limbah industri
Post on 10-Feb-2016
7 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LIMBAH INDUSTRI
Limbah adalah sisa buangan yang dihasilkan dari proses produksi pada suatu industri
yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (Oktariana, 2009). Limbah merupakan
suatu benda yang mengandung zat yang bersifat membahayakan atau tidak
membahayakan kehidupan manusia, hewan, serta lingkungan dan umumnya muncul
karena hasil perbuatan manusia, termasuk industrialisasi (Ekapeny, 2010).
Limbah industri dalam skala apapun adalah ancaman bagi keberlangsungan makhluk
hidup dan ekosistem dimana makhluk itu tinggal. Sehingga penanganan limbah industri
tidak boleh dianggap sepele jika tidak menghendaki kerugian yang lebih besar terjadi.
Kesadaran tentang bahaya limbah industri ini harus dimiliki oleh siapapun, baik pemilik
modal yang mendirikan industri, birokrasi yang memberikan ijin dan juga masyarakat di
manapun mereka berada. Hal ini untuk menumbuhkan sinergi yang baik untuk mencari
solusi bagaimana industri tidak terhambat pertumbuhannya, namun juga tidak mencemari
lingkungan (Oktariana, 2009).
Secara umum limbah dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Limbah Ekonomis
Limbah ekonomis yaitu limbah yang dapat dijadikan produk sekunder untuk produk
yang lain dan atau dapat mengurangi pembelian bahan baku.
Misalnya: Ampas tebu dapat dijadikan bahan baku untuk pabrik kertas, sebab ampas
tebu melalui proses sulfinasi dapat menghasilkan bubur pulp.
2. Limbah Non-ekonomis,
Limbah non-ekonomis yaitu limbah yang dapat merugikan dan membahayakan serta
menimbulkan pencemaraan lingkungan. Limbah yang diolah dalam proses bentuk
apapun tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem
pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan
merusak lingkungan. Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan
dan juga dapat merupakan semacam "katalisator". Karena sesuatu bahan
membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus
dibuang lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya dan beracun.
Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku harus
dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahan dan
harus dibuang setelah proses produksi.
(Ekapeny, 2010)
Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Limbah Cair
Limbah cair adalah jenis limbah yang memiliki fisik berupa zat cair. Limbah cair
bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem
prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan
kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum
diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu
dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air (Ridwan, 2012).
Air limbah industri mengandung bahan pencemar yang dapat berupa bahan
pencemaran umum dan bahan beracun. Bahan pencemaran umum adalah bahan-bahan
yang secara tidak langsung membahayakan kesehatan manusia, yaitu bahan organik,
lumpur, minyak, asam dan alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna, bau, panas,
dan bahan anorganik. Air limbah yang mengandung bahan – bahan pencemar tersebut
apabila tingkat konsentrasinya cukup tinggi akan mengganggu pengguna air,
membuat kehidupan manusia pengguna air menjadi tidak nyaman, atau merusak
ekosistem (Agustina, 2006).
Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan air limbah mutlak dikelola agar tidak
melampaui ambang batas toleransi lingkungan. Salah satu dasar hukum yang
mengatur pengelolaan ini terkait dengan IPAL. Instalasi ini sangat penting, sesuai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 dinyatakan bahwa
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sangat diperlukan dalam upaya menurunkan
kadar parameter pencemar dalam limbah, agar diperoleh limbah cair dengan kualitas
baik dan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Penerapan Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) pada industri merupakan salah satu penanganan limbah cair yang
harus dilakukan oleh kegiatan Industri, mengingat limbah ini lazimnya dibuang ke
perairan umum, sedangkan di sisi lain perairan umum dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan masyarakat sekitar.
Air limbah, sesuai dengan sumber asalnya, mempunyai komposisi yang sangat
bervariasi pada setiap tempat dan saat. Akan tetapi secara garis besar zat – zat yang
terdapat didalam air limbah secara detail (kandungan dan sifat-sifatnya), mempunyai
sifat yang dibedakan menjadi tiga bagian besar antara lain sifat fisik, kimia dan
biologis. Cara pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui sifat tersebut
dilaksanakan secara berbeda – beda sesuai dengan keadaannya. Analisa jumlah dan
satuan biasanya diterapkan untuk penelaahan bahan kimia, sedangkan analisa dengan
menggunakan penggolongan banyak diterapkan apabila menganalisa kandungan
biologisnya (Sugiharto, 1987).
Sifat fisik air limbah, bahwa derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh
sifat fisik yang mudah terlihat seperti kandungan zat padat sebagai efek estetika,
kejernihan, bau, warna dan temperatur.
Sifat kimia air limbah, bahwa kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah
dapat berpengaruh negatif pada lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik
terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan bau dan
rasa yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Serta dapat berakibat vatal jika
mengandung bahan beracun seperti unsur-unsur logam berat.
Sifat biologis air limbah. Pada dasarnya pemeriksaan biologis di dalam air limbah
dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah ada bakteri-bakteri patogen berada
didalam air limbah. Sifat biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama
bagi air yang dipergunakan sebagai air minum serta untuk keperluan lainnya. Selain
itu juga untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air.
(Wiryani, 2010)
Pengolahan Limbah Cair
Tujuan utama pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen,
dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di
alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 tahap, berikut ini adalah
tahap-tahapannya:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses
pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal,
equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.
Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical
addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air
limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan
yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic
lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological
contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,
atau landfill.
(Rohman, 2013)
Parameter baku mutu limbah yang dapat dibuang kelingkungan sebagai berikut :
Sumber : Kep.Men.Neg. L.H. No : KEP-51/MENLH/10/1995
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
Catatan :
*) Untuk memenuhi baku mutu limbah cair tersebut, kadar parameter limbah tidak
diperbolehkan dicapai dengan cara pengrnceran dengan air secara langsung diambil dari
sumber air. Kadar parameter limbah tersebut adalah limbah maksimum yang diperbolehka
**) Kadar radioaktifvita mengikuti peraturan yang berlaku
Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 03 tahun 2010
2. Limbah Padat
Limbah padat, limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat
bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah
padat berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.
Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat
didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang
tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat
ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah
kembali kemudian dibuang dan dibakar (Ridwan, 2012).
Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab
untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula. Limbah penduduk kota
menjadikan kota menghadapi problema kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya
sistem pengolahannya menjadi persoalan tapi bermakna, dibuang setelah diolah.
Pengolahan Limbah Padat
Limbah Padat Organik :
1. Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk
membuat kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa
makanan, kotoran hewan, sisa bahan makanan dll. Dalam proses pembuatan
kompos ini bahan baku akan mengalami dekomposisi / penguraian oleh
mikroorganisme.
2. Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja manusia
maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar
alternatif. Kandungan gas bio antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang
terbanyak, karbondioksida ( CO2 ), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ),
Oksigen (O2), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini
harus pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.
3. Makanan ternak ( Hog Feeding ), adalah pengolahan sampah organik menjadi
makanan ternak. Agar sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak
harus dipilih dan dibersihkan terlebih dulu agar tidak tercampur dengan sampah
yang mengandung logam berat atau bahan-bahan yang membahayakan kesehatan
ternak.
Limbah Padat Anorganik
1. Empat R ( 4 R = replace, reduce, recycle dan reuse )
Replace yaitu usaha mengurangi pencemaran dengan menggunakan barang-
barang yang ramah lingkungan.
Reduce yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan meminimalkan
produksi sampah.
Recycle yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan mendaur ulang
sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang biasanya
dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang bisa
dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan
keuntungan karena dengan memilah sampah yang bisa didaur ulang bisa
mendapat penghasilan.
Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya sudah
dibuang.
2. Insenerator, adalah alat yang digunakan untuk membakar sampah secara
terkendali pada suhu tinggi. Insenerator efisien karena sanggup mengurangi
volume sampah hingga 80 %. Residunya berupa abu sekitar 5 – 10 % dari total
volume sampah yang dibakar dan dapat digunakan sebagai penimbun tanah.
Kekurangan alat ini adalah mahal dan tidak bisa memusnahkan sampah logam.
3. Sanitary Landfill, adalah metode penanganan limbah padat dengan cara
membuangnya pada area tertentu.
Ada 3 metode sanitary landfill, yaitu :
1. Metode galian parit (trenc method), sampah dibuang ke dalam galian parit
yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit. Sampah
yang ditimbun dipadatkan dan diratakan. Setelah parit penuh, dibuatlah parit
baru di sebelah parit yang telah penuh tersebut.
2. Metode area, sampah dibuang di atas tanah yang rendah, rawa, atau lereng
kemudian ditutupi dengan tanah yang diperoleh ditempat itu.
3. Metode ramp, merupakan gabungan dari metode galian parit dan metode area.
Pada area yang rendah, tanah digali lalu sampah ditimbun tanah setiap hari
dengan ketebalan 15 cm, setelah stabil lokasi tesebut diratakan dan digunakan
sebagai jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat rekreasi dll.
4. Penghancuran sampah (pulverisation), adalah proses pengolahan sampah
anorganik padat dengan cara menghancurkannya di dalam mobil sampah yang
dilengkapi dengan alat pelumat sampah sehingga sampah hancur menjadi
potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah
yang cekung atau letaknya rendah.
5. Pengepresan sampah ( reduction mode), yaitu proses pengolahan sampah
dengan cara mengepres sampah tesebut menjadi padat dan ringkas sehingga
tidak memakan banyak tempat.
3. Limbah Gas
Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang
diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung
unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam
udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan
kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan
mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran
berbentuk gas tanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun
akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-
lain (Ridwan, 2012).
Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin
memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain
berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat
dan malam hari turun bersama embun.
Penanganan Limbah Gas
Filter udara digunakan untuk menangkap debu / partikel yang keluar dari
cerobong atau stack. Berikut ini beberapa macam filter udara, meliputi :
1. Filter basah, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara kotor dengan
cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara kotor dari bagian
bawah alat. Pada saat udara kotor kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotan
air untuk turun ke bawah. Bila ingin hasil yang lebih baik, dapat digabungkan
pengendap siklon dengan filter basah. Penggabungan kedua alat ini menghasilkan alat
penangkap debu yang dinamakan pengendap siklon filter basah.
2. Pengendap sistem Gravitasi, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara
kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 mikro atau lebih. Prinsip
kerja alat ini adalah dengan mengalirkan udara kotor ke alat, sehingga pada waktu
terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba, debu akan jatur terkumpul ke bawah
akibat gaya beratnya sendiri. Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alat
yang digunakan.
3. Pengendap elektrostatik, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara kotor
dalam jumlah (volume) besar dan waktu yang singkat, sehingga udara yang keluar
dari alat ini relatif bersih. Alat ini berupa tabung silinder, dimana dindingnya diberi
muatan positif, sedangkan tengahnya ada sebuah kawat, yang merupakan pusat
silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya tegangan yang berbeda
akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini
menyebabkan udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi. Kotoran menjadi ion
negatif yang akan ditarik dinding tabung, sedangkan udara bersih akan berada di
tengah silinder kemudian terhembus keluar.
Literatur :
Ridwan, Vicky. 2012. Mengenal Limbah Industri dan Berbagai Dampak Bagi
Kehidupan Manusia. Biologi Umum. Iakses pada 12 September 2015
Oktariana, Andiny. 2009. Limbah Industri. Diakses pada 12 September 2015.
Ekapeny, Bunga. 2010. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Kertas Sebagai
Papan Partisi. Universitas Veteran : Teknik Lingkungan. Diakses pada
tanggal 12 setember 2015.
Wiryani, Erry. 2010. Laporan Ekologi dan Biosistematik. Semarang : UNDIP
Fakultas MIPA Jurusan Biologi
Rohman, Habibu. 2013. Pengetahuan Lingkungan. Universitas Gunadarma
top related