limbah industri

15
LIMBAH INDUSTRI Limbah adalah sisa buangan yang dihasilkan dari proses produksi pada suatu industri yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (Oktariana, 2009). Limbah merupakan suatu benda yang mengandung zat yang bersifat membahayakan atau tidak membahayakan kehidupan manusia, hewan, serta lingkungan dan umumnya muncul karena hasil perbuatan manusia, termasuk industrialisasi (Ekapeny, 2010). Limbah industri dalam skala apapun adalah ancaman bagi keberlangsungan makhluk hidup dan ekosistem dimana makhluk itu tinggal. Sehingga penanganan limbah industri tidak boleh dianggap sepele jika tidak menghendaki kerugian yang lebih besar terjadi. Kesadaran tentang bahaya limbah industri ini harus dimiliki oleh siapapun, baik pemilik modal yang mendirikan industri, birokrasi yang memberikan ijin dan juga masyarakat di manapun mereka berada. Hal ini untuk menumbuhkan sinergi yang baik untuk mencari solusi bagaimana industri tidak terhambat pertumbuhannya, namun juga tidak mencemari lingkungan (Oktariana, 2009). Secara umum limbah dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Limbah Ekonomis Limbah ekonomis yaitu limbah yang dapat dijadikan produk sekunder untuk produk yang lain dan atau dapat mengurangi pembelian bahan baku.

Upload: mazniar-sirait

Post on 10-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

k,

TRANSCRIPT

Page 1: Limbah Industri

LIMBAH INDUSTRI

Limbah adalah sisa buangan yang dihasilkan dari proses produksi pada suatu industri

yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (Oktariana, 2009). Limbah merupakan

suatu benda yang mengandung zat yang bersifat membahayakan atau tidak

membahayakan kehidupan manusia, hewan, serta lingkungan dan umumnya muncul

karena hasil perbuatan manusia, termasuk industrialisasi (Ekapeny, 2010).

Limbah industri dalam skala apapun adalah ancaman bagi keberlangsungan makhluk

hidup dan ekosistem dimana makhluk itu tinggal. Sehingga penanganan limbah industri

tidak boleh dianggap sepele jika tidak menghendaki kerugian yang lebih besar terjadi.

Kesadaran tentang bahaya limbah industri ini harus dimiliki oleh siapapun, baik pemilik

modal yang mendirikan industri, birokrasi yang memberikan ijin dan juga masyarakat di

manapun mereka berada. Hal ini untuk menumbuhkan sinergi yang baik untuk mencari

solusi bagaimana industri tidak terhambat pertumbuhannya, namun juga tidak mencemari

lingkungan (Oktariana, 2009).

Secara umum limbah dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Limbah Ekonomis

Limbah ekonomis yaitu limbah yang dapat dijadikan produk sekunder untuk produk

yang lain dan atau dapat mengurangi pembelian bahan baku.

Misalnya: Ampas tebu dapat dijadikan bahan baku untuk pabrik kertas, sebab ampas

tebu melalui proses sulfinasi dapat menghasilkan bubur pulp.

2. Limbah Non-ekonomis,

Limbah non-ekonomis yaitu limbah yang dapat merugikan dan membahayakan serta

menimbulkan pencemaraan lingkungan. Limbah yang diolah dalam proses bentuk

apapun tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem

pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan

merusak lingkungan. Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan

dan juga dapat merupakan semacam "katalisator". Karena sesuatu bahan

membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus

dibuang lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya dan beracun.

Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku harus

Page 2: Limbah Industri

dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahan dan

harus dibuang setelah proses produksi.

(Ekapeny, 2010)

Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Limbah Cair

Limbah cair adalah jenis limbah yang memiliki fisik berupa zat cair. Limbah cair

bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem

prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam

proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan

kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum

diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu

dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air (Ridwan, 2012).

Air limbah industri mengandung bahan pencemar yang dapat berupa bahan

pencemaran umum dan bahan beracun. Bahan pencemaran umum adalah bahan-bahan

yang secara tidak langsung membahayakan kesehatan manusia, yaitu bahan organik,

lumpur, minyak, asam dan alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna, bau, panas,

dan bahan anorganik. Air limbah yang mengandung bahan – bahan pencemar tersebut

apabila tingkat konsentrasinya cukup tinggi akan mengganggu pengguna air,

membuat kehidupan manusia pengguna air menjadi tidak nyaman, atau merusak

ekosistem (Agustina, 2006).

Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan air limbah mutlak dikelola agar tidak

melampaui ambang batas toleransi lingkungan. Salah satu dasar hukum yang

mengatur pengelolaan ini terkait dengan IPAL. Instalasi ini sangat penting, sesuai

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 dinyatakan bahwa

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sangat diperlukan dalam upaya menurunkan

kadar parameter pencemar dalam limbah, agar diperoleh limbah cair dengan kualitas

baik dan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Penerapan Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL) pada industri merupakan salah satu penanganan limbah cair yang

harus dilakukan oleh kegiatan Industri, mengingat limbah ini lazimnya dibuang ke

perairan umum, sedangkan di sisi lain  perairan umum dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan masyarakat sekitar.

Page 3: Limbah Industri

Air limbah, sesuai dengan sumber asalnya, mempunyai komposisi yang sangat

bervariasi pada setiap tempat dan saat. Akan tetapi secara garis besar zat – zat yang

terdapat didalam air limbah secara detail (kandungan dan sifat-sifatnya), mempunyai

sifat yang dibedakan menjadi tiga bagian besar antara lain sifat fisik, kimia dan

biologis. Cara pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui sifat tersebut

dilaksanakan secara berbeda – beda sesuai dengan keadaannya. Analisa jumlah dan

satuan biasanya diterapkan untuk penelaahan bahan kimia, sedangkan analisa dengan

menggunakan penggolongan banyak diterapkan apabila menganalisa kandungan

biologisnya (Sugiharto, 1987).

Sifat fisik air limbah, bahwa derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh      

sifat fisik yang mudah terlihat seperti kandungan zat padat sebagai efek estetika,

kejernihan, bau, warna dan temperatur.

Sifat kimia air limbah, bahwa kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah

dapat     berpengaruh negatif pada lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik

terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan bau dan

rasa yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Serta dapat berakibat vatal jika

mengandung bahan beracun seperti unsur-unsur logam berat.

Sifat biologis air limbah. Pada dasarnya pemeriksaan biologis di dalam air limbah

dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah ada bakteri-bakteri patogen berada

didalam air limbah. Sifat biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama

bagi air yang dipergunakan sebagai air minum serta untuk keperluan lainnya. Selain

itu juga untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air.

(Wiryani, 2010)

Pengolahan Limbah Cair

Tujuan utama pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai kandungan bahan

pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen,

dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di

alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 tahap, berikut ini adalah

tahap-tahapannya:

1.        Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan

padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses

Page 4: Limbah Industri

pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal,

equalization and storage, serta oil separation.

2.        Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama

dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.

Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical

addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.

3.        Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air

limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan

yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic

lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological

contactor, serta anaerobic contactor and filter.

4.        Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah

coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,

membrane separation, serta thickening gravity or flotation.

5.        Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya

kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure

filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,

atau landfill.

(Rohman, 2013)

Page 5: Limbah Industri

Parameter baku mutu limbah yang dapat dibuang kelingkungan sebagai berikut :

Sumber : Kep.Men.Neg. L.H. No : KEP-51/MENLH/10/1995

Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

Catatan :

*) Untuk memenuhi baku mutu limbah cair tersebut, kadar parameter limbah tidak

diperbolehkan dicapai dengan cara pengrnceran dengan air secara langsung diambil dari

sumber air. Kadar parameter limbah tersebut adalah limbah maksimum yang diperbolehka

**) Kadar radioaktifvita mengikuti peraturan yang berlaku

Page 6: Limbah Industri

Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 03 tahun 2010

2. Limbah Padat

Limbah padat, limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat

bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah

padat berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.

Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat

didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang

tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat

ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah

kembali kemudian dibuang dan dibakar (Ridwan, 2012).

Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab

untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula. Limbah penduduk kota

menjadikan kota menghadapi problema kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya

sistem pengolahannya menjadi persoalan tapi bermakna, dibuang setelah diolah.

Pengolahan Limbah Padat

Limbah Padat Organik :

1. Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa

dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk

membuat kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa

makanan, kotoran hewan, sisa bahan makanan dll. Dalam proses pembuatan

Page 7: Limbah Industri

kompos ini bahan baku akan mengalami dekomposisi / penguraian oleh

mikroorganisme.

2. Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja manusia

maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai  bahan bakar

alternatif. Kandungan gas bio antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang

terbanyak, karbondioksida ( CO2 ), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ),

Oksigen (O2), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini

harus pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.

3. Makanan ternak ( Hog Feeding ), adalah pengolahan sampah organik menjadi

makanan ternak. Agar sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak

harus dipilih dan dibersihkan terlebih dulu agar tidak tercampur dengan sampah

yang mengandung logam berat atau bahan-bahan yang membahayakan kesehatan

ternak.

Limbah Padat Anorganik

1.    Empat R ( 4 R = replace, reduce, recycle dan reuse )

Replace yaitu usaha mengurangi pencemaran  dengan menggunakan barang-

barang yang ramah lingkungan.

Reduce yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan meminimalkan

produksi sampah.

Recycle yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan mendaur ulang

sampah melalui  penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang biasanya

dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang bisa

dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan

keuntungan karena dengan memilah sampah yang bisa didaur ulang bisa

mendapat penghasilan.

Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara

menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya sudah

dibuang.

2.    Insenerator, adalah alat yang digunakan untuk membakar sampah secara

terkendali pada suhu tinggi. Insenerator efisien karena sanggup mengurangi

volume sampah hingga 80 %. Residunya berupa abu sekitar 5 – 10 % dari total

Page 8: Limbah Industri

volume sampah yang dibakar dan dapat digunakan sebagai penimbun tanah.

Kekurangan alat ini adalah mahal dan tidak bisa memusnahkan sampah  logam.

3.    Sanitary Landfill, adalah metode penanganan limbah padat dengan cara

membuangnya pada area tertentu.

Ada  3 metode sanitary landfill, yaitu :

1. Metode galian parit (trenc method), sampah dibuang ke dalam galian parit

yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit. Sampah

yang ditimbun dipadatkan dan diratakan. Setelah parit penuh, dibuatlah parit

baru di sebelah parit yang telah penuh tersebut.

2. Metode area, sampah dibuang di atas tanah yang rendah, rawa, atau lereng

kemudian ditutupi dengan tanah yang diperoleh ditempat itu.

3. Metode ramp, merupakan gabungan dari metode galian parit dan metode area.

Pada area yang rendah, tanah digali lalu sampah ditimbun tanah setiap hari

dengan ketebalan 15 cm, setelah stabil lokasi tesebut diratakan dan digunakan

sebagai jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat rekreasi dll.

4.    Penghancuran sampah (pulverisation), adalah proses pengolahan sampah

anorganik padat dengan cara menghancurkannya di dalam mobil sampah yang

dilengkapi dengan alat pelumat sampah sehingga sampah hancur menjadi

potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah

yang cekung atau letaknya rendah.

5.    Pengepresan sampah ( reduction mode), yaitu proses pengolahan sampah

dengan cara mengepres sampah tesebut menjadi padat dan ringkas sehingga

tidak memakan banyak tempat.

3. Limbah Gas

Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang

diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung

unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam

udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan

kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu

partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan

mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran

berbentuk gas tanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun

Page 9: Limbah Industri

akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-

lain (Ridwan, 2012).

Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin

memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain

berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat

dan malam hari turun bersama embun.

Penanganan Limbah Gas

Filter udara digunakan untuk menangkap debu / partikel yang keluar dari

cerobong atau stack. Berikut ini beberapa macam filter udara, meliputi :

1. Filter basah, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara kotor dengan

cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara kotor dari bagian

bawah alat. Pada saat udara kotor kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotan

air untuk turun ke bawah.  Bila ingin hasil yang lebih baik, dapat digabungkan

pengendap siklon dengan filter basah. Penggabungan kedua alat ini menghasilkan alat

penangkap debu yang dinamakan pengendap siklon filter basah.

2. Pengendap sistem Gravitasi, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara

kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 mikro atau lebih. Prinsip

kerja alat ini adalah dengan mengalirkan udara kotor ke alat, sehingga pada waktu

terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba, debu akan jatur terkumpul ke bawah

akibat gaya beratnya sendiri. Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alat

yang digunakan.

3. Pengendap elektrostatik, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan udara kotor

dalam jumlah (volume) besar dan waktu yang singkat, sehingga udara yang keluar

dari alat ini relatif bersih. Alat ini berupa tabung silinder, dimana dindingnya diberi

muatan positif, sedangkan tengahnya ada sebuah kawat, yang merupakan pusat

silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya tegangan yang berbeda

akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini

menyebabkan udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi. Kotoran menjadi ion

negatif yang akan ditarik dinding tabung, sedangkan udara bersih akan berada di

tengah silinder kemudian terhembus keluar.

Page 10: Limbah Industri

Literatur :

Ridwan, Vicky. 2012. Mengenal Limbah Industri dan Berbagai Dampak Bagi

Kehidupan Manusia. Biologi Umum. Iakses pada 12 September 2015

Oktariana, Andiny. 2009. Limbah Industri. Diakses pada 12 September 2015.

Ekapeny, Bunga. 2010. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Kertas Sebagai

Papan Partisi. Universitas Veteran : Teknik Lingkungan. Diakses pada

tanggal 12 setember 2015.

Wiryani, Erry. 2010. Laporan Ekologi dan Biosistematik. Semarang : UNDIP

Fakultas MIPA Jurusan Biologi

Rohman, Habibu. 2013. Pengetahuan Lingkungan. Universitas Gunadarma