lp leukimia
Post on 03-Jan-2016
151 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
HASIL KONTRAK BELAJAR
ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA (ALL)
DISUSUN OLEH
MUHAMMAD NATSIR
G6B204021
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2004
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir dengan fatal. Leukemia banyak
jenisnya, salah satunya adalah ALL (acut limphosityc leukemia). ALL adalah
keganasan proliferasi dari limfosit yang diakibatkan oleh kerusakan sel
limfosit tunggal. Penyakit ini sering diderita ank usia 2-4 tahun (Reeeves &
Lockart, 2002). ALL menyebabkan sel blast yang berlebihan dan
menginfiltrasi ke berbagai organ . Efek dari infiltrasi ini berakibat anemia,
jumlah sel darah putih dan trombosit menurun, sehingga anak mudah terkena
infeksi dan perdarahan.
Delapan puluh persen kasus leukemia pada anak adalah acut limphosityc
leukemia (ALL) dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun, sedangkan ALL
pada anak perempuan mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada anak
laki-laki (Reeeves & Lockart, 2002). Menurut Smeltzer & Bare, 2002, ALL
banyak menyerang anak laki-laki daripada anak perempuan dengan puncak
insidensi pada usia 4 tahun. Saat ini di ruang Ci Lantai II non ionfeksi dari 15
pasien 5 orang dengan Diagnosa Leukemia dan sedang menjalani kemoterapi.
Acut limphosityc leukemia dapat berkembang dengan cepat tidak segera
diobati dan dirawat, sehingga anak yang menderita ALL ini sering diprognosa
tidak tahan hidup lebih dari lima tahun. Pengobatan satu-satunya sampai saat
ini untuk ALL adalah kemoterapi. Pengobatan ini memakan waktu lama,
sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Disamping itu juga
menimbulkan efek samping yang cukup signifikan pada anak, sehingga anak
maupun orang tua perlu dukungan psikososial.
Dengan keadaan diatas, penulis tertarik mengambil kasus acut
limphosityc leukemia pada anak sebagai bahan kontrak belajar agar dapat
memahami penyakit tersebut dan mampu memberikan asuhan keperawatan
yang diperlukan.
1
B. TUJUAN KONTRAK BELAJAR
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kontrak belajar, penulis mampu memahami dan
mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan acut
limphosityc leukemia (ALL).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menyebutkan pengertian penyakit acut limphosityc leukemia
(ALL).
b. Mampu menyebutkan penyebab acut limphosityc leukemia (ALL).
c. Mampu menjelaskan patofisiologi acut limphosityc leukemia (ALL).
d. Mampu menyebutkan tanda dan gejala acut limphosityc leukemia
(ALL).
e. Mampu menjelaskan prosedur diagnostik pada acut limphosityc
leukemia (ALL).
f. Mampu menjeleskan pengobatan pada acut limphosityc leukemia
(ALL).
g. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan acut
limphosityc leukemia (ALL).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast
dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat
bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997;
Reeves & Lockart, 2002).
B. PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin
berperan, yaitu:
1. Faktor eksogen
a. Sinar x, sinar radioaktif.
b. Hormon.
c. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol,
anti neoplastic agent).
2. Faktor endogen
a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)
b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom
Down).
c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).
(Ngastiyah, 1997)
C. PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah
yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk
sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit
imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis
3
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah
merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan
pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang
serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi
sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga
mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah,
1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden,
2002).
D. TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:
1. Pilek tak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam, anoreksia, mual, muntah
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
6. Nyeri tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
9. Abnormalitas WBC
10. Nyeri kepala
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001,
Betz & Sowden, 2002).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC
LEUCEMIA
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut
limphosityc leukemia adalah:
4
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
b. Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi
a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b. Peningkatan asam urat serum
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
d. Penurunan kadar Zink (Zn)
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi
dalam bentuk sel blast / sel primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel
kanker ke organ tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik:
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis
bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar
sampai yang sangat kecil
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani,
2001, Betz & Sowden, 2002).
F. PENGOBATAN PADA ALL
1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
5
2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya).
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih
poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin,
arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan
sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering
terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi
sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah
leukosit kurang dari 2.000/mm3.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam
kamar yang suci hama).
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi
mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian
imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar
terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap
sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga
diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
6. Cara pengobatan.
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya.
Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan
mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan
tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:
6
a. Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba-
gai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sam-
pai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
b. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa
remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika
separuh dosis biasa.
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan
setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi se-
lama 10-14 hari.
e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk
mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400-
2.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral.
Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
f. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali
dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
(FKUI, 1985)
G. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA
ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara lain:
1. Intoleransi aktivitas
2. Resiko tinggi infeksi
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn
4. Resiko cedera (perdarahan)
7
5. Resiko kerusakan integritas kulit
6. Nyeri
7. Resiko kekurangan volume cairan
8. Berduka
9. Kurang pengetahuan
10. Perubahan proses keluarga
11. Gangguan citra diri / gambaran diri
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001,
Betz & Sowden, 2002).
H. PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC
LEUCEMIA
1. Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas:
a. Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah,
kadar Hb rendah.
b. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis
c. Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan
d. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang
e. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
f. Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas
g. Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi
h. Jika diprogramkan, berikan packed RBC
2. Mencegah terjadinya infeksi
a. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika
suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x /
menit.
b. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko
infeksi meningkat, maka:
1). Tampatkan pasien dalam ruangan khusus
8
2). Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian
pelindung, masker dan sarung tangan.
3). Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi
c. Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif
d. Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam)
e. Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering.
f. Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat
dengan minum 3 liter / hari
g. Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan
h. Yakinkan pemberian makanan yang bergizi.
3. Mencegah cidera (perdarahan)
a. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut,
hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus.
b. Pantau tanda vital dan nilai trombosit
c. Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan
tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik
d. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak
e. Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema
f. Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan
yang dapat melukai kulit.
4. Memberikan nutrisi yang adekuat
a. Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
c. Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan
pandangan dan bunyi
d. Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien
dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari
e. Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat
f. Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral
da NPT yang diprogramkan.
9
5. Mencegah kekurangan cairan
a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
b. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi
c. Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang
mual / muntah
d. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering
e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi
sesuai indikasi
6. Antisipasi berduka
a. Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga
b. Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif
c. Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express
feeling
d. Fasilitasi express feeling melalui permainan
7. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang:
a. Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan.
b. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll.
c. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi
d. Mengatasi kecemasan
e. Pemberian nutrisi
f. Pengobatan dan efek samping pengobatan
8. Meningkatkan peran keluarga
a. Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik
b. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf
SR
c. Dorong keluarga untuk express feelings
d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si
anak
9. Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri
a. Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya
10
b. Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan
tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.)
c. Dukung interaksi sosial / peer group
d. Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala.
(Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz &
Sowden, 2002).
11
BAB III
RESUME
A. STUDI KASUS PASIEN
Pasien An. I, umur 7 tahun, sejak 1 tahun yang lalu didiagnosa ALL.
Sebelumnya An. I mengalami pembesaran pada perutnya. Pasien mendapat
terapi sitostatika tanggal 17 Juni yang akan datang jenisnya adalah Vincristin.
Saat datang, pasien epistaksis, hematomesis, cepat lelah, pucat, mual, nafsu
makan turun, berat badan turun, makan tidak pernah habis. Dari hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan: Hb 9,49 gr/dl, leukosit 11600 / µl,
trombosit 29.000/ µl, Ht 27,2%. Terapi yang diberikan adalah Injeksi
Cefotaxim 3x500 mg, Gantamisin 2x80 mg, Paracetamol 3x200 mg dan
Vitamin B kompleks 3x50mg. Diet yang diberikan: 3x nasi lunak, 3x 200cc
susu, dan 1x buah.
Masalah keperawatan yang muncul pada anak I adalah resiko
perdarahan, resiko infeksi, kelemahan / intoleransi aktivitas, dan resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. Tindakan keperawatan yang telah
diberikan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul antara lain:
memantau tanda-tanda infeksi dan perdarahan, menyarankan pada ibu untuk
memberikan makanan dalam keadaan hangat dan lunak, memberikan aktivitas
sesuai toleransi pasien, melibatkan dalam program bermain, meminimalkan
tindakan invasif, memberikan pengobatan sesuai program, memantau vital
signs, dan menganjurkan ibu membersihkan mulut anak sebelum dan sesudah
makan, menganjurkan untuk banyak minum.
Setelah 3 hari asuhan keperawatan, pasien tidak manunjukkan adanya
tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi lagi
perdarahan , nafsu makan mulai membaik, makan 1 porsi habis, bisa turun
dari tempat tidur tanpa kelelahan dan mulai aktif mengikuti kegiatan bermain
bersama teman-temannya.
12
B. DISKUSI DENGAN KELUARGA
Ibu pasien mengatakan bahwa ALL adalah kanker darah, mengetahui
karena diberitahu dokter setelah pemeriksaan BMP. Ibu mengatakan tanda dan
gejala ALL pada anaknya, yaitu: cepat lelah, pilek tak sembuh-sembuh, sering
terjadi mimisan, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun. Untuk itu
perlu pemberian obat sitostatika sesuai protikol yang telah ditentukan
Keluarga mengatakan jika habis diberi suntikan pengobatan, anaknya mual /
muntah dan lama-lama rambutnya rontok, dan kadang diare. Ibu mengatakan
bahwa itu merupakan efek samping dari pembarian sitostatika.
C. DISKUSI DENGAN EKSPERT
1. EXPERT I (Residen Anak)
Dari hasil diskusi dengan residen anak diperoleh pemahaman bahwa
ALL adalah acut limphosityc leucemia, yaitu salah satu jenis leukemia
yang sering menyerang anak-anak. Sebabnya belum diketahui pasti, tetapi
kemungkinan karena kongenital, herediter dan terpapar zat onkogen. Anak
sering mengeluh nyeri pada tulang dan persendian, epistaksis, perdarahan
gusi, mudah flu dan tidak sembuh-sembuh. Untuk menegakkan diagnosa
dilakukan BMP untuk mengetahui sel blast dalam sumsum tulang, bila sel
blast berlebihan dapat dikatakan anak menderita ALL. Selain BMP juga
dilakukan pemeriksaan hitung darah tepi, biasanya dijumpai Hb, sel darah
putih dan trombosit yang menurun. Pengobatan yang diberikan pada ALL
adalah kemoterapi yang diberikan bertahap sesuai protokol yang ada.
Kemoterapi ini mengakibatkan efek samping berupa mual / muntah, diare,
rambut rontok, gatal-gatal dll. Pengobatan ini juga dapat menimbulkan
anemia, trombositopeni dan leukopeni, sehingga pencegahan infeksi dan
perdarahan menjadi perhatian utama.
2. EXPERT II (Perawat Anak)
Dari diskusi dengan perawat anak diadapatkan pengertian ALL
adalah salah satu jenis leukemia pada anak yang belum diketahui sebabnya
13
dan merupakan kanker ganas pada sel darah putih. Anak biasanya menjadi
semakin kurus, pucat, mudah sakit, dan mudah memar atau mimisan. Pada
pemeriksaan darah sering ditemui anemia, leukopenia dan
trombositopenia. Pemeriksaan yang paling utama adalah pemeriksaan
BMP (Bone Morrow Punctie) .Pengobatan yang diberikan adalah
kemoterapi dengan sitostatika seperti Vincristin, MTX, asparaginase,
cytoxan, atau daunorubisin yang diberikan secara bertahap. Pasien
biasanya bisa pulang dan dianjurkan mondok kembali untuk pemberian
berikutnya. Jangka waktu pemberian biasanya berbeda-beda antara jenis
kemoterapi yang satu dengan lainnya.
Perawatan yang diberikan meliputi penempatan pasien tersendiri atau
dengan pasien lain yang berpenyakit sama, tindakan dilakukan berprinsip
steril dan aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi dan perdarahan,
mencegah cidera, dan pendidikan kesehatan pada keluarga.
D. PERMASALAHAN
1. Penyebab ALL tidak jelas.
2. Tanda dan gejala yang ada pada teori tidak semuanya dijumpai pada
pasien.
3. Prosedur diagnostik yang dilakukan cenderung membuat trauma pasien.
4. Pengobatan kemoterapi memerlukan waktu yang panjang.
5. Masalah keperawatan yang ada pada teori tak semuanya dijumpai pada
pasien.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENYEBAB ALL (ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA) BELUM
DIKETAHUI DENGAN JELAS
Dari hasil belajar melalui studi referensi, penyebab ALL belum diketahui
dengan jelas, tetapi beberapa faktor resiko dapat berkaitan dengan timbulnya
penyakit ini. Sedikitnya ada 2 faktor yang diduga menjadi penyebab ALL,
yaitu: faktor eksogen (sinar x, radioaktif, bahan kimia seperti bensol, arsen,
preparat sulfat, chloramphinecol dll.) dan faktor endogen (ras, kongenital, dan
herediter). (Ngastiyah, 1997; Reeves & Lockart, 2002). Gale Daniele
mengemukakan banhwa banyaknya faktor resiko yang terdapat pada anak usia
2-4 tahun sangat meungkinkan terjadinya ALL, hal itu terjadi karena akibat
faktor eksogen dan endogen diatas. Faktor eksogen yang sering disebut zat
onkogen dapat menyebabkan keselahan dalam penamaan DNA dan translokasi
DNA, yaitu bagian kromosom yang satu bersatu dengan bagian yang lain
sehingga menyebabkan kelainan pada kromosom, tak heran bila pada ALL ini
terdapat sel blast / sel darah putih abnormal yang pada pertumbuhannya dapat
dipacu oleh faktor-faktor resiko diatas.
Pada anak I, dalam pengkajian tidak ditemukan data / riwayat paparan
terhadap zat onkogen saat dalam kandungan maupun sesudah lahir, serta tidak
mempunyai saudara kandung yang menderita ALL. Namun anak I mempunyai
kegemaran makan sarimie, dimana terdapat berbagai bahan pengawet dan
pewarna yang merupakan bahan kimia yang merupakan faktor eksogen
mendukung terjadinya ALL. Selain itu ibu suka memasak dengan
menambahkan monosodium glukamat (penyedap rasa) yang merupakan
karsinogen atau zat-zat yang dapat mencetuskan terjadinya kanker.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab ALL ini belum
jelas , namun dengan adanya faktor eksogen dan endogen, ALL dapat terjadi.
15
B. TANDA DAN GEJALA ALL PADA TEORI TAK SEMUA
DITEMUKAN PADA PASIEN
Menurut Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz &
Sowden, 2002, bahwa ALL ditandai dengan pilek yang tidak sembuh-sembuh,
pucat, lesu, mudah terstimulasi, demam, anoreksia, mual, muntah, berat badan
menurun, ptechiae, epistaksis, nyeri abdomen, hepatosplenomegali,
limfadenopati, abnormalitas WBC dan sakit kepala.
Berdasarkan pengkajian pada anak I ditemukan mudah terjadi epistaksis,
tampak lemah, pucat, cepat capek, mual, pilek tidak sembuh-sembuh, dan
selera makan turun. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan data :
Hb 9,49 gr/dl, leukosit 11600 / µl, trombosit 29.000/ µl, Ht 27,2%. Anemia
terjadi karena adanya infiltrasiIni terjadi karena anak I telah menjalani
kemoterapi dan obat yang diberikan adalah Vincristin. Vincristin merupakan
obat antineoplastik yang menghambat pembelahan sel pada tahap metafase,
sehingga sel blast atau sel imatur dapat dihambat pertumbuhannya dan
infiltrasi ke organ hati, limpa, otak dan tulang dapat dicegah. Dengan
berkurangnya infiltrasi sel blast, maka gejala yang ditemukan juga berbeda,
hal ini dibuktikan dengan hilangnya gejala nyeri kepala, nyeri tulang dan
persendian, yang pernah dialami oleha anak I.
Dijumpainya mual, penurunan nafsu makan, rambut rontok, cepat capek,
lemah, pucat, dan penurunan kadar Hb, leukosit dan trombosit, bisa
merupakan efek samping dari kemoterapi yang diberikan sesuai tinjauan teori
dan hasil diskusi ekspert II yang dikemukan di muka, dimana kemoterapi
dapat menyebabkan efek samping diare, mual, muntah, anoreksia, anemia,
leukopenia dan trombositopenia.
C. PROSEDUR DIAGNOSTIK YANG DILAKUKAN CENDERUNG
MENIMBULKAN TRAUMA BAGI PASIEN
16
Prosedur diagnostik yang dilakukan dalam menegakkan diagnosa
leukemia sangat kompleks dan yang terpenting adalah BMP yang pada
pelaksanaannya melibatkan teknik invasif yang menyakitkan dan menakutkan
bagi pasien. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan hitung darah tepi sebelum
dan sesudah pemberian kemoterapi. Pegambilan spesimen darah yang sering
pada anak, menimbulkan trauma dan rasa takut pada pasein. Rasa trauma anak
ini sangat dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan, kemampuan
sosialisasi anak, pengalaman sakit yang lalu dan dukungan dari keluarga
terutama ibu.
Anak I walaupun agak pendiam namun tidak takut dan hanya menangis
sebentar ketika diambil darahnya, hal ini karena usia anak I sudah cukup besar
untuk diberi tahu alasan pengambilan darah, juga karena dukungan dari ibu si
anak. Selain itu yang terpenting adalah kemampuan perawat dalam
pengambilan darah sangat penting disertai komunikasi yang dapat
menurunkan rasa takut pada diri si anak melalui bahasa verbal maupun non
verbal, misalnya dengan humor dan sentuhan. Hal ini telah diterapkan oleh
perawat ketika mengambil spesimen darah pada anak I.
D. PENGOBATAN KEMOTERAPI MEMERLUKAN JANGKA WAKTU
PANJANG
Anak yang menderita ALL mendapatkan program kemoterapi yang
memerlukan waktu lama (beberapa tahap), sehingga anak menjadi sering
menjalani rawat inap di rumah sakit, hal ini menimbulkan rasa bosan dan
jenuh pada anak, apalagi suasana rumah sakit yang penuh kegiatan, sering
dikelilingi oleh perawat atau dokter yang sedang praktik, banyak alat-alat
kedokteran, tempat tidur, standar infus dan lingkungan yang membatasi gerak
anak sehingga tidak leluasa untuk bermain.
Belum ada teori yang khusus untuk penderita ALL, namun demikian
sudah ada program bermain yang dilaksanakan di ruangan. Syarat bermain
pada penderita ALL adalah : tidak melelahkan, tidak menimbulkan cidera,
17
melatih kreatifitas anak, melatih sosialisasi anak dengan mainan yang
sederhana dan menarik. Penting bagi perawat untuk melibatkan keluarga
dalam permainan sehingga anak benar-benar merasa seperti di rumah.
Anak I juga dilibatkan dalam permainan bersama dengan mewarnai
gambaran gambar. Dalam permainan tersebut dilibatkan juga pasien lain
sehingga pasien dapat bermain dengan senang dan rileks. Selain bermain perlu
juga disampaikan pada keluarga untuk membawa alat makan dan mainan anak
dari rumah sehingga dapat digunakan bermain di rumah sakit. Hal ini untuk
membuat suasana seperti di rumah.
E. MASALAH KEPERAWATAN PADA TEORI TIDAK SEMUA
DITEMUKAN PADA PASIEN
Berdasarkan pengkajian pada anak I ditemukan masalah perawatan:
resiko perdarahan, resiko infeksi, resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, Intoleran aktifitas. Resiko perdarahan dapat terjadi karena
menurunnya faktor pembekuan (trombosit) yang terjadi karena depresi
sumsum tulang akibat infiltrasi sel blast dan efek samping kemoterapi.
Demikian juga dapat terjadi penurunan sel darah putih yang menimbulkan
resiko infeksi serta penurunan kadar Hb yang menyebabkan kelemahan. Rasa
mual, nafsu makan yang menurun dapat menimbulkan resiko kekurangan
nutrisi. Hal ini dapat disebabkan infiltrasi sel blast ke hati dan limpa sehingga
terjadi pembesaran dan menekan diafragma.
Tidak munculnya masalah keperawatan nyeri abdomen, nyeri tulang
dalam persendian serta sakit kepala, masalah ini menurut orang tua telah
terjadi sekitar dua bulan terakhir, seiring dengan pemberian obat kemoterapi
yang teatur masalah ini sudah tidak muncul lagi pada pasien.
18
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ALL adalah keganasan sel-sel darah putih, dimana sel blast dalam
sumsum tulang berlebihan dengan penyebab yang tidak jelas, tetapi zat
onkogen dipercaya berperan mempercepat pertumbuhan sel kanker ini. Sel
blast yang berlebihan dapat menginfiltrasi sumsum tulang, hati, tulang, limpa
dan susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan gejala nyeri tulang dan
persendian, hepatosplenomegali, pembesaran limponodi, mual, anoreksia,
sakit kepala, penurunan jumlah sel darah putih, sel darah merah dan trombosit,
sehingga menyebabkan mudah terjadi perdarahan dan infeksi.
Untuk diagnosis ALL ini perlu pemeriksaan BMP dan hitung darah
tepi. Pengobatan satu-satunya adalah dengan kemoterapi menggunakan obat-
obatan sitostatika yang mempunyai mekanisme kerja menghambat
pertumbuhan tumor meskipun menimbulkan efek samping berupa mual,
muntah, anoreksia, diare, rambut rontok dan demam, hal ini perlu
diberitahukan pada keluarga atau orang tua pasien.
Perawatan anak dengan ALL mencakup penempatan anak pada
tempat tersendiri, pencegahan infeksi, pemantauan vital sign dan perdarahan
serta pendidikan kesehatan tentang penyakit dan pengobatan yang diberikan.
B. REKOMENDASI
1. Perlu adanya setting ruangan perawatan dengan gambar-gambar yang
menarik dan pesan-pesan tentang perawatan ALL.
2. Perlunya keterlibatan perawat ruangan dalam program bermain sehingga
anak tidak bosan.
3. Perlu adanya komunikasi verbal dan non verbal sesuai tingkat usia anak
ketika melakukan prosedur tindakan.
4. Perlu adanya pendidikan kesehatan yang terjadwal pada keluarga pasien
dengan ALL.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta,
EGC.
2. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
3. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta,
CV Sagung Seto.
4. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta,
Salemba Raya.
5. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
6. Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
7. Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan
Onkologi, Jakarta : EGC.
8. Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC
9. Sutarni Nani.(2003). Prosedur Dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi.
Disampaikan Pada Pelatihan Kemoterapi Di RS Kariadi Semarang, Tanggal
13-15 November 2003.
20
Lampiran
Hasil Diskusi Dengan Expert I (Residence Anak)
Waktu : Jumat, 4 Juni 2004
Tempat : Ruang Anak CI L 2
Topik : Konsep ALL
Dari hasil diskusi dengan residen anak diperoleh pemahaman bahwa
ALL adalah acut limphosityc leucemia, yaitu salah satu jenis leukemia yang
sering menyerang anak-anak. Sebabnya belum diketahui pasti, tetapi
kemungkinan karena kongenital, herediter dan terpapar zat onkogen. Anak sering
mengeluh nyeri pada tulang dan persendian, epistaksis, perdarahan gusi, mudah
flu dan tidak sembuh-sembuh. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan BMP untuk
mengetahui sel blast dalam sumsum tulang, bila sel blast berlebihan dapat
dikatakan anak menderita ALL. Selain BMP juga dilakukan pemeriksaan hitung
darah tepi, biasanya dijumpai Hb, sel darah putih dan trombosit yang menurun.
Pengobatan yang diberikan pada ALL adalah kemoterapi yang diberikan bertahap
sesuai protokol yang ada. Kemoterapi ini mengakibatkan efek samping berupa
mual / muntah, diare, rambut rontok, gatal-gatal dll. Pengobatan ini juga dapat
menimbulkan anemia, trombositopeni dan leukopeni, sehingga pencegahan
infeksi dan perdarahan menjadi perhatian utama.
21
Hasil Diskusi Dengan Expert II (Perawat Anak)
Waktu : Selasa, 1 Juni 2004
Tempat : Ruang Anak CI L 2
Topik : Asuhan Keperawatan Anak dengan ALL
Dari diskusi dengan perawat anak diadapatkan pengertian ALL adalah
salah satu jenis leukemia pada anak yang belum diketahui sebabnya dan
merupakan kanker ganas pada sel darah putih. Anak biasanya menjadi semakin
kurus, pucat, mudah sakit, dan mudah memar atau mimisan. Pada pemeriksaan
darah sering ditemui anemia, leukopenia dan trombositopenia. Pemeriksaan yang
paling utama adalah pemeriksaan BMP (Bone Morrow Punctie) .Pengobatan yang
diberikan adalah kemoterapi dengan sitostatika seperti Vincristin, MTX,
asparaginase, cytoxan, atau daunorubisin yang diberikan secara bertahap. Pasien
biasanya bisa pulang dan dianjurkan mondok kembali untuk pemberian
berikutnya. Jangka waktu pemberian biasanya berbeda-beda antara jenis
kemoterapi yang satu dengan lainnya.
Perawatan yang diberikan meliputi penempatan pasien tersendiri atau
dengan pasien lain yang berpenyakit sama, tindakan dilakukan berprinsip steril
dan aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi dan perdarahan, mencegah cidera,
dan pendidikan kesehatan pada keluarga.
22
top related