latar belakang, dasar pemikiran amandemen uud 1945.docx
Post on 18-Oct-2015
601 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945
Oleh: I Gusti Ngurah Santika, SPd
Akhirnya kekuasaan yang hanya dipertahankan dengan kekuatan semata disertai dengan
tekanan-tekanan yang intensif baik sifatnya tersembunyi maupun terbuka , tidak akan mampu
bertahan lama, kekuasaan dengan kekerasan hanyalah dapat dipertahankan untuk sementara
waktu saja, yang kemudian hanya tinggal menunggu waktu untuk ditumbangkan oleh rakyat.
Kemudian ketertindasan akan mencoba untuk terus mencari jalannya sendiri terutama untuk
melawan ketidakadilan yang pada akhirnya akan berhenti hanya dengan hapusnya semua
penindasan seperti yang pernah dilakukan oleh penguasa Orde Baru terhadap rakyatnya sendiri
pada masa pemerintahannya. Jalan untuk mengakhiri ketertindasan tersebut akhirnya terbuka
dengan lebarnya yang dimulainya pergerakan oleh rakyat Indonesia yang dimotori oleh
mahasiswa telah membuka lebar-lebar keran reformasi sehingga kedaualtan rakyat dapat
mengalir sampai ke hilir untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan. Arus reformasi telahbergulir di Indonesia mulai tahun 1998 (Muntoha,2008;260, Ryacudu,2011;58). Dalam cerita
sejarah dapatlah ketahui bahwa peristiwa sebenarnya tentang pergerakan rakyat Indonesia untuk
melawan penguasa Orde Baru yang otoriter sudah dimulai sebelum tahun 1998. Hanya saja
gerakan berupa perlawanan yang dilakukan oleh rakyat tidak bersifat terbuka, bakan sebelum
muncul kepermukaan saja Orde Baru akan segera menumpas dengan mengambil tindaka yang
sifanya sangatlah represif. Bahkan, penguasa tidaklah segan-segan untuk segera memadamkan
semua gerakan perlawanan yang dilakukan oleh penentang Orde Baru, yang kemudian disiram
dengan kekuatan bersenjata sampai benar-benar padam serta tidak dapat hidup kembali. Sampai
timbulnya arus reformasi yang merupakan manifestasi dari bentuk kekecewaan rakyat terhadap
sistem pemerintahan Orde Baru yang dipandang sangatlah tidak demokratis serta mengekang
kebebasan rakyat dalam mengekspresikan hak-hak asasinya, terutama dalam kebebasan untuk
mengemukakan pendapatnya di depan umum. Tuntutan yang demikian kemudian berujung pada
aksi dilakukan oleh sebagian mahasiswa untuk melakukan unjuk rasa ke DPR (Surajiwo,
2010;34). Mungkin dapatlah dikatakan bahwa dengan rasa ketidakpuasan yang mendalam
terhadap jalannya pemerintahan Orde Baru selama ini, terutama dengan jalan melakukan
berbagai bentuk penindasan terhadap rakyat, menyebabkan sebagian besar rakyat untuk tergerak
hatinya menentang ketidakadilan dan kekerasan yang terjadi selama ini dengan melakukan unjuk
rasa sebagai bentuknya yang dimotori oleh mahasiswa dengan kesadarannya sebagai kaum
intelektual serta tentunya paling menyadari akan hal tersebut di atas. Dengan besarnya jumlahmahasiswa yang berunjuk rasa telah menyebabkan mereka sulit untuk diusir dari gedung MPR
dan DPR bahkan berhasil menduduki gedung MPR dan MPR yang menurut mereka merupakan
stempel Orde Baru. Terjadinya persitiwa tersebut kemudian telah berhasil mendorong Ketua
MPR/DPR Harmoko mendukung gerakan mahasiswa yang meminta Presiden Soeharto mundur
dari jabatannya. Dengan adanya berbagai gerakan protes dalam bentuk unjuk rasa yang semakin
meluas, bahkan tidak saja terjadi di Ibu Kota Negara, namun sampai kedaerah-daerah yang tidak
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
saja menimbulkan kerusakan berupa harta dan benda tetapi juga jatuhnya banyak korban.
Kemudian Soeharto menyatakan kesetujuannya untuk memenenuhi tuntutan rakyat dengan
meninggalkan jabatannya sebagai presiden. Dengan demikian peristiwa berdarah tersebut
merupakan usaha perjuangan rakyat dan mahasiswa dengan penuh semangat bahkan dengan
mengorbankan jiwa dan raga sehingga berujung pada jatuh Soeharto dari kekuasaannya pada
tanggal 21 Mei 1998. Dengan jatuhnya Orde Baru, Sinaga (2010;7) menyatakan bahwa sejarah
baru telah dimulai. Tentu saja sejarah sebagaimana yang dimaksudkan oleh Sinaga di atas adalah
sejarah ketatanegaraan, dimana mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan yang berusaha
untuk memenuhi tuntutan daripada rakyat dan mahasiswa sekaligus telah menegaskan bahwa
rakyat Indonesia secara tegas menolak bentuk sistem pemerintahan yang sifatnya otoriter. Oleh
karena itu, menurut Zuriah (2008;7) bahwa gerakan reformasi di Indonesia secara umum
menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjungjung tinggi
hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan pada awal mulanya di
era reformasi, berkembang dan popular di masyarakat banyaknya tuntutan reformasi yang
terutama didesakan oleh segenap komponen bangsa termasuk mahasiswa sebagai pelopor bangsayang berada digaris depan perjuangan reformasi. Adapun yang menjadi agenda utama reformasi
yang merupakan tuntutan komponen bangsa Indonesia di era reformasi itu adalah sebagai
berikut.
a. Amandemen UUD 1945;b. Penghapusan Dwifungsi ABRI (ABRI kini TNI dan Polri tidak boleh lagi berpolitik
dan menduduki atau menjadi anggota legislatif dan eksekutif, pokoknya tidak boleh
menduduki jabatan sipil);
c. Penegakan supremasi hukum, penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM), danpemberantasan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme);
d. Otonomi Daerah yang seluas-luasnya (Desentralisasi dan hubungan yang adil antarapusat dan daerah); dan
e. Mewujudkan kehidupan demokrasi termasuk kebebasan pers (Atmadja, 2006;70,Santika,2012;4-5).
Dari berbagai agenda reformasi yang menjadi tuntutan komponen bangsa di atas, adalah
sangat menarik dengan adanya tuntutan untuk mengadakan perubahan terhadap UUD 1945 yang
merupakan hukum dasar Indonesia, yang selama ini tidak bisa disampaikan di depan umum,
karena akan terancam oleh kekuasaan pemerintah. Maka sekarang setelah jatuhnya
Soeharto,menjadi suatu wacana yang tidak dapat bisa lagi ditunda-tunda, bahkan menjadi agendayang utama dalam rangka membangun demokratisasi terhadap bangsa ini. Adanya tuntutan
perubahan UUD Tahun 1945 pada waktu era reformasi tersebut merupakan suatu langkah serta
terobosan yang sifatnya mendasar karena dapat diketahui pada era sebelumnya tidaklah
dikehendaki adanya perubahan UUD Tahun 1945.
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
Apa yang sebenarnya mendasari adanya tuntutan untuk mengadakan perubahan terhadap
UUD 1945 sehingga memang betul-betul perlu untu diadakan perubahan konstitusional, yaitu
sebagai berikut.
a. Memuat ketentuan-ketentuan yang memfokuskan kekuasaan pada lembaga eksekutif(executive heavy) yang dipimpin oleh Presiden. Selain sebagai kepala eksekutif secarapraktis Presiden menjadi ketua lembaga legislatif karena jika presiden tidak mau
menandatangani sebuah rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh
DPR dan Pemerintah maka rancangan undang-undang tersebut tidak dapat berlaku.
b. Memuat ketentuan-ketentuan yang berwayuharti, multi tafsir (multi interpretable) yangkarena sistemnya yang executive heavy itu maka penafsiran konstitusi yang harus
diterima sebagai kebenaran adalah penafsiran yang dibuat atau dianut oleh Presiden.
c. Terlalu banyak memberi atribusi kewenangan kepada lembaga-lembaga legislatif untukmengatur hal-hal yang sangat penting dengan undang-undang tanpa adanya limitasi
yang tegas di dalam UUD padahal Presiden sangat dominan dalam proses pembentukan
undang-undang. Banyaknya atribusi kewenangan yang diolah di dalam sistemexecutive
heavy inilah yang menyebabkan isi undang-undang lebih banyak didominasi oleh
kehendak-kehendak Presiden secara terus menerus mengakumulasikan kekuasaannya.
d. Terlalu percaya pada semangat orang sebagaimana dinyatakan sendiri dalam PenjelasanUUD 1945 sebelum amandemen. Di dalam Penjelasan UUD tersebut dinyatakan bahwa
Undang-Undang Dasar (Konstitusi tertulis) tidaklah terlalu penting sebab yang lebih
penting adalah semangat penyelenggara negara, jika semangat penyelenggara negara
baik maka negara akan baik. Pernyataan itu benar untuk sebagian, tetapi kurang benar
untuk seluruhnya (Mahmud MD,2011;378-379).
Terkait dengan Perubahan UUD 1945, menurut MPR (2011;9-12) yang menjadi dasar
pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain sebagai berikut.
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membentuk strukturketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang
sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal itu berakibat pada tidak terjadinya
saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances) pada institusi-institusi
ketatanegaraan. Penyerahan kekuasaan tertinggi kepada MPR merupakan kunci yang
menyebabkan kekuasaan pemerintahan negara seakan-akan tidak memiliki hubungan
dengan rakyat.
b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kekuasaanyang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang
dianut oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah
dominan eksekutif (excutive heavy,) yakni kekuasaan dominan berada di tangan
Presiden. Pada diri Presiden terpusat kekuasaan menjalankan pemerintahan (chief
excutive) yang dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
prerogative (antara lain memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi) dan
kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasaan membentuk undang-undang. Hal itu
tertulis jelas dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi Presiden
ialah penyelenggara pemerintah Negara tertinggi di bawah Majelis. Dua cabang
kekuasaan negara yang seharusnya dipisahkan dan dijalankan oleh lembaga negara
yang berbeda tetapi nyatanya berada di satu tangan (Presiden) yang menyebabkan tidak
bekerjanya prinsip saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances)
dan berpotensi mendorong kekuasaan yang otoriter.
c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu tafsiran
(multitafsir), misalnya Pasal 7 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (sebelum diubah) yang berbunyi Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Rumusan pasal itu
dapat ditafsirkan lebih dari satu, yakni tafsir pertama bahwa Presiden dan Wakil
Presiden dapat dipilih berkali-kali dan tafsir kedua adalah bahwa Presiden dan WakilPresiden hanya boleh memangku jabatan maksimal dua kali dan sesudah itu tidak boleh
dipilih kembali. Contoh lain adalah Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum diubah) yang berbunyi Presiden ialah orang
Indonesia asli. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak
memberikan penjelasan dan memberikan arti apakah yang dimaksud dengan orang
Indonesia asli. Akibatnya rumusan itu membuka tafsiran beragam, antara lain, orang
Indonesia asli adalah warga negara Indonesia yang lahir di Indonesia atau warga negara
Indonesia yang orang tuanya Indonesia.
d. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terlalu banyakmemberikan kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting
dengan undang-undang. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menetapkan bahwa Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga
Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai dengan kehendaknya dalam undang-
undang. Hal itu menyebabkan pengaturan mengenai MPR, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), HAM, dan
pemerintah daerah disusun oleh kekuasaan Presiden dalam bentuk pengajuan rancangan
undang-undang ke DPR.
e. Rumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentangsemangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang
memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum,
pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasi manusia (HAM), dan otonomi
daerah.Hal itu membuka peluang bagi berkembangnya praktik penyelenggaraan negara
yang tidak sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, antara lain, sebagai berikut.
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
1. Tidak adanya saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances)antar lembaga negara dan kekuasaan terpusat pada Presiden.
2. Infrastruktur politik yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasimasyarakat, kurang mempunyai kebebasan berekspresi sehingga tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasiformal karena seluruh proses dan tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh
pemerintah.
4. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UndangUndang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 tidak tercapai, justru yang berkembang adalah sistem
monopoli, oligopoli, dan monopsoni.
Kemudian ditambah adanya lagi alasan lainnya tentang perubahan UUD 1945, menurut
Atmadja (2006;71) hanya merupakan suatu alasan politis, bahwa UUD 1945 belum cukup
memuat landasan bagi kehidupan politik yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan
penghormatan terhadap HAM. Perlunya diadakan suatu perubahan terhadap UUD 1945 ternyatadisampaikan juga oleh Harun Kamil selaku Ketua PAH III pada waktu itu, yang kemudian
memberikan pandangannya berupa pendapat tentang Undang-Undang Dasar 1945, yang pada
intinya menyatakan.
Kita menyadari bahwa betapa pentingnya Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 ini
karena merupakan salah satu agenda reformasi, juga kita mengetahui latar belakang
daripada keinginan untuk merubah ini adalah karena dianggap Undang-Undang Dasar 1945
ini sementara juga terlalu heavy executive, jadi ada pengaturan tentang masalah-masalah
lembaga-lembaga tertinggi negara dan banyak hal mengenai masalah HAM yang perlu
diperluas yang membuat latar belakang dan tujuannya adalah bagaimana supaya nanti dapatterciptanya suatu sistem politik demokratis yang kuat dan memberikan kesempatan adanya
kedaulatan rakyat dan wujud demokrasi dan juga supremasi hukum dan terselenggarakan
pemerintahan yang baik, untuk mewujudkan cita-cita kita untuk menuju masyarakat yang
adil dan makmur (Sekjen MPR,1999;2)
Kemudian lebih lanjut kita menelusuri sejarah pembahasan Undang-Undang Dasar 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, jelaslah ketentuan pasal 3 itu memberikan suatu
tugas kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk menyusun suatu Undang-Undang Dasar
baru karena Undang-Undang Dasar yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan pada
tanggal 18 Agustus 1945 itu memangnya dimaksudkan suatu Undang-Undang Dasar yangsifatnyasementara (Hadjon,1987;5). Oleh karena itu, perlunnya UUD 1945 untuk diubah yang
hal mana sesuai sekali dengan fakta sejarah tentang pernyataan Soekarno sebagai ketua PPKI
pada saat itu, yang menyatakan bahwa:
...Undang-Undang Dasar yang buat sekarang ini, adalah Undang-Undang Dasar Sementara.
Kalau boleh saya memakai perkataan: ini adalah Undang-Undang Dasar kilat. Nanti kalau
kita telah bernegara di dalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
kembali Majelis Perwakilan Rakyat yang dapat membuat Undang-Undang Dasar yang
lebih lengkap dan lebih sempurna. Tuan-tuan tentu mengerti, bahwa ini adalah sekedar
Undang-Undang Dasar Sementara, Undang-Undang Dasar kilat, bahwa barangkali boleh
dikatakan pula, inilah revolutie grondwet (Mahkamah Konstitusi Jilid I,2010;38).
Penggalan pernyataan Soekarno tersebut acapkali digunakan sebagai dasar pembenaran,
bahwa para Perumus UUD 1945 (the framers of 1945 Constitution) menyatakan UUD 1945
bersifat sementara (Soemantri,2006;74). Untuk lebih meyakinkan pernyataan tentang perlunya
perubahan terhadap UUD 1945, maka dalam hal ini Machmmudin (2003;19) menyatakan bahwa
pada UUD 1945 itu, para pendiri bangsa ini sebenarnya telah memprediksi pergantian zaman.
Mereka menciptakan landasan dasar UUD 1945 itu agar bisa mengikuti pergantian jaman dengan
mempersiapkan salah satu pasal dan ayat sedemikian rupa sehingga dapat sebagai sarana untuk
menyesuaikan isi Undang-Undang Dasar tersebut dengan kebutuhan dan keadaan jaman. Dengan
demikian, UUD 1945 dapat mengikuti perkembangan dan perubahan zaman sehingga dapat
menampung dinamika kehidupan bangsa yang berjalan dinamis. Dengan demikian, nampaksekali dalam konsep amandemen tersebut bahwa usul amandemen itu sangat dilatar belakangi
oleh peristiwa-peristiwa terakhir (Rahardjo,2000;xvi).
Namun, perlulah diingat bahwa tidak semua yang tercantum dalam ketentuan UUD 1945
sebagai penyebab jalannya pemerintahan menjadi tidak demokratis, tetapi harus benar-benar
dicermati dengan cara yang saksama apakah yang sebenarnya menyebabkan tidak baiknya sistem
pemerintahan yang dianut selama ini, sehingga tidak sepenuhnya hanya menyalahkan UUD1945,
karena di samping kelemahan yang melekat padanya ternyata UUD 1945 berlaku dalam waktu
yang cukup lama sehingga membuktikan kelebihannya. Hal senada juga dinyatakan oleh
Nasriyah (2007;118) yang mengakui tidak hanya kelemahan yang melekat pada UUD 1945tetapi juga kelebihan yang menyertainya berkaitan dengan pada saja yang diatur dalam UUD
1945, berikut ini pernyataan lengkapnya.
Tetapi harus diakui, bahwa di samping mempunyai kelemahan, UUD 1945 memuat
ketentuan yang baik, karena itu wajar untuk dipertahankan seperti prinsip kedaulatan
rakyat, prinsip negara berdasarkan atas hukum, prinsip kesejahteraan sosial, prinsip
penguasaan negara atas bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya yang
menguasai hajat hidup orang banyak untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selain didasari oleh berbagai pemikiran di atas yang menjadi latar belakang untuk perlunya
UUD 1945 untuk dirubah, maka berikut ini merupakan tujuan utama dari diadakannya perubahan
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu sebagai berikut.
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuannasional yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila;
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminanan dan pelaksanaan kedaulatan rakyatserta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham
demokrasi;
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi manusiaagar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban umat
manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang dicita-citakan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern,antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling mengawasi
dan mengimbangi (cheks and balances) yang lebih ketat dan transparan, dan
pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman;
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negaramewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakan etika,
moral dan solidaritas dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan bernegara sesuaidengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara
sejahtera;
6. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara bagieksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan
wilayah negara dan pemilihan umum;
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuaidengan perkembangan aspirasi, kebutuhan, serta kepentingan bangsa dan negara
Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecendrungannya untuk kurun waktu
yang akan datang (MPR,2011;12-13).
Perubahan terhadap UUD 1945 memang harus segera dilakukan dan tidak boleh ditunda-
tunda lagi, agar momentum semangat reformasi yang membakar tidak padam oleh gerusan waktu
yang kian lama semakin berlalu. Namun, untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945
tentunya tidak dapat langsung dilakukan, dikarenakan sebelumnya ada berbagai bentuk peraturan
perundangam yang merupakan warisan dari Orde Baru, yang berpeluang menjadi penghambat
utama untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945. Untuk mencapai tujuan dalam
mengubah UUD 1945 maka perlulah terlebih dahulu untuk mencabut beberapa peraturan
perundangan yang dulunya merupakan penghalang untuk dilakukannya perubahan terhadap
UUD 1945. Seperti adanya Tap MPR RI No. IV/MPR/1983 yang kemudian dicabut dengan Tap
MPR RI No. VIII/MPR/1998 lalu kemudian disusul dengan adanya pencabutan terhadap UU No.
5 Tahun 1998 yang dicabut dengan UU No. 6 Tahun 1999. Setelah dilakukannya pembaruan
terhadap ketentuan yang menghalangi perubahan UUD 1945, maka terbukalah peluang kembali
untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945.
Sebenarnya, mau tidak mau haruslah diakui bahwa dalam perjalanannya UUD 1945
sebenarnya telah pula mengalami perubahan dalam berbagai bentuk baik secara langsung
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
maupun tidak langsung. Secara tidak langsung perubahan UUD 1945 sebagai dimaksud tersebut
adalah perubahan terhadap UUD 1945 yang terjadi dalam praktek ketatanegaraan, yang tidak
lama berselang setelah ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 kemudian menjadi
konstitusi negara Republik Indonesia. Selanjutnya dalam perjalanannya selama periode Orde
Baru berkuasa haruslah diakui kembali bahwa sebenarnya UUD 1945 secara langsung telah
dirubah dengan bentuk peraturan tertulis yang notabene kedudukannya berada di bawah UUD
1945 sehingga bunyinya menjadi berubah. Perubahan sebagai mana dimaksud di atas, yaitu.
1. Penambahan kriteria telah berusia 40 tahun bagi Presiden maupun Wakil Presidendalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1973 tentang Tata Cara Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia mengubah Pasal 6 UUD 1945;
2. Pengutamaan tata cara pengambilan keputusan dengan musyawarah untuk mufakatdalam Ketetapan MPR No. 1/MPR/1983 tentang Peraturan Tata Tertib MPR mengubah
Pasal 2 ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa segala putusan MPR ditetapkan
dengan suara terbanyak;
3. Penetapan wewenang MPR untuk memberhentikan Presiden dalam Ketetapan MPRNo. 1/MPR/1983 tentang Peraturan Tata Tertib MPR mengubah Pasal 8 UUD 1945;
4. Penetapan untuk mengisi kekosongan hukum dalam UUD 1945 pengisian jabatanWakil Presiden melalui Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden
dan Wakil Presiden Berhalangan telah mengubah UUD 1945 dengan membuat
ketentuan bahwa dalam hal Wakil Presiden berhalangan tetap, maka MPR mengadakan
Sidang Istimewa Khusus untuk memilih dan mengangkat Wakil Presiden apabila
Presiden dan/atau DPR memintanya (Pasal 4 ayat (1);
5. Pemasukan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang sebelumnya bernamaAngkatan Kepolisian Republik Indonesia kedalam Angkatan Bersenjata RepublikIndonesia (ABRI) yang sebelumnya bernama Angkatan Perang Republik Indonesia
telah mengubah Pasal 10 UUD 1945 (Alrasid dalam Chaidir,2007;74-75).
Selain telah terjadinya perubahan terhadap 1945 sebagaimana dimaksudkan oleh Alrasid di
atas, maka Arinanto menyatakan bahwa UUD 1945 memang telah mengalami beberapa kali
perubahan antara lain.
1. Kemunculan tugas dan wewenang khusus Presiden/Mandataris MPR dalam rangkapenyuksesan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
dalam Sidang Umum MPR 1973, 1978, 1983, 1988, dan 1998 telah mengubah
ketentuan-ketentuan tentang tugas dan wewenang Presiden dalam UUD 1945;
2. Keberadaan menteri-menteri yang tidak memimpinan departemen seperti MenteriKoordinator, Menteri Negara, dan Menteri Muda dalam beberapa Kabinet
Pembangunan di masa Orde Baru telah mengubah Pasal 17 ayat (3) UUD 1945 yang
menegaskan bahwa para menteri memimpin departemen pemerintahan;
3. Kemunculan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 dan UU No. 5 Tahun 1985 telahmengubah Pasal 37 UUD 1945 tentang Tata Cara Perubahan UUD 1945;
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
4. Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden melalui Ketetapan MPR No.XIII/MPR/1998 telah mengubah Pasal 7 UUD 1945 (Chaidir,2007;75-76).
Kemudian agenda reformasi telah mengkristal menjadi sebuah wacana yang harus segera
diwujudkan dengan bentuk yang nyata seperti perubahan terhadap UUD 1945. Dan akhirnya
mendapatkan kesepakatan bersama dari segenap komponen bangsa, yang tertuang secara tegasdalam lima kesepakatan untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945 oleh MPR
sebagaimana dimaksud di bawah ini. Dalam proses pembahasan perubahan UUD 1945,
kemudian PAH I meneruskan kesepakatan dasar terkait perubahan UUD 1945 yang sedang
dilaksanakan berdasarkan Tap MPR RI No. IX/MPR/1999, hal ini bermaksud untuk semakin
mempermudah melakukan perubahan, namun tentunya harus tetap dalam bingkai-bingkai
kesepakatan luhur sehingga tidak melenceng dari tujuan semula yang merupakan tuntutan yang
mendasari perubahan UUD 1945. Lima kesepakatan dasar ini menjadi pedoman dalam
melakukan pembahasan dan mengambil keputusan mengenai perubahan UUD 1945 di MPR
(Asshiddiqie,2009;295). Berikut ini merupakan kesepakatan yang ditetapkan dalam melakukan
perubahan yaitu.
1. Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia;3. Mempertegas sistem pemerintahan Presidensial;4. Akan memasukkan Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat hal-hal
normatif ke dalam pasal-pasal;
5. Melakukan perubahan dengan cara addendum (Mahkamah Konstitusi,2010 ;217-218).Berikut ini merupakan penjelasan dari kesepakatan dasar MPR dalam melakukan
perubahan terhadap UUD 1945, yaitu sebagai berikut.
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memuatdasar filosofis dan normatif yang mendasari seluruh pasal dalam Undang-Undang
Dasar Tahun 1945. Bahkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
mengandung staatsidee berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, tujuan
(haluan) negara serta dasar negara yang harus tetap dipertahankan.
2. Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan yakni didasaripertimbangan bahwa negara kesatuan adalah bentuk negara yang ditetapkan sejak awal
berdirinya negara Indonesia dan dipandang paling tepat untuk mewadahi ide persatuan
sebuah bangsa yang mejemuk ditinjau dari berbagai latar belakang.3. Kesepakatan dasar untuk mempertegas sistem pemerintahan presidensial bertujuan
untuk memperkukuh sistem pemerintahan yang stabil dan demokratis yang dianut oleh
NKRI dan pada tahun 1945 telah dipilih oleh para pendiri negara ini.
4. Kesepakatan lain adalah memasukan Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yangmemuat hal-hal normatif ke dalam pasal-pasal (Batang Tubuh). Peniadaan Penjelasan
Undang-Undang Dasar 1945 dimaksudkan untuk menghindarkan kesulitan dalam
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
menentukan status Penjelasan dari sisi sumber hukum dan tata urutan peraturan
perundang-undangan. Selain itu, Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 bukan produk
BPUPKI dan PPKI karena kedua lembaga itu menyusun rancangan Pembukaan dan
Batang Tubuh (pasal-pasal) UUD 1945.
5. Kesepakatan perubahan UUD 1945 dilakukan dengan cara addendum. Artinyaperubahan UUD 1945 itu dilakukan dengan tetap mempertahankan naskah asli UUD
1945 sebagaimana terdapat dalam Lembaran Negara No. 75 Tahun 1959 hasil Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 dan naskah perubahan-perubahan UUD 1945 diletakan melekat
pada naskah asli (MPR,2011;19-20).
Sebelum memulai pembahasan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Panitia Ad Hoc III terlebih dahulu melakukan rapat dengar pendapat
umum (RDPU), dengan beberapa pakar hukum tata negara. Pada saat rapat dengar pendapat
umum tersebut, muncul dua pendapat pakar hukum tata negara. Disatu pihak ada yang
berpendapat bahwa sebelum dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, terlebih dahulu harus ditetapkan, sesuai dengan ketetentuan
Pasal 3 UUD 1945. Pihak lain berpendapat bahwa UUD 1945 tidak perlu ditetapkan, tetapi
langsung saja dilakukan perubahan terhadap UUD1945, dengan berdasarkan ketentuan Pasal 37
UUD 1945. Berdasarkan diskusi di atas maka Panitia Ad Hoc III menyepakati untuk langsung
mengadakan perubahan terhadap UUD 1945. Dengan demikian, akhirnya MPR dalam sejarahnya
telah berhasil melakukan perubahan terhadap UUD 1945 sebanyak empat kali dalam suatu
rangkaian perubahan konstitusional.
Akhirnya, keberhasilan MPR dalam merubah UUD 1945 disertai hasil-hasil dari perubahan
terhadap UUD 1945 yang waktu itu telah mengalami perubahan atau amandemen dilakukan
sebanyak empat kali dalam satu rangkaian perubahan oleh MPR sebagai lembaga yang
berwenang untuk melakukan perubahan konstitusi. Menyusul setelah disahkannya Perubahan
Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Sidang Tahunan
MPR tahun 2002 yang lalu, agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun waktu sekarang
ini dapatlah dipandang telah tuntas. Mengingat perubahan dilakukan dengan cara addendum,
maka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilakukan
dengan tetap mempertahankan naskah asli dan naskah perubahan diletakan melekat pada naskah
asli. Sehingga, naskah resmi UUD 1945 adalah naskah yang terdiri atas lima bagian, yaitu:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (naskah asli);2. Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;3. Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;4. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;5. Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Namun, perlu diketahui bahwa dalam perjalanan yang menyertai UUD 1945 setelah
dilakukan amandemen sebanyak empat kali dalam suatu rangkain kesatuan perubahan ternyata
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
telah menimbulkan suatu polemik yang berkepanjangan. Polemik yang muncul disebabkan
adanya semacam pendapat yang pada intinya menyatakan bahwa perubahan yang dilakukan oleh
MPR adalah tidak sah. Salah satu polemik yang muncul pada waktu itu yaitu tentang
penempatan UUD 1945 dalam lembaran negara yang tidak dilakukan pada saat UUD 1945
diamandemen. Terlebih lagi dengan adanya pernyataan berupa pendapat bahwa dengan tidak
adanya penempatan UUD 1945 di dalam lembaran negara, maka semua pemerintahan yang
terbentuk setelah periode amandemen UUD 1945 adalah tidak sah, termasuk hasil pemilu tahun
2004, karena yang mendasarinya saja sudah tidak sah. Oleh karena itu, menurut Ketua
Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie dan Ketua MA Bagir Manan dengan tegas, menyatakan
bahwa:
penempatan UUD di dalam Lembaran Negara hanyalah administratif, bukan imperatif.
Ketua MA, Bagir Manan, menyatakan bahwa tak ada keharusan memasukan UUD di
dalam Lembaran Negara karena ketentuan tentang Lembaran Negara itu diatur di dalam
UU dan UU yang mengatur itu, yakni UU No.2 Tahun 1950 sama sekali tak menentukan
bahwa UUD harus masuk di dalam Lembaran Negara(Mahmud MD,2010;42).
Lebih lanjut menurut Bagir manan bahwa UU tak boleh mengikat UUD karena UU lahir
dari UUD; sebuah peraturan tak boleh mengikat ketentuan yang mengikat peraturan yang
melahirkan atau menjadi induknya. Atau dengan kata lain bahwa dapatlah dikatakan kedudukan
UU berada di bawah UUD 1945 (lexs superior derogate legi inferiori). Dengan istilah sama,
bahwa induk dari segala perundang-undangan ialah Undang-Undang Dasar
(Pudjosewojo,2004;24). Bahkan Menurut Kusuma (2007;144) bahwa UUD 1945 setelah
amandemen, sah karena diputuskan oleh lembaga perwakilan rakyat yang dipilih secara
demokratis. Selain itu, amandemen adalah upaya untuk menyempurnakan UUD 1945 yang
merupakan amanat dari pendiri negara. Untuk menghentikan polemik tersebut maka pembentukundang-undang akhirnya memasukan UUD 1945 ke dalam lembaran negara. kemudian dapatlah
dilihat dalam UU No.10 Tahun 2004 jo. UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, dalam Pasal 3 ayat (2) dan (3), yang pada dasarnya menempatkan UUD
1945 dalam lembaran negara, namun berarti bukan tanpa catatan dikarenakan bahwa bahwa
penempatan UUD 1945 dalam lembaran negara, bukanlah yang menentukan kekuatan
berlakunya UUD 1945 tersebut, melainkan hanyalah bersifat konfirmasi saja. Pernyataan
tersebut terpapar dengan jelas di dalam Penjelasan UU No. 10 Tahun 2004 jo. UU No. 12 Tahun
2011. Sehingga dengan demikian keberlakuan Undang-Undang Dasar 1945, bukanlah
disebabkan oleh penempatannya dalam lembaran negara, sebagaimana dimaksudkan oleh mereka
yang memandang bahwa Undang-Undang Dasar 1945 harus ditempatkan dalam lembaran
negara, yang menurut penulis sama halnya dengan menyamakan kedudukan Undang-Undang
Dasar dengan peraturan perundang-undangan lainnya, yang notabene kedudukan undang-undang
jelas-jelas berada di bawah Undang-Udang Dasar 1945.
Selain munculnya polemik sebagaimana telah dijelaskan di atas, ternyata setelah
dilaksanakannya perubahan terhadap UUD 1945, kemudian hasil amandemen tersebut telah
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
menjadi putusan resmi dari MPR akhirnya dilaksanakan sebagai hukum dasar dalam
ketatanegaraaan yang baru, ternyata seiring dengan berjalannya waktu muncul pula pro dan
kontra terhadap hasil perubahan tersebut. Berikut ini merupakan reaksi terhadap perubahan UUD
1945 dapat dikatagorikan menjadi 3 arus, yaitu sebagai berikut.
1. Arus yang menghendaki agar Indonesia kembali saja ke UUD 1945 yang aslisebagaimana yang dibuat oleh founding people, sebab UUD 1945 merupakan karya
agung para pendiri yang dibuat dengan penuh keiklasan; dalam arus ini bahkan muncul
pendapat bahwa secara prosedural perubahan UUD 1945 itu tidak sah.
2. Arus yang menghendaki agar hasil amandemen sekarang dilaksanakan dulu dan takperlu berburu-buru diperbaiki lagi sebab ia merupakan hasil maksimal yang telah
menampung berbagai keinginan secara kompromistis.
3. Arus yang menghendaki dilakukan amandemen lanjutan agar perubahan itu menjadisemakin baik sebab yang ada sekarang dianggap masih menyisakan berbagai masalah
yang harus diselesaikan (Mahmud MD,2010;xii).
Bahkan ada pendapat yang menyatakan agar dilakukan perubahan UUD secara total dengan
membuat UUD yang baru (Rindjin,2009;269). Walaupun terjadi pro dan kontra terhadap hasil
perubahan UUD 1945 disatu pihak, namun Mahmud MD (2007;6) dipihak lain berpendapat
dengan menunjukan secara jelas sisi positif dari hasil perubahan bahwa setelah UUD 1945
diubah tampak jelas kepada kita bahwa kehidupan demokrasi tumbuh semakin baik. Serta
pernyataannya yang menurut penulis merupakan pendapat yang tentunya paling menarik dari
Mahmud MD (2007;3) yang dengan mengutip pendapat K.C Wheare untuk menghentikan pro
dan kontra, terkait dengan hasil perubahan UUD 1945 bahwa yang penting prosedurnya benar
dan demokratis, sebab kata K.C. Wheare konstitusi itu merupakan resultante atau kesepakatan-
kesepakatan politik sesuai dengan situasi poleksosbud dan waktu tertentu. Jadi, dalam hal ini
yang berlaku adalah apa yang telah dijadikan kesepakatan bersama, yang dilandasi nilai-nilai
luhur untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai bersama. Tentunya tanpa ada suatu
kesepakatan bersama untuk mengambil suatu keputusan maka hal itu hanyalah merupakan suatu
angan-angan yang dikehendaki untuk bisa diwujudkan. Untuk itu diperlukanlah persetujuan
bersama dalam bentuk penerimaan disertai dengan gerak pelaksanaan UUD 1945 secara murni
dan kesekuen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun dari berbagai hal tersebut, maka patut dikutip pendapat dari Ashhiddiqie (2006;xi)
yang menyatakan bahwa:
terlepas dari perbedaan-perbedaan pendapat yang demikian, naskah Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah berubah dan perubahannya itu sudah
disahkan secara konstitusional. Oleh karena itu, sekarang bukan lagi saatnya untuk
menyatakan setuju atau tidak setuju. Akan tetapi, sekarang adalah saatnya untuk
melaksanakan segala ketentuan UUD 1945 pasca perubahan itu secara konsekuen.
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
Mengutip singkat dari pendapat Sudargo Gautama (2005;28) yang menyatakan bahwa
pilihan singkat hukum di waktu sekarang ini secara umum bukan merupakan soal lagi. tidak lain
dikarenakan dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, penulis tentulah sangat
setuju dengan pendapat-pendapatnya tersebut di atas, bahwa UUD 1945 memang telah dirubah
dan tentunya perubahannya sudah sah, bahkan mengikat segenap komponen bangsa. Walaupun
terjadi pro dan kontra yang mengiringinya terutama terkait dengan hasil daripada Perubahan
UUD 1945, tetapi hal itu merupakan gejala yang biasa dalam negara demokrasi terkait dengan
persoalan pengambilan keputusan apapun pastinya ada pihak yang setuju ataupun tidak, apalagi
menyangkut masalah konstitusi, di dalamnya mengatur tidak hanya lembaga-lembaga negara
tetapi sekaligus mengatur seluruh elemen bangsa terutama berkaitan dengan hak dan kewajiban
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu, dalam alam demokrasi seperti sekarang ini
adalah wajar dimana setiap orang merasa untuk bebas dalam menyampaikan pandangannya
termasuk hasil perubahan UUD 1945, baik dalam bentuk yang sifatnya setuju maupun yang tidak
setuju. Kenyataan tersebut merupakan warna dalam demokrasi yang dulunya mungkin belumlah
mendapatkan tempat serta kesempatan yang sewajarnya terutama dalam mempermasalahkanUUD 1945 di masa Orde Baru. Tetapi perlulah diingat kembali walaupun negara kita adalah
sebuah negara yang sistem pemerintahan berbentuk demokrasi menurut Pasal 1 ayat (2) UUD
1945, tetapi masih perlulah dibatasi oleh hukum menurut Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 dalam
pelaksanaannya agar tidak terjadi anarkis terkait dengan masalah pandangan tentang kebenaran.
Patutlah dirasakan perbedaan antara UUD 1945 yang belum diamanden dengan hasil perubahan
terhadap UUD 1945 telah membawa dampak positif adalah merupakan sebuah fakta, walaupun
tentunya masih ada kekurangan di sana-sini yang perlu diperbaiki ke depannya. Untuk itu,
sebelum adanya kesepakatan politik yang baru, tentang perubahan lanjutan terhadap UUD 1945
di masa yang akan datang, maka yang paling penting untuk sekarang adalah dengan
melaksanakan kesepakatan politik terlebih dahulu. Dengan demikian, tentu kita akan lebih fokus
untuk melaksanakan UUD 1945 secara konsisten, bukannya hanya mempermasalahkannya terus
menerus sehingga hanya dapat hidup dalam tataran teoritis bukannya dikenyataan (praktis).
Boleh saja ada yang mempermasalahkan hasil dari amandemen UUD 1945, kemudian berjuang
untuk berusaha memperjuangkan untuk mengubahnya kembali, agar apa yang mungkin menurut
mereka adalah terbaik yang seharusnya dicantumkan dalam UUD 1945 menjadi kenyataan.
Namun, perlulah penulis ingatkan bahwa perjuangan tersebut harus tetap melalui jalur-jalur
konstitusional yang telah disediakan (Pasal 3 ayat (1) Jo. Pasal 37 UUD 1945), bukan dengan
jalur yang pada dasarnya bertentangan dengan hukum yang berlaku, misalnya mencoba dengan
upaya untuk mengganti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik
melalui kekerasan, revolusi, maupun dengan dekrit seperti tahun 1959 seperti yang dilakukan
oleh Soekarno. Dengan terjadinya peristiwa seperti itu pastiny akan menimbulkan gejolak
bahkan akan mengalami goncangan ketatanegaraan yang dahsyat dan berkepanjangan. Revolusi,
hanya akan berhasil jika ada dukungan baik itu berupa dukungan politik maupun dukungan dari
militer yang akan memberikan legitimasi, terhadap tindakan-tindakan yang sebenarnya, jika kita
lihat dari konstitusi sebelumnya adalah merupakan tindakan yang tidak konstitusional, namun
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
dengan berhasilnya revolusi, maka disertai dengan pembentukan hukum yang baru, sehingga dari
ilegal menurut hukum yang lama kemudian menjadi legal dikarenakan berhasil ditegakan oleh
penguasa, bahkan kemudian mendapatkan dukungan dari rakyat sehingga gerakan tersebut
menjadi legitimit.
-
5/27/2018 Latar Belakang, Dasar Pemikiran Amandemen UUD 1945.docx
BIODATA PENULIS
I Gusti Ngurah Santika S.Pd, lahir di Yeha 1 Agustus
1988. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan I Gusti
Ngurah Oka dan I Desak Ayu Putu. Menyelesaikan pendidikandasar di SDN 1 Peringsari (1996-2002) kemudian melanjutkan ke
SMPN 1 Selat (2002-2005) dan pendidikan menengah di SMAN
1 Selat (2005-2008) kemudian pada peruguruan tinggi (2009-
2012). Setelah menyelesaikan pendidikan SMA kemudian bekerja
sebagai security pada PT Arkadena sampai januari 2012. Pada
saat yang bersamaan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti
pendidikan di perguruan tinggi sambil bekerja, akhirnya lulus
dengan predikat cumlaude. Kemudian untuk sekarang ini penulis
belum bekerja, namun sedang melanjutkan pendidikan S2 pada
Program Studi Pendas di Undhiksa.
Pengalaman penulis selama mengikuti pendidikan di perguruan tinggi adalah sebagai
nara sumber dalam temuwicara menyambut bulan Bung Karno yang diselenggarakan Gor
Kapten Sujana (Lapangan Buyung) Kota Denpasar (2012). Nara sumber dalam seminar alumni
FKIP Universitas Dwijendra (2012), Mahasiswa berprestasi Prodi PKn, sebagai salah satu
pemenang karya ilmiah tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Dikti. Selain itu, penulis juga
aktif mengikuti seminar-seminar yang berhubungan dengan bidang studi yang di dalami.
Berkaitan dengan kritik dan saran terhadap tulisan sebelumnya, dapat disampaikan langsung
kepada penulis dengan menghubungi alamat maupun no hp yang ada di bawah ini.
Alamat rumah : Banjar Dinas Padang Aji Tengah, Peringsari, Selat Karangasem. No. Hp :
085237832582/085738693121.
top related