lp post partum
Post on 27-Dec-2015
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
POSTNATAL CARE
A. KONSEP MEDIK
1. Pengertian.
Masa pascapartum merupakan suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ
reproduksi kembali sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer, seorang anak,
ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu antara
terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil (Reeder,
Martin, & Koniak-Griffin, 2011).
Periode pospartum merupakan waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru
(Hamilton, 2011).
Masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat reproduksi setelah persalinan yaitu
dua jam setelah kala IV sampai 6 - 8 minggu kemudian (Yulifah & Yusmanto, 2011).
Puerperium (masa nifas) adalah masa pulih kembali, dari persalinan sampai selesai
sampai alat-alat kandungan seperti pra hamil, yang lamanya 6-8 minggu.
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan, berlangsung dalam 24 jam pertama.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Reumate puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahun.
2. Tujuan Asuhan Keperawatan Masa Post Partum
a. Mencegah terjadinya perdarahan dan komplikasi pascapartum lainnya
b. Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan dan eliminasi
c. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk mulai
mengintegrasikan proses kelahiran menjadi pengalaman hidup mereka
d. Memelihara proses kedekatan dengan neonates (Hamilton, 2011).
1
3. Perubahan fisiologi masa nifas.
a. Involusi uteri.
Proses involusi adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi oto-otot
polos uterus. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Setelah bayi dan palsenta dilahirkan, uterus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Pada involusi
uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur – angsur
akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30
gram dan pada hari ke-10 uterus tidak dapat lagi dipalpasi pada abdomen. Selain itu
proses involusio disebabkan oleh proses otolisis yaitu sebagian material protein
dinding uterus dipecah menjadi komponen yang lebih sederhana yang kemudian
diabsorbsi.
Proses Involusi nornal
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus
Plasenta lahir
7 hari (1 minggu)
14 hari ( 2 minggu)
42 hari ( 6 minggu)
56 hari (8 minggu)
Setinggi pusat
Pertengahan pusat dan simfisis
Sebesar hamil 2 minggu
Tak teraba
Normal
1000 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
Kesembuhan sempurna pada akhir masa puerperium (Manuaba, 2009).
b. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan membrane palsenta dikeluarkan, tempat palsenta menjadi
area yang menonjol, nodular dan tidak beraturan. Konstriksi vascular dan trombus
menyumbat pembuluh adarah yang ada dibawah tempat palsenta tersebut,
menyebabkan hemostatis dan menyebabkan nekrosis daerah endometrium.
2
c. Afterpains
Afterpains merupakan kontraksi uterus yang intermitten setelah melahirkan
dengan berbagai intensitas. Rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada abdomen
bagian bawah sering dialami oleh multipara oleh karena otot-otot uterusnya tidak lagi
dapat mempertahankan retraksi yang tetap karena penurunan tonus dari proses
persalinan sebelumnya. pada primipara, tonus otot meningkat dan otot-ototnya masih
dalam kondisi kontraksi dan retraksi yang tonik sehingga umumnya tidak mengalami
afterpain. Namun jika uterus sangat besar (kehamilan multiple, polihidramnion) akan
terjadi kontraksi intermitten yang menyebabkan afterpain.
Afterpains seringkali terjadi bersamaan dengan menyusui, saat kelenjar
hipofisis posterior melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin
menyebabkan kontraksi saluran lacteal pada payudara, mengeluarkan kolostrum atau
ASI dan menyebabkan otot-otot uterus berkontraksi. Sensasi afterpain dapat terjadi
selama kontraksi uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah dari rongga
uterus. ((Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2011)). Afterpain dapat dijumpai hari ke
3-4 PP (Hamilton, 2011).
d. Lokhia.
Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari
tempat implantasi plasenta disebut lochia.
Type lokia :
1) Lokia rubra; keluar berwarna merah gelap terjadi pada 2
sampai 3 hari pertama. Lokia ini mengandung sel-sel epitel, eritrosit, leokosit, dan
desidua serta memiliki bau kareteristik manusia.
2) Lokia serosa; keluar berwarna merah muda sampai kecoklatan,
terjadi dari 3 samapai 10 hari setelah kelahiran. Lokia serosanguineous ini
mengandung desidua, eritrosit, leokosit, lendir servic, dan mikroorganisme. Lokia
serosa memiliki bau yang keras.
3) Lokia alba; keluaran hampir tidak berwarna sampai krem
kekuningan, terjadi dalam 10 hari samapai 3 minggu setelah kelahiran. Lokia ini
3
mengandung leokosit, desidua, sel-sel epitel, lemak, lendir servic, kristal
kolesterol, dan bakteri. Lokia alba seharusnya tidak berbau.
4) Lokia purulenta; terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
5) Lokia statis; Lokia tidak lancar keluarnya
e. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensinya lunak, terkadang terdapat pelukaan-perlukaan kecil,
setelah bayi lahir, tangan masih biasa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari setelah 7 hari hanya dilalui 1 jari. Involusi serviks yang lengkap bisa
berlangsung 3 samapai 4 bulan. Kelahiran anak bisa mengakibatkan perubahan
permanen pada osteum serviks dari bulat menjadi memanjang.
f. Vagina dan perineum
Vagina halus dan membengkak, dengan tonus yang buruk setelah kelahiran.
Rugae tampak kembali dalam 3 sampai 4 minggu pascapartum. Indeks estrogen
kembali dalam 6 sampai 10 minggu. Perineum Tampak edema dan memar setelah
melahirkan, biasa ditemukan episiotomy atau laserasi
g. Ligamen-ligamen
Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun
h. Dinding abdomen
Tetap lunak dan mengendur selama beberapa waktu setelah melahirkan. Striae
tetap, tetapi putih perak. Diastasis rekti (pemisahan otot-otot rektus abdominis) dapat
terjadi pada wanita dengan tonus otot yang buruk.
i. Payudara
Perubahan Payudara meliputi hal berikut ini :
1) Terjadi penurunan cepat kadar estrogen dan progesterone, dengan peningkatan
sekresi prolaktin setelah melahirkan.
4
2) Kolostrum sudah ada pada waktu melahirkan; ASI diproduksi pada hari ketiga
atau keempat pascapartum
3) Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan
primer). Kongesti berkurang dalam 1 atau 2 hari.
4) Di dalam payudara, prolaktin menstimulasi sel-sel alveolar untuk menghasilkan
susu. Pengisapan oleh bayi baru lahir memicu pelepasan oksitosin dan
kontraktilitas sel-sel mioepitelial, yang menstimulasi aliran susu; ini dikenal
sebagai reflex let-down.
Jumlah rata-rata ASI yang dihasilkan dalam 24 jam meningkat sejalan dengan waktu,
yaiu :
Minggu pertama – 6 sampai 10 ons
1 sampai 4 minggu – 20 ons
Setelah 4 minggu – 30 ons
j. Fisiologi Laktasi
Setelah persalinan timbul pengaruh hormon – hormon hipofisis kembali, antara
lain lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah
dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar–kelenjar berisi air
susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar–kelenjar susu
berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu
baru berlangsung betul pada hari ke 2 – 3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu
mengandung kolostrum, yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada air susu,
mengandung banyak protein albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan
diameter 0,001 – 0,0025 mm. karena mengandung banyak protein dan mudah dicerna,
maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal tersebut diatas,
salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui
bayi itu sendiri. Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada
putting mamma sendiri.
k. Perubahan system endokrin
Kadar estrogen dan progesterone menurun dengan cepat setelah melahirkan.
Penurunan estrogen dan progesteron plasenta yang cepat setelah melahirkan
bertanggung jawab terhadap banyak perubahan anatomi dan fisiologis selama nifas.
5
Ovulasi dan dimulainya kembali menstruasi dipengaruhi oleh apakah klien menyusui
ASI atau tidak.
1) Empat puluh lima persen para wanita yang menyusui memulai kembali menstruasi
dalam 12 minggu, 80% memiliki satu atau lebih siklus anovulatori sebelum ovulasi
yang pertama.
2) Empat puluh persen wanita yang tidak menyusui ASI memulai kembali menstruasi
dalam 6 minggu setelah melahirkan, 65 % dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24
minggu. Lima puluh persen berovulasi selama siklus yang pertama.
3) Kebutuhan akan istirahat dan tidur meningkat secara signifikan.
l. Perubahan system kardivaskular
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik, volume darah menurun
ke kadar sebelum hamil pada 4 minggu setelah melahirkan, viskositas darah kembali
normal dan curah jantung serta tekanan darah tetap stabil dan bradikardi-sementara
(50 sampai 70 kali permenit) terjadi selama 24 sampai 48 jam setelah melahirkan dan
biasa berlanjut hingga 6 sampai 8 hari. frekuensi nadi kembali seperti sebelum hamil
dalam 3 bulan pascapartum. Mungkin masih terdapat edema residual di kaki dan
tangan yang timbul pada saat kehamilan, dari meningkatnya asupan cairan pada saat
persalinan, dari kongesti yang terjadi akibat mengejan yang berkepanjangan pada kala
dua atau bisa akibat imobilitas relatif segera pada pascapartum. Terdapat sedikit
peningkatan risiko trombosis vena profunda dan embolus.
m. Perubahan system pernafasan
Fungsi pulmonar kembali ke status sebelum hamil dalam 6 bulan setelah melahirkan.
n. Perubahan system renal dan perkemihan
1) Destensi berlebihan pada kandung kemih adalah hal yang umum terjadi karena
peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar jaringan di sekitar
uretra, dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meningkat
2) Kandung kemih penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan perdarahan
pascapartum; distensi kandung kemih dapat menyebabkan retensi urinie.
3) Pengosongan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5
sampai 7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar.
6
4) Lanjut filtrasi glomerulus (GFR) tetap meningkat selama kira-kira 7 hari
setelah melahirkan.
5) Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadan sebelum hamil
dalam 6 sampai 10 minggu setelah melahirkan.
6) Diaforesis puerperalis dan diuresis terjadi dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan.
o. Perubahan system gastrointestinal
Lapar dan haus merupakan hal yang umum terjadi setelah melahirkan.
Motilitas dan tonus gastrointestinal kembali ke keadaan sebelum hamil 2 minggu
setelah melahirkan . Konstipasi umumnya terjadi selama periode pascapartum awal
karena penurunan tonus otot usus, rasa tidak nyaman pada perineum dan kecemasan.
Klien dapat kembali ke berat badannya sebelum hamil dalam 6 sampai 8 minggu jika
pertambahan berat badannya selama kehamilan kisaran normal. Hemoroid merupakan
masalah yang umum dalam periode pascapartum awal karena tekanan pada dasar
panggul dan mengejan selama persalinan.
p. Perubahan Sistem Muskoloskeletal
1) Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4 sampai 8 jam setelah melahirkan,
ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi,
dan meningkatkan cara pandang emosional.
2) Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasio pelvik terjadi dalam 6 sampai 8
minggu setelah melahirkan.
q. Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses
hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit
sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding perut (striae gravidarum). Setelah
persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding
perut akan menjadi putih mengkilap yaitu “striae albikan”.
4. Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Perubahan psikologi pada masa postpartum terjadi dalam tiga tahap; (1) ketergantungan,
(2) tingkah laku kemandirian dan ketergantungan, dan (3) kemandirian
7
a. Tahap 1 ; ketergantungan (Taking in).
1) Terjadi pada hari ke-1 dan ke-2 setelah melahirkan.
2) Ibu lebih pasif, membutuhkan perlindungan dan pelayanan.
Kurang memperhatikan bayinya.
3) Ibu selalu membicarakan pengalaman melahirkan berulang-
ulang, “taking-in” merupakan fakta bagi perannya yang baru. Preokupasi ini
mempersempit persepsinya dan mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi
pada informasi baru. Perawat mungkin harus mengulang-ulang instruksi yang
berikan pada tahap ini.
4) Pada fase ini ibu perlu tidur dan makan
b. Tahap 2 ; taking hold.
1) Biasanya terjadi pada sekitar hari ketiga PP dan berakhir pada minggu ke-4 sampai
ke-5.
2) Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang
semua hal-hal baru.
3) Terjadi perubahan tubuh yang sangat signifikan (pengeluaran ASI, uterus dan
perineum mengalami proses penyembuhan) sehingga menyebabkan keletihan
4) Focus melibatkan bayi, tetapi masih ketergantungan orang lain dalam hal
memenuhi kebutuhan dirinya maupun bayinya.
5) Perlu adanya sistem pendukung bagi ibu muda yang membutuhkan sumber
informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.
Mekanisme pertahanan diri pasien merupakan sumber penting selama fase ini
karena post partum blues merupakan hal yang biasa terjadi. Layanan kunjungan
rumah oleh perawat sangat dianjurkan, terutama bagi ibu muda. Periode ini adalah
waktu yang baik untuk penyuluhan tenaga kesehatan
c. Tahap tiga ; Letting go.
1) Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran
2) sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang baru.
3) Tubuh pasien telah sembuh, perasaan rutinnya telah kembali, dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali. Keluarga besar (extended family)
dan teman-teman, walaupun sangat membantu sebagai sistem yang memberikan
8
dukungan pada awalnya, tidak lagi turut campur dalam interaksi keluarga, dan
kegiatan sehari-hari telah kembali dilakukan. Secara fisik ibu mampu untuk
menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit. Tahap
saling ketergantungan ini berlanjut terus sampai terganggu oleh periode
ketergantungan lain (Hammilton, 2011).
5. Depresi Post Partum
Masalah kesehatan jiwa yang sering dialami wanita yaitu :
a. Post Partum Blues
Merupakan depresi ringan (perasaan kecewa, tidak diperhatikan), terjadi karena
perubahan hormonal dan pengalaman pribadi ibu (anbivalensi ketika hamil).
Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis, merasa
sedih, hilang nafsu makan, sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit
konsentrasi dan cemas. Gejala ini biasanya menghilang dalam 1 sampai 6 minggu,
walaupun pada beberapa wanita mengalami depresi ringan dalam jangka waktu yang
lebih lama.
Blues pascapartum ringan biasanya berespon terhadap empati, dukungan dan
perasaan diterima oleh perawat. Perawat dapat memberikan kesempatan pada ibu
untuk mengungkapkan kecemasannya, perasaan sedih dan kekhawatiran lainnya.
Berbagi perasaan seperti ini dengan seorang pendengar yang empati sering bermakna
terapi. Namun jika terjadi depresi yang berat dan menetap, psikoterapi atau obat-
obatan kadang diperlukan.
b. Depresi Post Partum
Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain. Gejala
umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia 1
tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial.
Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi rendah,
masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya bisa
menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah
kelahiran.
c. Post Partum Psikosis
9
Keguguran Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3 – 4 minggu setelah melahirkan.
Gejala seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui. Hal ini biasanya
dialami oleh ibu yang mengalami atau kematian bayi dalam kandungan/setelah
dilahirkan.
5. Perawatan masa Nifas
1. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama – sama sehingga ibu lebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI, sehingga kelancaran
pengeluaran Asi lebih terjamin.
2. Mobilisasi, karena lelah sehabis bersalin, ibu harus diistirahatkan tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan, boleh miring-miring ke kakan dan ke kiri untuk
mencegah trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua , diperbolehkan duduk, hari
ketiga jalan-jalan, hari keempat dan ke lima sudah diperbolehkan pulang.
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
a. Melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi puerperium.
b. Mempercepat involusi alat kandungan.
c. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi
Asi dan pengeluaran sisa metabolisme.
3. Diet: makan harus bermutu, bergisi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
banyak mengandung protein, banyak cairan sayur-sayuran dan buah-buahan
4. Miksi: hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri dengan secepatnya, kadang-kadang
wanita menagalami sulit kencing karena spinter uretra ditekan oleh kepala janin dalam
spasme ototiritasi spingter ani selama persalinan. Juga karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama perslinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita hamil sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi
5. Defekasi: buang air besar harus dilakukan setelah 3-4 hari setelah persalinan bila masih
sulit BAB dan terjadi konstipasi apalagi berak keras, dapat diberikan obat laksans
peroral atau per rektal jika belum bisa dilakukan klisma.
10
6. Perawatan payudara (mama): perawatan payudara dilakukan sejak wanita hamil supaya
puting susu lemah tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya,
bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan
Membebat payudara
Memberi obat estrogen untuk sekresi LH, seperti tablet
lynoral dan parlodel
7. Laktasi untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan.
8. Cuti hamil dan bersalin: menurut UU bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil
dan bersalin selama 3 bulan, 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah besalin
9. Pemeriksaan pasca persalinan:
Pemeriksaan umum TD, nadi, keluhan dan sebagainya
Keadaan umum: suhu badan, selera makan dan lain-lain
Payudara: ASI, puting susu
Dinding perut: perineum, kandung kemih dan rektum
Sekret yang keluar: Lokia, flour albus
kedaaan alat-alat kandungan
10. Nasehat untuk ibu post partum (perawatan tindak lanjut dirumah)
a. Aktivitas yang cukup, tidur siang harus dilakukan
b. Mandi setiap hari dengan pancuran
c. Hubungan seksual dihindari sampai luka episiotomi sembuh. Bila melakukan
hubungan seksual, dilakukan dengan hati-hati. Anjurkan penggunaan kontrasepsi
d. Diit seimbang setiap hari
e. Latihan pengencangan otot-otot abdomen (latihan kegel’s untuk mengencangkan
otot dasar pelvik)
f. Jelaskan tanda-tanda bahaya dan segera dilaporkan bila terjadi.(perdarahan segar
dan berbau, demam, nyeri abdomen dan pelvik berkepanjangan).
g. Anjuran untuk menyusui
h. Bawalah bayi anda untuk memproleh imunisasi
i. Pemeriksaan kembali pada minggu keenam
11
6. Komplikasi Pospartum
1. Perdarahan/hemorragie
Perdarahan dini kurang dari 24 jam: atonia uteri, trauma, laserasi, hematoma.
Perdarahan lambat lebih dari 24 jam: sisa plasenta infeksi.
2. Infeksi puerperal
Merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu. Bagian yang
terinfeksi: rongga panggul, perineum, mammae, saluran kemih, sistem vena. Suhu
lebih dari 38C selama 2-3 hari berturt-turut pada 10 hari post partum.
Faktor resiko:
Antenatal: nutrisi yang kurang, anemia
Intrapartum: partus lama dan KPD
Postpartum: plasenta manual
3. Tromplebitis Dan Trombosis
a. Tanda dan gejala, nyeri pada gastroknemius, vena mengeras
b. Faktor predisposisi: riwayat tromboplebitis, obesitas, SC, usia tua
c. Komplikasi: emboli paru, emboli otak dan nekrosis jaringan
4. Mastitis
Biasanya terjadi pada ibu yang pertama kali menyusui. Secara primer disebabkan
oleh staphylococcus aureus , yang masuk melalui putting susu yang pecah. Sumber
bakteri paling umum adalah hidung, tenggorokan bayi, tangan yang kotor. Infeksi
biasanya terjadi unilateral, beberapa hari atau minggu postpartum
5. Infeksi saluran kemih (sisititis akibat Escherichia coli)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian data dasar klien
Kontinuasi progresif dari dasar data untuk tahap I.V
Aktivitas istirahat
Insomnia mungkin teramati
12
Sirkualsi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
Integritas ego
Peka rangsang, takut menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan hari ke-5
Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3
Nyeri / ketidak-nyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 post
partum
Seksualitas
- Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira 1
lebar jari setiap harinya.
- Lochia rubra berlanjut sampai hari ke-2 & 3 berlanjut menjadi lochia serosa dengan
aliran tergantung pada posisi (misal ; rukemben, versus ambulsi berdiri) dan
aktivitas (misalnya menyusui)
- Payudara memproduksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur,
biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai
B. Masalah Keperawatan dan Kemungkinan Diagnosa yang muncul (4 jam sampai 3
hari PP)
1. Nyeri (akut) ketidak nyamanan
Dapat dihubungkan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau
distensi, efek hormonal
Kemungkinan dibuktikan oleh : melaporkan krara (afterpain) sakit kepala, ketidak
nyamanan perinial, dan nyeri tekan payudara, perilaku melindungi/distraksi, wajah
menunjukkan nyeri.
Hasil yang diharapkan : mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk
13
mengatasi ketidak nyamanan dengan tepat. Mengungkapkan kurangnya ketidak-
nyamanan
2. Menyusui (tergantung apakah ibu bayi menunjukkan kepuasan atau ketidakpuasan
atau mengalemen menyusui)
Dapat berhubungan dengan ; tingkat pengetahuan, pengalemen sebelumnya, usia
gestasi bayi, tingkat dukungan struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
Kemungkinan dibuktikan oleh : ungkapan ibu yang akan tingkat kepuasan,
observasi proses menyusui , respon /penambahan BB.
Hasil yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan teknik menyusui,
mengungkapkan pemahaman tentang proses /situasi menyusui, menunjukkan
kepuasan regimen menyusui satu lain dengan bayi dipuaskan setelah setelah
menyusui.
3. Cedera, risiko tinggi terhadap
Faktor risiko dapat meliputi : biokimia, fungsi regulator, efek-efek anastesi,
tromboembolisme
Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda gejala
untuk menegakkan diagnosa aktual)
Hasil yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan pelaku untuk menurunkan
faktor-faktor risiko/melindungi diri. Bebas dari komplikasi.
4. Infeksi, risiko tinggi terhadap
Faktor risiko dapat meliputi : trauma jaringan/kerusakan kulit, penurunan Hb,
prosedur invasif, peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama,
malnutrisi
Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual)
Hasil yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan teknik-teknik untuk
menurunkan risiko atau menaikkan penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas
dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak febris dan mempunyai aliran lochia
dan karakter normal.
5. Eliminasi urin, perubahan
14
Dapat dihubungkan dengan ; efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan,
efek-efek anastesi
Kemungkinan dibuktikan oleh ; peningkatan pengisian/distensi kandung kemih,
perubahan pada jumlah/frekuensi berkemih.
Hasil yang diharapkan klien akan ; berkemih tidak dibantu dalam 6-8 jam setelah
kelahiran. Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih
6. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap
Faktor resiko dapat meliputi : penurunan masukan/penggantian tidak adekuat,
kelebihan cairan berlebihan
Kemungkinan dibuktikan ; tidak dapat ditetapkan, adnya tanda dan gejala untuk
menegakkan dignosis aktual
Hasil yang diharapkan klien akan ; tetap normatensif dengan masukan cairan dan
keluaran urine seimbang dan Hb/Ht dalam kadar normal
7. Konstipasi
Dapat berhubungan dengan : penurunan tonus otot (diastasis rekti), efek-efek
progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestasia, diare persalinan kurang
masukan, nyeri perineal/reksal
Kemungkinan dibuktikan oleh ; melaprkan rasa penuh abdomen/rektal atau tekanan,
mual, fases kurang dari biasanya mengejang pada defekasi, penurunan bising usus.
Hasil yang di hampirkan klien akan : melakukan kembali kebiasaan defekasi yang
biasanya optimal dalam 4 hari setelah kelahiran.
8. Menjadi orang tua, perubahan, resiko tinggi terhadap
Faktor resiko dapat meliputi : kurang dukungan diantara/dari orang terdekat, kurang
pengetahuan, ketidakefektifan dan atau tidak tersedianya model peran, harapan tidak
realistic, adanya stressor
9. Resiko tinggi, koping individual tidak efektif
10. Gangguan pola tidur
11. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan
perawatan bayi
12. Koping keluarga: potensial terhadap pertumbuhan
15
DAFTAR PUSTAKA
Baston, H. & Hall, J. (2012). Midwifery essentials : postnatal. Vol. 4 Cet. 2012. Jakarta : EGC.
Bobak sc. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Pawirohardjo, Jakarta 2002.
Doenges E. M., 2001. Rencana Keperawatan Maternal/Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Keperawatan Klien Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran GC :
Jakarta.
Hamilton, P.M.,(2011). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta
Manuaba I.B.G., (2009). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. EGC: Jakarta
Reeder, S. J., Martin, L. L., & Koniak-Griffin, D. (2011). Keperawatan maternitas : kesehatan wanita, bayi, & keluarga. Ed. 18. Jakarta: EGC.
Tim keperawatan Maternitas PSIK FK Unhas,( 2012).Materi Kuliah keperawatan Maternitas.
Makassar, PSIK Unhas .
Yulifah, R., & Yusmanto, T. J. (2011). Asuhan kebidanan komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
16
top related