mahkum fih & mahkum bih
Post on 22-Jul-2015
151 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAHKUM FIH &
MAHKUM ‘ALAIH
Nama kelompok 4
Al gazali
Fikri haikal
Luthfi sundoro
Mutiara guswanti
Firdausi dwi isnaini
Kelas:XII social 1
1.MAHKUM BIH
A.Pengertian Mahkum fih
Menurut Usuliyyin,yang dimaksud dengan Mahkum fih adalah
obyek hukum,yaitu perbuatan seorang mukalllaf yang terkait dengan
perintah syari’(Alloh dan Rosul-Nya), baik yang bersifat tuntutan
mengerjakan; tuntutan meninggalkan; tuntutan memilih suatu pekerjaan.
Para ulama pun sepakat bahwa seluruh perintah syari’ itu ada objeknya
yaitu perbuatan mukallaf. Dan terhadap perbuatan mukallaf tersebut
ditetapkannya suatu hukum:
Contoh:
1.Firman Alloh dalam surat al baqoroh:43
)البقرة ( و اقيمو االصالة
Artinya:”Dirikanlah Sholat”
Ayat ini menunjukkan perbuatan seorang mukallaf,yakni tuntutan
mengerjakan sholat,atau kewajiban mendirikan sholat.
2.Firman Alloh dalam surat al an’am:151
)االنعا م ( والتقتلواالنفس االتي حر م هللاا اال باالحق
Artinya:”Jangan kamu membunuh jiwa yang telah di haramkan oleh Alloh
melainkan dengan sesuatu (sebab)yang benar”
Dalam ayat ini terkandung suatu larangan yang terkait dengan
perbuatan mukallaf,yaitu larangan melakukan pembunuhan tanpa hak
itu hukumnya haram.
3.Firman Alloh dalam surat Al-maidah:5-6
6-5الى الصالة فا غسلوا وجو هكو و ايد يكم الى المرا فق الما ئد ه اذاقمتم
Artinya:”Apabila kamu hendak melakukan sholat,maka basuhlah mukamu
dan tangan mu sampai siku siku”
Dari Ayat diatas dapat diketahui bahwa wudlu merupakan
salah satu perbuatan orang mukallaf,yaitu salah satu syarat sahnya
sholat.
Dengan beberapa contoh diatas,dapat diketahui bahwa objek hukum
itu adalah perbuatan mukallaf.
B.Syarat –syarat mahkum fih
a. Mukallaf harus mengetahui perbuatan yang akan di
lakukan.sehingga tujuan dapat tangkap dengan jelas dan dapat
dilaksanakan.Maka seorang mukallaf tidak tidak terkena tuntutan untukk
melaksanakan sebelum dia tau persis.
Contoh:Dalam Al qur’an perintah Sholat yaitu dalam ayat “Dirikan Sholat”
perintah tersebut masih global,Maka Rosululloh menjelaskannya sekaligus
memberi contoh sabagaimana sabdanya”sholatlah sebagaimana aku
sholat”begitu pula perintah perintah syara’ yang lain seperti zakat,puasa dan
sebagainya.tuntutan untuk melaksanakannya di anggap tidak sah sebelum di
ketahui syarat,rukun,waktu dan sebagainya.
b. .Mukallaf harus mengetahui sumber taklif. seseorang harus
mengetahui bahwa tuntutan itu dari Alloh SWT.Sehingga ia melaksanakan
berdasarkan ketaatan dengan tujuan melaksanakan perintah Alloh
semata.berarti tidak ada keharusan untuk mengerjakan suatu perbuatan
sebelum adanya suatu peraturan yang jelas.hal ini untuk menghindari
kesalahan dalam pelaksanaan sesuai tuntutan syara’.
c. Perbuatan harus mungkin untuk dilaksanakan atau ditinggalkan,berkait dengan
hal ini terdapat dengan beberapa syatat yaitu:
1. tidak syah suatu tuntutan yang dinyatakan mustahil untuk dikerjakan atau di
tinggalkan.
2. tidak syah hukumnya seseorang melakukan perbuatan yang di taklifkan untuk
dan atas nama orang lain.
3. tidak sah suatu tuntutan yang berhubungan dengan perkara yang berhubungan
dengan fitrah manusia.
4. tercapaianya syarat taklif tersebut, seperti iman dalam masalah ibadah,suci
dalam masalah sholat.
C .Al masyaqqoh
Perlu diketahui bahwa salah satu syarat tuntutan harus bisa dilakukan, tidak
terlepas dari itu dalam melaksanakannya pasti ada ada suatu kesulitan. untuk itu akan
kami jelaskan yang dimaksud adalah masyaqqoh (halangan) serta pembagiannya
Masyaqqoh itu ada dua macam yaitu:
1. Masyaqqoh mu’tadah
Yaitu kesulitan yang mampu diatasi oleh manusia tanpa menimbulkan
bahaya bagi dirinya kesulitan seperti ini tidak bisa di jadikan alasan untuk tidak
mengerjakan taklif,karena setiap perbuatan itu tidak mungkin terlepas dari
kesulitan.contohnya:Diwajibkannya adanya sholat ini buakan bermaksud agar badan
capek atau bagaimana,akan tetapi untuk melatih dirinya diantaranya bisa mencegah
perbuatan keji dan mungkar
2 Masyaqqoh goiru mu’tadah
Yaitu suatu kesulitan/kesusahan yang diluar kekuasaan manusia
dalam mengatasinya dan akan merusak jiwanya bila di paksakan.Alloh
tidak tidak menuntut manusia untuk melakukan perbuatan yang
menyebabkan kesusahan.seperti puasa yang terus menerus sehingga
mewajibkan selalu bangun malam untuk sahur.
ير يد هللاا بكم اليسر و ال ير يد بكم العسر البقره
Artinya:Alloh menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu(al baqoroh 185)
D.Macam macam mahkum bih
Dilihat dari segi yang terdapat dalam perbuatan itu maka mahkum fih di bagi
menjadi empat macam:
1. Semata mata hak Alloh,yaitu sesuatu yang menyangkut kepentingan dan
kemaslahatan.dalam hak ini seseorang tidak di benarkan melakukan pelecehan
dan melakukan suatu tindakan yang mengganggu hak ini.hak ini semata mata
hak Alloh.dalam hal ini ada delapan macam:
a. ibadah mahdhoh (murni) seperti iman dan rukun iman yang lima
b. ibadah yang di dalamnya mengandung makna pemberian dan
santunan,seperti:zakat fitrah,karena si syaratkan niat dalam zakat fitrah
c. bantuan/santunan yang mengandung ma’na ibadah seperti: zakat
yang dikeluarkan dari bumi
d. biaya/santunan yang mengandung makna hukuman,seperti:
khoroj (pajak bumi) yang di anggap sebagai hukuman bagi orang yang
tidak ikut jihad.
e. hukuman secara sempurna dalam berbagai tindak pidana sperti
hukuman orang yang berbuat zina
f. hukuman yang tidak sempurna seperti seseorang tidak diberi hak
waris,karena membunuh pemilik harta tersebut.
g. hukuman yang mengandung makna ibadah seperti:kafarat orang
yang melakukan senggama disiang hari pada bulan ramadhan
h hak hak yang harus di bayarkan,seperti: kewajiban
mengeluarkan seperlima harta tependam dan harta rampasan.
2. Hak hamba yang berkait dengan kepentingan pribadi
seseorang seperti ganti rugi harta seseorang yang di rusak.
3. Kompromi antara hak Alloh dengan hak hamba,tetapi hak
alloh didalamnya lebih dominan,seperti hukuman untuk tindak
pidana.
4. Kompromi antara hak Alloh dan hak hamba,tetapi hak hamba
lebih dominan,seperti masalah qishos.
2. MAHKUM ‘ALAIH
A.Pengertian mahkum alaih
Menurut ushuliyyin yang di maksud mahkum alaih
secara bahasa adalah seseorang yang perbuatannya dikenai
khitob Alloh SWT yaitu yang di sebut mukallaf.dalam arti
bahasa yaitu yang di bebani hukum,sedangkan dalam istilah
ushul fiqih mukallaf sering di sebut subjek hukum.
B.Dasar Taklif
Orang yang dikenai taklif adalah mereka yang sudah di anggap mampu
untuk mengerjakan tindakan hukum atau dalam kata lain seseorang bisa di bebani
hukum apabila ia berakal dan dapat memahami secara baik taklif. Maka orang yang
belum berakal di anggap tidak bisa memahapi taklif dari syari’(Allod dan Rosulnya)
sebagai sabda nabi:
البخا رواه )فقر فع القلم عن ثال ث عن النا ئم حتى يستيقظ و عن الصبي حتى يحتلم و عن المجنون حتى ي
(رى والتر مذى والنسا ئى وابن ما جه والدارقطنى عن عا ئثه وابى طا لب
Artinya:Di anggat pembebanan hukum dari 3(jenis orang) orang tidur sampai ia bangun,anak kecil
sampai baligh,dan orang gila sampai sembuh.(HR.Bukhori.Tirmdzi,nasai.ibnu majah dan
darut Quthni dari Aisyah dan Aly ibnu Abi Thalib)
C.Syarat syarat taklif
Syarat taklif ada 2 yaitu:
1. orang itu telah mampu memahami khitob syar’i(tuntutan syara’) yang terkandung
dalam Al qur’an dan sunnah baik langsung maupun melalui orang lain.Kemampuan untuk
memahami taklif ini melalui akal manusia,akan tetapi akan adalah sesuatu yang abstrak dan
sulit di ukur ,indikasi yang kongkrit dalam menentukan seseorang berakal atau belun.indikasi
ini kongkrit itu adalah balighnya seseorang yaitu dengan di tandai dengan keluarnya haid
pertama kali bagi wanita dan keluarnya mani bagi pria melalui mimpi yang pertama kali atau
sempurnanya umur lima belas tahun.
2. Seseorang harus mampu dalam bertindak hukum,atau dalam ushul fiqh di sebut
Ahliyyah.maka seseorang yang belum mampu bertindak hukum atau belum balighnya
seseorang tidak dikenakan tuntutan syara’.begitu pula orang gila,karena kecakapan bertindak
hukumnya hilang.
C.Pengertian Ahliyyah
Secara harfiyyah ahliyyah adalah kecakapan menangani sesuatu urusan
Adapun Ahliyyah secara terminologi adalah suatu sifat yang di miliki seseorang yang
dijadikan ukuran oleh syari’untuk menentukan seseorang telah cakap dikenai
tuntutan syara’
Pembagian ahliyyah
1. Ahliyyah ada’
Yaitu kecakapan bertindak hukum bagi seseorang yang di anggap sempurna untuk
mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya,baik yang bersifat positif maupun
negatif.ukuran untuk menentukan seseorang telah memiliki ahliyyah ada’adalah aqil
baligh dan cerdas
2. Ahliyyah Al-wajib
Yaitu sifat kecakapan seseorang untuk menerima hak hak yang menjadi
haknya,tetapi belum mampu untuk di bebani seluruh kewajiban,
Para usuliyyin membagi ahliyyah al wujub ada 2 bagian:
1 .Ahliyyah al wujub an-naqishoh.
Yaitu anak yang masih berada dalam kandungan ibunya(janin)janin inilah sudah
dianggap mempunyai ahliyyah wujub akan tetapi belum sempurna.
2. Ahliyyah al wujub al kamilah
Yaitu kecakapan menerima hak bagi seseorang anak yang telah lahir ke dunia
sampai dinyatakan baligh dan berakal,sekalipun akalnya masih kurang seperti
orang gila
-Halangan ahliyyah
Dalam pembahasan awal bahwa seseorang dalam bertindak hukum di lihat dari segi
akal,tetapi yang namanya akal kadang berubah atau hilang sehingga ia tidak mampu
lagi dalam bertindak hukum.seseorang kecakapannya bisa berubah karena di
sebabkan oleh hal hal berikut:
Awaridh samawiyyah yaitu halangan yang datangnya dari Alloh bukan di sebabkan
oleh manusia seperti: gila, dungu, perbudakan, sakit yang berkelanjutan kemudian
mati dan lupa
Al awaridh al muktasabah yaitu halangan yang disebabkan oleh perbuatan manusia
seperti mabuk,terpaksa,bersalah,dibawah pengampunan dan bodoh.
III. SIMPULAN
Semua perbuatan mukallaf yang berkaitan dengan hukum syara` dinamakan
dengan Mahkum Fiih. Akan tetapi ada beberapa syarat tertentu agar perbuatannya dapat
dijadikan objek hukum. Dalam mengerjakan tuntutan tersebut tentu mukallaf mengalami
kesulitan-kesulitan (masyaqqah).Ada yang mampu diatasi manusia seperti : sholat, puasa dan
haji. Meskipun pekerjaan ini terasa berat, tapi masih bisa dilakukan oleh mukallaf.Ada
kesulitan yang tidak wajar yang munusia tidak sanggup melakukannya seperti puasa terus
menerus dan mewajibkan untuk bangun malam, atau suatu pekerjaan sangat berat seperti
perang fi- sabilillah, karena hal ini memerlukan pengorbanan jiwa, harta dan
sebagainya.Mukallaf yang telah mampu mengetahui khitob syar’i(tuntutan syara’) maka
sudah di kenakan taklif. Semoga bermanfaat. wallohu a’lam bissowab.
top related