagai berikut :
Lalu dibacakan surat gugatan, yang atas pertanyaan Ketua
Majelis Hakim, Penggugat menyatakan ada perubahan /
tambahan pada surat gugatannya, perubahan / tambahan surat
gugatan mana kemudian disampaikan oleh Penggugat kepada
Majelis Hakim.
c. Apabila ada perubahan catatan gugatan secara lisan, dibuat
pernyataan sebagai berikut :
Lalu dibacakan catatan gugatan secara lisan.
Ketua Majelis Hakim kepada Penggugat :
Apakah ada perubahan / tambahan pada gugatan sdr ?
Ya, ada perubahan dan akan saya sampaikan secara lisan, yaitu : a. .......... b. .......... c. Dst ....
13.Pemeriksaan pihak-pihak berkaitan dengan jawaban, replik dan
duplik.
17
Atas pertanyaan Ketua Majelis Hakim, Tergugat / Kuasanya atau
Penggugat / Kuasanya menyatakan telah siap dengan jawaban /
replik / dupliknya secara tertulis. Tergugat / Kuasanya atau
Penggugat / Kuasanya kemudian menyerahkannya kepada Majelis
Hakim dan tembusan / foto copynya kepada pihak lawan.
(Apabila dipandang perlu, Ketua Majelis dapat mempersilahkan
Tergugat / Kuasanya atau Penggugat / Kuasanya untuk
membacakan jawaban / replik / duplik / kesimpulan tersebut).
14.Pemeriksaan alat-alat bukti surat dan saksi-saksi serta tanggapan
pihak lawan.
Sesuai dengan agenda persidangan yang telah ditetapkan oleh
Majelis Hakim, persidangan pada hari ini memasuki tahap
pembuktian.
Atas pertanyaan Ketua Majelis, Penggugat menyatakan telah siap
dengan bukti surat, yang kemudian diserahkan kepada Majelis
Hakim disertai dengan aslinya.
Majelis Hakim kemudian memeriksa bukti surat tersebut dan
setelah dicocokkan, ternyata sesuai dengan aslinya, selanjutnya
diberi kode P.1, P.2, P.3 dst.
Majelis Hakim lalu memberikan kesempatan kepada pihak
Tergugat untuk memeriksa dan bukti surat tersebut.
Ketua Majelis Hakim kepada Tergugat :
Apakah ada tanggapan terhadap bukti surat Tergugat ?
Ya, saya akan menanggapi sebagai berikut : a. Bukti P.1 ................... b. Bukti P.2 ................... c. Dst............................
Selanjutnya Penggugat juga menyatakan bahwa ia telah siap
dengan saksi-saksinya dan mohon kepada Majelis Hakim saksi
tersebut didengar keterangannya.
18
Maka dipanggil masuklah saksi-saksi Penggugat ke dalam ruang
persidangan yaitu :
Saksi I : ..................... bin ...................., umur ... tahun, agama
Islam, pekerjaan ......................, bertempat tinggal di RT
..... RW ....., Desa .....................,
Kecamatan .......................,
Kota/Kabupaten .............................
Saksi II : ..................... bin ...................., umur ... tahun, agama
Islam, pekerjaan ......................, bertempat tinggal di RT
..... RW ....., Desa .....................,
Kecamatan .......................,
Kota/Kabupaten .............................
Atas pertanyaan Ketua Majelis para saksi menerangkan, bahwa
mereka masing-masing kenal dengan para pihak yang berperkara,
tidak ada hubungan keluarga sedarah maupun semenda dan tidak
ada hubungan pekerjaan dengan mereka. Sesudah bersumpah
menurut cara agama Islam, para saksi menyatakan akan
menerangkan yang sebenarnya dan tidak lain dari yang
sebenarnya.
Para saksi kemudian memberikan keterangan secara terpisah
sebagai berikut :
Ketua Majelis Hakim kepada saksi I :
Sejak kapan saudara kenal dengan Penggugat dan Tergugat ?
Saya kenal dengan Penggugat sejak ......... dan kenal dengan Tergugat sejak ................
Dst .......................
Atas keterangan Saksi I tersebut Tergugat menyatakan keberatan
dan menolaknya, karena ........
15.Keterangan saksi ahli jika ada.
19
Untuk memperoleh kejelasan mengenai perkara yang
disengketakan, maka dipanggil masuk menghadap ke persidangan,
seorang ahli .................... yaitu :
................... bin ..................., umur ..., agama Islam,
pekerjaan .................., bertempat tinggal di Desa /
Kelurahan..............., Kecamatan .................., Kabupaten /
Kota ..................
Atas pertanyaan Ketua Majelis saksi menerangkan, bahwa ia tidak
kenal dengan para pihak yang berperkara, tidak ada hubungan
keluarga sedarah maupun semenda dan tidak ada hubungan
pekerjaan dengan mereka.
Sesudah bersumpah menurut cara agama Islam, maka saksi ahli
menyatakan akan menerangkan yang sebenarnya yakni menurut
ilmu pengetahuannya.
Ketua Majelis Hakim kepada saksi ahli :
Sebagi seorang ahli ............... bagaimana pendapat sdr tentang .......................... ?
Menurut pengetahuan saya, tentang hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. ..... 2. .....
Dst .......................
16.Pernyataan sidang terbuka untuk umum sebelum pernyataan
penundaan hari sidang dan pembacaan putusan, apabila
pemeriksaan perkara ybs berdasarkan ketentuan undang-undang
harus dilakukan dalam persidangan tertutup untuk umum, misalnya
dalam perkara perceraian.
Selanjutnya persidangan dinyatakan terbuka untuk umum.
17.Pembacaan putusan.
20
a. Dalam hal pada persidangan pertama Penggugat tidak hadir,
Tergugat mohon putusan dan dikabulkan, lalu Majelis Hakim
menjatuhkan putusan.
Maka Majelis hakim memutuskan untuk memulai pemeriksaan
perkara ini. dan selanjutnya Majelis Hakim menjatuhkan putusan
sebagai berikut :
Mengadili :
- Menggugurkan gugatan Penggugat
- Dst ......
b. Dalam hal pada persidangan pertama Tergugat tidak hadir,
Penggugat mohon putusan dan dikabulkan, lalu Majelis Hakim
menjatuhkan putusan.
Majelis hakim memutuskan untuk memulai pemeriksaan perkara
ini. Kemudian dibacakan surat gugatan dan atas pertanyaan
Hakim, Penggugat menyatakan tetap pada gugatannya.
Selanjutnya Penggugat mohon keputusan, dan berikutnya
Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut :
Mengadili :
- Menyatakan bahwa Tergugat telah dipanggil secara patut
tetapi tidak hadir ;
- Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek ;
- Dst ......
c. Dalam hal Penggugat dan Tergugat hadir, atau salah satu
diantara Penggugat atau Tergugat tidak hadir, setelah perkara
melalui seluruh tahapan pemeriksaan.
Majelis Hakim berusaha untuk mendamaikan para pihak namun
tidak berhasil. Kemudian Ketua Majelis menjelaskan tentang
21
agenda persidangan pada hari ini adalah pembacaan hasil
musyawarah Majelis Hakim.
Selanjutnya Ketua Majelis Hakim membacakan putusan yang
amarnya berbunyi sebagai berikut :
MENGADILI
- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian.
- Menyatakan ..........
- Menghukum...........
- Membebankan kepada Tergugat untuk membayar seluruh
biaya perkara yang sampai dengan saat ini diperhitungkan
sebesar Rp. .........,- ( ......................).
18.Pernyataan persidangan ditutup.
Sesudah itu, persidangan dinyatakan ditutup.
19.Penandatanganan berita acara persidangan oleh ketua majelis dan
panitera / panitera pengganti.
Demikian berita acara persidangan ini dibuat, yang ditandatangani
oleh Ketua Majelis Hakim dan Panitera Pengganti.
Hal-hal pokok sebagaimana uraian di atas, dalam rangkaian
pembuatan berita acara persidangan penggunaannya disesuaikan
dengan variable situasi tahapan persidangan, apakah persidangan
yang pertama atau lanjutan atau terakhir.
BAB IIIPENUTUP
A. Simpulan
Berita Acara Persidangan adalah akta yang dibuat oleh pejabat resmi
yang berwenang tentang proses pemeriksaan perkara dalam
persidangan yang dijadikan pedoman hakim dalam penyusunan
putusan, sedangkan berita acara sebagai akta autentik, karena semua
yang tercantum dalam berita acara adalah keterangan resmi,
sepanjang tidak terbukti palsu. Jika ada orang yang menilai palsu
maka harus membuktikan kepalsuannya (Pasal 165 HIR/305 Rbg).
Untuk mudahnya susunan dan berntuk BAP dapat kita bagi menjadi 3
(tiga) bagian yaitu Pendahuluan, Isi dan Penutup.
1. Bagian Pendahuluan BAP berisi Judul, Nomor Perkara, Sidang ke
berapa, Pengadilan yang menyidangkan, jenis perkara, hari dan
tanggal sidang serta tempat dilangsungkannya sidang, Nama,
identitas dan kedudukan pihak-pihak, dan Susunan Majelis Hakim
dan Panitera dan Panitera sidang.
2. Bagian isi BAP, bagian ini dimulai dari pernyataan Hakim tentang
sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum, atau tertutup
untuk umum, diakhiri dengan pernyataan penundaan atau
penutupan sidang. Dalam bagian ini semua jalannya pemeriksaan
dibuat dalam bentuk tanya jawab.
3. Bagian Penutup BAP yang berisi pernyataan hakim Ketua bahwa
persidangan telah selesai dan ditutup, jika ada pihak yang tidak
hadir, dicatat perintah Hakim Ketua untuk memangil kembali pihak
yang tidak hadir, pada BAP sidang terakhir, mencatat penjelasan
Hakim Ketua kepada pihak-pihak tentang maksud isi amar dan
upaya hukum yang dapat ditempuh, dan perintah melakukan
pemberitahuan isi putusan jika ada pihakyang tidak hadir serta
Nama dan tandatagan Hakim Ketua dan panitera sidang.
23
Secara rinci berita acara persidangan tersebut harus berisi hal-hal
pokok yang terjadi dalam persidangan yang dirangkaikan dalam
ungkapan kalimat - kalimat, dengan variable situasi tahapan
persidangan, apakah persidangan yang pertama atau lanjutan atau
terakhir.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, menimbang berita acara sebagai akta
autentik, karena semua yang tercantum dalam berita acara adalah
keterangan resmi, sepanjang tidak terbukti palsu. Maka untuk
mempermudah proses pembuatan Berita Acara Tersebut dapat
kiranya di bantu dengan alat perekam yang digunakan selama
berlansungnya sidang, dan untuk pembuatan berita acara sidang
panitera disamping berpedoman pada catatannya selama sidang juga
dapat mendengarkan hasil dari rekaman sidang untuk menghindari
kesalahan dalam pembuatan Berita Acara Sidang tersebut.
Daftar Pustaka
Djambatan, 2002, Kamus Hukum Belanda Indonesia , Jakarta.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag., 2013, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI Direktorat
Jenderal Badan Peradilan Agama.
MARI Pelatihan Tehnis Yustisial, 1995, Panitera dan Jurusita, Jakarta,
Proyek Pembinaan Tehnis Yustisial MARI.
Team Pustaka Phoenix, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Pustaka Phoenix.
Yan Pramdya Puspa, 1977, Kamus Hukum Edisi Lengkap, Bahasa
Belanda, Indonesia, Inggris, Semarang, Aneka Ilmu.
Damang, Hukum Acara Peradilan Agama, http://www.damang.web.id/
2012/09/h-u-k-u-m-c-r-peradilan-agama.html.
Drs. H. Abu Amar, SH.,MH. Berita Acara Persidangan Pada Pengadilan
Agama,
http://kuliahhukumindonesia.blogspot.co.id/2008/12/pembuatan-be -
rita-acara-sidang.html.
top related