lp kanker ovarium
Post on 12-Feb-2015
434 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN KANKER OVARIUM
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem
getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan
penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)
Kanker ovarium memiliki 5 stadium yaitu :
(Smeltzer, 2001;1570)
Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluasan pelvis
Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan
metastasis jauh
2. Epidemiologi
Penyakit kanker ovarium mempunyai kejadian sekitar 13,8 wanita per
100.000 sekitar 75 % dari kasus dideteksi pada tahap lanjut.Sebagian kasus
kanker ovarium mengenai wanita antara usia 50-59 tahun. insiden tertingginya
adalah di Negara-negara industri, kecuali jepang dan insidennya rendah.
(Smeltzer, 2001;1569)
3. Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.
Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin
dan faktor genetik (Price, 2005;1297).
Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu
dianggap mungkin menyebabkan kanker.
Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang
nulipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang
lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti
astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan
dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium.
4. Patofisologi
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada
rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat
timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal
kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala
atau spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang
dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.
Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor,ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium
paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Pathway (pohon masalah terlampir)
5. Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium
dikelompokkan dalam 3 kategori besar ( Price, 2005;1297) yaitu :
(Price, 2005;1297)
Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium
dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas dan ganas
Tumor stroma gonad
Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaiyu : tumor jinak
(kista dermoid), tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel
germinal primitive ganas (sel embrionik dan ekstraembrionik)
Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive
ganas. Penting untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.
6. Gejala klinis
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker
ovarium adalah sebagai berikut :
Haid tidak teratur
Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara
Menopause dini
Dispepsia
Tekanan pada pelvis
Sering berkemih dan disuria
Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak
pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
skunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen
(Smeltzer, 2001;1570)
7. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium
adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan
fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun
secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan
licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan
memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral.
Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan
nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan
8. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan
diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan
memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat
ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti
CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan
memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak
menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari
ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling
sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor
untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid
dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline
phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG).
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik
ginekologi, serta pemeriksaan penunjang
Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.
Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor,
penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak
nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering
berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah
mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi
pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu
diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium.
Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil
(kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya
menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan
terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang
tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia
kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi
peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45%
setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa
berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal.
Pemeriksaan fisik ginekologi
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam
memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor.
Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian
posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan
rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat
tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada
rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum
dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin,
unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan
gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa
yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan
tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-
de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam
menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan
akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat
ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih
seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi
akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian
tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari
ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling
sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun
sering disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya
petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP),
lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),
plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin(hCG).
10. Kemungkinan komplikasi
Torsi
Rupture kista
Perdarahan
Keganasan
11. Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara
lain :
(Smeltzer, 2001;1570)
Pentahapan/pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang
digunakan untuk mengarahkan pengobatan
Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal
total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum
(salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar
unruk penyakit tahap dini
Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop
radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan
Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya
termasuk cisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara
pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk
berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini.
Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan
mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini
sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor
granulosit koloni stimulating)
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites
ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites
hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada
diafragma.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi :
A. Identitas pasien
B. Status kesehatan saat ini, yang meliputi :
Alasan kunjungan/keluhan utama, faktor pencetus, lamanya keluhan,
timbulnya keluhan, upaya yang telah dilakukan
Riwayat Keperawatan, meliputi :
Riwayat obstetrik : riwayat menstruasi (menarche, banyaknya,
HPHT, Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu)
Riwayat keluarga berencana : apakah melaksanakan KB, Jenis
kontrasepsi yang digunakan, sejak kapan menggunakan
kontrasepsi, masalah yang terjadi
Riwayat kesehatan : penyakit yang pernah dialami ibu, pengobatan
yang didapat, riwayat penyakit keluarga
Riwayat lingkungan : kebersihan, faktor lingkungan yang
membahayakan
Aspek psikososial : persepsi ibu tentang keluhan/penyakitnya
Kebutuhan dasar Khusus
a. Pola nutrisi : kaji frekuensi makan, nafsu makan, jenis
makanan rumah, makanan yang tidak disukai
b. Pola eliminasi : kaji pola BAK (frekuensi, warna, keluhan saat
BAK), pola BAB (frekuensi, warna, keluhan saat BAB)
c. Pola personal hygiene : kaji oral hygiene, kebersihan rambut,
kebersihan tubuh
d. Pola istirahat dan tidur : Kaji lama tidur, kebiasaan sebelum
tidur, keluhan saat tidur
e. Pola aktivitas dan latihan
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan
darah, respirasi, berat badan
Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata,
konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi.
Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus,dll.
Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan
otot bantu pernafasan
Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan
bunyi jantung, sakit dada
Abdomen : kaji adanya asites
Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
Ekstremitas : kaji turgor kulit
Data penunjang
Laboratorium
USG
Rontgen
Terapi yang didapat
2. Diagnosa keperawatan
Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium
akibat penyakit kanker ovarium
Mual berhubungan dengan ovarium (kanker bermetastasis dg invasi
ke abdomen)
Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel
kanker ke bagian tubuh yang lain)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi mengenai penyakit(kanker ovarium)
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Rencana tindakan
Dx 1 : Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada ovarium
akibat penyakit kanker ovarium
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...
x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang
atau terkontrol
Kriteria hasil : 1. Pasien mengatakan skala nyeri yang
dialaminya menurun
2. Pasien melaporkan nyeri yang sudah
terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek
samping minimal
3. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140
mmHg / 60 - 90 mmHg)
4. Ekspresi wajah pasien tidak meringis
5. Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
6. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan
distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk
mengontrol nyeri
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasi
Membantu membedakan penyebab nyeri dan
nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan]
memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan pada tanda - tanda vital
3 Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan musik, membaca buku, dan sentuhan terapeutik.
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta dapat meningkatkan koping pasien
4 Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien
Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya.
5 Dorong pengungkapan perasaan pasien Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.
6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri / kontrol pada pasien
Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol adalah kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh / efek samping yang minimum pada pasien.
7 Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien
9 Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat
Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat mengembangkan kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang
dialami. Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan, misalnya pemblokan pada saraf
Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain
Dx 2 : Kerusakan eliminasi urine b/d penekanan pada
vesika urinaria
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...
x 24 jam, pola eliminasi urine pasien kembali
normal (adekuat)
Kriteria Hasil : 1. Tidak terjadi hematuria
2. Tidak terjadi inkontinensia urine
3. Tidak terjadi disuria
4. Jumlah output urine dalam batas normal ( ± 0,5 -
1 cc / kgBB / jam)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urine tiba-tiba
Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan adanya obstruksi / disfungsi pada traktus urinarius
2 Kaji pola berkemih (frekuensi dan jumlahnya). Bandingkan haluaran urine dan masukan cairan serta catat berat jenis urine
Identifikasi kerusakan fungsi vesika urinaria akibat metastase sel-sel kanker pada bagian tersebut
3 Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada / tidaknya hematuria
Penyebaran kanker pada traktus urinarius (salah satunya di vesika urinaria) dapat menyebabkan jaringan di vesika urinaria mengalami nekrosis sehingga urine yang keluar berwarna merah karena bercampur dengan darah
4 Observasi adanya bau yang tidak Identifikasi tanda - tanda
enak pada urine (bau abnormal) infeksi pada jaringan traktus urinarius
5 Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat
Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik
6 Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler, dan membran mukosa
Indikator keseimbangan cairan dan menunjukkan tingkat hidrasi
7 Kolaborasi :Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur penunjang sesuai indikasi
Pemeriksaan diagnostik dan penunjang misalnya pemeriksaan retrograd dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat infiltrasi kanker pada traktus urinarius sehingga dapat menjadi dasar untuk intervensi selanjutnya
8 Kolaborasi :Pantau nilai BUN dan kreatinin
Kadar BUN dan kreatinin yang abnormal dapat menjadi indikator kegagalan fungsi ginjal sebagai akibat komplikasi metastase sel-sel kanker pada traktus urinarius hingga ke organ ginjal.
Dx. 3 : Mual berhubungan dengan kanker ovarium (kanker bermetastasis dg invasi ke abdomen),efek kemoterapiTujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ..x..
diharapkan pasien tidak mengalami mual dan muntah.
Kriteria hasil:
Pasien tidak melaporkan adanya rasa mual
Pasien mengatakan tidak merasa penuh pada perutnya
Tidak ada tanda-tanda peningkatan saliva (meludah /
menelan)
Pasien menunjukkan kemauan untuk makan
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Beritahu pasien bahwa asupan oral dapat dimulai kembali jika mual sudah
Makan dalam keadaan tidak mual dapat menurunkan resiko muntah.
berhenti dan nafsu makan sudah kembali normal.
2 Anjurkan makanan halus, sedikit, dan sering atau suplemen nutrisi cair sesuai kemampuan. Kaji kebutuhan terhadap cairan iv bila pasien muntah.
Memenuhi nutrisi klien dalam keadaan yang tidak nyaman (mual)
3 Jauhkan pasien dari benda-benda yang berbau tajam, yang dapat merangsang mual dan muntah.
Benda yang berbau dapat merangsang mual dan muntah
4 Dorong pasien tirah baring dan/atau pembatasan aktivitas
Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori
5 Berikan lingkungan yang kondusif untuk makan. Jaga agar ruangan tetap dingin dan tenang sebelum dan sesudah makan.
Lingkungan yang nyaman dapat menurunkan stres.
6 Berikan makanan panas dalam keadaan panas, dan makanan dingin dalam keadaan dingin. Hindari makanan yang berminyak, bergas, dan pedas. Beri cairan tidak bersamaan dengan waktu makan.
Makanan dan minuman sesuai dengan bentuk hidangan dapat menumbuhkan selera makan
7 Kolaborasi :Berikan obat antiemetik(antimual), ex: ondansentron
Mengurangi rasa mual dengan farmakologi
DAFTAR PUSTAKA
Garcia,Agustin.2010.KankerOvarium,(online),(http://
emedecine.medscape.com./article/433779-overview, diakses pada tanggal 1 Mei
2010)
Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9 Jakarta : EGC
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006 Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika
Nettina,Sandra M.2001.Pedoman Praktek Keperawatan.Jakarta : EGC
Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2.
Edisi 6. Jakarta : EGC
Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 3. Jakarta : EGC
top related